Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

Istilah kecemasan dalam Bahasa Inggris yaitu anxiety yang berasal dari

Bahasa Latin angustus yang memiliki arti kaku, dan ango, anci yang berarti

mencekik. Steven Schwartz, S (2000: 139) mengemukakan kecemasan berasal

dari kata Latin anxius, yang berarti penyempitan atau pencekikan. Kecemasan

mirip dengan rasa takut tapi dengan fokus kurang spesifik, sedangkan ketakutan

biasanya respon terhadap beberapa ancaman langsung, sedangkan kecemasan

ditandai oleh kekhawatiran tentang bahaya tidak terduga yang terletak di masa

depan. Kecemasan merupakan keadaan emosional negatif yang ditandai dengan

adanya firasat dan somatik ketegangan, seperti hati berdetak kencang, berkeringat,

kesulitan bernapas.1

Syamsu Yusuf mengemukakan anxiety (cemas) merupakan

ketidakberdayaan neurotik, rasa tidak aman, tidak matang, dan kekurangmampuan

dalam menghadapi tuntutan realitas (lingkungan), kesulitan dan tekanan

kehidupan sehari-hari. Dikuatkan oleh Kartini Kartono bahwa cemas adalah

bentuk ketidakberanian ditambah kerisauan terhadap hal-hal yang tidak jelas.

Senada dengan itu, Sarlito Wirawan Sarwono menjelaskan kecemasan merupakan

takut yang tidak jelas objeknya dan tidak jelas pula alasannya.1

Definisi yang paling menekankan mengenai kecemasan dipaparkan juga

oleh Jeffrey S. Nevid, dkk “kecemasan adalah suatu keadaan emosional yang

1
mempunyai ciri keterangsangan fisiologis, perasaan tegang yang tidak

menyenangkan, dan perasaan aprehensif bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi”.

Senada dengan pendapat sebelumnya, Gail W. Stuart (2006: 144) memaparkan

“ansietas/ kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang

berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya”.1

Gangguan kecemasan dapat diobati secara efektif dengan intervensi

psikologis dan farmakologis-kognitif. Intervensi ini memiliki target gejala yang

berbeda; dengan demikian, kombinasi logis dari strategi ini perlu dipelajari lebih

lanjut untuk meningkatkan hasil di masa depan. Perkembangan baru akan muncul

di bidang strategi alternatif untuk mengelola kecemasan dan untuk kasus yang

resisten terhadap pengobatan. Peningkatan pengobatan tambahan harus mencakup

pengembangan algoritma yang dapat dengan mudah digunakan dalam perawatan

primer dan dengan fokus yang lebih besar pada pengelolaan gangguan fungsional

pada pasien dengan kecemasan.

Dari berbagai pengertian kecemasana (anxiety) yang telah dipaparkan di

atas dapat disimpulkan bahwa kecemasan adalah kondisi emosi dengan timbulnya

rasa tidak nyaman pada diri seseorang, dan merupakan pengalaman yang samar-

samar disertai dengan perasaan yang tidak berdaya serta tidak menentu yang

disebabkan oleh suatu hal yang belum jelas.1

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANXIETY (KECEMASAN)

Kecemasan adalah emosi manusia yang umum. itu mengingatkan

kita pada potensi ancaman dan memotivasi kita untuk mempersiapkan

tantangan. Namun, sebagian besar penduduk secara mengejutkan

mengalami kelebihan kecemasan yang kontraproduktif atau bahkan

mematikan. Ini sering membentuk bentuk sindrom prototipikal, yang telah

disebut "gangguan kecemasan". dalam edisi keempat (Diagnostic and

Statistical Manual of Mental Disorders IV) DSM-IV, gangguan

kecemasan termasuk gangguan panik, SAD, juga dikenal sebagai fobia

sosial, fobia spesifik, PTSD, gangguan stres akut, OCD dan gangguan

kecemasan pemisahan.2

Gangguan kecemasan adalah kondisi kesehatan mental yang paling

umum. Meskipun mereka kurang terlihat dibandingkan skizofrenia,

depresi, dan gangguan bipolar, dapat juga mematikan. Diagnosis gangguan

kecemasan selalu di revisi. Kedua diagnosis dan ukuran struktural telah

digunakan dalam perawatan klinis dan penelitian, dan kedua metode telah

diusulkan untuk klasifikasi baru dalam (Diagnostic and Statistical

Manual of Mental Disorders IV) (DSM-IV). Namun, masing-masing

pendekatan ini memiliki keterbatasan. Baru-baru ini, penekanan dalam

diagnosis telah difokuskan pada penelitian neuroimaging dan genetik.

