Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bayi lahir dalam tahap perkembangannya akan mempelajari beberapa kemampuan penting
menurut tahap berkelanjutan yang dapat diperkirakan dengan peranan motivasi, pengajaran
dan dukungan selama pertumbuhannya. Kemampuan-kemampuan tersebut dikenal sebagai
tahapan perkembangan.

Perkembangan yang terlambat (developmental delay) adalah ketertinggalan secara signifikan


pada fisik, kemampuan kognitif, perilaku, emosi, atau perkembangan sosial seorang anak bila
dibandingkan dengan anak normal seusianya. Seorang anak dengan developmental delay akan
tertunda dalam mencapai satu atau lebih perkembangan kemampuannya.

Delay development merupakan keadaan yang terjadi pada masa perkembangan dalam
kehidupan anak (lahir hingga usia 18 bulan). Ciri khasnya biasanya adalah fungsi intelektual
yang lebih rendah daripada anak seusianya disertai hambatan dalam berkomunikasi yang
cukup berarti, keterbatasan kepedulian terhadap diri sendiri, keterbatasan kemampuan dalam
pekerjaan, akademik, kesehatan dan keamanan dirinya.

Delay Development adalah bagian dari ketidakmampuan mencapai perkembangan sesuai usia,
dan didefinisikan sebagai keterlambatan dalam dua bidang atau lebih perkembangan motor
kasar atau motor halus, bicara/berbahasa, kognisi, personal/sosial dan aktifitas sehari-hari.
Istilah ini digunakan bagi anak yang berusia kurang dari lima tahun. Permasalahan yang
timbul pada kasus Delay Development setiap penyimpangan atau hambatan terhadap proses
pertumbuhan dan perkembangan dapat mengakibatkan gangguan tumbuh kembang dan cacat.

Delay Development adalah ketertinggalan secara signifikan pada fisik, kemampuan kognitif,
perilaku, emosi, atau perkembangan sosial, seorang anak bila dibandingkan dengan anak
normal seusianya. Seorang anak dengan Delay Development akan tertunda dalam mencapai
satu atau lebih perkembangan kemampuannya (Anonim, 2012).

1
1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, rumusan masalah yang diambil adalah bagaimana
penatalaksanaan fisioterapi pada kasus Delay Development. Permasalahan yang
timbul kasus Delay Development Setiap penyimpangan atau hambatan terhadap
proses pertumbuhan dan perkembangan dapat mengakibatkan gangguan tumbuh
kembang dan cacat.

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan umum:
Untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam mempelajari,
mengidentifikasi masalah-masalah, menganalisa dan mengambil kesimpulan
tentang kasus development delay.
Tujuan khusus:
Untuk mengetahui penatalaksanaan fisioterapi yang tepat pada kasus Delayed
Devlopment.

1.4 Manfaat Penulisan

2. Bagi penulis
Dapat lebih mengenal tentang Delayed Devlopment sehingga dapat menjadi
bekal bagi penulis.
3. Fisioterapi
Untuk dapat memberikan wawasan bagi fisioterapi akan memberikan
intervensi yang sama efektif dan efesien. Makalah ini diharapkan dapat
dijadikan sebagai bahan masukan bagi fisioterapis dalam menangani kasus
Delayed Devlopment.
4. Bagi pasien dan masyarakat
Dapat memberikan informasi yang benar kepada pasien, keluarga, masyarakat
sehingga dapat lebih mengenal dan mengetahui gambaran tentang Delayed
Devlopment.

2
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Tumbuh Kembang

Tercapainya tumbuh kembang yang optimal tergantung pada potensi biologik.


Tingkat tercapainya potensi biologik seseorang merupakan hasil interaksi antar faktor
genetik, biologis, fisik dan psikososial. Proses yang unik ini dan hasil akhir yang
berbeda-beda memberikan ciri tersendiri pada setiap anak ( Igan, 2014).

2.1.1 Defenisi tumbuh kembang

Pertumbuhan dan perkembangan adalah mencakup dua aspek yang berbeda tetapi
saling berkaitan dan sulit di pisahkan.

Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah,


ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan
ukuran berat, ukuran panjang, umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi
kalsium dan nitrogen tubuh) (Soetjiningsih, 2005).

Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam


struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan
dapat diperhitungkan, sebagai hasil dari proses pematangan (Soetjiningsih, 2005) .

2.1.2 Tahap tumbuh kembang anak

Dalam perkembangan anak terdapat masa kritis, dimana diperlukan rangsangan

atau stimulasi yang berguna agar potensi berkembang, sehingga perlu mendapat

perhatian. Perkembangan psiko-sosial sangat dipengaruhi lingkungan dan interaksi

antara anak dengan orang tuanya atau orang dewasa lainnya. Perkembangan anak akan

optimal bila interaksi sosial diusahakan sesuai dengan kebutuhan anak pada berbagai

3
tahap perkembangannya, bahkan sejak bayi masih didalam kandungan. Sedangkan

lingkungan yang tidak mendukung akan menghambat perkembangan anak

(Soetjinigsih, 1995).

Frankendburg dkk (1981) melalui DDST (Denver Developmental Screening Test)

mengemukakan 4 parameter perkembangan yang dipakai dalam menilai

perkembangan anak balita, yaitu :

a) Personal sosial (kepribadian atau tingkah laku)

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan

berinteraksi dengan lingkungannya.

b) Fine motor adaptive (gerakan motorik halus)

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu,

melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh saja dan dilakukan

otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat. Misalnya

kemampuan untuk mengambar, memegang sesuatu benda, dll.

c) Language (bahasa)

Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti perintah

dan berbicara spontan.

d) Gross motor (perkembangan motorik kasar)

Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.

Pada anak dengan Development Delay dibagi menjadi beberapa tahapan

keterlambatan perkembangan, diantaranya adalah tahapan perkembangan fisik,

perkembangan motorik kasar dan halus, perkembangan kognitif, perkembangan

personal sosial, dan perkembangan bicara dan bahasa (Soetjiningsih, 1995).

