Anda di halaman 1dari 47

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Masa tumbuh kembang anak adalahmasa yang sangat riskan bagi
setiap daur kehidupan seorang anak, maka dari itu sangatlahpenting
untukkita memperhatikan semua aspek yang mendukung maupun yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan seorang anak.Masalah
tumbuh kembang anak yang sering di jumpai salah satunya adalahdelay
development(DD). Dalam seorang anak di usianya yang 13 bulan
kemampuan
Bayi lahir dalam tahap perkembangannya akan mempelajari
beberapa kemampuan penting (misalnya berbicara, bergaul dengan
lingkungannya, serta berjalan) menurut tahap berkelanjutan yang dapat
diperkirakan dengan peranan motivasi, pengajaran dan dukungan selama
pertumbuhannya. Kemampuan-kemampuan tersebut dikenal sebagai
tahapan perkembangan.

Perkembangan yang terlambat (developmental delay) adalah


ketertinggalan secara signifikan pada fisik, kemampuan kognitif, perilaku,
emosi, atau perkembangan sosial seorang anak bila dibandingkan dengan
anak normal seusianya. Seorang anak dengan developmental delay akan
tertunda dalam mencapai satu atau lebih perkembangan kemampuannya.
Seorang anak dengan Developmental Delay (DD) adalah anak yang
tertunda dalam mencapai sebagian besar hingga semua tahapan
perkembangan pada usianya.Prevalensi DD diperkirakan 5-10 persen dari
populasi anak di dunia dan sebagian besar anak dengan DD memiliki
kelemahan pada semua tahapan kemampuannya.
Fisioterapi berperan dalam meningkatkan kemampuan fungsional
agar anak mampu merangkak sehingga dapat meningkatkan kemampuan
fungsionalnya. Salah satu pendekatan yang telah di kembangkan untuk

1
menangani kondisi tersebutadalahdengan tehnik Neuro Development
Treatment (NDT) yang di temukan oleh Bobath pada tahun 1966.Tehnik
tersebut adalah sebagai suatu tehnik terapi mulai dari penanganan
langsung mengoptimalkan fungsi padasetiap individu dengan gangguan
neurologis yang ada di dalam lingkungannya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut di atas, maka dapat
disimpulkan rumusan masalah dalam laporan ini adalah:Apakah ada manfaat
metode NDT terhadap peningkatan tonus, kekuatan ototdan meningkatkan
kemampuan fungsional meranggkak AGB bilateral pada anak DD ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan ini adalah:Untuk mengetahui manfaat metode
NDT terhadap peningkatan tonus, kekuatan otot dan meningkatkan
kemampuan fungsional meranggkak AGB bilateral pada anak delay
development

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teoritis
1. Defenisi tumbuh kembang
Pertumbuhan dan perkembanganadalah mencakup duaaspekyang
berbedatetapi saling berkaitandansulitdi pisahkan.Pertumbuhan
(growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah,
ukuranatau dimensi tingkat sel, organ maupun individu,yang bisa
diukur dengan ukuran berat, ukuran panjang, umur tulang
dankeseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh)
(Soetjiningsih,2005).
Perkembangan(development) adalah bertambahnya
kemampuan(skill) dalam strukturdan fungsi tubuh yang

2
lebihkompleksdalam polayang teratur dandapat diperhitungkan,
sebagai hasil dariproses pematangan (Soetjiningsih,2005) .
2. Tahap tumbuh kembang anak
Dalam perkembangan anak terdapat masa kritis, dimana
diperlukan rangsangan atau stimulasi yang berguna agar potensi
berkembang, sehingga perlu mendapat perhatian.Perkembangan psiko-
sosial sangat dipengaruhi lingkungan dan interaksi antara anak dengan
orang tuanya atau orang dewasa lainnya. Perkembangan anak akan
optimal bila interaksi sosial diusahakan sesuai dengan kebutuhan anak
pada berbagai tahap perkembangannya, bahkan sejak bayi masih
didalam kandungan. Sedangkan lingkungan yang tidak mendukung
akan menghambat perkembangan anak (Soetjinigsih, 1995).
Frankendburg dkk (1981) melalui DDST (Denver
Developmental Screening Test) mengemukakan 4 parameter
perkembangan yang dipakai dalam menilai perkembangan anak balita,
yaitu :
a. Personal sosial (kepribadian atau tingkah laku)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri,
bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.
b. Fine motor adaptive (gerakan motorik halus)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk
mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-
bagian tubuh saja dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan
koordinasi yang cermat.Misalnya kemampuan untuk mengambar,
memegang sesuatu benda, dll.
c. Language (bahasa)
Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti
perintah dan berbicara spontan.
d. Gross motor (perkembangan motorik kasar)
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.

3
Pada anak dengan Development Delay dibagi menjadi beberapa
tahapan keterlambatan perkembangan, diantaranya adalah tahapan
perkembangan fisik, perkembangan motorik kasar dan halus,
perkembangan kognitif, perkembangan personal sosial, dan perkembangan
bicara dan bahasa (Soetjiningsih, 1995).
a. Tahap Perkembangan Motorik Halus dan Kasar
Proses perkembangan motorik dimulai sejak bayi baru lahir sampai
menjadi manusia dewasa yang berlangsung secara
berkesinambungan dari satu tahap ke tahap berikutnya.
Keterampilan sederhana tercapai sebelum keterampilan yang lebih
kompleks dikuasai.Gerakan yang bersifat umum dan tidak teratur
menjadi gerakan yang spesifik dan bertujuan. Perkembangan
motorik merupakan proses yang telah terprogram secara genetik
(Kamarul, 2000).

Keterampilan motorik ini dapat dikelompokkan menurut ukuran


otot-otot dan bagian-bagian yang terkait, yaitu keterampilan motorik kasar
(gross motor skill) dan keterampilan motorik halus (fine motor skill)
(Desmita, 2005).
1) Keterampilan motorik kasar
Keterampilan motorik kasar (gross motor skill),
merupakan keterampilan gerak yang menggunakan otot-otot
besar, kecermatan gerakan bukan merupakan suatu hal yang
penting akan tetapi koordinasi yang halus dalam gerakan
hal yang paling penting. Motorik kasar meliputi melompat,
melempar, berjalan, dan meloncat.
2) Keterampilan motorik halus
Keterampilan motorik halus (fine motor skill) merupakan
keterampilan yang memerlukan kontrol dari otot-otot kecil dari
tubuh untuk mencapai tujuan dari keterampilan.Secara umum,

4
keterampilan motorik halus meliputi koordinasi mata dan tangan
keterampilan ini membutuhkan kecermatan yang tinggi.

Perkembangan motorik kasar sesuai dengan tahapan perkembangan


bayi secara normal :
Tabel 2.3 Perkembangan Motorik Kasar(Anonim, 2014)

Umur Perkembangan Motorik Kasar


0-4 minggu Didominasi posisi fleksi.

1-2 bulan 1) Posisi fleksi sedikit menurun.


2) Mampu mengangkat kepala sendiri (15-45º).

3 bulan Mampu mengangkat kepala 45 º secara bagus

4 bulan Mampu menumpu dengan kedua lengan dan berusaha


mengangkat kepala.

5 bulan Tengkurap dan terlentang secara mandiri.


6 bulan Terlentang dan tengkurap dengan bagus.

7-8 bulan Mampu duduk sendiri kemudian mengambil posisi ongkang-


ongkang dan bertahan sebentar.

9-11 bulan 1) Sudah dapat duduk sendiri.