3
Pendekatan ini sebagian didasarkan pada kebutuhan untuk pemahaman

yang lebih komprehensif tentang bagaimana biologi, stres, dan genetika

berinteraksi untuk membentuk gejala-gejala kecemasan.3

2.2. PERBANDINGAN PENGGOLONGAN GANGGUAN SOMATOFORM

DAN GANGGUAN TERKAIT STRESS

Menurut PPDGJ III, klasifikasi gangguan somatoform dan

gangguan stress adalah sebagai berikut :

F40.0 Gangguan Anxietas Fobik

F40.00 Agorafobia

.00 Tanpa gangguan panik

.01 Dengan gangguan panic

F40.1 Fobia sosial

F40.2 Fobia khas (terisolasi)

F40.8 Gangguan anxietas fobik lainnya

F40.9 Gangguan anxietas fobik YTT4

F41 Gangguan Anxietas Lainnya

F41.0 Gangguan panik (anxietas paroksismal episodik)

F41.1 Gangguan anxietas menyeluruh

F41.2 Gangguan campuran anxietas dan depresif

F41.3 Gangguan anxietas campuran lainnya

F41.8 Gangguan anxietas lainnya YDT

F41.9 Gangguan anxietas YTT4

4
F42 Gangguan Obsesif-Kompulsif

F42.0 Predominan pikiran obsesif atau pengulangan

F42.1 Predominan tindakan kompulsif (obsessional rituals)

F42.2 Campuran pikiran dan tindakan obsesif

F42.8 Gangguan obsesif-kompulsif lainnya

F42.9 Gangguan obsesif-kompulsif YTT4

F43 Reaksi terhadap Stress Berat dan Gangguan Penyesuaian

F43.0 Reaksi stress akut

F43.1 Gangguan stress pasca-trauma

F43.2 Gangguan penyesuaian

.20 Rekasi depresif singakat

.21 Reaksi depresif berkepanjangan

.22 Reaksi campuran anxietas dan depresif

.23 Dengan predominan gangguan emosi lainnya

.24 Dengan predominan gangguan tingkah laku

.25 Dengan gangguan campuran dari emosi & tingkah laku

.28 Dengan gejala predominan lainnya YDT

F43.8 Reaksi stress berat lainnya

F43.9 Reaksi stress berat YTT4

2.3. KLASIFIKASI KECEMASAN (ANXIETY)

2.3.1 Menurut (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders

IV) DSM-IV

5
1. Gangguan Panik

Seperti yang dibahas, serangan panik, yang

didefinisikan sebagai periode onset gejala tiba-tiba yang

biasanya memuncak dalam 10 menit, dapat terjadi pada

sebagian besar gangguan kecemasan. Kriteria DSM-IV-TR

untuk serangan panik adalah sebagai berikut :

1. Jantung berdebar dan detak jantung meningkat;

2. Berkeringat

3. Gemetar atau bergetar

4. Sensasi sesak napas atau tercekik

5. Perasaan tersedak

6. Nyeri dada atau ketidaknyamanan;

7. Mual atau gangguan perut;

8. Merasa pusing, tidak stabil, atau pingsan

9. Derealization (rasa tidak sadar)

10. Takut kehilangan kendali atau menjadi gila

11. Takut mati;

12. Parestesia;

13. Menggigil atau hot flushes;

14. Satu atau lebih serangan panik yang tidak terduga,

15. 1 bulan kekhawatiran, termasuk perubahan dalam

kesadaran atau perilaku;

16. Ada atau tidak adanya agorafobia; atau serangan

6
yang tidak disebabkan oleh gangguan mental lain,

kondisi medis umum, atau efek suatu zat.5

2. Genarilized Anxiety Disorder (GAD)

Gangguan Kecemasan Menyeluruh (GAD) adalah

gangguan kronis yang melibatkan kecemasan berlebihan dan

kekhawatiran tentang sejumlah peristiwa selama sebagian

besar hari dalam 6 bulan. Kesulitan mengendalikan

kekhawatiran adalah yang terpenting, dengan individu yang

mengatur gejala fisik dan psikis dengan kondisi yang

mengarah pada kesulitan atau kerusakan yang signifikan.5

Dalam mendiagnosis GAD, dokter harus

mengesampingkan kondisi medis umum atau penyalahgunaan

zat. Keluhan somatik umum pasien dengan GAD termasuk

ketegangan otot, tangan dingin atau basah, mulut kering,

berkeringat, mual, diare, dan frekuensi buang air kecil. Gejala

psikologis termasuk lekas marah, sulit berkonsentrasi, dan

gangguan tidur.5

Pada banyak individu, manifestasi subsindromal dari

GAD terlihat pada masa kanak-kanak dan remaja. Gangguan

ini bermanifestasi secara kronis dengan gejala yang bertambah

dan gangguan sosial, berpotensi mengarah pada perkembangan

gangguan kecemasan, depresi, dan penyalahgunaan zat

lainnya.

