Anda di halaman 1dari 75

Diskusi topik

Gangguan Neurotik, Gangguan


somatoform dan gangguan terkait
stress
Pembimbing
dr. Moch.Riza Syah, Sp.KJ
Gangguan Neurotik
ICD 10 mengelompokkan Kaitan historis dengan
gangguan neurotik, tiga Karena konsep neurosis, dan juga
jenis gangguan menjadi kaitannya dengan
satu penyebab psikologis

Gangguan Neurotik,
gangguan somatoform
dan gangguan terkait
stress
Gangguan fobik (neurosis
fobik)

Fobia (dari bahasa yunani yang


artinya rasa takut) adalah suatu
ansietas situasional yang tidak
sesuai disertai dengan penghindaran.
Agorafobia adalah ketakutan terhadap ruangan
Terdapat tiga terbuka, orang banyak serta adanya kesulitan untuk
segera menyingkir ke tempat aman. Penderita takut
golongan
berada pada situasi yang menyebabkan sulit
utama melarikan diri atau tidak ada bantuan. Agorafobia
gangguan dapat disertai serangan panik atau tidak.
fobik

Fobia spesifik adalah ketakutan irasional


terhadap objek atau situasi eksternal tertentu.
Misalnya fobia terhadap kucing, pasien akan
mengalami respon ansietas jika melihat hewan
tersebut dan akan menghindarinya.

Fobia sosial adalah ketakutan irasional pada


situasi sosial tertentu yang memungkinkan
dirinya diamati oleh orang lain. Situasi seperti ini
termasuk makan di restoran atau berbicara di
muka umum. Penderita mengalami stress dalam
setiap situasi sosial.
Pedoman diagnostik PPDGJ III gangguan
anxietas fobik

❖ F40.0 Agorafobia
❖ Pedoman diagnostik (semua kriteria harus dipenuhi untuk diagnosis pasti):
• Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang timbul harus merupakan manifestasi
primer dari anxietasnya dan bukan sekunder dari gejala – gejala lain seperti misalnya
waham atau pikiran obsesif
• Anxietas yang timbul harus terbatas pada setidaknya 2 dari situasi berikut: banyak
orang/keramaian, tempat umum, bepergian keluar rumah, dan bepergian sendiri
• Menghindari situasi fobik harus atau sudah merupakan gejala yang menonjol
(penderita menjadi house-bound
Pedoman diagnostik PPDGJ III gangguan
anxietas fobik

❖ F 40.1 Fobia sosial


❖ Pedoman diagnostik (semua kriteria harus dipenuhi untuk diagnosis pasti):
• Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang timbul harus merupakan manifestasi
primer dari anxietasnya dan bukan sekunder dari gejala – gejala lain seperti misalnya
waham atau pikiran obsesif
• Anxietas harus mendominasi atau terbatas pada situasi sosial tertentu (outside the
family circle)
• Menghindari situasi fobik harus atau sudah merupakan gejala yang menonjol
❖ Bila terlalu sulit membedakan fobia sosial dan agorafobia, utamakan agorafobia
Pedoman diagnostik PPDGJ III gangguan
anxietas fobik

❖ F 40.2 Fobia khas (terisolasi)


❖ Pedoman diagnostik (semua kriteria harus dipenuhi untuk diagnosis pasti):
• Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang timbul harus merupakan manifestasi
primer dari anxietasnya dan bukan sekunder dari gejala – gejala lain seperti misalnya
waham atau pikiran obsesif
• Anxietas harus terbatas pada adanya objek atau situasi fobik tertentu (highly specific
situations)
• Situasi fobik tersebut sedapat mungkin dihindarinya.
❖ Pada fobia khas ini umumnya tidak ada gejala psikiatrik lin, tidak seperti halnya
agorafobia dan fobia sosial.
Pedoman diagnostik PPDGJ III gangguan
anxietas fobik

❖ F40.8 Gangguan anxietas fobik lainnya


❖ F40.9 Gangguan anxietas fobik YTT
Penatalaksanaan
Terapi perilaku :
Penanganan • Teknik pajanan —> suatu cara yang
psikologis menjelaskan individu didorong untuk
menghadapi situasi fobik bukan
menghindari
• Flooding (implosion) —> Suatu teknik
perilaku yang memajankan seseorang
secara maksimal ke stimulus yang
menakutkan.

Monoamin Oksidase Inhibitor seperti


phenelzine.
Farmakologi
Antidepresan trisiklik efektif pada pasien
dengan gejala depresif.
F 41Gangguan ansietas
lainnya
❖ F 41.0 Gangguan panik (anxietas paroksismal episode)
❖ F 41.1 Gangguan anxietas menyeluruh
❖ F 41.2 Gangguan campuran anxietas dan depresif
❖ F 41.3 Gangguan anxietas campuran lainnya
❖ F 41.8 Gangguan anxietas lainnya YDT
❖ F 41.9 Gangguan anxietas YTT
F41.0 Gangguan panik (ansietas
paroksismal episodik)
❖ Gangguan panik merupakan suatu gangguan yg ditandai oleh kecemasan yg
spontan, episodik dan hebat, akibat gejala ansietas somatik dan psikis akut yang
hebat. Biasanya berlangsung hanya 30 menit.
❖ Gambaran klinis :
• Serangan dimulai dengan periode gejala yg meningkat cepat selama
10menit
• Gejala mental utama, yaitu ketakutan yg kuat dan perasaan ancaman
kematian
• Pasien tidak mampu menyebutkan sumber ketakutannya
• Pasien merasa kebingungan dan mengalami kesulitan dalam
memusatkan perhatian
• Tanda fisik, yaitu takikardi, palpitasi, sesak nafas, dan berkeringat
• Pasien sering mencoba meninggalkan situasi dimana dia berada untuk
mencari bantuan
❖ Epidemiologi :
1. Wanita 2-3x lebih sering daripada laki-laki
2. Faktor sosial, yaitu riwayat perceraian/perpisahan yg belum lama
3. Paling sering pada dewasa muda

