Disusun Oleh
RAUHIL MIZKY
019.02.1030
A. Konsep Dasar
1. Proses Menua
Menjadi orang tua adalah suatu prosess
menghilangnya secara perlahan – lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri / mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat
bertahan dari infeksi dan memperbaiki diri dari
kerusakan yang diderita
2. Teori Menua
a. Teori genetic
Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa lama hidup
ditentukan pada informasi DNA pada gen.
b. Kerusakan DNA
Informasi yang dibutuhkan yang dibutuhkan
seluntuk membangun protein esensial tergantung
pada bangunan molekul DNA
c. Teori radikal bebas
Radikal bebas mengandung oksigen dengan aktivitas
yang tinggi yang sangat cepat bereaksi dengan
molekul lain dan membuat aktivitas enzim dan
protein dapat berubah.
d. Teori auto imun
Teori ini mengemukakan bahwa proses penuaan
diakibatkan karena antibodi yang bereaksi terhdap
sel normal dan merusaknya.
3. Batasan usia lanjut
1) Menurut WHO;
a) Middle Age / Usia Pertengahan
b) Elderly Age / Usia Lanjut
c) Old Age / Usia Lanjut Tua
d) Very Old Age / Usia Sangat Tua
2) Menurut UU Nomor 13 tahun 1998
UU nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia
menyebutkan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang
berusia 60 tahun keatas.
3) Menurut Binner dan Jenner (1977).
a) Usia Kronologis.
Yaitu usia yang menunjuk pada jangka waktu
seseorang sesuai dengan tahun kelahirannya.
b) Usia Biologis.
Yaitu Usia yang menunjuk kepada jangka waktu
seseorang sejak lahirnya berada dalam keadaan
hidup tidak mati.
c) Usia Psikologis.
Yaitu usia yang menunjuk kepada kemampuan
seseorang untuk mengadakan penyesuaian-
penyesuaian kepada situasi yang dihadapi.
d) Usia Sosial.
Yaitu usia yang menunjuk kepada peran-peran yang
diharap atau diberikan masyarakat kepada
seseorang sehubungan dengan usianya.
4. Prinsip proses menua.
a. Proses menua merupakan proses secara terus menerus
(berlanjut) secara alamiah yang dialami semua
makhluk hidup.
b. Proses menua setiap individu pada organ tubuh tidak
sama cepatnya.
c. Proses menua bukanlah suatu penyakit namun
merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh
dalam menghadapi rangsang dari luar tubuh maupun
dalam tubuh.
Dengan demikian kaum lanjut usia sering menderita
berbagai penyakit.
5. Tugas Perkembangan Lansia.
a. Penyesuaian terhadap penurunan fisik dan psikis.
b. Penyesuaian terhadap pension dan penurunan
pendapatan.
c. Menemukan makna kehidupan.
d. Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan.
e. Menemukan kepuasan dalam hidup berkeluarga.
f. Penyesuaian diri terhadap kenyataan akan meninggal.
g. Menerima dirinya sebagai seorang lanjut usia.
6. Tipologi Lansia.
a) Menurut Kemampuannya :
1) Lanjut usia mandiri sepenuhnya.
2) Lanjut usia dengan bantuan sebagian.
3) Lanjut usia dengan bantuan sepenuhnya.
b) Menurut Karakter / Pengalaman Hidup :
1) Tipe Konstruktif
2) Tipe Ketergantungan
3) Tipe Bermusuhan
4) Tipe Membenci Diri
7. Perubahan – Perubahan yang Terjadi Pada Lansia.
a. Sel
1) Lebih sedikit jumlahnya.
2) Lebih besar ukurannya.
3) Berkurangnya jumlah cairan tubuh
4) Berkurangnya cairan intra sel.
b. Sistem Syaraf
1) Berat otak menurun.
2) Kurang sensitif terhadap rangsang sentuh.
3) Mengecilnya syaraf panca indera.
4) Menurunnya waktu berespon.
c. Sistem Pendengaran
1) Presbiakusis
2) Membran tympani atropi
3) Peningkatan serumen
d. Sistem Penglihatan
1) Sfingter pupil sklerosis
2) Kornea lebih berbentuk sferis / bola
3) Lensa lebih suram / keruh
4) Daya akomodasi hilang
5) Menurunnya lapang pandang
6) Menurunnya kemampuan membedakan warna
e. Sistem Gastrointestinal
1) Kehilangan gigi.
2) Menurunya indera pengecap
3) Esofagus melebar.
4) Peristaltik melemah
5) Fungsi absorbsi melemah
f. Sistem Respirasi
1) Otot pernafasan menjadi kaku
2) Menurunya aktivitas silia
3) Kehilangan elastisitas paru-paru
4) Alveoli melebar dan jumlahnya berkurang
5) Oksigen pada arteri menurun
6) Kapasitas residu meningkat
g. Sistem Muskuloskeletal
1) Tulang kehilangan density
2) Kifosis
3) Pinggang, lutut, dan jari-jari gerakan terbatas
4) Pembesaran sendi dan kuku
5) Tendon mengkerut
6) Atrofi serabut otot
7) Sistem Kardiovaskuler
8) Katub jantung menebal dan menjadi kaku
9) Kemampuan jantung dalam memompakan darah menurun
10) Hilangnya elastisitas pembuluh darah
11) Tekanan darah meninggi
h. Sistem Genito-Urinaria
1) Ginjal mengecil, Nefron atrofi, aliran darah ke
ginjal menurun.