7
3. Soacial Anxiety Disorder (SAD)

Kriteria DSM-IV-TR untuk SAD termasuk ketakutan

atau penghindaran situasi sosial dan kinerja atau bertahan

dalam suatu situasi dengan kecemasan atau tekanan yang luar

biasa. Pasien mengenali gejala SAD sebagai suatu yang

berlebihan atau tidak masuk akal; kondisi ini sangat

menyedihkan atau mematikan. Ketakutan umum yang

diungkapkan oleh pasien dengan SAD ikuttermasuk dalam

kelompok kecil; makan, minum, atau menulis di depan

umum;,berbicara dengan tokoh otoritas, melakukan atau

memberikan ceramah, menghadiri acara social, bekerja sambil

diamati, bertemu orang asing atau berkencan, menggunakan

kamar mandi umum, dan menjadi pusat perhatian. Keluhan

somatik yang umum ditemui oleh pasien dengan SAD

termasuk gemetar, berkeringat, gagap, tekanan perut, dan

jantung berdebar.5

4. Obsessive-compulsive disorder (OCD)

Kriteria DSM-IV-TR untuk OCD yaitu pikiran yang

tidak diinginkan, impuls, atau gambaran yang menyebabkan

kecemasan besar. Pikiran-pikiran ini bukan hanya

kekhawatiran berlebihan tentang masalah kehidupan nyata.

Orang dengan OCD berusaha untuk mengabaikan, menekan,

atau menetralkan pikiran-pikiran ini, yang diakui sebagai hasil

8
dari pikiran mereka.5

Kriteria DSM-IV-TR standar untuk tekanan meliputi

perilaku berulang atau tindakan mental yang membuat mereka

terdorong untuk melakukannya. Tekanan ditujukan untuk

mencegah atau mengurangi cemas atau mencegah suatu

peristiwa yang ditakuti, meskipun perilaku tersebut tidak

secara realistis terhubung dengan peristiwa yang ditakuti dan

jelas berlebihan.5

5. Posttraumatic Stress Disorder (PTSD)

Kriteria untuk diagnosis gangguan stres pascatrauma

(PTSD), seperti yang didefinisikan oleh DSM-IV-TR,

Termasuk paparan peristiwa yang mengancam jiwa atau

traumatis yang terus-menerus dialami kembali. Individu

dengan PTSD menghindari rangsangan yang berhubungan

dengan trauma, dan mereka kelihatan kaku dalam kemampuan

berekasi di depan umum. Gangguan stres pascatrauma juga

dapat terjadi pada individu yang melihat peristiwa traumatis

orang lain. Stresor umum yang mengarah ke PTSD termasuk

kekerasan (misalnya, berkelahi, pemerkosaan, masalah suami-

istri), luka atau pengalaman buruk lainnya (misalnya, terlibat

dalam kebakaran, banjir, atau gempa bumi) dan belajar tentang

trauma orang yang dicintai.5

9
2.3.2 Menurut Spilberger (dalam Triantoro Safaria & Nofrans Eka

Saputra, 2012: 53) menjelaskan kecemasan dalam dua bentuk,

yaitu :

1. Kecemasan sebagai suatu sifat (trait anxiety), yaitu

kecendrungan pada diri 
 seseorang untuk merasa terancam

oleh sejumlah kondisi yang sebenarnya 
 tidak berbahaya.