❖ Etiologi
• Genetik
• Riwayat keluarga (agorafobia, depresi dan bunuh diri)
• Kematian parental masa kanak-kanak atau perpisahan dengan ibu
• Asupan kafein yang berlebihan, suntika Natrium Laktat.
Pedoman diagnostik PPDGJ
III
❖ F41.0 Gangguan Panik (Anxietas Paroksismal
Episodik)
• Gangguan panik baru ditegakkan sebagai diagnosis utama bila tidak ditemukan
adanya gangguan anxietas fobik (f40.-)
• Untuk diagnosis pasti, harus ditemukan adanya beberapa kali serangan anxietas
berat (severe attacks of autonomic anxiety) dalam masa kira – kira 1 bulan:
• Pada keadaan – keadaan dimana sebenarnya secara objektif tidak ada bahaya
• Tidak terbatas pada situasi yang telah diketahui atau yang dapat diduga
sebelumnya (unpredictable situations)
• Dengan keadaan yang relatif bebas dari gejala – gejala anxietas pada periode di
antara serangan – serangan panik (meskipun demikian, umumnya dapat terjadi
juga “anxietas antisipatorik” anxietas yang terjadi setelah membayangkan sesuatu
yang mengkhawatirkan akan terjadi)
F41.1 Gangguan ansietas
menyeluruh
❖ Ditandai dengan ansietas berlebih atau tidak realistik serta
kekhawatiran yang bersifat menyeluruh dan menetap serta tidak
terbatas pada lingkungan tertentu.
❖ Gambaran klinik
• Ketakutan ( khawatir mengalami kemalangan di masa depan,
“perasaan tersudut”, kesulitan berkonsentrasi.
• Ketegangan motorik (gelisah,tension headache, gemetar,
ketidakmampuan untuk santai, dll)
• Overaktivitas autonom (berkeringat, takikardi atau takipnea, rasa
tidak nyaman di epigastrium, pusing, dll).
❖ Epidemiologi
• Ansietas menyeluruh dimulai pada awal masa dewasa 15 dan 25
tahun.
• Perempuan : laki-laki = 2:1
❖ Etiologi
• Predisposisi : Genetik, lingkungan, individu dengan kepribadian
gelisah.
• Presipitasi : Stress, peristiwa yang baru terjadi terutama rasa
takut kehilangan.
Gangguan ansietas
menyeluruh
❖ Gejala klinis somatik
• Hiperaktivitas autonom —> takikardi, sulit bernafas, gemetaran
• Otot tegang, flush, tension headache, mudah lelah
❖ Gambaran psikologis
• Psikis —> Perasaan terancam, sulit konsentrasi mudah teralihkan, insomnia dini
dan mimpi buruk.
• Serangan panik —> Gejala ansietas somatik dan psikis atau eksaserbasi akut berat
yang tidak diperkirakan disertai rasa tidak nyaman atau takut yang hebat.
• Labilitas mood, depersonalisasi.
❖ Digagnosis banding : Gangguan panik, tirotoksikosis, gangguan fobik.
Pedoman diagnostik PPDGJ
III
F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh
❖ Penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung hampir setiap
hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas atau hanya menonjol
pada keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya “free floating” atau “mengambang”)
❖ Gejala – gejala tersebut biasanya mencakup unsur – unsur berikut:
• Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk, sulit konsentrasi, dsb)
• Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai)
• Overaktifitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar – debar, sesak nafas,
keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering, dsb)
❖ Pada anak – anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan (reassurance)
serta keluhan – keluhan somatik berulang yang menonjol
❖ Adanya gejala – gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari), khususnya depresi,
tidak membatalkan diagnosis utama. Gangguan anxietas menyeluruh, selama hal tersebut tidak
memenuhi kriteria lengkap dari episode depresif (F32.-), gangguan anxietas fobik (F40.-),
gangguan panik (F41.0), atau gangguan obsesif-kompulsif (F42.-)
Gangguan campuran ansietas dengan
depresif.
❖ Timbul gejala ansietas dan depresi tetapi tidak ada yang
lebih dominan.
❖ Sering terjadi, dan pada kenyataannya merupakan
gangguan psikiatrik yang paling sering terjadi pada
perawatan primer.
Diagnosis banding antara gangguan depresif dan
ansietas menyeluruh
Gangguan ansietas menyeluruh Gangguan depresif
Sering terjadi di awal masa dewasa Lebih sering pada dewasa lancet
Onset usia 20 - 40 tahun Onset usia 20 - 60 tahun
Kepribadian yang gelisah Kepribadian stabil sebelumnya
Episode ansietas sebelumnya Episode depresi atau manik
Serangan panik sering Serangan panik jarang
Kurang konsentrasi Hilangnya minat
Hilang selera sedikit Sangat kehilangan selera/sebaliknya
Performa seks berkurang libido berkurang
Tidak ada variasi mood diurnal Variasi diurnal mood yang neat
Insomnia awal Bangun pagi lebih dini
Gejala somatik sering Sering terdapat rasa bersalah
Lebih terkait dengan pencetus
Jarang terkait presipitan eksternal
external
Perjalanan kronik Perjalanan episodik
Pedoman diagnostik PPDGJ
III
F41.2 Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi
❖ Terdapat gejala – gejala anxietas maupun depresi, dimana masing – masing tidak
menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat untuk menegakkan diagnosis
tersendiri. Untuk anxietas, beberapa gejala otonomik harus ditemukan walaupun tidak
terus – menerus, disamping rasa cemas atau kekhawatiran berlebihan
❖ Bila ditemukan anxietas berat disertai depresi yang lebih ringan, maka harus
dipertimbangkan kategori gangguan anxietas lainnya atau gangguan anxietas fobik.
❖ Bila ditemukan sindrom depresi dan anxietas yang cukup berat untuk menegakkan
masing – masing diagnosis, maka kedua diagnosis tersebut harus dikemukakan, dan
diagnosis gangguan campuran tidak dapat digunakan. Jika karena suatu hal hanya dapat
dikemukakan 1 diagnosis maka gangguan depresif harus diutamakan
❖ Bila gejala – gejala tersebut berkaitan erat dengan stres kehidupan yang jelas, maka
harus digunakan kategori F43.2 gangguan penyesuaian
Pedoman diagnostik PPDGJ
III
F41.3 Gangguan Anxietas Campuran Lainnya
❖ Memenuhi kriteria gangguan anxietas menyeluruh (F41.1) dan juga menunjukkan (meskipun hanya dalam
jangka pendek) ciri – ciri yang menonjol dari kategori gangguan F40-F49, akan tetapi tidak memenuhi
kriterianya secara lengkap
❖ Bila gejala – gejala yang memenuhi kriteria dari kelompok gangguan ini terjadi dalam kaitan dengan
perubahan atau stres kehidupan yang bermakna, maka dimasukkan dalam kategori F43.2, gangguan
penyesuaian

