PENDAHULUAN
1
menangani kondisi tersebutadalahdengan tehnik Neuro Development
Treatment (NDT) yang di temukan oleh Bobath pada tahun 1966.Tehnik
tersebut adalah sebagai suatu tehnik terapi mulai dari penanganan
langsung mengoptimalkan fungsi padasetiap individu dengan gangguan
neurologis yang ada di dalam lingkungannya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut di atas, maka dapat
disimpulkan rumusan masalah dalam laporan ini adalah:Apakah ada manfaat
metode NDT terhadap peningkatan tonus, kekuatan ototdan meningkatkan
kemampuan fungsional meranggkak AGB bilateral pada anak DD ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan ini adalah:Untuk mengetahui manfaat metode
NDT terhadap peningkatan tonus, kekuatan otot dan meningkatkan
kemampuan fungsional meranggkak AGB bilateral pada anak delay
development
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teoritis
1. Defenisi tumbuh kembang
Pertumbuhan dan perkembanganadalah mencakup duaaspekyang
berbedatetapi saling berkaitandansulitdi pisahkan.Pertumbuhan
(growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah,
ukuranatau dimensi tingkat sel, organ maupun individu,yang bisa
diukur dengan ukuran berat, ukuran panjang, umur tulang
dankeseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh)
(Soetjiningsih,2005).
Perkembangan(development) adalah bertambahnya
kemampuan(skill) dalam strukturdan fungsi tubuh yang
2
lebihkompleksdalam polayang teratur dandapat diperhitungkan,
sebagai hasil dariproses pematangan (Soetjiningsih,2005) .
2. Tahap tumbuh kembang anak
Dalam perkembangan anak terdapat masa kritis, dimana
diperlukan rangsangan atau stimulasi yang berguna agar potensi
berkembang, sehingga perlu mendapat perhatian.Perkembangan psiko-
sosial sangat dipengaruhi lingkungan dan interaksi antara anak dengan
orang tuanya atau orang dewasa lainnya. Perkembangan anak akan
optimal bila interaksi sosial diusahakan sesuai dengan kebutuhan anak
pada berbagai tahap perkembangannya, bahkan sejak bayi masih
didalam kandungan. Sedangkan lingkungan yang tidak mendukung
akan menghambat perkembangan anak (Soetjinigsih, 1995).
Frankendburg dkk (1981) melalui DDST (Denver
Developmental Screening Test) mengemukakan 4 parameter
perkembangan yang dipakai dalam menilai perkembangan anak balita,
yaitu :
a. Personal sosial (kepribadian atau tingkah laku)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri,
bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.
b. Fine motor adaptive (gerakan motorik halus)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk
mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-
bagian tubuh saja dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan
koordinasi yang cermat.Misalnya kemampuan untuk mengambar,
memegang sesuatu benda, dll.
c. Language (bahasa)
Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti
perintah dan berbicara spontan.
d. Gross motor (perkembangan motorik kasar)
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.
3
Pada anak dengan Development Delay dibagi menjadi beberapa
tahapan keterlambatan perkembangan, diantaranya adalah tahapan
perkembangan fisik, perkembangan motorik kasar dan halus,
perkembangan kognitif, perkembangan personal sosial, dan perkembangan
bicara dan bahasa (Soetjiningsih, 1995).
a. Tahap Perkembangan Motorik Halus dan Kasar
Proses perkembangan motorik dimulai sejak bayi baru lahir sampai
menjadi manusia dewasa yang berlangsung secara
berkesinambungan dari satu tahap ke tahap berikutnya.
Keterampilan sederhana tercapai sebelum keterampilan yang lebih
kompleks dikuasai.Gerakan yang bersifat umum dan tidak teratur
menjadi gerakan yang spesifik dan bertujuan. Perkembangan
motorik merupakan proses yang telah terprogram secara genetik
(Kamarul, 2000).
4
keterampilan motorik halus meliputi koordinasi mata dan tangan
keterampilan ini membutuhkan kecermatan yang tinggi.
5
Umur Perkembangan Motorik Kasar
bulan
17-19 bln Sudah bisa berlari
24 bulan 1) Mampu melompat dengan dua kaki sekaligus.
1-2 bulan 1) Sudah bisa melihat pada jarak dekat 10-20 cm dengan
mengikuti gerak cahaya.
2) Refleks primitif masih ada.
3 bulan Menghisap jari.
6
Umur Perkembangan Motorik Halus
5 bln Mampu bermain-main dengan kedua tangannya
7
Umur Perkembangan Psikososial
1-2 bln Reaksi terhadap senyuman.
8
anak tidak akan mampu berbicara tanpa dukungan dari
lingkungannya. Mereka harus mendengar pembicaraan yang
berkaitan dengan kehidupannya sehari-hari maupun
pengetahuan tentang dunia. Mereka harus belajar
mengekspresikan dirinya, membagi pengalamannya dengan
orang lain dan mengemukakan keinginannya (Soetjiningsih,
1995).
9
3. Definisi delay development
DelayDevelopmentadalah bagian
dariketidakmampuanmencapai perkembangan sesuaiusia, dan
didefinisikan sebagaiketerlambatan dalamdua bidang
ataulebihperkembanganmotorkasarataumotorhalus,bicara/berbahas
a, kognisi,personal/sosialdanaktifitas sehari-
hari.Istilahinidigunakanbagianak yangberusiakurangdarilima
tahun(Dewanti,dkk,2012).
Menurut Depkes (2006) keterlambatantumbuh kembang
adalah kelainan pada anak yangmeliputikelainan tumbuh dan
kembang maupun keduanya. Setiap penyimpangan atau
hambatan terhadap prosespertumbuhan dan perkembangan
dapat mengakibatkan gangguan tumbuh kembangdan cacat.
4. Patologi development delay
Development delay disebabkan karena kurangnya suatu
rangsangan. Padahal rangsangan harus diberikan sedini mungkin
dan sesering mungkin untuk meningkatkan perkembangan agar
lebih cepat berkembang dan lebih terarah (Laurent & Reader,
2007).
Selain itu pada dasarnya bayi lahir mempunyai reflek
primitif yang akan menghilang pada usia tertentu, menetapnya
reflek primitif pada usia tertentu menunjukkan bahwa terjadi suatu
gangguan perkembangan seperti keterlambatan perkembangannya (
Igan, 2014).
Keterlambatan perkembangan juga bisa disebabkan karena
hipotonus otot tubuh yang terlibat dan gangguan kontrol kepala.
Dengan terganggunya kontrol kepala maka akan berakibat pada
gangguan yang selanjutnya, seperti kontrol gerak, gangguan
kontrol postur (Soetomenggali, 2000).
10
Dimulai dari tidaknya adanya hypotonus otot, gangguan
kontrol kepala dan anak belum bisa melakukan aktivitas sesuai
usia perkembangannya. Misalnya anak belum bisa mengontrol
kepala dengan sempurna pada usia 24-28 minggu, duduk dilantai
(5-10 menit) pada usia 44-48 minggu, merangkak pada usia 52-56
minggu, berjalan sendiri atau dititah pada usia 18-21 bulan.
Kemudian dilakukan pemeriksaan DDST anak mengalami
development delay (Soetomenggali, 2000).
6. Prognosis
Development Delay memiliki kemungkinan penyebab
yang beraneka ragam. Keterlambatan perkembangan dapat terjadi
pada otak anak saat otak terbentuk pada masa gestasi. Penyebab
yang mungkin antara lain: lahir premature, kelainan genetic dan
herediter, infeksi, tetapi seringkali penyebab development delay
tidak dapat ditentukan. Secara umum, perjalanan penyakit
development delay tidak memburuk seiring dengan waktu
pertumbuhan anak.
B. Proses fisioterapi
1. Assessment
Assessment merupakan komponen penting dalam segala
manajemen penatalaksanaan fisioterapi, termasuk dalam kasus stroke.
Pemeriksaan ini menjadi begitu penting karena sedikitnya ada 3 alasan
pokok, yaitu:
a. Dapat mengidentifikasi masalah pasien yang akandiinterverensi
oleh fisioterapis, dengan kata lain menegakan diagnosis fisioterapi.
b. Dapat mengidentifikasi perubahan yang terjadi pada pasien dari
waktu ke waktu.
1) Memberikan motivasi kepada pasien
11
2) Memberikan informasi tentang efektivitas terapi yang berguna
untuk menentukan manajemen penatalaksanaan fisioterapi
selanjutnya.
c. Dapat dipakai sebagai alat ukur untuk menetukan biaya atau
efesiensi terapi.