2. Kecemasan sebagai suatu keadaan (state anxiety), yaitu

suatu keadaan atau 
 kondisi emosional sementara pada diri

sesorang yang ditandai dengan perasaan tegang dan

khawatiran yang dihayati secara sadar serta bersifat

subjektif dan meningginya aktivitas sistem saraf otonom

(Slameto, 2010:185-188). Sebagai suatu keadaan,

kecemasan biasanya berhubungan dengan situasi-situasi

lingkungan yang khusus misalnya situasi tes8


2.3.3 Menurut Freud (dalam Feist & Feist, 2012: 38) membedakan

kecemasan dalam tiga jenis, yaitu :

1. Kecemasan neurosis


10
Kecemasan neurosis adalah rasa cemas akibat bahaya yang

tidak diketahui. Perasaan itu berada pada ego, tetapi muncul

dari dorongan id. Kecemasan neurosis bukanlah ketakutan

terhadap insting-insting itu sendiri, namun ketakutan

terhadap hukuman yang mungkin terjadi jika suatu insting

dipuaskan.1 


2. Kecemasan moral


Kecemasan ini berakar dari konflik antara ego dan

superego. Kecemasan ini dapat muncul karena kegagalan

bersikap konsisten dengan apa yang mereka yakini benar

secara moral. Kecemasan moral merupakan rasa takut

terhadap suara hati. Kecemasan moral juga memiliki dasar

dalam realitas, di masa lampau sang pribadi pernah

mendapat hukuman karena melanggar norma moral dan

dapat dihukum kembali.1

3. Kecemasan realistik

Kecemasan realistik merupakan perasaan yang tidak

menyenangkan dan tidak spesifik yang mencakup

kemungkinan bahaya itu sendiri. Kecemasan realistik

merupakan rasa takut akan adanya bahaya-bahaya nyata

yang berasal dari dunia luar.1

11
2.4 TINGKAT KECEMASAN (ANXIETY)

Kecemasan (Anxiety) memiliki tingkatan Gail W. Stuart (2006:

144) mengemukakan tingkat ansietas, diantaranya :

1. Ansietas Ringan


Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-

hari, ansietas ini menyebabkan individu menjadi waspada

dan meningkatkan lapang persepsinya. Ansietas ini dapat

memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta

kreativitas.1

2. Ansietas Sedang

Memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang

penting dan mengesampingkan yang lain. Ansietas ini

mempersempit lapang persepsi individu. Dengan demikian,

individu mengalami tidak perhatian yang selektif namun

dapat berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan untuk

melakukannya.1

3. Ansietas Berat


Sangat mengurangi lapang persepsi individu. Individu

cenderung berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik

serta tidak berpikir tentang hal lain. Semua perilaku

ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Individu tersebut

memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada area lain.1

12
4. Tingkat Panik

Berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan teror. Hal

yang rinci terpecah dari proporsinya karena mengalami

kehilangan kendali, individu yang mengalami panik tidak

mampu melakukan sesuatu walaupun dengan arahan. Panik

mencakup disorganisasi kepribadian dan menimbulkan

peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan

untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang

menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional.1

2.5. EPDEMIOLOGI

Gangguan kecemasan merupakan salah satu kelompok

gangguan kejiwaan yang paling umum. Studi komorbiditas nasional

melaporkan bahwa satu dari empat orang memenuhi kriteria diagnostik

untuk satu gangguan kecemasan dan terdapat tingkat prevalensi selama

12 bulan sebesar 17,7 persen. Wanita (prevalensi seumur hidup 30,5

persen) lebih cenderung memiliki gangguan kecemasan daripada pria

(prevalensi seumur hidup 19,2 persen). Prevalensi gangguan kecemasan

berkurang dengan status sosial ekonomi yang lebih tinggi.9

2.6. ETIOLOGI ANXIETY

1. Teori Biologi

Area otak yang diduga terlibat pada timbulnya GAD adalah

lobus oksipitalis yang mempunyai reseptor benzodiazepin

13
tertinggin di otak. Basal ganglia, system limbik dan korteks frontal

juga dihipotesiskan terlibat pada etiologi timbulnya GAD. Pada

pasien GAD juga ditemukan system serotonergic yang abnormal.

Neurotransmitter yang berkaitan dengan GAD adalah GABA,

serotonin, norepinefrin, glutamate dan kolesistokinin.6

2. Teori Genetik

Pada sebuah studi didapatkan bahwa terdapat hubungan

genetic pasien GAD dan gangguan depresi mayor pada pasien

wanita. Sekitar 25% dari keluarga tingkat pertama penderita GAD

juga menderita gangguan yang sama. Sedangkan penelitian pada

pasangan kembar didapatkan 50% pada kembar monozigotik dan

15% pada kembar dizigotik.6

3. Teori Psikoanalitik

Teori psikoanalitik menghipotesiskan bahwa anxietas

adalah gejala dari konflik bawah sadar yang tidak terselesaikan.

