Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan harus berorientasi pada pembangunan manusia
berkelanjutan (sustainable development for mankind) yang dilandasi oleh kesadaran
mengenai pentingnya investasi kesehatan bagi kemajuan suatu bangsa (Soetjiningsih,
2012). Berdasarkan hal tersebut sumber daya manusia harus lebih diperhatikan sedini
mungkin sejak anak dalam kandungan, melahirkan, bayi usia 0-18 bulan, masa
toddler usia 18 bulan- 3 tahun, masa prasekolah usia 3-6 tahun, masa sekolah usia 6-
12 tahun, masa remaja 12-18 tahun, masa dewasa muda usia 18-40 tahun, masa
dewasa tua usia 40-60 tahun dan lansia 60 tahun keatas, sehingga pertumbuhan dan
perkembangan akan berproses dengan baik.
Pertumbuhan dan perkembangan terjadi secara simultan sepanjang daur
kehidupan. Perkembangan terjadi secara teratur mengikuti pola atau arah tertentu,
setiap tahap perkembangan merupakan hasil perkembangan dari tahap sebelumnya
dan menjadi prasyarat bagi perkembangan selanjutnya. Perkembangan merupakan
suatu perubahan yang berlangsung seumur hidup dengan bertambahnya struktur dan
fungsi tubuh yang lebih kompleks yang ditandai dengan bertambahnya kemampuan
motorik kasar, motorik halus, bicara, bahasa, sosialisasi, kemandirian dan perubahan
emosi. Perkembangan anak merupakan segala perubahan yang terjadi pada anak
yang dapat dilihat dari beberapa aspek antara lain personal sosial, fisik (motorik)
motorik kasar, motorik halus, dan bahasa. Perkembangan tubuh melalui kegiatan
yang terkoordinasi antara susunan saraf dan otot. Proses perkembangan terjadi secara
simultan dengan pertumbuhan, sehingga setiap pertumbuhan disertai dengan
perubahan fungsi. Perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan susunan
saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya. Perkembangan fase awal meliputi
beberapa aspek kemampuan fungsional, yaitu kognitif, motorik, emosi, sosial, dan
bahasa. Perkembangan pada fase awal ini akan menentukan perkembangan fase
selanjutnya. Kekurangan pada salah satu aspek perkembangan dapat mempengaruhi
aspek sebelumnya (Chamidah, 2010).
Salah satu aspek penting pada proses perkembangan adalah perkembangan
motorik kasar yaitu gerak tubuh menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar

1
dari seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak sebagai awal
dari kecerdasan dan emosi sosial anak khususnya pada bayi, selain itu perkembangan
bahasa, dan personal sosial (Hidayat, 2008). Banyaknya Negara yang mengalami
berbagai masalah perkembangan anak seperti keterlambatan motorik, bahasa,
perilaku, autisme, dan hiperaktif. Angka kejadian di Amerika Serikat berkisar 12-
16%, Thailand 24%, Argentina 22%, dan Indonesia 13-18% (Hidayat, 2016).
Perkembangan personal sosial anak, motoric kasar dan halus, serta bahasa anak
menyebabkan menurunnya kreatifitas anak dalam beradaptasi (Adriana, 2011).
Perkembangan dapat mengalami gangguan salah satunya gangguan bahasa.
Bahasa adalah alat penghubung atau komunikasi antar anggota masyarakat yang
terdiri dari individu-individu yang menyatakan pikiran, perasaan dan keinginannya
(Gunarti, dkk, 2008). Kemampuan bahasa merupakan kombinasi seluruh sistem
perkembangan anak, kemampuan berbahasa melibatkan kemampuan motorik,
psikologis, emosional, dan perilaku.
Proses perkembangan sudah dimulai sejak anak di dalam kandungan. Jadi,
perkembangan bukan dimulai sejak dari lahirnya. Usia bayi (0-18 bulan) merupakan
tahap awal mengembangkan rasa percaya atau trust terhadap pengasuhnya atau orang
tua. Perhatian yang penuh dari orang tua terhadap kebutuhan bayi dapat
menimbulkan rasa kepercayaan, yang akhirnya mempunyai harapan positif dimasa
mendatang. Seorang bayi dari hari ke hari akan mengalami perkembangan bahasa,
kemampuan bicara dan perkembangan sosial-emosional, akan tetapi tentunya tiap
anak tidak sama persis pencapaiannya, ada yang cepat mengalami perkembangan dan
ada juga yang membutuhkan waktu agak lama. Untuk membantu perkembangannya
ibu dapat membantu memberikan stimulasi yang disesuaikan dengan keunikan
masing-masing anak.
Berdasarkan uraian tersebut, maka kelompok tertarik mengelola kasus dengan
judul “Gangguan perkembangan pada Anak A di ULP-STKA Keperawatan
Universitas Riau”.

B. Tujuan Pembahasan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan anak pada An. A dengan
diagnosa keperawatan gangguan perkembangan personal sosial dan bahasa
diruangan ULP-STKA Ilmu Keperawatan Universitas Riau.

2
2. Tujuan Khusus
a. Mampu memahami Konsep Perkembangan
b. Mampu memahami Asuhan Keperawatan dengan gangguan perkembangan
c. Mampu memahami Definisi Pertumbuhan dan Perkembangan
d. Mampu memahami Aspek-Aspek Pertumbuhan dan Perkembangan
e. Mampu memahami Ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan
f. Mampu memahami Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak
g. Mampu memahami Tahap tumbuh kembang anak
h. Mampu memahami Gangguan pertumbuhan dan perkembangan
i. Mampu memahami Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan dan
perkembangan anak
j. Mampu memahami Definisi Perkembangan personal sosial dan bahasa
k. Mampu memahami Tahap Perkembangan personal sosial dan bahasa
l. Mampu memahami Faktor-faktor Yang Mempengaruhi personal sosial dan
bahasa
m. Mampu melakukan pegkajian pada pasien dengan gangguan perkembangan
personal sosial dan bahasa
n. Mampu memahami diagnosa pada pasien dengan gangguan perkembangan
personal sosial dan bahasa
o. Mampu menyusun rencana keperawatan pada pasien dengan gangguan
perkembangan personal sosial dan bahasa
p. Mampu menerapkan implementasi keperawatan pada pasien dengan gangguan
perkembangan

C. Manfaat
1. Bagi Imu Keperawatan
Hasil ini dapat digunakan sebagai sumber dalam melakukan intervensi
keperawatan dalam kasus keperawatan anak khususnya pada pasien yang
mengalami gangguan perkembangan.
2. Bagi Mahasiswa
Hasil asuhan keperawatan ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber
informasi dan menambah pengetahuan dan wawasan terutama tentang
penanganan keperawatan anak dengan gangguan perkembangan.

3
3. Bagi ULP STKA
Hasil ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk menstimulasi perkembangan anak
lebih lanjut.
4. Bagi Pelayanan Kesehatan
Hasil ini dapat digunakan sebagai informasi untuk memberikan asuhan
keperawatan pada anak dengan gangguan perkembangan khususnya pada pasien
yang mengalami gangguan perkembangan.

4
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep pertumbuhan dan perkembangan
1. Definisi
Pertumbuhan (growth) adalah perubahan yang bersifat kuantitatif, yaitu
bertambahnya jumlah, ukuran, dimensi pada tingkat sel, organ, maupun individu.
Anak tidak hanya bertambah besar secara fisik, melainkan juga ukuran dan
struktur organ-organ tubuh dan otak. Sebagai contoh, hasil dari pertumbuhan otak
adalah anak mempunyai kapasitas lebih besar untuk belajar, mengingat, dan
mempergunakan akalnya. Jadi anak tumbuh baik secara fisik maupun mental.
Pertumbuhan fisik dapat dinilai dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram),
ukuran panjang (cm/meter) umur tulang, dan tanda-tanda seks sekunde
(Soetjiningsih, 2013). Menurut Hurlock (2008) pertumbuhan (growth) merupakan
berkaitan dengan masalah perubahan dalam bentuk, besar, jumlah, ukuran, atau
dimensi tingkat sel atau organ yang bisa diukur.
Sedangkan perkembangan merupakan proses perubahan individu yang
terjadi dari kematangan (kemampuan seseorang sesuai usia normal) dan
pengalaman yang merupakan interaksi antara individu dengan lingkungan sekitar
yang menyebabkan perubahan kualitatif dan kuantitatif (dapat diukur) yang
menyebabkan perubahan pada diri individu tersebut. Perkembangan merupakan
hasil interaksi kematangan susunan saraf pusat dengan organ yang
dipengaruhinya, misalnya perkembangan sistem neuromuscular, kemampuan
bicara, emosi dan sosialisasi (Depkes, 2008). Menurut Soetjiningsih (2013),
perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan struktur atau fungsi tubuh
yang telah kompleks dalam pola yang teratur sebagai hasil dari proses
pematangan.
2. Ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan
Ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan anak menurut Soetjiningsih (2013):
a. Ciri pertumbuhan dapat dinilai dari beberapa perubahan yaitu:
1) Perubahan ukuran, terlihat jelas pada pertumbuhan fisik dengan
bertambahnya umur anak terjadi pula penambahan berat badan, tinggi
badan, lingkar kepala dan lain-lain.

