Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

TUMBUH KEMBANG

Firda Ningsi Duwila

224291517103

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEATAN

UNIVERSITAS NASIONAL

JAKARTA

2023
I. Konsep Tumbuh Kembang
A. Pengertian Tumbuh Kembang
Pertumbuhan (Growth) dan perkembangan (Development) memiliki
pengertian yang sama yaitu sama-sam mengalami perubahan, namun secara khusus
keduanya berbeda. Pertumbuhan menunjukkaan perubahan yang bersifat kuantitas
sebagai akibat pematangan fisik yang ditandai dengan semakin kompleksnya sistem
jaringan otot, sistem syaraf serta fungsi system organ tubuh lainnya dan dapat diukur
(Yuniarti, 2015).
Menurut Departemen Kesehatan RI (2006) pertumbuhan ialah bertambahnya
ukuran dan jumlah sel serta jaringan intraseluler, bertambahnya ukuran fisik dan
struktur tubuh dalam arti sebagian atau keseluruhan. Pertumbuhan dapat di ukur
secara kuantitatif, yaitu dengan mengukur berat badan, tinggi badan, lingkar kepala
dan lingkar lengan atas terhadap umur, untuk mengetahui pertumbuhan fisik.
Perkembangan berarti perubahan secara kualitatif. Perkembangan adalah
bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan
gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian
(Yuniarti, 2015). Perkembangan (development) adalah
bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi
tubuh yang lebih kompleks, dalam pola teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil
proses pematangan termasuk perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku
sebagai hasil dengan lingkungan. Untuk terciptanya tumbuh kembang yang
optimal tergantung pada potensi biologis, psikosoisal dan perilaku yang
merupakan proses yang unik dan hasil akhir berbeda- beda yang member cirri
tersendiri
pada setiap anak (Soetjiningsih, 1998).
B. Etiologi
Setiap individu akan mengalami siklus yang berbeda pada kehidupan manusia
dapat secara cepat maupun lambat tergantung individu dan lingkungannya. Proses
cepat dan lambat tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor herediter, faktor lingkungan
dan faktor hormonal, Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang
anak (Hidayat, 2008).
1. Faktor Herediter
Faktor herditer meliputi bawaan, jenis kelamin, ras dan suku bangsa. Faktor ini
ditentukan dengan intensitas, kecepatan dalam pembuahan sel telur, tingkat
sensitivitas jaringan terhadap rangsangan, usia pubertas dan berhentinya
pertumbuhan tulang. Pertumbuhan dan perkembangan anak dengan jenis kelamin
laki-laki setelah lahir akan cenderung lebih cepat dibandingkan dengan anak
perempuan serta akan bertahan sampai usia tertentu. Baik anak laki-laki maupun
perempuan akan mengalamai pertumbuhan yang lebih cepat ketika mereka
mencapai masa pubertas (Hidayat, 2008).
2. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan memiliki faktor yang memegang peran penting dalam
menennikan tercapai dan tidaknya potensi yang sudah di miliki. Faktor
lingkungan ini meliputi lingkungan prenatal dan lingkungan postnatal.
Lingkungan prenatal atau lingkungan dalam kandungan juga meliputi gizi pada
saat ibu hamil. lingkungan mekanis, zat kimia atau toksin dan hormonal.
Sedangkan lingkungan postnatal atau lingkungan setelah lahir dapat
mempengaruhi tumbuh kembang anak seperti budaya lingkungan, sosial: ekonomi
keluarga, nutrisi, iklim atau cuaca, olahraga, posisi anak dalam keluarga dan status
kesehatan (Hidayat, 2008).
3. Hormon
Hormon somatotropin (growth hormone) berperan dalam mempengaruhi
pertumbuhan tinggi badan dengan menstimulasi terjadinya proliferasi sel kartilago
dan sistem skeletal. Hormon tiroid berperan menstimulasi metabolisme tubuh.
Hormon glukokortikoid mempunyai fungsi menstimulasi pertumbuhan sel
interstisial dari testis (untuk memproduksi testoteron) dan ovarium (untuk
memproduksi estrogen), selanjutnya hormon tersebut akan menstimulasi
perkembangan seks, baik pada laki-laki maupun perempuan yang sesuai dengan
peran hormonnya (Hidayat, 2008).
C. Tahapan Tumbuh Kembang