2) Otot vesika urina menurun
3) Pembesaran prostat
4) Atrofi vulva
i. Sistem Endokrin
1) Semua produksi hormon menurun
2) Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah
j. Sistem Integumen
1) Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak
2) Pigmentasi dan gangguan elastisitas kulit
3) Kelenjar keringat berkurang
4) Kuku jari menjadi keras dan rapuh
5) Menurunnya respon terhadap trauma
B. Konsep Nyeri
1. Pengertian
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional
yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan
yang aktual maupun potensial (Brunner dan Suddarth
2012).
Menurut Arthur C. Corton (1983) dalam Alimul
(2012), mengatakan bahwa nyeri merupakan suatu
mekanisme produk dibagian tubuh, timbul karena
jaringan sedang dirusak dan menyebabkan individu
tersebut bereaksi untuk menghilangkan rangsangan
nyeri.
2. Fisiologi nyeri
Munculnya nyeri berkaitan dengan reseptor dan
adanya rangsangan. Reseptor nyeri yang dimaksud adalah
nociceptor, merupakan ujung-ujung saraf sangat bebas
yang memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki
myelin yang tersebar pada kulit dan mukosa, khususnya
pada visera, persendian, dinding arteri, hati dan
kandung empedu. Reseptor nyeri dapat memberikan respon
akibat adanya stimulasi tersebut dapat berupa zat
kimiawi seperti histamine, bradikinin, prostatglandin
dan macam-macam asam yang dilepas apabila terdapat
kerusakan pada jaringan akibat kekurangan oksigenasi.
Stimulasi lain dapat berupa termal, listrik, atau
mekanis (Alimul, 2012).
a. Transduksi
Proses rangsangan yang mengganggu sehingga
menimbulkan aktivitas listrik di aseptor nyeri.
b. Transmisi nyeri
Melibatkan proses penyaluran impuls nyeri dari
tempat tranduksi melewati saraf perifer sampai ke
terminal di medulla spinalis dan jaringan neuron-
neuron pemancar yang naik dari medulla spinalis ke
otak.
c. Modulasi nyeri
Melibatkan aktivitas saraf melalui jalur-jalur
saraf desendens dari otak yang dapat mempengaruhi
transmisi nyeri setinggi medulla spinalis. Modulasi
juga melibatkan faktor-faktor kimiawi yang
menimbulkan atau meningkatkan aktivitas di reseptor
nyeri eferen primer.
d. Persepsi nyeri
Merupakan pengalaman subjektif nyeri yang
bagaimanapun juga dihasilkan oleh aktivitas
transmisi nyeri oleh saraf.
3. Teori pengontrolan nyeri
a. Teori Spesifisitas
Teori ini berpendapat bahwa nyeri berjalan dari
reseptor-reseptor nyeri spesifik, melalui jalur
neuroanatomik tertentu ke pusat nyeri otak dan
hubungan antara stimulus dan respon nyeri bersifat
langsung dan invariabel.
b. Teori pola atau penjumlahan
Teori ini berpendapat bahwa nyeri dihasilkan oleh
stimulasi intens dari reseptor-reseptor nonspesifik
dan penjumlahan impuls-impuls yang dirasakan
sebagai nyeri.
c. Teori kontrol gerbang
Teori ini berpendapat bahwa impuls nyeri dapat
diatur atau bahkan dihambat oleh mekanisme
pertahanan disepanjang system saraf pusat,
mekanisme pertahanan dapat ditemukan di sel-sel
gelatinosa substansia di dalam kornu dorsalis pada
medulla spinalis dan thalamus (Potter, 2011).
d. Teori edorfin atau enkefalin
Teori ini berpendapat bahwa salah satu cara yang
dilakukan untuk mengurangi nyeri adalah dengan
menggunakan obat-obatan yakni morfin dan nalokson.
4. Pembagian nyeri berdasarkan durasi
Dua kategori dasar dari nyeri yang secara umum
diketahui yaitu nyeri akut dan nyeri kronis
(Smeltzer, 2012).
a. Nyeri akut
Nyeri akut biasanya awitannya tiba-tiba dan
umumnya berkaitan dengan cedera spesifik. Nyeri
akut mengidentifikasi bahwa kerusakan atau cedera
telah terjadi. Jika kerusakan tidak lama terjadi
dan tidak ada penyakit sistematik, nyeri akut
biasanya menurun sejalan dengan terjadinya
penyembuhan. Nyeri akut pada umumnya terjadi
kurang dari 6 bulan dan biasanya kurang dari 1
tahun. Untuk tujuan definisi, nyeri akut dapat
dijelaskan sebagai nyeri yang berlangsung dari
beberapa detik hingga 6 bulan (Alimul, 2012).
b. Nyeri kronik
Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten
yang menetap sepanjang suatu periode waktu. Nyeri
kronik berlangsung diluar waktu penyembuhan yang
diperkirakan dan sering tidak dapat dikaitkan
dengan penyebab atau cedera spesifik. Nyeri
kronik sering didefisinikan sebagai nyeri yang
berlangsung selama 6 bulan atau lebih (Alimul,
2012).
5. Pembagian Nyeri Berdasarkan Lokasi
a. Nyeri fisik
Nyeri yang diakibatkan adanya kerusakan
atau kelalaian organ.
b. Nyeri perifer
1) Nyeri pada kulit (superpesial pain).
Mukosa terasa tajam atau seperti ditusuk,
akibat rangsang fisik, mekanik dan kimia.