F41.8 Gangguan anxietas lainnya YDT


F41.9 Gangguan anxietas YTT
Gangguan obsesif kompulsif
❖ Gangguan obsesif kompulsif adalah suatu preokupasi non-situasional.
Preokupasi ini dapat berupa isi pikiran (obsesi) atau tindakan (kompulsi)
❖ Obsesi : pikiran, perasaan, ide, atau sensasi yg mengganggu dan tidak
masuk akal.
❖ Kompulsi : pikiran atau perilaku yg disadari, dibakukan, dan rekuren seperti
berhitung, memeriksa atau menghindari.
❖ Pada gangguan obsesif kompulsif tilikan dipertahankan oleh individu yang
menganggap obsesi atau kompulsinya sebagai “kebodohan”, tetapi tidak
mampu menghentikannya.
❖ Manifestasi klinis :
• Gagasan/impuls yg memaksakan dirinya terus menerus untuk
melakukan pekerjaan yg berulang-ulang
• Perasaan ketakutan yg mencemaskan dan melakukan tindakan kebalikan
melawan gagasan impuls
• Pasien menyadari melakuan perbuatan yg mustahil dan tidak masuk akal
tetapi merasakan dorongan yg kuat untuk memahaminya
❖ Diagnosis pasti: gejala obsesif atau tindakan kompulsif atau keduanya harus ada hampir
setiap hari selama sedikitnya 2 minggu berturut – turut sumber penderitaan (distress)
atau mengganggu aktifitas penderita
❖ Gejala obsesif:
• Harus disadari sebagai pikiran atau impuls diri sendiri
• Sedikitnya ada 1 pikiran atau tindakan yang tidak berhasil dilawan, meskipun ada lainnya yang
tidak lagi dilawan oleh penderita
• Pikiran untuk melakukan tindakan tersebut diatas bukan merupakan hal yang memberi kepuasan
atau kesenangan (sekedar perasaan lega dari ketegangan atau anxietas, tidak dianggap sebagai
kesenangan seperti dimaksud diatas)
• Gagasan, bayangan pikiran, atau impuls tersebut harus merupakan pengulangan yang tidak
menyenangkan (unpleasantly repetitive
❖ Diagnosis gangguan obsesif-kompulsif ditegakkan hanya bila tidak ada gangguan
depresif pada saat gejala tersebut timbul
❖ Bila tidak ada yang menonjol, maka lebih baik dianggap sebagai depresi sebagai
diagnosis primer. Untuk gangguan menahun dipilihkan gejala yang paling
bertahan
❖ Gejala obsesif sekunder yang terjadi pada gangguan skizofrenia, sindrom
Tourette, atau gangguan mental organik, harus dianggap sebagai bagian dari
kondisi tersebut
❖ Etiologi :
• Disregulasi serotonin
• Peningkatan aktivitas di lobus frontalis, gangglia basalis, dan singulum pada PET
• 35% dari faktor genetik
❖ Penatalaksanaan
• Psikologis :
• Psikoterapi suportif
• Terapi perilaku kognitif
• Farmakalogi
• Clomipramine —> bermanfaat, biasanya selama berbulan-bulan.
Dapat menyebabkan efek samping antikolinergik yang signifikan dan gangguan seksual.
Pedoman diagnostik PPDGJ
III
F42.0 Predominan Pikiran Obsesif atau
Pengulangan
❖ Keadaan ini dapat berupa: gagasan, bayangan pikiran, atau impuls (dorongan
perbuatan), yang sifatnya mengganggu (ego alien)
❖ Meskipun isi pikiran tersebut berbeda – beda, umumnya hampir selalu
menyebabkan penderitaan (distress)
Pedoman diagnostik PPDGJ
III
F42.1 Predominan Tindakan Kompulsif (Obsessional Rituals)
❖ Umumnya tindakan kompulsif berkaitan dengan: kebersihan (khususnya mencuci tangan),
memeriksa berulang untuk meyakinkan bahwa suatu situasi yang dianggap berpotensi bahaya tidak
terjadi, atau masalah kerapihan dan keteraturan
❖ Hal tersebut dialtarbelakangi perasaan takut terhadap bahaya yang mengancam dirinya atau
bersumber dari dirinya, dan tindakan ritual tersebut merupakan ikhtiar simbolik dan tidak efektif
untuk menghindari bahaya tersebut.
❖ Tindakan ritual kompulsif tersebut menyita banyak waktu sampai beberapa jam dalam sehari dan
kadang – kadang berkaitan dengan ketidakmampuan mengambil keputusan dan kelambanan
F42.2 Campuran Pikiran dan Tindakan Obsesif
❖ Kebanyakan dari penderita obsesif-kompulsif memperlihatkan pikiran obsesif
serta tindakan kompulsif. Diagnosis ini digunakan bilamana kedua hal tersebut
sama – sama menonjol, yang umumnya memang demikian
❖ Apabila salah satu memang jelas lebih dominan, sebaiknya dinyatakan dalam
diagnosis F42.0 atau F42.1. Hal ini berkaitan dengan respons yang berbeda
terhadap pengobatan. Tindakan kompulsif lebih responsif terhadap terapi
perilaku
Reaksi terhadap stress berat dan gangguan
peyesuaian