Pada tingkat yang paling primitif anxietas dihubungkan dengan

perpisahan dengan objek. Pada tingkat yang lebih matang lagi

anxietas dihubungkan dengan kehilangan cinta dari objek yang

pneting. Anxietas kastrasi berhubungan dengan fase oedipal sengan

anxietas superego merupakan ketakutan seseorang untuk

mengecewakan nilai dan pandangannya sndiri.6

4. Teori Kognitif-perilaku

Penderita GAD berespons secara salah dan tidak dapat terhadap

14
ancaman, disebabkan oleh perhatian yang selektif terhadap hal-hal

negative pada lingkungan, adanya distorsi pada pemrosesan

informasi dan pandangan yang sangat negatf terhadap kemampuan

diri untuk menghadapi ancaman.6

2.7. CIRI-CIRI DAN GEJALA KECEMASAN (ANXIETY)

Menurut Jeffrey S. Nevid, dkk (2005: 164) ada beberapa ciri-ciri

kecemasan, yaitu :

1. Ciri-ciri fisik dari kecemasan diantaranya, kegelisahan,

kegugupan, tangan atau anggota tubuh yang bergetar atau

gemetar, sensasi dari pita ketat yang mengikat di sekitar dahi,

kekencangan pada pori-pori kulit perut atau dada, banyak

berkeringat, telapak tangan yang berkeringat, pening atau

pingsan, mulut atau kerongkongan terasa kering, sulit berbicara,

sulit bernafas, bernafas pendek, jantung yang berdebar keras atau

berdetak kencang, suara yang bergetar, jari-jari atau anggota

tubuh yang menjadi dingin, pusing, merasa lemas atau mati rasa,

sulit menelan, kerongkongan merasa tersekat, leher atau

punggung terasa kaku, sensasi seperti tercekik atau tertahan,

tangan yang dingin dan lembab, terdapat gangguan sakit perut

atau mual, panas dingin, sering buang air kecil, wajah terasa

memerah, diare, dan merasa sensitif atau “mudah marah”.1

2. Ciri-ciri behavioral dari kecemasan, diantaranya: 1) perilaku

15
menghindar, 2) perilaku melekat dan dependen, dan 3) perilaku

terguncang.1

3. Ciri-ciri kognitif dari kecemasan, diantaranya: 1) khawatir tentang

sesuatu, 2) perasaan terganggu akan ketakutan atau aprehensi

terhadap sesuatu yang terjadi di masa depan, 3) keyakinan bahwa

sesuatu yang mengerikan akan segera terjadi, tanpa ada

penjelasan yang jelas, 4) terpaku pada sensasi ketubuhan, 5)

sangat waspada terhadap sensasi ketubuhan, 6) merasa terancam

oleh orang atau peristiwa yang normalnya hanya sedikit atau tidak

mendapat perhatian, 7) ketakutan akan kehilangan kontrol, 8)

ketakutan akan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah, 9)

berpikir bahwa dunia mengalami keruntuhan, 10) berpikir bahwa

semuanya tidak lagi bisa dikendalikan, 11) berpikir bahwa

semuanya terasa sangat membingungkan tanpa bisa diatasi, 12)

khawatir terhadap hal-hal yang sepele, 13) berpikir tentang hal

mengganggu yang sama secara berulang-ulang, 14) berpikir

bahwa harus bisa kabur dari keramaian, kalau tidak pasti akan

pingsan, 15) pikiran terasa bercampur aduk atau kebingungan, 16)

tidak mampu menghilangkan pikiran-pikiran terganggu, 17)

berpikir akan segera mati, meskipun dokter tidak menemukan

sesuatu yang salah secara medis, 18) khawatir akan ditinggal

sendirian, dan 19) sulit berkonsentrasi atau memfokuskan

pikiran.1

16
2.8. FAKTOR-FAKTORT YANG MEMPENGARUHI KECEMASAN

(ANXIETY)

