Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan merupakan suatu perubahan yang berlangsung seumur hidup dengan
bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks yang ditandai dengan
bertambahnya kemampuan motorik kasar, motorik halus, bicara, bahasa, sosialisasi,
kemandirian dan perubahan emosi (Yusuf, 2009). Perkembangan dapat mengalami
gangguan salah satunya gangguan bahasa. Bahasa adalah alat penghubung atau
komunikasi antar anggota masyarakat yang terdiri dari individu-individu yang
menyatakan pikiran, perasaan dan keinginannya (Gunarti, dkk, 2008). Kemampuan
bahasa merupakan kombinasi seluruh sistem perkembangan anak, kemampuan berbahasa
melibatkan kemampuan motorik, psikologis, emosional dan perilaku (Widyastuti, 2008).
Seorang bayi dari hari ke hari akan mengalami perkembangan bahasa, kemampuan
bicara dan perkembangan sosial-emosional, akan tetapi tentunya tiap anak tidak sama
persis pencapaiannya, ada yang cepat mengalami perkembangan dan ada juga yang
membutuhkan waktu agak lama. Untuk membantu perkembangannya ibu dapat
membantu memberikan stimulasi yang disesuaikan dengan keunikan masing-masing
anak (Zaviera, 2008).
Perkembangan anak toddler ditandai dengan peningkatan kemandirian yang diperkuat
dengan kemampuan mobilitas fisik dan kognitif yang lebih besar. Perkembangan
keterampilan motoric, kognitif dan social yang cepat memungkinkan anak untuk
berpartisipasi dalam tindakan perawatan diri sendiri seperti makan, berpakaian dan
eliminasi. Seiring dengan peningkatan kemampuan, anak toddler memiliki ciri-ciri selalu
ingin mencoba apa yang bisa dilakukan, menuntut dan menolak apa yang ia mau atau
yang mereka tidak mau, dan tertanam perasaan otonomi (Suherman, 2010). Kelompok
tertarik mengelola kasus dengan judul “Gangguan perkembangan personal sosial dan
bahasa pada Anak K di ULP-STKA Keperawatan Universitas Riau”.

1
B. Tujuan Pembahasan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan anak pada An. K dengan
gangguan perkembangan personal sosial dan bahasa diruangan ULP-STKA
Keperawatan Universitas Riau.

2. Tujuan Khusus
a. Mampu memahami Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan
b. Mampu memahami Konsep Perkembangan personal sosial dan bahasa
c. Mampu melakukan pegkajian pada pasien dengan gangguan perkembangan personal
sosial dan bahasa
d. Mampu memahami diagnosa pada pasien dengan gangguan perkembangan personal
sosial dan bahasa
e. Mampu menyusun rencana keperawatan pada pasien dengan gangguan perkembangan
personal sosial dan bahasa
f. Mampu menerapkan implementasi keperawatan pada pasien dengan gangguan
perkembangan personal sosial dan bahasa

C. Manfaat
1. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan
Hasil asuhan keperawatan ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber
informasi dan menambah pengetahuan dan wawasan terutama tentang askep
keperawatan anak dengan gangguan perkembangan personal sosial dan bahasa.

2. Bagi Pelayanan Kesehatan


Makalah ini dapat digunakan sebagai sumber dalam melakukan intervensi
keperawatan dalam kasus keperawatan anak khususnya pada pasien yang mengalami
gangguan perkembangan personal sosial.

3. Bagi ULP-STKA
Membantu pegawai untuk mengetahui tingkat dan masalah pertumbuhan dan
perkembangan anak, dan memudahkan pegawai untuk mengantisipasi apabila terjadi
masalah pada pertumbuhan dan perkembangan anak.

2
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

1. Konsep pertumbuhan dan perkembangan


a. Definisi
Pertumbuhan (growth) adalah perubahan yang bersifat kuantitatif, yaitu
bertambahnya jumlah, ukuran, dimensi pada tingkat sel, organ, maupun
individu. Anak tidak hanya bertambah besar secara fisik, melainkan juga ukuran
dan struktur organ-organ tubuh dan otak. Sebagai contoh, hasil dari
pertumbuhan otak adalah anak mempunyai kapasitas lebih besar untuk belajar,
mengingat, dan mempergunakan akalnya. Jadi anak tumbuh baik secara fisik
maupun mental. Pertumbuhan fisik dapat dinilai dengan ukuran berat (gram,
pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter) umur tulang, dan tanda-tanda
seks sekunde (Soetjiningsih, 2013). Menurut Hurlock (2008) pertumbuhan
(growth) merupakan berkaitan dengan masalah perubahan dalam bentuk, besar,
jumlah, ukuran, atau dimensi tingkat sel atau organ yang bisa diukur.
Sedangkan perkembangan merupakan proses perubahan individu yang
terjadi dari kematangan (kemampuan seseorang sesuai usia normal) dan
pengalaman yang merupakan interaksi antara individu dengan lingkungan
sekitar yang menyebabkan perubahan kualitatif dan kuantitatif (dapat diukur)
yang menyebabkan perubahan pada diri individu tersebut. Perkembangan
merupakan hasil interaksi kematangan susunan saraf pusat dengan organ yang
dipengaruhinya, misalnya perkembangan sistem neuromuscular, kemampuan
bicara, emosi dan sosialisasi (Depkes, 2008). Menurut Soetjiningsih (2013),
perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan struktur atau fungsi tubuh
yang telah kompleks dalam pola yang teratur sebagai hasil dari proses
pematangan.

b. Ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan


Ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan anak menurut Soetjiningsih (2013):
1. Ciri pertumbuhan dapat dinilai dari beberapa perubahan yaitu:

3
a. Perubahan ukuran, terlihat jelas pada pertumbuhan fisik dengan
bertambahnya umur anak terjadi pula penambahan berat badan, tinggi
badan, lingkar kepala dan lain-lain.
b. Proporsi tubuh, perubahan proporsi tubuh sesuai dengan bertambahnya
umur anak, proporsi tubuh seorang bayi baru lahir sangat berbeda
dibandingkan tubuh anak ataupun orang dewasa.
c. Hilangnya ciri-ciri lama, selama proses pertumbuhan terdapat hal-hal
yang terjadi perlahan-lahan seperti menghilangnya kelenjar timus,
lepasnya gigi susu dan menghilangnya refleks-refleks primitif.
d. Timbul ciri-ciri baru, dikarenakan pematangan fungsi-fungsi organ,
seperti tumbuh gigi permanen.
2) Ciri perkembangan perkembangan melibatkan perubahan yaitu, terjadi
bersamaan dengan pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi.
Misalnya, perkembangan sistem reproduksi disertai dengan perubahan pada
organ kelamin. Perubahan-perubahan ini meliputi perubahan ukuran tubuh
secara umum, perubahan proporsi tubuh, berubahnya ciri-ciri lama dan
timbulnya ciri-ciri baru sebagai tanda kematangan suatuorgan tubuh
tertentu. Perkembangan awal menentukan perkembangan selanjutnya.
Seseorang tidak akan melewati satu tahap perkembangan sebelum dia
melewati tahapan sebelumnya. Misalnya, seorang anak tidak akan bisa
berjalan sebelum dia berdiri. Karena itu perkembangan awal merupakan
masa kritis karena akan menentukan perkembangan selanjutnya.
Perkembangan juga memiliki tahap yang berurutan, tahap ini di lalui
seorang anak mengikuti pola yang teratur dan berurutan, dan tahap-tahap
tersebut tidak bisa terjadi terbalik. Misalnya, anak lebih dahulu mampu
berdiri sebelum berjalan, mampu membuat lingkaran sebelum mampu
mampu membuat gambar kotak, dan lain-lain.

c. Aspek-Aspek Pertumbuhan dan Perkembangan


1. Aspek pertumbuhan
Untuk menilai pertumbuhan anak dilakukan pengukuran antopometri,
pengukuran antopometri meliputi pengukuran berat badan, tinggi badan
(panjang badan), lingkar kepala, lingkar lengan atas, dan lingkar dada
(Hurlock, 2008). Pengukuran berat badan digunakan untuk menilai hasil

4
peningkatan atau penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh,
pengukuran tinggi badan digunakan untuk menilai status perbaikan gizi
disamping faktor genetik, sedangkan pengukuran lingkar kepala
dimaksudkan untuk menilai pertumbuhan otak. Pertumbuhan otak kecil
(mikrosefali) menunjukkan adanya reterdasi mental, apabila otaknya besar
(volume kepala meningkat) terjadi akibat penyumbatan cairan
serebrospinal. Pada umur 6 bulan lingkar kepala rata-rata adalah 44 cm
(Hidayat, 2011).
2. Aspek Perkembangan
a) motorik kasar (gross motor) merupakan keterampilan meliputi aktivitas
otot-otot besar seperti gerakan lengan, duduk, berdiri, berjalan dan
sebagainya (Hurlock (2008).
b) Motorik halus (fine motor skills) merupakan keterampilan fisik yang
melibatkan otot kecil dan koordinasi mata dan tangan yang memerlukan
koordinasi yang cermat. Perkembangan motorik halus mulai memiliki
kemampuan menggoyangkan jari-jari kaki menggambar dua tau tiga
bagian, menggambar orang, melambaikan tangan dan sebagainya
(Hurlock, 2008).
c) Bahasa (Languange) adalah kemampuan untuk memberikan respon
terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan,
berkomunikasi (Hidayat, 2011).
d) Sosialisasi dan kemandirian merupakan aspek yang berhubungan
dengan kemampuan mandiri (makan sendiri, membereskan mainan
selesai bermain), berpisah dengan ibu/pengasuh anak, bersosialisasi dan
berinteraksi dengan lingkungannya (Rusmil, 2008).

