Anda di halaman 1dari 19

Skizofrenia

I. Anatomi Otak

Brodmann 41 & 42 di lobus temporal untuk pendengaran


Brodmann 45 & 44 bertumpahtindih dengan area Broca untuk bahasa
Brodmann 1-3 pada girus postsentralis lobus parietal untuk somatosensoris
Brodman 4 untuk motorik, 6 untuk premotor dan motorik suplementer
Brodmann 17 & 18 di lobus osipital untuk penglihatan
Brodmann 28 – ventral entorhinal, 34 – dorsal entorhinal

Sistem Limbik
II. Histologi Otak
Otak manusia memiliki 10^11 neuron dan kira2 10^12 sel glial. Neurin memiliki badan
sel/soma yang mengandung nukleus; biasa terdapat multipel dendrit yang prosesnya
memanjang dari soma dan menerima sinyal dari neuron lain; dan akson, yang memanjang
dari soma dan mentransmisi sinyal. Neurotransmitter yang dilepaskan dari akson terminal
dan merupakan salah satu mekanisme utama untuk komunikasi intraneuronal, dan memiliki
efek psikotropik.
Terdapat 3 jenis sel glial, yang paling umum astrosit (nutrisi, deaktivasi neurotransmiter,
dan BBB), oligodendrosit (CNS, pada perifer sel Schwann), dan mikroglia (makrofag,
membuang debris selular).
III. Fisiologi Fungsi Psikologis
A. Sensoris
1. Somatosensoris
Mempengaruhi sistem sensoris dengan 6 modalitas: sentuhan, nyeri, suhu,
vibrasi, tekanan dan proprioseptif. Sistem sensoris ini penting untuk persepsi, pada
normal akan menfasilitasi penajaman representasi internal, tapi pada patologis akan
memberi sinyal palsu atau supres sensasi seperti pada psikosomatik (gg.konversi)
2. Visual
Setiap bagian otak berperan spesifik dalam visual seperti korteks temporalis
inferior untuk melihat wajah dalam sudut tertentu. Pada korteks visual primer,
kolumna sel respon thd orientasi spesifik. Sel dari korteks visual primer akan
proyeksi ke korteks visual sekunder dimana merespon terhadap terhadap
pergerakan garis dan sudut. Lalu sel tersebut akan membawa ke area asosiasi untuk
membentuk detil dan bentuk gambar.
Lobus temporalis inferior mendeteksi bentuk, wujud dan warna. Lobus parietal
posterior untuk lokasi, gerakan dan jarak. Lobus parietalis posterior untuk mengatur
atensi terhadap ruang visual atau meraih objek. Korteks temporal inferior untuk
wujud kompleks. Untuk penampilan wajah pada kiri korteks, dan untuk respon
bentuk kompleks.
3. Auditori
Suara akan memvibrasi tulang pendengaran, lalu ke endolimfe/cairan pada
koklear dan memicu silia bergerak (impuls). Masuk ke nukleus koklear di batang
otak, ke lemniskus lateralis, ke kolikuli inferior lalu nukleus genikulatum medial
talamus dan ke lobus temporalis posterior (korteks auditori primer)
4. Olfaktori
Odoran/zat kimia volatil masuk ke hidung, larut dalam mukus nasal dan terikat
pada reseptor di permukaan pada epitelium olfaktorius. Setiap neuron pada epitel
memiliki reseptor bau unik. Stimuli akan dibawa ke bulbus olfaktorius, dimana
terdapat akson-akson sesuai reseptor konversi menjadi ½ dari 3000 unit prosesor
disebut glomeruli. Sinyal langsung ke lobus frontalis dan sistem limbik (korteks
piriformis, amigdala dan hipokampus).
5. Perasa
Zat mudah larut di mulut akan terikat pada reseptor di lidah dan stimulasi saraf
gustatorius lalu ke nukleus solitarius di batang otak, lalu ke lobus temporalis medial.
6. Sensoris autonomik
B. Motorik
1. Basal Ganglia
Terdapat 4 fungsional yaitu striatum, palidum, substansia nigra dan nukleus
subtalamikus. Corpus striatum, kaudatus dan putamen untuk motorik dan sistem
asosiasi.
2. Cerebelum
3. Korteks motorik
4. Motorik autonomik
Simpatis dan parasimpatis.
C. Lainnya
1. Bahasa
Terdapat 3 tahap proses: proses fonologikal (suara individual, seperti konsonan
direkognisi oleh lobus frontal girus inferior); proses leksikal (menyamakan input
fonologikal/suara dengan memori); dan proses semantik (koneksi kata-kata dengan
pengertian/menghasilkan pembicaraan, pada lobus temporal kiri girus superior dan
medial).
2. Atensi dan Gairah
3. Memori
Immediate (detik), recent (menit-hari), remote (bulan-tahun). Struktur pembentuk
memori pada lobus temporalis medial (tempat hipokampus), nukleus diensefalik
dan basal anterior otak. Amigdala di anterior hipokampus, sebagai penghubung
emosi terhadap memori.
4. Emosi
Kerusakan pada hemisfer kiri akan menyebabkan gg.intelektual dan kehilangan
aspek naratif dalam mimpi, serta depresi katastrofik akibat afasia. Kerusakan pada
hemisfer kanan akan menyebabkan gg.afektif, kehilangan aspek visual dalam mimpi
dan kegagalan merespon humor, metafor dan konotasi, serta gangguan sosialisasi
dan gambaran tubuh.
Lobus temporal dan frontal berperan penting dalam emosi. Cidera pada lobus
temporal bilateral dapat menyebabkan hiperseksualitas, plasiditas, tendensitas
eksplorasi lingkungan dengan mulut, ketidakmampuan mengenal emosi yang
berhubungan secara visual, dan atensi berganti-ganti. Pada korteks prefrontal akan
mempengaruhi mood, pada aktivasi prefrontal kiri akan meningkatkan mood
(kerusakan akan menyebabkan depresi dan sedih) sementara kanan akan memicu
depresi (kerusakan akan memicu ketawa, euforia dan tendensitas membuat lelucon)
5. Sistem Limbik
Sistem limbik terdiri atas hipokampus, forniks, badan mamilaris, nukleus
anterior talamus, girus cinguli, amigdala, septum, basal otak depan, nukleus
akumben dan korteks orbitofrontalis.
Amigdala sangat penting sebagai pintu dimana stimuli internal dan eksternal
berintegrasi. Informasi dari indera primer berjalin dengan hasrat internal seperti
lapar dan haus, untuk membentuk emosional signifikan terhadap pengalaman
sensoris. Amigdala memediasi respon takut yang dipelajari, seperti ansietas dan
panik, dan mungkin menghubungkan ekspresi emosi tersebut menjadi efek. Bagi
orang yang mengalami cidera pada amigdala, akan mengalami gg. kemampuan
mengenali bahagia, kesedihan atau muak.
Rasa takut dan agresif dipengaruhi oleh stimulasi pada sistem limbik, dimana
akan menimbulkan reaksi amarah (tergantung stimulasi).
Pada beberapa penelitian, ditemukan reduksi berat substansia grisea bukan
pada substansia alba pada orang skizofrenia. Ditemukan juga penurunan volume
hipokampus, amigdala dan girus parahipokampal. Skizofrenia mungkin akibat
sekuele akibat fokus epileptikus temporal. Pada skizofrenia, ditemukan pula
penurunan aktivtias pada lobus frontalis. Salah satu hipotesa menunjukkan
pemangkasan sinaptik berlebih dan menyebabkan aktivitas frontolimbik menurun.
Hipometabolisme dan berkurangnya koneksi interneuronal pada korteks prefrontal
mungkin merefleksikan inefisiensitas pada working memory, dimana menyebabkan
terputus-putus dan melonggarnya asosiasi pada skizofrenia.
D. Neurotransmiter
1. Serotonin
Badan sel (menghasilkan serotonin) dari neuron serotonergik berada pada garis
tengah raphe nuklei batang otak; nuklei raphe rostral mengirimkan proyeksi akson
asendens ke otak, dimana nuklei raphe desenden akan mengirim proyeksi ke
medula, serebelum dan korda spinalis. Serat serotonergik desenden yang
menginervasi bagian dorsal korda spinalis berfungsi dalam supresi jalur nosiseptif.
Peningkatan pada stimulasi serotonergik terjadi pada motorik ritmis.

Serotonin perifer terdapat pada platelet, sel mast dan enterokromafin. Sebagian
besar serotonin dalam tubuh ditemukan di sistem GIT, dimana modulasi motilitas
dan fungsi digestif. Platelet serotonin untuk agregasi dan penggumpalan.
2. Dopamin
Bertempat pada substansia nigra otak tengah dan area tegmental ventral dan
periakuaduktal, hipotalamus, bulbus olfaktorius dan retina. Tiga sistem dopamin
utama pada nigrostriatal, mesokortikolimbik, dan sistem tuberohipofiseal. Badan sel
dopamin pada divisi pars kompakta dari area ini mengirimkan proyeksi asenden ke
striatum dorsalis dan modulasi kontrol motorik. Efek ekstrapiramidal obat
antipsikotik akibat blokade reseptor pada striatum ini.
Area tegmental ventral otak tengah berada di medial dari substansia nigra dan
mengandung neuron dopaminergik yang membentuk sistem dopamin
mesokortikolimbik. Neuron ini akan mengirimkan sinyal asenden yang inervasi
struktur limbik, seperti nukleus akumben dan amigdala; jalur mesoakumben adalah
elemen sentral untuk representasi penghargaan dan drug abuse aktivasi jalur ini.
Proyeksi mesolimbik menjadi target antipsikotik dari obat antagonis reseptor
dopamin untuk mengatur simptom positif skizofrenia seperti halusinasi dan delusi.
Pengobatan antipsikotik yang dapat juga memperburuk simptom negatif pada jalur
mesokortikal. Sistem tuberohipofiseal mengandung neuron dopamin pada arkuata
hipotalamus dan nukleus paraventrikular ke glandula pituitari sehingga inhibisi
prolaktin (terjadi galaktorea)
3. Sintesis, Penyimpanan dan Degradasi Monoamin
(1). Sintesis monoamin (2). Dibawa ke vesikel sinaptik (3). Pada stimulasi, vesikel
pada terminal saraf akan berfusi dengan terminal presinaptik dan mengeluarkan
neurotransmiter pada celah sinaps (4). Setelah dilepaskan, monoamin berinteraksi
dengan reseptor postsinaps untuk mengubah fungsi postsinaps (5). Dan mungkin
bekerja pada autoreseptor presinaps untuk supresi pelepasan neurotransmiter (6).
Monoamin yang dilepaskan diambil kembali dari celah sinaps ke terminal saraf oleh
protein transporter membran plasma/reuptake (7).Mengalami degradasi enzimatik.
Kecuali pada asetilkolin oleh asetilkolin esterase langsung di celah sinaps
4. Glutamin
Neurotransmiter eksitatorik otak dan transmiter 80% sinaps otak. Semua aferen
sensoris primer memakai glutamat termasuk sel ganglion retina, sel koklear, saraf
trigeminus dan aferen spinal. Proyeksi talamokortikal distribusi informasi aferen ke
korteks. Neuron piramidal area kortikolimbik adalah sumber utama intrinsik,
asosiasi, dan proyeksi eksitatori eferen dari korteks. Lobus temporalis merupakan
penting dalam pembentukan memori.
Eksitotoksik dapat memicu degenerasi neuronal pada penyakit Alzheimer dan
terjadi agregasi beta-amiloid.
5. GABA
Inhibitor utama otak. Disfungsi pada GABAergik menyebabkan beberapa
gg.kejiwaan seperti gg.ansietas, skizofrenia, ketergantungan alkohol dan kejang.
GABA sendiri disintesis dari asam glutamik oleh as.glutamik dekarboksilase, dan
dikatabolisa oleh GABA transaminase. GABAa reseptor memiliki sifat hiperpolarisasi,
berguna sebagai antikonvulsan.
Glisin berfungsi sebagai inhibitor pada batang otak dan korda spinalis, namun
ditemukan pula pada talamus, korteks, dan hipokampus.

IV. Definisi Skizofrenia


Berdasarkan PPDGJ-III
- Sedikitnya 1 dari gejala berikut yang jelas (atau 2 bila kurang jelas)
a. Thought echo, thought insertion atau thought broadcasting
b. Delusion of control, delusion of influence, delusion of passivity atau
delusional perception
c. Halusinasi auditorik
d. Waham menetap yang menurut budaya setempat mustahil/tidak wajar
- Paling sedikit 2 gejala dibawah ini harus selalu jelas
a. Halusinasi menetap dari panca indera
b. Arus pikiran terputus/mengalami sisipan sehingga inkoherensi bahasa
c. Perilaku katatonik
d. Gejala negatif
- Gejala tersebut satu bulan/lbh
- Harus ada perubahan konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan dari
beberapa aspek perilaku pribadi, bermanifestasi sebagai hilang minat, tujuan
hidup, tidak berbuat sesuatu dll.

Berdasarkan DSM-V
- Kriteria A : Simptom Karakteristik
Memiliki 2/lebih dari hal berikut, setiap gejala menonjol dalam kurun waktu 1 bulan
(atau kurang bila pengobatan berhasil). Minimal ada salah satu dari no.1-3
1. Delusi
 Delusi persekutori : percaya akan disakiti, dilecehkan oleh individu, organisasi dll
 Delusi referensial : percaya gerakan, komentar, lingkungan dll diarahkan ke dia
 Delusi grandiosa : percaya dirinya punya kelebihan, harta, atau terkenal
 Delusi erotomanik : percaya secara palsu seseorang jatuh cinta kepada dia
 Delusi nihilistik : percaya bahwa kejadian katastrofik akan terjadi
 Delusi somatik : preokupasi terhadap kesehatan dan fungsi organ
 Delusi iri hati : percaya bahwa kekasih/istri selingkuh
 Campuran
Delusi mengekspresikan kehilangan kontrol terhadap pikiran atau tubuh (tidak
masuk akal) termasuk delusi sangat aneh/bizarre. Bentuk ini termasuk kepercayaan
bahwa pikirannya dilepas oleh kekuatan luar (thought withdrawal), pikiran asing
dimasukkan ke pikirannya (thought insertion) atau tubuh/aksinya dimanipulasi oleh
kekuatan luar (delusions of control).

2. Halusinasi
Pengalaman persepsi yang terjadi tanpa stimulus eksternal. Dapat terjadi pada
seluruh sistem sensoris, namun tersering adalah auditori. Halusinasi auditori seperti
suara yang dikenali/tidak, yang dipersepsikan oleh pikiran sendiri. Hal yang terjadi saat
jatuh tidur (hypnagogic) atau bangun (hypnopompic) adalan normal

3. Bicara kacau
Pemikiran disorganisir/kacau biasa dapat dilihat dari bicara individu. Individu
tersebut dapat berpindah-pindah topik (derailment/loose associations). Menjawab
pertanyaan yang sedikit/tidak terkait (tangentiality). Sangat jarang terjadi pembicaraan
yang sangat disorganisir hingga tidak dapat dimengerti dan mirip afasia reseptif
(incoherence/word salad). Bentuk yang tidak berat mungkin terjadi pada periode
prodromal dan residual

4. Ketidakaturan luas/besar atau tingkah laku katatonik


Disebut juga tingkah laku motorik abnormal dapat berupa tingkah laku kanak2
hingga agitasi mendadak. Tingkah laku katatonik ditandai penurunan reaktivitas kepada
lingkungan. Tingkah laku ini dapat berbentuk resisten terhadap instruksi (negativism);
menjaga postur kaku, aneh, tidak pantas; respon motorik dan verbal hilang (mutism dan
stupor). Dapat berupa aktivitas motorik eksesif dan tanpa tujuan (catatonic excitement),
atau gerakan stereotip berulang, menatapi, diam, mem-beo, dan meringis. Katatonia
dapat terjadi pada gg.mental lainnya.

5. Simptom negatif (seperti: ekspresi emosional hilang atau tidak ada motivasi)
Dua bentuk simptom paling terlihat adalah ekspresi emosional hilang dan hilang
motivasi. Hilangnya ekspresi emosional termasuk penurunan ekspresi emosional pada
wajah, kontak mata, intonasi, dan gerakan tubuh. Hilang motivasi menyebabkan hilang
partisipasi kerja/aktivitas sosial. Bentuk simptom negatif lainnya adalah alogia,
anhedonia dan asosialitas. Alogia merupakan output bicara menurun. Anhedonia adalah
kehilangan rasa kepuasan dari stimuli positif atau degradasi pada rekoleksi kepuasaan
sebelumnya. Asosialitas merupakan kehilangan ketertarikan interaksi sosial.
- Kriteria B : Disfungsi Okupasional/sosial
Derajat fungsional pada area mayor seperti pekerjaan, relasi interpersonal atau
mengurus diri, ditandai dengan rendahnya pencapaian sebelum onset
- Kriteria C : Durasi
Minimal gangguan persisten 6 bulan, termasuk 1 bulan simptom sesuai kriteria A dan
mungkin termasuk simptom prodromal/residual. Periode prodromal/residual, tanda
gangguan mungkin hanya simptom negatif atau dua/lebih simptom kriteria A bentuk
ringan (spt kepercayaan aneh, pengalaman perseptual aneh)
- Kriteria D : Eksklusi Schizoafektif dan Gg. Mood Mayor
- Kriteria E : Eksklusi Kondisi Mood General/Substansi
- Kriteria F : Relasi terhadap Keterlambangan Perkembangan Global atau Gg.
Spektrum Autisme
Skizofrenia hanya boleh ditegakkan bila ada delusi yang prominen/halusinasi, dengan
penambahan simptom lainnya minimal 1 bulan (kurang bila pengobatan berhasil)
- Spesifikan bila:
Episode pertama, sekarang pada episode akut: kriteria simptom terpenuhi
Episode pertama, sekarang remisi parsial: ada perbaikan setelah episode sebelumnya
yang dipertahankan dan kriteria gangguan hanya sebagian
Episode pertama, sekarang remisi penuh: periode waktu setelah episode sebelumnya
dimana simptom tidak ada
Episode multipel, sekarang episode akut: episode minimal 2x (setelah episode pertama,
remisi, lalu relapse)
Bila muncul katatonia: cek kembali gangguan mental lainnya, pastikan definisi tepat!
e. Epidemiologi
Di US prevalensi sekitar 1%, sekitar 0,05% populasi diobati untuk Skizofrenia pada tiap
tahun, dan hanya setengah yang mendapat pengobatan.
f. Etiologi
a. Faktor Genetik
Skizofrenia dan gg.berhubungan skizofrenia (spt skizotipal) dapat meningkatkan
risiko relatif biologis pasien dengan skizofrenia. Kembar monozigot lebih tinggi risiko
dibanding kembar dizigotik. Risiko skizofrenia menurun pada anak kedua, lalu ketiga
dibanding anak pertama. Usia ayah (terutama >60th) juga mempengaruhi saat memiliki
anak.

b. Faktor Biokimia

Hipotesis Dopamin: Aktivitas dopaminergik tinggi; dilihat dari efikasi dan


potensi obat antipsikotik bersifat antagonis dopamin reseptor. Obat peningkatan
dopaminergik; seperti kokain, amfetamin dan psikotomimetik yang memicu
hipereaktif dopaminergik dengan meningkatnya reseptor dopamin dan
pelepasan dopamin (biasa pada mesokortikal dan mesolimbik). Eksesif pada
pelepasan dopamin berhubungan dengan simptom psikotik positif. Ditemukan
peningkatan konsentrasi dopamin di amigdala, penurunan densitas dopamin
transporter, dan peningkatan jumlah reseptor dopamin tipe 4 di korteks
entorhinal.
Serotonin: Ekses serotonin sebagai pemicu simptom positif dan negatif.
Aktivitas antagonis serotonin dari klozapin dan antipsikotik ditambah klozapin
untuk menurunkan simptom positif.
Norepinefrin: anhedonia sebagai salah satu ciri skizofrenia dipengaruhi
oleh sistem neural penghargaan oleh norepinefrin bisa sebagai simptomatologi
skizofrenia.
GABA: ditemukan pada beberapa pasien skizofrenia mengalami
penurunan neuron GABAergik pada hipokampus. GABA memiliki efek regulator
pada aktivitas dopamin.
Neuropeptida: Alterasi dapat memfasilitasi, inhibisi atau mengganggu
stimulasi sistem neuron
Glutamat: Antagonis glutamat dapat menimbulkan sindrom akut mirip
skizofrenia.
Asetilkolin dan Nikotin: Penurunan reseptor muskarinik dan nikotinik
pada kaudatus-putamen, hipokampus dan korteks prefrontal. Berfungsi regulasi
sistem neurotransmiter untuk kognitif.

c. Neuropatologi
Ventrikel Serebral: Terdapat pembesaran ventrikel lateral dan ketiga dan
reduksi volume korteks. Penurunan volume substansia grisea ditemukan pada stadium
awal.
Simetris Berkurang: Penurunan simetris pada beberapa area otak termasuk
temporal, frontal dan osipital. Dimungkinkan sudah terjadi dari fetus dikarenakan
lateralisasi pada perkembangan otak.
Sistem Limbik: Karena fungsi dalam mengontrol emosi, ditemukan penurunan
ukuran dari amigdala, hipokampus, dan girus parahipokampal. Hipokampus tidak hanya
penurunan ukuran namun terjadi penurunan fungsi lewat gangguan transmisi glutamat.
Disorganisasi neuron pada jaringan otak hipokampus.
Korteks Prefrontal: Simptom skizofrenia mirip dengan pada lobotomi prefrontal
atau sindrom lobus frontal.
Talamus: Nukleus dorsal medial dari talamus, dimana koneksi dengan korteks
prefrontal ditemukan memiliki penurunan neuron.
Basal Ganglia dan Serebelum: Menjadi fokus karena pasien skizofrenia
melakukan gerakan aneh, meski absen pemberian obat pemicu gg.pergerakan (spt tardif
diskinesia), gerakan aneh meliputi gait kaku, meringis dan stereotip. Dan gg.pergerakan
berhubungan ganglia basalis biasa berhubungan dengan psikosis. Kehilangan sel atau
reduksi volume globus palidus dan substansia nigra. Peningkatan reseptor D2 di
kaudatus, putamen dan nukleus akumben.

d. Sirkuit Neural
Basal ganglia dan serebelum berhubungan dengan lobus frontal. Lesi pada
traktus dopaminergik ke korteks prefrontal menyebabkan gangguan prefrontal dan
sistem limbik sehingga terjadi simptom positif dan negatif. Dari fungsional dan struktural
terdapat disfungsi pada sirkuit talamokortikal basal ganglia singuli anterior dengan
terbentuknya simptom psikotik positif, disfungsi sirkuit prefrontal dorsolateral dengan
terbentuknya simptom negatif/defisit. Ada gangguan pada performa working memory,
integritas neuronal prefrontal terganggu, perubahan prefrontal, singuli dan korteks
parietal inferior, dan perubahan peredaran darah hipokampal. Gangguan pada sirkuit ini
kontribusi dalam halusinasi auditori.
e. Metabolisme Otak
Ditemukan fosfomonoester dan fosfat inorganik turun dan fosfodiester naik.
Konsentrasi N-asetil aspartat turun pada hipokampus dan lobus frontal.
f. Pemakaian Elektrofisiologi
Peningkatan sensitivitas terhadap aktivasi prosedur, penurunan aktivitas alfa,
peningkatan aktivitas teta dan delta.
g. Disfungsi Pergerakan Mata
Ketidakmampuan mengikuti objek dan disinhibisi pergerakan cepat mata pada
pasien skizofrenia.
h. Psikoneuroimunologi
Viral ensefalitis diketahui dapat memicu psikosis, karena itu muncul hipotesis
virus sebagai bagian cidera awal postnatal. Yang mendukung (1) Meningkatnya kelahiran
pada akhir musim dingin dan awal musim panas dikarenakan virus, (2) Asosiasi antara
eksposur epidemik virus di uterus dan perkembangan skizofrenia, (3) Meningkatnya
prevalensi skizofrenia pada padat penduduk, dan (4) Penelitian seroepidemiologik
menunjukan laju infeksi virus meningkat pada pasien skizofrenia. Ada peningkatan pada
sitokin pada pasien skizofrenia, kemungkinan bertanggungjawab menyebabkan
abnormalitas pada faktor pertumbuhan atau molekul adhesi.

i. Psikoneuroendokrinologi
HPA-Aksis:
Ditemukan 2 abnormalitas mungkin korelasi dengan munculnya simptom
negatif: peningkatan prolaktin dan growth hormon pada stimulasi GRH atau TRH, dan
peningkatan growth hormon pada stimulasi apomorfin.
g. Faktor Risiko
a. Usia dan Jenis Kelamin
Usia puncak onset pria adalah 10-25th dan wanita 25-35th. Pada wanita, ada puncak
kedua yaitu usia 40-55th. Pada pria lebih sering muncul simptom negatif dibanding wanita.
Ketika onset muncul setelah 45th, disebut skizofrenia onset terlambat.
b. Faktor Reproduksi
Karena kemampuan reproduksi pada orang skizofrenia sama dengan orang awam, dan
tidak adanya keterikatan rumah sakit. Sementara relatif biologis dari pasien skizofrenia
memiliki risiko 10x terkena skizofrenia.
c. Penyakit
Orang dengan skizofrenia memiliki mortalitas tinggi dan penyebab natural. Salah satu
penyebabnya karena kesulitan menegakkan diagnosis.
d. Infeksi dan Musim Kelahiran
Pasien skizofrenia banyak lahir pada musim dingin dan awal musim semi, dan lebih
jarang pada akhir musim semi dan musim panas. Salah satu penyebabnya dimungkinkan
virus atau diet sesuai musim. Komplikasi kehamilan dan kelahiran, eksposur influenza,
kelaparan saat kehamilan, inkompatibilitas rhesus dan kelahiran musim dingin berlebih
menjadi etiologi skizofrenia, tapi hingga sekarang mekanisme faktor risiko belum tahu.
e. Penyalahgunaan Zat
Ketergantungan alkohol meningkatkan risiko hospitalisasi, dan meningkatkan simptom
psikotik. Kanabis juga meningkat risiko 6x. Sekitar 90% pasien skizofrenia ketergantungan
terhadap nikotin. Ditemukan bahwa ada kemungkinan kerusakan reseptor nikotin di otak,
dan pemberian nikotin dapat meningkatkan neuron dopamin (dapat juga mengurangi
simptom positif)
f. Densitas Populasi
Stresor sosial pada wilayah ramai penduduk meningkatkan risiko.
g. Faktor Sosioekonomi dan Kultural
Skizofrenia pada awal kehidupan meningkatkan beban ekonomi. Tingkat rekurensi yag
tinggi, menyebabkan banyak masuk rumah sakit setelah 2 tahun keluar, dan mereka
menempati hampir 50% ruangan RSJ.
h. Klasifikasi
a. Paranoid
Preokupasi terhadap 1/lebih delusi atau sering halusinasi auditori. Umumnya delusi
bersifat persekusi atau grandeur. Umumnya waspada, curiga dan agresif, namun dapat
mengatur situasi sosial.
b. Disorganisir
Karakteristik ditandai regresi menjadi primitif, disinhibisi dan tingkah laku disorganisir,
dan absen simptom yang memenuhi kriteria tipe katatonik. Biasanya pasien aktif namun
tindakannya tanpa tujuan dan tatakrama nonkonstruktif. Pemikiran mereka kacau, dan
kontak realita buruk. Biasa ketawa tanpa alasan.
c. Katatonik
Gangguan pada fungsi motorik; termasuk stupor, negativisme, rigiditas, bahagia
berlebih atau postur. Kadang pasien menunjukan alterasi cepat antara kebahagiaan
ekstrem dan stupor. Mutisme, stereotip, mannerisme dan fleksibilitas kaku.
d. Tidak dapat dibedakan
e. Residual
Gangguan skizofrenia dengan absennya simptom aktif atau absennya memenuhi
simptom untuk diagnosis tipe skizofrenia lainnya. Emosional meledak, menarik diri,
eksentrik, tidak logis, dan asosiasi merenggang. Ketika delusi/halusinasi muncul, mereka
tidak terkena dampak besar.
f. Defisit Skizofrenia
Minimal 2 gejala dari simptom negatif, tanpa adanya simptom positif, dan persisten
selama 12 bulan. Dan tergolong skizofrenia berdasarkan DSM.
i. Patogenesis & Patofisiologi
Hipotesis perkembangan neuron postulasi etiologi dan faktor patogenik terjadi sebelum
onset penyakit, yaitu sewaktu gestasi, terjadi gangguan pembentukan normal. Alterasi awal
pada neuron, glia dan sirkuit. Faktor yang berperan seperti komplikasi prenatal dan lahir,
riwayat keluar, dismorfia, terutama struktur neural crest, dan adanya defisit premorbid pada
sosial, motorik dan kognitif.
Fokus regional dari skizofrenia diketahui termasuk hipokampus, korteks entorhinal,
korteks asosiasi multimodal, sistem limbik, amigdala, korteks singulatum, talamus, dan lobus
temporal medial.
j. Diagnosis
A. Status Mental
Deskripsi Umum : dapat berupa teriak2, mudah teragitasi hingga obsesif, benar2
diam, dan tidak mau bergerak.
B. Mood, Perasaan dan Afek
Dua hal simptom afektif pada skizofrenia adalah penurunan respon emosional
dan emosional berlebih dan tidak pantas.
Gangguan Persepsi :
o Halusinasi : paling sering auditori, bersifat mengancam, menyalahkan, tidak
masuk akal atau menghina. Dua/lebih suara percakapan dirinya atau komentar
kehidupan pasien. Halusinasi visual juga sering, namun taktil, olfaktori dan
gustatori jarang.
o Halusinasi Cenestetik : sensasi aneh pada organ. Seperti rasa terbakar di otak,
sensasi mendorong oleh pembuluh, dan sensasi terpotong oleh tulang.
o Ilusi : distorsi dari objek nyata. Dapat muncul pada saat aktif atau prodromal
dan saat remisi.
Pikiran
o Isi Pikiran : Delusi, merasakan kekuatan luar mengontrol mereka, atau
menganggap dirinya mengontrol luar (spt menerbitkan matahari, cegah gempa).
Pasien mungkin khawatir seperti ancaman tapi aneh dan berhubungan kondisi
somatik seperti perasaan adanya alien didalam testikel. Hilangnya batas ego
menyebabkan hilang pikiran jernih mengenai dimana tubuh, pikiran mereka dan
influens, dan dimana objek hidup dan mati bermula spt mereka berpikir bahwa
perkataan orang, TV atau koran menunjuk kepada dia (ideas of reference).
Dapat pula merasa menjadi objek lain seperti pohon/org lain, atau disintegrasi
dan bersatu dengan alam semesta (cosmic identity).
o Bentuk Pikiran : Gangguan dalam bentuk kata2 dan tulisan. Dapat berupa
longgarnya asosiasi, inkoheren, tangensialitas, neologisme, ekolalia, word salad
dan mutisme.
o Proses Pikir : gangguan pada proses berpikir mempengaruhi cara berpikir dan
bahasa. Thought control, kekuatan luar mengontrol cara pikir/perasaan pasien.
Thought broadcasting, pasien merasa orang lain dapat membaca pikirannya dan
disebar lewat TV/radio.
Kekerasan, Bunuh Diri dan Pembunuhan
o Kekerasan : delusi pada persekutori, dan defisit neurologis. Pemberian sedatif
dengan lorazepam 1-2mg IM menerus selama setiap jam, dapat mencegah
pasien menyakiti lainnya.
o Rasa Bunuh Diri : penyebab utama kematian prematur. Klozapin menjadi
pencegahan bunuh diri, antidepresan juga memberi respon positif terhadap
depresi pada skizofrenia.
o Pembunuhan : Umumnya karena halusinasi/delusi
C. Sensorium dan Kognitif
Orientasi : orientasi terhadap seorang, waktu dan tempat. Jawabannya aneh
Memori : umumnya normal, tapi defisiensi kognitif minor.
Gangguan Kognitif : disfungsi pada atensi, fungsi eksekutif, working memory¸ dan
episodic memory.
Kemampuan Mengambil Keputusan : Buruk
Reliabilitas : Buruk
D. Komorbiditas Somatik
Penemuan Neurologikal : soft sign seperti disdiadokokinesia, astereognosis,
refleks primitif, dan penurunan ketrampilan. Hard sign seperti gerakan
involunter abnormal dan kurangnya kesadaran dengan sekitar.
Mata : gangguan mengikuti objek, dan peningkatan kedip
Bicara : ketidakmampuan persepsikan ritme dalam bicara.
E. Komorbiditas Lainnya
Obesitas, DM, Penyakit Kardiovaskular, HIV, PPOK dan Rheumatoid Artritis
meningkat pada pasien skizofrenia.

k. Diagnosa Banding
Gg. Skizofreniform : durasi 1-6 bulan
Gg. Psikotik Sementara : 1 hari-1 bulan, dan tidak kembali ke kondisi premorbid
Skizoafektif : ketika sindrom depresi atau manik (dominan saat aktif maupun
residual) muncul bersamaan dengan simptom skizofrenia
Gg. Delusional : minimal 1 bulan tanpa simptom skizofrenia atau gg.mood
l. Tatalaksana
Rawat Inap : Bila melakukan pencobaan bunuh diri atau pembunuhan, dan tingkah
laku sangat tidak terorganisir/tingkah laku tidak sesuai termasuk tidak mampu
mengurus diri.
Farmakoterapi : 2 golongan, antagonis reseptor dopamin/tipikal/generasi I dan
antagonis serotonin-dopamin/atipikal/generasi II.
- Pengobatan Akut Psikosis : 4-8 minggu pertama. Benzodiazepin, haloperidol dapat
memberikan rasa tenang bila agitasi.
- Pengobatan Stabilisasi dan Maintenance : Pengobatan long-acting risperidon,
haloperidol dan flufenazin
- Pengobatan Antipsikotik Utama :
Tipikal --> haloperidol : ES Ekstrapiramidal, untuk simptom positif
Tipikal --> Chlorpromazine : ES Ekstrapiramidal, untuk simptom positif
Atipikal --> Klozapin : ES Agranulositosis, untuk simptom positif & negatif
Atipikal --> Risperidon : ES Hiperprolaktinemia, untuk simptom positif & negatif
Psikososial : terapi individu, latihan skill sosial, terapi keluarga dan rehabilitasi
serta dukungan kerja.
m. Komplikasi
- Bunuh diri
- Depresi
- Penyalahgunaan zat
- Kemiskinan
- Konflik interpersonal dan sosial
- Tingkah laku agresif

Anda mungkin juga menyukai