Blacburn & Davidson (dalam Triantoro Safaria & Nofrans Eka

Saputra, 2012: 51) menjelaskan faktor-faktor yang menimbulakan

kecemasan, seperti pengetahuan yang dimiliki seseorang mengenai situasi

yang sedang dirasakannya, apakah situasi tersebut mengancam atau tidak

memberikan ancaman, serta adanya pengetahuan mengenai kemampuan

diri untuk mengendalikan dirinya (seperti keadaan emosi serta fokus

kepermasalahannya). Kemudian Adler dan Rodman (dalam M. Nur

Ghufron & Rini Risnawita, S, 2014: 145- 146) menyatakan terdapat dua

faktor yang dapat menimbulkan kecemasan, yaitu :1

1. Pengalaman negatif pada masa lalu
 Sebab utama dari

timbulnya rasa cemas kembali pada masa kanak-kanak,

yaitu timbulnya rasa tidak menyenangkan mengenai

peristiwa yang dapat terulang lagi pada masa mendatang,

apabila individu menghadapi situasi yang sama dan juga

menimbulkan ketidaknyamanan, seperti pengalaman pernah

gagal dalam mengikuti tes.1 


2. Pikiran yang tidak rasional
 Pikiran yang tidak rasional

terbagi dalam empat bentuk, yaitu:

a) Kegagalan ketastropik, yaitu adanya asumsi dari

17
individu bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi

pada dirinya. Individu mengalami kecemasan serta

perasaan ketidakmampuan dan ketidaksanggupan

dalam mengatasi permaslaahannya.1

b) Kesempurnaan, individu mengharapkan kepada

dirinya untuk berperilaku sempurna dan tidak

memiliki cacat. Individu menjadikan ukuran

kesempurnaan sebagai sebuah target dan sumber

yang dapat memberikan inspirasi.1

c) Persetujuan

d) Generalisasi yang tidak tepat, yaitu generalisasi

yang berlebihan, ini terjadi pada orang yang


 memiliki sedikit pengalaman.1

2.9. PATOFISIOLOGI ANXIETY

Neurokimia seperti Serotonin, GABA, Dopamine,

Neuroepinephrin, dan banyak lainnya dikaitkan dengan gangguan

kecemasan. Setiap bahan kimia memiliki peran berbeda, tetapi sama

pentingnya, dalam regulasi kecemasan. Tiga neurotransmiter utama

terlibat dalam kecemasan: serotonin, norepinefrin dan asam gamma-

aminobutyric. Serotonin berperan dalam pengaturan suasana hati,

serangan, impuls, tidur, nafsu makan, suhu tubuh dan rasa sakit.

Sejumlah obat yang digunakan untuk mengobati gangguan kecemasan

18
meningkatkan tingkat serotonin yang tersedia untuk mengirimkan pesan.

Norepinefrin terlibat dalam respon melawan atau lari dan dalam waktu

tidur, suasana hati dan tekanan darah. Stres akut meningkatkan pelepasan

norepinefrin. Pada orang dengan gangguan kecemasan, terutama mereka

dengan gangguan panik, sistem yang mengendalikan pelepasan

norepinefrin tampaknya tidak diatur dengan baik. Beberapa obat

membantu menstabilkan jumlah norepinefrin yang tersedia untuk

mengirimkan pesan. GABA berperan dalam membantu mendorong

relaksasi dan tidur, dan mencegah overeksitasi. Obat yang dikenal

sebagai benzodiazepin meningkatkan aktivitas GABA, menghasilkan

efek menenangkan. Gangguan fungsi berbagai neurotransmiter dan

reseptor di otak telah terlibat dalam gangguan kecemasan. Tiga

neurotransmiter yang terutama terlibat dalam kecemasan adalah GABA,

serotonin (5-HT) dan noradrenalin. Disregulasi dalam sistem

noradrenergik menyebabkan terjadi pada gangguan kecemasan.

Noradrenaline memodulasi mekanisme rangsangan otonom, termasuk

peningkatan denyut jantung dan pernapasan. Hal ini menyebabkan

fisiologis yang mengakibatkan gejala panik seperti parestesia, mati rasa

dan sesak dada. GAD dikaitkan dengan overaktivitas noradrenergik,

reseptor serotonin (5-HT1A, 5-HT2C) dan penurunan jumlah situs

benzodiazepine pada GABAA - komplemen reseptor benzodiazepine.7

2.12. DIAGNOSIS BANDING

Gangguan cemas menyeluruh perlu dibedakan dari kecemasan

19
akibat kondisi medis umum maupun gangguan yang berhubungan dengan

penggunaan zat. Diperlukan pemeriksaan medis termasuk tes kimia

darah, elektrokardiografi, dan tes fungsi tiroid. Klinis harus

menyingkirkan adanya intoksikasi kafein, penyalahgunaan stimulansia,

kondisi putus zat atau obat seperti alcohol, hipnotik-sedatif, dan

anxiolatik.6

Gangguan psikiatrik lain yang merupakan diagnosis banding GAD

adalah gangguan panic, fobia, gangguan obsesif kompulsif,

hipkondriasis, gangguan somatisasi, dan gangguan kepribadian.