Dapat memilih salah satu alat ukur, beberapa hal yang perlu
diperhatikan antara lain :
1) Anamnesis
a) Data diri
(1) Nama
(2) Umur
(3) Jenis kelamin
(4) Agama
(5) Pekerjaan
(6) Alamat
(7) No. CM
b) Data data medis Rumah sakit
(1) Diagnosis medis
(2) Catatan klinis
(3) Medika mentosa
(4) Hasil lab
(5) Foto rontgen
2) Pemeriksaan Subjektif
a) Keluhan utama pasien
Adalah keluhan yang dirasakan oleh pasien
mengenai penyakit tersebut, meliputi :
(1) Lokasi keluhan
(2) Onset
(3) Penyebab
(4) Faktor-faktor yang memperberat atau memperingan
(5) Irritabilitas dan derajat
12
b) Riwayat penyakit sekarang
Adalah proses perjalanan penyakit dari awal hingga
saat ini, proses pengobatan yang telah dilakukan.
c) Status sosial
Status sosial adalah interaksi sosial pasien dengan
lingkungannya, meliputi :
(1) Lingkunga kerja
(2) Lingkungan tempat tinggal
(3) Aktivitas rekreasi di waktu senggang
(4) Aktivitas sosial
d) Riwayat keluarga
Adalah riwayat keluarga pasien mengidap penyakit
serupa dengan pasien.
e) Riwayat penyakit dahulu
Adalah riwayat penyakit pasien sebelumnya yang
membuat resiko mengidap penyakit sekarang yang diderita.
3) Pemeriksaan objektif
a) Pemeriksaan vital sign
Pemeriksaan ini berfungsi sebagai acuan tanda-
tanda penting dalam tubuh.
(1) Tekanan darah
(2) Denyut nadi
(3) Pernafasan
(4) Temperatur
(5) Tinggi badan
(6) Berat badan
b) Inspeksi
Adalah pemeriksaan meneliti pasien dengan indera
penglihatan, bisa disaat pasien statis maupun dinamis.
c) Palpasi
13
Adalah pemeriksaan pasien dengan cara meraba
atau menyetuh pasien dengan indra peraba, meliputi :
(1) Pitting Oedema
(2) Spasme
(3) Suhu lokal
d) Pemeriksaan gerak dasar
Adalah pemeriksaan gerak pasien, dapat dengan
cara aktif, pasif dan isometric.Dilihat pula tingkat derajat
full ROM dan nyeri yang dirasakan saat digerakan.
e) Pemeriksaan mmt
Adalah suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui
kekuatan otot dengan tujuan membantu menegakan
diagnosa.
14
(3) Untuk menentukan jenis-jenis alat-alat bantu yang
diperlukan oleh pasien misalnya : ortoses, splin atau
alat bantu ambulasi.
(4) Untuk menentukan prognosis
Tabel 2.1 tabel nilai Manual Muscle Testing
Nilai Keterangan
0 Otot tidak mampu berkontraksi (lumpuh total)
1 Otot sedikit berkontraksi, tanpa perubahan ROM,
hanya muncul tonusnya saja
2 Otot berkontrasi, tidak mampu melawan tahanan (gaya
gravitasi) tetapi dapat full ROM
3 Mampu melawan tahanan, gaya gravitasi dan full
ROM
4 Mampu melawan tahanan (berupa manual) tetapi tidak
maksimal dan full ROM
5 Normal,otot mampu gerak aktif dengan full ROM dan
mampu melawan tahanan maksimal.
2. Penetapan Diagnose
Saat ini penanganan fisioterapi lebih menekankan kepada
pasien.Salah satu metode yang popular untuk mengkategorikan
problem pasien dengan gangguan neurologi adalaha klasifikasi dari
WHO.Klasifikasi ini mulai dikembangkan pada tahun 1980-an dipakai
secara luas di dunia sebagai kesamaan istilah yang dipakai dalam dunia
klinis, pengumpulan data dan penelitian.
a. Impairtment
Merupakan hilangnya atau tidak normalnya aspek
psikologis, fisiologis, struktur anatomis ataupun fungsi.Contohnya
adalah kelemahan, gangguan sensasi, penurunan fungsi
propioceptif, gangguan koordinasi, dan gangguan penglihatan.
b. Activity limitation
15
Merupakan kesulitan pasien melangsungkan suatu aktivitas
dengan cara atau dengan dikategorikan dalam batas
normal.Biasanya dalam membicarakan activity limitation ini focus
ada dalam hal fungsi atau aktivitas fungsional.Contoh adalah
ketidakmampuan dalam berjalan, perawatan diri sebagainya.
c. Participation restriction
Merupakan problem yang lebih kompleks yang melibatkan
lingkungan pasien, baik lingkungan fisik, non fisik. Biasanya
fisioterapi tidak sampai sejauh ini dalam menegakkan
problematika/diagnose fisioterapi.
Pada pembuatan kasus neurologi, sesuai dengan
keterangan-keterangan diatas, maka yang dituliskan sebagai list of
problem adalah gangguan fungsional pasien sedangkan gangguan
impairment menjadi faktor yang menyebabkan.Berdasarkan
seluruh permasalahan yang ada, maka selanjutnya dibuatlah
prioritas masalah yang dimaksudkan untuk mengarahkan dan
memprioritaskan rencana dan interverensi fisioterapi.
3. Intervensi Fisioterapi
Pemilihan teknologi interverensi yang digunakan hendaknya
didasari oleh informasi tentang efektivitas dari terapi tersebut.Yang
bisa didapat dari teori yang valid.Terbukti efektif dalam clinical trial,
atau terbukti efektif dalam penelitian.Dalam pemberiannya harus
disertai dengan teknik dan ketrampilan dari fisioterapinya setinggi
mungkin.
Pengertian Neuro Development Treatment (NDT) adalah
tehnik yang dikembangkan oleh Karel Bobath dan istrinya Betha
Bobath pada tahun 1966.
Metode ini dimulai dengan mula-mula menekankan reflek-
reflek abnormal yang patologis menjadi penghambat terjadinya
gerakan-gerakan normal.Anak harus ditempatkan dalam sikap tertentu
16
yang dinamakan Reflek Inhibiting Posture (RIP) yang bertujuan untuk
menghambat tonus otot yang abnormal (Trombly, 1989).
Prinsip-prinsip NDT:
a. Kemampuan mekanik setelah mengalami lesi atau dengan
menggunakan penanganan yang tepat memungkinkan untuk
diperbaiki.
b. Lesi pada susunan saraf pusat menyebabkan gangguan fungsi
secara keseluruhan namun dalam NDT yang ditangani adalah
motorik.
c. Spastisitas dalam NDT dipandang sebagai gangguan dari sikap
yang normal dan kontrol gerakan.
17
d. Pembelajaran pada gerakan yang normal merupakan dasar
gerakan dapat dilakukan jika tonus normal.
e. Mekanisme Postural Reflex yang normal merupakan dasar
gerakan yang normal.
f. Otot tidak tahu fungsi masing-masing otot tapi pola geraknya.
g. Gerakan dicetuskan di sensoris dilaksanakan oleh motorik dan
dikontro oleh sensoris.
Teknik terapi:
Metode NDT mempunyai beberapa teknik : 1) Inhibisi dari
postur yang abnormal dan tonus otot yang dinamis, 2) Stimulasi
terhadap otot-otot yang mengalami hypertonik , 3) Fasilitas pola
gerak normal (Rood, 2000).
a. Inhibisi
18
Suatu upaya untuk menghambat dan menurunkan tonus
otot.Tekniknya disebut Reflex Inhibitory Paternt.Perubahan tonus
postural dan patern menyebabkan dapat bergerak lebih normal
dengan menghambat pola gerak abnormal menjadi sikap tubuh
yang normal dengan menggunakan teknik “Reflex Inhibitory
Pattern”.
b. Fasilitasi
Upaya untuk mempermudah reaksi-reaksi automatik dan
gerak motorik yang sempurna pada tonus otot normal.Tekniknya
disebut “Key Point of Control”.
Tujuannya:
1) Untuk memperbaiki tonus postural yang normal.
2) Untuk memelihara dan mengembalikan kualitas tonus normal.
3) Untuk memudahkan gerakan-gerakan yang disengaja,
diperlukan dalam aktifitas sehari-hari.
c. Stimulasi
Yaitu upaya untuk memperkuat dan meningkatkan tonus
otot melalui propioseptif dan taktil. Berguna untuk meningkatkan
reaksi pada anak, memelihara posisi dan pola gerak yang
dipengaruhi oleh gaya gravitasi secara automatic. Tapping:
ditujukan pada group otot antagonis dari otot yang spastic.
Placcing dan Holding: Penempatan pegangan. Placcing Weight
Bearing: Penumpukan berat badan.
Exercise atau terapi latihan Pemberian terapi latiha berupa
gerakan pasif sangat bermanfaat dalam menjaga sifat fisiologis dari
jaringan otot dan sendi. Jenis latihan ini dapat diberikan sedini
mungkin untuk menghindari adanya komplikasi akibat kurang
gerak, seperti adanya kontraktur, kekakuan sendi, dan lain-lain.
19
Pemberian passive excercise dapat diberikan dalam
berbagai posisi seperti tidur terlentang tisur miring, tidur tengkurap,
duduk berdiri, atau posisi denga alat latihan yang digunakan.
Latihan dalam gerakan pasif tidak akan berdampak
terhadap proses pembelajaran motorik,akan tetapi sangat bermanfaat
sebagi tindakan akal sebelum aplikasi metode untuk latihan
pembelajaran mototrik.
Indikasi rasa tebal , kelemahan dan penurunan kekuatan
otot, gangguan fungsi motoris, keterbatasan gerak.
Kontraindikasi tidak dianjurkan pasien dengan tekanan
darah tinggi, bila pasien merasakan fatique yang sangat berat
hentikan latihan.
BAB III
LAPORAN KASUS
Kondisi : FT. A
A. DATA PASIEN
1. NAMA : An. Muhammad Affan
2. UMUR : 1 tahun 1 bulan
3. JENIS KELAMIN : Laki-Laki
4. AGAMA : Islam
5. PEKERJAAN :-
6. ALAMAT : Jalan Mawar No 6 Purbayani - Sukoharjo
7. No. CM : 9388
B. DATA-DATA MEDIS RUMAH SAKIT
1. DIAGNOSIS MEDIS
20
Delay Development
2. CATATAN KLINIS :
( Hasil : Rotgen, Uji laboratorium, Ct scan,MRI,EMG, dll yang terkait
dengan permasalahan fisioterapi )
Tidak ada
3. TERAPI UMUM (GENERAL TREATMENT):
Pasien datang terapi setiap hari Selasa dan Jum’at.
4. RUJUKAN FISIOTERAPI DARI DOKTER:
Mohon diberikan tindakan fisoterapi kepada An Affan dengan diagnosa
Delay Development.
C. SEGI FISOTERAPI
TANGGAL : 28 September 2016
1. ANAMNESIS (HETERO)
a. Keluhan Utama
Pasien belum mampu merangkak, berdiri dan berjalan secara mandiri.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu pasien saat mengandung berusia 43 tahun, dan anak
pertamanya memiliki diagnosa cerebal palsy. Pasien lahir dengan
persalinan spontan dengan BBL 3,1 kg dan PB 43 cm, saat proses
persalinan pasien langsung nangis dan partus tidak lama. Proses
perkembangan pasien sampai usia 5 bulan normal, namun setelah 5
bulan dan pasien sempat jatuh dari kasur. Pada usia 10 bulan ibu pasien
mencurigai adanya keterlambatan karena pasien belum mampu
merangkak. Lalu atas kemauan sendiri pasien datang ke fisioterapi
YPAC Solo untuk dilakukan tindakan terapi, 1 minggu 2x pada hari
selasa dan jum’at. Pasien mulai terapi pada tanggal 30 Agustus 2016
hingga sekarang.
c. Riwayat Penyakit Dahulu:
-
d. Riwayat Penyakit Penyerta:
-
21
e. Riwayat Pribadi:
Pasien adalah anak ke 3 dari tiga bersaudara
f. Riwayat Keluarga:
Tidak ada anggota keluarga pasien yang mengalami sakit yang sama
dengan pasien
g. Anamnesis System:
System Keterangan
Kepala dan leher Tidak ada keluhan
Kardiovakuler Dalam batas normal
Respirasi Tidak ada keluhan
Gastrointestinalis Dalam batas normal
Urogenital Dalam batas normal. BAK terkontrol
Musculoskeletal Adanya kelemahan otot pada otot fleksor dan
ekstensor AGB
Nervorum Tidak ada keluhan
2. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan vital sign.
a) Lingkar kepala : 44 cm
b) Tinggi badan : 45 cm
c) Berat badan : 13 kg
d) Komunikasi verbal : Kurang baik
e) Komunikasi non verbal : Kurang baik
f) Kualitas pendengaran : Baik
g) Kualitas penglihatan : Baik
h) Kualitas kinetic : Kurang baik
b. Inspeksi:
1) Statis
22
a) Terlihat pasien dating dengan cara digendong oleh ibunya.
b) Terlihat bahu pasien protaksi
c) Terlihat kedua ankle plantar fleksi
2) Dinamis
a) Terlihat pasien belum mampu mempertahankan posisi berdiri.
c. Palpasi
1) Adanya spasme pada otot uppertrapezius.
2) Adanya suhu tubuh normal.
3) Adanya hipotonus pada otot – otot AGB.
4) Adanya atrofi otot gastrocnemus
23
Abduksi shoulder - -
Adduksi shoulder - -
Fleksi elbow - -
Ektensi elbow - -
Palmar fleksi - -
Dorsi fleksi - -
Radial fleksi - -
Radial deviasi - -
Ulnar deviasi - -
Fleksi trunk - -
Ekstensi trunk - -
24
AGA Full ROM End feel
Gerakan Kanan Kiri
Fleksi + + Elastic
shoulder
Ekstensi + + Elastic
shoulder
Abduksi + + Elastic
shoulder
Adduksi + + Elastic
shoulder
Fleksi elbow + + Elastic
Ektensi elbow + - Elastic
Palmar fleksi + + Elastic
Dorsi fleksi + + Elastic
Radial fleksi + + Elastic
Radial deviasi + + Elastic
Ulnar deviasi + + Elastic
Fleksi trunk + + Elastic
Ekstensi trunk + + Elastic
25
Plantar fleksi + + Elastic
Dorsi fleksi + + Elastic
Inverse + + Elastic
Eversi + + Elastic
Label 3. 4 pemeriksaan gerak pasif
Keterangan :
(+) : full ROM
(-) : Tidak full ROM
Elastic : elastic
3) Gerak isometric tidak dilakukan.
g. Pemeriksaan kekuatan otot menggunakan MMT
Regio Otot Nilai
Shoulder Fleksor 3
Ekstensor 3
Adductor 3
Abductor 3
Elbow Fleksor 3
Ekstensor 3
Pronator 3
Supinator 3
Wrist Dorsi fleksor 3
Palmar fleksor 3
Ulnar deviator 3
Radial deviator 3
Hip Fleksor 3
Ekstensor 3
Adductor 3
Abductor 3
Knee Fleksor 3
Ekstensor 3
Ankle Dorsi fleksor 3
26
Plantar fleksor 3
Inventor 3
Eversor 3
Tabel 3.3 penilaian kekuatan otot.
h. Antropometri
1) Lingkar thoraks : 46 cm
2) Lingkar acromion 5 cm : 15,5 cm
3) Lingkar epicondylus 5 cm ke atas : 13,5 cm
4) Lingkar epicondylus 5 cm ke bawah : 13,5 cm
5) Lingkar trocanthor mayor 5 cm : 29 cm
6) Lingkar patella 5 cm ke atas : 17 cm
7) Lingkar patella 5 cm ke bawah : 17 cm
8) Lingkar maleolus lateralis 5 cm : 11,5 cm
i. Sensibilitas
Bagian Nilai Keterangan
Visual 2 Normal
Audiotory 2 Normal
Touch 2 Normal
Vestibular 1 Ada gangguan
Propioceptive 1 Ada gangguan
Taktil 2 Normal
Smell 2 Normal
Taste 2 Normal
Label 3.6 label sensibilitas
Keterangan :
0 : tidak berfungsi
1 : ada gangguan
27
2 : normal
j. Reflex dan lain-lain
No. Nama pemeriksaan Posisi & Rangsangan Reaksi Hasil
28
7. Tonic labirinthyne Tengkurap, kaki / Kaki / tangan akan -
prone tangan di angkat tertahan beberapa
(2-4 bulan) saat hingga
kontraksi otot2
belakang berkurang.
8. Supporting reaction Bayi dipegang pada + -
(2-4 bulan) bawah ketiaknya Peningkatan tonus
dalamposisi ekstensor (knee
tegak(pastikan ekstensi,kaki
kepalanya tertopang plantar)
dg baik) kaki -
disentuhkan pada Peningkatan tonus
lantai fleksor ( knee fleksi,
kaki dorsal)
9. Reaksi assosiasi Tangan kanan Tangan kiri ikut +
(2-4 bulan) menggenggam menggenggam
sesuatu
C. Reflex level
midbrain
10. Neck righting Terlentang, putar Badan ikut berputar -
(0-6 bulan) kepala maksimal SERENTAK
(kanan /kiri)
11. Body righting Terlentang, putar Badan ikut berputar +
(6- ++) kepala maksimal SEGMENTAL
(kanan /kiri)
12. Head & optical Duduk, condongkan Kepala & pandangan +
righting badan kedepan, (mata) tetap tegak
belakang, samping
(kanan / kiri)
13. Amphibian reaction Tengkurap, salah satu Tungkai dan lengan +
29
(6-++) pelvic diangkat akan menekuk
(seperti akan
merangkak)
D. Reflex level
cortical
14. Equilibrium Terlentang/ Tubuh akan
Terlentang (6bl- tengkurap/ mempertahankan -
++) merangkak/ duduk/ posisinya agar +
Kneeling (15bl- kneeling/ berdiri pada tidakjatuh +
++) rocking board, -
Sitting (10-++) rocking board
30
(0-2bl)
25. Plantar fleksor Kaki bebas, gerakkan 0 = tidak ada klonus Kanan kiri
clonus dorsi fleksi dg cepat 1= klonus kurang dr 5 0 0
pd ankle 2= klonus kurang dari 5
3= klonus terus menerus
31
26. Pemeriksaan Depan belakang kanan kiri hasil
posture
k. Test DDST
Berdasarkan hasil DDST
Tanggal lahir : 6 agustus 2015
Tanggal terapi awal : 30 agustus 2016
Kemudian dibalik
32
2015-08-06
2016-08-30 -
1 -00-24
Jadi, umur pasien 1 tahun 24 hari
؞pasien mengalami keterlambatan pada sektor motorik kasar untuk
merangkak, berdiri dengan pegangan, bangkit untuk berdiri,bangkit
terus duduk,berdiri 2 detik, dan berdiri sendiri.
؞pasien mengalami keterlambatan pada sektor halus seperti :
mengamati manic-manik, mengambil 2 kubus, membentuk 2 kubus
yang dipegang, memasukkan kubus yang dicangkir dan mencoret-coret.
؞pasien mengalami ketrrlambatan pada sektor personal-sosial, seperti :
menyatakan keinginan dan meniru kegiatan.
33
l. UNDERLYING PROCCES (CLINICAL REASONING )
PREPre
NATAL
natal Natal Post natal
Usia ibu saat hamil 43 Normal Alergi kulit
tahun batuk dan flu
berkelanjutan
Delay Development
Patterning(merangkak)
NDT Neuro structure Brain gym
Mobilisasi trunk General massage
Standing 15 menit
kemandirian
m. Kognitif, Intrapersonal dan Interpersonal:
34
1) Kognitif :Pasien belum mampu mengingat dan mengenal
terapis.
2) Intrapersonal :Pasien menangis saat diterapi.
3) Interpersonal :Hubungan komunikasi pasien dengan orang sekitar
kurang baik.
35
1) Tujuan
a) Jangka pendek:
(a) Meningkatkan tonus otot pada AGB.
(b) Mengurangi spasme otot uppertrapezius.
(c) Mengajarkan pola berdiri dengan benar.
(d) Mengajarkan pola merangkak dan berdiri secara
seimbang.
b) Jangka panjang:
(a) Melanjutkan kemampuan yang sudah didapatkan dari
tujuan jangka pendek.
(b) Meningkatkan aktivitas fisik dan kemampuan funsional
secara maksimal.
2) Tindakan Fisioterapi :
a) Teknologi Fisioterapi:
(1) Neuro structure
(2) Brain gym
(3) Mobilisasi trunk
(4) NDT
(5) General massage
(6) Patterning (merangkak)
b) Edukasi :
Orang tua pasien disarankan dirumah untuk menerapkan PR
(terapi yang dianjurkan) yang sudah diberikan oleh terapis.
3) Rencana Evaluasi:
a) Kekuatan otot dengan menggunakan XOTR.
b) Pemeriksaan perasaan sensasi dengan sensibilitas.
c) Kemampuan fungsional dengan menggunakan DDST.
q. penatalaksanaan fisioterapi
36
1. Hari : selasa 20 – 09 – 2016
a) Neuro Structure
37
Action :
Lakukan gerakan penguluran otot-otot pada hip, knee, ankle, shoulder, dan
trunk.Gerakan ini diutamakan pada sisi-sisi yang mengalami kontraktur.
c) Brain GYM
d) Mobilisasi trunk
38
f) Latihan merangkak (Paterning)
39
e) NDT
f) Latihan merangkak (patterning)
g) General massage
h) Standing frame
40
f) Latihan merangkak (patterning)
g) General massage
h) Standing frame
BAB IV
41
PEMBAHASAN
42
Pronator 3 4
Supinator 3 4
Wrist Dorsi fleksor 3 4
Palmar fleksor 3 4
Ulnar deviator 3 4
Radial deviator 3 4
Hip Fleksor 3 4
Ekstensor 3 4
Adductor 3 4
Abductor 3 4
Knee Fleksor 3 3+
Ekstensor 3 3+
Ankle Dorsi fleksor 3 4
Plantar fleksor 3 4
Inventor 3 4
Eversor 3 4
43
Evaluasi yang ketiga adalah kemampuan fungsional dengan menggunakan DDST.
Hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.3 bawah ini, bahwa ada peningkatan pada
motorik kasar.
Terapi 1 (20 september 2016)
Tanggal lahir : 6 agustus 2015
Tanggal terapi awal : 30 agustus 2016
Kemudian dibalik
2015-08-06
2016-08-30 -
1 -00-24
Jadi, umur pasien 1 tahun 24 hari
؞pasien mengalami keterlambatan pada sektor motorik kasar untuk merangkak,
berdiri dengan pegangan, bangkit untuk berdiri,bangkit terus duduk,berdiri 2
detik, dan berdiri sendiri.
؞pasien mengalami keterlambatan pada sektor halus seperti : mengamati manic-
manik, mengambil 2 kubus, membentuk 2 kubus yang dipegang, memasukkan
kubus yang dicangkir dan mencoret-coret.
؞pasien mengalami keterlambatan pada sektor personal-sosial, seperti :
menyatakan keinginan dan meniru kegiatan.
Terapi 6
؞pasien mengalami keterlambatan pada sektor motorik kasar untuk berdiri sendiri
dan berjalan sendiri.
؞pasien mengalami keterlambatan pada sektor halus seperti : mengamati manic-
manik, mengambil 2 kubus, membentuk 2 kubus yang dipegang, memasukkan
kubus yang dicangkir dan mencoret-coret.
؞pasien mengalami ketrrlambatan pada sektor personal-sosial, seperti :
menyatakan keinginan dan meniru kegiatan.
Bukti ilmiah : “Ibu yang didampingi saat anak terapi memiliki dampak kurang
efektifnya anak saat menerima rangsang stimulasi dari seorang terapi. Dalam hal
lain efektif pemberian terapi bukan hanya dari dalam diri psien melainkan dari
banyak hal, seperti : lingkungan.”
44
Bersumber dari :[Wang P-J, Morgan GA, Hwang A-W, et al. Do maternal
interactive behaviors correlate with developmental outcomes and mastery
motivation in toddlers with and without motor delay? Phys Ther. 2014;94:1744 –
1754.] © 2014 American Physical Therapy Association Published Ahead of Print:
August 21, 2014 Accepted: August 11, 2014 Submitted: November 18, 2013
45
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pasien An Affan berusia 13 bulan setelah diberikan terapi sebanyak 6 kali,
maka hasilnya adalah sebagai berikut :
1) Adanya peningkatan kekuatan otot
2) Pemeriksaan sensibilitas masih sama.
3) Adanya peningkatan aktivitas fungsional pada sektor motorik kasar.
B. Saran
1. Sebaiknya tim rehabilitasi saling bekerja sama untuk mencapai tujuan baik
jangka panjang maupun jangka pendek.
2. Mengajarkan keluarga tentang hal-hal yang diperlukan untuk mendukung
kesuksesan terapi dan memberikan informasi tentang keadaan pasien saat
ini dan memberikan pengetahuan tentang hal-hal yang harus dan tidak
boleh dilakukan kepada pasien.
3. Untuk fisioterapi
Diharapkan fisioterapi untuk lebih mengetahui betul dan memahami
tentang kasus “delay development” sebelum memberikan tindakan terapi
agar terapi yang dilakukan dapat memberikan dampak perbaikan yang
signifikan.
C. Edukasi
Orang tua pasien disarankan di rumah untuk mengulangi PR (terapi yang
dainjurkan terapis) yang telah diberikan.
46
DAFTRA PUSTAKA
Apriyani, A, N. 2013.Penatalaksanaan fisioterapi Pada Kondisi Delay
Development Di Yayasan Pendidikan Anak Cacat Surakarta. KTI. Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Bobath, K. 1966. The Motor Defisit in Patient with Cerebral Palsy. Philadelpia:
William Heinemann Medical Books Ltd.
Khan & Underhill. 2006. Physical Therapy Services in The Developmental
Dissabilitie. USA: Charles Thompson Publisher. Kisner, C & Colby, A.L.
2007. Exercise Therapy. 5nd ed. USA: F.A. Davis Company. P:68.
Luklukningih, Z. 2009. Sinopsis Fisioterapi Untuk Terapi Latihan. Mitra
Cendikia: Yogyakarta.
Trisnowiyanto, B. 2012.Instrument Pemeriksaan fisioterapi. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Wahyono, Y. 2008.Makalah Pelatihan Nasional Pediatri, Pendekatan metode
NDT Pada Anak Dengan Gangguan Neurologis. Surakarta.
Waspada, E. 2010.FT Pediatri II Surakarta. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
47