5
2) Proporsi tubuh, perubahan proporsi tubuh sesuai dengan bertambahnya
umur anak, proporsi tubuh seorang bayi baru lahir sangat berbeda
dibandingkan tubuh anak ataupun orang dewasa.
3) Hilangnya ciri-ciri lama, selama proses pertumbuhan terdapat hal-hal yang
terjadi perlahan-lahan seperti menghilangnya kelenjar timus, lepasnya gigi
susu dan menghilangnya refleks-refleks primitif.
4) Timbul ciri-ciri baru, dikarenakan pematangan fungsi-fungsi organ, seperti
tumbuh gigi permanen.
b. Ciri perkembangan perkembangan melibatkan perubahan yaitu, terjadi
bersamaan dengan pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Misalnya,
perkembangan sistem reproduksi disertai dengan perubahan pada organ
kelamin. Perubahan-perubahan ini meliputi perubahan ukuran tubuh secara
umum, perubahan proporsi tubuh, berubahnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-
ciri baru sebagai tanda kematangan suatuorgan tubuh tertentu. Perkembangan
awal menentukan perkembangan selanjutnya. Seseorang tidak akan melewati
satu tahap perkembangan sebelum dia melewati tahapan sebelumnya.
Misalnya, seorang anak tidak akan bisa berjalan sebelum dia berdiri. Karena itu
perkembangan awal merupakan masa kritis karena akan menentukan
perkembangan selanjutnya. Perkembangan juga memiliki tahap yang
berurutan, tahap ini di lalui seorang anak mengikuti pola yang teratur dan
berurutan, dan tahap-tahap tersebut tidak bisa terjadi terbalik. Misalnya, anak
lebih dahulu mampu berdiri sebelum berjalan, mampu membuat lingkaran
sebelum mampu mampu membuat gambar kotak, dan lain-lain.
3. Aspek-Aspek Pertumbuhan dan Perkembangan
a. Aspek pertumbuhan
Untuk menilai pertumbuhan anak dilakukan pengukuran antopometri,
pengukuran antopometri meliputi pengukuran berat badan, tinggi badan
(panjang badan), lingkar kepala, lingkar lengan atas, dan lingkar dada (Hurlock
(2008). Pengukuran berat badan digunakan untuk menilai hasil peningkatan
atau penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh, pengukuran tinggi badan
digunakan untuk menilai status perbaikan gizi disamping faktor genetik,
sedangkan pengukuran lingkar kepala dimaksudkan untuk menilai
pertumbuhan otak. Pertumbuhan otak kecil (mikrosefali) menunjukkan adanya

6
reterdasi mental, apabila otaknya besar (volume kepala meningkat) terjadi
akibat penyumbatan cairan serebrospinal. Pada umur 6 bulan lingkar kepala
rata-rata adalah 44 cm (Hidayat, 2011).
b. Aspek Perkembangan
1) Motorik kasar (gross motor) merupakan keterampilan meliputi aktivitas
otot-otot besar seperti gerakan lengan, duduk, berdiri, berjalan dan
sebagainya (Hurlock (2008).
2) Motorik halus (fine motor skills) merupakan keterampilan fisik yang
melibatkan otot kecil dan koordinasi mata dan tangan yang memerlukan
koordinasi yang cermat. Perkembangan motorik halus mulai memiliki
kemampuan menggoyangkan jari-jari kaki menggambar dua tau tiga bagian,
menggambar orang, melambaikan tangan dan sebagainya (Hurlock, 2008).
3) Bahasa (languange) adalah kemampuan untuk memberikan respon terhadap
suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan, berkomunikasi (Hidayat,
2011).
4) Sosialisasi dan kemandirian merupakan aspek yang berhubungan dengan
kemampuan mandiri (makan sendiri, membereskan mainan selesai
bermain), berpisah dengan ibu/pengasuh anak, bersosialisasi dan
berinteraksi dengan lingkungannya (Rusmil, 2008).
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak
Tumbuh kembang anak mulai dari konsepsi sampai dewasa dipengaruhi
oleh banyak faktor, seperti faktor genetik dan faktor lingkungan bio-
fisikopsikososial, yang bisa menghambat atau mengoptimalkan tumbuh kembang
anak (Soetjiningsih, 2013). Setiap orang tua akan mengharapkan anaknya tumbuh
dan berkembang secara sempurna tanpa mengalami hambatan tertentu (Riyadi,
2009). Pola tumbuh kembang secara normal antara anak yang satu dengan anak
yang lainnya pada akhirnya tidak selalu sama, karena dipengaruhi oleh interaksi
oleh banyak faktor (Nursalam, 2008).
Adapun faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak,
yaitu:
a. Faktor dari dalam (internal)
Faktor dari dalam dapat dilihat dari faktor genetik dan hormonal, faktor genetik
akan mempengaruhi kecepatan pertumbuhan dan kematangan tulang, alat

7
seksual, serta saraf, sehingga merupakan modal dasar dalam mencapai hasil
akhir proses tumbuh kembang, yaitu: perbedaan RAS. Etnis atau bangsa,
keluarga, umur jenis kelamin dan kelainan kromosom. Kemudian pengaruh
hormonal, dimana sudah terjadi sejak masa prenatal, yaitu saat janin beumur 4
bulan. Pada saat itu, terjadi pertumbuhan yang cepat. Hormon yang
berpengaruh terutama adalah hormon pertumbuhan somatropin yang
dikeluarkan oleh kelenjar pituitary. Selain itu, kelenjar tiroid juga
menghasilkan kelenjar tiroksin yang berguna untuk metabolisme serta maturasi
tulang, gigi dan otak (Soetjiningsih, 2013).
b. Faktor dari luar (eksternal)
Faktor dari luar dapat dilihat dari:
1) Faktor prenatal, antara lain gizi, mekanis, toksin/zat kimia, endoktrin,
radiasi, infeksi, kelainan imunologi, anoksiembrio dan psikologi ibu.
2) Faktor persalinan, yaitu komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma
kepala, afaksia dapat menyebabkan kerusakn jaringan otak.
3) Faktor pasca salin, yaitu gizi, penyakit kronis/kelainan kongenital,
lingkungan fisis dan kimia, psikologis, endokrin, sosio-ekonomi, lingkungan
pengasuhan, stimulasi dan obat-obatan (Rusmil 2008).
5. Tahap tumbuh kembang anak
a. Pertumbuhan
1) Berat Badan
Pemantauan pertumbuhan bayi dan anak dapat dilakukan dengan
menimbang berat badan, mengukur tinggi badan, dan lingkar kepala anak.
Pertumbuhan berat badan bayi usia 0-6 bulan mengalami penambahan 150-
250 gram/minggu dan berdasarkan kurva pertumbuhan yang diterbitkan
oleh National Center for Health Statistics (NCHS), berat badan bayi akan
meningkat dua kali lipat dari berat lahir pada anak usia 4-7 bulan (Wong,
2008). Berat badan lahir normal bayi sekitar 2.500-3.500 gram, apabila
kurang dari 2.500 gram dikatakan bayi memiliki berat lahir rendah (BBLR),
sedangkan bila lebih dari 3.500 gram dikatakan makrosomia. Pada masa
bayi-balita, berat badan digunakan untuk mengukur pertumbuhan fisik dan
status gizi diperhatikan (Wong, 2008).

8
2) Panjang Badan
Istilah panjang badan dinyatakan sebagai pengukuran yang
dilakukan ketika anak terlentang (Wong, 2008). Pengukuran panjang badan
digunakan untuk menilai status perbaikan gizi. Selain itu, panjang badan
merupakan indikator yang baik untuk pertumbuhan fisik yang sudah lewat
(stunting) dan untuk perbandingan terhadap perubahan relatif, seperti nilai
berat badan dan lingkar lengan atas (Nursalam, 2008). Pengukuran panjang
badan dapat dilakukan dengan sangat mudah untuk menilai gangguan
pertumbuhan dan perkembangan anak. Panjang bayi baru lahir normal
adalah 45-50 cm dan berdasarkan kurva yang ditentukan oleh National
Center for Health Statistics (NCHS), bayi akan mengalami penambahan
panjang badan sekitar 2,5 cm setiap bulannya (Wong, 2008). Penambahan
tersebut akan berangsur-angsur berkurang sampai usia 9 tahun, yaitu hanya
sekitar 5 cm/tahun dan penambahan ini akan berhenti pada usia 18-20 tahun
(Nursalam, 2008).
3) Pengukuran Lingkar Kepala Anak
Cara yang biasa dipakai untuk mengetahui pertumbuhan dan
perkembangan otak anak. Biasanya ukuran pertumbuhan tengkorak
mengikuti perkembangan otak, sehingga bila ada hambatan pada
pertumbuhan tengkorak maka perkembangan otak anak juga terhambat.
Pengukuran dilakukan pada diameter occipitofrontal dengan mengambil
rerata 3 kali pengukuran sebagai standar. Lingkar kepala pada waktu lahir
rata-rata adalah 34-35 cm dan lingkar kepala ini lebih besar daripada lingkar
dada. Pada anak umur 6 bulan, lingkar kepala rata-rata adalah 44 cm, umur
1 tahun 47 cm, 2 tahun 49 cm, dan dewasa 54 cm. Jadi, pertambaha lingkar
kepala pada 6 bulan pertama adalah 10 cm, atau sekitar 50% pertambahan
lingkar kepala sejak lahir sampai dewasa terjadi 6 bulan pertama kehidupan
(Soetjiningsih, 2013).
b. Perkembangan
1) Perkembangan motorik kasar
Aspek perkembangan lokomosi (gerakan) dan postur (posisi tubuh).
Pada usia 6 bulan, bila bayi didudukkan di lantai, bayi bisa duduk sendiri
tanpa disokong tetapi punggung masih membungkuk, bayi mampu

9
berguling sebagai aktivitas yang disadari sehingga untuk mencapai benda
dengan jarak dekat, bayi dapat berguling-guling. Kontrol kepala bayi
muncul lebih dulu pada posisi tengkurap, sehingga bayi lebih dahulu
berguling dari posisi terlentang.
2) Perkembangan motorik halus
Kemampuan motorik halus dipengaruhi oleh matangnya fungsi
motorik, dan koordinasi neuromuskular yang baik, fungsi visual yang
akurat, dan kemampuan intelek nonverbal. Pada usia 6 bulan bayi mampu
memindahkan objek dari tangan satu ke tangan lainnya, bayi juga mampu
meraih dan mengambil benda dengan baik, tanpa disertai gerakan simultan
pada tangan yang lain, bayi juga mampu memasukkan balok ke dalam gelas
tapi tidak bisa mengambil kembali.
3) Perkembangan bahasa
Perkembangan bahasa ini merupakan dimana kemampuan anak
untuk memberikan respons terhadap suara, mulai mengenal kata-kata “da
da, pa pa, ma ma”.
4) Perkembangan sosial
Perkembangan sosial, banyak dipengaruhi faktor lingkungan
(pengasuhan). Seorang bayi mewarisi karakteristik emosional-sosial dan
gaya berinteraksi, tetapi sifat bawaan tersebut dimodifikasi oleh gaya
orangtua dan lingkungan sosial, bayi akan merasa nyaman disekitar orang-
orang akrab dan timbul kecemasan di sekitar orang asing. Pada usia ini bayi
senang bermain dengan bayi lainnya, dan sekali-kali ia akan tersenyum dan
meniru suara. Diusia inilah dimana bayi mulai mengenali orang tuanya
(Soetjiningsih, 2013).
\

6. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan


a. Gangguan Pertumbuhan Fisik
Gangguan pertumbuhan fisik meliputi gangguan pertumbuhan diatas
normal dan gangguan pertumbuhan dibawah normal. Pemantauan berat badan
menggunakan KMS (Kartu Menuju Sehat). Bila grafik berat badan naik lebih
dari 120% kemungkinan anak mengalami obesitas atau kelainan hormonal.
Sedangkan apabila grafik berat badan dibawah normal kemungkinan anak
mengalami kurang gizi, menderita penyakit kronis atau atau kelainan

10
hormonal. Lingkar kepala juga menjadi salah satu parameter yang penting.
Ukuran lingkar kepala menggambarkan isi kepala termasuk otak dan cairan
serebrospinal. Lingkar kepala yang lebih dari normal dapat dijumpai pada anak
yang menderita hidroseflus, megaensefali, tumor otak. Sedangkan apabila
lingkar kepala kurang dari normal dapat diduga anak menderita retardasi
mental, malnutrisi kronis.
b. Gangguan Perkembangan Motorik
Perkembangan motorik yang lambat dapat disebabkan oleh beberapa
hal. Salah satu penyebab gangguan perkembangan motorik adalah kelainan
tonus otot atau penyakit neuromuskular. Anak dengan cerebral palsy dapat
mengalami keterbatasan perkembangan motorik sebagai akibat spastisitas,
athetosis, ataksia, atau hipotonia. Kelainan sumsum tulang belakang seperti
spina bifida juga dapat menyebabkan keterlambatan perkembangan motorik.
Namun tidak selamanya gangguan perkembangan motorik selalu didasari
adanya penyakit tersebut. Faktor lingkungan serta kepribadian anak juga dapat
mempengaruhi keterlambatan perkembangan motorik.Anak yang tidak
mempunyai kesempatan untukbelajar seperti sering digendong atau diletakkan
di baby walker dapat mengalami keterlambatan dalam mencapai kemampuan
motorik.
c. Gangguan Perkembangan Bahasa
Kemampuan bahasa merupakan kombinasi seluruh sistem
perkembangan anak, kemampuan berbahasa melibatkan kemampuan motorik,
psikologis, emosional dan perilaku. Gangguan perkembangan bahasa pada
anak dapat diakibatkan berbagai faktor, yaitu adanya faktor genetik, gangguan
pendengaran, kurangnya interaksi anak dengan lingkungan, maturasi yang
terlambat. Selain itu, gangguan perkembangan bicara dapat juga disebabkan
oleh kelainan fisik seperti bibir sumbing dan serebral pasli.
d. Gangguan pervasif dan psikosis
Gangguan pervasif dan psikosisi pada anak Meliputi autisme (gangguan
komunikasi verbal dan nonverbal, gangguan perilaku dan interaksi sosial).
Asperger (gangguan interaksi sosial, perilaku, perilaku yang terbatas dan
diulang-ulang, obsesif), childhood disentegrative disorders.

11
e. Gangguan suasana hati (mood disoders)
Gangguan tersebut antara lain adalah major depression yang ditandai
dengan disforia, kehilangan minat, sukar tidur, sukar konsentrasi, dan nafsu
makan terganggu. (Wong, 2008).
7. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan anak
a. Antropometri
Pengukuran antropometri dimaksudkan untuk mengetahui ukuran-
ukuran fisik seorang anak dengan menggunakan alat ukur tertentu, seperti
timbangan dan pita pengukur (meteran) (Nursalam, 2008). Pada penentuan
keadaan pertumbuhan fisik anak perlu dilakukan pemeriksaan antopometri dan
pertumbuhan fisik.Pengukuran antropometri untuk emantau tumbuh kembang
anak adalah berat badan, badan panjang, lingkar kepala dan lingkar lengan atas.
b. Indeks Antropometri
Indeks antropometri merupakan rasio dari pengukuran terhadap satu
atau lebih pengukuran atau yang dihubungkan dengan umur, TB/U (Tinggi
Badan terhadap Umur) dan BB/U (Berat Badan terhadap Umur).
c. Interpretasi indeks antropometri gizi Interpretasi indeks antropometri gizi
memerlukan ambang batas. Ambang batas dapat disajikan kedalam tiga cara,
yaitu persen terhadap median, persentil, dan standar deviasi unit. WHO
menyarankan menggunakan standar deviasi unit untuk meneliti dan memantau
pertumbuhan. Standar Deviasi Unit (SD) disebut juga Z-score. Rumus
perhitungan Z- Score adalah:
Z-Score = Nilai Individu Subjek – nilai media baku rujukan
Nilai simpang baku rujukan

B. Konsep perkembangan bahasa anak


1. Definisi
Bahasa adalah alat penghubung atau komunikasi antar anggota masyarakat
yang terdiri dari individu-individu yang menyatakan pikiran, perasaan dan
keinginannya. Bahasa sebagai suatu sistem bunyi yang arbitler (mana suka)
dipergunakan masyarakat dalam rangka kerja sama, berinteraksi, dan
mengidentifikasikan diri. Seorang anak dapat mempelajari bahasa dengan
berbagai cara dari komunitas belajarnya. Ketika seorang anak terdiam saat

12
menyimak orang tua atau teman berbicara atau melihat dan membaca gambar atau
tulisan maka mereka dapat memahami bahasa berdasarkan konsep pengetahuan
dan pengalaman yang mereka peroleh (Gunarti dkk, 2008).
2. Tahap Perkembangan Bahasa Anak
Perkembangan bahasa terbagi atas dua periode besar, yaitu: periode
prelinguistik (0-1 tahun) dan linguistik (1-5 tahun). Mulai periode linguistic inilah
mulai hasrat anak mengucapkan kata-kata yang pertama, yang merupakan saat
paling menakjubkan bagi orang tua. Periode linguistic terbagi dalam tiga fase
besar, yaitu:
a. Fase Holofrase (satu kata)
Pada fase ini anak mempergunakan satu kata menyatakan pikiran yang
kompleks, baik yang berupa keinginan, perasaan atau temuannya tanpa
perbedaan yang jelas. Misalnya kata duduk, bagi anak dapat berarti “saya mau
duduk”, atau kursi tempat duduk, dapat juga diartikan “mama sedang duduk”.
Orang tua baru dapat mengerti dan memahami apa yang dimaksudkan oleh
anak tersebut, apabila kita tahu dalam konteks apa kata tersebut di ucapkan,
sambil mengamati mimik gerak serta bahasa tubuh lainnya. pada umumnya
kata pertama yang diucapkan oleh anak adalah kata benda, setelah beberapa
waktu barulah disusul dengan kata kerja.
b. Fase lebih dari satu kata
Fase dua kata muncul pada anak berusia sekitar 18 bulan. Pada fase ini
anak sudah dapat membuat kalimat sederhana yang terdiri dari dua kata.
Kalimat tersebut kadang-kadang terdiri dari pokok kalimat dan predikat,
kadang-kadang pokok kalimat dengan obyek dengan tata bahasa yang tidak
benar. Setelah dua kata, munculah kalimat dengan tiga kata, diikuti oleh empat
kata dan seterusnya. Pada periode ini bahasa yang digunakan oleh anak tidak
lagi egoisentris, dari dan untuk dirinya sendiri. mulailah mengadakan
komunikasi dengan orang lain secara lancar. Orang tua mulai melakukan tanya
jawab dengan anak secara sederhana. Anak pun mulai dapat bercerita dengan
kalimatkalimatnya sendiri yang sederhana.
c. Fase diferensiasi
Periode terkahir dari masa balita yang berlangsung antara usia 2,5-5
tahun. Keterampilan anak dalam berbicara mulai lancar dan berkembang pesat.

13
Dalam berbicara anak bukan saja menambah kosakatanya yang mengagumkan
akan tetapi anak mulai mampu mengucapkan kata demi kata sesuai dengan
jenisnya, terutama dalam pemakaian kata benda dan kata kerja. Anak telah
mampu mempergunakan kata ganti orang “saya” untuk menyebutkan dirinya,
mampu mempergunakan kata dalam bentuk jamak, awalan, akhiran, dan
berkomunikasi lebih lancar lagi dengan lingkungan. Anak mulai dapat
mengkritik, bertanya, menjawab, memerintah, memberitahu, dan bentuk-
bentuk kalimat lain yang umum satu pembicaraan “gaya” dewasa (Gunarti,
dkk, 2008).
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Bahasa
Pengenalan bahasa yang lebih dini dibutuhkan untuk memperoleh
keterampilan bahasa yang baik. Perkembangan bahasa dipengaruhi oleh faktor,
yaitu: intelegensi, status sosial sosial, jenis kelamin, hubungan keluarga, dan
kedwibahasaan (Pemakaian dua bahasa). Secara rinci dapat diidentifikasi
sejumlah faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa, yaitu:
a. Intelegensi (Proses Memperoleh Pengetahuan)
Tinggi rendahnya kemampuan kognisi individu akan mempengaruhi
cepat lambatnya perkembangan bahasa individu. Ini relevan dengan
pembahasan sebelumnya bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara
pikiran dengan bahasa seseorang.
b. Status sosial
Anak yang secara sosial budaya berasal dari kalangan atas dan
menengah lebih cepat perkembangan bahasanya daripada anak yang berasal
dari kalangan bawah. Anak dari kalangan menengah ke atas dapat mencapai
peringkat tertinggi dalam prestasi kebahasaan secara fundamental, hal ini
berpulang pada motif kebahasaan yang mereka terima dan adanya penguatan
atas respon mereka.
c. Jumlah Anak Atau Jumlah Keluarga
Suatu keluarga yang memiliki banyak anggota keluarga, perkembangan
bahasa anak lebih cepat, karena terjadi komunikasi yang bervariasi
dibandingkan dengan yang hanya memiliki anak tunggal dan tidak ada anggota
lain selain keluarga inti.