Membedakan GAD dengan gangguan depresi dan distimik tidak mudah

dan gangguan-gangguan ini sering kali terdapat bersama-sama GAD.6

2.12. PROGNOSIS

Gangguan cemas menyeluruh merupakan suatu keadaan kronis

yang mungkin berlangsung seumur hidup. Sebanyak 25% penderita

akhirnya mengalami gangguan panik juga dapat mengalami gangguan

depresi mayor.6

2.12. PENATALAKSANAAN ANXIETY

2.11.1 Farmakoterapi

1. Benzodiazepin

Merupakan pilihan obat pertama. Pemberian

benzodazepin dimulai dengan dosis terendah dan

ditingkatkan sampai mencapai respons terapi. Penggunaan

sediaan dengan waktu paruh menengah dan dosis terbagi

20
dapat mencegah terjadinya efek yang tidak diinginkan.

Lama pengobatan rata-rata adalah 2-6 minggu, dilanjutkan

dengan masa tapering off selama 1-2 minggu.6

2. Buspiron

Buspiron efektif pada 60-80% penderita GAD.

Buspiron lebih efektif dalam memperbaiki gejala kognitif

dibanding gejala somatic pada GAD. Tidak menyebabkan

withdrawl. Kekurangannya adalah efek klinisnya baru

terasa setelah 2-3 minggu. Terdapat bukti bahwa penderita

GAD yang sudah menggunakan benzodiazepine tidak

akan memberikan respons yang baik dengan buspiron.

Dapat dilakukan penggunaan bersama antara

benzodiazepine dengan buspiron kemudian dilakukan

tapering benzodiazepine setelah 2-3 minggu, disaat efek

terapi buspiron sudah mencapai.6

3. SSRI (Selective Serotonin Re-uptake Inhibitor)

Sertraline dan paroxetin merupakan pilihan yang

lebih baik daripada fluoksetin. Pemberian fluoksetin dapat

meningkatkan anxietas sesaat. SSRI selektif terutama pada

pasien GAD dengan riwayat.6

2.11.2 Psikoterapi

21
Psikoterapi merupakan pengobatan pilihan kecuali dalam

kasus di mana kecemasan sangat parah sehingga pertolongan

segera diperlukan untuk mengembalikan fungsi dan untuk

mencegah keparahan. Termasuk berikut ini :5

1. Terapi perilaku

Fokus pada penggunaan teknik-teknik seperti

guided imagery, pelatihan relaksasi, biofeedback (untuk

mengendalikan stres dan ketegangan otot), desensitisasi

progresif, banjir sebagai cara untuk mengurangi respons

kecemasan atau menghilangkan fobia tertentu. Orang

tersebut secara bertahap terpapar pada objek atau situasi

yang ditakuti. Pada awalnya, mungkin hanya melalui

gambar atau kaset audio. Kemudian, jika mungkin, orang

tersebut benar-benar menghadapi objek atau situasi yang

ditakuti. Seringkali terapis akan menemaninya untuk

memberikan dukungan dan bimbingan.5

2. Cognitive-behavioral therapy (CBT):

Cognitive-behavioral therapy (CBT) sangat berguna

dalam mengobati gangguan kecemasan. Bagian kognitif

membantu orang mengubah pola berpikir yang

mendukung ketakutan mereka, dan bagian perilaku

membantu orang mengubah cara mereka bereaksi terhadap

22
situasi yang memicu kecemasan. Dalam terapi ini, orang

belajar mengatasi rasa takut dengan memodifikasi cara

mereka berpikir dan berperilaku. Tujuan utama CBT dan

terapi perilaku adalah untuk mengurangi kecemasan

dengan menghilangkan kepercayaan atau perilaku yang

membantu mempertahankan gangguan kecemasan.

Penelitian telah menunjukkan bahwa CBT efektif untuk

beberapa gangguan kecemasan, terutama gangguan panik

dan fobia sosial. Ini memiliki dua komponen. Komponen

kognitif membantu orang mengubah pola berpikir yang

mencegah mereka mengatasi ketakutan mereka.

