Anda di halaman 1dari 58

Gangguan

Campuran
Anxietas dan
Depresif
Hasna Aulia Jibriela
Shabrina Adzania
Rahardian Bayu
Liza Karina H.R. S
Klasifikasi PPDGJ III
• F40–F48 GANGGUAN NEUROTIK, GANGGUAN SOMATOFORM DAN GANGGUAN YANG
BERKAITAN DENGAN STRES
• F40 Gangguan Anxietas Fobik
F40.0 Agorafobia
.00 Tanpa gangguan panik
.01 Dengan gangguan panik
F40.1 Fobia sosial
F40.2 Fobia khas (terisolasi)
F40.8 Gangguan anxietas fobik lainnya
F40.9 Gangguan anxietas fobik YTT
• F40–F48 dikelompokkan pada grup yang sama karena dalam sejarahnya ada
hubungan dengan perkembangan konsep neurosis dan berbagai kemungkinan
penyebab psikologis
F40 Gangguan anxietas fobik:
• Anxietas dicetuskan oleh adanya situasi atau objek yang jelas (dari luar individu
itu sendiri), yang sebenarnya pada saat kejadian ini tidak membahayakan.
• Sebagai akibatnya: objek/situasi dihindari atau dihadapi dengan rasa terancam
• Anxietas fobik seringkali berbarengan dengan depresi. Jika ada episode
depresif, maka bisa memperburuk anxietas fobiknya
• F41 Gangguan Anxietas Lainnya
F41.0 Gangguan panik (anxietas paroksismal episodik)
F41.1 Gangguan anxietas menyeluruh
F41.2 Gangguan campuran anxietas dan depresif
F41.3 Gangguan anxietas campuran lainnya
F41.8 Gangguan anxietas lainnya YDT
F41.9 Gangguan anxietas YTT
F 40
GANGGUAN
ANXIETAS
FOBIK
Definisi

• Fobia berasal dari bahasa Yunani yaitu Fobos yang berarti ketakutan.
• Fobia adalah suatu ketakutan yang tidak rasional yang menyebabkan
penghindaran yang disadari objek, aktivitas / situasi yang ditakuti.
• Reaksi fobia menyebabkan gangguan pada kemampuan seseorang
untuk berfungsi dalam kehidupannya.
Epidemiologi
• Diperkirakan 5 – 10 % dari seluruh populasi mengalami gangguan ini.
• Gangguan yang ditimbulkan dari fobia, apabila tidak dihiraukan, dapat
menyebabkan munculnya gangguan cemas lainnya, gangguan depresi, dan
gangguan yang berhubungan dengan penggunaan obat terlarang dan alkohol.
Agorafobia
Semua kriteria ini harus dipenuhi untuk :
1. Gejala psikologis/otonomik yang timbul harus merupakan manifestasi primer dari anxietas dan
bukan merupakan gejala lain yang sekunder seperti waham atau pikiran obsesif.
2. Anxietas yang timbul harus terutama terjadi dalam sekurang-kurangnya dua dari situasi
berikut :
• Banyak orang
• Tempat-tempat umum
• Bepergian keluar rumah
• Bepergian sendiri

3. Menghindari situasi fobik harus/sudah merupakan gambaran yang menonjol

F40. 00 Tanpa gangguan panik


F 40.01 Dengan gangguan panik
Fobia Sosial

Semua kriteria di bawah ini harus dipenuhi untuk suatu diagnosis pasti:
1. Gejala-gejala psikologis, perilaku /otonomik harus merupakan manifestasi primer dari
anxietas dan bukan sekunder dari gejala lain seperti waham / pikiran obsesif
2. Anxietas harus mendominasi atau terbatas pada situasi sosial tertentu (outside family circle);
dan
3. Menghindari situasi fobik harus atau sudah merupakan gambaran yang menonjol
Fobia Spesifik
Fobia spesifik = a strong, persisting fear of an object or situation
Fobia Spesifik
Epidemiologi : prevalansi 10%

Most common mental disorder among woman and the second most common
among men.