Menurut Donna L Wong (2003) perkembangan anak secara umum terdiri dari:

1. Periode prenatal
Terjadi pertumbuhan yang cepat dan sangat penting karena terjadi pembetukan
organ dan system orga anak, selain itu hubungan antara kondisi itu member
dampak pada pertumbuhannya.
2. Periode bayi
Periode ini terdiri dari neonates (0-28 hari) dan bayi (28-12 hari). Pada periode
ini, pertumbuhan dan perkembangan yang cepata terutama pada aspek kognitif,
motorik dan social.
3. Periode kanak-kanak awal
Terdiri atas usia anak 1-3 tahun yang disebut toddler dan prasekolah (3-6
tahun). Toddler menunjukkan perkembangan motorik yang lebih lanjut pada usia
prasekolah. Perkembangan fisik lebih lambat dan menetap.
4. Periode kanak-kanak pertengahan
Periode ini dimulai pada usia 6-11 tahun dan pertumbuhan anak laki-laki
sedikit lebih meningkat dari pada perempuan dan perkembangan motorik lebih
sempurna.
5. Periode kanak-kanak akhir
Merupakan fase transisi yaitu anak mulai masuk usia remaja pada usia 11-18
tahun. Perkembangannya yang mencolok pada periode ini adalah kematangan
identitas seksual dengan perkembangannya organ reproduksi.
D. Ciri-ciri Tumbuh Kembang
a. Ciri-ciri pertumbuhan, antara lain (Potter, 2010):
1. Pertumbuhan akan terjadi perubahan ukuran dalam hal bertambalinya ukuran
fisik, seperti berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar lengan, lingkar
dada, dan lain-lain.
2. Pertumbuhan dapat terjadi perubahan proporsi yang dapat terlihat pada proporsi
fisik atau organ manusia yang muncul mulai dari masa konsepsi hingga dewasa.
b. Ciri-ciri perkembangan, antara lain (Yusuf. 2011);
1. Terjadinya perubahan dalam (a) aspek fisik: perubahan tinggi dan berat badan
serta organ-organ tubuh lainnya, (b) aspek psikis. semakin bertambahnya
perbendaharaan kata dan matangnya kemampuan berpikir, mengingat, serta
menggunakan imajinasi kreatifnya.
2. Terjadinya perubahan dalam proporsi: (a) aspek fisik proporsi tubuh anak
berubah sesuai dengan fase perkembangannya.
3. Tahapan perkembangan berurutan mulai dari kemampuan melakukan gerakan
sederhana berlanjut menjadi melakukan hal yang sempurna.
E. Penilaian Tumbuh Kembang

Deteksi tumbuh kembang anak, dapat dilakukan antara lain dengan:

a. Pengukuran Antropometri

Pengukuran antropometri ini meliputi pengukuran berat badan, tinggi badan


(panjang badan), lingkar kepala dan lingkar lengan atas. Pengukuran berdasarkan
usia misalnya berat badan berdasarkan usia, tinggi badan berdasarkan usia, dan
lain-
lain. Kesulitan menggunakan cara ini adalah menetapkan umur anak yang tepat,
karena tidak semua anak mempunyai catatan mengenai tanggal lahirnya,
sedangkan pengukuran tidak berdasarkan usia, misalnya pengukuran berat badan
berdasarkan tinggi badan, lingkar lengan atas berdasarkan tinggi badan dan lain-
lain (Soctjiningsih, 2012).

b. Pengukuran Berat Badan (BB) dan Tinggi Badan (TB)