4
1) Tahap Perkembangan Motorik Halus dan Kasar

Proses perkembangan motorik dimulai sejak bayi baru lahir sampai menjadi manusia

dewasa yang berlangsung secara berkesinambungan dari satu tahap ke tahap

berikutnya. Keterampilan sederhana tercapai sebelum keterampilan yang lebih

kompleks dikuasai. Gerakan yang bersifat umum dan tidak teratur menjadi gerakan

yang spesifik dan bertujuan. Perkembangan motorik merupakan proses yang telah

terprogram secara genetik (Kamarul, 2000).

Perkembangan motorik adalah suatu proses gerak yang langsung melibatkan otot-otot

untuk bergerak dan proses persyarafan yang menjadikan seseorang mampu

menggerakkan tubuhnya (Sukamti, 2000).

Keterampilan motorik ini dapat dikelompokkan menurut ukuran otot-otot dan bagian-

bagian yang terkait, yaitu keterampilan motorik kasar (gross motor skill) dan

keterampilan motorik halus (fine motor skill) (Desmita, 2005).

a) Keterampilan motorik kasar

Keterampilan motorik kasar (gross motor skill), merupakan keterampilan gerak

yang menggunakan otot-otot besar, kecermatan gerakan bukan merupakan

suatu hal yang penting akan tetapi koordinasi yang halus dalam gerakan hal

yang paling penting. Motorik kasar meliputi melompat, melempar, berjalan, dan

meloncat.

b) Keterampilan motorik halus

Keterampilan motorik halus (fine motor skill) merupakan keterampilan yang

memerlukan kontrol dari otot-otot kecil dari tubuh untuk mencapai tujuan dari

5
keterampilan. Secara umum, keterampilan motorik halus meliputi koordinasi mata

dan tangan keterampilan ini membutuhkan kecermatan yang tinggi.

Secara garis besarnya, urutan perkembangan keterampilan motorik ini mengikuti

dua prinsip yaitu:

1) Prinsip cephalocaudal (dari kepala ke ekor), menunjukkan urutan

perkembangan, dimana bagian atas badan lebih dahulu berfungsi dan terampil

digunakan sebelum bagian yang lebih rendah. Bayi terlebih dahulu belajar

memutar kepalanya sebelum belajar menggerakkan kaki dengan sengaja, dan

mereka belajar menggerakkan tangannya sebelum mereka belajar

menggerakkan kaki.

2) Prinsip proximodistal (dari dekat ke jauh), menunjukkan perkembangan

keterampilan motorik, dimana bagian tengah badan lebih dahulu terampil

sebelum bagian-bagian di sekelilingnya atau bagian yang lebih jauh. Bayi

belajar melambaikan keseluruhan lengannya sebelum belajar menggoyangkan

pergelangan tangan dan jari-jarinya.

6
Perkembangan motorik kasar sesuai dengan tahapan perkembangan bayi secara

normal :

Tabel 2.3 Perkembangan Motorik Kasar (Anonim, 2014)

Umur Perkembangan Motorik Kasar


0-4 minggu Didominasi posisi fleksi.

1-2 bulan 1) Posisi fleksi sedikit menurun.


2) Mampu mengangkat kepala sendiri (15-45º).

3 bulan Mampu mengangkat kepala 45 º secara bagus

4 bulan Mampu menumpu dengan kedua lengan dan berusaha


mengangkat kepala.

5 bulan Tengkurap dan terlentang secara mandiri.


6 bulan Terlentang dan tengkurap dengan bagus.

7-8 bulan Mampu duduk sendiri kemudian mengambil posisi ongkang-


ongkang dan bertahan sebentar.

9-11 bulan 1) Sudah dapat duduk sendiri.


2) Sudah dapat berdiri dengan berpegangan.

12 bulan Mampu berdiri sendiri dan berjalan sambil berpegangan


(ditetah).
13-15 Sudah bisa berjalan dengan “high guard”.
bulan
17-19 bln Sudah bisa berlari
24 bulan 1) Mampu melompat dengan dua kaki sekaligus.

2) Sudah bisa naik turun tangga.

3 tahun Sudah bisa berjalan dengan sempurna.

7
Perkembangan motorik halus sesuai dengan perkembangan bayi secara normal:
Tabel 2.4 Perkembangan Motorik Halus (Anonim, 2014)

Umur Perkembangan Motorik Halus


0-4 minggu Gerak didominasi oleh refleks primitif yaitu refleks moro,
grasping, tonic neck (ATNR).

1-2 bulan 1) Sudah bisa melihat pada jarak dekat 10-20 cm dengan
mengikuti gerak cahaya.
2) Refleks primitif masih ada.
3 bulan Menghisap jari.

4 bulan Bermain dengan mulut.

5 bln Mampu bermain-main dengan kedua tangannya

6 bulan Mampu bermain-main dengan tangan secara bergantian.

7-8 bulan Bermain dengan tangan, terkadang melemparkan mainan.

9-11 bulan Melempar mainan.

12 bulan Bermain dengan menggunakan tangan dengan baik.

13-15 bulan Mengambil benda dengan menjimpit.

17-19 bulan 1) Umur Sudah bisa menutup dan membuka botol.

2) Suka membuka buku-buku.


24 bulan Mampu menyusun balok 2-7 buah

3 thn Mampu meniru garis tegak, garis lurus dan lingkaran

Faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan perkembangan motorik pada anak

(Soetjiningsih,1995) :

a) Faktor familial

Keterlambatan perkembangan dapat merupakan faktor keturunan. Pada

keluarga tersebut perkembangan motorik rata-rata lambat.

8
b) Faktor lingkungan

Keterlambatan perkembangan motorik disebabkan kurangnya stimulasi dan

latihan. Anak yang tidak mendapat kesempatan untuk belajar, misalnya anak

yang terus digendong atau ditaruh di baby walker terlalu lama.

c) Faktor gizi

Anak yang kegemukan akan terlambat berjalan karena kekhawatiran orang

tuanya, sedangkan anak kurang gizi terlambat berjalan karena kelemahan otot

dan kekurangan tenaga.

d) Kelainan tonus otot

Hipertonia dan hipotonia akan menyebabkan perkembangan motorik

terlambat. Anak dengan palsy serebral, sering terjadi keterbatasan

perkembangan motorik. Kelemahan tendon dan kelainan pada sumsum tulang

belakang (gross spinal defects), sering disertai dengan keterlambatan

motorik.

2) Tahap Perkembangan Psikososial

Perkembangan psikososial berhubungan dengan perubahan perasaan atau emosi dan

kepribadian serta bagaimana individu berhubungan dengan orang lain. Sebagaimana

telah dijelaskan diatas, masa bayi adalah masa ketika anak-anak mulai belajar berjalan,

berfikir, berbicara, dan merasakan sesuatu. Tingkah laku sosial diartikan bagaimana

seorang anak bereaksi terhadap orang-orang disekitarnya, pengaruh hubungan itu pada

dirinya dan penyesuaian dirinya terhadap lingkungan (Suryanah, 1996).

Dalam pemenuhan kebutuhannya bayi masih sangat tergantung pada pengasuhnya,

namun bukan berarti mereka sama sekali pasif. Sebab, sejak lahir, pengalaman bayi

9
semakin bertambah dan berpartisipasi aktif dalam perkembangan psikososialnya

sendiri, mengamati dan berinteraksi dengan orang-orang disekitarnya.

Sebagai bayi yang sedang tumbuh menjadi lebih dewasa, memiliki kedekatan dan

keterikatan emosional dengan orang-orang yang penting dalam hidupnya. Hal ini

terlihat misalnya, bayi menangis ketika didekati oleh orang-orang yang tidak

dikenalnya, dan menyambut hangat kedatangan ibu atau bapaknya. Bayi juga

berpartisipasi dalam menjalin hubungan dengan cara yang lebih halus, seperti ikut

bermain bersama saudaranya yang lebih tua. Lebih dari itu, bayi juga menyatakan

perasaan atau kebutuhannya dengan cara-cara yang membingungkan. Misalnya, ketika

orang tuanya memberikan makanan tertentu, bayi menolak. Tetapi ketika makanan

tersebut diberikan oleh seorang baby sister, bayi akan menerimanya dengan perasaan

senang.

Perilaku demikian menunjukkan adanya dua tema utama dalam perkembangan

psikososial selama masa bayi, yaitu kepercayaan dan otonomi. Bayi mempelajari apa

yang diharapkan dari orang-orang yang penting dalam hidupnya. Mereka

mengembangkan suatu perasaan mengenai siapa yang mereka senangi atau yang tidak

mereka senangi dan makanan apa yang mereka sukai atau tidak (Seifert dan Hoffnung,

1994).

Dalam uraian berikut akan dikemukakan beberapa hal penting yang berkaitan dengan

perkembangan psikososial pada bayi, diantaranya emosi dan tempramen.

a) Perkembangan Emosi

Keadaan emosional merupakan suatu reaksi kompleks yang mengait satu tingkat

tinggi kegiatan dan perubahan-perubahan secara mendalam, serta dibarengi perasaan

10
yang kuat atau disertai keadaan afektif (Chaplin, 2000). Jadi, emosi dapat diartikan

sebagai perasaan atau afeksi yang melibatkan kombinasi antara gejolak fisiologis

(seperti denyut jantung yang cepat) dan perilaku yang tampak (seperti senyuman atau

ringisan).

Ekspresi berbagai emosi tersebut mempunyai peranan yang sangat penting bagi

perkembangan anak. Diantaranya 3 fungsi utama ekspresi emosi bayi yaitu :

1) Adaptasi dan kelangsungan hidup, berbagai ketakutan adalah bersifat adaptif,

karena ada kaitan yang jelas antara gejolak perasaan dengan kemungkinan

bahaya.

2) Regulasi, berkaitan dengan fungsi pengaturan, emosi mempengaruhi informasi

yang diseleksi anak-anak dari dunia persepsi dan perilaku yang mereka

perlihatkan.

3) Komunikasi, anak-anak menggunakan emosi untuk menginformasikan pada

orang lain tentang perasaan-perasaan dan kebutuhan-kebutuhannya.

b) Perkembangan Tempramen

Tempramen merupakan salah satu dimensi psikologis yang berhubungan dengan

aktivitas fisik dan emosional serta merespons. Berikut adalah tahap-tahap

perkembangan psikososial bayi secara normal :

11
Tabel 2.9 Perkembangan Psikososial (Anonim, 2014)

Umur Perkembangan Psikososial


1-2 bln Reaksi terhadap senyuman.

3-4 bln Bisa mengoceh.

5 bln Bisa memegang benda atau mainan.

6 bln Bisa mengenal orang.

7-8 bln Mampu bermain ciluk baa.

9-11 bln Bisa tepuk tangan.


12 bln Mampu memberikan mainan pada ibu atau bapak.
13-15 bln Mulai mengenal lingkungan.

17-19 bln Bisa mengenali beberapa bagian tubuh.

24 bln Mampu menyebutkan namanya bila ditanya.

3 thn 1) Mampu meniru kegiatan orang dewasa.

2) Mampu bermain bersama dengan teman.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan psikososial antara lain

(Soetjiningsih, 1995) :

a) Stimulasi

Stimulasi merupakan hal yang penting dalam tumbuh kembang anak. Anak

yang mendapat stimulasi yang terarah dan teratur akan lebih cepat berkembang

dibandingkan dengan anak yang kurang atau tidak mendapat stimulasi.

b) Motivasi belajar

Motivasi belajar dapat ditimbulkan sejak dini, dengan memberikan lingkungan

yang kondusif untuk belajar.

12
c) Ganjaran ataupun hukuman yang wajar

Kalau anak berbuat benar, maka wajib bagi kita member ganjaran, misalnya

pujian, tepuk tangan dan sebagainya. Sehingga menimbulkan motivasi yang

kuat bagi anak untuk mengulangi tingkah lakunya. Sedangkan menghukum

dengan cara-cara yang wajar kalau anak berbuat salah, yang penting hukuman

harus diberikan secara obyektif disertai pengertian dan maksud dari hukuman

tersebut. Sehingga anak tahu mana yang baik dan yang tidak baik, akibatnya

menimbulkan rasa percaya diri pada anak yang penting untuk perkembangan

kepribadian anak kelak.

d) Kelompok sebaya

Untuk proses sosialisasi dengan lingkungannya anak memerlukan teman

sebaya. Tetapi perhatian dari orang tua tetap dibutuhkan untuk memantau

dengan siapa anak tersebut bergaul.

e) Cinta dan kasih sayang

Anak memerlukan kasih sayang dan perlakuan adil dari orang tuanya. Agar

kelak menjadi anak yang tidak sombong dan bisa memberikan kasih sayangnya

pula kepada sesama.

f) Kualitas interaksi anak dengan orang tua

Interaksi timbal balik antara anak dan orang tua, akan menimbulkan keakraban

dalam keluarga.

13
3) Tahap Perkembangan Bicara dan Bahasa

Bicara merupakan salah satu alat komunikasi yang paling efektif. Semenjak anak

masih bayi sering kali menyadari bahwa dengan mempergunakan bahasa, tubuh dapat

terpenuhi kebutuhannya (Mulyani dkk, 2006).

Kemampuan berbahasa merupakan indikator seluruh perkembangan anak. Karena

kemampuan berbahasa sensitif terhadap keterlambatan atau kerusakan pada sistem

lainnya, sebab melibatkan kemampuan kognitif, sensori motor, psikologis, emosi, dan

lingkungan disekitar anak. Seorang anak tidak akan mampu berbicara tanpa dukungan

dari lingkungannya. Mereka harus mendengar pembicaraan yang berkaitan dengan

kehidupannya sehari-hari maupun pengetahuan tentang dunia. Mereka harus belajar

mengekspresikan dirinya, membagi pengalamannya dengan orang lain dan

mengemukakan keinginannya (Soetjiningsih, 1995).

Tahap perkembangan berbicara dan berbahasa pada anak normal diantaranya:

Tabel 2.10 Perkembangan Bicara dan Berbahasa (Anonim, 2014)

Perkembangan bicara dan bahasa


Umur
3 bulan Sudah bisa mengoceh.

4 bulan Mampu mendengar suara kertas diremas dan bermain bibir sambil
mengeluarkan air liur

5-6 bln Mampu mengenal suara orang.

9-11 bln Mampu mengeluarkan suara ma..ma..ta..ta..da..da..

12 bln Mampu mengucapkan satu kata atau lebih dan tahu artinya.

13-15 bln Mampu berbicara satu kata.


24 bulan Mampu menjawab dengan kalimat dua kata.

3 tahun Mampu bertanya dngn memakai kata apa, siapa, dan dimana.

14
Anak yang sedang belajar berbicara, akan mengamati dengan seksama wajah lawan

bicaranya dan gerakan-gerakan yang dilakukannya sampai pada dimana saat petunjuk

visual menjadi tidak penting, yang menandakan peningkatan dalam memahami sinyal

lisan pendengaran (Soetjiningsih, 1995).

Keterampilan mengartikulasikan suara juga mengikuti pola tertentu. Yang pertama

muncul adalah suara yang paling mudah dan paling gampang. Penyebab kelainan

berbahasa bermacam-macam yang melibatkan berbagai faktor yang dapat saling

mempengaruhi, antara lain kemampuan lingkungan, pendengaran, kognitif, fungsi

saraf, emosi psikologis dan lain sebagainya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa diantaranya adalah :

a) Perkembangan bahasa yang lambat dapat bersifat familial. Oleh karena itu harus

dicari dalam keluarganya apakah ada yang mengalami keterlambatan bicara juga.

Disamping itu, kelainan bicara juga lebih banyak pada anak laki-laki daripada

perempuan, maturasi dan perkembangan fungsi verbal hemisfer kiri lebih baik.

Sedangkan pada laki-laki perkembangan hemisfer kanan yang lebih baik yaitu

untuk tugas yang abstrak dan memerlukan keterampilan.

b) Lingkungan sosial anak

Interaksi antar personal merupakan dasar dari semua komunikasi dan

perkembangan bahasa. Lingkungan yang tidak mendukung akan menyebabkan

gangguan bicara dan bahasa pada anak.

15
c) Sistem masukan atau input

Pendengaran merupakan alat yang penting dalam perkembangan bicara. Gangguan

bicara juga terdapat pada tuli oleh karena genetik dan metabolik. Pola bahasa juga

akan terpengaruh pada anak dengan gangguan penglihatan yang berat.

d) Sistem pusat bicara dan bahasa

Kelainan susunan saraf pusat akan mempengaruhi pemahaman, interpertasi,

formulasi, dan perencanaan bahasa, juga pada aktifitas dan kemampuan intelektual

dari anak. Gangguan komunikasi biasanya merupakan bagian dari retardasi mental.

1.2.Definisi delay development

Delay Development adalah bagian dari ketidakmampuan mencapai perkembangan


sesuai usia, dan didefinisikan sebagai keterlambatan dalam dua bidang atau lebih
perkembangan motor kasar atau motor halus, bicara/berbahasa, kognisi,
personal/sosial dan aktifitas sehari-hari. Istilah ini digunakan bagi anak yang berusia
kurang dari lima tahun (Dewanti, dkk, 2012).

Menurut Depkes (2006) keterlambatan tumbuh kembang adalah kelainan pada


anak yang meliputi kelainan tumbuh dan kembang maupun keduanya. Setiap
penyimpangan atau hambatan terhadap proses pertumbuhan dan
perkembangan dapat mengakibatkan gangguan tumbuh kembang dan cacat.

2.3 Etiologi development delay

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya development delay pasien yaitu
faktor internal meliputi faktor keturunan dan faktor kondisi pasien dan faktor
eksternal meliputi pengetahuan ibu, kelahiran, gizi, toksin, status sosial ekonomi,
stimulasi dan psikologis.

16
2.4 Patologi development delay

Development delay disebabkan karena kurangnya suatu rangsangan. Padahal


rangsangan harus diberikan sedini mungkin dan sesering mungkin untuk
meningkatkan perkembangan agar lebih cepat berkembang dan lebih terarah (Laurent
& Reader, 2007).

Selain itu pada dasarnya bayi lahir mempunyai reflek primitif yang akan menghilang
pada usia tertentu, menetapnya reflek primitif pada usia tertentu menunjukkan bahwa
terjadi suatu gangguan perkembangan seperti keterlambatan perkembangannya (
Igan, 2014).

Keterlambatan perkembangan juga bisa disebabkan karena hipotonus otot tubuh yang
terlibat dan gangguan kontrol kepala. Dengan terganggunya kontrol kepala maka
akan berakibat pada gangguan yang selanjutnya, seperti kontrol gerak, gangguan
kontrol postur (Soetomenggali, 2000).

2.5 Tanda dan gejala

Dimulai dari tidaknya adanya hypotonus otot, gangguan kontrol kepala dan anak
belum bisa melakukan aktivitas sesuai usia perkembangannya. Misalnya anak belum
bisa mengontrol kepala dengan sempurna pada usia 24-28 minggu, duduk dilantai (5-
10 menit) pada usia 44-48 minggu, merangkak pada usia 52-56 minggu, berjalan
sendiri atau dititah pada usia 18-21 bulan. Kemudian dilakukan pemeriksaan DDST
anak mengalami development delay (Soetomenggali, 2000).

2.6 Prognosis

Development Delay memiliki kemungkinan penyebab yang beraneka ragam.


Keterlambatan perkembangan dapat terjadi pada otak anak saat otak terbentuk pada
masa gestasi. Penyebab yang mungkin antara lain: lahir premature, kelainan genetic
dan herediter, infeksi, tetapi seringkali penyebab development delay tidak dapat
ditentukan. Secara umum, perjalanan penyakit development delay tidak memburuk
17
seiring dengan waktu pertumbuhan anak.

2.7 Deskripsi Problematika Fisioterapi

Berdasarkan International clasification of function (ICF) problematik fisioterapi


dibagi menjadi tiga yaitu impairment, functionl limitasi, dan participan restrcition.
Problematika fisioterapi yang terjadi pada anak dengan kondisi development delay
adalah:
1. Impairment
Merupakan gangguan kapasitas fisik yang berhubungan dengan aktifitas
fungsional dasar. Impairment yang biasa terjadi pada anak development delay
adalah (1) adanya hipotonus otot, (2) adanya gangguan kontrol kepala, (3)
gangguan kontrol gerak dan (4) adanya reflek yang abnormal.

2. Functionl limitasi
Merupakan hambatan seseorang dalam melakukan aktifitas fungsional dasar
bagi dirinya sendiri. Functionl limitasi yang biasa terjadi pada anak delay
development adalah anak belum mampu berdiri dan berjalan sesuai dengan usia
perkembangannya.

3. Participan restrcition
Merupakan keterbatasan seseorang dalam melakukan aktifitas dalam
berinteraksi dengan teman-teman di lingkungan sekitar rumahnya.

2.8 Teknologi Intervensi Fisioterapi

Berdasarkan kajian problematika fisioterapi yang telah dipaparkan, maka penulis


menggunakan teknologi intervensi berupa neurostructure, mobilisasi trunk, dan latihan
gerak fungsional.

18
2.8.1 Neuro structure

Konsep Neuro Structure adalah suatu pendekatan untuk kasus atau kondisi neurologi
untuk menghubungkan brain dengan body, berdasarkan perkembangan biologi,
psikologi, neuro, sosio dan kognitif pasien. Prinsip NS berdasarkan reflex alam yaitu,
centering, grouunding, stability, balancing, gravitasi dan righting. Yang bermanfaat
untuk membuka gerbang sensoris anak, menghilangkan ketegangan tendon guard
refleks, struktur tubuh, serta mengaktifkan kerja receptors yang berhubungan dengan
sentuhan dan tekanan (Takarini, 2013).

Posisi pasien : (a) pasien tidur terlentang, (b) miring kanan, (c) miring kiri .
Posisi terapis : berada di dekat pasien
Pelaksanaan :
a) Posisi terlentang terdiri dari:
• Usapan lembut dengan penekanan pada sendi sendi dimulai dari arah
proksimal ke distal. Dimulai dengan menyentuh area wajah, mata,
telinga, kemudian leher lalu shoulder, elbow, wrist kemudian kembali
lagi keatas sampai menyentuh bahu, dada, pelvic lalu menuju ke distal
yakni paha, lutut kemudian ankle diulangi sampai 3 x.
• Usapan bintang, usapan bergelombang ke arah bintang, usapan angka
1, usapan angka 8, contra stretch (badan, lengan, tungkai), tendon
guard badan
b) Posisi miring terdiri dari:
Usapan pada trunk, myiofasial sepanjang punggung, kontra stretch, usapan
c) Telungkup terdiri dari:
Usapan seluruh badan (ujung kepala sampai ujung kaki), usapan bintang,
usapan angka 1, usapan angka 8, kontra strech, myofasial punggung

2.8.2 Mobilisasi trunk


Merupakan gerakan atau aktifitas yang diberikan baik pasif maupun aktif ke seluruh
luas gerak tubuh (fleksi, ekstensi, side fleksi dan rotasi trunk) yang bertujuan untuk
memperbaiki kontraksi otot-otot trunk untuk mencapai fleksibilitas trunk yang

19
diharapkan dapat memperbaiki postur yang cenderung kifosis pada anak. Pada akhir
gerakan pasif dapat disertai dengan pemberian stretching dan elongasi.
Posisi pasien : duduk kaki pasien lurus
Posisi terapis: dibelakang pasien
Pelaksanaan :
 Pegangan dibawah axilla dari shoulder kanan hingga kiri menggunakan
lengan kanan dan sebaliknya.
 Pengangan lain secara contralateral pada pelvic
 Lakukan gerakan traksi, side flexi ke kanan dan kiri, rotasi ke kanan
dan kiri dengan sedikit strech dengan 10 hitungan dan 3 kali
pengulangan.

2.8.3 Latihan gerak fungsional


Latihan gerak fungsional yang dilakukan merupakan serangkaian latihan gerak berupa
latihan gerak fungsional seperti duduk, berdiri maupun berjalan. Latihan ini meliputi
latihan berguling, merayap, jongkok ke berdiri, berlutut ke berdiri. Latihan dapat
dilakukan 10 menit

2.8.4 Latihan perseptual

Latihan perseptual bertujuan menstimulasi motorik anak sehingga menghimpun


informasi yang datang dengan informasi yang disimpan yang menuntun pada respon
gerakan. Adapun latihannya meliputi merangkak, on hand, on elbow, berdiri tegak,
jongkok berdiri.

2.8.5 Latihan koordinasi

Koordinasi adalah kemampuan otot dalam mengontrol gerak dengan tepat agar dapat
mencapai suatu fungsi khusus (Grana dan Kalenak, 1991:253). Latihan koordinasi
meliputi duduk bersimpuh, berdiri dengan lutut dan lain-lain.

20
2.8.6. Latihan penguatan

Dalam kasus ini latihan penguatan ditujukan pada penguatan otot perut dan gluteus.
Latihannya berupa sit up dan bridging

2.8.7 Stimulasi berdiri

Untuk mengajarkan cara berdiri yang benar


Posisi pasien : pasien tidur telungkup
Posisi terapis : duduk di belakang pasien.
Pelaksanaan: Pegang pelvik hingga pasien ke posisi duduk lalu posisikan pasien ke
posisi jongkok dengan tangan lurus lalu kepala ditundukkan dan angkat bokongnya
lalu badannya perlahan-lahan ditegakkan.

21
BAB III
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI

A. Pengkajian fisioterapi
Tgl Pembuatan Laporan : 20 Mei 2015

Kondisi/kasus : FT A

I. KETERANGAN UMUM

Nama : An. M. Y

Umur : 1tahun 8 bulan

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Bukit Tinggi

II. DATA-DATA MEDIS RUMAH SAKIT


A. DIAGNOSIS MEDIS:
Delayed Development

B. CATATAN KLINIS:
Prenatal: sebelum hamil, ibu terkena CMV dan rubella dan mengkonsumsi obat
selama 3 bulan tapi setelah hamil, ibu berhenti mengkonsumsi obat.
Natal: pasien lahir normal, cukup umur dengan BBL 4kg
Post natal: pasien pernah 4 kali operasi pencernaan.
C. TERAPI UMUM (GENERAL TREATMENT):
Fisioterapi 3 kali seminggu (Senin, Rabu, Jumat)

D. RUJUKAN FISIOTERAPI DARI DOKTER:


Mohon diberikan tindakan fisioterapi pada An M. Y dengan diagnosa delay
development.

22
III. SEGI FISIOTERAPI
A. PEMERIKSAAN
1. ANAMNESIS (HETERO) Tgl: 08 Mei 2015
a. KELUHAN UTAMA:
Anak usia 1tahun 8 bulan belum bisa merangkak, duduk, berdiri dan berjalan
dengan mandiri
b. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG:
Prenatal: sebelum hamil, ibu terkena CMV dan rubella dan mengkonsumsi
obat selama 3 bulan, setelah hamil, ibu berhenti mengkonsumsi obat.
Natal: pasien lahir normal, cukup umur dengan BBL 4 kg
Post natal: pasien pernah 4 kali operasi pencernaan pada usia 2 bulan, 6 bulan
dan 1 tahun. Waktu lahir, pasien tidak mempunyai anus. Kemampuan pasien
saat ini adalah mengangkat kepala dan roling
c. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU:
Demam (-), kejang (-)
d. RIWAYAT PRIBADI:
Pasien anak kedua dari dua bersaudara
e. RIWAYAT KELUARGA:
Tidak ada keluarga yang mengalami penyakit yang sama
f. ANAMNESIS SISTEM:
Sistem Keterangan

Kepala dan Leher Leher cenderung ke arah ekstensi

Kardiovaskuler Normal

Respirasi Normal

Gastrointestinalis Normal

Urogenital Normal

Muskuloskeletal Adanya spasme M. Trapezius

Nervorum Ada gangguan keseimbangan duduk

23
2. PEMERIKSAAN FISIK:

a. TANDA-TANDA VITAL:
1) Denyut nadi : 100 kali/menit
2) Pernafasan : 28 kali/menit
3) Temperatur : 36º C

b. INSPEKSI:
 STATIS (duduk)
 Kepala dan leher : cenderung ekstensi
 Shoulder : protraksi
 Trunk : khyposis.
 Pelvic : posterior tilting.
 Hip : eksorotasi
 Knee : fleksi.
 Ankle : dorsi fleksi
 DINAMIS
Dari posisi terlentang ke miring, pasien menggerakkan kaki, lalu trunk
kemudian bahu tapi kepala tinggal dibelakang.

c. PALPASI:

Spasme pada M. Trapesius

Tonus otot : hipotonus postural

d. PERKUSI:
Tidak dilakukan
e. AUSKULTASI:
Tidak dilakukan
f. GERAKAN DASAR:
a. Gerak Aktif:
Tidak dilakukan, karena pasien belum mengerti instruksi dari terapis

24
b. Gerak Pasif:
LGS Ada/tidak tahanan Endfeel

AGA Full ROM ≠ ada tahanan Springy

Trunk Full ROM ≠ ada tahanan Springy

AGB Full ROM ≠ ada tahanan Springy

c. Gerak Isometrik Melawan Tahanan:


Tidak dilakukan

g. KOGNITIF, INTRA PERSONAL & INTERPERSONAL:


 Kognitif : Tidak dilakukan
 Intra personal : Tidak dilakukan
 Interpersonal : Tidak dilakukan

h. KEMAMPUAN FUNGSIONAL & LINGKUNGAN AKTIFITAS


1) Fungsional Dasar:
Pasien mampu rolling dan angkat kepala. Pasien belum mampu duduk,
berdiri, berjalan mandiri.
2) Fungsional Aktifitas:
Eating : pasien masih memerlukan bantuan
Dressing : pasien masih memerlukan bantuan
Toiletting : pasien masih memerlukan bantuan
3) Lingkungan Aktifitas:
Lingkungan rumah dan rumah sakit mendukung untuk kesembuhan
pasien.