2) Sudah dapat berdiri dengan berpegangan.

12 bulan Mampu berdiri sendiri dan berjalan sambil berpegangan


(ditetah).
13-15 Sudah bisa berjalan dengan “high guard”.

5
Umur Perkembangan Motorik Kasar
bulan
17-19 bln Sudah bisa berlari
24 bulan 1) Mampu melompat dengan dua kaki sekaligus.

2) Sudah bisa naik turun tangga.

3 tahun Sudah bisa berjalan dengan sempurna.

Perkembangan motorik halus sesuai dengan perkembangan bayi


secara normal:
Tabel 2.4 Perkembangan Motorik Halus(Anonim, 2014)
Umur Perkembangan Motorik Halus
0-4 minggu Gerak didominasi oleh refleks primitif yaitu refleks moro,
grasping, tonic neck (ATNR).

1-2 bulan 1) Sudah bisa melihat pada jarak dekat 10-20 cm dengan
mengikuti gerak cahaya.
2) Refleks primitif masih ada.
3 bulan Menghisap jari.

4 bulan Bermain dengan mulut.

6
Umur Perkembangan Motorik Halus
5 bln Mampu bermain-main dengan kedua tangannya

6 bulan Mampu bermain-main dengan tangan secara bergantian.

7-8 bulan Bermain dengan tangan, terkadang melemparkan mainan.

9-11 bulan Melempar mainan.

12 bulan Bermain dengan menggunakan tangan dengan baik.

13-15 bulan Mengambil benda dengan menjimpit.

17-19 bulan 1) Umur Sudah bisa menutup dan membuka botol.

2) Suka membuka buku-buku.


24 bulan Mampu menyusun balok 2-7 buah

3 thn Mampu meniru garis tegak, garis lurus dan lingkaran


b. Tahap Perkembangan Psikososial
Perkembangan psikososial berhubungan dengan perubahan
perasaan atau emosi dan kepribadian serta bagaimana individu
berhubungan dengan orang lain. Sebagaimana telah dijelaskan
diatas, masa bayi adalah masa ketika anak-anak mulai belajar
berjalan, berfikir, berbicara, dan merasakan sesuatu.Tingkah laku
sosial diartikan bagaimana seorang anak bereaksi terhadap orang-
orang disekitarnya, pengaruh hubungan itu pada dirinya dan
penyesuaian dirinya terhadap lingkungan (Suryanah, 1996).

Tabel 2.9 Perkembangan Psikososial (Anonim, 2014)


Umur Perkembangan Psikososial

7
Umur Perkembangan Psikososial
1-2 bln Reaksi terhadap senyuman.

3-4 bln Bisa mengoceh.

5 bln Bisa memegang benda atau mainan.

6 bln Bisa mengenal orang.

7-8 bln Mampu bermain ciluk baa.

9-11 bln Bisa tepuk tangan.


12 bln Mampu memberikan mainan pada ibu atau bapak.
13-15 bln Mulai mengenal lingkungan.

17-19 bln Bisa mengenali beberapa bagian tubuh.

24 bln Mampu menyebutkan namanya bila ditanya.

3 thn 1) Mampu meniru kegiatan orang dewasa.


2) Mampu bermain bersama dengan teman.
c. Tahap Perkembangan Bicara dan Bahasa
Bicara merupakan salah satu alat komunikasi yang paling
efektif.Semenjak anak masih bayi sering kali menyadari
bahwa dengan mempergunakan bahasa, tubuh dapat terpenuhi
kebutuhannya (Mulyani dkk, 2006).
Kemampuan berbahasa merupakan indikator seluruh
perkembangan anak.Karena kemampuan berbahasa sensitif
terhadap keterlambatan atau kerusakan pada sistem lainnya,
sebab melibatkan kemampuan kognitif, sensori motor,
psikologis, emosi, dan lingkungan disekitar anak. Seorang

8
anak tidak akan mampu berbicara tanpa dukungan dari
lingkungannya. Mereka harus mendengar pembicaraan yang
berkaitan dengan kehidupannya sehari-hari maupun
pengetahuan tentang dunia. Mereka harus belajar
mengekspresikan dirinya, membagi pengalamannya dengan
orang lain dan mengemukakan keinginannya (Soetjiningsih,
1995).

Tahap perkembangan berbicara dan berbahasa pada anak normal


diantaranya:
Tabel 2.10 Perkembangan Bicara dan Berbahasa(Anonim, 2014)

Perkembangan bicara dan bahasa


Umur

3 bulan Sudah bisa mengoceh.

4 bulan Mampu mendengar suara kertas diremas dan bermain


bibir sambil mengeluarkan air liur

5-6 bln Mampu mengenal suara orang.

9-11 bln Mampu mengeluarkan suara ma..ma..ta..ta..da..da..

12 bln Mampu mengucapkan satu kata atau lebih dan tahu


artinya.

13-15 bln Mampu berbicara satu kata.


24 bulan Mampu menjawab dengan kalimat dua kata.

3 tahun Mampu bertanya dngn memakai kata apa, siapa, dan


dimana.

9
3. Definisi delay development
DelayDevelopmentadalah bagian
dariketidakmampuanmencapai perkembangan sesuaiusia, dan
didefinisikan sebagaiketerlambatan dalamdua bidang
ataulebihperkembanganmotorkasarataumotorhalus,bicara/berbahas
a, kognisi,personal/sosialdanaktifitas sehari-
hari.Istilahinidigunakanbagianak yangberusiakurangdarilima
tahun(Dewanti,dkk,2012).
Menurut Depkes (2006) keterlambatantumbuh kembang
adalah kelainan pada anak yangmeliputikelainan tumbuh dan
kembang maupun keduanya. Setiap penyimpangan atau
hambatan terhadap prosespertumbuhan dan perkembangan
dapat mengakibatkan gangguan tumbuh kembangdan cacat.
4. Patologi development delay
Development delay disebabkan karena kurangnya suatu
rangsangan. Padahal rangsangan harus diberikan sedini mungkin
dan sesering mungkin untuk meningkatkan perkembangan agar
lebih cepat berkembang dan lebih terarah (Laurent & Reader,
2007).
Selain itu pada dasarnya bayi lahir mempunyai reflek
primitif yang akan menghilang pada usia tertentu, menetapnya
reflek primitif pada usia tertentu menunjukkan bahwa terjadi suatu
gangguan perkembangan seperti keterlambatan perkembangannya (
Igan, 2014).
Keterlambatan perkembangan juga bisa disebabkan karena
hipotonus otot tubuh yang terlibat dan gangguan kontrol kepala.
Dengan terganggunya kontrol kepala maka akan berakibat pada
gangguan yang selanjutnya, seperti kontrol gerak, gangguan
kontrol postur (Soetomenggali, 2000).

5. Tanda dan gejala

10
Dimulai dari tidaknya adanya hypotonus otot, gangguan
kontrol kepala dan anak belum bisa melakukan aktivitas sesuai
usia perkembangannya. Misalnya anak belum bisa mengontrol
kepala dengan sempurna pada usia 24-28 minggu, duduk dilantai
(5-10 menit) pada usia 44-48 minggu, merangkak pada usia 52-56
minggu, berjalan sendiri atau dititah pada usia 18-21 bulan.
Kemudian dilakukan pemeriksaan DDST anak mengalami
development delay (Soetomenggali, 2000).
6. Prognosis
Development Delay memiliki kemungkinan penyebab
yang beraneka ragam. Keterlambatan perkembangan dapat terjadi
pada otak anak saat otak terbentuk pada masa gestasi. Penyebab
yang mungkin antara lain: lahir premature, kelainan genetic dan
herediter, infeksi, tetapi seringkali penyebab development delay
tidak dapat ditentukan. Secara umum, perjalanan penyakit
development delay tidak memburuk seiring dengan waktu
pertumbuhan anak.

