Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Kesehatan Mental Anak dan remaja
Dosen Pengampu : RR. Dwi Astuti, S.Psi.,M.Si, Psikolog
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 3 (KELAS C):
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2021
BAB II
PEMBAHASAN
1) Serangan panik tidak terduga berulang. Serangan panik adalah sebuah gelombang
ketakutan yang sangat kuat akan ketidaknyamanan intens yang akan mencapai
puncaknya dalam hitungan menit, selama 4 menit (atau lebih). Gejala-gejala yang
terjadi: a. Jantung berdetak lebih cepat b. Berkeringat c. Gemetaran d. Sensasi
sesak nafas atau rasa tercekik e. Perasaan tersedak f. Terasa nyeri di dada dan
tidak nyaman g. Mual atau sakit perut h. Perasaan pusing atau pingsan i.
Menggigil atau sensasi panas j. Sensasi geli k. Perasaan tidak sadar l. Takut
kehilangan kontrol atau “menjadi gila” m. Takut mati
2) Setidaknya satu serangan telah diikuti dari satu bulan (atau lebih) dari satu atau
kedua hal berikut: a. Khawatir tentang panik tambahan atau konsekuensinya
(Seperti, kehilangan kontrol, mengalami serangan jantung, “menjadi gila”) b.
Perubahan perilaku maladaptif yang signifikan terkait dengan serangan tersebut
(contohnya, perilaku yang dirancang untuk menghindari serangan panik, seperti
menghindari latihan atau siatuasi yang tidak biasa.
1) Kecemasan atau kekhawatiran yang berlebihan yang timbul hampir setiap hari,
sepanjang hari, terjadi sekurangnya 6 bulan, tentang sejumlah aktivitas atau
kejadian (seperti pekerjaan atau aktivitas sekolah).
2) Individu sulit untuk mengendalikan kecemasan dan kekhawatiran.
3) Kecemasan diasosiasikan dengan 6 gejala berikut ini (dengan sekurang-kurangnya
beberapa gejala lebih banyak terjadi dibandingkan tidak selama 6 bulan terakhir),
yaitu kegelisahan, mudah lelah, sulit berkonsentrasi atau pikiran kosong,
iritabilitas, ketegangan otot, dan gangguan tidur (sulit tidur, tidur gelisah atau tidak
memuaskan).
4) Kecemasan, kekhwatiran, atau gejala fisik menyebabkan distress atau
terganggunya fungsi sosial, pekerjaan, dan fungsi penting lainnya.
5) Gangguan tidak berasal dari zat yang memberikan efek pada fisiologis (memakai
obat-obatan) atau kondisi medis lainnya (seperti hipertiroid).
6) Gangguan tidak dapat dijelaskan lebih baik oleh gangguan mental lainnya (seperti
kecemasan dalam gangguan panik atau evaluasi negatif pada gangguan kecemasan
sosial atau sosial fobia, kontaminasi atau obsesi lainnya pada gangguan obsesif-
kompulsif, mengingat kejadian traumatik pada gangguan stress pasca traumatik,
pertambahan berat badan pada anorexia nervosa, komplin fisik pada gangguan
gejala somatik atau delusi pada gangguan schizophreniaor).
Obsesif adalah pikiran, ide, atau dorongan yang intrusive dan berulang yang berada di luar
kemampuan seseorang untuk mengendalikannya. Obsesi dapat menjadi sangat kuat dan
persisten sehingga dapat menganggu kehidupan sehari-hari dan menimbulkan distress serta
kecemasan yang signifikan. Kompulsif terjadi sebagai jawaban terhadap pikiran obsesif dan
muncul dengan cukup sering serta kuat sehingga menganggu kehidupan sehari-hari atau
menyebabkan distress yang signifikan.
Adapun kriteria diagnostik untuk gangguan obsesif kompulsif berdasarkan PPDGJ III (Maslim,
2013) sebagai berikut:
Ciri-ciri diagnostik PPDGJ III menunjukkan pedoman diagnostik dari Gangguan Stres Akut dan
Gangguan Stres Pasca Trauma sebagai berikut (Maslim, 2013):
Gangguan stres akut adalah suatu reaksi yang diperkirakan dari seseorang yang mengalami
suatu trauma yang sangat berat, saat ini individu membutuhkan jumlah dan jenis stres yang
berbeda untuk menimbulkan gangguan tersebut. Gangguan stress akut secara khas akan
menghilang setelah 1 hingga 2 minggu (apabila berlanjut), tetapi jika gangguan berlangsung
lebih dari sebulan, diagnosis perlu diubah menjadi gangguan stres pasca trauma.
1) Harus ada kaitan waktu yang jelas antara terjadinya pengalaman stres yang luar
biasa (fisik atau mental) dengan onset dari gejala, biasanya beberapa menit atau
segera setelah kejadian.
2) Selain itu ditemukan gejala-gejala :
a) Terdapat gambaran gejala campuran yang biasanya berubah-ubah, selain gejala
permulaan berupa keadaan “terpaku” (daze). Semua hal berikut dapat terlihat
depresi, ansietas, kemarahan , kecewa, overaktif dan penarikan diri. Akan
tetapi tidak satupun dari gejala tersebut yang mendominasi gambaran klinisnya
untuk waktu yang lama.
b) Pada kasus yang dapat dialhkan dari lingkup stressornya, gejala-gejala dapat
menghilang dengan cepat (dalam beberapa jam)dalam hal dimana stres
menjadi berkelanjutan atau tidak dapat dialihkan gejala –gejala biasanya baru
mereda setelah 24-48 jam dan biasanya hapir menghilang setelah 3 hari.
3) Diagnosis ini tidak boleh digunakan untuk keadaan kambuhan mendadak dari
gejala-gejala pada individu yang sudah menunjukkan gangguan psikiatrik lainnya.
4) Kerentanan individual dan kemampuan menyesuaikan diri memegang peranan
dalam terjadinya atau beratnya suatu reaksi stres akut.
DSM V Kriteria Diagnostik:
2. SKIZOFRENIA
Skizofrenia Paranoid
Pedoman Diagnostik
Memenuhi criteria umum diagnosis skizofrenia.
Sebagai tambahan :
a) halusinasi dan / atau waham harus menonjol;suara-suara halusinasi
yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau halusinasi
auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit (whistling),
mendengung (humming) atau bunyi tawa (laughing);
b) halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual atau
lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang
menonjol;
c) waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan
(delusion of control) dipengaruhi (delusion of influence) atau
passivity (delusion of passivity) dan keyakinan dikejar-kejar yang
beraneka ragam, adalah yang paling khas;
- gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala
katatonik, secara relative tidak nyata / tidak menonjol
Diagnosis banding :
- Epilepsi dan psikosis yang diinduksi oleh obat-obatan
- Keadaan paranoid involusional (F22.8)
- Paranoia
Skizofrenia Hebefrenik
Pedoman Diagnostik (Muslim, 2013)
Memenuhi criteria umum diagnosis skizofrenia.
Diagnosis hebefrenia untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia remaja
atau dewasa muda (onset biasanya mulai 15-25 tahun).
Kepribadian pre-morbid menunjukkan cirri khas : pemalu dan senang
menyendiri (solitary), namun tidak harus demikian untuk menentukan diagnosis.
Untuk diagnosis hebefrenia yang meyakinkan umumnya diperlukan pengamatan
kontinu selama 2 atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan bahwa gambaran yang
khas berikut ini memang benar bertahan :
- Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan, serta
manerisme, ada kecenderungan untuk menyendiri (solitary), dan perilaku
menunjukkan hampa tujuan dan hampa perasaan
- Afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar (inappropriate), sering disertai
cekikikan (giggling) atau perasaan puas diri (self satisfied), senyum sendiri
(self absorbed smiling) atau oleh sikap tinggi hati (lofty manner), tertawa
menyeringai (grimaces), mannerlisme, mengibuli secara bersenda gurau
(pranks), keluhan hipokondriakal dan ungkapan kata yang diulang-ulang
(reiterated phrases)
- Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu
(rambling) serta inkoheren.
1. Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir
umumnya menonjol. Halusinasi dan waham mungkin ada tapi biasanya tidak
menonjol (fleeting and fragmentary delusions and hallucinations). Dorongan
kehendak (drive) dan yang bertujuan (determination) hilang serta sasaran
ditinggalkan, sehingga perilaku penderita memperlihatkan ciri khas, yaitu
perilaku tanpa tujuan (aimless) dan tanpa maksud (empty of purpose) adanya
suatu preokupasi yang dangkal dan bersifat dibuat-buat terhadap agama,
filsafat dan tema abstrak lainnya, makin mempersukar orang memahami jalan
pikiran pasien.
Skizofrenia katatonik
Pedoman Diagnostik
Pedoman Diagnostik.
Depresi Pasca-skizofrenia
Pedoman Diagnostik.
Skizofrenia residual
Pedoman Diagnostik
Untuk suatu diagnosis yang meyakinkan, persyaratan berikut ini harus dipenuhi
semua :
a. gejala negative dari skizofrenia yang menonjol, misalnya perlambatan
psikomotorik, aktivitas yang menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan
ketiadaan inisiatif, kemiskinan dalam kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi
non verbal yang buruk seperti dalam ekspresi muka, kontak mata, modulasi
suara, dan posisi tubuh, perawatan diri dan kinerja social yang buruk;.
b. sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas di masa lampau yang
memenuhi criteria untuk diagnosis skizofrenia.
Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu 1 tahun, dimana intensitas dan frekuensi
gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat berkurang (minimal)
dan telah timbul sindrom “negative” dari skizofrenia;
a. tidak terdapat demensia atau penyakit / gangguan otak organic lain, depresi
kronis atau institusionalisasi yang dapat menjelaskan disabilitas negative
tersebut
Skizofrenia Simpleks
Pedoman Diagnostik