Biasa terjadi karena pasien menghubungkan suatu objek atau situasi dengan
pengalaman emosional, sehingga menimbulkan rasa takut, cemas, dan
menghindari objek/situasi tersebut..
Fobia Spesifik
Diagnosis DSM-V :
Yang termasuk dalam fobia spesifik : animal type, natural
environment type (petir), blood injection injury type (jarum),
situational type (mobil, lift, pesawat), atau tipe lain (fobia spesifik
yang tidak masuk dalam 4 tipe tadi).
Fobia Spesifik
Fobia spesifik
• Menrut ICD-10-CM Kode F40.2, dibagi menjadi :
F40.21 Animal type phobia
F40.210 Arachnophobia (takut laba-laba) F40.24 Situational type phobia
F40.218 Other animal type phobia F40.240 Claustrophbia (takut ruang sempit)
F40.22 Natural Environtment type phobia F40.241 Acrophobia (takut ketinggian)
F40.220 Fear of thunderstorms F40.242 Fear of bridges
F40.228 Other natural environment type phobia F40.243 Fear of flying
F40.23 Blood, Injection, injury type phobia F40.248 Other situational type phobia
F40.230 Fear of blood F40.29 Other specified phobia
F40.231 Fear of injection and transfusion F40.290 Androphobia (takut laki-laki)
F40.232 Fear of other medical care F40.291 Gynephobia (takut wanita)
F40.233 Fear of injury F40.298 Other specified phobia
Fobia Khas (Terisolasi)
• PPDGJ (F40.2) :
Semua kriteria dibawah ini harus dipenuhi untuk diagnosis pasti :
• Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang timbul harus merupakan manifestasi
primer dari anxietasnya dan bukan sekunder dari gejala-gejala lain seperti misalnya
waham atau pikiran obsesif
• Anxietas harus terbatas pada adanya objek atau situasi fobik tertentu (highly
specific situation)
• Situasi fobik tersebut sedapat mungkin dihindarinya

Pada fobia khas ini umumnya tidak ada gejala psikiatrik lain, tidak ada agoraphobia dan
fobia social.
Tatalaksana
• Tatalaksana paling umum  exposure therapy (pasien di desentisasi
dengan stimulus fobianya, dan memberi tahu Teknik untuk mengatasi
cemas saat menghadapi stimulus  relaksasi, control pernapasan,
pendekatan kognitif)
• Pendekatan kognitif-perilaku  memperkuat keadaran pasien bahwa
situasi fobia yang dialaminya/stimulus fobia nya sebenarnya aman.
• Kunci keberhasilan treatment  komitmen pasien, identifikasi masalah
dan tujuan dengan jelas, strategi alternative untuk mengatasi perasaan
pasien
• Farmako = beta-adrenergic receptor antagonist, benzodiazepines
PPDGJ III + ICD-10 CM