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak


Tumbuh kembang anak mulai dari konsepsi sampai dewasa dipengaruhi
oleh banyak faktor, seperti faktor genetik dan faktor lingkungan bio-
fisikopsikososial, yang bisa menghambat atau mengoptimalkan tumbuh
kembang anak (Soetjiningsih, 2013). Setiap orang tua akan mengharapkan
anaknya tumbuh dan berkembang secara sempurna tanpa mengalami hambatan
tertentu (Riyadi, 2009). Pola tumbuh kembang secara normal antara anak yang

5
satu dengan anak yang lainnya pada akhirnya tidak selalu sama, karena
dipengaruhi oleh interaksi oleh banyak faktor (Nursalam, 2008).
Adapun faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak,
yaitu:
1. Faktor dari dalam (internal)
Faktor dari dalam dapat dilihat dari faktor genetik dan hormonal,
faktor genetik akan mempengaruhi kecepatan pertumbuhan dan kematangan
tulang, alat seksual, serta saraf, sehingga merupakan modal dasar dalam
mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang, yaitu: perbedaan RAS. Etnis
atau bangsa, keluarga, umur jenis kelamin dan kelainan kromosom.
Kemudian pengaruh hormonal, dimana sudah terjadi sejak masa prenatal,
yaitu saat janin beumur 4 bulan. Pada saat itu, terjadi pertumbuhan yang
cepat. Hormon yang berpengaruh terutama adalah hormon pertumbuhan
somatropin yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitary. Selain itu, kelenjar
tiroid juga menghasilkan kelenjar tiroksin yang berguna untuk metabolisme
serta maturasi tulang, gigi dan otak (Soetjiningsih, 2013).
2. Faktor dari luar (eksternal)
Faktor dari luar dapat dilihat dari:
a. Faktor prenatal, antara lain gizi, mekanis, toksin/zat kimia, endoktrin,
radiasi, infeksi, kelainan imunologi, anoksiembrio dan psikologi ibu.
b. Faktor persalinan, yaitu komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma
kepala, afaksia dapat menyebabkan kerusakn jaringan otak.
c. Faktor pasca salin, yaitu gizi, penyakit kronis/kelainan kongenital,
lingkungan fisis dan kimia, psikologis, endokrin, sosio-ekonomi,
lingkungan pengasuhan, stimulasi dan obat-obatan (Rusmil, 2008).

e. Tahap tumbuh kembang anak


1. Pertumbuhan
a. Berat Badan
Pemantauan pertumbuhan bayi dan anak dapat dilakukan dengan
menimbang berat badan, mengukur tinggi badan, dan lingkar kepala
anak. Pertumbuhan berat badan bayi usia 0-6 bulan mengalami
penambahan 150-250 gram/minggu dan berdasarkan kurva pertumbuhan
yang diterbitkan oleh National Center for Health Statistics (NCHS),

6
berat badan bayi akan meningkat dua kali lipat dari berat lahir pada anak
usia 4-7 bulan (Wong, 2008). Berat badan lahir normal bayi sekitar
2.500-3.500 gram, apabila kurang dari 2.500 gram dikatakan bayi
memiliki berat lahir rendah (BBLR), sedangkan bila lebih dari 3.500
gram dikatakan makrosomia. Pada masa bayi-balita, berat badan
digunakan untuk mengukur pertumbuhan fisik dan status gizi
diperhatikan (Wong, 2008).
b. Panjang Badan
Istilah panjang badan dinyatakan sebagai pengukuran yang
dilakukan ketika anak terlentang (Wong, 2008). Pengukuran panjang
badan digunakan untuk menilai status perbaikan gizi. Selain itu, panjang
badan merupakan indikator yang baik untuk pertumbuhan fisik yang
sudah lewat (stunting) dan untuk perbandingan terhadap perubahan
relatif, seperti nilai berat badan dan lingkar lengan atas (Nursalam,
2008). Pengukuran panjang badan dapat dilakukan dengan sangat mudah
untuk menilai gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak. Panjang
bayi baru lahir normal adalah 45-50 cm dan berdasarkan kurva yang
ditentukan oleh National Center for Health Statistics (NCHS), bayi akan
mengalami penambahan panjang badan sekitar 2,5 cm setiap bulannya
(Wong, 2008). Penambahan tersebut akan berangsur-angsur berkurang
sampai usia 9 tahun, yaitu hanya sekitar 5 cm/tahun dan penambahan ini
akan berhenti pada usia 18-20 tahun (Nursalam, 2008).
c. Pengukuran Lingkar Kepala Anak
Cara yang biasa dipakai untuk mengetahui pertumbuhan dan
perkembangan otak anak. Biasanya ukuran pertumbuhan tengkorak
mengikuti perkembangan otak, sehingga bila ada hambatan pada
pertumbuhan tengkorak maka perkembangan otak anak juga terhambat.
Pengukuran dilakukan pada diameter occipitofrontal dengan mengambil
rerata 3 kali pengukuran sebagai standar. Lingkar kepala pada waktu
lahir rata-rata adalah 34-35 cm dan lingkar kepala ini lebih besar
daripada lingkar dada. Pada anak umur 6 bulan, lingkar kepala rata-rata
adalah 44 cm, umur 1 tahun 47 cm, 2 tahun 49 cm, dan dewasa 54 cm.
Jadi, pertambaha lingkar kepala pada 6 bulan pertama adalah 10 cm, atau

7
sekitar 50% pertambahan lingkar kepala sejak lahir sampai dewasa
terjadi 6 bulan pertama kehidupan (Soetjiningsih, 2013).
2. Perkembangan
a. Perkembangan motorik kasar
Aspek perkembangan lokomosi (gerakan) dan postur (posisi
tubuh). Pada usia 6 bulan, bila bayi didudukkan di lantai, bayi bisa
duduk sendiri tanpa disokong tetapi punggung masih membungkuk, bayi
mampu berguling sebagai aktivitas yang disadari sehingga untuk
mencapai benda dengan jarak dekat, bayi dapat berguling-guling.
Kontrol kepala bayi muncul lebih dulu pada posisi tengkurap, sehingga
bayi lebih dahulu berguling dari posisi terlentang.
b. Perkembangan motorik halus
Kemampuan motorik halus dipengaruhi oleh matangnya fungsi
motorik, dan koordinasi neuromuskular yang baik, fungsi visual yang
akurat, dan kemampuan intelek nonverbal. Pada usia 6 bulan bayi
mampu memindahkan objek dari tangan satu ke tangan lainnya, bayi
juga mampu meraih dan mengambil benda dengan baik, tanpa disertai
gerakan simultan pada tangan yang lain, bayi juga mampu memasukkan
balok ke dalam gelas tapi tidak bisa mengambil kembali.
c. Perkembangan bahasa
Perkembangan bahasa ini merupakan dimana kemampuan anak
untuk memberikan respons terhadap suara, mulai mengenal kata-kata “da
da, pa pa, ma ma”.
d. Perkembangan sosial
Perkembangan sosial, banyak dipengaruhi faktor lingkungan
(pengasuhan). Seorang bayi mewarisi karakteristik emosional-sosial dan
gaya berinteraksi, tetapi sifat bawaan tersebut dimodifikasi oleh gaya
orangtua dan lingkungan sosial, bayi akan merasa nyaman disekitar
orang-orang akrab dan timbul kecemasan di sekitar orang asing. Pada
usia ini bayi senang bermain dengan bayi lainnya, dan sekali-kali ia akan
tersenyum dan meniru suara. Diusia inilah dimana bayi mulai mengenali
orang tuanya (Soetjiningsih, 2013).

8
f. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan
1. Gangguan Pertumbuhan Fisik
Gangguan pertumbuhan fisik meliputi gangguan pertumbuhan diatas
normal dan gangguan pertumbuhan dibawah normal. Pemantauan berat
badan menggunakan KMS (Kartu Menuju Sehat). Bila grafik berat badan
naik lebih dari 120% kemungkinan anak mengalami obesitas atau kelainan
hormonal. Sedangkan apabila grafik berat badan dibawah normal
kemungkinan anak mengalami kurang gizi, menderita penyakit kronis atau
atau kelainan hormonal. Lingkar kepala juga menjadi salah satu parameter
yang penting. Ukuran lingkar kepala menggambarkan isi kepala termasuk
otak dan cairan serebrospinal. Lingkar kepala yang lebih dari normal dapat
dijumpai pada anak yang menderita hidroseflus, megaensefali, tumor otak.
Sedangkan apabila lingkar kepala kurang dari normal dapat diduga anak
menderita retardasi mental, malnutrisi kronis.
2. Gangguan Perkembangan Motorik
Perkembangan motorik yang lambat dapat disebabkan oleh beberapa
hal. Salah satu penyebab gangguan perkembangan motorik adalah kelainan
tonus otot atau penyakit neuromuskular. Anak dengan cerebral palsy dapat
mengalami keterbatasan perkembangan motorik sebagai akibat spastisitas,
athetosis, ataksia, atau hipotonia. Kelainan sumsum tulang belakang seperti
spina bifida juga dapat menyebabkan keterlambatan perkembangan motorik.
Namun tidak selamanya gangguan perkembangan motorik selalu didasari
adanya penyakit tersebut. Faktor lingkungan serta kepribadian anak juga
dapat mempengaruhi keterlambatan perkembangan motorik.Anak yang tidak
mempunyai kesempatan untukbelajar seperti sering digendong atau
diletakkan di baby walker dapat mengalami keterlambatan dalam mencapai
kemampuan motorik.
3. Gangguan Perkembangan Bahasa
Kemampuan bahasa merupakan kombinasi seluruh sistem
perkembangan anak, kemampuan berbahasa melibatkan kemampuan
motorik, psikologis, emosional dan perilaku. Gangguan perkembangan
bahasa pada anak dapat diakibatkan berbagai faktor, yaitu adanya faktor
genetik, gangguan pendengaran, kurangnya interaksi anak dengan
lingkungan, maturasi yang terlambat. Selain itu, gangguan perkembangan