14
d. Jenis kelamin
Anak perempuan melebihi anak laki-laki dalam aspek bahasa. Anak
perempuan lebih dahulu mampu berbicara daripada anak laki-laki dan kamus
kosakatanya lebih banyak daripada anak laki-laki. Namun perbedaan jenis
kelamin ini akan berkurang secara tajam selaras dengan berguliranya fase
perkembangan dan bertambahnya usia.
e. Kedwibahasaan (Pemakaian dua bahasa)
Anak yang dibesarkan dalam keluarga yang menggunakan bahasa lebih
dari satu atau lebih bagus dan lebih cepat perkembangan bahasanya daripada
yang hanya menggunakan satu bahasa saja karena anak terbiasa menggunakan
bahasa secara bervariasi. Misalnya, didalam rumah dia menggunakan bahasa
jawa dan di luar rumah dia menggunakan bahasa Indonesia (Gunarti, dkk,
2008).
C. Konsep perkembangan personal sosial anak
1. Definisi
Personal sosial adalah salah satu aspek yang berhubungan dengan
kemampuan mandiri anak, bersosialisasi, dam berinteraksi dengan lingkungan
(Rusmil, 2008). Menurut (Soetjiningsih, 2013) perkembangan personal sosial
adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi, dan
berinteraksi dengan lingkungannya Perkembanggan personal meliputi berbagai
kemampuan yang dikelompokkan sebagai kebiasaan, kepribadian, watak, dan
emosi. Perkembangan sosial adalah perkembangan kemampuan anak berinteraksi
dan bersosialisasi dengan lingkungannya.
2. Tahap perkembangan personal sosial anak
Umur 2-6 tahun anak belajar melakukan hubungan sosial dan bergaul
dengan orang-orang di luar lingkungan rumah, terutama dengan anak-anak yang
umurnya sebaya. Mereka belajar menyesuaikan diri dan bekerja sama dalam
kegiatan bermain.
a. Hubungan Dengan Anak Lain
Sblm 2 tahun anak kecil terlibat dalam permainan searah . 3- 4 tahun anak-
anak mulai bermain bersama dalam kelompok, berbicara satu sama lain pada
saat bermain, dan memilih dari anak-anak yang hadir siapa yang akan dipilih
untuk bermain bersama. Perilaku yang umum dari kelompok ini ialah

15
mengamati satu sama lain, melakukan percakapan, dan memberikan saran
lisan.
b. Aspek Emosi
Emosi adalah suatu suasana yang kompleks dan getaran jiwa yang menyertai
atau muncul sebelum/sesudah terjadinya prilaku. Gejala-gejala seperti takut,
cemas, marah, dongkol, iri, cemburu, senang, kasih saying, simpati, dan
sebagainya merupakan proses manifestasi dari keadaan emosional pada diri
seseorang. Setiap anak memiliki emosi yang berbeda-beda biasanya hal itu
tergantung dari suasana hatinya dan kadang juga dipengaruhi dari situasi
lingkungannya .
c. Infant (masa bayi 0-2 tahun)
Pada waktu lahir, emosi tampak dalam bentuk sederhana, dan reaksi emosional
dapat ditimbulkan oleh berbagai macam rangsangan. Pola emosional yang
lazim pada masa bayi yaitu kemarahan, rasa ingin tahu, kegembiraan, dan
kesenangan akan sesuatu.
3. Faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan personal sosial anak
Faktor yang mempengaruhi perkembangan personal sosial anak di
antaranya adalah komunikasi antara orang tua dan anak, lingkungan, status gizi,
stimulasi, status kesehatan, posisi anak dalam keluarga, kelompok teman sebaya.
a. Orang tua
Dalam aspek personal sosial pada orang tua merupakan faktor penting
yang menentukan dan mempengaruhi perkembangan personal sosial anak,
peran tersebut adalah dimana orang tua berusaha untuk berkomunikasi
langsung kepada anak baik secara verbal maupun non verbal. Dan peran lain
sebagai orang tua adalah menciptakan dan memberi arahan kepada anak bahwa
lingkungan keluarga merupakan lingkungan sosial yang pertama bagi anak,
sehingga anak di arahkan untuk selalu berkomunikasi dan berinteraksi di
lingkungan keluarga agar tercipta hubungan yang baik dengan orang lain.
b. Lingkungan
Lingkungan meliputi kebudayaan yang di anut keluarga dan status
sosial ekonomi keluarga mempunyai pengaruh dalam perkembangan personal
sosial anak, kebudayaan yang di anut dalam sebuah keluarga mungkin berbeda
dengan keluarga lain sehingga dimana anak di besarkan dan seperti apa cara

16
orang tua menanamkan nilai kehidupan dan mengajarkan tentang norma yang
berlaku menentukan kepribadian seorang anak. Dalam hal sosial ekonomi anak
yang berada dalam keluarga menengah ke atas tentu berbeda dengan anak yang
berada pada keluarga yang status ekonomi menengah ke bawah, dari segi
lingkungan tempat tinggal ekonomi menengah ke atas memiliki lingkungan
tempat tinggal yang lebih layak dan lebih kondusif di bandingkan dengan
lingkungan sosial ekonomi menengah ke bawah.
c. Gizi
Anak yang memiliki keadaan gizi kurang perkembangan personal
sosialnya cenderung terganggu. Dalam melakukan aktivitas sehari- hari
seorang anak membutuhkan gizi yang cukup agar anak mampu melakukan
aktivitasnya secara optimal. Jika gizi anak tercukupi maka anak juga dapat
berinteraksi dengan lingkungan baik karena anak mampu melakukan
aktivitasnya secara optimal.
d. Stimulasi
Stimulasi adalah rangsang yang di terima anak dari lingkungan luar
individu. Anak yang mendapat stimulasi baik lebih cepat perkembangannya di
bandingkan dengan anak yang stimulasinya kurang. Agar anak dapat tumbuh
secara optimal maka di perlukan stimulasi secara terus menerus pada setiap
aspek perkembangannya.
e. Status kesehatan
Tumbuh kembang seorang anak akan terganggu jika anak berada dalam
kondisi sakit, apabila kondisi tubuh anak kurang baik maka proses tumbuh
kembangnya mengalami keterlambatan. Sedangkan anak yang sehat dapat
berkembang secara optimal dan sangat mudah untuk percepatan tumbuh
kembangnya.
f. Posisi anak
Faktor posisi anak dalam keluarga juga berperan dalam perkembangan
personal sosial anak. Anak pertama biasanya mengalami hambatan atau
keterlambatan pada aspek motorik dan personal sosialnya, namun dalam hal
kognitif anak pertama terlihat lebih menonjol. Hal ini disebabkan orang tua
yang memiliki anak pertama belum terlalu paham dan belum beradaptasi

17
mengenai aspek perkembangan anak. Terjadi kecenderungan pada keluarga
karena anak tidak mendapat stimulasi dari saudara kandungnya.
g. Teman Sebaya
Anak memerlukan teman sebaya agar dapat bersosialisasi dengan
lingkungan. Namun perhatian orang tua masih di butuhkan disini untuk
memantau teman sebaya seperti apa yang di pilih anak dan bagaimana
pergaulan anak dengan teman sebaya tersebut. Dalam memenuhi kebutuhan
pribadi dan sosialnya anak dapat berkembang secara optimal dengan adanya
teman sebaya, karena teman sebaya anak dapat bermain dan mengembangkan
kemampuan yang di milikinya (Soetjiningsih, 2013).
4. Alat ukur untuk mendeteksi perkembangan Bahasa dan Personal sosial
anak
American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan agar
melakukan surveilans perkembangan (development surveillance) pada setiap
kontrol anak sehat, dan melakukan skrining perkembangan (development
screening) pada anak yang kontrol usia 9, 18, dan 30 bulan atau pada anak-anak
yang dicurigai memiliki keterlambatan atau kelainan perkembangan. Terdapat
berbagai macam alat skrining yang ditujukan untuk menemukan kelainan
perkembangan salah satunya menggunakan DDST II (Denver Development
Screening Test).
Deteksi dini perkembangan anak banyak instrumen yang dapat digunakan.
Salah satu instrument skrining yang dapat diakai secara internasional untuk
milenial perkembangan anak adalah DDST II (Denver Development Screening
Test). DDST II adalah alat untuk menemukan secara dini masalah penyimpangan
perkembangan anak umur 0-6 tahun.
Pemeriksaan yang dihasilkan DDST II bukan merupakan pengganti
evaluasi diagnostik, namun lebih kearah membandingkan kemampuan
perkembangan seorang anak dengan anak lainnya yang seumur. DDST II
digunakan untuk menilai tingkat perkembangan anak sesuai umurnya pada anak
yang mempunyai tanda-tanda keterlambatan perkembangan maupun anak sehat.
DDST II merupakan tes IQ dan bukan merupakan peramal kemampuan intelektual
anak dimasa mendatang.

18
Menurut pedoman pemantauan perkembangan Denver II, formulir test
DDST II berisi 125 item yang terdirir dari 4 sektor, yaitu: personal sosial, motorik
halus-adaptif, bahasa serta motorik kasar. Sector personal sosial meliputi
kompnen penilaian yang berkaitan dengan kemampuan penyesuaian diri anak di
masyarakat dan kemampuan memenuhi kebutuhan pribadi anak. Sektor motorik
halus-adaptif anak berisi kemampuan anak dalam hal koordinasi mata-tangan,
memainkan dan menggunakan benda-benda kecil serta pemecahan masalah.
Sector bahasa meliputi kemampuan mendengar, mengerti, dan menggunakan
bahasa. Sektor motorik kasar terdiri dari penilaian kemampuan duduk, jalan, dan
gerakan-gerakan umum otot besar. Selain keempat sektor tersebut, prilaku anak
dapat dinilai secara umum untuk memperoleh taksiran kasar bagaimana seorang
anak menggunakan kemampuannya.
Identifikasi dini merupakan suatu fungsi integral dari pelayanan kesehatan
dasar dan merupakan tanggung jawab dari semua professional pelayanan
kesehatan anak. Salah satu alat skrining yang dapat menilai secara akurat aspek-
aspek bahasa dan visual-motor adalah Capture scales. Keberhasilannya dalam
pengukuran secara cepat dari aspek perkembangan akan membantu menegakkan
diagnosis banding dari sebagian besar kategori utama gangguan perkembangan
dimasa bayi dan kanak-kanak dini.
D. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan perkembangan: komunikasi verbal b.d kurangnya stimulasi bahasa
2. Gangguan perkembangan: komunikasi verbal b.d hambatan bahasa
3. Kecemasan orang tua b.d ketidakmampuan anak berkomunikasi
E. Rencana Keperawatan
Diagnosa
Intervensi Rasional
Keperawatan
Gangguan 1. Lakukan latihan 1. Latihan bicara yang sesuai
perkembangan: komunikasi dengan dengan perkembangan anak
komunikasi verbal b.d memperhatikan akan menghindari ekploatasi
kurangnya stimulasi perkembangan mental anak. yang berakibat penekanan
bahasa 2. Lakukan komunikasi fungsi mental anak.
secara komprehensif baik 2. Komunikasi yang
verbal maupun non verbal. komprehensif akan
3. Berbicara sambil bermain memperbanyak jumlah
dengan alat untuk stimulasi yang diterima anak
mempercepat persepsi anak sehingga akan memperkuat
tentang suatu hal. memori anak terhadap suatu
4. Berikan lebih banyak kata kata.

19
meskipun anak belum 3. Bermain akan menigkatkan
mampu mengucapkan daya tarik anak sehingga
dengan benar. frekwensi dan durasi latihan
5. Lakukan sekrening lanjutan bisa lebih lama.
dengan mengggunakan 4. Anak lebih suka
Denver Speech Test. mendengarkan kata-akat
dari pada mengucapkan
karena biasanya kesulitan
dalam mengucapkan.
5. Untuk mengetahui jenis dan
beratnya gangguan serta
keterlambatan dalam
berbicara pada anak.
Gangguan 1. Gunakan bahasa yang 1. Untuk memudahkan pema-
perkembangan: sederhana dan umum haman menghindari stress
komunikasi verbal b.d digunakan dalam dan kebingungan anak
hambatan bahasa komunikasi sehar-hari. yang akibat bahasa yang
2. Gunakan verifikasi bahasa berubah-ubah.
sesuai dengan tingkat 2. Difersifikasi bahasa dapat
kematangan dan diberikan jika kemampuan
pengetahuan anak. mental anak sudah matang
seperti setelah umur 9
tahun, karena
perkembangan selsel otak
anak sudah mulai
maksimal.
Kecemasan orang tua 1. Gali kebiasaan komunikasi 1. Untuk dapat menggali
b.d ketidakmampuan dan stimulasi orang tua efektivitas dan kemampuan
anak berkomunikasi terhadap anak. serta usaha yang telah
2. Berikan penjelasan tentang dilakukan oleh orang tua,
kondisi anaknya secara untuk mengindari
jelas, serta kemungkinan overlaping tindakan yang
penanganan lanjutan, berakibat orang tua
prognose serta lamanya menjadi bosan.
tindakan atau pengobatan. 2. Pengikutsertaan keluarga
terhadap perawatan anak
secara langsung akan
mampu mengurangi tingat
kecemasan orang tua
terhadap keadaan anaknya.

20
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian keperawatan
1. Identitas pasien
a. Inisial klien : An.A
b. Tanggal lahir : 13 Maret 2018
c. Tanggal pengkajian : 15 Januari 2019
d. Usia : 10 bulan 03 hari
2. Riwayat masuk pasien
An.A di titipkan di ULP Universitas Riau dikarenakan kedua orang tua bekerja
dan tidak ada yang menjaga An.A dirumah, An.A dirumah juga tidak memiliki
teman
3. Riwayat penyakit : tidak ada
4. Riwayat keluarga : tidak ada
5. Pemeriksaan fisik
a. Tinggi badan : 63 cm
b. BB : 8,8 Kg
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Lingkar Kepala : 44 cm
e. Tanda-tanda vital
TD : - (tidak dilakukan pengukuran) N : 110 x/ menit
S : 37,00C RR : 28 x / menit
f. Lingkar lengan Atas : 14 cm
g. Lingkar perut : 48 cm
h. Kepala : Rambut hitam, pendek, distribusi rambut merata dan
bersih, tidak ada pembengkakan.
i. Mata : Simetris kanan dan kiri, Sklera tidak ikterik,
konjungtiva tidak anemis.
j. Telinga : Simetris, kondisi bersih, tidak ada pembengkakan
pada
telinga, tidak ada gangguan pendengaran
k. Hidung : Simetris, hidung bersih, ada sekret, tidak ada
radang,

21
tidak ada pembengkakan.
l. Mulut : Tidak ada sianosis, gigi belum lengkap, reflek
menghisap (+)
m. Leher : Tidak terdapat pembesaran KGB
n. Dada : Simetris, retraksi dada (-), pembengkakan organ (-),
RR: 28x/m
o. Perut : Lingkar perut = 48 cm, tidak ada pembengkakan,
Asites (-)
p. Punggung : Tidak ada kelainan
q. Ekstremitas : Simetris, tidak ada sianosis, teraba hangat, CRT <2
detik.
r. Kulit dan kuku : Kuku bersih dan pendek, memar (-), lebam (-)
s. Anorektal : Tidak ada kelainan
t. Neurologi : Tidak ada kelainan
6. ReflekPatologis
Reflex patella (+)
7. Pola tidur
Setelah masuk ke ULP An.A tidur siang dengan frekuensi ±1-2 jam
8. Pola makan
An.A makan pada pagi hari dan siang hari, terkadang diselingi dengan camilan
seperi roti dan lain-lain
9. Pola eliminasi
An.A memakai popok, diganti saat popok anak penuh atau BAB dengan diganti
minimal 2x sehari.
10. Perilaku
An.A sering menangis jika ditinggalkan Ners muda, An.A selalu ingin
ditemankan, dan mau bermain dengan temannya. An.A senang menonton TV
dan menyanyi.
11. Pengakajian Nyeri
a. Lokasi :-
b. Efeknyeri :-
c. Skalanyeri :-
d. Skala yang dipakai :-

22
12. Nutrisi dan Cairan
a. Intake/8 jam
Oral : Minum air putih ± 1 cangkir = 50 ml
Susu 1 botol = 100 ml
Infus :-
Makanan : Makanan MP ASI, cemilan (roti, dll) ±150 gram
Total : 300
b. Output/8 jam
BAB/BAK :±100 ml
IWL : BB(kg) x 15 = 8,8 kg x 15 = 132
Drainase :-
Total : 232 ml
Balance cairan : 300– 232 = 68 ml
Jenis Minuman : air putih dan susu
Frekuensi/hari : susu 1x/8 jam, air putih ± 1 cangkir
13. Terapi Medikasi : Tidak ada
14. Pemeriksan penunjang:
Pada tanggal 15 Januari 2019 dilakukan pemeriksaan DDST II untuk
mengetahui perkembangan anak. Dari hasil pemeriksaan melalui 4 didapatkan
hasil 3 Caution dan 3 Delay sehingga dapat disimpulkan anak mengalami
keterlambatan (suspek), karena didapatkan lebih dari 2 suspek atau didapatlan 1
keterlambatan. Berikut penjabarannya yaitu sebagai berikut:
a. Personal-sosial (suspek)
An.A sudah mampu minum dari cangkir, bermain bola dengan pemeriksa,
melambaikan tangan, memasukkan biscuit kemulut, berusaha mencapai
mainan, namun An. A belum mampu menirukan kegiatan (normal), tepuk
tangan, belum mampu menyatakan keinginan tanpa menangis. Terdapat 2
caution atau kewaspadaan pada pemeriksaan menyatakan keinginan tanpa
menangis dan tepuk tangan.
b. Adaptif-motorik halus (normal)
An.A sudah mampu membenturkan 2 kubus, memegang dengan ibu jari dan
jari, mengambil 2 kubus, memindahkan kubus ketangan lain, namun belum

23
mampu menaruh kubus di cangkir. Dari hasil pemeriksaan didapatkan 1
caution yaitu pada pemeriksaan menaruh kubus di cangkir.
c. Bahasa (suspek)
An.A sudah mampu mengoceh, mengoceh kearah suara, menoleh kebunyi
icik-icik. Namun belum mampu/gagal pada menyebut papa/mama tidak
spesifik, meniru bunyi kata-kata, satu suku kata. Terdapat 3 delay pada
pemeriksaan mengatakan papa/mama tidak spesifik, meniru bunyi kata-
kata, satu suku kata dimana An. A gagal padahal anak seusianya sudah bisa.
d. Motorik kasar
An.A sudah mampu bangkit terus duduk, bangkit untuk berdiri, berdiri
dengan pegangan. Namun belum mampu berdiri 2 detik masih normal.

B. Analisa Data
Masalah
Data Etiologi
keperawatan
Data Subjektif : Faktor keluarga dan Gangguan
lingkungan perkembangan
Data Objektif :
- An. A tampak berada Kurangnya stimulus dari
dipangkuan Ners muda tidak orang tua untuk
mau ditinggalkan berinteraksi dengan anak
- An. A tampak ingin digendong
oleh Ners Muda Kurangnya interaksi
- An.A menangis jika anak dengan lingkungan
ditinggalkan Ners muda sekitar
- An.A selalu ingin ditemankan
ners muda dan mau bermain. Penurunan stimulus
- Mengoceh tidak jelas sosial
- BB: 8,8 Kg, TB: 63 cm
Pemeriksaan Penunjang tanggal
15 Januari 2019 Kepercayaan diri
- DDST II: pemeriksaan personal
sosial, hasil : 2 caution pada Gangguan
menyatakan keinginan tanpa perkembangan personal
menangis dan tepuk tangan. sosial pada anak
Data Subjektif : - Faktor lingkungan, Gangguan
Data Objektif : kerusakan otak dan perkembangan
- An.A tampak menangis jika emosi
ingin sesuatu
- An. A belum mampu
mengatakan satu suku kata, papa Penurunan stimulus
mama tidak spesifik, meniru bahasa
bunyi kata-kata
- Mengoceh tidak jelas
- Usia 10 bulan Defisiensi bahasa

24
Pemeriksaan Penunjang tanggal
15 Januari 2019 Gangguan
- DDST II: pemeriksaan bahasa perkembangan bahasa
hasil : 3 delay pada
menyebutkan papa/mama tidak
spesifik, satu suku kata, dan
menirukan bunyi kata-kata.
- Bicara belum bisa dimengerti

Data Subjektif : - Tidak mampu Risiko cedera


Data Objektif : mengatakan keinginan
- Cepat menangis jika
ditinggalkan
- Menangis kuat jika ditinggalkan Keinginan tidak
- An. A merangkak, mencoba terpenuhi
memanjat sesuatu untuk berdiri.

Menangis kuat, berusaha


merangkak, dan
memanjat untuk meraih
sesuatu
(anak belum mengetahui
bahaya untuk dirinya)

Risiko cedera

C. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan perkembangan pada anak
2. Risiko cedera b/d agen cedera, perkembangan (anak belum mengetahui bahaya
untuk dirinya)

D. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Rasional


Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil

Gangguan NOC NIC


perkembangan 1. Memperlihatkan 1. Monitor perkembangan 1. Hasil interpretasi dari
personal tingkat dan pertumbuhan anak scoring denvers dapat
sosial pada perkembangan pada area fungsi motorik membantu
anak personal sosial kasar dan halus dengan mendeteksi
seoptimal perangkat scoring perkembangan anak
mungkin sesuai denvers (DDST) dan apakah mengalami
dengan NCHS (BB, TB, Lingkar keterlambatan
kelompok kepala, lingkar dada dan perkembangan, dan
seusianya lingkar lengan atas) sebagai deteksi dini
2. Diskusikan dan ajarkan untuk intervensi

25
Kriteria Hasil : keluarga tentang tugas- keperawatan
1. Menunjukkan tugas perkembangan 2. Pengikutsertaan
perilaku sangat anak sesuai dengan keluarga terhadap
ingin tahu dan keompok usia dan perawatan anak
lebih stimulasinya secara langsung akan
memungkinka mampu mengurangi
n melakukan tingat kecemasan
secara mandiri orang tua terhadap
2. Tercapainya keadaan anaknya.
suatu 3. Ajarkan dan beri 3. Komunikasi sesuai
perkembangan kesempatan pada anak kemampuan anak
aspek personal untuk memenuhi tugas digunakan untuk anak
sosial perkembangan sesuai dapat berkembang
3. Keluarga mau dengan kelompok sesuai dengan usianya
melakukan seusianya dan tidak
stimulan mengekploitasi anak.
terhadap tugas- 4. Berikan waktu bermain 4. Bermain dengan
tugas dengan teman sebaya teman sebaya akan
perkembangan membantu anak
anak mengenal lingkungan
dan menambah
stimulus untuk anak

Gangguan NOC NIC


perkembangan 1. Mampu 1. Observasi tumbuh 1. Untuk mengetahui
bahasa mencapai kembang pada anak apakah anak mengalami
perkembangan 2. Jelaskan ke ibu agar keterlambatan
yang optimal selalu memberikan perkembangan atau tidak
sesuai dengan stimulus pada anak 2. Membantu anak
usianya terkait tumbuh kembang mengenal stimulus yang
pada anak diberikan, dan melatih
Kriteria Hasil : kemampuan anak
1. Tercapainya 3. Berikan anak stimulus 3. Kosa kata yang berulang
suatu kosa kata diucapkan membuat
perkembangan anak mengingat,
aspek bahasa komunikasi pada anak
akan menstimulus anak
untuk berbicara.
4. Berikan anak stimulus 4. Agar anak mengerti
untuk memahami suatu dan ketika
larangan/perintah memberikan larangan
gunakan bahasa yang
tepat.
5. Berikan stimulasi untuk
anak memanggil nama 5. Membantu anak
kedua orang tuanya mengenal dan
(mama-papa, bunda- membangun rasa
ayah, umi-abi) percaya pada oran
terdekat
Risiko cedera NOC NIC
b/d agen 1. Risk kontrol 1. Sediakan lingkungan 1. Lingkungan yang aman

26
cedera, yang aman akan membuat anak
perkembangan Kriteria Hasil : nyaman untuk bermain
(anak belum 1. Klien terbebas dan berinteraksi dn tidak
tahu bahaya dari cedera takut untuk mencoba
untuk dirinya) 2. Klien mampu 2. Hindarkan lingkungan 2. Memberikan lingkungan
menje laskan yang berbahaya yang aman dan tidak
cara/metode berbahaya membuat anak
untuk tidak takut untuk
mencegah berinteraksi dan
injury/ cedera mengeksplorasi
3. Mampu kemampuannya
memodifi kasi (memanjat, belajar
gaya hidup berdiri)
untuk 3. Pindahkan barang-barang 3. Lingkungan yang aman
mencegah yang dapat akan membuat anak
injury membahayakan nyaman untuk bermain
dan berinteraksi dn tidak
takut untuk mencoba
bermain.

E. Implementasi dan Evaluasi

Tanggal/ No. Diagnosa (DS Implementasi keperawatan Evaluasi


Jam dan Do) (SOAP)
15-01- Dx 1: 1. Memonitor perkembangan S:-
2019 Gangguan dan pertumbuhan anak pada O:
11.00 perkembangan area fungsi motorik kasar dan  Tidak mau
Data Subjektif : - halus dengan perangkat ditinggalkan oleh
scoring denvers (DDST) dan Ners muda
Data Objektif : NCHS (BB, TB, lingakar  Selalu meminta
- An. A tampak perut, lingkar dada dan digendong
berada lingkar lengan atas)  Menangis jika
dipangkuan Ners 2. Mengajarkan dan beri ditinggalkan
muda tidak mau kesempatan pada anak untuk bermain sendiri
ditinggalkan memenuhi tugas  Mau bermain bola
- An. A tampak perkembangan sesuai dengan dengan pemeriksa
ingin digendong kelompok seusianya  Mengatakan
oleh Ners Muda 3. Memberikan waktu bermain keinginan dengan
- An.A menangis dengan teman sebaya menangis
jika ditinggalkan  TB: 63 cm
Ners muda  BB: 8,8 kg
- An.A selalu ingin
 LP: 28 cm
ditemankan ners
 LD: 48 cm
muda dan mau
bermain.  LILA: 14 cm
- Mengoceh tidak
jelas A : Masalah
- BB: 8,8 Kg, TB: keperawatan
63 cm belum
Pemeriksaan teratasi
Penunjang
tanggal 15 P:

27
Januari 2019  Beri kesempatan
- DDST II: pada anak untuk
pemeriksaan memenuhi tugas
personal sosial, perkembangan
hasil : 2 caution sesuai dengan
pada menyatakan kelompok
keinginan tanpa seusianya
menangis dan  Memberikan waktu
tepuk tangan. bermain dengan
teman sebaya
Dx 2: 1. Mengobservasi tumbuh S: -
16-01- Gangguan kembang pada anak O:
2019 perkembangan 2. Memberikan anak stimulus  Tidak bisa
10.00 - An.A tampak kosa kata mengatakan
menangis jika 3. Memberikan anak stimulus papa/mama secara
ingin sesuatu untuk memahami suatu spesifik
- An. A belum larangan/perintah  Hanya bisa
mampu 4. Memberikan stimulasi untuk mengungkapan 2
mengatakan satu anak memanggil nama kedua kata
suku kata, papa orang tuanya (mama-papa,  Anak lebih suka
mama tidak bunda-ayah, umi-abi) digendong
spesifik, meniru  Menangis ketika
bunyi kata-kata dimandikan
- Mengoceh tidak
jelas A: Masalah keperawatan
- Usia 10 bulan belum teratasi
- DDST II:
pemeriksaan P:
bahasa hasil : 3  Berikan anak
delay pada stimulus kosa kata
menyebutkan  Berikan anak
papa/mama tidak stimulus untuk
spesifik, satu memahami suatu
suku kata, dan larangan/perintah
menirukan bunyi  Berikan stimulasi
kata-kata. untuk anak
- Bicara belum memanggil nama
bisa dimengerti kedua orang tuanya
(mama-papa,
bunda-ayah, umi-
abi)
16-01- Dx 3 : 1. Menyediakan lingkungan S:-
2019 Risiko cedera b/d yang aman O:
11.00 agen cedera, 2. Menghindarkan lingkungan  tampak menangis kuat
perkembangan yang berbahaya jika ditinggal oleh
(anak belum 3. Memindahkan barang-barang pemeriksa
mengetahui bahaya yang dapat membahayakan  tidak mau bermain
untuk dirinya) sendiri
 terlihat aktif
Data Subjektif : - merangkak
Data Objektif :
- Sering A : Masalah
menangis keperawatan

28
secara kuat belum teratasi
jika ditinggal
oleh pemeriksa P:
- Berusaha  Sediakan lingkungan
bangkit untuk yang aman bagi anak
berdiri dengan
memegang
meja

Tanggal/ No. Diagnosa (DS Implementasi keperawatan Evaluasi


jam dan Do) (SOAP)
17-01- Dx 1 :  Mengajarkan dan memberi S:-
2018 Gangguan kesempatan pada anak untuk O:
13.30 perkembangan memenuhi tugas perkembangan  Bermain bersama Ners
sesuai dengan kelompok muda
Data subjektif:- seusianya  Menangis jika tidak
 Memberikan waktu bermain digendong atau
Data objektif: dengan teman sebaya dipangku
- Lebih senang  Mengajak anak mengikuti  Tampak senang
bermain terapi bermain “berenang” mengikuti terapi
dengan Ners bermain berenang
muda bersama teman sebaya
- An. A tampak
cemburu A : Masalah keperawatan
apabila ners belum teratasi
muda
memangku P:
anak lain.  Ajarkan dan berikan
- Tampak aktif kesempatan pada anak
bermain bola- untuk memenuhi tugas
bola perkembangan sesuai
dengan kelompok
seusianya
 Berikan waktu
bermain dengan teman
sebaya
 Ikutsertakan anak
dalam terapi bermain
17-01- Dx 2:  Mengobservasi perkembangan S:-
2019 Gangguan pada anak O:
10.00 perkembangan  Memberikan anak stimulus - Menangis ketika
Data subjektif: - kosa kata ditinggal
Data objektif:  Memberikan anak stimulus - Tidak bisa
- Anak A fokus untuk memahami suatu menyebutkan
dengan mainan larangan/perintah papa/mama secara
yang ada  Memberikan stimulasi untuk spesifik
ditangannya anak memanggil nama kedua - Mengoceh tidak jelas
- Tampak mau orang tuanya (mama-papa, - Tidak mengerti
berinteraksi bunda-ayah, umi-abi) perintah atau larangan
dengan An.S
- Mengoceh tidak A: Masalah keperawatan

29
jelas belum tercapai

P:
 Berikan anak stimulus
kosa kata
17-01- Dx 3 :  Menyediakan lingkungan S:-
2019 Risiko cedera b/d yang aman
11.00 agen cedera,  Menghindarkan lingkungan O:
perkembangan yang berbahaya  Tampak aktif
(anak belum  Memindahkan barang-barang merangkak dan berdiri
mengetahui bahaya yang dapat membahayakan dimeja.
untuk dirinya)  Tidak mau ditinggal
oleh ner muda
Data Subjektif : -
Data Objektif : A : Masalah keperawatan
- menangis jika sudah tercapai
ditinggal oleh
Ner muda P:
- tampak senang  Berikan lingkungan
bermain bola- yang aman bagi anak
bola
- menangis jika
mainannya
diambil orang
lain
- tampak aktif
merangkak

Tanggal/ No. Diagnosa (DS Implementasi keperawatan Evaluasi


Jam dan Do) (SOAP)
18-01- Dx 1:  Mengajarkan dan beri S:-
2019 Gangguan kesempatan pada anak O:
08.00 untuk memenuhi tugas - Bermain dengan ners
perkembangan
perkembangan sesuai muda
Data Subjektif : - dengan kelompok - Fokus dengan mainan
seusianya yang ada ditangannya
Data Objektif :  Memberikan waktu - An. A tampak senang
- Bermain bermain dengan teman menonton tv dan
dengan ners sebaya menari
muda  Mengajarkan anak sambil - Belum mampu
- Fokus dengan bernyanyi dan bertepuk bertepuk tangan
mainan yang tangan - Sudah mampu
ada melambaikan tangan
ditangannya -
- An.A tampak A : Masalah
menangis Keperawatan belum
ketika teratasi
ditinggalkan
P:
 Stimulasi tugas

30
tumbuh kembang
secara mandiri

Dx 2:  Mengobservasi S: -
18-01- Gangguan perkembang pada anak O:
2019
perkembangan  Memberikan anak - Tidak bisa
08.20 stimulus kosa kata menyebutkan
Data subjektif: -  Memberikan anak papa/mama tidak
Data objektif: stimulus untuk spesifik
- Tidak bisa memahami suatu - An.A sudah tidak
menyebutkan larangan/perintah menangis ketika
papa/mama  Memberikan stimulasi diajak bermain
tidak spesifik untuk anak memanggil - An. A sudah bisa
- Tampak aktif nama kedua orang tuanya menyebutkan kata
bermain (mama-papa, bunda- “mum” dan mengoceh
dengan teman ayah, umi-abi)
sebaya.  Mengajak anak untuk A: Masalah keperawatan
- Menari dan berinteraksi sambil belum teratasi
melambaikan bermain dan beryanyi
tangan dengan P:
ketika  Menstimulasi tugas
mendengarkan tumbuh kembang
musik secara mandiri
18-01- Dx 3 :  Menyediakan lingkungan S:-
2019 Risiko cedera b/d yang aman O:
09.30 agen cedera,  Menghindarkan - An. A tidak menangis
perkembangan lingkungan yang ketika ditinggalkan
(anak belum berbahaya sendiri
mengetahui bahaya
untuk dirinya)
 Memindahkan barang- - An.A tidak terjatuh
barang yang dapat dan terluka
membahayakan - Lingkungan bermain
Data Subjektif : - aman
Data Objektif :
- An. A tidak A : Masalah
menangis keperawatan
ketika tidak terjadi
ditinggalkan
sendiri P:
- Tampak aktif
 Menstimulasi tugas
bermain dan
tumbuh kembang
merangkak
secara mandiri

31
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini kelompok akan membahas kesenjangan antara teoritis dan
tinjauan kasus pada klien dengan gangguan perkembangan bahasa dan personal social
di ruang ULP-STKA. Tinjauan kasus merupakan permasalahan yang kelompok
temukan di ULP-STKA Ilmu Keperawatan Universitas Riau. Pembahasan ini dibuat
dengan langkah proses keperawatan yang dimulai dengan pengkajian, diagnosa,
intervensi, implementasi dan evaluasi.
A. Pengkajian
Pengkajian yang telah dilakukan pada An.A pada tanggal 15 Januari 2019
didapatkan bahwa klien mengalami gangguan perkembangan bahasa dan gangguan
personal sosial. Pengangkatan diagnosa ini dari hasil pengkajian dengan
menggunakan pemeriksaan DDST II didapatka hasil perkembangan anak
mengalami keterlambatan atu suspek karena ada 3 caution dan 3 delay. Observasi
pada kemampuan personal sosial didapatkan hasil 2 caution yaitu menyatakan
keinginan tanpa menangis, dan bertepuk tangan. Pada kemampuan bahasa
didapatkan hasil 3 delay yaitu anak belum bisa menyebutkan papa/mama tidak
spesifik, meniru bunyi kata-kata, dan satu suku kata. Hasil observasi pada An.A
didapatkan bahwa An. A hanya mau dengan 1 Ners muda apabila pada saat
memberikan sarapan pagi dengan Ners muda yang sama.
. Perkembangan merupakan suatu perubahan yang berlangsung seumur hidup
dengan bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks yang ditandai
dengan bertambahnya kemampuan motorik kasar, motorik halus, bicara, bahasa,
sosialisasi, kemandirian dan perubahan emosi. Perkembangan anak merupakan
segala perubahan yang terjadi pada anak yang dapat dilihat dari beberapa aspek
antara lain personal sosial, fisik (motorik) motorik kasar, motorik halus, dan bahasa.
Perkembangan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinasi antara susunan saraf dan
otot. Proses perkembangan terjadi secara simultan dengan pertumbuhan, sehingga
setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Perkembangan merupakan
hasil interaksi kematangan susunan saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya.
Perkembangan fase awal meliputi beberapa aspek kemampuan fungsional, yaitu
kognitif, motorik, emosi, sosial, dan bahasa. Perkembangan pada fase awal ini akan

32
menentukan perkembangan fase selanjutnya. Kekurangan pada salah satu aspek
perkembangan dapat mempengaruhi aspek sebelumnya (Chamidah, 2010).
Bahasa adalah sistem komunikasi yang berdasarkan kata-kata dan taat
bahasa. Bahasa adalah alat penghubung atau komunikasi antar anggota masyarakat
yang terdiri dari individu-individu yang menyatakan pikiran, perasaan dan
keinginannya. Bahasa adalah segala bentuk komunikasi dimana pikiran dan
perasaan manusia disimbolisasikan agar dapat menyampaikan arti kepada orang
lain. Bahasa merupakan alat komunikasi untuk menjalin pertemanan, dan belajar
banyak hal di sekitarnya. Melalui komunikasi anak akan akan mampu membentuk
dan membangun suatu pemahaman pengetahuan baru tentang berbagai hal. Hal ini
menunjang kepercayaan diri anak dalam memasuki lingkungan yang baru. Dengan
kata lain, Bahasa sangat berperan dalam perkembangan anak. Bahasa dapat
menfasilitasi komunikasi interpersonal, membantu mengorganisasikan pikiran, dan
membantu dalam mempelajari sesuatu. Perkembangan bahasa adalah kemampuan
untuk memberikan respons terhadap suara.
B. Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan respon akurat
atau potensial klien terhadap masalah kesehatan yang perawat mempunyai izin dan
berkompeten untuk mengatasinya. Respon aktual dan potensial klien didapatkan
dari data dasar pengkajian, tinjauan literatur yang berkaitan, catatan medis klien
masa lalu, dan konsultasi dengan professional lain yang kesemuanya dikumpulkan
selama pengkajian (Potter & perry, 2005).
Tahap ini merupakan langkah awal yang di lakukan kelompok dalam
melakukan asuhan keperawatan pada An.A. Diagnosa keperawatan yang mungkin
muncul pada klien dengan gangguan perkembangan bahasa adalah:
1. Gangguan perkembangan
2. Risiko cedera b/d agen cedera, perkembangan (anak belum mengetahui bahaya
untuk dirinya)
Kedua diagnosa yang muncul pada An.A dengan gangguan perkembangan
memiliki kesesuaian dengan teori bahwa apabila dalam tahap perkembangan
terdapat 1 delay maka dapat digolongan anak tersebut mengalami gangguan
perkembangan.

33
C. Intervensi
Penyusunan intervensi keperawatan dilakukan sesuai dengan diagnosa
keperawatan yang telah ditegakkan, adapun acuan dalam penyusunan dalam
intervensi keperawatan, kelompok menggunakan referensi diagnosa NANDA, dan
yang disesuaikan dengan keadaan klien. Rencana keperawatan yang dibuat
mengacu pada kebutuhan yang dibutuhkan dan dirasaka saat pengkajian serta
landasan teori. Rencana yang dibuat telah diprioritaskan sesuai dengan masalah
kesehatan yang dihadapi klien saat ini.
Intervensi dilakukan pada tanggal 16 Januari sampai 18 November 2019.
1. Gangguan perkembangan
NOC
Memperlihatkan tingkat perkembangan personal sosial dan bahasa seoptimal
mungkin sesuai dengan kelompok seusianya.
Kriteria hasil:
a. Menunjukkan perilaku sangat ingin tahu dan lebih memungkinkan
melakukan secara mandiri
b. Tercapainya suatu perkembangan aspek personal sosial
c. Keluarga mau melakukan stimulan terhadap tugas-tugas perkembangan
anak
d. Tercapainya suatu perkembangan aspek bahasa

NIC
a. Monitor perkembangan dan pertumbuhan anak pada area fungsi motorik
kasar dan halus dengan perangkat scoring denvers (DDST) dan NCHS (BB,
TB, Lingkar kepala, lingkar dada dan lingkar lengan atas)
b. Diskusikan dan ajarkan keluarga tentang tugas-tugas perkembangan anak
sesuai dengan keompok usia dan stimulasinya
c. Ajarkan dan beri kesempatan pada anak untuk memenuhi tugas
perkembangan sesuai dengan kelompok seusianya
d. Berikan waktu bermain dengan teman sebaya
e. Observasi tumbuh kembang pada anak
f. Jelaskan ke ibu agar selalu memberikan stimulus pada anak terkait tumbuh
kembang pada anak

34
g. Berikan anak stimulus kosa kata
h. Berikan anak stimulus untuk memahami suatu larangan/perintah
i. Berikan stimulasi untuk anak memanggil nama kedua orang tuanya (mama-
papa, bunda-ayah, umi-abi)
2. Risiko cedera b/d agen cedera, perkembangan (anak belum mengetahui bahaya
untuk dirinya)
NOC
Risk kontrol
Kriteria hasil:
a. Klien terbebas dari cedera
b. Klien mampu menje laskan cara/metode untuk mencegah injury/ cedera
c. Mampu memodifi kasi gaya hidup untuk mencegah injuri
NIC
a. Sediakan lingkungan yang aman
b. Hindarkan lingkungan yang berbahaya
c. Pindahkan barang-barang yang dapat membahayakan
D. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan nyata yang dilakukan perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada klien untuk mengurangi permasalahan
yang dialami klien yaitu gangguan perkembangan bahasa sehingga tujuan
keperawatan nantinya akan tercapai. Dalam melakukan implementasi kelompok
berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan asuhan keperawatan dengan cara
menyesuaikan antara teori dan kebutuhan klien.
Implementasi keperawatan dilakukan setiap hari, mulai tanggal 16-18
Januari sampai 2019 untuk melihat kemajuan perkembangan anak setelah
dilakukan intervensi. Dalam melakukan intervensi, kelompok mengkaji faktor
penyebab keterlambatan bicara, meningkatkan komunikasi verbal dengan anak,
mendorong anak untuk berkomunikasi secara perlahan, memberikan pujian kepada
anak dan memberikan lingkungan yang aman, dan mendorong anak agar mau
bermain dengan anak lainnya.
E. Evaluasi
Tahap evaluasi merupakan langkah akhir atau tahap akhir dari proses
keperawatan yang bertujuan untuk menilai apakah tujuan dalam rencana

35
keperawatan tercapai atau tidak dan apakah perlu dilakukan pengkajian ulang.
Dalam memberikan asuhan keperawatan penulis terus-menerus mengumpulkan
data baru dari pasien yang nantinya digunakan sebagai bahan evaluasi selanjutnya.
Adapun hasil yang diperoleh dari evaluasi yang berdasarkan setiap diagnosa
sebagai berikut:
1. Gangguan perkembangan
Dari hasil screening melalui DDST II, implementasi yang telah dilakukan dari
tanggal 16-18 Januari 2019 untuk menstimulus perkembangan anak dapat
disimpulakan masalah belum teratasi, hasil evaluasi berupa:
a. An.A mau bermain dengan teman sebaya
b. Sudah bisa melambaikan tangan ketika mendengarkan musik
c. Fokus dengan mainan yang ada ditangannya
d. An.A tampak tidak menangis ketika ditinggalkan
e. Tidak bisa menyebutkan papa/mama tidak spesifik
f. An.A sudah bisa mengatakan “mum”
Jika dibandingkan dengan kriteria hasil yang telah ditetapkan
berdasarkan NANDA NIC-NOC, maka dapat dikatakan masalah gangguan
perkembangan pada klien belum teratasi. Untuk mengatasi permasalahan
tersebut hingga selesai maka perlu dilakukan intervensi lanjutan yang telah
disesuaikan dengan kondisi klien.
2. Risiko cedera b/d perubahan emosi
Dari implementasi yang telah dilakukan dari tanggal 16-18 Januari 2019
masalah risiko cedera tidak terjadi, didapatkan hasil evaluasi berupa:
a. An. A tidak menangis ketika ditinggalkan sendiri
b. An.a tidak terjatuh dan terluka
c. Lingkungan bermain aman
Jika dibandingkan dengan kriteria hasil yang telah ditetapkan
berdasarkan NANDA NIC-NOC, maka dapat dikatakan masalah resiko cedera
pada pasien teratasi. Untuk mengatasi agar permasalahan tersebut tidak terjadi
maka perlu dilakukan intervensi lanjutan yang telah disesuaikan dengan kondisi
pasien.

36
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan merupakan proses perubahan individu yang menuju
kedewasaan yang ditandai dengan bertambahnya kemampuan atau ketrampilan
seseorang. Aspek perkembangan meliputi motorik kasar, motorik halus, bahasa dan
Sosialisasi dan kemandirian. Perkembangan pada seseorang dapat mengalami
gangguan salah satunya gangguan personal sosial. bahasa merupakan alat
penghubung atau komunikasi antar anggota masyarakat yang terdiri dari individu-
individu yang menyatakan pikiran, perasaan dan keinginannya. Bahasa adalah segala
bentuk komunikasi dimana pikiran dan perasaan manusia disimbolisasikan agar
dapat menyampaikan arti kepada orang lain. Bahasa merupakan alat komunikasi
untuk menjalin pertemanan, dan belajar banyak hal di sekitarnya. Melalui
komunikasi anak akan akan mampu membentuk dan membangun suatu pemahaman
pengetahuan baru tentang berbagai hal. Hal ini menunjang kepercayaan diri anak
dalam memasuki lingkungan yang baru (Wiguna & Noorhana, 2001). Dengan kata
lain, Bahasa sangat berperan dalam perkembangan anak. Bahasa dapat menfasilitasi
komunikasi interpersonal, membantu mengorganisasikan pikiran, dan membantu
dalam mempelajari sesuatu. Faktor yang mempengaruhi bahasa yaitu intelegensi,
status sosial, Jumlah Anak Atau Jumlah Keluarga, Jenis kelamin dan
Kedwibahasaan.
Perkembangan anak toddler ditandai dengan peningkatan kemandirian yang
diperkuat dengan kemampuan mobilitas fisik dan kognitif yang lebih besar.
Perkembangan keterampilan motoric, kognitif dan social yang cepat membolehkan
anak untuk berpartisipasi dalam tindakan perawatan diri sendiri seperti makan,
berpakaian dan eliminasi. Seiring dengan peningkatan kemampuan, anak toddler
memiliki ciri-ciri selalu ingin mencoba apa yang bisa dilakukan, menuntut dan
menolak apa yang ia mau atau yang mereka tidak mau, dan tertanam perasaan
otonomi (Suherman, 2010).
Berdasarkan studi kasus gangguan perkembangan bahasa dan personal social
kelolaan kelompok An. A di ULP Keperawatan Universitas Riau ditemukan masalah
keperawatan:
1. Gangguan perkembangan personal sosial b/d kurang stimulasi

37
2. Gangguan perkembangan bahasa b/d kurangnya stimulus bahasa
3. Risiko cedera b/d perubahan emosi
B. Saran
1. Bagi Ilmu Keperawatan
Hasil ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi dalam melakukan intervensi
keperawatan dalam kasus keperawatan anak khususnya pada pasien yang
mengalami gangguan perkembangan personal sosial.
2. Bagi Mahasiswa
Hasil ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan acuan dalam pembelajaran
keperawatan anak khususnya pada gangguan perkembangan personal sosial pada
anak.
3. Bagi ULP STKA
Dapat dijadikan salah satu acuan dalam masalah perkembangan pada anak dan
dapat memberikan stimulasi perkembangan lebih dari aspek bahasa, personal-
sosial, motorik kasar, dan motorik halus.

38
DAFTAR PUSTAKA

Depkes. (2008). Profil Kesehatan Indonesia 2007. Jakarta: Depkes RI

Gunarti, dkk. (2008). Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar Anak
Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka

Hidayat, A. A. A. (2011). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan


Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika

Hurlock. (2008). Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta: Erlangga

Nursalam. (2008). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba Medika

Rusmil, K. (2008). Pertumbuhan dan Perkembangan Anak. Jakarta: EGC

Riyadi, S. & Sukarmin. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Yogyakarta: Graha
Ilmu

Soetjiningsih. (2013). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC

Wong, D. L., Hockenberry, M. E., Wilson, D., Winkelstein, M., & Schwartz, P. (2008).
Buku Ajar Keperawatan Pedatrik. Ed. 6. (Agus Sutarna, Neti Juniarti & H. Y.
Kuncara, penerjemah). Jakarta: EGC

Yuniarti, S. 2015. Asuhan Tumbuh Kembang Neonatus Bayi: Balita dan Anak
Prasekolah. Bandung : PT Refika Aditama.

39

Anda mungkin juga menyukai