25
3. PEMERIKSAAN SPESIFIK

a) Sensoris
No Pemeriksaan Nilai

1 Auditori 2

2 Visual 2

3 Smell 2

4 Taste 2

5 Touch 2

6 Taktil 1

7 Propioseptic 1

8 Vestibular 1

KETERANGAN:
0 = Tidak berfungsi
1 = Ada gangguan
2 = Normal
Kesimpulan :
Setelah dilakukan pemeriksaan sensoris dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan
taktil, propioseptif dan vestibular bernilai 1 (ada gangguan fungsi).

b) Pemeriksaan refleks
Pemeriksaan reflek berdasarkan tabel reflek untuk umur 1-24 bln.
Kesimpulan: Berdasarkan pemeriksaan tersebut didapatkan hasil berikut:
Babinsky (+), graps tangan dan kaki (±), STNR (±)

c) DDST (Denver Development Screning Test )


a) Personal sosial (kepribadian atau tingkah laku)

Pada aspek ini pasien mengalami keterlambatan sebanyak 13 aspek.

b) Fine motor adaptive (gerakan motorik halus)

Pada aspek ini pasien mengalami keterlambatan sebanyak 14 aspek.

26
c) Language (bahasa)

Pada aspek ini pasien mengalami keterlambatan sebanyak 13 aspek.

d) Gross motor (perkembangan motorik kasar)

Pada aspek ini pasien mengalami keterlambatan sebanyak 15 aspek.

Kesimpulan : Setelah dilakukan pemeriksaan DDST pada pasien dapat disimpulkan


bahwa pasien termasuk dalam kategori Delay. Kemampuan pasien setara dengan anak
usia 4 bulan.

d) Kekuatan otot

Area Nilai otot

AGA X

AGB X

Keterangan : (X) Normal, (O) Tidak kontraksi, (T) Tidak gerak tapi kontraksi,
(R) Reaksi reflek

B. INTERPRETASI DATA/DIAGNOSA FISIOTERAPI

1. PERMASALAHAN KAPASITAS FISIK


Tonus postural : hipotonus
Head control buruk
Gangguan sensoris: taktil, proprioseptik dan vestibular
Aligment: khyposis
Spasme pada M. Trapezius

2. PERMASALAHAN KEMAMPUAN FUNGSIONAL


Pasien mampu mengangkat kepala dan rolling
Pasien belum mampu merangkak, duduk, berdiri dan berjalan

27
C. PROGRAM/RENCANA FISIOTERAPI
1. TUJUAN:
 Jangka pendek:
 Menormalisasi tonus
 Head kontrol
 Koreksi postur
 Memperbaiki sensoris
 Mengurangi spasme M.Trapezius
 Jangka panjang:
 Melanjutkan tujuan jangka pendek
 Memaksimalkan aktifitas fungsional agar pasien mampu
melakukannya dengan mandiri
2. TINDAKAN FISIOTERAPI
a. Teknologi fisioterapi:
• Neurostructure
• Koreksi postur
• Mobilisasi
• Brain gym
• Patterning merayap
• Massage
• Stimulasi berdiri
b. Edukasi:
 Agar orang tua memfasilitasi anak di rumah seperti menyediakan
bola bobath dan standing box.
3. EVALUASI:
Evaluasi sensoris menggunakan tabel sensoris
Evaluasi reflek menggunakan tabel reflek
Evaluasi kemampuan fungsional menggunakan DDST
Evaluasi kekuatan otot menggunakan pengukuran kekuatan otot pada bayi.

28
D. PROGNOSIS
Qua ad vitam : baik
Quo ad sanam : baik
Quo ad fungsionam : sedang
Quo ad cosmeticam : sedang

E. PELAKSANAAN FISIOTERAPI:

1. Neuro structure
Posisi pasien : pasien tidur terlentang, kemudian miring ke kanan dan ke kiri
Posisi terapis : berada disamping pasien
Pelaksanaan :
a) Posisi terlentang terdiri dari:
• Usapan lembut dengan penekanan pada sendi sendi dimulai dari arah
proksimal ke distal. Dimulai dengan menyentuh area wajah, mata,
telinga, kemudian leher lalu shoulder, elbow, wrist kemudian kembali
lagi keatas sampai menyentuh bahu, dada, pelvic lalu menuju ke distal
yakni paha, lutut kemudian ankle diulangi sampai 3 x.
• Usapan lembut ke arah midline tubuh. Letakkan satu tangan 2 cm
dibawah umbilicus (center of gravity ) lalu usapkan hingga ke
proksimal hingga menyentuh incisura jugularis ( sebanyak 3 x usapan )
• Usapan lembut ke arah menyilang ke kanan hingga menyentuh otot
pectoralis mayor ( sebanyak 3 x usapan ).
• Usapan lembut ke arah menyilang ke kiri hingga menyentuh otot
pectoralis mayor ( sebanyak 3 x usapan )
• Usapan lembut ke arah pelvic kiri dan kanan pada pelvic ( sebanyak 3 x
usapan )
• Pertemukan kedua tangan hingga ke bagian posterior / lumbal (
sebanyak 3 x usapan )
• Stimulasi gelombang: berikan usapan pada sisi midline tubuh, sisi
kanan dan sisi kiri, kemudian arah pelvic dengan usapan berbentuk
gelombang ( masing masing 3 x ).

29
• Pertemukan kedua tangan terapis hingga ke bagian belakang ( vertebra
lumbal ).
• stimulasi berbentuk angka delapan: Letakkan satu tangan, 2 cm
dibawah umbilicus lalu berikan usapan dengan arah usapan membentuk
angka delapan dimulai dari sisi medial- lateral – medial dan
membentuk angka delapan pada area midline tubuh, sisi kanan, sisi kiri
kemudian pelvic ( masing masing 3 x ). Pertemukan kedua tangan
hingga ke psoterior ( vertebra lumbal ).
• Stimulasi berupa contrac stretch: Stimulasi berupa contrac stretch
diberikan pada : posisi tidur terlentang, pada sisi anterior (dimulai dari
midline tubuh, anterior dekstra dan antreior sinistra)
b) Posisi miring terdiri dari:
Usapan pada trunk, myiofasial sepanjang punggung, kontra stretch, usapan
c) Telungkup terdiri dari:
Usapan seluruh badan (ujung kepala sampai ujung kaki), usapan bintang,
usapan angka 1, usapan angka 8, kontra strech, myofasial punggung
2. Koreksi postur
Posisi pasien : Long sitting
Posisi terapis : Terapis berada di belakang pasien.
Pelaksanaan : Pasien diposisikan long sitting, kaki diabduksi dan
dorsi fleksi, kedua tangan pasien berada disamping,
tangan terapis memfiksasi di pelvic pasien. Kepala dan
pandangan pasien lurus ke depan.

3. Mobilisasi trunk
Posisi pasien : long sitting kedua tungkai pasien terfiksasi dalam posisi
abduksi dan eversi

Posisi terapis : dibelakang pasien


Pelaksanaan :
 Satu tangan memfiksasi didaerah axilla dari shoulder heterolateral.
Tangan diletakkan di pelvic

30
 Lakukan gerakan traksi, side flexi ke kanan dan kiri, rotasi ke kanan
dan kiri dengan sedikit stretch dengan 10 hitungan dan 3 kali
pengulangan.

4. Head control
Posisi px : tengkurap
Posisi terapis : satu terapis memfiksasi kepala supaya pandangan lurus
kedepan dan terangkat 90 derajat, satu lagi memberi tahanan pada pelvic pasien.
Pelaksanaan : kedua kaki diluruskan, pelvic menempel di matras, kemudian
siku menumpu badan. Trunk diangkat, lalu kepala lurus kedepan ditahan kira-
kira 10 hitungan.

5. Brain gym
Posisi px : tidur terlentang
Posisi terapis : 1 terapis didekat tungkai, 1 lagi dekat tangan
Fiksasi : pada ankle dan wrist pasien
Pelaksanaan :
 Untuk brain gym di kepala, tangan homo lateral memegang leher
dan tangan heterolateral memegang dagu pasien. Kemudian berikan
sedikit traksi leher, lalu gerakkan ke arah latero flexi kiri lalu latero
flexi kanan kemudian rotasi kiri lalu rotasi kanan dan terakhir leher
di flexikan
 Untuk brain gym pada keempat ektremitas: berikan traksi pada
ekstremitas atas dan bawah sebelah kanan, kemudian sebelah kiri
lalu traksi secara kontralateral ( setiap gerakan 8 hitungan dan 3 kali
repetisi)
 Untuk brain gym pada badan: satu tangan terapis memfiksasi pelvic
dengan kedua tangannya, terapis yang lain memfiksasi wrist pasien.
Lakukan traksi ( 8 hitungan dan 3 kali repetisi).
Satu tangan terapis memfiksasi ankle, terapis yang lain memfiksasi
axilla. Lakukan traksi ( 8 hitungan dan 3 kali repetisi)

31
6. Massage pada M. Trapezuis
Posisi pasien: tidur telungkup
Posisi terapis: berada di dekat pasien
Pelaksanaan: teknik yang diberikan antara lain:
1) Effleurage ( 5-6 kali gerakan)
2) Petrisage
3) Kneading
4) Friction

7. Stimulasi merayap
Posisi pasien: tengkurap dengan 2 terapis.
Posisi terapis: dibelakang dan didepan pasien. Fiksasi terapis pada daerah
ankle dan terapis yang lainnya memfiksasi bagian wrist dari pasien.
Pelaksanaan: Gerakan tangan dan kaki ditekuk (flexi elbow dan flexi knee
kearah samping badan pasien) dilakukan 7 kali pengulangan pada setiap gerakan.

8. Stimulasi berdiri

Posisi pasien : pasien tidur telungkup


Posisi terapis : duduk di belakang pasien.
Pelaksanaan: tekuk kedua tungkai pasien hingga pasien dalam keadaan sujud.
Pegang pelvik hingga pasien ke posisi duduk lalu posisikan pasien ke posisi
jongkok dengan tangan lurus lalu kepala ditundukkan dan angkat bokongnya lalu
badannya perlahan-lahan ditegakkan.

32
1. EVALUASI
a) Pemeriksaan sensoris
Sensoris T1 T2 T3 T4
(15-05-15) (18-05-15) (20-05-15) (22-05-15)

Auditori 2 2 2 2

Smell 2 2 2 2

Taste 2 2 2 2

Touch 2 2 2 2

Taktil 1 1 1 1

Propioceptif 1 1 1 1

Vestibular 1 1 1 1

Visual 2 2 2 2

b) Kekuatan otot
MMT T1 T2 T3 T4
(15-05-15) (18-05-15) (20-05-15) (22-05-15)

AGA X X X X

AGB X X X X

c) Pemeriksaan reflek
Pemeriksaan T1 T2 T3 T4
(15-05-15) (18-05-15) (20-05-15) (22-05-15)

Babinsky + + + +

graps tangan ± ± ± ±

Graps kaki ± ± ± ±

STNR ± ± ± ±

d) Pemeriksaan DDST
Kemampuan pasien pada dimensi personal social sebanyak 13 aspek, adaftif-
motorik halus sebanyak 14 aspek, bahasa dan motorik kasar mengalami
keterlambatan sebanyak 15 aspek.

33
2. HASIL TERAPI AKHIR:

Pasien dengan nama An M. Y usia 18 bulan dengan diagnosa development delay


telah mendapatkan terapi sebanyak 4 kali dan didapatkan hasil yaitu :
• Reflek tetap
• Sensoris tetap
• DDST masih tetap
• MMT tetap

34
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Delay Development adalah bagian dari ketidakmampuan mencapai perkembangan sesuai usia,
dan didefinisikan sebagai keterlambatan dalam dua bidang atau lebih perkembangan motor
kasar atau motor halus, bicara/berbahasa, kognisi, personal/sosial dan aktifitas sehari-hari.
Istilah ini digunakan bagi anak yang berusia kurang dari lima tahun. Permasalahan yang
timbul kasus Delay Development Setiap penyimpangan atau hambatan terhadap proses
pertumbuhan dan perkembangan dapat mengakibatkan gangguan tumbuh kembang dan cacat.

Delay Development adalah ketertinggalan secara signifikan pada fisik, kemampuan kognitif,
perilaku, emosi, atau perkembangan sosial, seorang anak bila dibandingkan dengan anak
normal seusianya. Seorang anak dengan Delay Development akan tertunda dalam mencapai
satu atau lebih perkembangan kemampuannya (Anonim, 2012).

Saran

Fisioterapi pada kasus development delayed berperan dalam meningkatkan kemampuan

fungsional agar pasien mampu hidup mandiri sehingga dapat mengurangi ketergantungan

terhadap orang lain (Shapherd, 1995).

35

Anda mungkin juga menyukai