Pengukuran berat badan dan tinggi badan dilakukan untuk menilai
peningkatan atau penurunan berat pada tubuh, dan bertambah atau tidaknya tinggi
badan sehingga dapat diketahui status keadaan gizi atau tumbuh kembang anak.
Ibu-ibu yang datang ke Posyandu dapat mengetahui berat badan dan tinggi badan
bayi melalui Kartu Menuju Sehat (KMS) (Hidayat, 2008).
c. Deteksi Gangguan Perkembangan Anak
Gangguan perkembangan anak dapat dideteksi atau dilakukan disemina
tingkat pelayanan kesehatan, seperti Posyandu, PAUD. Pust, Puskesmas, Polindes,
Bidan, dan dokter praktek hingga rumah sakit. Pelaksana skrining bisa petugas
atau kader Posyandu/PAUD/BKB, guru IK, tenaga kesehatan. atau petugas terlatih
lainnya (Depkes RI, 2005). Penilaian perkembangan anak, hal yang dapat
dilakukan pertamakali adalah melakukan wawancara tentang faktor kemungkinan
yang menyebabkan gangguan dalam perkembangan dan tes skrining, dijelaskan
sebagai berikut:
1. KPSP (Kuesioner Pra-Skrining Perkembangan)

Kuesioner Pra-Skrining Perkembangan merupakan instrumen untuk


mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan. Jadwal skrining
dilakukan pada saat umur anak mencapai 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24 30, 36, 42, 48,
54, 60, 66, dan 72 bulan, secara rutin. KPSP dapat digunakan untuk usia skrining
terdekat yang lebih muda sesuai ketentuan (Damayanti, 2006).

2. Denver II
Denver II merupakan alat skrining yang direkomendasikan oleh Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia (Tristanti, 2017). Tes ini mudah dan cepat (15-20
menit), dapat diandalkan dan menunjukkan validitas yang tinggi. Denver II lebih
menyeluruh tapi ringkas, sederhana dan dapat diandalkan, yang terbagi dalam 4
(empat) sektor, yaitu: sektor personal sosial (kemandirian bergaul), sektor fine
motor adaptive (gerakan-gerakan halus), sektor language (bahasa), dan sektor
cross motor (gerakan-gerakan kasar). Setiap tugas perkembangan digambarkan
dalam bentuk kotak. persegi panjang horizontal yang berurutan menurut uur
(Soetjiningsih, 2012).
F. Gangguan Tumbuh Kembang
Masalah yang sering timbul dalam pertumbuhan dan perkembangan anak
meliputi gangguan pertumbuhan fisik, perkembangan motorik bahasa, emosi. dan
perilaku.
1. Gangguan Pertumbuhan Fisik
Gangguan pertumbuhan fisik meliputi gangguan pertumbuhan di atas normal
dan gangguan pertumbuhan di bawah normal. Pemantauan berat badan
menggunakan KMS (Kartu Menuju Sehat) dapat dilakukan secara mudah untuk
mengetahui pola pertumbuhan anak. Bila grafik berat badan anak lebih daril20%
kemungkinan anak mengalami obesitas atau kelainan hormonal. Sedangkan,
apabila grafik berat badan di bawah normal kemungkinan anak mengalami kurang
gizi, menderita penyakit kronis, atau kelainan hormonal. Lingkar kepala juga
menjadi salah satu parameter yang penting dalam mendeteksi gangguan
pertumbuhan dan perkembangan anak. Ukuran lingkar kepala menggambarkan isi
kepala temnastik otak dan cairan serebrospinal. Lingkar kepala yang lebih dari
normal dapat dijumpai pada anak yang menderita hidrosefalus, megaensefali,
tumor otak ataupun hanya merupakan variasi normal. Sedangkan apabila lingkar
kepala kurang dari normal dapat diduga anak menderita retardasi mental,
malnutrisi kronis ataupun hanya merupakan variasi normal (Soetjiningsih, 2003).
Deteksi dini gangguan penglihatan dan gangguan pendengaran juga perlu
dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya gangguan yang lebih berat. Jenis
gangguan penglihatan yang dapat diderita oleh anak antara lain adalah maturitas
visual yang terlambat, gangguan refraksi, juling, mistagmus, ambliopia, buta
wama, dan kebutaan akibat katarak, neuritis optik, glaukoma, dan lain sebagainya.
Sedangkan ketulian pada anak dapat dibedakan menjadi tuli konduksi dan tuli
sensorineural. Tuli pada anak dapat disebabkan karena faktor prenatal dan
postnatal. Faktor prenatal antara lain adalah genetik dan infeksi TORCH yang
terjadi selama kehamilan. Sedangkan faktor postnatal yang sering mengakibatkan
ketulian adalah infeksi bakteri atau virus yang terkait dengan otitis media
(Soetjiningsih, 2003).
2. Gangguan Perkembangan Motorik
Perkembangan motorik yang lambat dapat disebabkan oleh beberapa hal Salah
satu penyebab gangguan perkembangan motorik adalah kelainan tonus otot atau
penyakit neuromuskular. Anak dengan serebral palsi dapat mengalami
keterbatasan perkembangan motorik sebagai akibat spastisitas, athetosis. ataksia,
atau hipotonia. Kelainan sumsum tulang belakang seperti spina bifida juga dapat
menyebabkan keterlambatan perkembangan motorik Penyakit neuromuscular
sepeti muscular distrofi memperlihatkan keterlambatan dalam kemampuan
berjalan. Namun, tidak selamanya gangguan perkembangan motorik selalu
didasari adanya penyakit tersebut. Faktor lingkungan serta kepribadian anak juga
dapat mempengaruhi keterlambatan dalam perkembangan motorik. Anak yang
tidak mempunyai kesempatan untuk belajar seperti sering digendong atan
diletakkan di baby walker dapat mengalami keterlambatan dalam mencapai
kemampuan motorik (Soetjiningsih, 2003).
3. Gangguan Perkembangan Bahasa
Kemampuan bahasa merupakan kombinasi seluruh system perkembangan
anak Kemampuan berbahasa melibatkan kemapuan motorik, psikologis,
emosional, dan perilaku. Gangguan perkembangan bahasa pada anak dapat
diakibatkan berbagai faktor, yaitu adanya faktor genetik, gangguan pendengaran,
intelegensia rendah, kurangnya interaksi anak dengan lingkungan, maturasi yang
terlambat, dan faktor keluarga. Selain itu, gangguan bicara juga dapat disebabkan
karena adanya kelainan fisik seperti bibir sumbing dan serebral palsi. Gagap juga
termasuk salah satu gangguan perkembangan bahasa yang dapat disebabkan
karena adanya tekanan dari orang tua agar anak bicara jelas (Soetjiningsih, 2003).
4. Gangguan Emosi dan Perilaku
Selama tahap perkembangan, anak juga dapat mengalami berbagai gangguan
yang terkait dengan psikiatri. Kecemasan adalah salah satu gangguan yang muncul
pada anak dan memerlukan suatu intervensi khusus apabila mempengaruh
interaksi sosial dan perkembangan anak. Contoh kecemasan yang dapat dialami
anak adalah fobia sekolah, kecemasan berpisah, fobia sosial, dan kecemasan
setelah mengalami trauma. Gangguan perkembangan pervasif pada anak meliputi
autisme serta gangguan perilaku dan interaksi sosial. Autism adalah kelainan
neurobiologis yang menunjukkan gangguan komunikasi, interaksi, dan perilaku
Autisme ditandai dengan terhambamya perkembangan bahasa, munculnya
gerakan-gerakan aneh
seperti berputar- putar, melompat-lompat, atau mengamuk tanpa sebab
(Soetjiningsih, 2003).
II. Konsep Keperawatan Tumbuh Kembang
A. Pengkajian
Pengkajiaan pertumbuhan dan perkembangan anak bertujuan mengumpulkan
data-data yang berkaitan dengan tumbuh kembang anak sehingga dengan data yang
ada dapat diketahui mengenai keadaan anak Berikut pengkajiaan pada anak Hal-hal
yang perlu dikaji adalah (Supartini, 2004):
1. Riwayat Pranatal
Perlu ditanyakan pada ibu apakah ada tanda-tanda resiko tinggi saat hamil.
seperti terinfeksi TORCH, berat badan tidak naik, preeksklamsi, dan lain-lain, serta
apakah ehamilannya dipantau berkala Kehamilan risiko tinggi yamg tidak ditangani
dengan benar dapat mengganggu tumbuh kembang anak. Dengan mengetahui riwayat
prenatal maka keadaan anaknya dapat diperkirakan.
2. Riwayat Kelahiran
Perlu ditanyakan pada ibu mengenai cara kelahiran anaknya, apakah secara
nomal dan bagaimana keadaan anak sewaktu lahir. Anak yang dalam kandungan
terdeteksi sehat, apabila kelahirannya mengalami gangguan (cara kelahiran dengan
tindakan seperti forceps. partuss lama, atau kasep), maka gangguan tersebut dapat
mempengaruhi keadaan tumbuh kembang anak.
3. Pertumbuhan Fisik
Untuk menentukan keadaan pertumbuhan fisik anak, perlu diperlakukan
pengukuran antropometri dan pemeriksaan fisik. Sebagaimana dalam pembahasan
sebelumnya, pengukuran antropometri yang sering digunakan di lapangan untuk
memantau tumbuh kembang anak adalah TB. BB. dan lingkar kepala. Sedangkan
lingkar lengan dan lingkar dada baru digunakan bila dicurigai adanya gangguan pada
anak. Apabila petugas akan mengkaji pertubuhan fisik anak, maka petugas tersebut
cukup mengukur BB. TB, dan lingkar kepala
4. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dapat dimulai dari rambut, kepala, leher, dada, perut,
genetalia, ekstremitas. Selain itu, tanda-tanda vital dan keadaan umum perlu dikaji.
Pemeriksaan fisik pada pertumbuhan dan perkembangan ini adalah sama seperti cara
pemeriksaan fisik pada bayi dan anak.
5. Perkembangan Anak
Untuk mengkaji keadaan perkembangan anak, dapat digunakan buku Pedoman
Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita. Dari pedoman ini dapat diketahui mengenai
keadaan perkembangan anak saat ini, apakah anak berada dalam keadaan normal,
meragukan atau memerlukan rujukan