❖ Gangguan yang merupakan akibat langsung kejadian hidup yang


penuh stress, yang menimbulkan stress akut, atau perubahan hidup
yang signifikan, yang menyebabkan keadaan tidak menyenangkan
berlanjut, sehingga menyebabkan gangguan penyesuaian.

❖ Gangguan dapat dianggap sebagai respon maladaptif terhadap stres


berkelanjutan atau berat yang mengganggu keberhasilan mekanisme
penyesuaian menghadapi masalah dan menyebabkan gangguan
fungsi sosial.
F43.0 Reaksi stress akut
❖ Reaksi terhadap stres akut
Suatu gangguan sementara yg cukup parah yg terjadi pd seseorang tanpa adanya gangguan jiwa lain yg
nyata, sebagai respon thd stres fisik maupun mental yg luar biasa yg biasanya menghilang dalam
beberapa jam atau hari.

❖ Pedoman diagnostik :
• Harus ada kaitan waktu yg langsung dan jelas antara terjadinya stres yg luar biasa dengan onset gejala
• Onset biasanya setelah beberapa menit atau bahkan segera setelah kejadian
Gejala-gejala :
• Terdapat gejala campuran yg berubah-ubah; selain gejala permulaan berupa
keadaan terpaku (daze)
• Depresif
• Ansietas
• Kemarahan
• Kekecewaan
• Hiperaktif
• Penarikan diri
• Gejala mulai mereda setelah 24-48 jam dan biasanya menghilang setelah 3 hari
F43.1 Gangguan stress pasca
trauma
❖ Timbul sbg respon yg berkepanjangan dan atau tertunda terhadap kejadian/situasi yang menimbulkan
stres, cenderung menyebabkan distres pd hampir setiap orang.
❖ Gangguan ini merupakan reaksi umum individu normal terhadap trauma hebat yang menyebabkan
distres berat terhadap siapapun, seperti bencana alam, pertempuran, kecelakaan serius, korban
penyiksaan dll.

Gejala Khas :
• Bayangan2 kejadian traumatik terulan kembali (flashback) atau dalam mimpi
• Kondisi perasaan beku & penumpulan emosi
• Menjauhi org lain
• Tidak responsif terhadap lingkungannya
• Anhedonia
• Menghindari aktivitas dan situasi yg berkaitan dengan traumanya
❖ Kadang terjadi reaksi draatik, mendadak ketakutan, panik atau agresif bila teringat traumanya
Onset :

Terjadi setelah trauma, masa laten antara beberapa mgg-bulan (jarang
melampaui 6 bln)
F43.2 Gangguan penyesuaian
❖ Keadaan stres yg subjektif dan gangguan emosional yg mengganggu kinerja dan fungsi. Timbul pada periode
adaptasi terhadap perubahan yg bermakna atau akibat dari peristiwa kehidupan yg penuh stres.