9
bicara dapat juga disebabkan oleh kelainan fisik seperti bibir sumbing dan
serebral pasli.
4. Gangguan pervasif dan psikosis
Gangguan pervasif dan psikosisi pada anak Meliputi autisme
(gangguan komunikasi verbal dan nonverbal, gangguan perilaku dan
interaksi sosial). Asperger (gangguan interaksi sosial, perilaku, perilaku
yang terbatas dan diulang-ulang/ obsesif), childhood disentegrative
disorders.
5. Gangguan suasana hati (mood disoders)
Gangguan tersebut antara lain adalah major depression yang ditandai
dengan disforia, kehilangan minat, sukar tidur, sukar konsentrasi, dan nafsu
makan terganggu. (Wong, 2008).

g. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan anak


1. Antopometri
Pengukuran antropometri dimaksudkan untuk mengetahui ukuran-
ukuran fisik seorang anak dengan menggunakan alat ukur tertentu, seperti
timbangan dan pita pengukur (meteran) (Nursalam, 2008). Pada penentuan
keadaan pertumbuhan fisik anak perlu dilakukan pemeriksaan antopometri
dan pertumbuhan fisik.Pengukuran antropometri untuk emantau tumbuh
kembang anak adalah berat badan, badan panjang, lingkar kepala dan lingkar
lengan atas.
2. Indeks Antopometri
Indeks antropometri merupakan rasio dari pengukuran terhadap satu atau
lebih pengukuran atau yang dihubungkan dengan umur, TB/U (Tinggi
Badan terhadap Umur) dan BB/U (Berat Badan terhadap Umur).
3. Interpretasi indeks antropometri gizi Interpretasi indeks antropometri gizi
memerlukan ambang batas. Ambang batas dapat disajikan kedalam tiga cara,
yaitu persen terhadap median, persentil, dan standar deviasi unit. WHO
menyarankan menggunakan standar deviasi unit untuk meneliti dan
memantau pertumbuhan. Standar Deviasi Unit (SD) disebut juga Z-score.
Rumus perhitungan Z- Score adalah:
Z-Score = Nilai Individu Subjek – nilai media baku rujukan
Nilai simpang baku rujukan

10
2. Konsep perkembangan bahasa anak
a. Definisi
Bahasa adalah alat penghubung atau komunikasi antar anggota masyarakat
yang terdiri dari individu-individu yang menyatakan pikiran, perasaan dan
keinginannya. Bahasa sebagai suatu sistem bunyi yang arbitler (mana suka)
dipergunakan masyarakat dalam rangka kerja sama, berinteraksi, dan
mengidentifikasikan diri. Seorang anak dapat mempelajari bahasa dengan
berbagai cara dari komunitas belajarnya. Ketika seorang anak terdiam saat
menyimak orang tua atau teman berbicara atau melihat dan membaca gambar atau
tulisan maka mereka dapat memahami bahasa berdasarkan konsep pengetahuan
dan pengalaman yang mereka peroleh (Gunarti, dkk, 2008).

b. Tahap Perkembangan Bahasa Anak


Perkembangan bahasa terbagi atas dua periode besar, yaitu: periode
prelinguistik (0-1 tahun) dan Linguistik (1-5 tahun). Mulai periode linguistic
inilah mulai hasrat anak mengucapkan kata-kata yang pertama, yang merupakan
saat paling menakjubkan bagi orang tua. Periode linguistic terbagi dalam tiga fase
besar, yaitu:
a) Fase Holofrase (satu kata)
Pada fase ini anak mempergunakan satu kata menyatakan pikiran yang
kompleks, baik yang berupa keinginan, perasaan atau temuannya tanpa
perbedaan yang jelas. Misalnya kata duduk, bagi anak dapat berarti “saya mau
duduk”, atau kursi tempat duduk, dapat juga diartikan “mama sedang duduk”.
Orang tua baru dapat mengerti dan memahami apa yang dimaksudkan oleh
anak tersebut, apabila kita tahu dalam konteks apa kata tersebut di ucapkan,
sambil mengamati mimic gerak serta bahasa tubuh lainnya. pada umumnya
kata pertama yang diucapkan oleh anak adalah kata benda, setelah beberapa
waktu barulah disusul dengan kata kerja.
b) Fase lebih dari satu kata
Fase dua kata muncul pada anak berusia sekitar 18 bulan. Pada fase ini
anak sudah dapat membuat kalimat sederhana yang terdiri dari dua kata.
Kalimat tersebut kadang-kadang terdiri dari pokok kalimat dan predikat,
kadang-kadang pokok kalimat dengan obyek dengan tata bahasa yang tidak
benar. Setelah dua kata, munculah kalimat dengan tiga kata, diikuti oleh empat

11
kata dan seterusnya. Pada periode ini bahasa yang digunakan oleh anak tidak
lagi egoisentris, dari dan untuk dirinya sendiri. mulailah mengadakan
komunikasi dengan orang lain secara lancar. Orang tua mulai melakukan tanya
jawab dengan anak secara sederhana. Anak pun mulai dapat bercerita dengan
kalimatkalimatnya sendiri yang sederhana.
c) Fase diferensiasi
Periode terkahir dari masa balita yang berlangsung antara usia 2,5-5
tahun. Keterampilan anak dalam berbicara mulai lancar dan berkembang
pesat. Dalam berbicara anak bukan saja menambah kosakatanya yang
mengagumkan akan tetapi anak mulai mampu mengucapkan kata demi kata
sesuai dengan jenisnya, terutama dalam pemakaian kata benda dan kata kerja.
Anak telah mampu mempergunakan kata ganti orang “saya” untuk
menyebutkan dirinya, mampu mempergunakan kata dalam bentuk jamak,
awalan, akhiran, dan berkomunikasi lebih lancar lagi dengan lingkungan.
Anak mulai dapat mengkritik, bertanya, menjawab, memerintah, memberitahu,
dan bentuk-bentuk kalimat lain yang umum satu pembicaraan “gaya” dewasa
(Gunarti, dkk, 2008)
.
c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Bahasa
Pengenalan bahasa yang lebih dini dibutuhkan untuk memperoleh
keterampilan bahasa yang baik. Perkembangan bahasa dipengaruhi oleh faktor,
yaitu: intelegensi, status sosial sosial, jenis kelamin, hubungan keluarga, dan
kedwibahasaan (pemakaian dua bahasa). Secara rinci dapat diidentifikasi sejumlah
faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa, yaitu:
a) Intelegensi (Proses Memperoleh Pengetahuan)
Tinggi rendahnya kemampuan kognisi individu akan mempengaruhi
cepat lambatnya perkembangan bahasa individu. Ini relevan dengan
pembahasan sebelumnya bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara
pikiran dengan bahasa seseorang.
b) Status sosial
Anak yang secara social budaya berasal dari kalangan atas dan
menengah lebih cepat perkembangan bahasanya daripada anak yang berasal
dari kalangan bawah. Anak dari kalangan menengah ke atas dapat mencapai
peringkat tertinggi dalam prestasi kebahasaan secara fundamental, hal ini

12
berpulang pada motif kebahasaan yang mereka terima dan adanya penguatan
atas respon mereka.
c) Jumlah Anak Atau Jumlah Keluarga.
Suatu keluarga yang memiliki banyak anggota keluarga,
perkembangan bahasa anak lebih cepat, karena terjadi komunikasi yang
bervariasi dibandingkan dengan yang hanya memiliki anak tunggal dan tidak
ada anggota lain selain keluarga inti.
d) Jenis kelamin
Anak perempuan melebihi anak laki-laki dalam aspek bahasa. Anak
perempuan lebih dahulu mampu berbicara daripada anak laki-laki dan kamus
kosakatanya lebih banyak daripada anak laki-laki. Namun perbedaan jenis
kelamin ini akan berkurang secara tajam selaras dengan berguliranya fase
perkembangan dan bertambahnya usia.
e) Ke dwibahasaan (Pemakaian dua bahasa)
Anak yang dibesarkan dalam keluarga yang menggunakan bahasa lebih dari
satu atau lebih bagus dan lebih cepat perkembangan bahasanya daripada yang
hanya menggunakan satu bahasa saja karena anak terbiasa menggunakan
bahasa secara bervariasi. Misalnya, didalam rumah dia menggunakan bahasa
jawa dan di luar rumah dia menggunakan bahasa Indonesia (Gunarti, dkk,
2008).

3. Konsep perkembangan personal sosial anak


a. Definisi
Personal sosial adalah salah satu aspek yang berhubungan dengan
kemampuan mandiri anak, bersosialisasi, dam berinteraksi dengan lingkungan
(Rusmil, 2008). Menurut (Soetjiningsih, 2013) Perkembangan personal sosial
adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi, dan
berinteraksi dengan lingkungannya Perkembanggan personal meliputi berbagai
kemampuan yang dikelompokkan sebagai kebiasaan, kepribadian, watak, dan
emosi. Perkembangan sosial adalah perkembangan kemampuan anak berinteraksi
dan bersosialisasi dengan lingkungannya.

13
b. Tahap perkembangan personal sosial anak
Tahap perkembangan personal sosial anak sesuai dengan tahapan umurnya dapat
digambarkan sebagai berikut:
1) Tahap perkembangan personal sosial umur 48-60 bulan yaitu 1) pergi ke toilet
sendiri; 2) bereaksi tenang dan tidak rewel bila ditinggal ibu; 3) menggosok
gigi tanpa bantuan; 4) ingin mandiri; 5) berpakai dan melepaskan pakaian
tanpa bantuan; 6) mengancing baju atau pakaian boneka ; 7) mengembangkan
suatu rasa humor; 8) interaksi sosial dan memainkan peran; 9) bermain dengan
beberapa anak dengan memulai.
2) Tahap perkembangan personal sosial anak usia 60-72 bulan yaitu 1)
berpakaian dan melepaskan pakaian tanpa bantuan; 2) mengungkapkan
simpati pada orang lain; 3) mengikuti aturan permainan; 4) gemar mencari
pengalaman baru; 5) menuntut dan keras kepala; 6) menanyakan arti kata-kata;
7) suka cekcok dengan para teman; 8) memainkan peran domestic
(Soetjiningsih, 2013).

c. Faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan personal sosial anak


Faktor yang mempengaruhi perkembangan personal sosial anak di antaranya
adalah komunikasi antara orang tua dan anak, lingkungan, status gizi, stimulasi,
status kesehatan, posisi anak dalam keluarga, kelompok teman sebaya.
1. Orang tua
Dalam aspek personal sosial pada orang tua merupakan faktor penting
yang menentukan dan mempengaruhi perkembangan personal sosial anak,
peran tersebut adalah dimana orang tua berusaha untuk berkomunikasi
langsung kepada anak baik secara verbal maupun non verbal. Dan peran lain
sebagai orang tua adalah menciptakan dan memberi arahan kepada anak
bahwa lingkungan keluarga merupakan lingkungan sosial yang pertama bagi
anak, sehingga anak di arahkan untuk selalu berkomunikasi dan berinteraksi di
lingkungan keluarga agar tercipta hubungan yang baik dengan orang lain.
2. Lingkungan
Lingkungan meliputi kebudayaan yang di anut keluarga dan status
sosial ekonomi keluarga mempunyai pengaruh dalam perkembangan personal
sosial anak, kebudayaan yang di anut dalam sebuah keluarga mungkin berbeda
dengan keluarga lain sehingga dimana anak di besarkan dan seperti apa cara

14
orang tua menanamkan nilai kehidupan dan mengajarkan tentang norma yang
berlaku menentukan kepribadian seorang anak. Dalam hal sosial ekonomi
anak yang berada dalam keluarga menengah ke atas tentu berbeda dengan
anak yang berada pada keluarga yang status ekonomi menengah ke bawah,
dari segi lingkungan tempat tinggal ekonomi menengah ke atas memiliki
lingkungan tempat tinggal yang lebih layak dan lebih kondusif di bandingkan
dengan lingkungan sosial ekonomi menengah ke bawah.
3. Gizi
Anak yang memiliki keadaan gizi kurang perkembangan personal
sosialnya cenderung terganggu. Dalam melakukan aktivitas sehari- hari
seorang anak membutuhkan gizi yang cukup agar anak mampu melakukan
aktivitasnya secara optimal. Jika gizi anak tercukupi maka anak juga dapat
berinteraksi dengan lingkungan baik karena anak mampu melakukan
aktivitasnya secara optimal.
4. Stimulasi
Stimulasi adalah rangsang yang di terima anak dari lingkungan luar
individu. Anak yang mendapat stimulasi baik lebih cepat perkembangannya di
bandingkan dengan anak yang stimulasinya kurang. Agar anak dapat tumbuh
secara optimal maka di perlukan stimulasi secara terus menerus pada setiap
aspek perkembangannya.
5. Status kesehatan
Tumbuh kembang seorang anak akan terganggu jika anak berada
dalam kondisi sakit, apabila kondisi tubuh anak kurang baik maka proses
tumbuh kembangnya mengalami keterlambatan. Sedangkan anak yang sehat
dapat berkembang secara optimal dan sangat mudah untuk percepatan tumbuh
kembangnya.
6. Posisi anak
Faktor posisi anak dalam keluarga juga berperan dalam perkembangan
personal sosial anak. Anak pertama biasanya mengalami hambatan atau
keterlambatan pada aspek motorik dan personal sosialnya, namun dalam hal
kognitif anak pertama terlihat lebih menonjol. Hal ini disebabkan orang tua
yang memiliki anak pertama belum terlalu paham dan belum beradaptasi
mengenai aspek perkembangan anak. Terjadi kecenderungan pada keluarga
karena anak tidak mendapat stimulasi dari saudara kandungnya.

15
7. Teman Sebaya
Anak memerlukan teman sebaya agar dapat bersosialisasi dengan
lingkungan. Namun perhatian orang tua masih di butuhkan disini untuk
memantau teman sebaya seperti apa yang di pilih anak dan bagaimana
pergaulan anak dengan teman sebaya tersebut. Dalam memenuhi kebutuhan
pribadi dan sosialnya anak dapat berkembang secara optimal dengan adanya
teman sebaya, karena teman sebaya anak dapat bermain dan mengembangkan
kemampuan yang di milikinya (Soetjiningsih, 2013).

c. Diagnosa keperawatan

1. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan: komunikasi verbal b.d stimulus


lingkungan yang kurang
2. Kecemasan orang tua b.d perubahan pertumbuhan dan perkembangan pada
anak

d. Rencana Keperawatan

Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional
keperawatan
1. Gangguan Tujuan : - Lakukan latihan - Latihan bicara yang
pertumbuhan Anak akan mampu komunikasikan sesuai dengan
dan mengkomunikasikn (satu dua suku kata perkem-bangan anak
perkembangan kebutuhan dan yang sederhana) akan menghindari
: komunikasi pikirannya. secara bertahap. ekplorasi yang
verbal b.d berakibat penekanan
stimulus Kriteria : fungsi mental anak.
lingkungan Anak akan
yang kurang memperlihatkan - Anjurkan ibu/ - Berikut sertaan
kemampuannya keluarga untuk keluraga terhadap
mengeksperesikan selalu mengajarkan perawatan anak secara
diri. anak langsung akan banyak
berkomunikasi di membantu perbaikan.
rumah.

- Lakukan - Komunikasi yang


komunikasi secara kom-preherensif akan
menyeluruh baik meningkatkan
verbal maupun non stimulus yang di
verbal sesuai terima anak sehingga
tingkat memperkuat memori

16
perkembangan anak terhadap
anak

2. Kecemasan Tujuan : - Membina - Membuka dan


orangtua b.d Dalam waktu 30 hubungan saling memberikan rasa
perubahan menit, orangtua percaya kepada percaya kepada
pertumbuhan dapat menerima orangtua anak orangtua anak
dan keadaan anaknya
perkembangan - Gali kebiasaan - Mengetahui
komunikasi dan efektifitas dan
Kriteria: stimulus yang kemampuan serta
-Ibu tidak nampak diberikan orangtua usaha yang telah
gelisah kepada anaknya dilakukan orangtua
dalam
-Ibu dapat berkomunikasi
menguraikan hal- - Peningkatkan
hal positif yang - Terangkan bahwa pemahaman dan
dapat anak mengalami kesadaran orangtua
dikembangkan yang keterlambatan untuk bisa menerima
berkaitan dengan perkembangan dan keadaan anakmya dan
keadaan anaknya dapat diperbaiki menggali koping yang
secara maksimal positif terhadap
dalam batas kemampuan yang ada
tertentu dengan pada anak.
usaha yang keras
dan waktu yang
sangat panjang
secara kontinyu

17
BAB III

TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian keperawatan
1. Identitas pasien
a. Inisial klien : An.K
b. Tanggal lahir : 20 September 2017
c. Tanggal pengkajian : 27 November 2018
d. Usia : 1 tahun 2 bulan 7 hari
2. Riwayat masuk pasien
An.K di titipkan di ULP Fakultas Keperawatan Universitas Riau dikarenakan
kedua orang tua bekerja dan tidak ada yang menjaga An.K dirumah, An.K
dirumah juga tidak memiliki teman dirumah.
3. Riwayat penyakit : tidak ada
4. Riwayat keluarga : tidak ada
5. Pemeriksaan fisik
a. Tinggi badan : 73 cm
b. BB : 8,2 Kg
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Lingkar Kepala : 43 cm
e. Tanda-tanda vital
TD : - (tidak dilakukan pengukuran) N : 100 x/ menit
S : 36,80C RR : 26 x / menit
f. Lingkar lengan Atas : 15 cm
g. Lingkar perut : 49 cm
h. Kepala : Rambut hitam, pendek, distribusi rambut merata dan
bersih, tidak ada pembengkakan.
i. Mata : Simetris kanan dan kiri, Sklera tidak ikterik,
konjungtiva tidak anemis.
j. Telinga : Simetris, kondisi bersih, tidak ada pembengkakan pada
telinga, tidak ada gangguan pendengaran
k. Hidung : Simetris, hidung bersih, tidak ada sekret, tidak ada
radang, tidak ada pembengkakan.