Komponen perilaku CBT berupaya mengubah reaksi

orang terhadap situasi yang memicu kecemasan. Utama

dari komponen ini adalah paparan, di mana orang

menghadapi hal-hal yang mereka takuti, yaitu, CBT

membahas pikiran dan perasaan "otomatis" yang

dihasilkan dari rasa takut, serta teknik khusus untuk

mengurangi atau mengganti pola perilaku maladaptif.5

3. Psikoterapi

Psikoterapi berpusat pada penyelesaian konflik dan

tekanan, serta aspek perkembangan gangguan kecemasan semata-

mata melalui terapi bicara. Psikoterapi melibatkan berbicara

23
dengan profesional kesehatan mental yang terlatih, seperti

psikiater, psikolog, pekerja sosial, atau konselor untuk belajar

bagaimana menghadapi masalah seperti gangguan kecemasan.5

4. Terapi psikodinamik

Terapi ini, pertama kali disarankan oleh Freud, didasarkan

pada premis bahwa sumber utama perilaku abnormal adalah

konflik masa lalu yang belum terselesaikan dan kemungkinan

bahwa impuls tidak sadar yang tidak dapat diterima memasuki

kesadaran.5

5. Terapi keluarga dan pelatihan orang tua

Di sini fokusnya adalah pada keluarga dan dinamikanya. Ini

didasarkan pada asumsi bahwa individu-individu dalam sebuah

keluarga tidak dapat meningkat tanpa memahami konflik yang

dapat ditemukan dalam interaksi anggota keluarga. Dengan

demikian, setiap anggota diharapkan berkontribusi untuk

penyelesaian masalah yang sedang ditangani.5

24
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Keadaan stres, konflik-konflik yang kompleks menjadikan pencetus

stres bagi individu maupun masyarakat sendiri. Secara subjektif

kecemasan itu bagi kebanyakan orang adalah perasaan yang tidak enak,

yang perlu secepat-cepatnya ditangani.

Secara objektif kecemasan itu merupakan suatu pola psikobiologik

dengan fungsi pemberitahu (alarm) adanya bahaya, dengan mengakibatkan

suatu perencanaan tindakan yang efektif, ialah suatu usaha penyesuaian

diri terhadap trauma psikis, krisis dan konflik. Apabila perencanaan dalam

25
penyesuaian diri ini berjalan dengan baik maka kecemasan akan

berkurang, tetapi apabila perencanaan ini berlangsung tidak baik

kecemasan bahkan akan bertambah hebat.

Untuk itu dalam menghadapi kecemasan orang dapat mengadakan

reaksi sebagai berikut : secara sadar menghadapinya dan berusaha

meniadakan atau memperkecil kekuatannya dengan jalan rasionalisasi.

Secara tidak sadar orang dapat menghadapinya dan berusaha meniadakan

atau memperkecil kekuatannya dengan jalan rasionalisasi.

Bentuk — bentuk gangguan anxietas sendiri berupa gangguan

panik, gangguan fobik gangguan obsesif-kompulsif, gangguan stres

pasca trauma, gangguan stres akut, gangguan ansietas menyeluruh.

Terapi yang dianjurkan adalah manajemen krisis, farmakoterapi dan

psikoterapi.

26
DAFTAR PUSTAKA

1. Annisa, AF. Konsep Kecemasan (Anxiety) Pada Lanjut Usia (Lansia).

2016. J Konselor Vol. 5 No. 2. Hal 1

2. Simpsons, HB. Anxiety Disorders. New York: Cambridge University.

2010. Hal 1

3. Bystritsky, A, dkk. Curretnt Diagnosis and Treatment of Anxiety Disorder.

2013. J P&T Vol. 38 No. 5 Hal 1

4. Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III

dan DSM-5. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya.

2013. Hal 70

27
5. Shelton, IC. Diagnosis and Management of Anxiety Disorder. JAOA Vol

104 No. 3. Hal 52-53

6. Utama H. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: FKUI. 2018. Hal 254-256.

7. Arya dkk. Understanding The Pathophysiology and Management of

Anxiety Disorder. J Pharmacy and Pharmaceutical Research. 2015. Vol 4.

No 3.

8. Tahir, MR, dkk. Pengaruh Kecemasan dan Kesulitan Belajar Matematika

terhadap Hasil Belajar Matematika Pada Siswa Kelas SMA Negeri 1

Watampone Kabupaten Bone. 2015. J Matematika dan Pembelajaran Vol

3 No. 1

9. Kaplan and Sadock’s. Synopsis of Psychiatry. USA: Lippincott Williams

& Wilkins. 2007. Hal 581

10. Andina, dkk. Hubungan Dampak Hospitalisasi Anak Dengan Tingkat

Kecemasan Orang Tua di Irina atas RSUP Prof. Dr. R. D Kondou

Manado. 2017. JK Vol. 5 No. 1. Hal 1.

28

Anda mungkin juga menyukai