❖ Manifestasi klinik :
• Afek depresif
• Ansietas

• Kecemasan

• Perasaan tidak mampu menghadapi dan menyesuaikan, serta merencanakan masa depan
• Dissability dalam kinerja kegiatan rutin sehari-hari
• Pada remaja : agresif dan dissosial
• Pada anak-anak2 : fenomena regresi

Lamanya gejala tidak melebihi 6 bulan kecuali dalam kasus reaksi depresif berkepanjangan
Pedoman diagnostik PPDGJ
III
F43.0 Reaksi Stres Akut
❖ Harus ada kaitan waktu kejadian yang jelas antara terjadinya pengalaman stressor luar biasa (fisik atau mental) dengan onset gejala
tersebut, biasanya setelah beberapa menit atau segera setelah kejadian
❖ Gejala – gejala:
• Gejala campuran yang berubah – ubah; selain gejala permulaan berupa keadaan “terpaku” (daze), semua hal berikut dapat terlihat: depresi,
anxietas, kemarahan, kecewa, overaktif, dan penarikan diri tidak mendominasi untuk waktu yang lama
• Stressor dihilangkan, gejala dapat menghilang dengan cepat (dalam beberapa jam). Jika stres berkelanjutan atau tidak dapat dialihkan, gejala
baru mereda setelah 24 – 48 jam dan biasanya hampir menghilang setelah 3 hari
❖ Diagnosis ini tidak boleh digunakan untuk keadaan kambuhan mendadak dari gejala pada individu yang sudah menunjukkan
gangguan psikiatrik lainnya
❖ Kerentanan individual dan kemampuan menyesuaikan diri memegang peranan dalam terjadinya atau beratnya suatu reaksi stres
akut
F43.1 Gangguan Stres Pasca-Trauma
❖ Diagnosis dapat ditegakkan telah terjadi dalam kurun waktu 6 bulan setelah kejadian traumatik berat (masa laten yang
berkisar antara beberapa minggu sampai beberapa bulan, jarang sampai melampaui 6 bulan)
❖ Kemungkinan diagnosis masih dapat ditegakkan apabila tertundanya waktu mulai saat kejadian dan onset gangguan melebihi
waktu 6 bulan, asal saja manifestasi klinisnya adalah khas dan tidak didapat alternatif kategori gangguan lainnya
❖ Sebagai bukti tambahan selain trauma, harus didapatkan bayang – bayang atau mimpi – mimpi dari kejadian traumatik
tersebut secara berulang – ulang kembali (flashbacks)
❖ Gangguan otonomik, gangguan afek dan kelainan tingkah laku semuanya dapat mewarnai diagnosis tetapi tidak khas
❖ Suatu sequelae menahun yang terjadi lambat setelah stres yang luar biasa, misalnya saja beberapa puluh tahun setelah trauma,
diklasifikasi dalam kategori F62.0 (perubahan kepribadian yang berlangsung lama setelah mengalami katastrofia)
F43.2 Gangguan Penyesuaian
❖ Diagnosis tergantung pada evaluasi terhadap hubungan antara:
• Bentuk, isi, dan beratnya gejala
• Riwayat sebelumnya dan corak kepribadian
• Kejadian, situasi yang “stressful” atau krisis kehidupan
❖ Adanya faktor ketiga diatas (c) harus jelas dan bukti yang kuat bahwa gangguan tersebut tidak akan terjadi
seandainya tidak mengalami hal tersebut
❖ Manifestasi dari gangguan bervariasi, dan mencakup afek depresif, anxietas, campuran anxietas-depresif, gangguan
tingkah laku, disertai adanya disabilitas dalam kegiatan rutin sehari – hari. Tidak ada satupun dari gejala tersebut
yang spesifik untuk mendukung diagnosis
❖ Onset biasanya terjadi dalam 1 bulan setelah terjadinya kejadian yang “stressful” dan gejala – gejala
biasanya tidak bertahan melebihi 6 bulan, kecuali dalam hal reaksi depresif berkepanjangan (F43.21)
Gangguan disosiatif
(konversi)
❖ Disosiasi adalah suatu keadaan dua atau lebih proses mental yang terjadi
bersamaan tanpa terintegrasi.

❖ Konflik dan distress emosional dipisahkan dari kesadaran normal atau bahkan
terhadapkepribadian yang berbeda yang dapat mengendalikan perilaku seseorang.

❖ Gangguan ini merupakan hal yg bersifat psikogenik yg berkaitan dengan kejadian


traumatik, problem yg tidak dapat diselesaikan dan tidak dapat ditolerir atau gangguan
dalam pergaulan.
❖ Gejala utama: adanya kehilangan (sebagian atau seluruh dari integrasi normal
(dibawah kendali kesadaran) antara:
• Ingatan masa lalu
• Kesadaran identitas dan penginderaan segera (awareness of identity and immediate
sensational)
• Kontrol terhadap gerakan tubuh
❖ Pada gangguan disosiatif, kemampuna kendali dibawah kesadaran dan kendali
selektif tersebut terganggu sampai taraf yang dapat berlangsung dari hari ke
hari atau bahkan jam ke jam
❖ Diagnosis pasti:
• Gambaran klinis yang ditentukan untuk masing – masing gangguan yang tercantum
pada F44.- (misalnya F44.0 Amnesia Disosiatif)
• Tidak ada bukti adanya gangguan fisik yang dapat menjelaskan gejala – gejala
tersebut
• Bukti adanya penyebab psikologis, dalam bentuk hubungan kurun waktu yang jelas
dengan problem dan kejadian – kejadian yang “stressful” atau hubungan yang
interpesonal yang terganggu (meskipun hal tersebut disangkal oleh penderita)
❖ Epidemiologi
• Usia pada masa remaja atau dewasa dini, mungkin pada usia
pertengahan.
• Gangguan konversi pada usia pertengahan sangat mungkin
disebabkan oleh penyakit organik.
• Lebih sering pada sosioekonomi rendah
❖ Etiologi
• faktor predisposisi —> Genetik, individu yang rentan sugestif
• Faktor presipitasi dan pertuasi —> stress berat, cedera lobus
kepala, epilepsi lobus temporal
Bentuk gangguan disosiatif
1.Amnesia Disosiatif
Adalah ketidakmampuan untuk mengingat informasi yg baru saja disimpan dalam ingatan pasien, biasanya
tentang peristiwa yg menegangkan/traumatik dalam kehidupannya bukan disebabkan oleh gangguan mental
organik.