B. Proses fisioterapi
1. Assessment
Assessment merupakan komponen penting dalam segala
manajemen penatalaksanaan fisioterapi, termasuk dalam kasus stroke.
Pemeriksaan ini menjadi begitu penting karena sedikitnya ada 3 alasan
pokok, yaitu:
a. Dapat mengidentifikasi masalah pasien yang akandiinterverensi
oleh fisioterapis, dengan kata lain menegakan diagnosis fisioterapi.
b. Dapat mengidentifikasi perubahan yang terjadi pada pasien dari
waktu ke waktu.
1) Memberikan motivasi kepada pasien

11
2) Memberikan informasi tentang efektivitas terapi yang berguna
untuk menentukan manajemen penatalaksanaan fisioterapi
selanjutnya.
c. Dapat dipakai sebagai alat ukur untuk menetukan biaya atau
efesiensi terapi.
Dapat memilih salah satu alat ukur, beberapa hal yang perlu
diperhatikan antara lain :
1) Anamnesis
a) Data diri
(1) Nama
(2) Umur
(3) Jenis kelamin
(4) Agama
(5) Pekerjaan
(6) Alamat
(7) No. CM
b) Data data medis Rumah sakit
(1) Diagnosis medis
(2) Catatan klinis
(3) Medika mentosa
(4) Hasil lab
(5) Foto rontgen
2) Pemeriksaan Subjektif
a) Keluhan utama pasien
Adalah keluhan yang dirasakan oleh pasien
mengenai penyakit tersebut, meliputi :
(1) Lokasi keluhan
(2) Onset
(3) Penyebab
(4) Faktor-faktor yang memperberat atau memperingan
(5) Irritabilitas dan derajat

12
b) Riwayat penyakit sekarang
Adalah proses perjalanan penyakit dari awal hingga
saat ini, proses pengobatan yang telah dilakukan.
c) Status sosial
Status sosial adalah interaksi sosial pasien dengan
lingkungannya, meliputi :
(1) Lingkunga kerja
(2) Lingkungan tempat tinggal
(3) Aktivitas rekreasi di waktu senggang
(4) Aktivitas sosial
d) Riwayat keluarga
Adalah riwayat keluarga pasien mengidap penyakit
serupa dengan pasien.
e) Riwayat penyakit dahulu
Adalah riwayat penyakit pasien sebelumnya yang
membuat resiko mengidap penyakit sekarang yang diderita.
3) Pemeriksaan objektif
a) Pemeriksaan vital sign
Pemeriksaan ini berfungsi sebagai acuan tanda-
tanda penting dalam tubuh.
(1) Tekanan darah
(2) Denyut nadi
(3) Pernafasan
(4) Temperatur
(5) Tinggi badan
(6) Berat badan
b) Inspeksi
Adalah pemeriksaan meneliti pasien dengan indera
penglihatan, bisa disaat pasien statis maupun dinamis.
c) Palpasi

13
Adalah pemeriksaan pasien dengan cara meraba
atau menyetuh pasien dengan indra peraba, meliputi :
(1) Pitting Oedema
(2) Spasme
(3) Suhu lokal
d) Pemeriksaan gerak dasar
Adalah pemeriksaan gerak pasien, dapat dengan
cara aktif, pasif dan isometric.Dilihat pula tingkat derajat
full ROM dan nyeri yang dirasakan saat digerakan.
e) Pemeriksaan mmt
Adalah suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui
kekuatan otot dengan tujuan membantu menegakan
diagnosa.

Manual Muscle Testing (MMT)


Manual Muscle Testing (MMT) adalah salah satu
usaha untuk menentukan atau mengetahui kemampuan
seseorang dalam mengontraksikan otot atau group otot
secara voluntary.
MMT standar sebagai ukuran kekuatan tidak akan
sesuai atau cocok untuk seseorang yang tidak dapat
mengkontraksikan ototnya secara aktif dan disadari.Dengan
demikian, seseorang yang mengalami gangguan sisten
syaraf pusat yang memperlihatkan spastisitas otot tidak
cocok untuk dilakukan MMT.
Penggunaan MMT digunakan untuk
(1) Untuk membantu menegakkan diagnosa.
(2) Untuk menentukan jenis-jenis terapi atau terapi apa
yang harus diberikan

14
(3) Untuk menentukan jenis-jenis alat-alat bantu yang
diperlukan oleh pasien misalnya : ortoses, splin atau
alat bantu ambulasi.
(4) Untuk menentukan prognosis
Tabel 2.1 tabel nilai Manual Muscle Testing
Nilai Keterangan
0 Otot tidak mampu berkontraksi (lumpuh total)
1 Otot sedikit berkontraksi, tanpa perubahan ROM,
hanya muncul tonusnya saja
2 Otot berkontrasi, tidak mampu melawan tahanan (gaya
gravitasi) tetapi dapat full ROM
3 Mampu melawan tahanan, gaya gravitasi dan full
ROM
4 Mampu melawan tahanan (berupa manual) tetapi tidak
maksimal dan full ROM
5 Normal,otot mampu gerak aktif dengan full ROM dan
mampu melawan tahanan maksimal.

2. Penetapan Diagnose
Saat ini penanganan fisioterapi lebih menekankan kepada
pasien.Salah satu metode yang popular untuk mengkategorikan
problem pasien dengan gangguan neurologi adalaha klasifikasi dari
WHO.Klasifikasi ini mulai dikembangkan pada tahun 1980-an dipakai
secara luas di dunia sebagai kesamaan istilah yang dipakai dalam dunia
klinis, pengumpulan data dan penelitian.
a. Impairtment
Merupakan hilangnya atau tidak normalnya aspek
psikologis, fisiologis, struktur anatomis ataupun fungsi.Contohnya
adalah kelemahan, gangguan sensasi, penurunan fungsi
propioceptif, gangguan koordinasi, dan gangguan penglihatan.
b. Activity limitation

15
Merupakan kesulitan pasien melangsungkan suatu aktivitas
dengan cara atau dengan dikategorikan dalam batas
normal.Biasanya dalam membicarakan activity limitation ini focus
ada dalam hal fungsi atau aktivitas fungsional.Contoh adalah
ketidakmampuan dalam berjalan, perawatan diri sebagainya.
c. Participation restriction
Merupakan problem yang lebih kompleks yang melibatkan
lingkungan pasien, baik lingkungan fisik, non fisik. Biasanya
fisioterapi tidak sampai sejauh ini dalam menegakkan
problematika/diagnose fisioterapi.
Pada pembuatan kasus neurologi, sesuai dengan
keterangan-keterangan diatas, maka yang dituliskan sebagai list of
problem adalah gangguan fungsional pasien sedangkan gangguan
impairment menjadi faktor yang menyebabkan.Berdasarkan
seluruh permasalahan yang ada, maka selanjutnya dibuatlah
prioritas masalah yang dimaksudkan untuk mengarahkan dan
memprioritaskan rencana dan interverensi fisioterapi.
3. Intervensi Fisioterapi
Pemilihan teknologi interverensi yang digunakan hendaknya
didasari oleh informasi tentang efektivitas dari terapi tersebut.Yang
bisa didapat dari teori yang valid.Terbukti efektif dalam clinical trial,
atau terbukti efektif dalam penelitian.Dalam pemberiannya harus
disertai dengan teknik dan ketrampilan dari fisioterapinya setinggi
mungkin.
Pengertian Neuro Development Treatment (NDT) adalah
tehnik yang dikembangkan oleh Karel Bobath dan istrinya Betha
Bobath pada tahun 1966.
Metode ini dimulai dengan mula-mula menekankan reflek-
reflek abnormal yang patologis menjadi penghambat terjadinya
gerakan-gerakan normal.Anak harus ditempatkan dalam sikap tertentu

16
yang dinamakan Reflek Inhibiting Posture (RIP) yang bertujuan untuk
menghambat tonus otot yang abnormal (Trombly, 1989).