• F40.8 Gangguan anxietas Fobik lainnya


Contoh : Phobic anxiety disorder of childhood

• F40.9 Gangguan anxietas Fobik Yang Tidak


Tergolongkan
GANGGUAN PANIK
Gangguan Panik
• Panic disorder = An acute intense attack of anxiety
accompanied by feelings of impending doom (kaplan &
sadock)
• Gangguan panik yaitu adanya serangan panik yang berulang.
Serangan panik adalah perasaan sangat ketakutan yang
muncul secara tiba-tiba, kekhawatiran yang berlebihan atau
teror, pada suatu periode tertentu, yang sering disertai
dengan perasaan akan terjadinya malapetaka. (PNPK)
Epidemiologi
• Women are two to three times more likely to be affected
than men
• Faktor sosial satu-satunya yang dikenali berperan dalam
perkembangan gangguan panik adalah riwayat perceraian
atau perpisahan yang belum lama.
• Gangguan paling sering berkembang pada dewasa muda
• Usia rata-rata timbulnya adalah kira-kira 25 tahun,
walaupun dapat berkembang pada setiap usia.
Etiologi
• Faktor biologis
– abnormal regulation of brain noradrenergic systems
– The autonomic nervous systems of some patients with panic disorder have been reported to exhibit
increased sympathetic tone, to adapt slowly to repeated stimuli, and to respond excessively to moderate
stimuli.
– Serotonergic dysfunction
– Abnormal brain structure( esp. temporal lobes, particularly the hippocampus and the amygdala )
– Panicogens (panic-induced substances): carbon dioxide, sodium lactate, bicarbonate; neurochemical
panicogens involved noradrenergic, serotonergic, and GABA receptors
• Faktor genetik
Angka prevalensi tinggi pada anak dengan orang tua yang menderita gangguan panik.
• Faktor psikososial
stressful psychological events produce neurophysiological changes in panic disorder
Kriteria diagnosis – PPDGJ III
• Gangguan Panik pada PPDGJ III disebut juga Ansietas Paroksismal Episodik
a. Gangguan panik baru ditegakkan sebagai diagnostik utama bila tidak ditemukan adanya
gangguan ansietas fobik.
b. Untuk diagnostik pasti harus ditemukan adanya beberapa kali serangan ansietas berat
(severe attacks of autonomic anxiety) dalam masa kira-kira 1 bulan :
1) Pada keadaan-keadaan sebenarnya secara obyektif tidak ada bahaya;
2) Tidak terbatas pada situasi yang diketahui atau yang dapat diduga sebelumnya
(unpredictable situation);
3) Dengan keadaan yang relatif bebas dari gejala-gejala ansietas pada periode di antara
serangan-serangan panik (meskipun demikian, umumnya dapat terjadi juga anxietas
antisipatorik, yaitu ansietas yang terjadi setelah membayangkan sesuatu yang
mengkhawatirkan akan terjadi).
DSM V diagnostic criteria
A. Recurrent unexpected panic attack. A panic attack is an abrupt surge of intense fear of intense
discomfort that reaches a peak within minute, and during which time four (or more) of the following
symptoms occur:
1) palpitations, pounding heart, or accelerate heart rate
2) Sweating
3) Trembling or shaking
4) Sensation of shortness of breath or smothering
5) Feelins of choking
6) Chest pain discomfort
7) Nusea or abdominal distress
8) Feeling dizzy, unsteady, light-headed, or faint
9) Chills or heat sensation
10) Paresthesias
11) Derealization (feeling of unreality) depersonalization (being detached from oneself)
12) Fear of losing control or “going crazy”
13) Fear of dying
DSM V diagnostic criteria
B. At least one of the attacks has been followed by 1 month (or more) of one or both of the
following:
1) Persistent concern or worry about additional panic attack or their consequences (e.g., losing
control, having a heart attack, “going crazy”)
2) A significant maladaptive change in behavior related to the attack (e.g., behaviors designed to
avoid having panic attack, such as avoidance of exercise or unfamiliar situation)

C. The disturbance is not attributable to the physiological effects of a substance (e.g., a drug
of abuse, a medication) or another medical condition (e.g., hyperthyroidism,
cardiopulmonary disorder)

D. The disturbance is not better explained by another mental disfeared social situation, as
in social anxiety disorder; in response to circumscribed phobic object or situation, as in
specific phobia; in response to obsessions, as in obsessive-compulsive disorder; in response
to reminders of traumatic events, as in PTSD; or in response to separation from attachment
Diagnosis Banding
• Gangguan jantung (misalnya aritmia, takikardia
supraventrikular)
• Gangguan endokrin (misalnya hipertiroid,
hiperparatiroid dan peokromositoma)
• Disfungsi vestibular
• Gangguan kejang
• Kondisi psikiatrik lainnya (misalnya, gangguan
mood, gangguan stres akut, gangguan obsesif-
kompulsif, atau gangguan stres pasca trauma
• Gangguan psikotik
• Ketergantungan atau penyalahgunaan zat
(misalnya, gejala putus alkohol, intoksikasi kafein,
penyalahgunaan stimulansia, atau kanabis)
Tata Laksana
FARMAKOTERAPI
Alprazolam dan fluoksetin merupakan
dua obat yang telah disetujui
penggunaannya oleh Food and Drug
Administration (FDA) AS untuk
penatalaksanaan gangguan panik.