❖Amnesia dari amnesia disosiatif dapat mengambil 1 dari beberapa bentuk :


- Amnesia terlokalisasi, kehilangan daya ingat terhadap peristiwa dalam periode singkat/hanya dlm
beberapa jam-hari
- Amnesia umum, kehilangan daya ingat akan pengalaman selama hidupnya
- Amnesia selektif, kegagalan mengingat beberapa peristiwa selama waktu yg singkat

2.Fugue Disosiatif
Memiliki semua ciri amnesia disosiatif ditambah gejala melakukan perjalanan meninggalkan rumah / tempat
kerja yg disengaja, seringkali mengambil identitas dan pekerjaan yg sepenuhnya baru walaupun identitas baru
biasanya kurang lengkap.
3. Gangguan Trans dan Kesurupan
Adanya kehilangan penghayatan sementara akan identitas diri dan kesadaran terhadap lingkungannya.
Gambaran Klinis :
• Berprilaku seakan-akan dikuasai oleh kepribadian lain, kekuatan gaib, malaikat, kekuatan lain.
• Perhatian dan kewaspadaan terbatas atau terpusat pada satu atau dua aspek yg ada dilingkungan dan seringkali
gerakan, posisi tubuh dan kata-katanya juga terbatas dan diulang-ulang.

4. Gangguan Motorik Disosiatif


• Paralisis bersifat parsial dengan gerakan yg lemah atau lambat
• Tremor yg berlebihan pada satu atau lebih ekstremitas atau pada seluruh badan
• Terjadi berbagai bentuk dan taraf inkoordinasi khususnya pada kaki sehingga cara jalan aneh dan ketidakmampuan
berdiri tanpa dibantu.

5. Konvulsi Disosiatif
Menyerupai kejang epileptik dalam hal gerakannya, tapi jarang disertai lidah tergigit dan luka karena jatuh
saat serangan dan inkontinensia urine, tidak dijumpai kehilangan kesadaran tapi diganti dengan keadaan
stupor atau trans.
Pedoman diagnostik PPDGJ
III
F44.0 Amnesia Disosiatif
❖ Ciri utamanya: hilang daya ingat, biasanya mengenai kejadian penting yang baru terjadi (selective), yang bukan disebabkan
oleh gangguan mental organik dan terlalu luas untuk dapat dijelaskan atas dasar kelupaan yang umum terjadi atau atas dasar
kelelahan
❖ Diagnosis pasti:
• Amnesia, baik total atau parsial, mengenai kejadian yang “stressful” atau traumatik yang baru terjadi (hal ini mungkin hanya dapat
dinyatakan bila ada saksi yang memberi informasi
• Tidak ada GMO, intoksikasi, atau kelelahan berlebihan (sindrom amnesik organik), F04, F1x.6
❖ Sulit membedakan amnesia buatan yang disebabkan oleh simulasi secara sadar (malingering). Perlunya penilaian secara rinci
dan berulang mengenai kepribadian premorbid dan motivasi diperlukan. Amnesia buatan (conscious stimulation of
amnesia) biasanya berkaitan dengan problema yang jelas mengenai keuangan, bahaya kematian dalam peperangan, atau
kemungkinan hukuman penjara atau hukuman mati
F44.1 Fugue Disosiatif
❖ Diagnosis pasti:
• Ciri – ciri amnesia disosiatif (F44.0)
• Melakukan perjalanan tertentu melampaui hal yang umum dilakukannya sehari – hari
• Kemampuan mengurus diri yang dasar tetap ada (makan, mandi, dsb) dan melakukan interaksi
sosial sederhana dengan orang – orang yang belum dikenalnya (misalnya membeli karcis atau
bensin, menanyakan arah, memesan makanan, dsb)
❖ Harus dibedakan dari “postictal fugue” yang terjadi setelah serangan epilepsi lobus
temporalis, biasanya dapat dibedakan dengan cukup jelas atas dasar riwayat
penyakitnya, tidak adanya problem atau kejadian yang “stressful”, dan kurang jelasnya
tujuan (fragmented) berkepergian serta kegiatan dari penderita epilepsi tersebut
F44.2 Stupor Disosiatif
❖ Diagnosis pasti:
• Stupor, sangat berkurangnya atau hilangnya gerakan volunter dan respon normal terhadap
rangsangan luar seperti misalnya, cahaya, suara, dan perabaan (sedangkan kesadaran tidak
hilang)
• Tidak ditemukan adanya gangguan fisik ataupun gangguan jiwa lain yang dapat menjelaskan
keadaan stupor tersebut
• Adanya problem atau kejadian – kejadian baru yang “stressful” (psychogenic causation)
❖ Harus dibedakan dari stupor katatonik (pada skizofrenia), dan stupor depresif atau
manik (pada gangguan afektif, berkembang sangat lambat, sudah jarang ditemukan)
F44.3 Gangguan Trans dan Kesurupan
❖ Kehilangan sementara penghayatan akan identitas diri dan kesadaran terhadap
lingkungannya; dalam beberapa kejadian, individu tersebut berperilaku seakan – akan
dikuasai oleh kepribadian lain, kekuatan gaib, malaikat atau “kekuatan lain”
❖ Hanya gangguan trans yang involunter (diluar kemauan individu) dan bukan merupakan
aktifitas yang biasa, dan bukan merupakan kegiatan keagamaan ataupun budaya, yang
boleh dimasukkan dalam pengertian ini
❖ Tidak ada penyebab organik (misalnya, epilepsi lobus temporalis, cedera kepala,
intoksikasi zat psikoaktif) dan bukan bagian dari gangguan jiwa tertentu (misalnya,
skizofrenia, gangguan kepribadian multipel)
F 44.4 Gangguan Motorik Disosiatif
❖ Bentuk yang paling umum dari gangguan ini adalah ketidakmampuan untuk
menggerakkan seluruh atau sebagian dari anggota gerak (tangan dan kaki)
❖ Gejala tersebut seringkali menggambarkan konsep dari penderita mengenai
gangguan fisik yang berbeda dengan prinsip fisiologis maupun anatomik
F44.5 Konvulsi Disosiatif
❖ Konvulsi disosiatif (psuedo seizures) dapat sangat mirip dengan kejang epileptik
dalam hal gerakan – gerakannya, akan tetapi sangat jarang disertai lidah tergigit,
luka serius karena jatuh saat serangan dan mengompol. Juga tidak dijumpai
kehilangan kesadaran atau hal tersebut diganti dengan keadaan seperti stupor
atau trans
F44.6 Anestesia dan Kehilangan Sensorik Disosiatif
❖ Gejala anestesia pada kulit seringkali mempunyai batas – batas yang tegas (menggambarkan pemikiran
pasien mengenai fungsi tubuhnya dan bukan menggambarkan kondisi klinis sebenarnya)
❖ Dapat pula terjadi perbedaan antara hilangnya perasaan pada berbagai jenis modalitas penginderaan yang
tidak mungkin disebabkan oleh kerusakan neurologis, misalnya hilangnya perasaan dapat disertai dengan
keluhan parestesia
❖ Kehilangan penglihatan jarang bersifat total, lebih banyak berupa gangguan ketajaman penglihatan,
kekaburan atau “tunnel vision” (area lapangan pandangan sama, tidak tergantung pada perubahan jarak
mata dari titik fokus). Meskipun ada gangguan penglihatan, mobilitas penderita dan kemampuan
motoriknya seringkali masih baik
❖ Tuli disosiatif dan anosmia jauh lebih jarang terjadi dibandingkan dengan hilang rasa dan penglihatan
F44.7 Gangguan Disosiatif (Konversi) Campuran
❖ Campuran dari gangguan – gangguan tersebut diatas (F44.0-F44.6)
Gangguan somatoform
F45.0 Gangguan somatisasi
Pedoman diagnostik PPDGJ
III
❖ Diagnosis pasti:
• Adanya banyak keluhan – keluhan fisik yang bermacam – macam yang tidak
dapat dijelaskan atas dasar adanya kelainan fisik, yang sudah berlangsung
sedikitnya 2 tahun
• Tidak mau menerima nasihat atau penjelasan dan beberapa dokter bahwa
tidak ada kelainan fisik yang dapat menjelaskan keluhan – keluhannya
• Terdapat disabilitas dalam fungsinya di masyarakat, dan keluarga, yang
berkaitan dengan sifat keluhan – keluhannya dan dampak dari perilakunya
Pedoman diagnostik PPDGJ
III
F45.1 Gangguan Somatoform Tak Terinci
❖Keluhan fisik bersifat multipel, bervariasi dan
menetap, akan tetapi gambaran klinis yang khas dan
lengkap dari gangguan somatisasi tidak terpenuhi
❖Kemungkinan ada ataupun tidak faktor penyebab
psikologis belum jelas, akan tetapi tidak boleh ada
penyebab fisik dari keluhan – keluhannya
HIPOKONDRIASIS
Pedoman diagnostik PPDGJ
III
F45.2 Gangguan Hipokondrik
❖ Diagnosis pasti:
• Keyakinan yang menetap adanya sekurang – kurangnya 1 penyakit fisik yang serius yang
melandasi keluhan – keluhannya, meskipun pemeriksaan yang berulang – ulang tidak
menunjang adanya alasan fisik yang memadai, ataupun adanya preokupasi yang menetap
kemungkinan deformitas atau perubahan bentuk penampakan fisiknya (tidak sampai waham)
• Tidak mau menerima nasihat atau dukungan penjelasan dari beberapa dokter bahwa tidak
ditemukan penyakit atau abnormalitas fisik yang melandasi keluhan – keluhannya
BODY DYSMORPHIC DISORDER
Kriteria Diagnosis Berdasarkan DSM-IV-TR