Handling digunakan untuk mempengaruhi tonus postural,


mengatur koordinasi, menghinbisi pola abnormal, dan memfasilitasi
respon otomatis normal. Dengan handling yang tepat, tonus serta pola
gerak yang abnormal dapat dicegah sesaat setelah terlihat tanda-
tandanya (Trombly, 1989).

Key Point of Control yaitu titik yang digunakan terapis dalam


inhibisi dan fasilitasi.KPoC harus dimulai dari proksimal ke
distal/bergerak mulai dari kepala-leher-trunk-kaki dan jari kaki.
Dengan bantuan KPoC, pola inhibisi dapat dilakukan pada penderita
cerebral palsy dengan mengarahkan pada pola kebalikannya (Trombly,
1989).

Metode NDT mempunyai beberapa teknik :


a. Inhibisi dari postur yang abnormal dan tonus otot yang
dinamis
b. Stimulasi terhadap otot-otot yang mengalami hypertonik
c. Fasilitas pola gerak normal (Rood, 2000)

Prinsip-prinsip NDT:
a. Kemampuan mekanik setelah mengalami lesi atau dengan
menggunakan penanganan yang tepat memungkinkan untuk
diperbaiki.
b. Lesi pada susunan saraf pusat menyebabkan gangguan fungsi
secara keseluruhan namun dalam NDT yang ditangani adalah
motorik.
c. Spastisitas dalam NDT dipandang sebagai gangguan dari sikap
yang normal dan kontrol gerakan.

17
d. Pembelajaran pada gerakan yang normal merupakan dasar
gerakan dapat dilakukan jika tonus normal.
e. Mekanisme Postural Reflex yang normal merupakan dasar
gerakan yang normal.
f. Otot tidak tahu fungsi masing-masing otot tapi pola geraknya.
g. Gerakan dicetuskan di sensoris dilaksanakan oleh motorik dan
dikontro oleh sensoris.

Tujuan konsep NDT :


a. Memperbaiki dan mencegah postur dan pola gerakan abnormal.
b. Mengajarkan postur dan pola gerak yang normal.

Prinsip terapi dan penanganan :


a. Simetris dalam sikap dan gerakan.
b. Seaktif mungkin mengikuti sertakan sisi yang sakit pada segala
kegiatan.
c. Pemakaian gerakan-gerakan ADL dalam terapi.
d. Konsekuensi selama penanganan (ada tahap-tahap dalam
terapi).
e. Pembelajaran bukan diarahkan pada gerakannya, tetapi pada
perasaan gerakan.
f. Terapi dilakukan secara individu

Teknik terapi:
Metode NDT mempunyai beberapa teknik : 1) Inhibisi dari
postur yang abnormal dan tonus otot yang dinamis, 2) Stimulasi
terhadap otot-otot yang mengalami hypertonik , 3) Fasilitas pola
gerak normal (Rood, 2000).

a. Inhibisi

18
Suatu upaya untuk menghambat dan menurunkan tonus
otot.Tekniknya disebut Reflex Inhibitory Paternt.Perubahan tonus
postural dan patern menyebabkan dapat bergerak lebih normal
dengan menghambat pola gerak abnormal menjadi sikap tubuh
yang normal dengan menggunakan teknik “Reflex Inhibitory
Pattern”.
b. Fasilitasi
Upaya untuk mempermudah reaksi-reaksi automatik dan
gerak motorik yang sempurna pada tonus otot normal.Tekniknya
disebut “Key Point of Control”.
Tujuannya:
1) Untuk memperbaiki tonus postural yang normal.
2) Untuk memelihara dan mengembalikan kualitas tonus normal.
3) Untuk memudahkan gerakan-gerakan yang disengaja,
diperlukan dalam aktifitas sehari-hari.

c. Stimulasi
Yaitu upaya untuk memperkuat dan meningkatkan tonus
otot melalui propioseptif dan taktil. Berguna untuk meningkatkan
reaksi pada anak, memelihara posisi dan pola gerak yang
dipengaruhi oleh gaya gravitasi secara automatic. Tapping:
ditujukan pada group otot antagonis dari otot yang spastic.
Placcing dan Holding: Penempatan pegangan. Placcing Weight
Bearing: Penumpukan berat badan.
Exercise atau terapi latihan Pemberian terapi latiha berupa
gerakan pasif sangat bermanfaat dalam menjaga sifat fisiologis dari
jaringan otot dan sendi. Jenis latihan ini dapat diberikan sedini
mungkin untuk menghindari adanya komplikasi akibat kurang
gerak, seperti adanya kontraktur, kekakuan sendi, dan lain-lain.

19
Pemberian passive excercise dapat diberikan dalam
berbagai posisi seperti tidur terlentang tisur miring, tidur tengkurap,
duduk berdiri, atau posisi denga alat latihan yang digunakan.
Latihan dalam gerakan pasif tidak akan berdampak
terhadap proses pembelajaran motorik,akan tetapi sangat bermanfaat
sebagi tindakan akal sebelum aplikasi metode untuk latihan
pembelajaran mototrik.
Indikasi rasa tebal , kelemahan dan penurunan kekuatan
otot, gangguan fungsi motoris, keterbatasan gerak.
Kontraindikasi tidak dianjurkan pasien dengan tekanan
darah tinggi, bila pasien merasakan fatique yang sangat berat
hentikan latihan.

BAB III
LAPORAN KASUS
Kondisi : FT. A
A. DATA PASIEN
1. NAMA : An. Muhammad Affan
2. UMUR : 1 tahun 1 bulan
3. JENIS KELAMIN : Laki-Laki
4. AGAMA : Islam
5. PEKERJAAN :-
6. ALAMAT : Jalan Mawar No 6 Purbayani - Sukoharjo
7. No. CM : 9388
B. DATA-DATA MEDIS RUMAH SAKIT
1. DIAGNOSIS MEDIS

20
Delay Development
2. CATATAN KLINIS :
( Hasil : Rotgen, Uji laboratorium, Ct scan,MRI,EMG, dll yang terkait
dengan permasalahan fisioterapi )
Tidak ada
3. TERAPI UMUM (GENERAL TREATMENT):
Pasien datang terapi setiap hari Selasa dan Jum’at.
4. RUJUKAN FISIOTERAPI DARI DOKTER:
Mohon diberikan tindakan fisoterapi kepada An Affan dengan diagnosa
Delay Development.
C. SEGI FISOTERAPI
TANGGAL : 28 September 2016
1. ANAMNESIS (HETERO)
a. Keluhan Utama
Pasien belum mampu merangkak, berdiri dan berjalan secara mandiri.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu pasien saat mengandung berusia 43 tahun, dan anak
pertamanya memiliki diagnosa cerebal palsy. Pasien lahir dengan
persalinan spontan dengan BBL 3,1 kg dan PB 43 cm, saat proses
persalinan pasien langsung nangis dan partus tidak lama. Proses
perkembangan pasien sampai usia 5 bulan normal, namun setelah 5
bulan dan pasien sempat jatuh dari kasur. Pada usia 10 bulan ibu pasien
mencurigai adanya keterlambatan karena pasien belum mampu
merangkak. Lalu atas kemauan sendiri pasien datang ke fisioterapi
YPAC Solo untuk dilakukan tindakan terapi, 1 minggu 2x pada hari
selasa dan jum’at. Pasien mulai terapi pada tanggal 30 Agustus 2016
hingga sekarang.
c. Riwayat Penyakit Dahulu:
-
d. Riwayat Penyakit Penyerta:
-

21
e. Riwayat Pribadi:
Pasien adalah anak ke 3 dari tiga bersaudara
f. Riwayat Keluarga:
Tidak ada anggota keluarga pasien yang mengalami sakit yang sama
dengan pasien
g. Anamnesis System:
System Keterangan
Kepala dan leher Tidak ada keluhan
Kardiovakuler Dalam batas normal
Respirasi Tidak ada keluhan
Gastrointestinalis Dalam batas normal
Urogenital Dalam batas normal. BAK terkontrol
Musculoskeletal Adanya kelemahan otot pada otot fleksor dan
ekstensor AGB
Nervorum Tidak ada keluhan

Tabel 3.1 anamnesis system

2. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan vital sign.
a) Lingkar kepala : 44 cm
b) Tinggi badan : 45 cm
c) Berat badan : 13 kg
d) Komunikasi verbal : Kurang baik
e) Komunikasi non verbal : Kurang baik
f) Kualitas pendengaran : Baik
g) Kualitas penglihatan : Baik
h) Kualitas kinetic : Kurang baik
b. Inspeksi:
1) Statis

22
a) Terlihat pasien dating dengan cara digendong oleh ibunya.
b) Terlihat bahu pasien protaksi
c) Terlihat kedua ankle plantar fleksi
2) Dinamis
a) Terlihat pasien belum mampu mempertahankan posisi berdiri.
c. Palpasi
1) Adanya spasme pada otot uppertrapezius.
2) Adanya suhu tubuh normal.
3) Adanya hipotonus pada otot – otot AGB.
4) Adanya atrofi otot gastrocnemus

d. Perkusi ( reflex fisiologis)


Bagian Kanan kiri
Reflex biceps ++ ++
Reflex tricep ++ ++
Reflex brachioradialis ++ ++
Reflex patella ++ ++
Reflex Achilles + +
Label 3.2 refleks fisiologis
Keterangan :
+ : lemah
++ : normal
+++ : hiperrefleks ringan
++++ : hiperrefleks
e. Auskultasi
Tidak dilakukan.
f. Pemeriksaan Gerak Dasar
1) Gerak aktif
AGA Full ROM
Gerakan Kanan Kiri
Fleksi shoulder - -
Ekstensi shoulder - -

23
Abduksi shoulder - -
Adduksi shoulder - -
Fleksi elbow - -
Ektensi elbow - -
Palmar fleksi - -
Dorsi fleksi - -
Radial fleksi - -
Radial deviasi - -
Ulnar deviasi - -
Fleksi trunk - -
Ekstensi trunk - -

AGB Full ROM


Gerakan Kanan Kiri
Fleksi hip - -
Ekstensi hip - -
Abduksi hip - -
Adduksi hip - -
Eksorotasi hip - -
Endorotasi hip - -
Fleksi knee - -
Ekstensi knee - -
Plantar fleksi - -
Dorsi fleksi - -
Inverse - -
Eversi - -
Label 3.3 pemeriksaan gerak aktif
Keterangan :
(+) : Full ROM
(-) : Tidek full ROM
2) Gerak pasif

24
AGA Full ROM End feel
Gerakan Kanan Kiri
Fleksi + + Elastic
shoulder
Ekstensi + + Elastic
shoulder
Abduksi + + Elastic
shoulder
Adduksi + + Elastic
shoulder
Fleksi elbow + + Elastic
Ektensi elbow + - Elastic
Palmar fleksi + + Elastic
Dorsi fleksi + + Elastic
Radial fleksi + + Elastic
Radial deviasi + + Elastic
Ulnar deviasi + + Elastic
Fleksi trunk + + Elastic
Ekstensi trunk + + Elastic

AGB Full ROM End feel


Gerakan Kanan Kiri
Fleksi hip + + Elastic
Ekstensi hip + + Elastic
Abduksi hip + + Elastic
Adduksi hip + + Elastic
Eksorotasi hip + + Elastic
Endorotasi hip + + Elastic
Fleksi knee + + Elastic
Ekstensi knee + + Elastic

25
Plantar fleksi + + Elastic
Dorsi fleksi + + Elastic
Inverse + + Elastic
Eversi + + Elastic
Label 3. 4 pemeriksaan gerak pasif
Keterangan :
(+) : full ROM
(-) : Tidak full ROM
Elastic : elastic
3) Gerak isometric tidak dilakukan.
g. Pemeriksaan kekuatan otot menggunakan MMT
Regio Otot Nilai
Shoulder Fleksor 3
Ekstensor 3
Adductor 3
Abductor 3
Elbow Fleksor 3
Ekstensor 3
Pronator 3
Supinator 3
Wrist Dorsi fleksor 3
Palmar fleksor 3
Ulnar deviator 3
Radial deviator 3
Hip Fleksor 3
Ekstensor 3
Adductor 3
Abductor 3
Knee Fleksor 3
Ekstensor 3
Ankle Dorsi fleksor 3

26
Plantar fleksor 3
Inventor 3
Eversor 3
Tabel 3.3 penilaian kekuatan otot.
h. Antropometri
1) Lingkar thoraks : 46 cm
2) Lingkar acromion 5 cm : 15,5 cm
3) Lingkar epicondylus 5 cm ke atas : 13,5 cm
4) Lingkar epicondylus 5 cm ke bawah : 13,5 cm
5) Lingkar trocanthor mayor 5 cm : 29 cm
6) Lingkar patella 5 cm ke atas : 17 cm
7) Lingkar patella 5 cm ke bawah : 17 cm
8) Lingkar maleolus lateralis 5 cm : 11,5 cm

i. Sensibilitas
Bagian Nilai Keterangan
Visual 2 Normal
Audiotory 2 Normal
Touch 2 Normal
Vestibular 1 Ada gangguan
Propioceptive 1 Ada gangguan
Taktil 2 Normal
Smell 2 Normal
Taste 2 Normal
Label 3.6 label sensibilitas

Keterangan :
0 : tidak berfungsi
1 : ada gangguan

27
2 : normal
j. Reflex dan lain-lain
No. Nama pemeriksaan Posisi & Rangsangan Reaksi Hasil

A. Reflex level spinal 0-2 bulan

1. Fleksor withdrowl Terlentang dg tungkai Tungkai lurus ±


lurus. Goreskan menjadi fleksi
telapak kaki
2. ekstensor thrust Terlentang dg tungkai Tungkai fleksi -
fleksi, gores telapak menjadi lurus
kaki
3. Cross ekstention Terlentang dg 1 Tungkai yang lurus -
tungkai fleksi, tungkai menjadi fleksi
yg fleksi diluruskan
B. Reflex level
brainstem
4. ATNR (the Terlentang, miringkan Tangan kiri abduksi, -
asimetrical tonic kepala kesatu sisi ( tangan kanan
neck reflex) kiri) menekuk, tungkai
kiri abduksi
5. STNR (symmetrical a. Tengkurap & Tungkai dan lengan -
tonic neck reflex) dipangku, kepala akan ekstensi
diekstensikan
b. Terlentang & Tungkai dan lengan -
dipangku, kepala akan fleksi
difleksikan
6. Tonic labirinthyne Terlentang, kaki / Kaki / tangan akan -
supine tangan di angkat tertahan beberapa
(2-4 bulan) saat hingga
kontraksi otot2
depan berkurang.

28
7. Tonic labirinthyne Tengkurap, kaki / Kaki / tangan akan -
prone tangan di angkat tertahan beberapa
(2-4 bulan) saat hingga
kontraksi otot2
belakang berkurang.
8. Supporting reaction Bayi dipegang pada + -
(2-4 bulan) bawah ketiaknya Peningkatan tonus
dalamposisi ekstensor (knee
tegak(pastikan ekstensi,kaki
kepalanya tertopang plantar)
dg baik) kaki -
disentuhkan pada Peningkatan tonus
lantai fleksor ( knee fleksi,
kaki dorsal)
9. Reaksi assosiasi Tangan kanan Tangan kiri ikut +
(2-4 bulan) menggenggam menggenggam
sesuatu
C. Reflex level
midbrain
10. Neck righting Terlentang, putar Badan ikut berputar -
(0-6 bulan) kepala maksimal SERENTAK
(kanan /kiri)
11. Body righting Terlentang, putar Badan ikut berputar +
(6- ++) kepala maksimal SEGMENTAL
(kanan /kiri)
12. Head & optical Duduk, condongkan Kepala & pandangan +
righting badan kedepan, (mata) tetap tegak
belakang, samping
(kanan / kiri)
13. Amphibian reaction Tengkurap, salah satu Tungkai dan lengan +

29
(6-++) pelvic diangkat akan menekuk
(seperti akan
merangkak)
D. Reflex level
cortical
14. Equilibrium Terlentang/ Tubuh akan
 Terlentang (6bl- tengkurap/ mempertahankan -
++) merangkak/ duduk/ posisinya agar +
 Kneeling (15bl- kneeling/ berdiri pada tidakjatuh +
++) rocking board, -
 Sitting (10-++) rocking board

 Berdiri (15-++) digulingkan kekanan


dan kiri
E. Reaksi otomatis
15. Moro (tingkat Mengejutkan bayi, tungkai dan tangan +
labirin) 0-6 bln rangsangan mendadak akan membuka
dan mengejutkan kemudian diikuti
gerakan menekuk
dan menangis
16. Sturtel Seperti moro tapi idem
rangsangan dengan
suara
17. Landau
(6bln-2/2,5th)
18. Protective ekstensor Berdiri, diberi Kedua tangan akan +
thrust dorongan kebelakang turun kebawah
(6bl-++) sampai jatuh (ekstensi) menahan
beban agar tidak
jatuh
19. Gallant -

30
(0-2bl)

20. Primary standing -


(0-2bl)
21 Grasp a. Hand menggenggam +
b. feet (babinski) Jari-jari kaki abduksi -
22. Rooting Jari di dekatkan pada Mulut akan -
bibir membuka dan
mencari rangsangan
23. Sucking jari didekatkan pada Bayi akan membuka -
bibir mulutnya dan akan
mulai menghisap
24. Ashworth Sendi 0= tidak ada Sendi Hasil
scale digerakka peningkatan tonus
n fleksi 1=peningkatan sedikit
AGA 0
ekstensi tonus d akhirgerakan ,
pasif bs full ROM
dengan 2= peningkatan sedikit
intensitas tonus d tengahgerakan
AGB 0
pelan , bs full ROM
hingga 3=peningkatan tonus
cepat dari awal gerakan, bisa
full ROM
4=peningkatan tonus
besar, tidak full ROM
5=rigid

25. Plantar fleksor Kaki bebas, gerakkan 0 = tidak ada klonus Kanan kiri
clonus dorsi fleksi dg cepat 1= klonus kurang dr 5 0 0
pd ankle 2= klonus kurang dari 5
3= klonus terus menerus

31
26. Pemeriksaan Depan belakang kanan kiri hasil
posture

27. MRC Gerakkan 0= tidak ada aktivitas Terlampir


sesuai yang 1= aktivitas ringan
dibutuhkan ( 2= di permukaan horizontal
ingat posisi 3= melawan gravitasi
anatomis) 4= melawan gravitasi dengan
sedikit penahanan
5= melawan gravitasi dg
tahanan max
Label 3.7 pemeriksaanreflex

k. Test DDST
Berdasarkan hasil DDST
Tanggal lahir : 6 agustus 2015
Tanggal terapi awal : 30 agustus 2016
Kemudian dibalik

32
2015-08-06
2016-08-30 -
1 -00-24
Jadi, umur pasien 1 tahun 24 hari
‫ ؞‬pasien mengalami keterlambatan pada sektor motorik kasar untuk
merangkak, berdiri dengan pegangan, bangkit untuk berdiri,bangkit
terus duduk,berdiri 2 detik, dan berdiri sendiri.
‫ ؞‬pasien mengalami keterlambatan pada sektor halus seperti :
mengamati manic-manik, mengambil 2 kubus, membentuk 2 kubus
yang dipegang, memasukkan kubus yang dicangkir dan mencoret-coret.
‫ ؞‬pasien mengalami ketrrlambatan pada sektor personal-sosial, seperti :
menyatakan keinginan dan meniru kegiatan.

33
l. UNDERLYING PROCCES (CLINICAL REASONING )
PREPre
NATAL
natal Natal Post natal
Usia ibu saat hamil 43 Normal Alergi kulit
tahun batuk dan flu
berkelanjutan

Penurunan kualitas ovum

Gangguan perkembangan embrio

Gangguan proses tumbuh kembang

Delay Development

Gangguan motorik Gangguan sensorik Gangguan kognitif

Hipotonus AGB Gangguan Pola gerak belum


Spasme otot trapezius propioceptive terkontrol
Atrofi otot Gangguan vestibular
gastrocnemius

Patterning(merangkak)
NDT Neuro structure Brain gym
Mobilisasi trunk General massage
Standing 15 menit

Kemampuan aktivitas fungsional

kemandirian
m. Kognitif, Intrapersonal dan Interpersonal:

34
1) Kognitif :Pasien belum mampu mengingat dan mengenal
terapis.
2) Intrapersonal :Pasien menangis saat diterapi.
3) Interpersonal :Hubungan komunikasi pasien dengan orang sekitar
kurang baik.

n. Kemampuan Fungsional & Lingkungan Aktivitas :


1) Kemampuan Fungsional Dasar:
a) Pasien sudah mampu miring dan tengkurap.
b) Pasien sudah mampu duduk sendiri.
c) Pasien belum mampu merangkak, berdiri dan berjalan
2) Aktivitas Fungsional:
Pasien belum mampu melakukan aktivitas fungsional, seperti :
makan, minum, memakai baju dan toileting secara mandiri.
3) Lingkungan aktivitas :
Lingkungan rumah sangat mendukung kesembuhan pasien.
o. Diagnosa Fisioterapi:
1) Impairtment :
a) Adanya hipotonus pada AGB.
b) Adanya spasme otot uppertrapezius.
c) Adanya atrofi otot gastrocnemus.
2) Fungtional Limitation:
a) Pasien belum mampu merangkak.
b) Pasien belum mampu berdiri sendiri.
c) Pasien belum mampu berjalan secara mandiri.
3) Disability:
a) Pasien belum mampu bermain dengan teman seusianya dan
masih perlu pengawasan dari orang tuanya.
b) Pasien sulit beradaptasi dengan orang baru.

p. Program / Rencana Fisioterapi:

35
1) Tujuan
a) Jangka pendek:
(a) Meningkatkan tonus otot pada AGB.
(b) Mengurangi spasme otot uppertrapezius.
(c) Mengajarkan pola berdiri dengan benar.
(d) Mengajarkan pola merangkak dan berdiri secara
seimbang.
b) Jangka panjang:
(a) Melanjutkan kemampuan yang sudah didapatkan dari
tujuan jangka pendek.
(b) Meningkatkan aktivitas fisik dan kemampuan funsional
secara maksimal.
2) Tindakan Fisioterapi :
a) Teknologi Fisioterapi:
(1) Neuro structure
(2) Brain gym
(3) Mobilisasi trunk
(4) NDT
(5) General massage
(6) Patterning (merangkak)
b) Edukasi :
Orang tua pasien disarankan dirumah untuk menerapkan PR
(terapi yang dianjurkan) yang sudah diberikan oleh terapis.
3) Rencana Evaluasi:
a) Kekuatan otot dengan menggunakan XOTR.
b) Pemeriksaan perasaan sensasi dengan sensibilitas.
c) Kemampuan fungsional dengan menggunakan DDST.

q. penatalaksanaan fisioterapi

36
1. Hari : selasa 20 – 09 – 2016

a) Neuro Structure

Tujuan :Untuk memperbaiki gangguan sensoris dan memberikan


ketenangan pada anak.
Posisi PX :terlentang, miring, tengkurap.
Posisi terapis : di depan PX
Action :
1. gerakan mengusap dari ujung kepala => wajah => telinga => wajah => bahu =>
pergelangan tangan => bahu => badan => kaki.pastikan setiap persendian
diberikan penekanan. Dilakuakan sebanyak 3x.
2. gerakan bintang halus dengan 1 tangan fiksasi di umbilicus, dan tangan lain
mengusap pada badan pasien ke tengah 3x, samping kiri 3x, samping kanan 3x,
paha kiri 3x, paha kanan 3x, dan gerakan melingkar kedua tangan bertemu di
punggung untuk mengunci gerakan.
3. bintang gelombang dengan arah gerakan sama dengan bintang halus tetapi
membuat gerakan seperti gelombang.
4. angka 8 dilakukan 3x pengulangan dengan arah gerakan sama seperti bintang
halus dengan membuat model angka 8 dengan arah medial ke distal. Lalu di
lanjutkan di setiap ekstremitas dengan angka 8 kecil kemudian angka 8 besar.Arah
gerakan kanan.Kiri, kiri, kanan.
5. gronding yaitu gerakan mengusap tegas seluruh tubuh sebanyak 3x.
6. tendon guard.
7. picking up pada ekstremitas 3x.
8. streatch 9x, restreatch 9x.
Selanjutnya miringkan pasien dan tengkurapkan pasien lalu berikan treatment
yang sama seperti diatas.
b) Streatching

Tujuan : untuk melenturkan otot-otot yang tegang.


Posisi PX : terlentang.
Posisi terapis : di depan PX

37
Action :
Lakukan gerakan penguluran otot-otot pada hip, knee, ankle, shoulder, dan
trunk.Gerakan ini diutamakan pada sisi-sisi yang mengalami kontraktur.
c) Brain GYM

Tujuan :untuk mensinkronasi antara otak kanan dan otak kiri.


Posisi PX : tidur terlentang.
Posisi terapis : duduk di belakang PX.
Action :
- Gerakan menarik kedua tangan dan kaki, dilakukan 3x.
- Gerakan menarik kaki kanan dan tangan kanan, dilakukan 3x.
- Gerakan kaki kanan dan tangan kiri, dilakukan 3x.
- Gerakan menyentuhkan lutut dengan siku kanan, dilakukan 3x.
- Gerakan menyilang dengan lutut kanan dan siku kiri, dilakukan 3x.

d) Mobilisasi trunk

Tujuan : untuk mengurangi spasme otot, meningkatkan LGS dan


memperbaiki posturtr trunk.
Posisi PX : duduk.
Posisi terapis : duduk dibelakang PX.
Action :
Posisi terapis seperti memeluk dari belakang, lakukan gerakan menarik badan PX
dengan fiksasi tangan, terapis memegang kedua wrist PX dan mengunci kaki PX,
lalu gerakan mengarah kesamping dan fiksasi satu tangan pada pelvic, dan atu
tangan di axilla dan rotas, dilakukan 3x.
e) NDT

Tujuan : untuk memperbaiki pola yang abnormal.


Posisi PX : tengkurap.
Posisi terapis : duduk didepan PX.
Action :
Pasien ditengkurapkan kemudian distimulasi dan di gerakan maju mundur.

38
f) Latihan merangkak (Paterning)

Tujuan : untuk melatih posisi merangkak dan posisi bisa merangkak.


Posisi PX : tengkurap.
Posisi terapis : dibelakang PX.
Action :
Posisi ditengkurapkan lali diberikan stimulasi dengan gerakan merangkak dan
difasilitasi tengkurap dan dinerikan pijatan pada daerah punggung agar kepala
mengangkat ke atas.
g) Massage

Tujuan : untuk rileksasi dan melepaskan perlengketan jaringan.


Posisi PX :terlentang dan tengkurap.
Posisi terapis : didepan PX.
Action :
Lakukan gerakan stroking, efflurage, pattrisage, dan friction pada seluruh tubuh P,
kemudian posisikan tengkurap dan lakukan gerakan yang sama.
2. Hari : jum’at 23 – 09 – 2016
a) NS
b) Streatching
c) Brain GYM
d) Mobilisasi trunk
e) NDT
f) Latihan merangkak (patterning)
g) General massage
h) Standing frame

3. Hari : selasa 27 – 09 - 2016


a) NS
b) Streatching
c) Brain GYM
d) Mobilisasi trunk

39
e) NDT
f) Latihan merangkak (patterning)
g) General massage
h) Standing frame

4. Hari : jum’at 30 – 09 – 2016


a) NS
b) Streatching
c) Brain GYM
d) Mobilisasi trunk
e) NDT
f) Latihan merangkak (patterning)
g) General massage
h) Standing frame

5. Hari : selasa 04 – 10 – 2016


a) NS
b) Streatching
c) Brain GYM
d) Mobilisasi trunk
e) NDT
f) Latihan merangkak (patterning)
g) General massage
h) Standing frame

6. Hari : jum’at 07 – 10 – 2016


a) NS
b) Streatching
c) Brain GYM
d) Mobilisasi trunk
e) NDT

40
f) Latihan merangkak (patterning)
g) General massage
h) Standing frame

r. .hasil evaluasi akhir


Pasien atas nama An. Affan umur 13 bulan dengan diagnosa delay
development setelah mendapatkan terapi sebanyak 6 kali mendapatkan hasil
sebagai berikut :
1) Adanya peningkatan kekuatan otot

2) Pemeriksaan sensibilitas masih sama

3) Adanya peningkatan kemampuan fungsi motorik kasar

BAB IV

41
PEMBAHASAN

Menurut catatan rekam medis Pasien bernama An.Affan berusia 13 bulan


dengan alamat di Jalan Mawar No 6 Purbayani - Sukoharjo. Ibu pasien saat
mengandung berusia 43 tahun, dan anak pertamanya memiliki diagnosa cerebal
palsy. Pasien lahir dengan persalinan spontan dengan BBL 3,1 kg dan PB 43 cm,
saat proses persalinan pasien langsung nangis dan partus tidak lama. Proses
perkembangan pasien sampai usia 5 bulan normal, namun setelah 5 bulan dan
pasien sempat jatuh dari kasur. Pada usia 10 bulan ibu pasien mencurigai adanya
keterlambatan karena pasien belum mampu merangkak. Lalu atas kemauan sendiri
pasien datang ke fisioterapi YPAC Solo untuk dilakukan tindakan terapi, 1
minggu 2x pada hari selasa dan jum’at. Pasien mulai terapi pada tanggal 30
Agustus 2016 hingga sekarang.
Penatalaksanaan fisioterapi :
Intervensi fisioterapi yang diberikan pada kasus ini adalah lebih pada
peningkatan kekuatan otot- otot tubuh dan peningkatan kemampuan fungsional.
Selama pemberian intervensi fisioterapi pada terapi pertama tidak harus
selalu dengan pemberian modalitas alat, melainkan bisa juga dengan metode
exercise.
Evaluasi yang pertama adalah kekuatan otot dengan menggunakan
XOTR.Hasilnya dapat dilihat pada bawah ini, bahwa ada peningkatan kekuatan
otot.

Regio Otot T1 (20/9/2016) T4 (07/10/2016)


Shoulder Fleksor 3 4
Ekstensor 3 4
Adductor 3 4
Abductor 3 4
Elbow Fleksor 3 4
Ekstensor 3 4

42
Pronator 3 4
Supinator 3 4
Wrist Dorsi fleksor 3 4
Palmar fleksor 3 4
Ulnar deviator 3 4
Radial deviator 3 4
Hip Fleksor 3 4
Ekstensor 3 4
Adductor 3 4
Abductor 3 4
Knee Fleksor 3 3+
Ekstensor 3 3+
Ankle Dorsi fleksor 3 4
Plantar fleksor 3 4
Inventor 3 4
Eversor 3 4

Tabel 4.1 evalusi kekuatan otot dengan menggunakan MMT


Adanya peningkatan kekeuatan otot dari T1 sampai T6
Pemeriksaan sensibilitas
Bagian T1 T6
Visual 2 2
Auditory 2 2
Touch 2 2
Vestibular 1 1
Propioceptive 1 1
Taktil 2 2
Smell 2 2
Taste 2 2
Table 4.2 evaluasi sensibilitas
Pemeriksaan sensibilitas T1 sampai T6 masih sama

43
Evaluasi yang ketiga adalah kemampuan fungsional dengan menggunakan DDST.
Hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.3 bawah ini, bahwa ada peningkatan pada
motorik kasar.
Terapi 1 (20 september 2016)
Tanggal lahir : 6 agustus 2015
Tanggal terapi awal : 30 agustus 2016
Kemudian dibalik
2015-08-06
2016-08-30 -
1 -00-24
Jadi, umur pasien 1 tahun 24 hari
‫ ؞‬pasien mengalami keterlambatan pada sektor motorik kasar untuk merangkak,
berdiri dengan pegangan, bangkit untuk berdiri,bangkit terus duduk,berdiri 2
detik, dan berdiri sendiri.
‫ ؞‬pasien mengalami keterlambatan pada sektor halus seperti : mengamati manic-
manik, mengambil 2 kubus, membentuk 2 kubus yang dipegang, memasukkan
kubus yang dicangkir dan mencoret-coret.
‫ ؞‬pasien mengalami keterlambatan pada sektor personal-sosial, seperti :
menyatakan keinginan dan meniru kegiatan.
Terapi 6
‫ ؞‬pasien mengalami keterlambatan pada sektor motorik kasar untuk berdiri sendiri
dan berjalan sendiri.
‫ ؞‬pasien mengalami keterlambatan pada sektor halus seperti : mengamati manic-
manik, mengambil 2 kubus, membentuk 2 kubus yang dipegang, memasukkan
kubus yang dicangkir dan mencoret-coret.
‫ ؞‬pasien mengalami ketrrlambatan pada sektor personal-sosial, seperti :
menyatakan keinginan dan meniru kegiatan.
Bukti ilmiah : “Ibu yang didampingi saat anak terapi memiliki dampak kurang
efektifnya anak saat menerima rangsang stimulasi dari seorang terapi. Dalam hal
lain efektif pemberian terapi bukan hanya dari dalam diri psien melainkan dari
banyak hal, seperti : lingkungan.”

44
Bersumber dari :[Wang P-J, Morgan GA, Hwang A-W, et al. Do maternal
interactive behaviors correlate with developmental outcomes and mastery
motivation in toddlers with and without motor delay? Phys Ther. 2014;94:1744 –
1754.] © 2014 American Physical Therapy Association Published Ahead of Print:
August 21, 2014 Accepted: August 11, 2014 Submitted: November 18, 2013

45
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pasien An Affan berusia 13 bulan setelah diberikan terapi sebanyak 6 kali,
maka hasilnya adalah sebagai berikut :
1) Adanya peningkatan kekuatan otot
2) Pemeriksaan sensibilitas masih sama.
3) Adanya peningkatan aktivitas fungsional pada sektor motorik kasar.
B. Saran
1. Sebaiknya tim rehabilitasi saling bekerja sama untuk mencapai tujuan baik
jangka panjang maupun jangka pendek.
2. Mengajarkan keluarga tentang hal-hal yang diperlukan untuk mendukung
kesuksesan terapi dan memberikan informasi tentang keadaan pasien saat
ini dan memberikan pengetahuan tentang hal-hal yang harus dan tidak
boleh dilakukan kepada pasien.
3. Untuk fisioterapi
Diharapkan fisioterapi untuk lebih mengetahui betul dan memahami
tentang kasus “delay development” sebelum memberikan tindakan terapi
agar terapi yang dilakukan dapat memberikan dampak perbaikan yang
signifikan.
C. Edukasi
Orang tua pasien disarankan di rumah untuk mengulangi PR (terapi yang
dainjurkan terapis) yang telah diberikan.

46
DAFTRA PUSTAKA
Apriyani, A, N. 2013.Penatalaksanaan fisioterapi Pada Kondisi Delay
Development Di Yayasan Pendidikan Anak Cacat Surakarta. KTI. Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Bobath, K. 1966. The Motor Defisit in Patient with Cerebral Palsy. Philadelpia:
William Heinemann Medical Books Ltd.
Khan & Underhill. 2006. Physical Therapy Services in The Developmental
Dissabilitie. USA: Charles Thompson Publisher. Kisner, C & Colby, A.L.
2007. Exercise Therapy. 5nd ed. USA: F.A. Davis Company. P:68.
Luklukningih, Z. 2009. Sinopsis Fisioterapi Untuk Terapi Latihan. Mitra
Cendikia: Yogyakarta.
Trisnowiyanto, B. 2012.Instrument Pemeriksaan fisioterapi. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Wahyono, Y. 2008.Makalah Pelatihan Nasional Pediatri, Pendekatan metode
NDT Pada Anak Dengan Gangguan Neurologis. Surakarta.
Waspada, E. 2010.FT Pediatri II Surakarta. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

47

Anda mungkin juga menyukai