TERAPI PSIKOSOSIAL
• Terapi Perilaku Kognitif
• Psikoedukasi
• Terapi Relaksasi
Prognosis
• Prognosisnya baik bila pasien mendapat penatalaksanaan
yang sesuai.
• Sebanyak 30%-40% pasien dapat mengalami kepulihan
sempurna
• Sekitar 50% pasien berlanjut mengalami gejala panik yang
derajatnya ringan yang tidak mempengaruhi, secara
bermakna, kehidupan sehari-hari pasien.
GANGGUAN ANSIETAS MENYELURUH
Gangguan Ansietas Menyeluruh
• Gangguan Ansietas Menyeluruh (GAM) merupakan gangguan
ansietas kronik yang ditandai dengan kekhawatiran yang
berlebihan, sulit dikendalikan, dan menetap, yang disertai
dengan gejala-gejala somatik dan psikik. (PNPK)
• Kecemasan bersifat menyeluruh dan menetap yang tidak
terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi khusus
tertentu saja (sifatnya “free-floating” atau mengambang).
Tanda gejala
• Gejala dominan bervariasi, termasuk keluhan
kecemasan yang menerap, gemetaran,
ketegangan otot, berkeringat, pusing, palpitasi,
kepala terasa ringan dan keluhan lambung.
• Sering diungkapkan rasa takut bahwa pasien atau
keluarga akan menderita penyakit atau mengalami
kecelakaan.
Epidemiologi
• Rasio perempuan banding laki-laki pada gangguan ini sekitar 2:1
tetapi rasio perempuan banding laki-laki yang dirawat inap di
rumah sakit untuk gangguan ini sekitar 1:1.
• Prevalensi seumur hidupnya adalah 45 persen.
• 50 – 90% pasien dengan gangguan cemas menyeluruh memiliki
gangguan jiwa lain.
• Sebanyak 25 % pasien akhirnya mengalami gangguan panik.
• Gangguan lazim yang terkait gangguan cemas menyeluruh adalah
gangguan distimik, fobia sosial dan spesifik, serta gangguan terkait
zat.
Etiologi
• Faktor biologis
– Abnormal regulation of the serotonergic system
– lower metabolic rate in basal ganglia and white matter
• Faktor genetik
– Sekitar 25 % dari keluarga tingkat pertama penderita gangguan ansietas menyeluruh juga menderita gangguan yang
sama.
• Teori psikoanalitik
– ansietas adalah gejala dari konflik bawah sadar yang tidak terselesaikan.
• Teori kognitif perilaku
– respons yang salah dan tidak tepat terhadap ancaman, disebabkan oleh perhatian yang selektif terhadap hal-hal
negative pada lingkungan, dan pandangan yang sangat negative terhadap kemampuan diri untuk menghadapi
ancaman.
Kriteria diagnosis – PPDGJ III
• Penderita harus menunjukkan ansietas sebagai gejala primer yang berlangsung hampir setiap
hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas atau hanya menonjol
pada keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya “free floating” atau “mengambang”). Gejala-
gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut:
a) Kecemasan (khawatir akan nasip buruk, merasa seperti diujung tanduk, sulit konsentrasi, dsb)
b) Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai), dan
c) Overaktivitas otonom (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar-debar, sesak napas,
keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering, dan sebagainya)

• Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan (reassurance)
serta keluhan-keluhan somatic berulang yang menonjol.

• Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari, khususnya depresi, tidak
membatalkan diagnosis utama Gangguan Anxietas Menyeluruh, selama hal tersebut tidak
memenuhi kriteria lengkap dari episode depresif (F32.-), gangguan anxietas fobik (F40.-),
gangguan panik (F41.0), atau gangguan obsesi kompulsif (F42.-).
DSM V
A. Excessive anxiety and worry (apprehensive expectation), occurring more days than not for at least 6 months, about a
number of events or activities (such as work or school performance).
B. The individual finds it difficult to control the worry.
C. The anxiety and worry are associated with three (or more) of the following six symptoms (with at least some symptoms
having been present for more days than not for the past 6 months): Note: Only one item is required in children.
1) Restlessness or feeling keyed up or on edge.
2) Being easily fatigued.
3) Difficulty concentrating or mind going blank.
4)Irritability.
5)Muscle tension.
6) Sleep disturbance (difficulty falling or staying asleep, or restless, unsatisfying sleep).
D. The anxiety, worry, or physical symptoms cause clinically significant distress or impairment in social, occupational, or
other areas of functioning.
E. The disturbance is not attributable to the physiological effects of a substance (e.g., a drug of abuse, a medication) or
another medical condition (e.g., hyperthyroidism).
F. The disturbance is not better explained by another medical disorder (e.g., anxiety or worry about having panic
attacks in panic d isorder, negative evaluation in social anxiety disorder [social phobia], contami nation or obsessions in
obsessive-compulsive d isorder, separation from attachment figures in separation anxiety disorder, remi nders of traumatic
events in posttraumatic stress disorder, gaining weight in anorexia nervosa, physical complaints i n somatic symptom
disorder, perceived appearance flaws in body dysmorphic disorder, having a serious i l lness i n ill ness anxiety disorder, or
the content of delusional bel iefs in schizophrenia or delusional disorder).
Differential Diagnosis
• panic disorder
• Phobias
• OCD
• PTSD.
Tata Laksana
• Farmakoterapi
(tabel)
• Terapi psikososial
- Terapi Perilaku Kognitif
- Psikoedukasi
Prognosis
• Pada umumnya prognosis GAM adalah baik
bila mendapat penatalaksanaan yang sesuai.
• Sekitar 50% pasien mendapat perbaikan
dalam 3 minggu pertama pengobatan.
• Sekitar 77% membaik dalam 9 bulan
pengobatan.
CAMPURAN ANSIETAS & DEPRESIF
Gangguan Campuran Ansietas & Depresif
• Gangguan ini menggambarkan pasien dengan
keadaan gejala ansietas dan depresif yang tidak
memenuhi keriteria diagnostic gangguan ansietas
atau gangguan mood.
• Kombinasi gejala depresif dan ansietas
menimbulkan hendaya fungsional yang bermakna
pada orang yang mengalami gangguan ini.
Epidemiologi
• Keberadaan gangguan depresif berat dan gangguan
panic secara bersamaan lazim ditemukan.
• 2/3 pasien dengan gejala depresif memiliki
ansietas yang menonjol, dan 1/3 dapat memenuhi
kriteria diagnostik gangguan panic
• 20 - 90 % pasien dengan gangguan panic memiliki
episode gangguan depresif berat.
Etiologi
• hyperactivity of the noradrenergic system
• serotonin and GABA involvement
Kriteria diagnosis – PPDGJ III
• Terdapat gejala-gejala anxietas maupun depresi, di mana masing-masing tidak
menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat untuk menegakkan diagnosis
tersendiri. Untuk anxietas, beberapa gejala otonomik harus ditemukan walaupun
tidak terus menerus, disamping rasa cemas atau kekhawatiran berlebihan.
• Bila ditemukan anxietas berat disertai depresi yang lebih ringan, maka harus
dipertimbangkan kategori gangguan anxietas lainnya atau gangguan anxietas fobik
• Bila ditemukan sindrom depresi dan anxietas yang cukup berat untuk menegakkan
masing-masing diagnosis, maka kedua diagnosis tersebut harus dikemukakan, dan
diagnosis gangguan campuran tidak dapat digunakan. Jika karena sesuatu hal hanya