❖ Preokupasi akan defek khayalan pada penampilan. Bila terdapat


anomali fisik kecil, maka pasien menanggapinya secara berlebihan.
❖ Preokupasi mengakibatkan distres klinis atau hendaya berat dalam
sosial, pekerjaan, atau bidang lainnya.
❖ Preokupasi tidak lebih baik dijelaskan dengan gangguan mental
lainnya (contoh : ketidakpuasan dengan bentuk dan ukuran tubuh
pada anoreksia nervosa).
F45.3 Disfungsi Otonomik Somatoform

❖Diagnosis pasti:
• Adanya gejala – gejala bangkitan otonomik, seperti palpitasi, berkeringat, tremor, muka
panas/“flushing”, yang menetap dan menganggu
• Gejala subjektif tambahan mengacu pada sistem atau organ tertentu (gejala tidak khas)
• Preokupasi dengan dan penderitaan (distress) mengenai kemungkinan adanya gangguan
yang serius (sering tidak begitu khas) dari sistem atau organ tertentu, yang tidak
terpengaruh oleh hasil pemeriksaan – pemeriksaan berulang, maupun penjelasan –
penjelasan dari para dokter
• Tidak terbukti adanya gangguan yang cukup berarti pada struktur/fungsi dari sistem atau
organ yang dimaksud
GANGGUAN NYERI
Pedoman diagnostik PPDGJ
III
F45.4 Gangguan Nyeri Somatoform Menetap
❖ Keluhan utama adalah nyeri berat, menyiksa dan menetap, yang tidak dapat
dijelaskan sepenuhnya atas dasar proses fisiologik maupun adanya gangguan fisik
❖ Nyeri timbul dalam hubungan dengan adanya konflik emosional atau problem
psikososial yang cukup jelas untuk dapat dijadikan alasan dalam mempengaruhi
terjadinya gangguan tersebut
❖ Dampaknya adalah meningkatnya perhatian dan dukungan, baik personal maupun
medis, untuk yang bersangkutan
F45.8 Gangguan Somatoform Lainnya
❖ Pada gangguan ini keluhan – keluhannya tidak melalui sistem saraf otonom, dan terbatas secara spesifik
pada bagian tubuh atau sistem tertentu. Ini sangat berbeda dengan gangguan somatisasi (F45.0) dan
gangguan somatoform tak terinci (F45.1) yang menunjukkan keluhan yang banyak dan berganti – ganti
❖ Tidak ada kaitan dengan adanya kerusakan jaringan
❖ Gangguan – gangguan berikut juga dimasukkan dalam kelompok ini:
• “global hystericus” (perasaan ada benjolan di kerongkongan yang menyebabkan disfagia) dan bentuk
disfagia lainnya
• Tortikolis psikogenik dan gangguan gerakan spasmodik lainnya (kecuali sindrom Tourette)
• Pruritus psikogenik
• Dismenore psikogenik
• “Teeth grinding”
F48.0 Neurastenia
❖ Harus diusahakan terlebih dahulu menyingkirkan kemungkinan gangguan depresif atau gangguan
anxietas
❖ Diagnosis pasti memerlukan hal-hal berikut :
•Adanya keluhan – keluhan yang menetap dan mengganggu berupa meningkatnya rasa lelah setelah suatu
kegiatan mental, atau keluhan mengenai kelemahan badaniah dan kehabisan tenaga hanya setelah
kegiatan ringan saja
•Paling sedikit ada dua dari hal – hal tersebut dibawah ini:
Perasaan sakit dan nyeri otot – otot
Pusing kepala (dizzines)
Sakit kepala ( tension headaches)
Gangguan tidur
Tidak dapat bersantai (inability to relax)
Peka/mudah tersinggung (irritability)
Dispesia
•Bila ditemukan gejala otonomik ataupun depresif, keadaan tersebut tidak cukup menetap dan berat
untuk dapat memenuhi kriteria gangguan tersebut agar dapat didiagnosis secara tersendiri
F48.1 Sindrom Depersonalisasi-Derealisasi
❖ Untuk diagnosis pasti, harus ada salah satu atau dua – duanya dari gejala dibawah ini urutan 1, 2, 3, 4:
• Gejala depersonalisasi, yaitu individu merasa bahwa perasannya dan/atau pengalamannya terlepas dari dirinya
(detached), jauh, bukan dari dirinya, hilang, dsb;
• Gejala derealisasi, yaitu objek, orang dan/atau linkungan menjadi seperti tidak sesungguhnya (unreal), jauh,
semu, tanpa warna, tidak hidup, dsb;
• Memahami bahwa hal tersebut merupakan perubahan spontan dan subjektif, dan bukan disebabkan oleh
kekuatan luar atau orang lain (insight cukup baik);
• Peng-inderaan tidak terganggu (clear sensorium) dan tidak ada “toxic confusional state” atau epilepsi
❖ Harus dapat dibedakan gangguan lain dengan gejala “chance of personality”, seperti Skizofrenia (F20.-);
Gangguan disosiatif (F44.-), epilepsi lobus tempralis (Pre/post-ictal)
F48.8 Gangguan Neurotik Lainnya YDT
❖ Kategori ini mencakup gangguan-gangguan campuran dari perilaku, keyakinan,
dan emosi yang tidak ada penyebabnya dan status nosologik yang jelas, dan yang
terjadi dengan frekuensi tertentu di dalam lingkungannya budaya tertentu
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai