PENDAHULUAN
Bayi lahir dalam tahap perkembangannya akan mempelajari beberapa kemampuan penting
menurut tahap berkelanjutan yang dapat diperkirakan dengan peranan motivasi, pengajaran
dan dukungan selama pertumbuhannya. Kemampuan-kemampuan tersebut dikenal sebagai
tahapan perkembangan.
Delay development merupakan keadaan yang terjadi pada masa perkembangan dalam
kehidupan anak (lahir hingga usia 18 bulan). Ciri khasnya biasanya adalah fungsi intelektual
yang lebih rendah daripada anak seusianya disertai hambatan dalam berkomunikasi yang
cukup berarti, keterbatasan kepedulian terhadap diri sendiri, keterbatasan kemampuan dalam
pekerjaan, akademik, kesehatan dan keamanan dirinya.
Delay Development adalah bagian dari ketidakmampuan mencapai perkembangan sesuai usia,
dan didefinisikan sebagai keterlambatan dalam dua bidang atau lebih perkembangan motor
kasar atau motor halus, bicara/berbahasa, kognisi, personal/sosial dan aktifitas sehari-hari.
Istilah ini digunakan bagi anak yang berusia kurang dari lima tahun. Permasalahan yang
timbul pada kasus Delay Development setiap penyimpangan atau hambatan terhadap proses
pertumbuhan dan perkembangan dapat mengakibatkan gangguan tumbuh kembang dan cacat.
Delay Development adalah ketertinggalan secara signifikan pada fisik, kemampuan kognitif,
perilaku, emosi, atau perkembangan sosial, seorang anak bila dibandingkan dengan anak
normal seusianya. Seorang anak dengan Delay Development akan tertunda dalam mencapai
satu atau lebih perkembangan kemampuannya (Anonim, 2012).
1
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, rumusan masalah yang diambil adalah bagaimana
penatalaksanaan fisioterapi pada kasus Delay Development. Permasalahan yang
timbul kasus Delay Development Setiap penyimpangan atau hambatan terhadap
proses pertumbuhan dan perkembangan dapat mengakibatkan gangguan tumbuh
kembang dan cacat.
Tujuan umum:
Untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam mempelajari,
mengidentifikasi masalah-masalah, menganalisa dan mengambil kesimpulan
tentang kasus development delay.
Tujuan khusus:
Untuk mengetahui penatalaksanaan fisioterapi yang tepat pada kasus Delayed
Devlopment.
2. Bagi penulis
Dapat lebih mengenal tentang Delayed Devlopment sehingga dapat menjadi
bekal bagi penulis.
3. Fisioterapi
Untuk dapat memberikan wawasan bagi fisioterapi akan memberikan
intervensi yang sama efektif dan efesien. Makalah ini diharapkan dapat
dijadikan sebagai bahan masukan bagi fisioterapis dalam menangani kasus
Delayed Devlopment.
4. Bagi pasien dan masyarakat
Dapat memberikan informasi yang benar kepada pasien, keluarga, masyarakat
sehingga dapat lebih mengenal dan mengetahui gambaran tentang Delayed
Devlopment.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
Pertumbuhan dan perkembangan adalah mencakup dua aspek yang berbeda tetapi
saling berkaitan dan sulit di pisahkan.
atau stimulasi yang berguna agar potensi berkembang, sehingga perlu mendapat
antara anak dengan orang tuanya atau orang dewasa lainnya. Perkembangan anak akan
optimal bila interaksi sosial diusahakan sesuai dengan kebutuhan anak pada berbagai
3
tahap perkembangannya, bahkan sejak bayi masih didalam kandungan. Sedangkan
(Soetjinigsih, 1995).
c) Language (bahasa)
4
1) Tahap Perkembangan Motorik Halus dan Kasar
Proses perkembangan motorik dimulai sejak bayi baru lahir sampai menjadi manusia
kompleks dikuasai. Gerakan yang bersifat umum dan tidak teratur menjadi gerakan
yang spesifik dan bertujuan. Perkembangan motorik merupakan proses yang telah
Perkembangan motorik adalah suatu proses gerak yang langsung melibatkan otot-otot
Keterampilan motorik ini dapat dikelompokkan menurut ukuran otot-otot dan bagian-
bagian yang terkait, yaitu keterampilan motorik kasar (gross motor skill) dan
suatu hal yang penting akan tetapi koordinasi yang halus dalam gerakan hal
yang paling penting. Motorik kasar meliputi melompat, melempar, berjalan, dan
meloncat.
memerlukan kontrol dari otot-otot kecil dari tubuh untuk mencapai tujuan dari
5
keterampilan. Secara umum, keterampilan motorik halus meliputi koordinasi mata
perkembangan, dimana bagian atas badan lebih dahulu berfungsi dan terampil
digunakan sebelum bagian yang lebih rendah. Bayi terlebih dahulu belajar
menggerakkan kaki.
6
Perkembangan motorik kasar sesuai dengan tahapan perkembangan bayi secara
normal :
7
Perkembangan motorik halus sesuai dengan perkembangan bayi secara normal:
Tabel 2.4 Perkembangan Motorik Halus (Anonim, 2014)
1-2 bulan 1) Sudah bisa melihat pada jarak dekat 10-20 cm dengan
mengikuti gerak cahaya.
2) Refleks primitif masih ada.
3 bulan Menghisap jari.
(Soetjiningsih,1995) :
a) Faktor familial
8
b) Faktor lingkungan
latihan. Anak yang tidak mendapat kesempatan untuk belajar, misalnya anak
c) Faktor gizi
tuanya, sedangkan anak kurang gizi terlambat berjalan karena kelemahan otot
motorik.
telah dijelaskan diatas, masa bayi adalah masa ketika anak-anak mulai belajar berjalan,
berfikir, berbicara, dan merasakan sesuatu. Tingkah laku sosial diartikan bagaimana
seorang anak bereaksi terhadap orang-orang disekitarnya, pengaruh hubungan itu pada
namun bukan berarti mereka sama sekali pasif. Sebab, sejak lahir, pengalaman bayi
9
semakin bertambah dan berpartisipasi aktif dalam perkembangan psikososialnya
Sebagai bayi yang sedang tumbuh menjadi lebih dewasa, memiliki kedekatan dan
keterikatan emosional dengan orang-orang yang penting dalam hidupnya. Hal ini
terlihat misalnya, bayi menangis ketika didekati oleh orang-orang yang tidak
dikenalnya, dan menyambut hangat kedatangan ibu atau bapaknya. Bayi juga
berpartisipasi dalam menjalin hubungan dengan cara yang lebih halus, seperti ikut
bermain bersama saudaranya yang lebih tua. Lebih dari itu, bayi juga menyatakan
orang tuanya memberikan makanan tertentu, bayi menolak. Tetapi ketika makanan
tersebut diberikan oleh seorang baby sister, bayi akan menerimanya dengan perasaan
senang.
psikososial selama masa bayi, yaitu kepercayaan dan otonomi. Bayi mempelajari apa
mengembangkan suatu perasaan mengenai siapa yang mereka senangi atau yang tidak
mereka senangi dan makanan apa yang mereka sukai atau tidak (Seifert dan Hoffnung,
1994).
Dalam uraian berikut akan dikemukakan beberapa hal penting yang berkaitan dengan
a) Perkembangan Emosi
Keadaan emosional merupakan suatu reaksi kompleks yang mengait satu tingkat
10
yang kuat atau disertai keadaan afektif (Chaplin, 2000). Jadi, emosi dapat diartikan
sebagai perasaan atau afeksi yang melibatkan kombinasi antara gejolak fisiologis
(seperti denyut jantung yang cepat) dan perilaku yang tampak (seperti senyuman atau
ringisan).
Ekspresi berbagai emosi tersebut mempunyai peranan yang sangat penting bagi
karena ada kaitan yang jelas antara gejolak perasaan dengan kemungkinan
bahaya.
yang diseleksi anak-anak dari dunia persepsi dan perilaku yang mereka
perlihatkan.
b) Perkembangan Tempramen
11
Tabel 2.9 Perkembangan Psikososial (Anonim, 2014)
(Soetjiningsih, 1995) :
a) Stimulasi
Stimulasi merupakan hal yang penting dalam tumbuh kembang anak. Anak
yang mendapat stimulasi yang terarah dan teratur akan lebih cepat berkembang
b) Motivasi belajar
12
c) Ganjaran ataupun hukuman yang wajar
Kalau anak berbuat benar, maka wajib bagi kita member ganjaran, misalnya
dengan cara-cara yang wajar kalau anak berbuat salah, yang penting hukuman
harus diberikan secara obyektif disertai pengertian dan maksud dari hukuman
tersebut. Sehingga anak tahu mana yang baik dan yang tidak baik, akibatnya
menimbulkan rasa percaya diri pada anak yang penting untuk perkembangan
d) Kelompok sebaya
sebaya. Tetapi perhatian dari orang tua tetap dibutuhkan untuk memantau
Anak memerlukan kasih sayang dan perlakuan adil dari orang tuanya. Agar
kelak menjadi anak yang tidak sombong dan bisa memberikan kasih sayangnya
Interaksi timbal balik antara anak dan orang tua, akan menimbulkan keakraban
dalam keluarga.
13
3) Tahap Perkembangan Bicara dan Bahasa
Bicara merupakan salah satu alat komunikasi yang paling efektif. Semenjak anak
masih bayi sering kali menyadari bahwa dengan mempergunakan bahasa, tubuh dapat
lainnya, sebab melibatkan kemampuan kognitif, sensori motor, psikologis, emosi, dan
lingkungan disekitar anak. Seorang anak tidak akan mampu berbicara tanpa dukungan
4 bulan Mampu mendengar suara kertas diremas dan bermain bibir sambil
mengeluarkan air liur
12 bln Mampu mengucapkan satu kata atau lebih dan tahu artinya.
3 tahun Mampu bertanya dngn memakai kata apa, siapa, dan dimana.
14
Anak yang sedang belajar berbicara, akan mengamati dengan seksama wajah lawan
bicaranya dan gerakan-gerakan yang dilakukannya sampai pada dimana saat petunjuk
visual menjadi tidak penting, yang menandakan peningkatan dalam memahami sinyal
muncul adalah suara yang paling mudah dan paling gampang. Penyebab kelainan
a) Perkembangan bahasa yang lambat dapat bersifat familial. Oleh karena itu harus
dicari dalam keluarganya apakah ada yang mengalami keterlambatan bicara juga.
Disamping itu, kelainan bicara juga lebih banyak pada anak laki-laki daripada
perempuan, maturasi dan perkembangan fungsi verbal hemisfer kiri lebih baik.
Sedangkan pada laki-laki perkembangan hemisfer kanan yang lebih baik yaitu
15
c) Sistem masukan atau input
bicara juga terdapat pada tuli oleh karena genetik dan metabolik. Pola bahasa juga
formulasi, dan perencanaan bahasa, juga pada aktifitas dan kemampuan intelektual
dari anak. Gangguan komunikasi biasanya merupakan bagian dari retardasi mental.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya development delay pasien yaitu
faktor internal meliputi faktor keturunan dan faktor kondisi pasien dan faktor
eksternal meliputi pengetahuan ibu, kelahiran, gizi, toksin, status sosial ekonomi,
stimulasi dan psikologis.
16
2.4 Patologi development delay
Selain itu pada dasarnya bayi lahir mempunyai reflek primitif yang akan menghilang
pada usia tertentu, menetapnya reflek primitif pada usia tertentu menunjukkan bahwa
terjadi suatu gangguan perkembangan seperti keterlambatan perkembangannya (
Igan, 2014).
Keterlambatan perkembangan juga bisa disebabkan karena hipotonus otot tubuh yang
terlibat dan gangguan kontrol kepala. Dengan terganggunya kontrol kepala maka
akan berakibat pada gangguan yang selanjutnya, seperti kontrol gerak, gangguan
kontrol postur (Soetomenggali, 2000).
Dimulai dari tidaknya adanya hypotonus otot, gangguan kontrol kepala dan anak
belum bisa melakukan aktivitas sesuai usia perkembangannya. Misalnya anak belum
bisa mengontrol kepala dengan sempurna pada usia 24-28 minggu, duduk dilantai (5-
10 menit) pada usia 44-48 minggu, merangkak pada usia 52-56 minggu, berjalan
sendiri atau dititah pada usia 18-21 bulan. Kemudian dilakukan pemeriksaan DDST
anak mengalami development delay (Soetomenggali, 2000).
2.6 Prognosis
2. Functionl limitasi
Merupakan hambatan seseorang dalam melakukan aktifitas fungsional dasar
bagi dirinya sendiri. Functionl limitasi yang biasa terjadi pada anak delay
development adalah anak belum mampu berdiri dan berjalan sesuai dengan usia
perkembangannya.
3. Participan restrcition
Merupakan keterbatasan seseorang dalam melakukan aktifitas dalam
berinteraksi dengan teman-teman di lingkungan sekitar rumahnya.
18
2.8.1 Neuro structure
Konsep Neuro Structure adalah suatu pendekatan untuk kasus atau kondisi neurologi
untuk menghubungkan brain dengan body, berdasarkan perkembangan biologi,
psikologi, neuro, sosio dan kognitif pasien. Prinsip NS berdasarkan reflex alam yaitu,
centering, grouunding, stability, balancing, gravitasi dan righting. Yang bermanfaat
untuk membuka gerbang sensoris anak, menghilangkan ketegangan tendon guard
refleks, struktur tubuh, serta mengaktifkan kerja receptors yang berhubungan dengan
sentuhan dan tekanan (Takarini, 2013).
Posisi pasien : (a) pasien tidur terlentang, (b) miring kanan, (c) miring kiri .
Posisi terapis : berada di dekat pasien
Pelaksanaan :
a) Posisi terlentang terdiri dari:
• Usapan lembut dengan penekanan pada sendi sendi dimulai dari arah
proksimal ke distal. Dimulai dengan menyentuh area wajah, mata,
telinga, kemudian leher lalu shoulder, elbow, wrist kemudian kembali
lagi keatas sampai menyentuh bahu, dada, pelvic lalu menuju ke distal
yakni paha, lutut kemudian ankle diulangi sampai 3 x.
• Usapan bintang, usapan bergelombang ke arah bintang, usapan angka
1, usapan angka 8, contra stretch (badan, lengan, tungkai), tendon
guard badan
b) Posisi miring terdiri dari:
Usapan pada trunk, myiofasial sepanjang punggung, kontra stretch, usapan
c) Telungkup terdiri dari:
Usapan seluruh badan (ujung kepala sampai ujung kaki), usapan bintang,
usapan angka 1, usapan angka 8, kontra strech, myofasial punggung
19
diharapkan dapat memperbaiki postur yang cenderung kifosis pada anak. Pada akhir
gerakan pasif dapat disertai dengan pemberian stretching dan elongasi.
Posisi pasien : duduk kaki pasien lurus
Posisi terapis: dibelakang pasien
Pelaksanaan :
Pegangan dibawah axilla dari shoulder kanan hingga kiri menggunakan
lengan kanan dan sebaliknya.
Pengangan lain secara contralateral pada pelvic
Lakukan gerakan traksi, side flexi ke kanan dan kiri, rotasi ke kanan
dan kiri dengan sedikit strech dengan 10 hitungan dan 3 kali
pengulangan.
Koordinasi adalah kemampuan otot dalam mengontrol gerak dengan tepat agar dapat
mencapai suatu fungsi khusus (Grana dan Kalenak, 1991:253). Latihan koordinasi
meliputi duduk bersimpuh, berdiri dengan lutut dan lain-lain.
20
2.8.6. Latihan penguatan
Dalam kasus ini latihan penguatan ditujukan pada penguatan otot perut dan gluteus.
Latihannya berupa sit up dan bridging
21
BAB III
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI
A. Pengkajian fisioterapi
Tgl Pembuatan Laporan : 20 Mei 2015
Kondisi/kasus : FT A
I. KETERANGAN UMUM
Nama : An. M. Y
B. CATATAN KLINIS:
Prenatal: sebelum hamil, ibu terkena CMV dan rubella dan mengkonsumsi obat
selama 3 bulan tapi setelah hamil, ibu berhenti mengkonsumsi obat.
Natal: pasien lahir normal, cukup umur dengan BBL 4kg
Post natal: pasien pernah 4 kali operasi pencernaan.
C. TERAPI UMUM (GENERAL TREATMENT):
Fisioterapi 3 kali seminggu (Senin, Rabu, Jumat)
22
III. SEGI FISIOTERAPI
A. PEMERIKSAAN
1. ANAMNESIS (HETERO) Tgl: 08 Mei 2015
a. KELUHAN UTAMA:
Anak usia 1tahun 8 bulan belum bisa merangkak, duduk, berdiri dan berjalan
dengan mandiri
b. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG:
Prenatal: sebelum hamil, ibu terkena CMV dan rubella dan mengkonsumsi
obat selama 3 bulan, setelah hamil, ibu berhenti mengkonsumsi obat.
Natal: pasien lahir normal, cukup umur dengan BBL 4 kg
Post natal: pasien pernah 4 kali operasi pencernaan pada usia 2 bulan, 6 bulan
dan 1 tahun. Waktu lahir, pasien tidak mempunyai anus. Kemampuan pasien
saat ini adalah mengangkat kepala dan roling
c. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU:
Demam (-), kejang (-)
d. RIWAYAT PRIBADI:
Pasien anak kedua dari dua bersaudara
e. RIWAYAT KELUARGA:
Tidak ada keluarga yang mengalami penyakit yang sama
f. ANAMNESIS SISTEM:
Sistem Keterangan
Kardiovaskuler Normal
Respirasi Normal
Gastrointestinalis Normal
Urogenital Normal
23
2. PEMERIKSAAN FISIK:
a. TANDA-TANDA VITAL:
1) Denyut nadi : 100 kali/menit
2) Pernafasan : 28 kali/menit
3) Temperatur : 36º C
b. INSPEKSI:
STATIS (duduk)
Kepala dan leher : cenderung ekstensi
Shoulder : protraksi
Trunk : khyposis.
Pelvic : posterior tilting.
Hip : eksorotasi
Knee : fleksi.
Ankle : dorsi fleksi
DINAMIS
Dari posisi terlentang ke miring, pasien menggerakkan kaki, lalu trunk
kemudian bahu tapi kepala tinggal dibelakang.
c. PALPASI:
d. PERKUSI:
Tidak dilakukan
e. AUSKULTASI:
Tidak dilakukan
f. GERAKAN DASAR:
a. Gerak Aktif:
Tidak dilakukan, karena pasien belum mengerti instruksi dari terapis
24
b. Gerak Pasif:
LGS Ada/tidak tahanan Endfeel
25
3. PEMERIKSAAN SPESIFIK
a) Sensoris
No Pemeriksaan Nilai
1 Auditori 2
2 Visual 2
3 Smell 2
4 Taste 2
5 Touch 2
6 Taktil 1
7 Propioseptic 1
8 Vestibular 1
KETERANGAN:
0 = Tidak berfungsi
1 = Ada gangguan
2 = Normal
Kesimpulan :
Setelah dilakukan pemeriksaan sensoris dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan
taktil, propioseptif dan vestibular bernilai 1 (ada gangguan fungsi).
b) Pemeriksaan refleks
Pemeriksaan reflek berdasarkan tabel reflek untuk umur 1-24 bln.
Kesimpulan: Berdasarkan pemeriksaan tersebut didapatkan hasil berikut:
Babinsky (+), graps tangan dan kaki (±), STNR (±)
26
c) Language (bahasa)
d) Kekuatan otot
AGA X
AGB X
Keterangan : (X) Normal, (O) Tidak kontraksi, (T) Tidak gerak tapi kontraksi,
(R) Reaksi reflek
27
C. PROGRAM/RENCANA FISIOTERAPI
1. TUJUAN:
Jangka pendek:
Menormalisasi tonus
Head kontrol
Koreksi postur
Memperbaiki sensoris
Mengurangi spasme M.Trapezius
Jangka panjang:
Melanjutkan tujuan jangka pendek
Memaksimalkan aktifitas fungsional agar pasien mampu
melakukannya dengan mandiri
2. TINDAKAN FISIOTERAPI
a. Teknologi fisioterapi:
• Neurostructure
• Koreksi postur
• Mobilisasi
• Brain gym
• Patterning merayap
• Massage
• Stimulasi berdiri
b. Edukasi:
Agar orang tua memfasilitasi anak di rumah seperti menyediakan
bola bobath dan standing box.
3. EVALUASI:
Evaluasi sensoris menggunakan tabel sensoris
Evaluasi reflek menggunakan tabel reflek
Evaluasi kemampuan fungsional menggunakan DDST
Evaluasi kekuatan otot menggunakan pengukuran kekuatan otot pada bayi.
28
D. PROGNOSIS
Qua ad vitam : baik
Quo ad sanam : baik
Quo ad fungsionam : sedang
Quo ad cosmeticam : sedang
E. PELAKSANAAN FISIOTERAPI:
1. Neuro structure
Posisi pasien : pasien tidur terlentang, kemudian miring ke kanan dan ke kiri
Posisi terapis : berada disamping pasien
Pelaksanaan :
a) Posisi terlentang terdiri dari:
• Usapan lembut dengan penekanan pada sendi sendi dimulai dari arah
proksimal ke distal. Dimulai dengan menyentuh area wajah, mata,
telinga, kemudian leher lalu shoulder, elbow, wrist kemudian kembali
lagi keatas sampai menyentuh bahu, dada, pelvic lalu menuju ke distal
yakni paha, lutut kemudian ankle diulangi sampai 3 x.
• Usapan lembut ke arah midline tubuh. Letakkan satu tangan 2 cm
dibawah umbilicus (center of gravity ) lalu usapkan hingga ke
proksimal hingga menyentuh incisura jugularis ( sebanyak 3 x usapan )
• Usapan lembut ke arah menyilang ke kanan hingga menyentuh otot
pectoralis mayor ( sebanyak 3 x usapan ).
• Usapan lembut ke arah menyilang ke kiri hingga menyentuh otot
pectoralis mayor ( sebanyak 3 x usapan )
• Usapan lembut ke arah pelvic kiri dan kanan pada pelvic ( sebanyak 3 x
usapan )
• Pertemukan kedua tangan hingga ke bagian posterior / lumbal (
sebanyak 3 x usapan )
• Stimulasi gelombang: berikan usapan pada sisi midline tubuh, sisi
kanan dan sisi kiri, kemudian arah pelvic dengan usapan berbentuk
gelombang ( masing masing 3 x ).
29
• Pertemukan kedua tangan terapis hingga ke bagian belakang ( vertebra
lumbal ).
• stimulasi berbentuk angka delapan: Letakkan satu tangan, 2 cm
dibawah umbilicus lalu berikan usapan dengan arah usapan membentuk
angka delapan dimulai dari sisi medial- lateral – medial dan
membentuk angka delapan pada area midline tubuh, sisi kanan, sisi kiri
kemudian pelvic ( masing masing 3 x ). Pertemukan kedua tangan
hingga ke psoterior ( vertebra lumbal ).
• Stimulasi berupa contrac stretch: Stimulasi berupa contrac stretch
diberikan pada : posisi tidur terlentang, pada sisi anterior (dimulai dari
midline tubuh, anterior dekstra dan antreior sinistra)
b) Posisi miring terdiri dari:
Usapan pada trunk, myiofasial sepanjang punggung, kontra stretch, usapan
c) Telungkup terdiri dari:
Usapan seluruh badan (ujung kepala sampai ujung kaki), usapan bintang,
usapan angka 1, usapan angka 8, kontra strech, myofasial punggung
2. Koreksi postur
Posisi pasien : Long sitting
Posisi terapis : Terapis berada di belakang pasien.
Pelaksanaan : Pasien diposisikan long sitting, kaki diabduksi dan
dorsi fleksi, kedua tangan pasien berada disamping,
tangan terapis memfiksasi di pelvic pasien. Kepala dan
pandangan pasien lurus ke depan.
3. Mobilisasi trunk
Posisi pasien : long sitting kedua tungkai pasien terfiksasi dalam posisi
abduksi dan eversi
30
Lakukan gerakan traksi, side flexi ke kanan dan kiri, rotasi ke kanan
dan kiri dengan sedikit stretch dengan 10 hitungan dan 3 kali
pengulangan.
4. Head control
Posisi px : tengkurap
Posisi terapis : satu terapis memfiksasi kepala supaya pandangan lurus
kedepan dan terangkat 90 derajat, satu lagi memberi tahanan pada pelvic pasien.
Pelaksanaan : kedua kaki diluruskan, pelvic menempel di matras, kemudian
siku menumpu badan. Trunk diangkat, lalu kepala lurus kedepan ditahan kira-
kira 10 hitungan.
5. Brain gym
Posisi px : tidur terlentang
Posisi terapis : 1 terapis didekat tungkai, 1 lagi dekat tangan
Fiksasi : pada ankle dan wrist pasien
Pelaksanaan :
Untuk brain gym di kepala, tangan homo lateral memegang leher
dan tangan heterolateral memegang dagu pasien. Kemudian berikan
sedikit traksi leher, lalu gerakkan ke arah latero flexi kiri lalu latero
flexi kanan kemudian rotasi kiri lalu rotasi kanan dan terakhir leher
di flexikan
Untuk brain gym pada keempat ektremitas: berikan traksi pada
ekstremitas atas dan bawah sebelah kanan, kemudian sebelah kiri
lalu traksi secara kontralateral ( setiap gerakan 8 hitungan dan 3 kali
repetisi)
Untuk brain gym pada badan: satu tangan terapis memfiksasi pelvic
dengan kedua tangannya, terapis yang lain memfiksasi wrist pasien.
Lakukan traksi ( 8 hitungan dan 3 kali repetisi).
Satu tangan terapis memfiksasi ankle, terapis yang lain memfiksasi
axilla. Lakukan traksi ( 8 hitungan dan 3 kali repetisi)
31
6. Massage pada M. Trapezuis
Posisi pasien: tidur telungkup
Posisi terapis: berada di dekat pasien
Pelaksanaan: teknik yang diberikan antara lain:
1) Effleurage ( 5-6 kali gerakan)
2) Petrisage
3) Kneading
4) Friction
7. Stimulasi merayap
Posisi pasien: tengkurap dengan 2 terapis.
Posisi terapis: dibelakang dan didepan pasien. Fiksasi terapis pada daerah
ankle dan terapis yang lainnya memfiksasi bagian wrist dari pasien.
Pelaksanaan: Gerakan tangan dan kaki ditekuk (flexi elbow dan flexi knee
kearah samping badan pasien) dilakukan 7 kali pengulangan pada setiap gerakan.
8. Stimulasi berdiri
32
1. EVALUASI
a) Pemeriksaan sensoris
Sensoris T1 T2 T3 T4
(15-05-15) (18-05-15) (20-05-15) (22-05-15)
Auditori 2 2 2 2
Smell 2 2 2 2
Taste 2 2 2 2
Touch 2 2 2 2
Taktil 1 1 1 1
Propioceptif 1 1 1 1
Vestibular 1 1 1 1
Visual 2 2 2 2
b) Kekuatan otot
MMT T1 T2 T3 T4
(15-05-15) (18-05-15) (20-05-15) (22-05-15)
AGA X X X X
AGB X X X X
c) Pemeriksaan reflek
Pemeriksaan T1 T2 T3 T4
(15-05-15) (18-05-15) (20-05-15) (22-05-15)
Babinsky + + + +
graps tangan ± ± ± ±
Graps kaki ± ± ± ±
STNR ± ± ± ±
d) Pemeriksaan DDST
Kemampuan pasien pada dimensi personal social sebanyak 13 aspek, adaftif-
motorik halus sebanyak 14 aspek, bahasa dan motorik kasar mengalami
keterlambatan sebanyak 15 aspek.
33
2. HASIL TERAPI AKHIR:
34
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Delay Development adalah bagian dari ketidakmampuan mencapai perkembangan sesuai usia,
dan didefinisikan sebagai keterlambatan dalam dua bidang atau lebih perkembangan motor
kasar atau motor halus, bicara/berbahasa, kognisi, personal/sosial dan aktifitas sehari-hari.
Istilah ini digunakan bagi anak yang berusia kurang dari lima tahun. Permasalahan yang
timbul kasus Delay Development Setiap penyimpangan atau hambatan terhadap proses
pertumbuhan dan perkembangan dapat mengakibatkan gangguan tumbuh kembang dan cacat.
Delay Development adalah ketertinggalan secara signifikan pada fisik, kemampuan kognitif,
perilaku, emosi, atau perkembangan sosial, seorang anak bila dibandingkan dengan anak
normal seusianya. Seorang anak dengan Delay Development akan tertunda dalam mencapai
satu atau lebih perkembangan kemampuannya (Anonim, 2012).
Saran
fungsional agar pasien mampu hidup mandiri sehingga dapat mengurangi ketergantungan
35