18
l. Mulut : Tidak ada sianosis, gigi belum lengkap, reflek
menghisap (+)
m. Leher : Tidak terdapat pembesaran KGB
n. Dada : Simetris, retraksi dada (-), pembengkakan organ (-),
RR= 26x/m
o. Perut : Lingkar perut 49 cm, tidak ada pembengkakan,
Asites (-)
p. Punggung : Tidak ada kelainan
q. Ekstremitas : Simetris, tidak ada sianosis, teraba hangat, CRT <3
detik
r. Kulit dan kuku : Kuku bersih dan pendek, memar (-), lebam (-)
s. Anorektal : Tidak ada kelainan
t. Neurologi : Tidak ada kelainan

6. Reflek Patologis
Reflex patella (+)
7. Pola tidur
Setelah masuk ke ULP An.K tidur siang dengan frekuensi ±1-2 jam
8. Pola makan
An.K makan pada pagi hari dan siang hari, terkadang diselingi dengan camilan
seperi roti atau donat dan lain-lain
9. Pola eliminasi
An.k memakai popok, yang diganti 1x sehari, IWL 123
10. Perilaku
An.K sering menangis jika ditinggalkan Ners muda, An.K selalu ingin ditemani,
dan tidak mau bermain dengan temannya. An.K tampak nyaman sendiri.
11. Pengakajian Nyeri
a. Lokasi :-
b. Efek nyeri :-
c. Skala nyeri :-
d. Skala yang dipakai :-

19
12. Nutrisi dan Cairan
a. Intake / 8 jam :
Oral : minum air putih ± 1 cangkir = 100 ml
Susu 2 botol = 300 ml
Infus :-
Makanan : makanan biasa seperti nasi dan ikan, cemilan (roti atau donat,
dll) ±100 ml
Total : 500 ml

b. Output / : 8 jam
Bak+Bab :±100 ml
IWL : BB (kg) x 15 = 8,2 kg x 15 = 123
Drainase :-
Total : 223 ml
Balance cairan : 500 – 223 = 277 ml
Jenis Minuman : air putih dan susu
Frekuensi/hari : susu 2x/hari, air putih ± 1 cangkir
13. Terapi Medikasi : Tidak ada
14. Pemeriksan penunjang :
Pada tanggal 27 November 2018 dilakukan pemeriksaan DDST II untuk
mengetahui perkembangan anak. Didapatkan hasil:
a. Personal-sosial
An.K sudah mampu minum dari cangkir, menirukan kegiatan,
melambaikan tangan, tepuk tangan, namun belum mampu/gagal main
menyatakan keinginan tanpa menangis, main bola dengan pemeriksa,
membantu dirumah, menggunakan sendok/garpu, membuka pakaian dan
menyuapi boneka. Terdapat 1 caution pada pemeriksaan main bola dengan
pemeriksa dimana An.K gagal padahal anak seusianya sudah bisa. Terdapat 1
delay yaitu pemeriksaan pada menyatakan keinginan tanpa menangis dimana
anak seusianya sudah mampu.
b. Adaptif-motorik halus
An.K sudah mampu menaruh kubus di cangkir, mencoret-coret, namun
belum mampu/gagal membuat menara dari 2 kubus, 4 kubus, dan mengambil
manik-manik yang ditunjukkan.
c. Bahasa
An.K sudah mampu mengoceh, mengatakan 1 kata, kata. Namun
belum mampu/gagal pada menyebut 3 kata, 6 kata, menunjuk 1 gambar dan
menyebut papa/mama spesifik. Terdapat 1 delay pada pemeriksaan
mengatakan papa/mama spesifik dimana An. K gagal padahal anak seusianya
sudah bisa.
Terdapat 2 caution pada pemeriksaan menunjuk 2 gambar dan
menyebut 5 kata dimana An.R gagal padahal anak seusianya sudah bisa.
Terdapat 1 delay yaitu pemeriksaan pada menyebut 3 kata dimana anak
seusianya sudah mampu.
d. Motorik kasar
An.K sudah mampu bangkit terus duduk, berdiri 2 detik, berdiri sendiri,
berjalan dengan baik, membungkuk dan berdiri. Namun belum mampu/gagal
pada berjalan mundur, berjalan naik tangga, dan lari.
Interpertasi akhir hasil DDST An.K termasuk dalam kategori Suspect
dimana ditemukan 2 delay dan 1 caution.
B. Analisa Data
Masalah
Data Etiologi
keperawatan
Data Subjektif : Faktor keluarga dan Gangguan
Pegawai ULP mengatakan bahwa lingkungan perkembangan
An.K sering minta gendong dan personal sosial
kurang mau berinteraksi dengan anak anak
yang lain Orang tua bekerja

Data Objektif :
- An. K tampak hanya memegang Kurangnay stimulasi
bola tanpa mau bermain di rumah
- An. K selalu menangis jika ingin
sesuatu Kepercayaan diri menurun
- An.K menangis jika
ditinggalkan Ners muda Gangguan perkembangan
- An.K selalu ingin ditemankan personal sosial pada anak
ners muda dan tidak mau
bermain dengan temannya.
- Jarang berbicara
- BB: 8,2 Kg, TB: 73 cm
Pemeriksaan Penunjang tanggal
27 November 2018
- DDST II: pemeriksaan bahasa
hasil : 1 caution pada main bola
dengan pemeriksa dan 1 delay
pada menyatakan keinginan
tanpa menangis
- Tidak dapat menjawab
pertanyaan
- Bicara belum bisa dimengerti

Data Subjektif : - Faktor keluarga dan Gangguan


Data Objektif : lingkungan perkembangan
- An.K tampak menangis jika bahasa
ingin sesuatu
- An. K belum mampu Orang tua bekerja
mengatakan 3 kata dan 6 kata
- Jarang berbicara
- Usia 1 tahun 2 bulan Kurangnya stimulasi di
Pemeriksaan Penunjang tanggal rumah
27 November 2018
- DDST II: pemeriksaan bahasa
hasil : 1 delay pada Defisiensi bahasa
menyebutkan papa/mama
spesifik
- Tidak dapat menjawab Gangguan perkembangan
pertanyaan bahasa
- Bicara belum bisa dimengerti

Data Subjektif : - Meningkatnya pertumbuhan Risiko cedera


Data Objektif : dan perkembangan anak
- Cepat menangis jika
ditinggalkan
- Menangis kuat jika ditinggalkan Meningkatnya aktivitas
- Tampak An.K memanjat ayunan pada anak

Anak aktif melakukan


kegiatan

Risiko cedera

C. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan perkembangan personal sosial anak b/d kurangnya stimulasi sosial di
rumah
2. Gangguan perkembangan bahasa b/d kurangnya stimulusi bahasa di rumah
3. Risiko cedera b/d meningkatnya aktifitas pada anak

D. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi


Hasil

Gangguan perkembangan NOC NIC


personal sosial pada anak 1. Memperlihatkan  Monitor perkembangan dan
tingkat pertumbuhan anak pada area
perkembangan fungsi motorik kasar dan
personal sosial halus dengan perangkat
seoptimal mungkin scoring denvers (DDST) dan
sesuai dengan NCHS (BB, TB, Lingkar
kelompok seusianya kepala, lingkar dada dan
lingkar lengan atas)
Kriteria Hasil :  Ajarkan dan beri
 Menunjukkan kesempatan pada anak untuk
perilaku sangat memenuhi tugas
ingin tahu dan lebih perkembangan sesuai
memungkinkan dengan kelompok seusianya
melakukan secara  Berikan waktu bermain
mandiri dengan teman sebaya
 Tercapainya suatu
perkembangan
aspek personal
sosial
 Keluarga mau
melakukan stimulan
terhadap tugas-tugas
perkembangan anak

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan


Hasil

Gangguan perkembangan NOC NIC


1. Mampu mencapai  Observasi tumbuh kembang
bahasa
perkembangan yang pada anak
optimal sesuai  Berikan anak stimulus kosa
dengan usianya kata
 Berikan anak stimulus untuk
Kriteria Hasil : memahami suatu
 Tercapainya suatu larangan/perintah
perkembangan  Berikan stimulasi untuk anak
aspek bahasa memanggil nama kedua
orang tuanya (mama-papa,
bunda-ayah, umi-abi)

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan


Hasil

Risiko cedera b/d NOC NIC


1. Risk kontrol  Sediakan lingkungan yang
perubahan emosi
aman
Kriteria Hasil :  hindarkan lingkungan yang
 Klien terbebas dari berbahaya
cedera  pindahkan barang-barang
 Klien mampu menje yang dapat membahayakan
laskan cara/metode  awasi anak dan perhatikan
untuk mencegah anak
injury/ cedera
 Mampu memodifi
kasi gaya hidup
untuk mencegah
injury
E. Implementasi dan Evaluasi

Tanggal/ No. Diagnosa Implementasi Evaluasi


Jam (DS dan Do) keperawatan (SOAP)
28-11-2018 Dx 1:  Memonitor S : Orang tua An.K
11.00 Gangguan perkembangan dan mengatakan An. K
pertumbuhan anak sering menangis jika
perkembangan
pada area fungsi ditinggalkan
personal sosial b/d motorik kasar dan
halus dengan perangkat
kurangnya stimulasi
scoring denvers O:
Data Subjektif : - (DDST) dan NCHS - Tidak mau bermain
(BB, TB, lingakar dengan teman-teman
Data Objektif : perut, lingkar dada dan yang ada disekitarnya
- Tidak mau lingkar lengan atas) - Menangis jika
bermain dengan  Mengajarkan dan beri ditinggalkan bermain
teman-teman kesempatan pada anak sendiri
yang ada untuk memenuhi tugas - Tidak mau bermain
disekitarnya perkembangan sesuai bola dengan pemeriksa
- Jarang berbicara dengan kelompok - Mengatakan
- Sering menangis seusianya seperti keinginan dengan
- Usia 1 tahun 2 mengatakan keinginan menangis
bulan tanpa menangis, main - TB: 73 cm
- Pemeriksaan bola dengan BB: 8,2 kg
DDST II: pemeriksa, LP: 29 cm
didapatkan hasil menggunakan LD: 48 cm
1 caution pada sendok/garpu, dan LILA: 15 cm
main bola dengan membuka pakaian.
pemeriksa dan 1  Memberikan waktu
delay pada bermain dengan teman A : Masalah keperawatan
mengatakan sebaya belum teratasi
keinginan tanpa
menangis P : Ulangi intervensi
- Tidak dapat dengan ajarkan dan
menggunakan beri kesempatan pada
sendok, anak untuk memenuhi
membuka tugas perkembangan
pakaian dan sesuai dengan
menyuapi boneka kelompok seusianya
seperti mengatakan
keinginan tanpa
menangis, main bola
dengan pemeriksa,
menggunakan
sendok/garpu, dan
membuka pakaian.
Berikan waktu
bermain dengan
teman sebaya

Dx 2:  Mengobservasi S: -
28-11-2018 Gangguan tumbuh kembang pada
14.00 anak O:
perkembangan bahasa
 Memberikan anak - Tidak bisa
b/d kurangnya stimulus kosa kata mengatakan
stimulus bahasa  Memberikan anak papa/mama secara
stimulus untuk spesifik
Data subjektif: - memahami suatu - Hanya bisa
Data objektif: larangan/perintah mengungkapan 2 kata
- Tidak bisa  Memberikan stimulasi - Anak lebih suka
mengatakan untuk anak memanggil digendong
papa/mama secara nama kedua orang - Menangis ketika
spesifik tuanya (mama-papa, dimandikan
- Hanya bisa bunda-ayah, umi-abi)
mengungkapan 2 A: Masalah keperawatan
kata belum teratasi
- Anak suka
digendong P: Ulangi intervensi
- Saat dimadikan dengan observasi
anak menangis tumbuh kembang
pada anak, berikan
anak stimulus kosa
kata, berikan anak
stimulus untuk
memahami suatu
larangan/perintah, dan
berikan stimulasi
untuk anak
memanggil nama
kedua orang tuanya
(mama-papa, bunda-
ayah, umi-abi)

28-11-2018 Dx 3 :  Menyediakan S:-


16.00 Risiko cedera b/d lingkungan yang aman
perubahan emosi  Menghindarkan
lingkungan yang O:
Data Subjektif : - berbahaya - tampak menangis
Data Objektif :  Memindahkan barang- kuat jika mainannya
- Sering menangis barang yang dapat diambil atau dipinjam
secara kuat jika membahayakan oleh temannya
mainannya  Mengawasi anak
diambil oleh A : Masalah keperawatan
temannya belum teratasi
P : Ulangi
Intervensi dengan
sediakan lingkungan
yang aman, hindarkan
lingkungan yang
berbahaya, pindahkan
barang-barang yang
dapat membahayakan,
dan mengawasi anak.

Tanggal/jam No. Diagnosa Implementasi Evaluasi


(DS dan Do) keperawatan (SOAP)
29-11-2018 Dx 1 :  Mengajarkan dan S:-
09.00 Gangguan memberi kesempatan
pada anak untuk
perkembangan
memenuhi tugas O:
personal sosial b/d perkembangan sesuai - Bermain sediri
dengan kelompok -Menangis jika tidak
kurangnya stimulasi
seusianya seperti digendong atau
mengatakan keinginan dipangku
Data subjektif:- tanpa menangis, main - Tidak mau bermain
bola dengan dengan teman-teman
Data objektif: pemeriksa, sebayanya
- Lebih senang menggunakan
bermain sendiri sendok/garpu, dan
- Sering menangis membuka pakaian. A : Masalah keperawatan
- Jarang berbicara  Memberikan waktu belum teratasi
bermain dengan teman
sebaya
P : Ulangi intervensi
dengan ajarkan dan
beri kesempatan pada
anak untuk memenuhi
tugas perkembangan
sesuai dengan
kelompok seusianya
seperti mengatakan
keinginan tanpa
menangis, main bola
dengan pemeriksa,
menggunakan
sendok/garpu, dan
membuka pakaian.
Berikan waktu
bermain dengan
teman sebaya

29-11-2018 Dx 2:  Mengobservasi S:-


13.00 Gangguan tumbuh kembang pada
anak O:
perkembangan bahasa
 Memberikan anak - Menangis ketika
b/d kurangnya stimulus kosa kata diajak berbicara
stimulus bahasa  Memberikan anak - Tidak bisa
stimulus untuk menyebutkan
Data subjektif: - memahami suatu papa/mama secara
Data objektif: larangan/perintah spesifik
- Anak A fokus  Memberikan stimulasi - Tidak mengerti
dengan mainan untuk anak memanggil perintah atau larangan
yang ada nama kedua orang
ditangannya tuanya (mama-papa, A: Masalah keperawatan
- Mengungkapkan bunda-ayah, umi-abi) belum teratasi
keinginan dengan
menangis P: Ulangi intervensi
dengan observasi
tumbuh kembang
pada anak, berikan
anak stimulus kosa
kata, berikan anak
stimulus untuk
memahami suatu
larangan/perintah, dan
berikan stimulasi
untuk anak
memanggil nama
kedua orang tuanya
(mama-papa, bunda-
ayah, umi-abi)

29-11-2018 Dx 3 :  Menyediakan S:-


17.10 Risiko cedera b/d lingkungan yang aman
perubahan emosi  Menghindarkan
lingkungan yang O:
Data Subjektif : - berbahaya - tampak menangis dan
Data Objektif :  Memindahkan barang- mengambil kembali
- menangis dan barang yang dapat mainannya jika
mengambil membahayakan dipinjam atau diambil
kembali  Mengawasi anak temannya
mainannya jika
dipinjam atau A : Masalah keperawatan
diambil temannya belum teratasi

P : Ulangi
Intervensi dengan
sediakan lingkungan
yang aman, hindarkan
lingkungan yang
berbahaya, pindahkan
barang-barang yang
dapat membahayakan,
dan mengawasi anak

Tanggal/ No. Diagnosa Implementasi Evaluasi


Jam (DS dan Do) keperawatan (SOAP)
30-11-2018 Dx 1:  Mengajarkan dan beri S:-
08.30 Gangguan kesempatan pada anak
untuk memenuhi tugas
perkembangan
perkembangan sesuai O:
personal sosial b/d dengan kelompok - Bermain sendiri
seusianya seperti - Fokus dengan mainan
kurangnya stimulasi
mengatakan keinginan yang ada ditangannya
Data Subjektif : - tanpa menangis, main - An.K tampak tidak
bola dengan menangis ketika
Data Objektif : pemeriksa, ditinggalkan
- Bermain sendiri menggunakan
- Fokus dengan sendok/garpu, dan A : Masalah keperawatan
mainan yang ada membuka pakaian. belum teratasi
ditangannya  Memberikan waktu
- An.K tampak tidak bermain dengan teman P : Menstimulasi tugas
menangis ketika sebaya tumbuh kembang
ditinggalkan secara mandiri

Dx 2:  Mengobservasi S: -
30-11-2018 Gangguan tumbuh kembang pada
14.30 anak O:
perkembangan bahasa
 Memberikan anak - Tidak bisa
b/d kurangnya stimulus kosa kata menyebutkan
stimulus bahasa  Memberikan anak papa/mama secara
stimulus untuk spesifik
Data subjektif: - memahami suatu - An.K sudah bisa
Data objektif: larangan/perintah mengatakan “siapa”,
- Tidak bisa  Memberikan stimulasi “ini”, “tu”, “dah”
menyebutkan untuk anak memanggil - An.K sudah tidak
papa/mama secara nama kedua orang menangis ketika
spesifik tuanya (mama-papa, diajak bermain
- An.K sudah bisa bunda-ayah, umi-abi)
mengatakan A: Masalah keperawatan
“siapa”, “ini”, “tu”, belum teratasi
“dah”
- An.K sudah tidak P: Menstimulasi tugas
menangis ketika tumbuh kembang
diajak bermain secara mandiri

30-11-2018 Dx 3 :  Menyediakan S:-


16.30 Risiko cedera b/d lingkungan yang aman
perubahan emosi  Menghindarkan
lingkungan yang O:
Data Subjektif : - berbahaya - An. K tidak menangis
Data Objektif :  Memindahkan barang- ketika ditinggalkan
- An. K tidak barang yang dapat sendiri
menangis ketika membahayakan
ditinggalkan  Mengawasi anak A : Masalah keperawatan
sendiri belum teratasi

P : Menstimulasi tugas
tumbuh kembang
secara mandiri
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini kelompok akan membahas kesenjangan antara teoritis dan tinjauan kasus
pada klien dengan gangguan perkembangan bahasa dan personal social di ruang ULP-
STKA. Tinjauan kasus merupakan permasalahan yang kelompok temukan di ULP-
STKA Ilmu Keperawatan Universitas Riau. Pembahasan ini dibuat dengan langkah
proses keperawatan yang dimulai dengan pengkajian, diagnosa, intervensi,
implementasi dan evaluasi.
A. Pengkajian
Pengkajian yang telah dilakukan pada An.K pada tanggal 27 November 2018
didapatkan bahwa klien mengalami gangguan perkembangan bahasa. Pada
perkembangan bahasa, An.K sudah mampu mengoceh (P/N), mengucapkan satu
(P/N), dan dua kata (P/N). Namun, An.K gagal menyebutkan papa/mama spesifik
(F/D) dan mengucapkan tiga kata (F/N). An.K juga mengalami gangguan personal
sosial. An. K sudah mampu minum dari cangkir (P/N), menirukan kegiatan (P/N),
mampu bertepuk tangan (P/N), melambaikan tangan (P/N). namun, An.K belum
mampu menyatakan keinginan tanpa menangis (F/D), main bola dengan pemeriksa
(F/C), belum bisa membantu di rumah (F/N), belum bisa menggunakan sendok
(F/N), belum bisa membuka pakaian (F/N), belum bisa menyuapi makan (F/N).
Dari hasil pengkajian didapatkan bahwa An.K Pengangkatan diagnosa ini dari
hasil pengkajian dengan menggunakan pemeriksaan DDST II dan observasi pada
kemampuan personal sosial didapatkan hasil 1 caution yaitu belum bisa main bola
dengan pemeriksa dan 1 delay yaitu menyatakan keinginan dengan menangis. Pada
kemampuan bahasa didapatkan hasil 1 delay yaitu belum bisa menyebutkan
papa/maam secara spesifik. Hasil observasi pada An.K didapatkan bahwa ketika
bermain kadang mainan An.K diambil oleh anak lain.
Bahasa adalah sistem komunikasi yang berdasarkan kata-kata dan taat bahasa
(Papalia, & Feldman, 2009). Bahasa adalah alat penghubung atau komunikasi antar
anggota masyarakat yang terdiri dari individu-individu yang menyatakan pikiran,
perasaan dan keinginannya. Bahasa adalah segala bentuk komunikasi dimana pikiran
dan perasaan manusia disimbolisasikan agar dapat menyampaikan arti kepada orang
lain. Bahasa merupakan alat komunikasi untuk menjalin pertemanan, dan belajar
banyak hal di sekitarnya. Anak akan berkomunikasi akan mampu membentuk dan
membangun suatu pemahaman pengetahuan baru tentang berbagai hal. Hal ini
menunjang kepercayaan diri anak dalam memasuki lingkungan yang baru (Wiguna
dan Noorhana, 2001). Dengan kata lain, Bahasa sangat berperan dalam
perkembangan anak. Bahasa dapat menfasilitasi komunikasi interpersonal,
membantu mengorganisasikan pikiran, dan membantu dalam mempelajari sesuatu.
Perkembangan bahasa adalah kemampuan untuk memberikan respons terhadap
suara.
Kemampuan bahasa merupakan kombinasi seluruh sistem perkembangan anak,
kemampuan berbahasa melibatkan kemampuan motorik, psikologis, emosional dan
perilaku (Widyastuti, 2008). Gangguan perkembangan bahasa pada anak dapat
diakibatkan berbagai faktor, yaitu adanya faktor genetik, gangguan pendengaran,
kurangnya interaksi anak dengan lingkungan, maturasi yang terlambat. Selain itu,
gangguan perkembangan bicara dapat juga disebabkan oleh kelainan fisik seperti
bibir sumbing dan serebral pasli (Soetjiningsih, 2013).

B. Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan respon akurat atau
potensial klien terhadap masalah kesehatan yang perawat mempunyai izin dan
berkompeten untuk mengatasinya. Respon aktual dan potensial klien didapatkan dari
data dasar pengkajian, tinjauan literatur yang berkaitan, catatan medis klien masa
lalu, dan konsultasi dengan professional lain yang kesemuanya dikumpulkan selama
pengkajian (Potter dan perry, 2005).
Tahap ini merupakan langkah awal yang di lakukan kelompok dalam
melakukan asuhan keperawatan pada An.K. Diagnosa keperawatan yang mungkin
muncul pada klien dengan gangguan perkembangan bahasa adalah:
1. Gangguan perkembangan personal sosial b/d kurangnya stimulasi di rumah
2. Gangguan perkembangan bahasa b/d kurangnya stimulus bahasa di rumah
3. Risiko cedera b/d meningkatnya aktivitas pada anak
Ketiga diagnosa yang muncul pada An.K dengan gangguan perkembangan
memiliki kesesuaian dengan teori bahwa apabila dalam tahap perkembangan terdapat
1 delay maka dapat digolongan anak tersebut mengalami gangguan perkembangan.

C. Intervensi
Penyusunan intervensi keperawatan dilakukan sesuai dengan diagnosa
keperawatan yang telah ditegakkan, adapun acuan dalam penyusunan dalam intervensi
keperawatan, kelompok menggunakan referensi diagnosa NANDA, dan yang
disesuaikan dengan keadaan klien. Rencana keperawatan yang dibuat mengacu pada
kebutuhan yang dibutuhkan dan dirasaka saat pengkajian serta landasan teori. Rencana
yang dibuat telah diprioritaskan sesuai dengan masalah kesehatan yang dihadapi klien
saat ini.
Intervensi dilakukan pada tanggal 28 November sampai 30 November 2018.
1. Gangguan perkembangan personal sosial b/d kurangnya stimulasi di rumah
NOC
Memperlihatkan tingkat perkembangan personal sosial seoptimal mungkin sesuai
dengan kelompok seusianya
Kriteria hasil:
1. Menunjukkan perilaku sangat ingin tahu dan lebih memungkinkan melakukan
secara mandiri
2. Tercapainya suatu perkembangan aspek personal sosial
3. Keluarga mau melakukan stimulan terhadap tugas-tugas perkembangan anak
NIC
1. Monitor perkembangan dan pertumbuhan anak pada area fungsi motorik kasar
dan halus dengan perangkat scoring denvers (DDST) dan NCHS (BB, TB,
Lingkar kepala, lingkar dada dan lingkar lengan atas)
2. Diskusikan dan ajarkan keluarga tentang tugas-tugas perkembangan anak
sesuai dengan keompok usia dan stimulasinya
3. Ajarkan dan beri kesempatan pada anak untuk memenuhi tugas perkembangan
sesuai dengan kelompok seusianya
4. Berikan waktu bermain dengan teman sebaya
2. Gangguan perkembangan bahasa b/d kurang bahasa di rumah
NOC
Mampu mencapai perkembangan yang optimal sesuai dengan usianya
Kriteria hasil:
Tercapainya suatu perkembangan aspek bahasa
NIC
1. Observasi tumbuh kembang pada anak
2. Jelaskan ke ibu agar selalu memberikan stimulus pada anak terkait tumbuh
kembang pada anak
3. Berikan anak stimulus kosa kata
4. Berikan anak stimulus untuk memahami suatu larangan/perintah
5. Berikan stimulasi untuk anak memanggil nama kedua orang tuanya (mama-
papa, bunda-ayah, umi-abi)

3. Risiko cedera b/d meningkatnya aktivitas pada anak


NOC
Risk kontrol
Kriteria hasil:
1. Klien terbebas dari cedera
2. Klien mampu menje laskan cara/metode untuk mencegah injury/ cedera
3. Mampu memodifi kasi gaya hidup untuk mencegah injuri
NIC
1. Sediakan lingkungan yang aman
2. Hindarkan lingkungan yang berbahaya
3. Pindahkan barang-barang yang dapat membahayakan

D. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan nyata yang dilakukan perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada klien untuk mengurangi permasalahan yang
dialami klien yaitu gangguan perkembangan bahasa sehingga tujuan keperawatan
nantinya akan tercapai. Dalam melakukan implementasi kelompok melakukan sehari
hanya 1 x untuk masing-masing diagnose keperawatan yang diangkat.
Implementasi keperawatan dilakukan setiap hari, mulai tanggal 28 November
sampai 30 November 2018 untuk melihat kemajuan perkembangan anak setelah
dilakukan intervensi. Dalam melakukan intervensi, kelompok mengkaji faktor
penyebab keterlambatan bicara, meningkatkan komunikasi verbal dengan anak,
mendorong anak untuk berkomunikasi secara perlahan, memberikan pujian kepada
anak dan memberikan lingkungan yang aman, dan mendorong anak agar mau bermain
dengan anak lainnya.

E. Evaluasi
Tahap evaluasi merupakan langkah akhir atau tahap akhir dari proses
keperawatan yang bertujuan untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan
tercapai atau tidak dan apakah perlu dilakukan pengkajian ulang. Dalam memberikan
asuhan keperawatan penulis terus-menerus mengumpulkan data baru dari pasien yang
nantinya digunakan sebagai bahan evaluasi selanjutnya. Adapun hasil yang diperoleh
dari evaluasi yang berdasarkan setiap diagnosa sebagai berikut:
1. Gangguan perkembangan personal sosial b/d kurangnya stimulasi di rumah
Dari implementasi yang telah dilakukan dari tanggal 28-29 November 2018,
masalah belum teratasi. Namun pada tanggal 30 November masalah belum teratasi
didapatkan hasil evaluasi berupa:
1) Bermain sendiri
2) Fokus dengan mainan yang ada ditangannya
3) An.K tampak tidak menangis ketika ditinggalkan
Jika dibandingkan dengan kriteria hasil yang telah ditetapkan berdasarkan
NANDA NIC-NOC, maka dapat dikatakan masalah gangguan personal pada klien
teratasi sebagian. Untuk mengatasi permasalahan tersebut hingga selesai maka
perlu dilakukan intervensi lanjutan yang telah disesuaikan dengan kondisi klien.
2. Gangguan perkembangan bahasa b/d kurang stimulasi bahasa di rumah
Dari implementasi yang telah dilakukan dari tanggal 28-29 November 2018 belum
teratasi. Namun pad tanggal 30 November masalah teratasi sebagian didapatkan
hasil evaluasi berupa:
1) Tidak bisa menyebutkan papa/mama secara spesifik
2) An.K sudah bisa mengatakan “siapa”, “ini”, “tu”, “dah”
3) An.K sudah tidak menangis ketika diajak bermain
Jika dibandingkan dengan kriteria hasil yang telah ditetapkan berdasarkan
NANDA NIC-NOC, maka dapat dikatakan masalah gangguan bahasa pada klien
teratasi sebagian. Untuk mengatasi permasalahan tersebut hingga selesai maka
perlu dilakukan intervensi lanjutan yang telah disesuaikan dengan kondisi klien.
3. Risiko cedera b/d meningkatnya aktivitas pada anak
Dari implementasi yang telah dilakukan dari tanggal 28-30 November 2018
masalah risiko cedera tidak terjadi, didapatkan hasil evaluasi berupa:
1) An. K tidak menangis ketika ditinggalkan sendiri
2) An.K tdak terjatuh dan terluka
3) Lingkungan bermain aman
Jika dibandingkan dengan kriteria hasil yang telah ditetapkan berdasarkan
NANDA NIC-NOC, maka dapat dikatakan masalah ansietas pada pasien teratasi
sebagian. Untuk mengatasi permasalahan tersebut hingga selesai maka perlu
dilakukan intervensi lanjutan yang telah disesuaikan dengan kondisi pasien.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perkembangan merupakan proses perubahan individu yang menuju kedewasaan
yang ditandai dengan bertambahnya kemampuan atau ketrampilan seseorang (Bahri,
2013). Aspek perkembangan meliputi motorik kasar, motorik halus, bahasa dan
Sosialisasi dan kemandirian (Saputri, 2014). Perkembangan pada seseorang dapat
mengalami gangguan salah satunya gangguan personal sosial. bahasa merupakan alat
penghubung atau komunikasi antar anggota masyarakat yang terdiri dari individu-
individu yang menyatakan pikiran, perasaan dan keinginannya (Gunarti, dkk, 2008). ).
Bahasa adalah segala bentuk komunikasi dimana pikiran dan perasaan manusia
disimbolisasikan agar dapat menyampaikan arti kepada orang lain. Bahasa merupakan
alat komunikasi untuk menjalin pertemanan, dan belajar banyak hal di sekitarnya.
Melalui komunikasi anak akan akan mampu membentuk dan membangun suatu
pemahaman pengetahuan baru tentang berbagai hal. Hal ini menunjang kepercayaan
diri anak dalam memasuki lingkungan yang baru (Wiguna dan Noorhana, 2001).
Dengan kata lain, Bahasa sangat berperan dalam perkembangan anak. Bahasa dapat
menfasilitasi komunikasi interpersonal, membantu mengorganisasikan pikiran, dan
membantu dalam mempelajari sesuatu. Faktor yang mempengaruhi bahasa yaitu
intelegensi, status sosial, Jumlah Anak Atau Jumlah Keluarga, Jenis kelamin dan
Kedwibahasaan (Saputri, 2014)
Perkembangan anak toddler ditandai dengan peningkatan kemandirian yang
diperkuat dengan kemampuan mobilitas fisik dan kognitif yang lebih besar.
Perkembangan keterampilan motoric, kognitif dan social yang cepat membolehkan
anak untuk berpartisipasi dalam tindakan perawatan diri sendiri seperti makan,
berpakaian dan eliminasi. Seiring dengan peningkatan kemampuan, anak toddler
memiliki ciri-ciri selalu ingin mencoba apa yang bisa dilakukan, menuntut dan
menolak apa yang ia mau atau yang mereka tidak mau, dan tertanam perasaan otonomi
(Suherman, 2010).
Berdasarkan studi kasus gangguan perkembangan bahasa dan personal
social kelolaan kelompok An. K di ULP Keperawatan Universitas Riau ditemukan
masalah keperawatan:
1. Gangguan perkembangan personal sosial pada anak b/d kurang stimulasi social
dirumah
2. Gangguan perkembangan bahasa b/d kurangnya stimulus bahasa di rumah
3. Risiko cedera b/d meningkatnya aktivitas anak

B. Saran
Sebagai pemberi pelayanan keperawatan sebaiknya perawat dapat memberikan
asuhan keperawatan yang komperensif terhadap kasus gangguan perkembangan
bahasa. Dalam penulisan makalah ini kami menyadari masih banyak terdapat
kekurangan dan penulisan dari makalah kami. Oleh sebab itu saran dan kritikan yang
mendukung sangan kami harapkan.

1. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan


Hasil asuhan keperawatan ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber
informasi dan menambah pengetahuan dan wawasan terutama tentang askep
keperawatan anak dengan gangguan perkembangan personal sosial dan bahasa.

2. Bagi Pelayanan Kesehatan


Makalah ini dapat digunakan sebagai sumber dalam melakukan intervensi
keperawatan dalam kasus keperawatan anak khususnya pada pasien yang mengalami
gangguan perkembangan personal sosial.

3. Bagi ULP-STKA
Membantu pegawai untuk mengetahui tingkat dan masalah pertumbuhan dan
perkembangan anak, dan memudahkan pegawai untuk mengantisipasi apabila terjadi
masalah pada pertumbuhan dan perkembangan anak.
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Y. (2009). Guru dan pembelajaran bermutu. Bandung: Rifki.


Aris, S & Ondi, S. (2010). Etika profesi keguruan bandung: PT Refika Aditama.
Bahri, S. (2013). Strategi belajar mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Depkes. (2008). Profil kesehatan indonesia 2007. Jakarta: Depkes RI.
Djamarah, dkk. ( 2013). Strategi belajar mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Gunarti, dkk. (2008). Metode pengembangan perilaku dan kemampuan dasar anak usia dini.
Jakarta: Universitas Terbuka.
Hidayat, A. A (2011). Pengantar ilmu kesehatan anak untuk pendidikan kebidanan. Jakarta:
Salemba Medika.
Hurlock. (2008). Perkembangan anak jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Nursalam. (2008). Asuhan keperawatan bayi dan anak. Jakarta: Salemba Medika.
Papilia, D., & Feldman, R. (2009). Human development perkembangan manusia. Jakarta:
Salemba Medika.
Potter, P. A & Perry, A. G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan: Konsep, proses, dan
praktik. Edisi 4. Volume 2. Jakarta: EGC.
Rusmil, K. (2008). Pertumbuhan dan perkembangan anak. Jakarta: EGC.
Riyadi, S. & Sukarmin. (2009). Asuhan keperawatan pada anak. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Saputri, E. N. (2014). Pelaksanaan stimulasi, deteksi dan ntervensi dini tumbuh kembang
(SDIDTK) anak prasekolah di TK kerja wilayah Pukesmas Rantang Medan. KTI.
Program studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Soetjiningsih. (2013). Tumbuh kembang anak. Jakarta: EGC.
Suherman. (2010). Perkembangan anak toddler. Jakarta: EGC.
Widyastuti. (2008). Perkembangan kemampuan anak. Fitramarya: Yogyakarta.
Wiguna, T., Kaligis, F., Citraningtyas, T. (2013). Peningkatan kapasitas kesehatan mental
anak dan remaja di daerah bencana. RSCM. Indonesia dan Institute of Mental Health.
Singapura.
Wiguna, T., & Noorhana, S. (2005). Memahami reaksi emosi dan perilaku anak pasca
bencana. Divisi Psikiatri Anak dan Remaja Departemen Psikiatri FKUI/RSCM, Jakarta.
Wong, D. L., Hockenberry, M. E., Wilson, D., Winkelstein, M., & Schwartz, P. (2008). Buku
ajar keperawatan pedatrik. Ed. 6. (Agus Sutarna, Neti Juniarti & H. Y. Kuncara,
penerjemah). Jakarta: EGC.
Yuniarti, S. (2015). Asuhan tumbuh kembang neonatus bayi: Balita dan anak prasekolah.
Bandung : PT Refika Aditama.
Yusuf, S. (2009). Psikologi anak dan remaja. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Zaviera. (2008). Mengenali dan memahami tumbuh kembang anak. Yogyakarta: Kata Hati.

Anda mungkin juga menyukai