Interpretasi Hasil Pengukuran dan Tindakan yang Diperlukan

Setelah dilakukan pengkajian terhadap pertumbuhan dan perkembangan pada bayi dan balita,
terdapat interpretasi hasil sebagai berikut

a. Pertumbuhan dan perkembangan normal Meminit Moersintowarti (2002), pertumbuhan


anak dikatakan normal apabila grafik berat badan anak berada pada jalur berwarna hijau pada
kalender balita (KMS) atau sedikit di atasnya. Arah grafik harus naik dan sejajar mengikuti
lengkungan jalur (kurva) berwarna hijau. Sementara, pertumbuluan anak dikatakan ideal jika
pertumbuhan yang ditetapkan dengan pengukuran antropometri adalah BB/U: BB/M dan
lingkar kepala U.

Perkembangan anak tergolong normal apabila umur dan kemampuan anak sesuai dengan
patokan yang berlaku. Berdasarkan Pedoman Deteksi Tumbuh Kembang Balita skor yang
diperoleh saat pemeriksaan harus berjumlah 9-10. Apabila menggunakan kalender balita
(KMS), maka kemampuan anak sesuai usia yang terdapat pada gambar. Sementara apabila
menggunakan tes DDST maupun KPSP anak dapat melewati tugas-tugas perkembangannya
sesuai usia. Demikian juga untuk pemeriksaan lainnya.

b. Pertumbuhan dan perkembangan tidak normal Pertumbuhan anak mengalami


penyimpangan apabila grafik berat badan anak berada jauh di atas wama hijau atau berada
dibawah jalur hijau, khususnya pada jalur merah Ukuran antropometri lain yang mengikuti
biasanya adalah lingkar lengan atas dan lingkar lengan dada. Perkembangan anak mengalami
penyimpangan apabila kemampuan kepandaian anak tidak dicapai sesuai dengan usianya,
sehingga anak mengalami keterlambatan. Pada tes DDST, anak tidak dapat mencapai tugas-
tugas perkembangannya atau pada gambar kalender balita (KMS), kemampuan anak tidak
sesuai dengan usianya.

B. Diagnosa
1. Potensial perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan situasi
yang terjadi di lingkungan
2. Kesiapan meningkatkan status imunisasi berhubungan dengan keinginan untuk
meningkatkan status imunisasi
3. Resiko cedera berhubungan dengan keadaan tumbuh kembang dan lingkungan
C. Intervensi
1. Potensial perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan situasi
yang terjadi di lingkungan
- Ajarkan orang tua tentang tugas perkembangan yang sesuai dengan kelompok
usia
Rasional: agar orang tua mampu melakukan tugas tumbuh kembang pada anak
- Tingkatkan rangsangan dengan menggunakan berbagai mainan dalam tempat
tidur
Rasional: mainan dapat meningkatkan rangsangan anak dalam tumbuh
kembang
- Berikan Tindakan nyaman setelah prosedur yang menyebabkan rasa takut
Rasional: mengurangi rasa ketidaknyamanan
- KIE orang tua untuk control setiap bulan
Rasional: mengetahu adanya keluhan dalam tumbuh kembang anak
2. Kesiapan meningkatkan status imunisasi berhubungan dengan keinginan untuk
meningkatkan status imunisasi
- Memberikan penjelasan tentang imunisasi yang seharusnya didapatkan oleh
anaknya
Rasional: meningkatkan pemahaman tentang imunisasi yang harus didapatkan
oleh anak
- Memberikan penjelasan tentang imunisasi tambahan yang dapat diberikan
kepada anaknya selain imunisasi yang seharusnya didapatkan
Rasional: memberikan pemahaman tentang imunisasi tambahan
- Menganjurkan ibu untuk memberiksan imunisasi tambahan untuk mencegah
penyakit yang bisadiderita oleh anaknya
Rasional: mencegah penyakit yang mungkin diderita anak
3. Resiko cedera berhubungan dengan keadaan tumbuh kembang dan lingkungan
- Awasi anak saat makan, mandi, bermain, eliminasi
Rasional: mengurangi risiko cedera pada saat anak beraktivitas
- Lindungi kaki anak dengan sandal/sepatu
Rasional: mengurangi risiko cedera pada kaki anak
- Berikan makanan yang aman untuk usia anak
Rasional: mencegah risiko keracunan makanan
- Periksa suhu air mandi sebelum dimandikan
Rasional: mengurangi risiko cedera yang diakibatkan oleh air mandi yang
terlalu panas
DAFTAR PUSTAKA

Damayanti, M. (2006). Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) Anak. Jakarta:


Sari Pediatri. Departemen Kesehatan RI. (2006). Pedoman Pelaksanaan Stimdasi,
Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan
Dasar. Jakarta: Depkes RI.

Hidayat, A. A. A. (2008). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Salemba

Medika Moersintowarti. (2002). Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta:

Sagung Seto. Potter, P. (2010). Fundamental Of Nursing: Consep, Proses and

Practice. Jakarta: EGC

Soetjiningsih. (2012). Perkembangan Anak dan Permasalahannya dalam Buku Ajar


IIlmu Perkembangan Anak Dan Remaja. Jakarta: Sagungseto.

Supartini. (2004). Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC. Wong, D. L.


(2003), Pedoman Klinis Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC.

Yuniarti, S. (2015). Asuhan Tumbuh Kembang Neonatus Bayi: Balita dan Anak
Prasekolah, Bandung: PT Refika Aditama.

Yusuf. S. (2011). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai