Pembimbing :
dr. Rini Rianti,. Sp.KJ
dr. Hermansyah Suwarno,. Sp.KJ
F.40.0 Agorafobia
• Gejala psikologis atau perilaku yang timbul harus merupakan manifestasi primer
dari anxietasnya. Anxietasnya harus mendominasi atau terbatas pada situasi social
tertentu (outside the family circle); dan
• Menghindari situasi fobik harus merupakan gejala yang menonjol.
• Gejala psikologis atau perilaku yang timbul merupakan manifestasi primer dari
anxietasnya, bukan sekunder.
• Anxietas harus terbatas pada adanya objek atau situasi fobik tertentu (highly
specific situation)
• Situasi fobik tersebut sedapat mungkin dihindarinya.
Pada fobia khas ini umumnya tidak ada gejala psikiatrik lain,
tidak seperti agorafobia dan fobia sosial.
F.41
Gangguan Anxietas
Lainnya
Manifestasi anxietas merupakan gejala utama dan tidak terbatas
(not restricted) pada situasi lingkungan tertentu saja. Dapat disertai
gejala-gejala depresif dan obsesif, bahkan beberapa unsur dari
anxietas fobik, asal jelas bersifat sekunder atau ringan
F 41 Gangguan Anxietas lainnya
F41.0 Gangguan panik
(anxietas paroksismal episodik)
Untuk diagnostik pasti, harus ditemukan adanya beberapa kali serangan anxietas
berat dalam satu bulan:
• Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk, sulit
konsentrasi)
• Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai);
• Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar-
debar, sesak nafas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering, dsb)
c
F 41 Gangguan Anxietas lainnya
Gangguan dalam kategori ini selalu merupakan konsekuensi Iangsung dari stres akut
yang berat atau trauma yang berkelanjutan.
F.43 Reaksi Terhadap Stress Berat dan Gangguan Penyesuaian
F43.0 Reaksi
Stress Akut
• Harus ada kaitan waktu kejadian yang jelas antara terjadinya pengalaman stressor
luar biasa (fisik atau mental) dengan onset dari gejala, biasanya setelah beberapa
menit atau segera setelah kejadian
.
• Selain itu ditemukan gejala-gejala:
- terdapat gambaran gejala campuran : depresi, anxietas, kemarahan,
kecewa, overaktif dan penarikan diri yang tidak
- gejala-gejala dapat menghilang / mereda setelah 24-48 jam dan
biasanya hampir menghilang setelah 3 hari.
F.43 Reaksi Terhadap Stress Berat dan Gangguan Penyesuaian
• Diagnosis baru ditegakkan bila gangguan ini timbul dalam kurun waktu 6 bulan
setelah kejadian traumatik berat, namun dapat ditegakkan bila melebihi 6 bulan,
asal saja manifestasi klinisnya adalah khas dan tidak didapat alternatif kategori
gangguan lainnya.
• Sebagai bukti tambahan selain trauma, harus didapatkan bayang-bayang atau
mimpi–mimpi dari kejadian traumatik secara berulang-ulang kembali
(flashback).
• Gangguan otonomik, gangguan afek dan kelainan tingkah laku semuanya dapat
mewarnai diagnosis, tetapi tidak khas.
F.43 Reaksi Terhadap Stress Berat dan Gangguan Penyesuaian
• Ciri utama adalah hilangnya daya ingat, biasanya mengenai kejadian penting
yang baru terjadi (selective), yang bukan disebabkan oleh gangguan mental
organik
• Diagnosis pasti memerlukan:
- amnesia, baik total atau parsial, mengenai kejadian yang “stressful”
atau traumatik yang baru terjadi (hal ini mungkin hanya dapat dinyatakan
bila ada saksi yang memberi informasi)
- Tidak ada gangguan mental organik, intoksikasi atau kelelahan
berlebihan (sindrom amnesik organik, F04, F1x.6)
• Yang paling sulit dibedakan adalah "amnesia buatan" yang disebabkan oleh simulasi
secara sadar (malingering)
c
F. 44 Gangguan Disosiatif
• Bentuk yang paling umum dari gangguan ini adalah ketidakmampuan untuk
menggerakan seluruh atau sebagian dari anggota gerak
(tangan atau kaki)
Konvulsi disosiatif (pseudo seizure) dapat sangat mirip dengan kejang epileptik
dalam hal gerakan-gerakannya, akan tetapi sangat jarang disertai lidah tergigit, luka
serius karena jatuh saat serangan dan mengompol. Juga tidak dijumpai kehilangan
kesadaran atau hal tersebut diganti dengan keadaan seperti stupor atau trans.
c
F. 44 Gangguan Disosiatif
F44. 5 Anastesi dan Kehilangan
Sensorik Disosiatif
• Gejala anestesi pada kulit seringkali mempunyai batas-batas yang tegas dan bukan
menggambarkan kondisi klinis sebenarnya)
• Dapat pula terjadi perbedaan antara hilangnya perasaan pada berbagai jenis
modalitas penginderaan yang tidak mungkin disebabkan oleh kerusakan neurologis,
misalnya hilangnya perasaan dapat disertai dengan keluhan parestesia.
• Kehilangan penglihatan jarang bersifat total, lebih banyak berupa gangguan
ketajaman penglihatan, kekaburan atau “tunnel vision” (area lapangan pandang
sama, tidak tergantung pada perubahan jarak mata dari titik fokus).
• Tuli disosiatif dan anosmia jauh lebih jarang terjadi dibandingkan dengan hilang rasa
dan penglihatan.
c
F. 44 Gangguan Disosiatif
F48.0 Neurastenia
Untuk diagnosis pasti, harus ada salah satu atau dua-duanya dari (a) dan (b),
ditambah (c) dan (d):
Harus dapat dibedakan gangguan lain dengan gejala “change of personality” sepertiskizofrenia
(F20) gangguan disosiatif (F44) epilepsi lobus temporalis (Pre/post-ictal)
F.48 Gangguan Neurotik Lainnya
F48.8 Gangguan Neurotik
Lainnya