dapat dikemukakan satu diagnosis maka gangguan depresif harus diutamakan.
• Bila gejala-gejala tersebut berkaitan erat dengan stres kehidupan yang jelas, maka
harus digunakan kategori F43.2 gangguan penyesuaian.
Diagnosis Banding
• Gangguan mood
• Gangguan depresif ringan
• Gangguan kepribadian
• Gangauan somatoform
Tata Laksana
• Pharmacotherapy for mixed anxiety-depressive disorder can
include antianxiety drugs, antidepressant drugs, or both.
• Penggunaan triazolobenzodiazepin diindikasikan karena
efektivitasnya dalam mengobati depresi yang disertai
ansietas
• Fluoxetine and clomipramine are useful in treating both
depressive and anxiety disorders
(kaplan & sadock)
Prognosis
• During the course of the illness, anxiety or
depressive symptoms may alternate in their
predominance. The prognosis is not known.
(kaplan & sadock)
Gangguan Anxietas Campuran
Lainnya
• Pedoman Diagnostik ( PPDGJ III )
– Memenuhi kriteria gangguan cemas menyeluruh( F41.1 )
dan juga menunjukkan ( meskipun hanya dalam jangka
pendek ) ciri – ciri yang menonjol dari kategori gangguan
F40.0-F40.9, akan tetapi tidak memenuhi kriterianya
secara lengkap
– Bila gejala-gejala yang memenuhi kriteria ini berkaitan
dengan perubahan atau stress kehidupan yang jelas,
maka harus digunakan kategori F43.2 gangguan
penyesuaian.
Gangguan ansietas akibat
keadaan medis umum
• Banyak gangguan medis dikaitkan dengan
ansietas. Gejala dapat mencakup serangan
panik, ansietas menyeluruh, obsesi dan
kompulsi, serta tanda distress lain.
• Pada semua kasus, tanda dan gejala disebabkan
efek fisiologis langsung keadaan medis.
Etiologi
• Hipertiroidisme, hipotiroidisme, hipoparatiroidisme, dan
defisiensi vitamin B12 sering dikaitkan dengan gejala
ansietas.
• Keadaan medis lain, seperti aritmia jantung, dapat
menghasilkan gejala fisiologis gangguan panic.
• Hipoglikemia juga dapat menyerupai gejala gangguan
ansietas.
Gambaran Klinis
• Gejala gangguan ansietas akibat keadaan medis
umum dapat identik dengan gejala gangguan
ansietas primer
– Kecemasan
– Ketegangan motorik
– Overaktifitas otonomik
Terapi
• Terapi utama gangguan ansietas akibat keadaan
medis umum adalah terapi untuk keadaan
medis yang mendasari
Prognosis
• Pengalaman ansietas yang tidak juga membaik
dapat membuat ketidakmampuan pada pasien
menganggu setiap aspek kehidupan, termasuk
fungsi sosial, pekerjaan, dan psikologis.
Gangguan Ansietas yang
Dicetuskan Zat
Gangguan ansietas yang dicetuskan karena
penggunaan zat
Etiologi
• Obat simpatomimetik (seperti amfetiman, kokain, dan
kafein) merupakan zat yang paling sering dikaitkan
dengan produksi gejala gangguan ansietas.
• Obat serotonergik (contohnya lysergic acid diethylamide
[LSD] dan methylenedioxymethamphetaminde [MDMA])
juga dapat menimbulkan ansietas
Gambaran Klinis
• Gambaran klinis terkait pada gangguan ansietas yang
dicetuskan zat bervariasi sesuai zat yang terlibat
• Hal yang juga berkaitan dengan gejala gangguan ansietas
adalah hendaya kognitif, pemahaman, perhitungan, dan
daya ingat.
• Defisit kognitif ini biasanya reversible ketika penggunaan
zat dihentikan.
Terapi
• Terapi primer gangguan ansietas yang dicetuskan
zat adalah menyingkirkan zat penyebab yang
terlibat
• Kemudian klinisi harus berfokus untuk
menemukan terapi alternative jika zat tersebut
merupakan obat yang diindikasikan secara medis.
Prognosis
• Perjalanan gangguan dan prognosis umumnya
bergantung pada penyingkiran zat penyebab yang
terlibat serta kemampuan jangka panjang orang
tersebut untuk membatasi penggunaan zat tersebut
Gangguan Ansietas yang tak
tergolongkan
• Sejumlah pasien mempunyai gejala gangguan ansietas,
tetapi tidak memenuhi criteria gangguan ansietas yang
spesifik atau gangguan penyesuaian dengan ansietas
atau gangguan campuran ansietas dan mood depresi.
Pasien seperti ini paling sesuai jika diklasifikasikan
memiliki gangguan ansietas yang tidak tergolongkan
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai