Anda di halaman 1dari 39

KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN KONTRASEPSI


SUNTIK DENGAN NILAI LAJU ENDAP DARAH (LED)
METODE WESTEGREN

Oleh:

YUDHA TJEANG PRAWIRA

NIM. P07134017085

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MATARAM
PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNOLOGI
LABORATORIUM MEDIS MATARAM 2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..................................................................................................ii
BAB I............................................................................................................1
PENAHULUAN.............................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................4
C. Tujuan Penelitian............................................................................4
D. Manfaat Penelitian..........................................................................5
BAB II...........................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................6
A. Kerangka teoristis..............................................................................6
B. Kerangka Konsep.............................................................................18
BAB III........................................................................................................19
METODE PENELITIAN..............................................................................19
A. Tempat dan Waktu Penelitian..........................................................19
B. Rancangan Penelitian......................................................................19
C. Populasi dan Sampel....................................................................20
D. Besar Sampel...............................................................................20
E. Teknik Sampling...............................................................................21
F. Alat dan Bahan Penelitian................................................................21
G. Variabel Penelitian........................................................................22
H. Definisi Operasional......................................................................23
I. Alur Kerja Penelitian.........................................................................24
J. Data yang dikumpulkan.....................Error! Bookmark not defined.
K. Cara Pengumpulan Data..................................................................25
L. Cara Pengolahan dan Analisa Data.................................................27
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................29

ii
iii
BAB I

PENAHULUAN

A. Latar Belakang

Kontrasepsi merupakan cara untuk mencegah dan menjarangkan

kehamilan serta merencanakan jumlah anak untuk meningkatkan

kesejahteraan keluarga sehingga dapat memberikan perhatian dan

pendidikan yang maksimal pada anak. Setiap jenis kontrasepsi yang

digunakan mempunyai kelebihan dan kekurangan. Pemilihan

kontrasepsi harus disesuaikan dengan status kesehatan wanita.

(Kesehatan & Kendari, 2016)

Gangguan keseimbangan hormonal dapat terjadi karena

penggunaan kontrasepsi hormonal sehingga mengakibatkan efek–efek

tertentu bagi tubuh pada penggunaan hormon estrogen dan

progesteron sintetis yang dipakai untuk menghambat fertilitas.

Gangguan hormonal yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah

dapat dipicu oleh ketidakseimbangan hormon estrogen dan

progesterone karena adanya penghambatan sekresi FSH (Follicle

Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing Hormone) pada pemakaian

estrogen sintetis yang menginhibisi sekresi FSH (Follicle Stimulating

Hormone) dan juga pada pemakaian progesteron sintetis yang

menginhibisi sekresi LH (Luteinizing Hormone). Wanita mempunyai

1
2

hormon estrogen yang berfungsi untuk menjaga pembuluh darah agar

tetap dalam kondisi yang baik. Apabila terdapat ketidakseimbangan

antara hormon progesteron dan estrogen dalam tubuh, maka hal

tersebut dapat mempengaruhi tingkat tekanan darah dan pembuluh

darah (Bima Cahyo, 2019)

Sebuah penelitian menunjukkan kontrasepsi suntik depoprovera

aman dan memiliki efektivitas yang tinggi Efek samping kontrasepsi

suntik yang paling utama gangguan pola haid sedangkan efek yang

lain tidak kalah pentingnya adalah adanya peningkatan tekanan darah

dan peningkatan berat badan antara 1-5 kg. Pelayanan kontrasepsi

adalah bagian dari program keluarga berencana yang sangat

dibutuhkan untuk mewujudkan upaya peningkatan kualitas hidup

penduduk. Alat kontrasepsi yang paling banyak digunakan adalah jenis

suntikan yaitu kontrasepsi suntikan progestin (depoprovera). Efek

samping yang penting akibat penggunaan kontrasepsi suntik adalah

kenaikan tekanan darah, tekanan darah dapat naik akibat penggunaan

obat-obatan termasuk menggunakan kontrasepsi suntik, sebuah

penelitian yang dilakukan pada 62 sampel akseptor KB suntik didapat

hasil responden penelitian dengan tekanan darah posisi normal

sebanyak 44 responden dan responden yang mengalami pre hipertensi

dengan pemakain alat kontrasepsi suntik sebesar 18 responden jadi

dapat diketahui bahwa ada hubungan antara pemakaian alat

kontrasepsi suntik dengan tekanan darah. Salah satu efek samping


3

yang mungkin disebabkan oleh kontrasepsi ini yaitu terjadi perubahan

pada peningkatan renin substrat (angiotensin) dan lipid serum pada

penggunaan jangka panjang, dimana didapatkan terjadi penurunan

kadar High Density Lipoprotein-kolesterol (HDL- kolesterol) yang dapat

meningkatkan risiko meningkatnya tekanan darah. (Ardiansyah et al.,

2017)

Suntik KB ada dua jenis yaitu, Suntik KB 1 bulan (cyclofem) dan

suntik KB 3 bulan (DMPA). Cara kerjanya sama dengan pil KB. efek

samping yaitu mempengaruhi keseimbangan cairan, hal tersebut

ditunjukkan dengan adanya retensi natrium yang berkaitan dengan

plasma darah. Plasma yaitu cairan darah yang sebagian besar terdiri

dari air dan komponen-komponen lainnya seperti Protein, Enzim,

Hormon dan Elektrolit seperti Natrium, Kalium, dsb

Tekanan darah adalah gaya yang diberikan darah pada dinding

pembuluh darah. Tekanan ini bervariasi sesuai pembuluh darah terkait

dan denyut jantung. Tekanan darah dibagi atas : tekanan darah rendah

(hipotensi) : sistolik < 90 mmHg dan diastolik < 60 mmHg, tekanan

darah normal (normotensi) : sistolik 90-140 mmHg dan diastolik 60-90

mmHg, tekanan darah tinggi (hipertensi) : sistolik >140-160 mmHg,

diastolik >90-95 mmHg (Gunawan, 2001). Hipertensi didefinisikan oleh

Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of

High Blood Pressure (JHC) sebagai tekanan yang lebih tinggi dari

140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya,


4

mempunyai rentang dari tekanan darah (TD) normal tinggi sampai

hipertensi maligna (Doengoes, 2000; 39). IMT (Indeks Massa Tubuh)

adalah ukuran yang membantu menentukan apakah seseorang

berisiko terkena penyakit yang berhubungan dengan berat badan

(Richard et al., 2011)

Laju Endap Darah adalah kecepatan mengendapnya eritrosit dari

suatu sampel darah yang diperiksa dalam suatu alat tertentu yang

dinyatakan dalam mm/jam (Murni et al., 2015)

Berdasarkan survey pendahuluan diperoleh data jumlah peserta

KB di Wilayah Klaten tahun 2015 mencapai 154.422 akseptor.

Akseptor KB tersebut terdiri dari akseptor IUD sebanyak 11.102

(7,1%), MOW 10.332 (6,7%), MOP 497 (3,2%), kondom 4.163 (26,9%),

implant 21.357 (13,8%), suntik 2482 (61,8%), pil 11.459 (7,4%).

Berdasarkan data tersebut akseptor suntik paling banyak yaitu 61,8%

(Handayani & Yulaikah, 2017)

B. Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan antara nilai laju endap darah (LED) dengan

pengguna kontrasepsi suntik KB?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
5

Mengetahui hubungan antara penggunaan kontrasepsi suntik KB

dengan nilai laju endap darah (LED) metode westegren

2. Tujuan Khusus

1) Mengukur LED pada pengguna kontrasepsi suntik KB < 1 tahun

(kurang dari)

2) Untuk mengukur LED yang tidak menggunakan kontrasepsi

suntik KB > 1 tahun (lebih dari)

3) Menganalisis LED pada kontrasepsi suntik KB pada laju endap

darah

D. Manfaat Penelitian

a. Bagi Akademik

Diharapkan peneliti ini dapat dijadikan bahan informasi tambahan

dan kepustakaan

b. Bagi Praktisi Laboratorium

Penelitian ini dapat menambah wawasan tentang pemeriksaan

nilai laju endap darah pada penggunaan kontrasepsi suntik kb

c. Bagi Peneliti

Untuk  menerapkan dan mengembangkan ilmu teori dan praktik

yang diperoleh di jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes

Mataram
6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka teoristis

1. Laju Endap Darah

a. Pengertian Laju Endap Darah (LED)

Laju Endap Darah (LED), dalam bahasa inggris disebut

Erytrocyte Sedimentation Rate (ESR) atau Blood Sedimentation

Rate (BSR) adalah pemeriksaan untuk menentukan kecepatan

eritrosit mengendap dalam darah yang tidak membeku (darah

berisi antikoagulan) pada suatu tabung vertikal dalam waktu

tertentu. Laju Endap Darah (LED) pada umumnya digunakan

untuk mendeteksi dan memantau adanya kerusakan jaringan,

inflamasi dan menunjukkan adanya penyakit (bukan tingkat

keparahan) baik akut maupun kronis, sehingga pemeriksaan

Laju Endap Darah (LED) bersifat tidak spesifik tetapi beberapa

dokter masih menggunakan pemeriksaan Laju Endap Darah

(LED) untuk membuat perhitungan kasar mengenai proses

penyakit sebagai pemeriksaan screening (penyaring) dan

memantau berbagai macam penyakit infeksi, autoimun,

keganasan dan berbagai penyakit yang berdampak pada

protein plasma (Sukarmin & Iqlima, 2019)

7
8

Laju endap darah berfungsi untuk mengukur kecepatan

pengendapan darah merah didalam plasma (mm/jam). Laju

endap darah dijumpai meningkat selama proses

inflamasi/peradangan akut, infeksi akut dan kronis, kerusakan

jaringan (nekrosis), penyakit kolagen, rheumatoid, maliganasi,

dan kondisi strees fisiologi (misalnya kehamilan). Bila dilakukan

secara berulang, Laju endap darah dipakai untuk menilai

perjalanan penyakit seperti tuberculosis, demam rematik, artritis

dan nefritis. Laju endap darah yang cepat menunjukkan suatu

lesi yang aktif, peningkatan laju endap darah dibandingkan

sebelumnya menunjukkan proses yang meluas, sedangkan laju

endap darah yang menurun dibandingkan sebelumnya

menunjukkan suatu perbaikan (Nurikhwan et al., n.d.)

Kenaikan nilai LED ini selain karena peningkatan fibrinogen

dalam darah, karena adanya penyakit anemia, adanya suatu

infeksi, peningkatan nilai LED juga dipengaruhi oleh beberapa

faktor luar. Antara lain adanya gaya gravitasi, adanya adhesi

yang terjadi di dalam darah, seringnya penggunaan obat-

obatan radang jenis steroid, adanya gerakan tarik-menarik dari

eritrosit yang bermuatan negatif dan juga karena pada saat

perhitingan LED,terjadinya peningkatan suhu dan tabung dalam

kondisi miring tidak dalam posisi vertikal dan tegak lurus

(Pemberian et al., 2012)

b. Fase Laju Endap Darah


9

Ada tiga fase pada laju endap darah diantaranya yaitu sebagai

berikut :

1) Fase pertama (fase pembentukan rouleaux)

Pada fase ini terjadi rouleaux formasi yaitu eritrosit mulai

saling menyatukan diri. Waktu yang dibutuhkan adalah dari

beberapa menit hingga 30 menit. Adanya makromolekul

dengan konsentrasi tinggi di dalam plasma, dapat

mengurangi sifat saling menolak di antara sel eritrosit, dan

mengakibatkan eritrosit lebih mudah melekat satu dengan

yang lain, sehingga memudahkan terbentuknya rouleaux.

Rouleaux adalah gumpalan eritrosit yang terjadi bukan

karena antibodi atau ikatan konvalen, tetapi karena saling

tarik-menarik di antara permukaan sel. Bila perbandingan

globulin terhadap albumin meningkat atau kadar fibrinogen

sangat tinggi, pembentukan rouleaux dipermudah hingga

LED meningkat

2) Fase kedua (fase pengendapan cepat)

Fase ini disebut juga fase pengendapan maksimal,

karena telah terjadi agregasi atau pembentukan rouleaux

atau dengan kata lain partikel- partikel eritrosit menjadi lebih

besar dengan permukaan yang lebih kecil sehingga menjadi

lebih cepat pula pengendapannya. Kecepatan pengendapan

pada fase ini adalah konstan. Waktunya 30 menit sampai

120 menit.
10

3) Fase ketiga (fase pengendapan lambat/ pemadatan)

Fase ini terjadi pengendapan eritrosit yang sangat

lambat. Dalam keadaan normal dibutuhkan waktu setengah

jam hingga satu jam untuk mencapai fase ketiga tersebut.

Pengendapan eritrosit ini disebut sebagai laju endap darah

dan dinyatakan dalam mm/1jam. (David Rhukman, 2007)

c. Faktor – faktor yang mempengaruhi LED

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi laju endap

darah diantaranya yaitu :

1) Faktor Eritrosit

Pengendalian eritrosit sangat kompleks dan disebabkan

tiga tingkatan dari LED seperti penggumpalan, kecepatan

pengendapan maksimal dan pemadatan. Pengendapan

eritrosit disebabkan oleh perubahan permukaan eritrosit

yang menyebabkan eritrosit saling menyatu dan

mengendap. Perubahan permukaan eritrosit tersebut

dipengaruhi oleh permukaan plasma, terutama oleh sifat

fisika dari plasma koloid. Dalam darah normal nilai LED

relatif kecil karena pengendapan eritrosit akibat tarikan

diimbangi oleh tarikan ke atas akibat perpindahan plasma.

Viskositas plasma yang tinggi tekanan ke atas mungkin

dapat menetralisir tarikan ke bawah terhadap setiap sel,

sebaliknya setiap keadaan yang meningkat penggumpalan


11

atau pelekatan sel satu dan lainnya akan meningkatkan

LED

2) Faktor Kimia

Pengaruh dari protein plasma yaitu hubungan antara

protein plasma dan pembentukan rouleoux merupakan

dasar pembentukan LED. Rouleaux adalah gumpalan

eritrosit yang disatukan oleh gaya tarik permukaan bukan

oleh antibodi atau ikatan kovalen. Kualitas ini

mencerminkan kemampuan sel membentuk agregat.

Apabila proporsi globulin terhadap albumin meningkat, atau

kadar fibrinogen sangat tinggi. Pembentukan rouleaux

meningkat dan kecepatan pengendapan juga meningkat

3) Faktor Teknik

Faktor teknik yang mempengaruhi LED adalah posisi

tabung, pemakaian antikoagulan, dan penundaan

pemeriksaan. Posisi tabung adalah posisi tegak lurus, jika

dalam posisi miring akan mempengaruhi hasil 30% lebih

tinggi. Pemakaian antikoagulan berlebih mengakibatkan

LED tinggi. Penundaan pemeriksaan maksimal 2 jam,

apabila lebih dari 2 jam akan membuat bakteri lebih banyak

dan membuat lisis pada eritrosit sehingga LED tinggi

4) Faktor Fisik
12

Faktor fisik yang berperan dalam pemeriksaan LED,

misalnya suhu atau temperatur bahan pemeriksaan. Suhu

yang ideal antara 22-27°C. Suhu yang tinggi akan

mempercepat pengendapan eritrosit sedangkan suhu yang

rendah akan memperlambat pengendapan eritrosit. Variasi

yang kecil dari temperatur ruangan tidak berpengaruh

besar pada laju endap darah. Namun ketika terjadi

perbedaan suhu yang cukup besar, laju pengendapan

darah akan dipengaruhi secara signifikan. Suhu optimum

selama pemeriksaan 20?C, suhu yang tinggi akan

mempercepat pengendapan dan sebaliknya suhu rendah

memperlambat pengendapan. Darah yang disimpan di

lemari pendingin, laju pengendapan darah secara signifikan

akan menurun disebabkan viskositas plasma yang

meningkat

5) Faktor Fisiologi

Faktor fisiologi terjadi pada pasien hamil dan anemia

mengakibatkan LED tinggi karena akibat peningkatan

fibrinogen

6) Faktor Plasma

Faktor plasma mempengaruhi LED adalah kolesterol,

fibrinogen dan globulin. Kolesterol yang meningkat dapat

menetralkan tarikan ke bawah terhadap sel atau gumpalan


13

sel. Keadaan yang meningkatkan LED dapat mengurangi

sifat saling menolak diantara eritrosit, dan mengakibatkan

eritrosit lebih mudah melekat satu dengan yang lain

sehingga memudahkan terbentuknya rouleaoux.

Perbandingan globulin terhadap albumin yang meningkat

atau kadar fibrinogen sangat tinggi, maka pembentukan

rouleoux sangat mudah sehingga LED meningkat. Alasan

paling sering peningkatan LED adalah peningkatan kadar

fibrinogen plasma yang berkaitan dengan reaksi kronis,

tetapi peningkatan dalam makromolekul lainnya dalam

plasma akan meningkatkan fibrinogen terutama

immunoglobulin (Handayani & Yulaikah, 2017)

d. Pengertian LED

Prosedur pemeriksaan LED yang sering dipakai

dilaboratorium adalah metode Westergren. Nilai rujukan LED di

laki-laki 0–10 mm/jam dan perempuan 0–15 mm/ jam.

International Commitee for Standardization in Hematology

(ICSH).4,5,6 Tes LED manual metode Westergren mempunyai

beberapa kelebihan, antara lain memiliki skala tabung yang

panjang sehingga memungkinkan untuk menghitung skala

pembacaan yang besar. Kekurangannya bila pemasangan

tabung tidak tegak lurus akan memberikan hasil yang berbeda.

Faktor – faktor yang dapat mempengaruhi LED adalah faktor

eritrosit, faktor plasma dan faktor teknik (Ibrahim et al., 2018)


14

e. Penilaian Laju Endap Darah (LED)

1) Nilai normal laju endap darah

Pada orang sehat sel eritrosit berisi muatan listrik negatif,

sel-sel ini akan tolak-menolak sehingga tidak terbentuk

deretan uang logam.

2) Nilai abnormal laju endap darah

Apabila laju endap darah itu sangat tinggi maka muatan itu

tidak negatif lagi tetapi berubah menjadi netral. Pada suatu

peradangan, interleukin yang berasal dari granulosit-

granulosit yang rusak, merangsang sel hati untuk

meningkatkan peranan utama dalam proses pembekuan

darah, hanya dibuat dalam hati. Kadar fibrinogen dalam

darah akan naik dan fibrinogen membentuk suatu lapisan

tipis dikelilingi eritrosit, sehingga eritrosit akan kehilangn

muatan listrik negatif dan membentuk deretan uang logam.

2. Darah

a. Pengertian Darah

Darah merupakan salah satu jaringan dalam tubuh yang

berbentuk cair berwarna merah. Karena sifat darah yang

berbeda dengan jaringan lain, mengakibatkan darah dapat

bergerak dari satu tempat ketempat lain sehingga dapat

menyebar ke berbagai kompartemen tubuh. Penyebaran harus

terkontrol dan harus tetap berada pada satu ruangan agar darah

benar-benar dapat menjangkau seluruh jaringan didalam tubuh


15

melalui sistem yang disebut sistem kardiovaskular, yang

meliputi jantung dan pembuluh darah. Dengan sistem tersebut

darah dapat diakomodasikan secara teratur dan diedarkan

menuju organ dan jaringan yang tersebar diseluruh tubuh.

Darah didistribusikan melalui pembuluh darah dari jantung

keseluruh tubuh dan akan kembali lagi menuju jantung. Sistem

ini berfungsi untuk memenuhi kebutuhan sel atau jaringan akan

nutrien dan oksigen, serta mentrasnport sisa metabolisme sel

atau jaringan keluar dari tubuh (Ii & Pustaka, 2015)

Darah adalah jaringan ikat atau konektif berbentuk cair;terdiri

dari 4 unsur seluler, yaitu: sel-sel darah merah (eritrosit), sel-sel

darah putih (leukosit), sel-sel darah pembeku atau keping darah

(trombosit) dan cairan darah (plasma darah) (Ii & Pustaka,

2015)

b. Komposisi Darah

Dalam keadaan normal, sel darah merah berbentuk cakram

kecil bikonkaf dengan diameter sekitar 7.2 μm tanpa memiliki

inti, cekung pada kedua sisinya, dilihat dari samping seperti 2

(dua) buah bulan sabit yang bertolak belakang, kalau dilihat satu

persatu berwarna kuning tua pucat, tetapi dalam jumlah besar

seperti kelihatan merah dan memberi warna pada darah.

Struktur sel darah merah terdiri atas pembungkus luar atau

stroma, berisi massa hemoglobin (HB). Hemoglobin adalah

protein yang kaya akan zat besi, yang mempunyai afinitas (daya
16

gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen tersebut

membentuk oxihemoglobin di dalam sel darah merah, melalui

fungsi ini maka oksigen di bawa dari paru-paru ke jaringan-

jaringan lain. Sel darah merah memerlukan protein karena

strukturnya terbentuk dari asam amino, juga memerlukan zat

besi (Ii & Pustaka, 2002)

c. Sel-sel Darah

1) Sel darah merah (eritrosit)

Sel darah merah atau eritrosit adalah sel yang sangat

penting untuk makhluk hidup. Sel eritrosit termasuk sel yang

terbanyak di dalam tubuh manusia. Dalam keadaan

fisiologik, darah selalu berada dalam pembuluh darah

sehingga dapat menjalankan fungsinya sebagai pembawa

oksigen, mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi dan

mekanisme hemostatis. Darah terdiri dari dua komponen

utama, pertama plasma darah yaitu bagian darah yang terdiri

dari air, elektrolit dan protein darah, kedua sel-sel darah

merah yang terdiri dari sel darah merah (eritrosit), sel darah

putih (lekosit) dan keping darah (trombosit)

2) Sel darah putih (leukosit)

Sel darah putih (Leukosit) merupakan bagian penting dari

sistem pertahanan tubuh yang fungsinya untuk melawan

mikroorganisme penyebab infeksi, sel tumor, dan zat- zat

asing yang berbahaya. Terdapat beberapa jenis leukosit


17

yaitu Basofil, Eosinofil, Neutrofil Segmen, Neutrofil Batang,

Limfosit dan Monosit. (Bakhri, 2018)

3) Trombosit

Trombosit merupakan sel darah yang berfungsi dalam

hemostasis. Sel ini tidak memiliki nukleus dan dihasilkan

oleh megakariosit dalam sumsum tulang.(Rasyada et al.,

2014)

4) Hemoglobin

Zat besi (Fe) adalah suatu mikro elemen esensial bagi tubuh

yang dibutuhkan untuk pembentukan hemoglobin dan dapat

diperoleh dari berbagai sumber makanan seperti daging

berwarna merah, bayam, kangkung, kacang-kacangan dan

sebagainya.(Rizki et al., 2018)

5) Hematokrit

Nilai hematokrit adalah konsentrasi (dinyata-

kan dalam persen) eritrosit dalam 100 mL darah lengkap.

Nilai hematokrit akan meningkat (hemo- konsentrasi) karena

peningkatan kadar sel darah atau penurunan volume plasma

darah, misalnya pada kasus DBD. Sebaliknya nilai

hematokrit akan menurun (hemodilusi) karena penurunan

seluler darah atau peningkatan kadar plasma darah, seperti

pada anemia.(Rasyada et al., 2014)

3. Keluarga Berencana (KB)


18

Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu

pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang tidak

diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang sangat

diinginkan, mengatur interval kehamilan dan mengontrol waktu

kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri serta

menentukan jumlah anak dalam keluarga. Keluarga berencana

(KB) mempunyai peranan dalam menurunkan risiko kematian ibu

melalui pencegahan kehamilan, melalui pendewasaan usia hamil

dan menjarangkan kehamilan atau membatasi kehamilan bila anak

dianggap sudah cukup. Setiap wanita berhak memperoleh

informasi dan mempunyai akses terhadap metode KB yang mereka

inginkan, meliputi keefektifan, keamanan, keterjangkauan dan juga

metode-metode pengendalian kehamilan yang tidak bertentangan

dengan hukum dan perundang-undangan yang berlaku.


19

B. Kerangka Konsep

Eksternal :
Internal :
- Letak tabung
(Pipet) - Fibrinogen
- Diameter tabung - Eritrosit
Laju Endap Darah
(Pipet) - Globulin
- Suhu ruangan
- Getaran

Kontrasepsi

PIL IUD SUNTIK

< tahun > tahun


20

Keterangan :

:: : Variabel diteliti

: Variabel tidak diteliti

: Dipengaruhi/ diuji dengan metode

: Bagian - bagian
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

a. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Poltekkes Kemenkes

Mataram

b. Waktu penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan januari sampai dengan

bulan juni 2021

B. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat observasi

analitik, yaitu penelitian yang menghubungkan sebab akibat antara

dua variabel secara observasional, dimana bentuk hubungan dapat

berupa perbedaan atau pengaruh (Notoatmodjo, 2012)

Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional

yaitu observasi dan pengumpulan data sekaligus pada waktu yang

sama, artinya tiap subjek penelitian hanya observasi sekali saja

dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel

subjek pada saat pemeriksaan (Notoatmodjo, 2012)

21
22

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui nilai laju endap

darah pada pengguna dan tidak pengguna Suntik KB Metode

Westegren

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah objek penelitian atau objek yang akan diteliti(Imas

Masturoh, SKM. & Nauri Anggita T, SKM, 2018), Pada penelitian

ini populasinya adalah pengguna suntik KB dikota mataram.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan

dianggap mewakili seluruh populasi(Imas Masturoh, SKM. & Nauri

Anggita T, SKM, 2018), Pada penelitian ini sampel yang diambil

adalah pengguna dan tidak pengguna suntik kb. Kriteria sampel

pemeriksaannya adalah pengguna dan tidak pengguna suntik KB.

D. Besar Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang diambil peneliti

dengan syarat memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Besar sampel

yang digunakan pada penelitian ini menggunakan rumus


23

Lemeshow :

Z 2 ρ ( 1−ρ )
N=
d2

Keterangan :

N : Besar sampel

Z : Derajat kemaknaan (1,96)

P : Pengguna suntik kb 50% = 0,5

d2 :
Ketelitan pengambilan sampel 20% = 0,2

Z 2 ρ ( 1−ρ )
Rumus : : N=
d2

1,92 x 1,92 x 0,5 x (1−0,5)


N=
0,2 x 0,2

N=24,01=24

Dari hasil perhitungan dengan rumus tersebut maka di peroleh besar sampel

sebanyak 24 atau 24 orang, yang dibagi menjadi 12 orang pengguna suntik

kb dan 12 orang tidak pengguna suntik kb

E. Teknik Sampling

Tekhnik pengambilan sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Non Random Purvosive Sampling yaitu

pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu kriteria tertentu

yang dibuat oleh peneliti sendiri dan berdasarkan ciri atau sifat-sifat

populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo, 2012)

Dengan kriteria sebagai berikut :


24

a. Inklusi :

1. Ibu yang mengunakan suntik KB

2. Akseptor suntik KB bertempat diwilayah mataram

3. Bersedia menjadi responden

b. Esklusi :

1. Tidak sakit atau alergi

F. Alat dan Bahan Penelitian

1. Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Pipet Westergren

b. Rak Westergren

c. Push ball

d. Vial

e. Tabung reaksi

f. Rak tabung reaksi

g. Kapas dan wadah kapas

h. Tourniquet

i. Tissue

j. Spuit

k. Kertas label

l. Timer

m. Timbangan analitik

n. Beaker glass
25

o. Gelas ukur

2. Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Darah Vena

b. Na Citrat 3,8%

c. EDTA

d. Alkohol

e. Aquades

G. Variabel Penelitian

a. Variabel bebas (independent variable)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengguna suntik KB

b. Variabel terkait (dependent bariable)

Variabel terkait dalam penelitian ini adalah nilai laju endap darah

pada pengguna suntik KB

H. Definisi Operasional

1. Suntik KB adalah jenis kontrasepsi yang cukup efektif. Tingkat

kesuksesannya bisa mencapai 99 persen atau lebih bila dilakukan

dengan benar.KB suntik umumnya dapat mencegah kehamilan

selama 12 sampai 14 minggu. Bila suntikan terlambat diberikan,

efektivitasnya akan berkurang hingga 94 persen.Kandungan

hormon progesteron dalam suntik KB dapat menekan ovulasi,

sehingga sel telur tidak bisa keluar dari indung telur


26

(ovarium).Hormon progesteron juga akan mengentalkan lendir di

leher rahim. Lendir ini akan mencegah sperma untuk mencapai sel

telur. Dengan ini, pembuahan pun tidak dapat terjadi dan

kehamilan akan dicegah.

2. Laju endap darah (LED)  adalah kecepatan sel - sel darah

merah mengendap di dalam tabung uji dengan satuan mm/jam. Uji

LED umumnya dilakukan menggunakan metode Westergren dan

bertujuan untuk memantau keberadaan radang atau infeksi di

dalam tubuh.[3] Dalam metode tersebut, sampel darah yang telah

diberi antikoagulan diletakkan di dalam tabung vertikal 200 mm

dan kemudian didiamkan selama 1 jam untuk diamati seberapa

jauh sel darah merah jatuh menuju dasar tabung tersebut

3. Kontrasepsi adalah suatu cara untuk mencegah terjadinya

kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur degan

sperma. Kontrasepsi dapat menggunakan berbagai macam cara,

baik dengan menggunakan hormonal, alat, ataupun melalui

prosedur oprasi.
27
28

I. Alur Kerja Penelitian

Persiapan Penelitian

Pengklasifikasi responden
berdasarkan ketentuan

Persiapan alat dan bahan

Pemeriksaan LED

Pengumpulan data
29

Analisis data

Kesimpulan

J. Jenis Data dan Skala Data

1. Data dari variabel bebas berupa pengguna suntik KB dalam satuan

ml. maka jenis datanya adalah data primer dan skala datanya

adalah nominal.

2. Data dari variabel terikat berupa nilai laju endap darah pada

pengguna suntik KB dalam satuan mm/jam. maka jenis datanya

adalah data primer dan skala datanya adalah rasio.


30

K. Cara Pengumpulan Data

1. Alat

a. Pipet Westegren

b. Rak Westegren

c. Push ball

d. Vial

e. Tabung reaksi

f. Rak tabung reaksi

g. Kapas dan wadah kapas

h. Tourniqued

i. Tissue

j. Spuit

k. Kertas label

l. Timer

m. Timbangan analitik

n. Beaker glass

o. Gelas ukur

2. Bahan

a. Dara vena

b. Na Citrat

c. EDTA

d. Alkohol

e. Aquades
31

3. Cara Pengambilan Dara Vena

a. Membersihkan daerah yang akan diambil darahnya

dengan alcohol 70%. Kemudian membiarkan sampai

kering

b. Mengambil vena yang besar seperti vena mediana

cubita

c. Memasang tourniquet (pembendung) pada lengan atas

dan memastikan pasien mengepal dan membuka

telapak tangannya berkali-kali agar vena jelas terlihat.

Pembendungan vena jangan terlalu erat, cukup untuk

memperlihatkan dan agak menonjolkan vena

d. Menegangkan kulit diatas vena dengan jari-jari tangan

kiri agar vena tidak dapat bergerak.

e. Menusuk kulit dengan jarum dan semprit dalam tangan

kanan sampai ujung jarum ke dalam lumen vena.

f. Melepaskan atau merenggangkan tourniquet

(pembendungan) dan perlahan-lahan menarik

penghisap semprit sampai jumlah darah yang

dikehendaki diperoleh.

4. Cara Kerja Pemeriksaan LED

a. Menyiapkan darah vena dengan antikoagulan EDTA.

b. Memipet Na Citrat 3,8% menggunakan pipet westergren

sampai tanda 150 mm dan menuangkan dalam tabung

yang bersih.
32

c. Memipet darah sampai tanda 0 mm menggunakan pipet

westergren kemudian menuangkan kedalam tabung

yang telah berisi Na Citrat 3,8%.

d. Mencampur sampai rata, adapun perbandingan antara

darah dengan larutan Na Citrat 3,8% yaitu 4 : 1

e. Menghisap campuran darah dengan Na Citrat 3,8%

menggunakan pipet westergren sampai tanda 0 mm.

f. Membiarkan pipet dalam posisi tegak lurus dalam rak

westergren selama 60 menit.

L. Cara Pengolahan dan Analisa Data

a. Pengolahan Data

Untuk pengolahan data hasil pengamatan akan disajikan dalam

tabel seperti dibawah ini :

Tabel 3.1 Cara Pengolahan Data

NO RESPONDEN NILAI LED

< TAHUN > TAHUN


1
2
3
RERATA
33

b. Analisis Data

Uji analisis data yang digunakan adalah uji independent t test

adalah uji parametik yang digunakan untuk mengetahui adakah

perbedaan mean antara dua kelompok bebas atau dua kelompok

yang tidak berpasangan dengan maksud bahwa kedua kelompok

data berasal subjek yang berbeda dan uji Mann Whitney


DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, A., Fachri, M., Studi, P., Dokter, P., & Kedokteran, F. (2017).
Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Suntik Tiga Bulanan selama
Satu Tahun dengan Peningkatan Tekanan Darah. Kes Mas: Jurnal
Fakultas Kesehatan Masyarakat, 11(1), 56–62.
https://doi.org/10.12928/kesmas.v11i1.6979

Bakhri, S. (2018). Analisis Jumlah Leukosit Dan Jenis Leukosit Pada


Individu Yang Tidur Dengan Lampu Menyala Dan Yang Dipadamkan.
Jurnal Media Analis Kesehatan, 1(1), 83–91.
https://doi.org/10.32382/mak.v1i1.176

Bima Cahyo, A. (2019). Pengaruh penggunaan kb suntik terhadap


peningkatan tekanan darah akseptor kb suntik di puskesmas induk
kebonsari kabupaten madiun pada januari–februari 2018. 7(1), 4–14.

David Rhukman. (2007). Laju Endap Darah (LED). Laju Endap Darah
(LED), 4–17.

Handayani, R., & Yulaikah, S. (2017). Perbedaan Tekanan Darah Dan


Indeks Massa Tubuh Pada Akseptor Suntik Kombinasi Dan Suntik
Depo Medroxyprogesteron Asetat (DMPA). Jurnal Kebidanan Dan
Kesehatan Tradisional, 2(1), 18–29.
https://doi.org/10.37341/jkkt.v2i1.29

Ibrahim, N., Aprianti, S., Arif, M., & Hardjoeno, H. (2018). Hasil Tes Laju
Endap Darah Cara Manual Dan Automatik. Indonesian Journal of
Clinical Pathology and Medical Laboratory, 12(2), 45.
https://doi.org/10.24293/ijcpml.v12i2.840

Ii, B. A. B., & Pustaka, A. T. (2015). Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. 10–


19.

Ii, B. A. B., & Pustaka, T. (2002). (Sel Darah Merah),. 2.

Imas Masturoh, SKM., M. K. (Epid), & Nauri Anggita T, SKM, M. K. (2018).


METODOLOGI PENELITIAN KESEHATAN.

34
35

Kesehatan, P., & Kendari, K. (2016). Hubungan penggunaan kontrasepsi


suntik dengan perubahan berat badan di puskesmas labibia kota
kendari karya tulis ilmiah.

Murni, R. I., Pudjonarko, D., Satoto, B., & Imawati, S. (2015). Korelasi
Kadar Laju Endap Darah Dengan Nilai Aspects Pada Pasien Stroke
Iskemik. Majalah Kedokteran Andalas, 38(1), 26.
https://doi.org/10.22338/mka.v38.i1.p26-32.2015

Notoatmodjo. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. PT Asdi


Mahasatya.

Nurikhwan, P. W., Helmi, Z. N., Audhah, N. Al, Education, M., Program,


S., Banjarmasin, M., Banjarmasin, L. M., & Banjarmasin, M. (n.d.).
DESCRIPTION OF EFFECTIVENESS OF CILOSTAZOL AND
ASPIRIN AS ADJUVANT OF DIABETIC FOOT WAGNER. 85–94.

Pemberian, E., Daun, E., Betle, P., Laju, P., Darah, E., Hewan, M., Tikus,
C., Jantan, W., Dipapar, Y., Albicans, C., & Intrakutan, S. (2012).
( Penelitian Eksperimental Laboratoris ) SKRIPSI OLEH : SISCA
HERMAWATI PUSPITA SARI ( Penelitian Eksperimental
Laboratoris ).

Rasyada, A., Nasrul, E., & Edward, Z. (2014). Hubungan Nilai Hematokrit
Terhadap Jumlah Trombosit pada Penderita Demam Berdarah
Dengue. Jurnal Kesehatan Andalas, 3(3), 343–347.
https://doi.org/10.25077/jka.v3i3.115

Richard, S., Bungawati, D., & Pratama, K. (2011). Kajian Indeks Massa
Tubuh (Imt) Terhadap Tekanan Darah Pada Perawat Di Rumah Sakit
Baptis Kediri. Jurnal Penelitian STIKES RS Baptis Kediri, 4(2), 94–
103.

Rizki, F., Lipoeto, N. I., & Ali, H. (2018). Hubungan Suplementasi Tablet
Fe dengan Kadar Hemoglobin pada Ibu Hamil Trimester III di
Puskesmas Air Dingin Kota Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 6(3),
502. https://doi.org/10.25077/jka.v6.i3.p502-506.2017

Sukarmin, M., & Iqlima, D. (2019). Perbandingan Hasil Pengukuran Laju


Endap Darah Dengan Metode Manual dan Automatic. Jurnal
Manajemen Kesehatan Yayasan RS.Dr. Soetomo, 5(1), 1.
https://doi.org/10.29241/jmk.v5i1.109
36

Anda mungkin juga menyukai