Kelebihan alcohol
Kafein
Hipertiroidisme
Nikotin withdrawal
Opiate withdrawal
Bipolar disorder
Gangguan ini biasa terjadi pada usia 15-25 tahun dan ditandai dengan mood yang bergairah
tiba-tiba bisa menjadi depresi. Perubahan mood ini berlangsung sangat cepat dalam satu
pembicaraan. Penyebab utamanya adalah gangguan pada bagian otak yang mengatur mood.
Dementia
Penyakit ini biasanya mengenai umur 60 tahun danpenyebabnya ada gangguan pada memori,
berpikir dan tingkah laku.
Depresi
Gangguan ini ditandai dengan perasaan sedih, tidak senang, merasa bersalah, dan menyendiri.
Gejala in biasanya timbul dalam waktu relatif singkat dan biasanya merupakan salah satu
sindrom dari gejala depresi yang biasanya disebabkan oleh stress dan lingkungan yang tidak
menyenangkan.
Ansietas
Ansietas merupakan suatu sensasi takut yang difus yang tidak berkaitan dengan bahaya yang
sebenarnya. Sensasi ini sering timbul pada pasien akibat situasi stress seperi nyeri, ribut, dan
kehilangan kontrol tubuh. Ansietas dapat dianggap sebagai suatu fenomena yang normal tapi
dapat dianggap patologis apabila kejadian ansietas yang terlihat tidak proporsional dengan
penyebabnya.
Delirium
Delirium adalah suatu perubahan akut pada status mental atau fluktuasi mood yang
dihubungkan dengan pemikiran yang tidak terorganisir, bingung dan perubahan level dari
kesadaran.
Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV-TR), kelainan ansietas
dapat dibagi menjadi 7, yaitu panic disorder dengan atau tanpa agorafobia; agrophobia dengan atau tanpa
panic disorder; phobia spesifik; phobia sosial; obsessive compulsive disorder (OCD); posttraumatic stress
disorder (PTSD); acute stress disorder; dan generalized anxiety disorder.
Setiap orang pasti pernah mengalami ansietas dan biasanya dikarakteristik oleh perasaan tidak
nyaman, muncul symptom otonom seperti sakit kepala, palpitasi, rasa sesak pada dada, perut yang tidak
nyaman, kurang istirahat dan tidak bisa duduk atau berdiri terlalu lama.
Kita harus membedakan rasa takut dengan ansietas. Ansietas merupakan suatu sinyal yang
membuat kita menjadi waspada, biasanya merupakan suatu respon terhadap tantangan yang belum
diketahui, sifatnya internal, dan konfliktual. Sedangkan kalau rasa takut juga merupakan sinyal yang
membuat waspada tetapi tantangan yang dihadapinya sudah diketahui, bersifat eksternal dan
nonkonfliktual.
Ansietas dilihat sebagai salah satu hasil konflik psikis antara keinginan seksual atau agresif yang tidak
disadari dengan respon terhadap tantangan yang berasal dari seuperego atau realitas eksternal. Tujuan
dari terapi tidak hanya menghilangkan semua penyebab ansietas namun juga meningkatkan toleransi
ansietas.
2.1 Panic disorder dan Agorafobia
2.1.1
Panic attacks
Panic attack merupakan suatu episode diskrit yang parah dari kecemasan paroksimal dan
apabila dia terjadi secara teratur dan tidak ada penyebab atau diagnostik psikiatrik yang jelas maka
kita dapat mendiagnosisnya sebagai panic disorder. Panic attack ditandai oleh simptom otonom
(seperti napas pendek, palpitasi, keringat berlebihan), pusing, pingsan, dan sakit dada. Biasa panic
attack berlangsung singkat, biasanya sekitar beberapa menit saja.
Tabel 1. Kriteria DSM-IV-TR untuk Panic attack
2.1.3 Agorafobia
Agorafobia dapat menjadi salah satu phobia yang membuat seseorang menjadi tidak aktif karena
secara signifikan dapat mengganggu kemampuan seseorang dalam lingkungan kerja maupun sosial di
luar rumah. Agorahobia merupakan suatu kondisi dimana takut untuk mengalami serangan panik atau
gejala panik dalamsituasi yang dirasakan sulit untuk melarikan diri.
Berikut adalah kriteria DSM-IV-TR untuk Agorafobia:
Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang timbul harus merupakan manifestasi primer
dari ansietasnya dan bukan sekunder dari gejala lain seperti misalnya waham atau pikiran
obsesif
Ansietas yang timbul harus terbatas pada setidaknya dua dari situasi berikut: banyak orang
/ keramaian, tempat umum, bepergian keluar rumah dan bepergian sendiri
Menghindari situasi fobik harus atau sudah merupakan gejala yang menonjol.
Tabel 5. Kriteria Diagnostik DSM-IV-TR untuk Agorafobia tanpa Riwayat Panic disorder
2.1.4 Tatalaksana
Dua tatalaksana yang cukup efektif untuk mengurangi gejala panic disorder dan agorafobia
adalah farmakoterapi dan terapi cognitive-behavioral. Grup terapi dan keluarga dapat turut
membantu dalam menangani penyakit pasien. Alprazolam dan paroxetine adalah dua jenis obat
yang sudah disetujui oleh FDA (US Food and Drug Administration) untuk tatalaksana panic disorder.
Umumnya obat yang dipakai berasal dari golongan SSRIs (selective serotonin reuptake inhibitors),
tricyclic antidepressants, benzodiazepines, MAOIs (monoamine oxidase inhibitors), RIMAs
(reversible inhibitors of monoamine oxidase type-A), dan Atypical Antidepressants.
2.2 Phobia Spesifik dan Sosial
2.2.1Definisi
Kata phobia biasanya menunjukkan ketakutan yang berlebihan pada suatu objek atau situasi.
Seseorang dengan phobia yang spesifik akan mengantisipasi sesuatu yang membahayakan, misalnya
panik saat akan digigit oleh anjing. Seseorang dengan phobia sosial biasanya akan mempunyai rasa
takut yang berlebihan pada berbagai kondisi sosial seperti saat akan berbicara di depan umum.
Phobia spesifik lebih umum jika dibandingkan dengan phobia sosial dan biasanya lebih banyak
terjadi pada wanita dibandingkan dengan pria.
2.2.2 Diagnosis
Berikut adalah pedoman diagnostik untuk fobia sosial:
Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang tumbul harus merupakan manifestasi primer
dari ansietasnya dan bukan sekunder dari gejala lain seperti misalnya waham atau pikiran
obsesif
Ansietas harus mendominasi atau terbatas pada situasi sosial tertentu (yang ada di luar
lingkaran keluarga)
Menghindari suatu fobik harus atau sudah merupakan gejala yang menonjol
Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang tumbul harus merupakan manifestasi primer
dari ansietasnya dan bukan sekunder dari gejala lain seperti misalnya waham atau pikiran
obsesif
Ansietas harus terbatas pada adanya objek atau situasi fobik tertentu
Pada fobia spesifik ini umumnya tidak ada gejala psikiatrik lain, tidak seperi halnya agorafobia dan
fobia sosial.
2.2.3 Tatalaksana
Berdasarkan studi yang dilakukan, ditemukan bahwa efek terapi yang paling efektif untuk fobia
adalah terapi perilaku. Aspek yang membuat terapi ini sukses adalah komitmen pasien pada terapi,
masalahnya telah diidentifikasi dengan jelas dan tersedianya strategi alternatif. Psikoterapi yang
dilakukan juga dapat meningkatkan kemampuan kognitif dan terjadinya desensitisasi. Beberapa
farmakoterapi yang dapat diberikan berupa SSRIs, Benzodiazipines, Veniafaxine, dan Buspirone.
Daftar Pustaka
1. Chevroled, Jean Cloud, Joliet, Phillip. 2007. Clinical review :Agitation and delirium in the criticallySignificance and Management. Journal of Critical Care, 11:214.
2. PubMed Health. Obsessive-Compulsive Disorder. Diakses pada tanggal 30 Desember 2011, pukul 22.11.
Diunduh dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0001926/.
3. Sadock BJ dan Sadock VA. Kaplan & Sadocks Synopsis of Psychiatry. 10 th edition. Lippincott Williams &
Wilkins; 2007.
4. Tasman A dan Kay J. Essentials of Psychiatry. John Wiley & Sons; 2006.
5. Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Rungkas PPDGJ-III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa
FK-Unika Atmajaya; 2001.