Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

TUMBUH KEMBANG

A. Konsep Tumbuh Kembang


1. Pengertian Tumbuh Kembang
Pertumbuhan (Growth) dan perkembangan (Development) memiliki pengertian yang
sama yaitu sama-sam mengalami perubahan, namun secara khusus keduanya berbeda.
Pertumbuhan menunjukkaan perubahan yang bersifat kuantitas sebagai akibat pematangan
fisik yang ditandai dengan semakin kompleksnya sistem jaringan otot, sistem syaraf serta
fungsi sistem organ tubuh lainnya dan dapat diukur (Yuniarti, 2015).
Menurut Departemen Kesehatan RI (2006) pertumbuhan ialah bertambahnya ukuran dan
jumlah sel serta jaringan intraseluler, bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh dalam
arti sebagian atau keseluruhan. Pertumbuhan dapat di ukur secara kuantitatif, yaitu dengan
mengukur berat badan, tinggi badan, lingkar kepala dan lingkar lengan atas terhadap umur,
untuk mengetahui pertumbuhan fisik. Perkembangan berarti perubahan secara kualitatif.
Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks
dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan
kemandirian (Yuniarti, 2015).
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan
fungsi tubuh yang lebih kompleks, dalam pola teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil
proses pematangan termasuk perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil
dengan lingkungan. Untuk terciptanya tumbuh kembang yang optimal tergantung pada
potensi biologis, psikosoisal dan perilaku yang merupakan proses yang unik dan hasil akhir
berbeda- beda yang member cirri tersendiri pada setiap anak (Soetjiningsih, 1998).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan adalah bertambahnya
ukuran dan jumlah sel, pertumbuhan dapat diukur secara kuantitatif. Perkembangan adalah
perubahan secara kualitatif ditandai dengan bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang
lebih kompleks.

2. Etiologi
Setiap individu akan mengalami siklus yang berbeda pada kehidupan manusia dapat
secara cepat maupun lambat tergantung individu dan lingkungannya. Proses cepat dan lambat
tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor herediter, faktor lingkungan dan faktor hormonal.
Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak:
a. Faktor Herediter
Faktor herditer meliputi bawaan, jenis kelamin, ras dan suku bangsa. Faktor ini
ditentukan dengan intensitas, kecepatan dalam pembuahan sel telur, tingkat
sensitivitas jaringan terhadap rangsangan, usia pubertas dan berhentinya
pertumbuhan tulang. Pertumbuhan dan perkembangan anak dengan jenis kelamin
laki-laki setelah lahir akan cenderung lebih cepat dibandingkan dengan anak
perempuan serta akan bertahan sampai usia tertentu. Baik anak laki-laki maupun
perempuan akan mengalamai pertumbuhan yang lebih cepat ketika mereka mencapai
masa pubertas.
b. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan memiliki faktor yang memegang peran penting dalam
menentukan tercapai dan tidaknya potensi yang sudah di miliki. Faktor lingkungan
ini meliputi lingkungan prenatal dan lingkungan postnatal. Lingkungan prenatal atau
lingkungan dalam kandungan juga meliputi gizi pada saat ibu hamil, lingkungan
mekanis, zat kimia atau toksin dan hormonal. Sedangkan lingkungan postnatal atau
lingkungan setelah lahir dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak seperti budaya
lingkungan, sosial; ekonomi keluarga, nutrisi, iklim atau cuaca, olahraga, posisi anak
dalam keluarga dan status Kesehatan.
c. Hormon
Hormon somatotropin (growth hormone) berperan dalam mempengaruhi
pertumbuhan tinggi badan dengan menstimulasi terjadinya proliferasi sel kartilago
dan sistem skeletal. Hormon tiroid berperan menstimulasi metabolisme tubuh.
Hormon glukokortikoid mempunyai fungsi menstimulasi pertumbuhan sel
interstisial dari testis (untuk memproduksi testoteron) dan ovarium (untuk
memproduksi estrogen), selanjutnya hormon tersebut akan menstimulasi
perkembangan seks, baik pada laki-laki maupun perempuan yang sesuai dengan
peran hormonnya

3. Tahapan Tumbuh Kembang


Perkembangan anak secara umum terdiri dari :
a. Periode prenatal Terjadi pertumbuhan yang cepat dan sangat penting karena terjadi
pembetukan organ dan system orga anak, selain itu hubungan antara kondisi itu
member dampak pada pertumbuhannya.
b. Periode bayi Periode ini terdiri dari neonates (0-28 hari) dan bayi (28-12 hari). Pada
periode ini, pertumbuhan dan perkembangan yang cepata terutama pada aspek
kognitif, motorik dan social.
c. Periode kanak-kanak awal Terdiri atas usia anak 1-3 tahun yang disebut toddler dan
prasekolah (3-6 tahun). Toddler menunjukkan perkembangan motorik yang lebih
lanjut pada usia prasekolah. Perkembangan fisik lebih lambat dan menetap.
d. Periode kanak-kanak pertengahan Periode ini dimulai pada usia 6-11 tahun dan
pertumbuhan anak laki-laki sedikit lebih meningkat dari pada perempuan dan
perkembangan motorik lebih sempurna.
e. Periode kanak-kanak akhir Merupakan fase transisi yaitu anak mulai masuk usia
remaja pada usia 11-18 tahun. Perkembangannya yang mencolok pada periode ini
adalah kematangan identitas seksual dengan perkembangannya organ reproduksi.

4. Ciri-ciri Tumbuh Kembang


a. Ciri-ciri pertumbuhan, antara lain:
1) Pertumbuhan akan terjadi perubahan ukuran dalam hal bertambahnya ukuran
fisik, seperti berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar lengan, lingkar
dada, dan lain- lain.
2) Pertumbuhan dapat terjadi perubahan proporsi yang dapat terlihat pada proporsi
fisik atau organ manusia yang muncul mulai dari masa konsepsi hingga dewasa.
b. Ciri-ciri perkembangan, antara lain:
1) Terjadinya perubahan dalam (a) aspek fisik: perubahan tinggi dan berat badan
serta organ-organ tubuh lainnya, (b) aspek psikis: semakin bertambahnya
perbendaharaan kata dan matangnya kemampuan berpikir, mengingat, serta
menggunakan imajinasi kreatifnya.
2) Terjadinya perubahan dalam proporsi: (a) aspek fisik: proporsi tubuh anak
berubah sesuai dengan fase perkembangannya.
3) Tahapan perkembangan berurutan mulai dari kemampuan melakukan gerakan
sederhana berlanjut menjadi melakukan hal yang sempurna.

5. Penilaian Tumbuh Kembang


Deteksi tumbuh kembang anak, dapat dilakukan antara lain dengan:
a. Pengukuran Antropometri
Pengukuran antropometri ini meliputi pengukuran berat badan, tinggi badan
(panjang badan), lingkar kepala dan lingkar lengan atas. Pengukuran berdasarkan
usia misalnya berat badan berdasarkan usia, tinggi badan berdasarkan usia, dan lain-
lain. Kesulitan menggunakan cara ini adalah menetapkan umur anak yang tepat,
karena tidak semua anak mempunyai catatan mengenai tanggal lahirnya, sedangkan
pengukuran tidak berdasarkan usia, misalnya pengukuran berat badan berdasarkan
tinggi badan, lingkar lengan atas berdasarkan tinggi badan dan lain-lain
(Soetjiningsih, 2012).
b. Pengukuran Berat Badan (BB) dan Tinggi Badan (TB)
Pengukuran berat badan dan tinggi badan dilakukan untuk menilai peningkatan atau
penurunan berat pada tubuh, dan bertambah atau tidaknya tinggi badan sehingga
dapat diketahui status keadaan gizi atau tumbuh kembang anak. Ibu-ibu yang datang
ke Posyandu dapat mengetahui berat badan dan tinggi badan bayi melalui Kartu
Menuju Sehat (KMS).
c. Gangguan Perkembangan Anak
Gangguan perkembangan anak dapat dideteksi atau dilakukan disemua tingkat
pelayanan kesehatan, seperti Posyandu, PAUD, Pustu, Puskesmas, Polindes, Bidan,
dan dokter praktek hingga rumah sakit. Pelaksana skrining bisa petugas atau kader
Posyandu/PAUD/BKB, guru TK, tenaga kesehatan, atau petugas terlatih lainnya.
Penilaian perkembangan anak, hal yang dapat dilakukan pertamakali adalah
melakukan wawancara tentang faktor kemungkinan yang menyebabkan gangguan
dalam perkembangan dan tes skrining, dijelaskan sebagai berikut:
1) KPSP (Kuesioner Pra-Skrining Perkembangan) Kuesioner Pra-Skrining
Perkembangan merupakan instrumen untuk mengetahui perkembangan anak
normal atau ada penyimpangan. Jadwal skrining dilakukan pada saat umur anak
mencapai 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66, dan 72 bulan,
secara rutin. KPSP dapat digunakan untuk usia skrining terdekat yang lebih
muda sesuai ketentuan.
2) Denver II Denver II merupakan alat skrining yang direkomendasikan oleh
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Tristanti, 2017). Tes ini mudah
dan cepat (15 – 20 menit), dapat diandalkan dan menunjukkan validitas yang
tinggi. Denver II lebih menyeluruh tapi ringkas, sederhana dan dapat
diandalkan, yang terbagi dalam 4 (empat) sektor, yaitu: sektor personal sosial
(kemandirian bergaul), sektor fine motor adaptive (gerakan-gerakan halus),
sektor language (bahasa), dan sektor cross motor (gerakan-gerakan kasar).
Setiap tugas perkembangan digambarkan dalam bentuk kotak, persegi panjang
horizontal yang berurutan menurut umur (Soetjiningsih, 2012).

6. Gangguan Tumbuh Kembang


Masalah yang sering timbul dalam pertumbuhan dan perkembangan anak meliputi
gangguan pertumbuhan fisik, perkembangan motorik, bahasa, emosi, dan perilaku.
a. Gangguan Pertumbuhan Fisik
Gangguan pertumbuhan fisik meliputi gangguan pertumbuhan di atas normal dan
gangguan pertumbuhan di bawah normal. Pemantauan berat badan menggunakan
KMS (Kartu Menuju Sehat) dapat dilakukan secara mudah untuk mengetahui pola
pertumbuhan anak. Bila grafik berat badan anak lebih dari120% kemungkinan anak
mengalami obesitas atau kelainan hormonal. Sedangkan, apabila grafik berat badan
di bawah normal kemungkinan anak mengalami kurang gizi, menderita penyakit
kronis, atau kelainan hormonal. Lingkar kepala juga menjadi salah satu parameter
yang penting dalam mendeteksi gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak.
Ukuran lingkar kepala menggambarkan isi kepala termasuk otak dan cairan
serebrospinal. Lingkar kepala yang lebih dari normal dapat dijumpai pada anak yang
menderita hidrosefalus, megaensefali, tumor otak ataupun hanya merupakan variasi
normal. Sedangkan apabila lingkar kepala kurang dari normal dapat diduga anak
menderita retardasi mental, malnutrisi kronis ataupun hanya merupakan variasi
normal. Deteksi dini gangguan penglihatan dan gangguan pendengaran juga perlu
dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya gangguan yang lebih berat. Jenis
gangguan penglihatan yang dapat diderita oleh anak antara lain adalah maturitas
visual yang terlambat, gangguan refraksi, juling, nistagmus, ambliopia, buta warna,
dan kebutaan akibat katarak, neuritis optik, glaukoma, dan lain sebagainya.
Sedangkan ketulian pada anak dapat dibedakan menjadi tuli konduksi dan tuli
sensorineural. Tuli pada anak dapat disebabkan karena faktor prenatal dan postnatal.
Faktor prenatal antara lain adalah genetik dan infeksi TORCH yang terjadi selama
kehamilan. Sedangkan faktor postnatal yang sering mengakibatkan ketulian adalah
infeksi bakteri atau virus yang terkait dengan otitis media.
b. Gangguan Perkembangan Motorik
Perkembangan motorik yang lambat dapat disebabkan oleh beberapa hal. Salah satu
penyebab gangguan perkembangan motorik adalah kelainan tonus otot atau penyakit
neuromuskular. Anak dengan serebral palsi dapat mengalami keterbatasan
perkembangan motorik sebagai akibat spastisitas, athetosis, ataksia, atau hipotonia.
Kelainan sumsum tulang belakang seperti spina bifida juga dapat menyebabkan
keterlambatan perkembangan motorik. Penyakit neuromuscular sepeti muscular
distrofi memperlihatkan keterlambatan dalam kemampuan berjalan. Namun, tidak
selamanya gangguan perkembangan motorik selalu didasari adanya penyakit
tersebut. Faktor lingkungan serta kepribadian anak juga dapat mempengaruhi
keterlambatan dalam perkembangan motorik. Anak yang tidak mempunyai
kesempatan untuk belajar seperti sering digendong atau diletakkan di baby walker
dapat mengalami keterlambatan dalam mencapai kemampuan.
c. Gangguan Perkembangan Bahasa
Kemampuan bahasa merupakan kombinasi seluruh system perkembangan anak.
Kemampuan berbahasa melibatkan kemapuan motorik, psikologis, emosional, dan
perilaku. Gangguan perkembangan bahasa pada anak dapat diakibatkan berbagai
faktor, yaitu adanya faktor genetik, gangguan pendengaran, intelegensia rendah,
kurangnya interaksi anak dengan lingkungan, maturasi yang terlambat, dan faktor
keluarga. Selain itu, gangguan bicara juga dapat disebabkan karena adanya kelainan
fisik seperti bibir sumbing dan serebral palsi. Gagap juga termasuk salah satu
gangguan perkembangan bahasa yang dapat disebabkan karena adanya tekanan dari
orang tua agar anak bicara jelas.
d. Gangguan Emosi dan Perilaku
Selama tahap perkembangan, anak juga dapat mengalami berbagai gangguan yang
terkait dengan psikiatri. Kecemasan adalah salah satu gangguan yang muncul pada
anak dan memerlukan suatu intervensi khusus apabila mempengaruh interaksi sosial
dan perkembangan anak. Contoh kecemasan yang dapat dialami anak adalah fobia
sekolah, kecemasan berpisah, fobia sosial, dan kecemasan setelah mengalami
trauma. Gangguan perkembangan pervasif pada anak meliputi autisme serta
gangguan perilaku dan interaksi sosial. Autism adalah kelainan neurobiologis yang
menunjukkan gangguan komunikasi, interaksi, dan perilaku. Autisme ditandai
dengan terhambatnya perkembangan bahasa, munculnya gerakan-gerakan aneh
seperti berputarputar, melompat-lompat, atau mengamuk tanpa sebab.
B. Konsep Keperawatan Tumbuh Kembang
1. Pengkajian
Pengkajiaan pertumbuhan dan perkembangan anak bertujuaan mengumpulkan data-data
yang berkaitan dengan tumbuh kembang anak sehingga dengan data yang ada dapat diketahui
mengenai keadaan anak. Berikut pengkajiaan pada anak. Hal-hal yang perlu dikaji adalah:
a. Riwayat Pranatal
Perlu ditanyakan pada ibu apakah ada tanda-tanda resiko tinggi saat hamil, seperti
terinfeksi TORCH, berat badan tidak naik, preeksklamsi, dan lain-lain, serta apakah
ehamilannya dipantau berkala. Kehamilan risiko tinggi yamg tidak ditangani dengan
benar dapat mengganggu tumbuh kembang anak. Dengan mengetahui riwayat
prenatal maka keadaan anaknya dapat diperkirakan.
b. Riwayat Kelahiran
Perlu ditanyakan pada ibu mengenai cara kelahiran anaknya, apakah secara normal
dan bagaimana keadaan anak sewaktu lahir. Anak yang dalam kandungan terdeteksi
sehat, apabila kelahirannya mengalami gangguan (cara kelahiran dengan tindakan
seperti forceps, partuss lama, atau kasep), maka gangguan tersebut dapat
mempengaruhi keadaan tumbuh kembang anak.
c. Pertumbuhan Fisik
Untuk menentukan keadaan pertumbuhan fisik anak, perlu diperlakukan pengukuran
antropometri dan pemeriksaan fisik. Sebagaimana dalam pembahasan sebelumnya,
pengukuran antropometri yang sering digunakan di lapangan untuk memantau
tumbuh kembang anak adalah TB, BB, dan lingkar kepala. Sedangkan lingkar
lengan dan lingkar dada baru digunakan bila dicurigai adanya gangguan pada anak.
Apabila petugas akan mengkaji pertubuhan fisik anak, maka petugas tersebut cukup
mengukur BB, TB, dan lingkar kepala.
d. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dapat dimulai dari rambut, kepala, leher, dada, perut, genetalia,
ekstremitas. Selain itu, tanda-tanda vital dan keadaan umum perlu dikaji.
Pemeriksaan fisik pada pertumbuhan dan perkembangan ini adalah sama seperti cara
pemeriksaan fisik pada bayi dan anak.
e. Perkembangan Anak
Untuk mengkaji keadaan perkembangan anak, dapat digunakan buku Pedoman
Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita. Dari pedoman ini dapat diketahui mengenai
keadaan perkembangan anak saat ini, apakah anak berada dalam keadaan normal,
meragukan atau memerlukan rujukan.

Interpretasi Hasil Pengukuran dan Tindakan yang Diperlukan


Setelah dilakukan pengkajian terhadap pertumbuhan dan perkembangan pada bayi
dan balita, terdapat interpretasi hasil sebagai berikut:
a. Pertumbuhan dan perkembangan normal
Pertumbuhan anak dikatakan normal apabila grafik berat badan anak berada pada
jalur berwarna hijau pada kalender balita (KMS) atau sedikit di atasnya. Arah grafik
harus naik dan sejajar mengikuti lengkungan jalur (kurva) berwarna hijau.
Sementara, pertumbuhan anak dikatakan ideal jika pertumbuhan yang ditetapkan
dengan pengukuran antropometri adalah BB/U; BB/M dan lingkar kepala/U.
Perkembangan anak tergolong normal apabila umur dan kemampuan anak sesuai
dengan patokan yang berlaku. Berdasarkan Pedoman Deteksi Tumbuh Kembang
Balita skor yang diperoleh saat pemeriksaan harus berjumlah 9-10. Apabila
menggunakan kalender balita (KMS), maka kemampuan anak sesuai usia yang
terdapat pada gambar. Sementara apabila menggunakan tes DDST maupun KPSP ,
anak dapat melewati tugas-tugas perkembangannya sesuai usia. Demikian juga
untuk pemeriksaan lainnya.
b. Pertumbuhan dan perkembangan tidak normal Pertumbuhan anak mengalami
penyimpangan apabila grafik berat badan anak berada jauh di atas warna hijau atau
berada dibawah jalur hijau, khususnya pada jalur merah. Ukuran antropometri lain
yang mengikuti biasanya adalah lingkar lengan atas dan lingkar lengan dada.
Perkembangan anak mengalami penyimpangan apabila kemampuan kepandaian
anak tidak dicapai sesuai dengan usianya, sehingga anak mengalami keterlambatan.
Pada tes DDST, anak tidak dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya atau pada
gambar kalender balita (KMS), kemampuan anak tidak sesuai dengan usianya.

2. Diagnosa
a. Gangguan tumbuh kembang
b. Risiko gangguan perkembangan
c. Risiko gangguan pertumbuhan
3. Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan

1. Gangguan Tumbuh Kembang Setelah dilakukan tindakan Perawatan Perkembangan


Definisi: Kondisi individu keperawatan selama .... jam, maka Observasi
mengalami gangguan kemampuan status perkembangan membaik 1. Identifikasi pencapaian tugas perkembangan anak
bertumbuh dan berkembang sesuai dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi isyarat perilaku dan fisiologis yang
dengan kelompok usia. 1. Keterampilan/perilaku sesuai ditunjukkan bayi (mis: lapar, tidak nyaman)
usia meningkat Terapeutik
Penyebab : 2. Kemampuan melakukan 3. Pertahankan sentuhan seminimal mungkin pada
1. Efek sketidakmampuan fisik perawatan diri meningkat bayi premature
2. Keterbatasan lingkungan 4. Berikan sentuhan yang bersifat gentle dan tidak
3. Inkonsitensi respon ragu-ragu
4. Pengabain 5. Minimalkan nyeri
5. Terpisah dari orang tua dan /atau 6. Minimalkan kebisingan ruangan
orang terdeakat 7. Pertahankan lingkungan yang mendukung
6. Defisiensi stimulus perkembangan optimal
8. Motivasi anak berinteraksi dengan anak lain
Gejala tanda mayor 9. Sediakan aktivitas yang memotivasi anak
Subjektif: berinteraksi dengan anak lainnya
1. (tidak tersedia) 10. Fasilitasi anak berbagi dan bergantian/bergilir
Objektif 11. Dukung anak mengekspresikan diri melalui
1. Tidak mampu melakukan penghargaan positif atau umpan balik atas
keterampilan atau perilaku khas usahanya
sesuai usia (fisik, bahasa, 12. Pertahankan kenyamanan anak
motorik, psikososial) 13. Fasilitasi anak melatih keterampilan pemenuhan
2. Pertumbuhan fisik terganggu kebutuhan secara mandiri (mis: makan, sikat gigi,
cuci tangan, memakai baju)
Gejala tanda minor
14. Bernyanyi Bersama anak lagu-lagu yang disukai
Subjektif:
15. Bacakan cerita atau dongeng
1. (tidak tersedia)
16. Dukung partisipasi anak di sekolah,
Objektif: ekstrakulikuler dan aktivitas komunitas
1. Tidak mampu melakuakan
Edukasi
perawatan diri sesuai usia
17. Jelaskan orang tua dan/atau pengasuh tentang
2. Afek datar
milestone perkembangan anak dan perilaku anak
3. Respon sosial lambat
4. Kontak mata terbatas 18. Anjurkan orang tua menyentuh dan menggendong
5. Nafsu makan menurun bayinya
6. Lesu 19. Anjurkan orang tua berinteraksi dengan anaknya
7. Mudah marah 20. Ajarkan anak keterampilan berinteraksi
8. Regresi 21. Ajarkan anak teknik asertif
9. Pola tidur terganggu (pada bayi)
Kolaborasi
22. Rujuk untuk konseling, jika perlu

2. Risiko Gangguan Perkembangan Setelah dilakukan tindakan Promosi Perkembangan Anak


Definisi: Berisiko mengalami keperawatan selama .... jam, maka Observasi
gangguan untuk berkembang sesuai status perkembangan membaik 1. Identifikasi kebutuhan khusus anak dan
dengan kelompok usianya. dengan kriteria hasil: kemampuan adaptasi anak
1. Keterampilan/perilaku sesuai Terapeutik
Penyebab usia meningkat 2. Fasilitasi hubungan anak dengan teman sebaya
1. Ketidakadekuatan nutrisi 2. Kemampuan melakukan 3. Dukung anak berinteraksi dengan anak lain
2. Ketidakadekuatan perawatan perawatan diri meningkat 4. Dukung anak mengekpresikan perasaannya secara
prenatal positif
3. Keterlambatan perawatan 5. Dukung anak dalam bermimpi atau berfantasi
prenatal sewajarnya
4. Usia hamil di bawah 15 tahun 6. Dukung partisipasi anak di sekolah,
5. Usia hamil di atas 35 tahun ekstrakulikuler dan aktivitas komunitas
6. Kehamilan tidak terencana 7. Berikan mainan yang sesuai dengan usia anak
7. Kehamilan tidak diinginkan 8. Bernyanyi Bersama anak lagu-lagu yang disukai
8. Gangguan endokrin anak
9. Prematuritas 9. Bacakan cerita/dongeng untuk anak
10. Kelainan genetik/kongenital 10. Diskusikan bersama remaja tujuan dan
11. Kerusakan otak (mis: perdarahan harapannya
selama periode pascanatal, 11. Sediakan kesempatan dan alat-alat untuk
penganiayaan, kecelakaan) menggambar, melukis, dan mewarnai
12. Penyakit kronis 12. Sediakan mainan berupa puzzle dan maze
13. Infeksi Edukasi
14. Efek samping terapi (mis: 13. Jelaskan nama-nama benda obyek yang ada di
kemoterapi, terapi radiasi, agen lingkungan sekitar
farmakologis) 14. Ajarkan pengasuh milestones perkembangan dan
15. Penganiayaan (mis: fisik, perilaku yang dibentuk
psikologis, seksual) 15. Ajarkan sikap kooperatif, bukan kompetisi
16. Gangguan pendengaran diantara anak
17. Gangguan penglihatan 16. Ajarkan anak cara meminta bantuan dari anak
18. Penyalahgunaan zat lain, jika perlu
19. Ketidakmampuan belajar 17. Ajarkan teknik asertif pada anak dan remaja
20. Anak adopsi 18. Demonstrasikan kegiatan yang meningkatkan
21. Kejadian bencana perkembangan pada pengasuh
22. Ekonomi lemah Kolaborasi
19. Rujuk untuk konseling, jika perlu

3. Risiko Gangguan Pertumbuhan Setelah dilakukan tindakan Skrining Kesehatan


Definisi: Berisiko mengalami keperawatan selama .... jam, maka Observasi
gangguan untuk bertumbuh sesuai status perkembangan membaik 1. Identifikasi target populasi skrining kesehatan
dengan kelompok usianya. dengan kriteria hasil: Terapeutik
1. Berat badan sesuai dengan 2. Lakukan informed consent skrining Kesehatan
Penyebab : usia 3. Sediakan akses layanan skrining (mis: waktu dan
1. Ketidakadekuatan nutrisi 2. Panjang/tinggi badan sesuai tempat)
2. Penyakit kronis usia 4. Jadwalkan waktu skrining Kesehatan
3. Nafsu makan tidak terkontrol 5. Gunakan instrument skrining yang valid dan akurat
4. Prematuritas 6. Sediakan lingkungan yang nyaman selama prosedur
5. Terpapar teratogen skrining Kesehatan
6. Ketidakadekuatan nutrisi 7. Lakukan anamnesia, Riwayat Kesehatan, faktor
maternal risiko, dan pengobatan, jika perlu
7. Proses infeksi 8. Lakukan pemeriksaan fisik, sesuai indikasi
8. Proses infeksi maternal Edukasi
9. Perilaku maladaptif 9. Jelaskan tujuan dan prosedur skrining Kesehatan
10. Penyalahgunaan zat 10. Informasikan hasil skrining Kesehatan

11. Kelainan genetik/kongenital Kolaborasi


12. Penganiayaan (mis: fisik, 11. Rujuk untuk pemeriksaan diagnostik lanjut (mis:

psikologis, seksual) pap smear, mamografi, prostat, EKG), jika perlu.


13. Ekonomi lemah

Anda mungkin juga menyukai