Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK SEHAT (TUMBUH KEMBANG)


I. KONSEP DASAR TEORI
A. Pengertian
Pertumbuhan merupakan bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh dalam arti
sebagian atau seluruhnya karena adanya multiplikasi dan pertambahan ukuran sel berarti ada
pertambahan secara kuantatif dan hal tersebut terjadi sejak terjadinya konsepsi (IDAI, 2002).
Peristiwa pertumbuhan pada anak dapat terjadi perubahan tentang besarnya, jumlah,
ukuran, di dalam tingkat sel, organ maupun individu, sedangkan peritiwa perkembangan
pada anak dapat terjadi perubahan bentuk dan fungsi pematangan organ mulai dari aspek
sosial, emosional, dan intelektual (Hidayat, 2012).
Perkembangan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui
tumbuh kematangan dan belajar (Whalley dan Wong, 2000 dalam Hidayat, 2005).
Menurut soetjiningasih (2005), perkembangan (development) adalah bertambahnya
kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang
teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut
adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ, dan sistem organ
yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya.
1. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam jumlah, besar,
ukuran/dimensi, tingkat sel organ maupun individu yang bisa diukur berat, panjang,
umur tulangdan keseimbangan elektrolit.
2. Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan
fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai
hasil antara lain proses pematangan termasuk perkembangan emosi, intelektual, dan
tingkah laku sebagai hasil dengan lingkungan. Untuk terciptanya tumbuh kembang yang
optimal tergantung pada potensi biologis, psikososial, dan perilaku yang merupakan
proses yang unik dan hasil akhir berbeda-beda yang memberi cirri tersendiri pada setiap
anak.
Dalam Tumbang anak perlu dilakukan berbagai macam imunisasi, dimana imunisasi
merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke
dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu.
Sedangkan yang dimaksud vaksin adalah bahan yang di pakai untuk merangsang
pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan seperti vaksin
BCG, DPT, Campak, dan melalui mulut seperti vaksin Polio. Tujuan diberikan imunisasi
adalah diharapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka
morbiditas dan mortalitas serta dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit tertentu.
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tumbang Anak
1. Faktor keturunan (Herediter)
Merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbang anak melalui
instruksi genetic dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan, gangguan
pertumbuhan selain disebabkan oleh kelainan kromosom (contoh; syndrome down,
syndrome turner) juga diakibatkan oleh factor lingkungan yang kurang memadai.
a. Seks : kecukupan dan perkembangan pada anak laki-laki berbeda dengan
perempuan
b. Ras      : ras/suku bangsa dapat mempengaruhi tumbang anak, beberapa suku
bangsa memiliki karakteristik.
2. Faktor Lingkungan
a. Lingkungan Internal
1) Intelegensi
Pada umunya intelegensi tinggi, perkembangan lebih baik dibandingkan jika
intelegensi rendah.
2) Hormon
Ada 3 jenis hormone yang mempengaruhi anak yaitu somatotropik untuk
pertumbuhan tinggi badan terutama pada masa kanak-kanak, hormone tiroid
menstimulasi pertumbuhan sel interstitial testis, memproduksi testosterone dan
ovarium memproduksi estrogen yang mempengaruhi perkembangan dan
reproduksi
3) Emosi
Hubungan yang hangat dengan orangtua, saudara teman sebaya serta guru
berpengaruh terhadap perkembangan emosi, sosial, intelektual anak, cara anak
berinteraksi dengan keluarga akan mempengaruhi interaksi anak diluar rumah.
b. Lingkungan Eksternal
1) Kebudayaan
Budaya keluarga /masyarakat mempengaruhi bagaiman anak mempersepsikan
dan memahami kesehatan berprilaku hidup sehat.
2) Status sosial ekonomi keluarga
Anak yang berada dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang sosial
ekonomi yang rendah serta banyak punya keterbataan untuk memenuhi
kebutuhan primernya.
3) Nutrisi
Untuk tumbang anak secara optimal memerlukan nutrisi adekuat yang didapat
dari makanan bergizi
4) Iklim/cuaca
Iklim tertentu dapat mempengaruhi status kesehatan anak
5) Olahraga/latihan fisik
Olahraga berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan psikososial anak.
6) Posisi anak dalam keluarga
Posisi anak sebagai anak tunggal, sulung, anak tengah, anak bungsu akan
mempengaruhi pola anak setelah diasuh dan dididik dalam keluarga
C. Periode Perkembangan
Menurut Donna L. Wong (2000) perkembangan anak secara umum terdiri dari :
1. Periode prenatal
Terjadi pertumbuhan yang cepat dan sangat penting karena terjadi pembentukan organ
dan system organ anak. Selain itu hubungan antara kondisi itu memberi dampak pada
pertumbuhannya.
2. Periode bayi
Periode ini terdiri dari neonatus (0-28 hari) dan bayi (28-12 bulan). Pada periode ini
pertumbuhan dan perkembangan yang cepat terutama pada aspek kognitif, motorik dan
social.
3. Periode kanak-kanak awal
Terdiri atas anak usia 1-3 tahun yang disebut toddler dan pra sekolah 3-6 tahun. Toddler
menunjukkan perkembangan motorik yang lebih lanjut pada usia pra sekolah.
Perkembangan fisik lebih lambat dan relative menetap.
4. Periode kanak-kanak pertengahan
Periode ini dimulai pada usia 6-11 tahun dan pertumbuhan anak laki-laki sedikit lebih
meningkat daripada perempuan dan perkembangan motorik lebih sempurna.
5. Periode kanak-kanak akhir
Merupakan fase transisi yaitu anak mulai masuk usia remaja pada usia 11-18 tahun.
Perkembangannya yang mencolok pada periode ini adalah kematangan identitas seksual
dengan perkembangannya organ reproduksi.

D. Parameter Penilaian Pertumbuhan fisik :

a. Ukuran antropometrik
1) Berat badan
Berat badan merupakan ukuran antropometrik terpenting, karena dapat
digunakan untuk menilai peningkatan/ penurunan semua jaringan yang ada
dalam tubuh, antara lain tulang, otot, lemak, cairan tubuh dan lain – lain.
Untuk menilai berat badan normal yang sesuai usia todler dapat dilihat di tabel
KMS terlampir.

2) Tinggi badan
Keistimewannya adalah bahwa ukuran tinggi badan pada masa pertumbuhan
meningkat terus sampai tinggi maksimal tercapai dan akhirnya berhenti pada
umur 18 – 20 tahun. Untuk menilai tinggi badan yang sesuai dengan usia
todler dapat dilihat ditabel KMS terlampir.

3) Lingkar kepala
Lingkaran kepala mencerminkan volume intrakranial, dipakai untuk menaksir
pertumbuhan otak. Untuk rentang normal menurut nellhaus pada anak usia 1
tahun adalah 43,5 – 49( perempuan) & 43,5 – 49 ( laki – laki ) , kemudian anak
usia 2 tahun adalah 45 – 51( perempuan ) & 46 – 51( laki – laki ) dan anak usia
3 tahun adalah 46,25 – 53 (perempuan) & 46,25 – 53 ( laki – laki ). namun
demikian untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam grafik KMS terlampir.
4) Lingkar lengan atas
LLA mencerminkan tumbuh kembang jaringan lemak dan otot yang tidak
terpengaruh banyak oleh keadaan cairan tubuh dibandingkan dengan berat badan,
laju tumbuh lambat, dari 11 cm waktu lahir menjadi 16 cm pada satu tahun,
selanjutnya tidak banyak berubah pada umur 1 – 3 tahun.

5) Lipatan kulit

Tebalnya lipatan kulit pada daerah triseps dan subskapular merupakan refleksi
tumbuh jaringan lemak dibawah kulit, yang mencerminkan kecukupan energi.
dalam keadaan defisiensi lipatan kulit akan menipis dan sebaliknya menebal jika
masukan energi berlebihan.
b. Perkembangan
Menurut Adriani, M (2012) adapun pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi saat usia
balita adalah :

1. Usia 12 – 18 bulan
a) Berjalan sendiri tidak jatuh
b) Mengambil benda kcil dengan ibu jari dan telunjuk
c) Mengungkapkan keinginan secara sederhana
d) Minum sendiri dari gelas dan tidak tumpah
2. Usia 18 – 24 bulan
a) Berjalan mudur setidaknya lima langkah
b) Mencoret – coret dengan alat tulis
c) Menunjuk bagian tubuh dan menyebut namanya
d) Meniru melakukan pekerjaan rumah tangga
3. Usia 2 – 3 tahun
a) Berdiri satu kaki tanpa berpegangan minimal 2 hitungan
b) Meniru membuat garis lurus
c) Menyatakan keinginan sedikitnya dengan 2 kata
d) Melepas pakaian sendiri
E. Tahapan Tumbuh Kembang
Proses tumbuh kembang dimulai2. sejak sel telur dibuahi dan akan berlangsung sampai
dewasa.
1. Tahap prenatal
a. Masa embrio : mulai konsepsi – 8 minggu
b. Masa tengah fetus : 9 minggu – 24 minggu
c. Masa fetus lanjut : 24 minggu – lahir
2. Tahap postnatal
a. Masa neonatal : lahir – 1 bulan
b. Masa bayi awal : 1 bulan – 1 tahun
c. Masa bayi lanjut : 1 tahun – 2 tahun
3. Masa anak 2-12 tahun :
a. Masa prasekolah : 2 – 6 tahun
b. Masa sekolah : 6 – 12 tahun
4. Masa remaja (adolesen) : 10-18 tahun
a. Pra pubertas : wanita 10-12 tahun,laki-laki 10-14 tahun
b. Pubertas : wanita 12-14 tahun,laki-laki 14-15 tahun
c. Post pubertas :wanita 14-18 tahun,laki-laki 16-20 tahun
F. Ciri-ciri Tumbuh Kembang Anak
Menurut Nursalam (2005 : 32-33) menjelaskan bahwa pada umumnya pertumbuhan
mempunyai ciri-ciri tertentu, yaitu:
1. Perubahan proporsi tubuh yang dapat diamati pada masa bayi dan dewasa. Sebagaimana
pada usia 2 tahun besar kepala hampir seperempat dari panjang badan keseluruhan,
kemudian secara berangsur-angsur proporsinya berkurang.
2. Hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru yang ditandai dengan lepasnya gigi
susu dan timbulnya gigi permanen, hilangnya reflex primitif pada masa bayi, timbulnya
tanda seks sekunder, dan perubahan lainnya.
3. Kecepatan pertumbuhan tidak teratur yang ditanda dengan adanya masa- masa tertentu
yaitu masa pranatal, bayi dan adolesensi, dimana terjadi pertumbuhan cepat. Dan masa
prasekolah dan masa sekolah dimana pertumbuhan berlangsung lambat.
G. Stimulasi dasar atau kebutuhan dasar untuk tumbuh-kembang yang diberikan
Ibu pada anak
1. Usia 12 – 18 bulan
a. Gerak kasar
Latih anak naik turun tangga
b. Gerak halus
Bermain dengan anak melempar dan menangkap bola besar kemudian bola kecil.
c. Bicara, bahasa dan kecerdasan
Latih anak menunjuk dan menyebutkan nama – nama bagian tubuh.
d. Begaul dan bicara
Beri kesempatan kepada anak untuk melepas pakaiannya sendiri.
2. Usia 18 – 24 bulan
a. Gerak kasar
Latih anak berdiri dengan 1 kaki
b. Gerak halus
Ajari anak menggambar bulatan, garis, segitiga dan gambar wajah
c. Bicara, bahasa dan kecerdasan
Latih anak mengikuti perintah sederhana.
d. Bergaul dan mandiri
Latih agar anak mau ditinggalkan untuk sementara waktu
3. Usia 2 sampai 3 tahun
a. Gerak kasar
Latih anak melompat dengan satu kaki
b. Gerak halus
Ajak anak bermain menyusun dan menumpuk balok
c. Bicara, bahasa dan kecerdasan
Latih anak mengenal bentuk dan warna
d. Bergaul dan mandiri
Latih anak mencuci tangan dan kaki serta mengeringkanya sendiri
II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN TUMBUH KEMBANG ANAK
A. Pengkajian
1. Pengkajian Identitas dan Riwayat Keperawatan
a. Identitas Anak dan/atau Orang Tua
Meliputi nama, alamat , tempat dan tanggal lahir dan lain sebagainya.
b. Keluhan Utama
Untuk menjalani suatu imunisasi anak diharapkan dalam kondisi sehat jasmani dan
rohani karena akan dipenetrasikan antigen dalam imunisasi yang akan memicu
fungsi imunnya, namun seiring dengan kondisi anak yang rentan terhadap kontak
infeksi dari lingkungan, tidak menutup kemungkinan jika saat memasuki jadwal
imunisasi ia berada dalam kondisi sakit . Maka dari itu, perlu ditanyakan apakah
anak memiliki keluhan kesehatan baik secara langsung pada anak ataupun orang
tua/pengasuhnya beberapa saat sebelum diimunisasi. Keluhan ini dapat dijadikan
indikator apakah imunisasi harus dilanjutkan, ditunda sementara waktu, atau tidak
diberikan sama sekali.
c. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
Untuk mendapatkan semua rincian yang berhubungan dengan keluhan utama. Jika
saat ini kesehatan anak baik, riwayat penyakit sekarang mungkin tidak terlalu
menjadi acuan, akan tetapi jika anak dalam kondisi tidak sehat, hal ini dapat
dijadikan kajian lebih lanjut untuk mengetahui status kesehatan anak saat ini, selain
untuk kepentingan imunisasi, hal ini juga dapat dijadikan panduan apakah anak
harus mendapat perawatan lebih lanjut mengenai penyakitnya.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu (RKD)
Untuk memperoleh profil penyakit anak, cedera-cedera, atau pembedahan
sebelumnya yang pada kesempatan ini akan digunakan sebagai petunjuk yang
berarti dalam pemberian imunisasi.
1) Riwayat kelahiran (riwayat kehamilan, persalinan, dan perinatal).
2) Penyakit, cedera atau operasi sebelumnya.
3) Alergi.
4) Pengobatan terbaru.
5) Imunisasi yang pernah didapatkan anak serta pengalaman/reaksi terhadap
imunisasi yang pernah didapat sebelumnya.
6) Pertumbuhan dan perkembangan anak (Sebelum melakukan imunisasi dapat
pula dikaji pertumbuhan dan perkembangan anak sehingga dapat
mengidentifikasikan indikasi imunisasi serta pendidikan kesehatan yang sesuai
dengan usia serta pola perilaku anak baik ditujukan secara langsung pada anak
ataupun keluarganya).
7) Kebiasaan anak yang dapat memengaruhi kesehatannya.
e. Tinjauaan Sistem (TS)
Untuk memperoleh informasi yang menyangkut adanya kemungkinan masalah
kesehatan pada anak, walau tampak jarang dilakukan saat akan diimunisasi, namun
tinjauan ini akan menjadi pilihan yang lebih baik selain pengkajian riwayat
kesehatan anak karena dalam pengkajian cenderung hanya berfokus pada informasi
yang diberikan anak/keluarga sedangkan kemungkinan terhadap kondisi kelainan
yang ada pada tubuh anak belum disadari olehnya dan juga keluarga, sehingga
alangkah baik jika sebelum diimunisasi anak mendapatkan tindakan pemeriksaan
fisik untuk peninjauan terhadap sistem tubuhnya. Tinjauan sistem meliputi
menyeluruh/umum, integument, kepala, mata, telinga, hidung, mulut, tenggorokan,
leher, dada, respirasi, kardiovaskuler, gastrointestinal, genitourinaria, ginekologik,
muskuluskeletal, neurologik dan endokrin.
f. Riwayat pengobatan keluarga
Untuk mengidentifikasi adanya faktor genetika atau penyakit yang memiliki
kecenderungan terjadi dalam keluarga dan untuk mengkaji pajanan terhadap
penyakit menular pada anggota keluarga dan kebiasaan keluarga yang dapat
memengaruhi kesehatan anak, seperti merokok dan penggunaan bahan kimia lain,
serta tingkat kewaspadaan keluarga saat anak mengalami sakit.
g. Riwayat Psikososial
Untuk memperoleh informasi tentang konsep diri anak, terutama terfokus pada
riwayat imunisasi yang pernah ia dapatkan, apabila riwayat sebelumnya
menyisakan kerisauan pada anak maka akan lebih baik jika saat imunisasi
berikutnya hal ini diperbaiki untuk mengubah konsep anak terrhadap imunisasi,
menanamkan padanya bahwa hal ini penting untuk mencegah penyakit yang
mungkin mendatanginya, serta diperlukan keterlibatan keluarga yang dapat
memberikan dukungan mental pada anaknya sehingga anak tidak risau dalam
menghadapi imunisasi.
h. Riwayat Keluarga       
Untuk mengembangkan pemahaman tentang anak sebagai individu dan sebagai
anggota keluarga dan komunitas. Pengkajian juga berfokus pada sejauh mana
keluarga memahami tentang imunisasi yang akan diberikan pada anak, meliputi
jenis imunisasi, alasan diimunisasi, manfaat imunisasi, dan efek sampingnya. Hal
ini akan sangat membantu jika keluarga telah memahami pentingnya imunisasi
sebagai langkah penting yang diperlukan untuk mencegah penyakit pada anaknya.
Untuk beberapa keluarga yang belum begitu memahami imunisasi, hal ini dapat
dijadikan patokan untuk memberikan pendidikan kesehatan dalam pemahaman
terhadap imunisasi.
i. Pengkajiaan Nutrisi
Untuk memperoleh informasi yang adekuat tentang asupan dan kebutuhan nutrisi
anak dalam kaitannya dengan kesehatan anak saat ini sebelum ia mendapatkan
imunisasi dan dapat dijadikan bahan untuk pendidikan kesehatan pasca imunisasi
anak. Pengkajian nutrisi meliputi pengkajian terhadap asupan diet dan pemeriksaan
klinis.
2. Pengkajian Pertumbuhan dan Perkembangan
Pengkajiaan pertumbuhan dan perkembangan anak bertujuaan mengumpulkan data-data
yang berkaitan dengan tumbuh kembang anak, sehingga dengan data yang ada, dapat
diketahui mengenai keadaan anak yang dapat membantu proses imunisasi dan juga
pendidikan kesehatan seputaran imunisasi anak. Dalam melaksanaakan pengkajiaan atas
pertumbuhan dan perkembangan anak, hal penting yang harus diperhatikan adalah
bagaimana mempersiapkan anak agar pemeriksaan berjalan lancar. Sebelum melakukan
pengkajiaan, prinsip-prinsip yang perlu di perhatikan dan dapat diterapkan di lapangan
adalah:
a. Lingkungan/ruangan pemeriksaan tidak menakutkan, misalnya memberikan warna
dinding netral, cukup ventilasi, menjauhkan peralatan yang menakutkan bagi anak,
dan menyediakan makanan.
b. Sebelum pengkajiaan sebaiknya disediakan waktu untuk bermain agar anak menjadi
kooperatif. Dalam hal ini, bukan berarti mengabaikan tugas utama, tetapi untuk
pendekatan agar anak tidak takut sehingga memudahkan pemeriksaan.
c. Pemeriksaan dapat dimulai dari bagian tubuh yang mudah dan tidak menakutkan
anak.
d. Jika ada beberapa anak, mulailah dengan anak yang kooperatif sehingga akan
mengurangi rasa takut dari anak yang lain.
e. Libatkan anak dalam proses pemeriksaan. Kita bisa menjelaskan pada anak
mengenai hal-hal yang perlu dilakukan pada dirinya. Apabila mungkin, beri
kesempatan anak untuk membantu proses pemeriksaan.
f. Buat posisi pemeriksaan senyaman mungkin. Anak dapat berbaring di pangkuaan
orang tua.
g. Berikan pujiaan kepada anak yang kooperatif. Hal ini dapat merangsang anak yang
lain agar tidak takut untuk diperiksa.
h. Berikan pujian pada orang tua apabila anak maju dan ibunya mengetahui nasehat
petugas.

Prinsip-prinsip tersebut hendaknya dipahami adalah

a. Riwayat Pranatal

Perlu ditanyakan pada ibu apakah ada tanda-tanda resiko tinggi saat hamil,
seperti terinfeksi TORCH, berat badan tidak naik, preeksklamsi, dan lain-lain, serta
apakah ehamilannya dipantau berkala. Kehamilan risiko tinggi yamg tidak
ditangani dengan benar dapat mengganggu tumbuh kembang anak. Dengan
mengetahui riwayat prenatal maka keadaan anaknya dapat diperkirakan.

b. Riwayat Kelahiran

Perlu ditanyakan pada ibu mengenai cara kelahiran anaknya, apakah secara
normal, dan bagaimana keadaan anak sewaktu lahir. Anak yang dalam kandungan
terdeteksi sehat, apabila kelahirannya mengalami gangguan (cara kelahiran dengan
tindakan seperti forceps, partuss lama, atau kasep), maka gangguan tersebut dapat
mempengaruhi keadaan tumbuh kembang anak.

c. Pertumbuhan Fisik

Untuk menentukan keadaan pertumbuhan fisik anak, perlu diperlakukan


pengukuran antropometri dan pemeriksaan fisik. Sebagaimana dalam pembahasan
sebelumnya, pengukuran antropometri yang sering digunakan di lapangan untuk
memantau tumbuh kembang anak adalah TB, BB, dan lingkar kepala. Sedangkan
lingkar lengan dan lingkar dada baru digunakan bila dicurigai adanya gangguan
pada anak. Apabila petugas akan mengkaji pertubuhan fisik anak, maka petugas
tersebut cukup mengukur BB, TB, dan lingkar kepala. Meskipun tidak semua
ukuran antropometri digunakan, berikut ini akan dijelaskan cara pengukuran dari
masing-masing ukuran antropometri:

1) Berat Badan (BB)

Untuk menentukan berat badan anak, hal yang perlu diperhatikan adalaah sebagai
berikut:

a) Pengukuran dilakukan dengan memakai alat timbangan yang telah ditera


(distandardisasi/dikalibrasi) secara berkala. Timbangan yang digunakan
dapat berupa dacin atau timbangan injak.
b) Untuk menimbang anak yang berusia kurang 1 tahun, maka hal tersebut
dilakukan dengan posisi berbaring. Untuk anak yang berusia 1-2 tahun,
dilakukan dengan posisi duduk dengan menggunakan dacin. Untuk anak
yang berusia lebih dari 2 tahun, penimbangan berat badan dapat dilakukan
dengan posisi berdiri.

Sedangkan cara pengukuran berat badan anak adalah:

a) Lepas pakaian yang tebal pada bayi dan anak saat pengukuran. Apabila
perlu, cukup pakaian dalam saja.
b) Tidurkan bayi pada meja timbangan. Apabila menggunakan timbangan
dacin, masukkan anak dalam gendongan, lalu kaitkan gendongan ke
timbangan.
Sedangkan apabila dengan berdiri, ajak anak untuk berdiri di atas timbangan
injak tanpa dipegangi.

c) Ketika menimbang berat badan bayi, tempatkan tangan petugas di atas


tubuh bayi (tidak menempel) untuk mencegah bayi jatuh saat ditimbang.
d) Apabila anak tidak mau ditimbang, ibu disarankan untuk menimbang berat
badannya lebih dulu, kemudian anak digendong oleh ibu dan ditimbang.

Selisih antara berat badan ibu bersama anak dan berat badan ibu sendiri
menjadi berat badan anak. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat rumus
berikut.

BB anak = (BB ibu dan anak) – BB ibu

e) Tentukan hasil timbangan sesuai dengan jarum penunjuk pada timbangan


f) Selanjutnya, tentukan posisi berat badan anak sesuai dengan standar yang
berlaku, yaitu apakah status gizi anak normal, kurang, atau buruk. Untuk
menentukan berat badan ini juga dapat dilakukan dengan melihat pada
kurva KMS, apakah berat badan anak berada pada kurva berwarna hijau,
kuning, atau merah.
2) Tinggi Badan (TB)
Untuk menentukan tinggi badan, cara pengukurannya dikelompokkan menjadi
untuk usia kurang dari 2 tahun dan usia 2 tahun atau lebih. Pengukuran tinggi
badan pada anak usia kurang dari 2 tahun adalah sebagai berikut :
a) Siapkan papan atau meja pengukur. Tidak ada, dapat digunakan pita
pengukur (meteran).
b) Baringkan anak terlentang tanpa bantal (supinasi), luruskan lutut sampai
menempel pada meja (posisi ekstensi).
c) Luruskan bagian puncak kepala dan bagian bawah kaki (telapak kaki tegak
lurus dengan meja pengukur), lalu ukur sesuai dengan skala yang tertera.
d) Apabila tidak ada papan pengukur, hal ini dapat dilakukan dengan cara
memberi tanda pada tempat tidur (tempat tidur harus rata/datar) berupa
garis atau titik pada bagian puncak kepala dan bagian tumit kaki bayi. Lalu
ukur jarak antara kedua tanda tersebut dengan pita pengukur.
Sedangkan cara pengukuran tinggi badan pada anak usia 2 tahun atau lebih
adalah sebagai berikut :

a) Tinggi badan diukur dengan  posisi berdiri tegak, sehingga tumit rapat,
sedangkan bokong, punggung, dan bagian belakang kepala berada dalam
satu garis vertikal dan menempel pada alat pengukur.
b) Tentukan bagian atas kepala dan bagian kaki menggunakan sebilah papan
dengan posisi horizontal dengan bagian kaki, lalu ukur sesuai dengan skala
yang tertera.
3) Lingkar Kepala

Ukuran kepala dinyatakan normal bila berada di antara batas tertinggi dan
terendah dari kurva lingkar kepala. Bila ukuran kepala berada di atas kurva
normal, berarti ukuran kepala besar (macrocephali), sedangkan bila ukuran
kepala di bawah kurva normal, berarti ukuran kepala kecil (microcephali).
Kurva lingkar kepala ini dibedakan antara laki-laki dan perempuan.

Adapun cara pengukuran lingkar kepala :

a) Siapkan pita pengukur (meteran)


b) Lingkakan pita pengukur pada daerah glabella (frontalis) atau supraorbita
bagian antrior menuju oksiput pada bagian posterior kemudian tentukan
hasilnya
c) Cantumkan hasil pengukuran pada kurva lingkar kepala
4) Lingkar Lengan Atas (lila)
Meskipun pengukuran lila jarang dilakukan, namun cara pengukurannya perlu
diketahui :
a) Tentukan lokasi lengan yang akan diukur. Pengukuran dilakukan pada
lengan bagian kiri, yaitu pertengahan pangkal lengan dengan siku.
Pemilihan lengan kiri tersebut dengan pertimbangan bahwa aktivitas
lengan kiri lebih pasif dari pada lengan kanan, sehingga ukurannya lebih
stabil.
b) Lingkarkan alat pengukur pada lengan bagian atas (dapat digunakan pita
pengukur). Hindari penekanan pada lengan yang diukur saat pengukuran.
c) Tentukan besar lingkar lengan sesuai dengan angka yang tertera pada pita
pengukur.
d) Catat hasil pengukuran pada Kartu Menuju Sehat (KMS) atau status anak.
5) Lingkar Dada

Sebagaimana lingkar lengan atas, pengukuran lingkar dada jarang


dilakukan. Pengukurannya dilakukan pada saat bernapas biasa (mid respirasi)
pada tulang Xifoidius (incisura subternalis). Pengukuran lingkar dada ini
dilakukan dengan posisi berdiri pada anak yang lebih besar, sedangkan pada
bayi dengan posisi berbaring. Cara pengukuran lingkar dada adalah sebagai
berikut :

a) Siapkan pita pengukur


b) Lingkarkan pita pengukur pada daerah dada.
c) Catat hasil pengukuran pada KMS anak atau kartu yang disediakan.
d. Pemeriksaan fisik

Meskipun pemeriksaan fisik tidak dilakukan apabila dilapangkan, namun


petugas perlu mengetahui bahwa pemeriksaan fisik perlu dilakukan agar keadaan
anak dapat diketahui secara keseluruhan. Pemeriksaan fisik dapat dimulai dari
rambut, kepala, leher, dada, perut, genetalia, ekstremitas. Selain itu, tanda-tanda
vital dan keadaan umum perlu dikaji. Pemeriksaan fisik pada pertumbuhan dan
perkembangan ini adalah sama seperti cara pemeriksaan fisik pada bayi dan anak.
Oleh karena itu, pemeriksaan fisik tidak dibahas secara khusus pada bagian ini.

e. Data lain
Yang termasuk data lain adalah pola makan, pola aktivitas anak, data penunjang
lainnya, seperti pemeriksaan laboratorium, serta data yang diperlukan terutama
apabila anak berada di klinik.
3. Interpretasi Hasil Pengukuran dan Tindakan yang Diperlukan
Setelah dilakukan pengkajian terhadap pertumbuhan dan perkembangan pada bayi dan
balita, terdapat interpretasi hasil sebagai berikut:
a. Pertumbuhan dan perkembangan normal

Menurut Moersintowarti (2002), pertumbuhan anak dikatakan normal apabila


grafik berat badan anak berada pada jalur berwarna hijau pada kalender balita
(KMS) atau sedikit di atasnya. Arah grafik harus naik dan sejajar mengikuti
lengkungan jalur (kurva) berwarna hijau. Sementara, pertumbuhan anak dikatakan
ideal jika pertumbuhan yang ditetapkan dengan pengukuran antropometri adalah
BB/U; BB/M, dan lingkar kepala/U.

Perkembangan anak tergolong normal apabila umur dan


kemampuan/kepandaian anak sesuai dengan patokan yang berlaku. Berdasarkan
Pedoman Deteksi Tumbuh Kembang Balita, skor yang diperoleh saat pemeriksaan
harus berjumlah 9-10. Apabila menggunakan kalender balita (KMS), maka
kemampuan anak sesuai usia yang terdapat pada gambar. Sementara apabila
menggunakan tes DDST, anak dapat melewati tugas-tugas perkembangannya sesuai
usia. Demikian juga untuk pemeriksaan lainnya.

b. Pertumbuhan dan perkembangan tidak normal

Pertumbuhan anak mengalami penyimpangan apabila grafik berat badan anak


berada jauh di atas warna hijau atau berada dibawah jalur hijau, khususnya pada
jalur merah. Ukuran antropometri lain yang mengikuti biasanya adalah lingkar
lengan atas dan lingkar lengan dada. Perkembangan anak mengalami
penyimpangan apabila kemampuan kepandaian anak tidak dicapai sesuai dengan
usianya, sehingga anak mengalami keterlambatan. Pada tes DDST, anak tidak dapat
mencapai tugas-tugas perkembangannya, atau pada gambar kalender balita (KMS),
kemampuan anak tidak sesuai dengan usianya.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko pertumbuhan tidak proporsional.

C. Intervensi Keperawatan

Diagnosa I : Resiko pertumbuhan tidak proporsional

Rencana Tindakan Rasional


1. Skrining kesehatan : mendeteksi masalah Mengetahui apakah ada masalah pada
atau resiko kesehatan melalui riwayat, tumbuh kembang klien
pemeriksaan, dan prosedur lain.
2. Jelaskan pentingnya pemberian Mengetahui sumber makanan yang mampu
makanan yang mengandung vitamin D memperbaiki nutrisi yang kurang
dan zat besi
3. Anjurkan ibu untuk memperhatikan Agar BB anak sesuai dan ertumbuhannya
jadwal makan setiap 2 jam bagus
4. Anjurkan orangtua menyajikan Menambah nafsu makan
makanan dengan kreatif dan menarik
5. Berikan pendidikan kesehatan Membantu merencanakan untuk asupan
mengetahui metode/aturan cara makan makanan seimbang
yang sesuai

D. Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan yang diberikan disesuaikan dengan rencana keperawatan.

E. Evaluasi Keperawatan

Menurut Dermawan, D (2012), Evaluasi didefinisikan sebagai keputusan asuhan keperawatan antara
dasar tujuan keperawatan klien yang telah ditetapkan dengan respon perilaku klien yang tampil.
Evaluasi yang akan dilakukan oleh penulis disesuaikan dengan kondisi pasien dan fasilitas yang ada
sehingga rencana tindakan dapat dilaksanakan dengan SOAP (subjective, objective, analisa,
planning).
DAFTAR PUSTAKA

Beth cecily L, sowden Linda A. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatrik, Jakarta : EGC.

Berhrman, Kliegman, & Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Jakarta. Buku Kedokteran
EGC.

Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8.Jakarta: EGC

Hidayat, A.Z. 2011. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta.
Salemba Medika.

Kriteria Hasil NOC. Jakarta. Buku Kedokteran EGC.

Muscari, Mary.E. 2005. Keperawatan Pediatrik. Jakarta. Buku Kedokteran EGC.

Supartini. 2004. Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta. Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai