Anda di halaman 1dari 45

GANGGUAN NEUROTIK, GANGGUAN SOMATOFORM

DAN GANGGUAN YANG BERKAITAN DENGAN STRESS

Pembimbing:
dr. Savitri Wulandari, Sp.KJ

1. Achmad Nabil Hafidh Maftuhin - 2210221018


2. Abimanyu Putera Yudha - 2210221037
3. Junita Septiana Pasaribu - 2210221060
GANGGUAN NEUROTIK, GANGGUAN
SOMATOFORM DAN GANGGUAN YANG
BERKAITAN DENGAN STRESS
1. Agrofobia dengan/tanpa panic
2. Fobia sosial & fobia spesifik
3. Gangguan panik
4. Gangguan cemas menyeluruh
5. Gangguan campuran cemas depresi
6. Gangguan obsesif-komplusif
7. Reaksi terhadap stress yang berat & gangguan penyesuaian
8. PTSD
9. Gangguan disosiasi (konversi)
10. Gangguan somatoform
11. trikotilomania
Agrofobia Tanpa Gangguan Panik

F40.0 Agrofobia Agrofobia Dengan Gangguan Panik

Ketakutan terhadap ruang terbuka, orang banyak, keramaian.

Prevalensi
1,5-5%, lebih banyak pada wanita dewasa muda

Kriteria Diagnosis PPDGJ III

● Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang timbul harus merupakan manifestasi primer dari
anxietasnya dan bukan sekunder dari gejala-gejala lain seperti misalnya waham atau pikiran
obsesif.
● Anxietas yang timbul harus terbatas pada (terutama terjadi dalam hubungan dengan) setidaknya
dua dari situasi berikut: banyak orang / keramaian, tempat umum, bepergian keluar rumah, dan
bepergian sendiri
● Menghindari situasi fobik harus atau sudah merupakan gejala yang menonjol (penderita menjadi
"housebound").
F40 GANGGUAN ANXIETAS FOBIK
Definisi

Ketakutan berlebihan terhadap suatu objek/kondisi tertentu, yang tidak menakutkan bagi orang lain sehingga
menimbulkan perilaku menghindar

Anxietas fobik seringkali berbarengan (coexist) dengan depresi. Suatu episode depresif seringkali memperburuk
keadaan anxietas fobik yang sudah ada sebelumnya. Beberapa episode depresif dapat disertai anxietas fobik yang
temporer, sebaliknya afek depresif seringkali menyertai berbagai fobia, khususnya agoraphobia. Pembuatan
diagnosis tergantung dari mana yang jelas-jelas timbul lebih dahulu dan mana yang lebih dominan pada saat
pemeriksaan.

Prevalensi agorafobia 2-6% .. Prevalensi fobia spesifik 11% .. Prevalensi fobia social 3-13%
F40.1 Fobia Sosial
Rasa takut yang jelas dan menetap terhadap satu atau lebih situasi sosial, saat seseorang dihadapkan pada orang
yang tidak dikenal atau pada situasi yang memungkinkan ia akan diperhatikan oleh orang lain .

Gejala: Dapat tercetus sebagai malu (muka merah), Manifestasi Klinis: Rasa malu atau tidak nyaman yang
tangan gemetar, mual, tiba tiba ingin BAK sangat berlebihan di situasi sosial Menghindari situasi
social

Bukan disebabkan oleh masalah fisik/ mental (gagap,


jerawat, gangguan kepribadian)

Kriteria Diagnosis PPDGJ III

● Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang timbul harus merupakan manifestasi primer dari
anxietasnya dan bukan sekunder dari gejala-gejala lain seperti misalnya waham atau pikiran obsesif;
● Anxietas harus mendominasi atau terbatas pada situasi sosial tertentu (outside the family circle); dan
● Menghindari situasi fobik harus atau sudah merupakan gejala yang
● Bila terlalu sulit membedakan antara fobia sosial dengan agorafobia, hendaknya diutamakan diagnosis
agorafobia (F40.0).
F40.2 Fobia Spesifik/Terisolasi
Rasa takut yang jelas dan menetap yang berlebihan, ditandai dengan adanya antisipasi terhadap objek atau situasi spesifik

Fobia terbatas pada situasi spesifik (DSM V)

● Hewan : serangga, ular, anjing


● Natural environment : gelap, badai, ketinggian
● Situasional : ruang tertutup, elevator, terbang
● Blood-injection-injury: melihat darah, menerima suntikan atau menyuntik
● Lain2: muntah atau tersedak

Kriteria Diagnosis PPDGJ III

● Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang timbul harus merupakan manifestasi primer dari anxietasnya dan
bukan sekunder dari gejalagejala lain seperti misalnya waham atau pikiran obsesif;
● Anxietas harus terbatas pada adanya objek atau situasi fobik tertentu (highly specific situations); dan
● Situasi fobik tersebut sedapat mungkin dihindarinya.
● Pada fobia khas ini umumnya tidak ada gejala psikiatrik lain, tidak seperti halnya agorafobia dan fobia sosial.
Tatalaksana
Terapi Psikologik

● Terapi perilaku merupakan yang paling efektif. Contoh: Terapi pemaparan (exposure),
imaginal exposure, participant modelling, guided mastery, imaginal flooding
● Psikoterapi berorientasi tilikan
● Terapi lain: hypnotherapy, psikoterapi suportif, terapi keluarga bila diperlukan
Tatalaksana
Farmakoterapi

Agoraphobia

➔ SSRIs (escitalopram, citalopram, fluoxetine, fluvoxamine,paroxetine, dan sertraline)


➔ Venlafaxine dan reboxetine
➔ TCAs (domipramine, imipramine)
➔ Benzodiazepine (alprazolam, lorazepam, diazepam, clonazepam

Fobia Sosial

➔ Selective serotonine reuptake inhibitors (SSRIs) à paroxetine, sertraline


➔ Selective serotonin/norepinephrine reuptake inhibitor (SNRI) venlafaxine

Fobia Spesifik/Terisolasi

➔ Tidak ada studi yang menunjukkan efektivitas intervensi psikofarmakologi untuk fobia spesifik
➔ Dianjurkan short-acting benzodiazepine untuk tatalaksana kecemasan sementara dalam situasi
spesifik (co: sebelum naik pesawat, dll)
F41 GANGGUAN ANXIETAS
LAINNYA
F41.0 Gangguan Panik
Definisi

Serangan panik : serangan / episode ansietas berat dengan gejala otonom tiba-tiba tanpa pemicu jelas

Gangguan panik : serangan panik yang berulang dalam 1 bulan

Tanda dan Gejala Klinis

● Serangan panik terjadi spontan dan tidak terduga


● Gejala otonomik yang kuat, terutama system kardiovascular dan pernafasan
○ Gejala mirip gangguan jantung: nyeri dada, berdebar-debar, keringat dingin, merasa seperti tercekik.
○ Gejala mirip gangguan pernafasan : pernafasan cepat dan pendek, nafas tidak stabil, sindrom hiperventilas
● Gejala yang muncul tidak terbatas pada situasi atau rangkaian kejadian tertentu
● Serangan sering dimulai 10 menit, gejala meningkat secara cepat → 20-30 menit
● Serangan dapat terjadi berulang hingga membuat individu yang mengalaminya menjadi sangat khawatir
bahwa ia akan mengalami lagi hal tersebut (anticipatory anxiety) → agorafobia
Tanda dan Gejala Klinis

● Gejala mental: rasa takut yang hebat dan ancaman kematian atau bencana, bingung, sulit
berkonsentrasi.
● Tanda fisik: takikardia, palpitasi, dispne, berkeringat
● Penderita akan segera berusaha “keluar” dari situasi tersebut dan mencari pertolongan.
● Pemeriksaan status mental: ruminasi, kesulitan bicara seperti gagap, gangguan memori
● Depresi derealisasi dan depersonalisasi bisa dialami saat serangan panik.
● Gejala penyerta lainnya: depresi obsesif kompulsif, tendensi bunuh diri.
Pedoman DIagnostik PPDGJ III

Gangguan panik baru ditegakkan sebagai diagnosis utama bila tidak ditemukan adanya gangguan
anxietas fobik (F40.-). Untuk diagnosis pasti, harus ditemukan adanya beberapa kali serangan anxietas
berat (severe attacks of autonomic anxiety) dalam masa kira-kira satu bulan:

● Pada keadaan-keadaan di mana sebenarnya secara objektif tidak ada bahaya;


● Tidak terbatas pada situasi yang telah diketahui atau yang dapat diduga sebelumnya
(unpredictable situations);
● Dengan keadaan yang relatif bebas dari gejala-gejala anxietas pada periode diantara serangan-
serangan panik (meskipun demikian, umumnya dapat terjadi juga "anxietas antisipatorik," yaitu
anxietas yang terjadi setelah membayangkan sesuatu yang mengkhawatirkan akan terjadi)
Tatalaksana

Farmakoterapi Psikoterapi

SSRI (Serotonin selective reuptake inhibitors) Terapi relaksasi → Melatih pernafasan,


→ diberikan selama 3-6 bulan atau lebih, mengendurkan seluruh otot dan melakukan
tergantung kondisi individu, agar kadarnya stabil sugesti pikiran ke arah konstruktif atau yang
dalam darah sehingga dapat mencegah diinginkan akan di capai.
kekambuhan
Terapi kognitif perilaku → Membentuk
Alprazolam → awitan kerjanya cepat, kembali pola perilaku dan pikiran yang irasional
dikonsumsi biasanya antara 4-6 minggu, setelah dan menggantinya dengan yang lebih rasional
itu secara perlahanlahan diturunkan dosisnya
sampai akhirnya dihentikan. Jadi setelah itu Psikoterapi dinamik → Melatih untuk lebih
individu hanya minum golongan SSRI memahami diri dan kepribadiannya
F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh
Gangguan psikiatrik yang ditandai dengan kecemasan dan kekhawatrian yang berlebihan, tidak rasional, tidak realistis
terhadap peristiwa yang terjadi sehari-hari yang terjadi hamper selama setidaknya 6 bulan

Prevalensi gangguan cemas menyeluruh 2,8% untuk laki-laki dan 5,3% untuk perempuan

Gejala

● Kecemasan → merasa khawatir nasibnya buruk


● Ketegangan motorik → gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai
● Overaktifitas otonomik → berkeringat, palpitasi, sesak nafas, keluhan lambung, pusing, mulut kering

Pedoman Diagnostik PPDGJ III

● Anxietas sebagai gejala primer


● Berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu-bulan
● Tidak hanya menonjol pada situasi khusus tertentu → sifatnya mengambang “free floating”
● Pada anak → Adanya kebutuhan berlebihan, keluhan somatik menonjol
● Adanya gejala lain yang sifatnya sementara, sealma tidak memnuhi kriteria dari F32, F40, F41, dan F42
F41.2 Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi

•Terdapat gejala anxietas maupun depresi, dimana masing-masing tidak menunjukkan


rangkaian gejala yang cukup berat untuk menegakkan diagnosis sendiri. Untuk
anxietas, gejala otonomik harus ditemukan walaupun tidak terus menerus, disamping
rasa cemas atau kekhawatiran berlebihan

•Bila ditemukan anxietas berat disertai depresi yang lebih ringan, maka harus
dipertimbangkan kategori gangguan anxietas lainnya atau anxietas fobik

•Bila ditemukan sindrom depresi dan anxietas yang cukup berat untuk menegakkan
masing-masing diagnosis, maka kedua diagnosis tersebut harus dikemukakan, dan
diagnosis gangguan campuran tidak dapat digunakan. Jika karena sesuatu hal hanya
dapat dikemukakan satu diagnosis maka gangguan depresif harus diutamakan

•Bila gejala tersebut berkaitan erat dengan stress kehidupan yang jelas, maka harus
digunakan kategori F43.2 gangguan penyesuaian
F41.3 Gangguan Anxietas F41.8 Gangguan
Campuran Lainnya Anxietas Lainnya
YDT
Pedoman Diagnostik
- Memenuhi kriteria gangguan anxietas
menyeluruh (F41.1) dan juga
menunjukkan (meskipun hanya dalam
jangka pendek) ciri yang menonjol dari
kategori gangguan F40-F49, akan tetapi F41.9 Gangguan
tidak memenuhi kriterianya secara Anxietas YTT
lengkap
- Bila gejala2 yang memenuhi kriteria dari
kelompok gangguan ini terjadi dalam
kaitan dengan perubahan atau stres
kehidupan yang bermakna, maka
dimasukkan dalam kategori F43.2,
gangguan penyesuaian
KRITERIA DIAGNOSTIK GANGGUAN ANSIETAS BERDASARKAN
PPDGJ III
F 41 Gangguan ansietas 1.Gejala utamanya adalah ansietas berlebih yang tidak dipengaruhi situasi
lainnya 2.Tidak memenuhi kriteria fobia (F 40) atau gejala fobia bersifat ringan dan sekunder

F 41.0 Gangguan panik 1.Keadaan yang secara objektif tidak berbahaya


2.Tidak terbatas pada kondisi yang sudah diketahui atau diprediksi sebelumnya
3.Diantara episode serangan, terdapat keadaan bebas dari gejala ansietas

F 41.1 Gangguan 1.Kecemasan pada masa depan


ansietas menyeluruh 2.Ketegangan motoric (gelisah, sakit kepala, gemetar)
3.Hiperaktivitas otonom (berkeringat, takikardi)

F 41.2 Gangguan 1.Ditemukan gejala ansietas dan depresi


campuran ansietas dan 2.Gejala keduanya ringan sehingga tidak dapat ditegakkan diagnosis depresi atau
ansietas saja
depresi

F 41.2 Gangguan 1.Ditemukkan gejala ansietas dan gejala gangguan lainnya yang menonjol, misalnya
ansietas campuran lain gangguan obsesif-kompulsif (F42), gangguan disosiasi (F44), dan lain-lain.
Gangguan Obsesif-
Kompulsif
Definisi
- Obsesi : pikiran, ide, atau gagasan
yang muncul berulang-ulang
- Kompulsif : tindakan berulang akibat
adanya pemikiran obsesif
- Pasien dengan OCD menyadari
ketidak rasionalan obsesi dan kompulsi
Epidemiologi
- 2-3% prevalensi di dunia
- Lelaki = perempuan
F42 Gangguan Obsesif-Kompulsif
Pedoman Diagnostik
- Gejala obsessif atau tindakan c. Melakukan hal diatas bukan merupakan hal
kompulsif / keduanya harus ada yang memberikan kepuasan
setiap hari selama setidaknya 2 d. Pikiran atau tindakan tersebut harus tidak
minggu berturut-turut menyenangkan bagi penderita
- Merupakan sumber penderitaan - Terdapat kaitan erat antara pikiran atau gejala
- Gejala harus: obsesif dengan depresi
a. Disadari berasal dari - Gejala obsesif pada penderita seperti
penderita skizofrenia, sindrom tourette atau gangguan
b. Setidaknya terdapat 1 mental organik harus diangap sebagai bagian
pikiran/tindakan yang tidak dari kondisi tersebut
berhasil dilawan
F42 Gangguan Obsesif-Kompulsif
Predominan
Campuran Pikiran
Pikiran Obsesif
dan Tindakan
F42.0 atau Pengulangan F42.2 Obsesif

Predominan Gangguan Obsesif-


Tindakan F42.8 Kompulsif Lainnya
F42.1 Kompulsif (Obsesif F42.9 dan YTT
Rituals)
Tatalaksana
Psikoterapi Farmakoterapi
- SSRI
- Psikoterapi suportif Fluoxetine 2x20mg
- Terapi perilaku Sertaline 2x50mg
- Terapi kognitif perilaku - Clomipramine dengan
- Psikoterapi dinamik dosis 3x25mg
F43. REAKSI STRESS BERAT DAN GANGGUAN
PENYESUAIAN

F43.0 Reaksi Stres Akut


F43.1 Gangguan Stres Paska-Trauma
F43.2 Gangguan Penyesuaian
F43. REAKSI STRESS BERAT DAN GANGGUAN
PENYESUAIAN
- Definisi - Etiopatogenesis
Kelompok gangguan dengan gejala stres berat a. Gejala stress muncul setelah pasien mengalami atau menyaksikan
yang disebabkan kejadian yang traumatic pada peristiwa yang traumatik
reaksi stress akut atau menimbulkan stress pada b. Terdapat gangguan pada amigdala, hipokampus, korteks prefrontal
gangguan penyesuaian medial
Karakteristik utama merupakan satu dari:
1. Stres kehidupan luar biasa→ reaksi stress - Gejala klinis
akut Reaksi stress akut : bersifat katastrofik, yang berlangsung saat, hari,
2. Perubahan penting dalam kehidupan→ minggu
menimbulkan situasi tdk nyaman→ gangguan Pada gangguan penyesuaian : menyangkut situasi kehidupan sehari-
penyesuaian hari yang berlangsung terus menerus selama masih terdapat stressor
- Epidemiologi
Prevalensi mencapai 5-20% untuk reaksi stress
akut, dan 6% untuk gangguan stress
pascatrauma
F43.0 Reaksi Stres Akut
Pedoman diagnosis
- Harus terdapat kaitan waktu yang jelas antara pengalaman stressor luar biasa
(fisik
● atau mental) dengan onset dari gejala (biasanya setelah beberapa menit atau
segera setelah kejadian)
- Ditemukan gejala-gejala
a. Keadaan biasanya diawali "terpaku" (daze), seterusnya dapat ditemukan gejala:
depresi, anxietas, kemarahan,kecewa, overaktif dan penarikan diri
b. Jika stressor dapat dialihkan gejala hilang dalam bbrp jam. Namun jika tidak
maka akan menghilang stlh 1-3 hari
- Kerentanan individu dan kemampuan menyesuaikan diri memegang peranan
dalam terjadi/beratnya suatu reaksi stres akut
F43.1 Gangguan Stres Paska-Trauma
Pedoman diagnosis
- Ditegakkan jika keluhan timbul 6 bulan setelah kejadiantraumatik berat
- Selain trauma, harus didapat bayang-bayang atau mimpi-mimpi dari
kejadian traumatik yang berulang (flashback)
- Gangguan otonomik, gangguan afek serta kelainan tingkah laku
- “Sequele” menahun yang terjadi lambat setelah stres yang luar biasa
diklasifikasi sebagai kategori F62.0
Tatalaksana

- Medikasi, psikoterapi, edukasi, dukungan


psikososial, teknik meredakan kecemasan serta
modifikasi pola hidup
- Medikasi
Antidepresan SSRI (fluoxetin 10-60mg/hari,
Sertralin 50-200mg/hari atau Fluvoxamine 50-
300mg/hari)
F43.2 Gangguan Penyesuaian
Pedoman diagnosis
- Diagnosis tergantung pada evaluasi terhadap hubungan
a. Bentuk, isi dan beratnya gejala
b. Riwayat sebelumnya dan corak kepribadian
c. kejadian, situasi yang “stressful” atau krisis kehidupan
- Faktor C diatas harus jelas dan memiliki bukti kuat (gangguan tersebut tdk
terjadi seandainya jika tdk mengalami hal tersebut)
- Manifestasi mencakup afek depresif, anxietas, campuran anxietas-depresif,
gangguan tingkah laku serta disabilitas kegiatan sehari-hari
- Onset terjadi 1 bulan setelah terjadinya kejadian yang “stressful” serta gejala
tidak bertahan melebihi 6 bulan, kecuali dalam hal reaksi depresif
berkepanjangan (F43.21)
Gangguan
Disosiatif
(konversi)
GANGGUAN DISOSIATIF/KONVERSI
(SKDI 2)
Definisi
Rambut yang hilang karena helaian putus-putus atau
pendek dan tidak ada kelainan pada kulit kepala
Epidemiologi
Awitan 15-30 tahun, lebih banyak pada perempuan
GANGGUAN DISOSIATIF/KONVERSI
(SKDI 2)
Kehilangan (sebagian atau seluruh) dari integrase
Definisi Gangguan Disosiatif
Hilangnya asosiasi proses mental normal (dibawah kendali kesadaran) antara :
● ingatan masa lalu,
seperti identitas pribadi, memori,
● kesadaran identitas dan penginderaan segera
sensorik, motorik (hilangnya fungsi
yang tidak dapat dijelaskan secara (awareness of identity and immediate
medis) sensations) dalam bentuk depersonalisasi,
derealisasi, kebingungan antara identitas dan
perubahan identitas
● Kontrol terhadap gerakan tubuh
● Penyebab utama : trauma masa lalu
Gangguan KONVERSI
Definisi
Kriteria diagnosis
Gangguan tubuh berupa fungsi ● Adanya satu atau lebih gejala motorik sensorik
motorik atau sensorik dimana tidak volunteer
sesuai fungsi anatomik/fisiologik ● Gejala klinis tidak berhubungan antara gejala dengan
kelainan neurologik
● Gejala/defisit tidak dapat dijelaskan dengan kelainan
medis
● Gejala defisit menyebabkan distress, kelainan
psikososial
44.0 Amnesia disosiatif
Orang dengan gangguan Amnesia Kriteria didalam DSM-5 untuk Amnesia Disosiatif:
Disosiatif tidak dapat mengingat informasi ● Ketidakmampuan untuk mengingat informasi pribadi
pribadi yang penting, biasanya informasi yang penting, biasanya bersifat traumatis atau penuh
tentang beberapa pengalaman traumatis. tekanan, yang terlalu luas untuk menjadi pelupa biasa.
Bentuk paling lazim ● Gangguan tidak disebabkan oleh efek psikologis suatu
zat, atau oleh kondisi medis atau psikologis lainnya.
Gejala klinis ● Subtipe Fugue Disosiatif jika:
● Spontan ● ketidakmampuan untuk mengingat masa lalu
● Pasien menyadari seseorang, kebingungan tentang identitas, atau
asumsi identitas baru, dan
● Amnesia singkat ada yg
● Secara mendadak melakukan perjalanan tak
berbentuk selektif
terduga jauh dari rumah.
● Konfobulasi dan mawas diri
44.1 Fugue disosiatif
Kriteria didalam PPDGJ untuk Fugue Disosiatif:
Terdapat subtipe amnesia yang disebut
A. Untuk diagnosis pasti harus ada:
Fugue. tidak hanya menjadi amnesia total, (a) Ciri-ciri amnesia disosiatif (F44.0);
tetapi tiba-tiba bisa meninggalkan rumah (b) Melakukan perjalanan tertentu melampaui hal yang
dan bekerja dan mengambil identitas umum dilakukannya sehari-hari; dan
baru. (c) Kemampuan mengurus diri yang dasar tetap ada
(makan, mandi, dsb.) dan melakukan interaksi sosial
Gejala klinis sederhana dengan orang-orang yang belum dikenalnya
● Tiba-tiba (misalnya membeli karcis atau bensin, menanyakan arah,
● Terkadang orang tersebut memesan makanan).
mengambil nama baru, rumah B. Harus dibedakan dari "postictal fugue" yang terjadi
baru, pekerjaan baru, dan bahkan setelah serangan epilepsi lobus temporalis, biasanya dapat
serangkaian karakteristik dibedakan dengan cukup jelas atas dasar riwayat
kepribadian baru penyakitnya, tidak adanya problem atau kejadian yang
"stressful", dan kurang jelasnya tujuan (fragmented)
● Ada tujuan, berhari-hari
berkepergian serta kegiatan dari penderita epilepsi tersebut

Dissociative identity Disorder (DID)
● Satu individu setidaknya memiliki 2 Kriteria DSM-5
kepribadian yang berbeda A. Perubahan identitas atau kepribadian 2 atau lebih.
Gangguan identitas yang ditandai oleh dua atau lebih
● Setiap alter memiliki pola pikir, keadaan kepribadian yang berbeda (alters) atau
perilaku, emosi, persepsi, dan pengalaman kepemilikan, yang dibuktikan dengan
memori masing-masing serta diskontinuitas dalam pengertian diri, kognisi, perilaku,
bersifat independen dari satu sama pengaruh, persepsi, dan / atau ingatan. Gangguan ini dapat
lain. diamati oleh orang lain atau dilaporkan oleh pasien.
B. Setidaknya dua dari kepribadian secara berulang
● Variasi kepribadian yang dimiliki mengendalikan perilaku.
setiap alter berbeda-beda bahkan C. Ketidakmampuan setidaknya satu dari kepribadian untuk
sampai bersifat 180°. mengingat informasi pribadi yang penting.
D. Gejala bukan bagian dari praktik budaya atau agama
yang diterima secara luas, dan bukan karena obat-obatan
atau kondisi medis
Depersonalisasi / Derealisasi
Depersonalization = kondisi dimana
individu merasa bukan dirinya atau
merasa kehilangan dirinya.
Derealization = Kondisi dimana individu
merasa dunia seakan tidak nyata (erat
kaitan dengan sensori).

Gejala klinis
● Gangguan umumnya muncul pada usia
remaja.
● Gangguan dimulai tanpa ada tanda,
tiba-tiba dan tidak disadari.
● Gangguan umumnya terjadi
dikarenakan dipicu situasi-situasi yang
membuat seseorang stres.
JENIS GANGGUAN DISOSIATIF DAN PEDOMAN
Amnesia disosiatif
DIAGNOSTIK
Hilangnya daya ingat yang baru terjadi, tidak ada gangguan mental organik,
intoksikasi, dan kelelahan

Fugue disosiatif Amnesisa disosiatif + melakukan perjalanan, kemampuan dasar mengurus diri
dan interaksi sosial sederhana masih ada

Stupor disosiatif Hilang atau berkurangnya gerakan volunteer dan respon terhadap rangsangan
luar, tidak ada gangguan fisik

Gangguan trans & Kehilangan aspek penghayatan akan identitas diri dan kesadaran akan
kesurupan lingkungan, berperilaku seolah dikuasai kekuatan gaib, tidak ada gangguan
organik

Gangguan motorik Tidak mampu menggerakan seluruh tubuh atau sebagian anggota gerak
disosiatif

Konvulsi disosiatif Mirip kejang, epilepsi, tidak didapati kehilangan kesadaran

Anestesia dan kehilangan Biasanya berupa anesthesia pada kulit, gangguan penglihatan, tuli, anosmia
sensorik disosiatif
TATALAKSANA

FARMAKOTERAPI PSIKOTERAPI
● Barbiturat IV Short acting ● Hipnoterapi
● Thiopental 3-5 mg/kg/jam ● Psikoterapi
● Benzodiazepin
Gangguan
Somatoform
Gangguan somatoform
(SKDI 4a)
Definisi
DSM V : adanya pikiran terus menerus mengenai gejala
serius tersebut lebih dari 6 bulan
Epidemiologi
Perempuan, awitan sebelum 30 tahun
Gejala klinis
● Melibatkan banyak gejala, GI tract, urinary tract,
● Mual muntah, sulit menelan
Gangguan Somatoform
KRITERIA DIAGNOSTIK gangguan somatoform
berdasarkan PPDGJ III
Gangguan 1.Ada banyak/berbagai gejala fisik yang tidak dapat dijelaskan dasar kelainan fisiknya,
somatoform sudah berlangsung minimal 2 tahun
2.Tidak mau menerima nasihat/penjelasan dokter bahwa tidak ada kelainan fisik
3.Terdapat hendaya dalam taraf tertentu dalam berfungsinya di keluarga dan masyarakat

Gangguan 1.Keluhan fisik bersifat multiple, bervariasi, menetap. Tetapi gambaran klinis yang khas
somatoform dan lengkap dari gangguan somatisasi tidak terpenuhi
tidak terinci 2.Tidak boleh ada penyebab fisik dari keluhan-keluhannya

Hipokondriasis 1.Keyakinan yang menetap adanya setidaknya satu penyakit fisik yang serius yang
melandasi keluhan meskipun pemeriksaan yang dilakukan berulang kali tidak menunjang
adanya alasan fisik yang memadai atau adanya preokupasi yang menetap kemungkinan
deformitas atau perubahan bentuk penampakan fisik (namun tidak sampai waham)
2.Tidak mau menerima nasehat atau dukungan penjelasan dari beberapa dokter bahwa
tidak ada penyakit atau abnormalitas fisik yang melandasi keluhan
Gangguan Dismorfik Tubuh
Definisi Kriteria Diagnosis
● Preokupasi dengan satu atau lebih terhadap kerusakan
Persepsi penampilan buruk,
atau cacat pada penampilan fisik yang mana menurut
merasa jijik, tidak menarik orang lain tidak
Epidemiologi ● Adanya tindakan berulang contohnya bercermin,
menyembunyikan deformitas, atau perbuatan mental
Awitan 15-30 tahun, lebih banyak
seperti membandingkan penampilannya dengan orang
pada perempuan lain
● Mengakibatkan distress dan kelainan di sosial
● Penampilan tidak bisa dijelaskan dengan sebab lain
seperti berat badan pada eating disorders
TRIKOTILOMANIA
Definisi
Rambut yang hilang karena helaian putus-putus atau
pendek dan tidak ada kelainan pada kulit kepala
Epidemiologi
Awitan 15-30 tahun, lebih banyak pada perempuan
KRITERIA
DIAGNOSIS
●Kerontokan rambut kepala yang tampak
jelas (noticeable) disebabkan oleh berulang
kali gagal menahan diri terhadap impuls
untuk mencabut rambut.
●Pencabutan rambut biasanya didahului
oleh ketegangan yang meningkat dan
setelahnya diikuti dengan rasa lega atau
puas.
Thanks!

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including


icons by Flaticon and infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai