Anda di halaman 1dari 43

BAB I.

PENDAHULUAN
1. DESKRIPSI SINGKAT
Masa depan suatu bangsa tergantung pada keberhasilan anak dalam mencapai
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Tahun-tahun pertama kehidupan, terutama
periode sejak janin dalam kandungan sampai anak berusia 2 tahun merupakan periode
yang sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Stimulasi yang tepat
akan merangsang otak balita sehingga perkembangan kemampuan gerak, bicara dan
bahasa, sosialisasi dan kemandirian pada balita berlangsung optimal sesuai dengan
umur anak. Deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang perlu dilakukan untuk dapat
mendeteksi secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang balita termasuk
menindaklanjuti setiap keluhan orang tua terhadap masalah tumbuh kembang anaknya.
Apabila

ditemukan

ada

penyimpangan,

maka

dilakukan

intervensi dini

penyimpangan tumbuh kembang balita sebagai tindakan koreksi dengan memanfaatkan


plastisitas otak anak agar tumbuh kembangnya kembali normal atau penyimpangannya
tidak semakin berat. Apabila balita perlu dirujuk, maka rujukan juga harus dilakukan
sedini mungkin sesuai dengan indikasi.
Sejak tahun 2007, Kementerian Kesehatan bekerjasama dengan lkatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI) telah menyusun instrumen stimulasi, deteksi dan intervensi dini tumbuh
kembang untuk anak umur 0 sampai dengan 6 tahun, yang diuraikan dalam Pedoman
Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan lntervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) Anak di
Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Untuk mendukung implementasinya, maka pada
tahun 2015 dilakukan revisi pada pedoman tersebut dengan menggabungkan buku
pedoman pelaksanaan dan instrument SDIDTK agar lebih sederhana dan memudahkan
pelayanan. Dengan demikian, diharapkan semua balita dan anak prasekolah mendapatkan
pelayanan SDIDTK.

2. TUJUAN PEMBELAJARAN
1) Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan pelayanan Stimulasi Deteksi
& Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK)
2) Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu :
1. Menjelaskan konsep dasar tumbuh dan kembang
2. Melakukan pengukuran pertumbuhan anak
3. Melakukan Stimulasi dan Deteksi Dini Tumbuh Kembang
4. Melakukan Intervensi dan rujukan penyimpangan tumbuh dan kembang anak

5. Melakukan tatakelola SDIDTK di Puskesmas


3. POKOK BAHASAN
Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan - pokok bahasan sebagai berikut yaitu:
Pokok bahasan dan Subpokok bahasan

a.
b.
c.
d.
e.

1) Konsep dasar tumbuh dan kembang


Pengertian tumbuh dan kembang
Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang
Aspek tumbuh kembang
Periode tumbuh kembang
Beberapa gangguan tumbuh kembang yang sering ditemukan
2) Pengukuran pertumbuhan anak :
a. Review pertumbuhan dan status gizi
b. Pengukuran lingkar kepala
3)
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Stimulasi dan Deteksi Dini Tumbuh Kembang :


Stimulasi pada anak
Deteksi dini gangguan pertumbuhan
Deteksi dini penyimpangan perkembangan
Deteksi dini penyimpangan pendengaran
Deteksi dini penyimpangan penglihatan
Deteksi dini penyimpangan perilaku emosional

4) Intervensi dan Rujukan Penyimpangan Tumbuh Kembang Anak :


a. Intervensi penyimpangan perkembangan anak
(1) Intervensi perkembangan
(2) Evaluasi intervensi perkembangan
b. Rujukan penyimpangan perkembangan anak
(1) Tingkat keluarga dan masyarakat
(2) Tingkat puskesmas dan jejaringnya
(3) Tingkat rumah sakit rujukan
5)
a.
b.
c.

Melakukan tatakelola SDIDTK di puskesmas


Manajemen penerapan SDIDTK
Pencatatan dan Pelaporan
Monitoring dan Evaluasi

4.MEDIA DAN ALAT BANTU


1) Bahan Tayang
2) Alat tulis
3) Phantom bayi
4) Meteran
5) Panduan studi kasus
6) Panduan simulasi
7) Standar lingkar kepala
8) Buku KIA
9) Buku instrumen SDI DTK

10) Video SDIDTK


11) Skrining KIT
12) Formulir SDIDTK
13) Kohort bayi
14) Kohort anak balita dan pra sekolah
15) Panduan praktik lapangan
16) Cheklist penilaian
17) Timbangan BB
18) Alat ukur tinggi badan dan panjang badan
19) Flip chart
20) Tabel Z score
21) Formulir rujukan
22) Bagan intervensi SDIDTK sesuai tahap umur
23) Skenario role play
24) Format pencatatan dan pelaporan SDIDTK
25) Form SDIDTK yang sudah diisi
6. BAHAN BELAJAR
a.
b.

Modul SDIDTK
Pedoman Pemantauan Pertumbuhan

BAB II. POKOK BAHASAN 1:


KONSEP DASAR TUMBUH KEMBANG

1. Pengertian Tumbuh Kembang


Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu selalu tumbuh dan berkembang sejak konsepsi
sampai berakhirnya masa remaja. Hal ini yang membedakan anak dengan dewasa. Anak
bukan dewasa kecil. Anak menunjukkan ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan yang
sesuai dengan usianya.
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interselular,
berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan,
sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat. Pertumbuhan terjadi secara
simultan dengan perkembangan.

Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks
dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan
kemandirian.
Perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan susunan saraf pusat dengan
organ

yang

dipengaruhinya, misalnya perkembangan sistem neuromuskuler,

kemampuan bicara, emosi dan sosialisasi. Kesemua fungsi tersebut berperan


penting dalam kehidupan manusia yang utuh.

2. Ciri-ciri Tumbuh Kembang Anak


1) Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan perkembangan
selanjutnya.
Sebagai contoh, seorang anak tidak akan bisa berjalan sebelum i a b i s a berdiri.
Seorang anak tidak akan bisa berdiri jika pertumbuhan kaki dan bagian tubuh
lain yang terkait dengan fungsi berdiri anak terhambat. Karena i t u perkembangan
awal

ini

merupakan

masa

kritis karena

akan menentukan perkembangan

selanjutnya.
2) Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda, baik dalam
pertumbuhan fisik maupun perkembangan fungsi organ dan perkembangan pada
masing-masing anak.
3) Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan dan setiap pertumbuhan
disertai dengan perubahan fungsi.
Misalnya

perkembangan

intelegensia

pada

seorang

anak

akan

menyertai

pertumbuhan otak dan serabut saraf.


4) Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan.
Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun demikian, terjadi
peningkatan mental, memori, daya nalar, asosiasi dan lain-lain. Anak sehat,
bertambah

umur, bertambah

berat dan tinggi badannya serta

bertambah

kepandaiannya.
5) Perkembangan mempunyai pola yang tetap, yaitu:
6) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian menuju ke arah
kaudal/anggota tubuh (pola sefalokaudal).
7) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerak kasar) lalu
berkembang ke bagian distal seperti jari-jari yang mempunyai kemampuan gerak
halus (pola proksimodistal).
8) Perkembangan memiliki tahap yang berurutan

Tahapan perkembangan tidak bisa terjadi terbalik, misalnya anak terlebih dahulu
mampu membuat lingkaran sebelum mampu membuat gambar kotak, atau anak
mampu berdiri sebelum berjalan dan sebagainya.

3. Prinsip Perkembangan Anak


a) Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar.
Kematangan merupakan proses intrinsik yang terjadi dengan sendirinya
sesuai dengan potensi yang ada pada individu.
Belajar merupakan perkembangan yang berasal dari latihan dan usaha.
Melalui belajar, anak memperoleh kemampuan menggunakan sumber yang
diwariskan dan potensi yang dimiliki anak.
b) Pola perkembangan dapat diramalkan.
Terdapat persamaan pola perkembangan bagi semua anak, dengan demikian
perkembangan seorang anak dapat diramalkan. Perkembangan berlangsung
dari tahapan umum ke tahapan spesifik, dan terjadi berkesinambungan.
4. Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Tumbuh Kembang Anak.
Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak, antara
lain:
a. Faktor dalam (internal)
-

Ras/etnik atau bangsa.

Keluarga.

Umur.

Jenis kelamin.

Genetik.

Kelainan kromosom.

b. Faktor luar (ekstemal)


1) Faktor Prenatal
-

Gizi

Mekanis

Toksin atau zat kimia

Endokrin

Radiasi

Lnfeksi

Kelainan imunologi

Anoksia embrio

Psikologi ibu

2) Faktor Persalinan
Trauma kepala atau asfiksia dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak.

3) Faktor Pascasalin
-

Gizi

Penyakit kronis/ kelainan kongenital, Tuberkulosis, anemia, kelainan jantung


bawaan yang mengakibatkan retardasi pertumbuhan jasmani.

Lingkungan fisis dan kimia.

Psikologis
Endokrin
Sosio-ekonomi
Lingkungan pengasuhan
Stimulasi
Obat-obatan

5. Aspek Tumbuh Kembang


a. Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan
otot-otot besar seperti duduk, berdiri, dan sebagainya.
b. Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh
tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang
cermat seperti mengamati sesuatu, menjimpit, menulis, dan sebagainya.
c. Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan

untuk

memberikan

respons

terhadap

suara,

berbicara,

berkomunikasi, mengikuti perintah dan sebagainya.


d. Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan mandiri anak (makan sendiri, membereskan mainan selesai
bermain}, berpisah dengan ibu/pengasuh anak, bersosialisasi dan berinteraksi
dengan lingkungannya, dan sebagainya.

6. Periode Tumbuh Kembang Anak.


a. Masa prenatal atau masa janin dalam kandungan.
Periode yang paling penting dalam masa prenatal adalah trimester pertama
kehamilan. Pada periode ini pertumbuhan otak janin sangat peka terhadap
pengaruh lingkungan janin. Gizi kurang pada ibu hamil, infeksi, merokok dan
asap rokok, minuman beralkohol, obat-obat, bahan-bahan toksik, pola asuh,
depresi berat, faktor psikologis seperti kekerasan terhadap ibu hamil, dapat
menimbulkan pengaruh buruk bagi pertumbuhan janin dan kehamilan.
b. Masa bayi umur 0 sampai 11 Bln.

Masa bayi adalah masa dimana kontak erat antara ibu dan anak terjalin,
sehingga dalam masa ini, pengaruh ibu dalam mendidik anak sangat besar. Masa
ini dibagi dua kelompok, yaitu:
-

Masa neonatal (0 sampai 28 hari)

Pada masa ini terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan terjadi perubahan
sirkulasi darah, serta mulainya berfungsi organ-organ.
-

Masa post neonatal (29 hari sampai 11 Bln)

Pada masa ini terjadi pertumbuhan yang pesat dan proses pematangan
berlangsung secara terus menerus terutama meningkatnya fungsi sistem saraf.
c. Masa anak balita umur 12-59 Bln.
Pada masa ini, kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan terdapat kemajuan
dalam perkembangan motorik (gerak kasar dan gerak halus) serta fungsi ekskresi.
Pertumbuhan dasar yang berlangsung pada masa balita akan mempengaruhi
dan menentukan perkembangan anak selanjutnya.
Setelah lahir terutama pada 3 tahun pertama kehidupan, pertumbuhan dan
perkembangan sel-sel otak masih berlangsung; dan terjadi

pertumbuhan

serabut serabut syaraf dan cabang-cabangnya, sehingga terbentuk jaringan


syaraf dan otak yang kompleks. Jumlah dan pengaturan hubungan-hubungan
antar sel syaraf ini akan sangat mempengaruhi segala kinerja otak, mulai dari
kemampuan belajar berjalan, mengenal huruf, hingga bersosialisasi.
Pada masa balita, perkembangan kemampuan bicara dan bahasa, kreativitas,
kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan
merupakan landasan perkembangan berikutnya.
Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian anak juga dibentuk pada
masa ini, sehingga setiap kelalnan/penyimpangan sekecll apapun apablla tidak
dideteksl apalagi tidak ditangani dengan baik, akan mengurangi kualitas
sumber daya manusia dikemudian hari.
d. Masa anak prasekolah umur 60-72 Bln.
Pada masa ini, pertumbuhan berlangsung stabil. Terjadi perkembangan dengan
aktivitas jasmani yang bertambah dan meningkatnya ketrampilan dan proses
berfikir.
Memasuki masa prasekolah, anak mulai menunjukkan keinginannya, seiring
dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Anak mulai senang bermain di
luar rumah dan berteman. Semakin banyak taman kota atau taman bermain
dibangun untuk anak, semakin baik untuk menunjang kebutuhan anak.

Pada masa ini anak dipersiapkan untuk sekolah, untuk itu panca indra dan
sistim reseptor penerima rangsangan serta proses memori harus sudah siap
sehingga anak mampu belajar dengan baik. Perlu diperhatikan bahwa proses
belajar pada masa ini adalah dengan cara bermain.
Orang tua dan keluarga diharapkan dapat memantau pertumbuhan dan
perkembangan anaknya,

agar

dapat dllakukan intervensl dini bila anak

mengalami kelainan atau gangguan.

7. Beberapa Gangguan Perkembangan Yang Sering Ditemukan.


a. Gangguan bicara dan bahasa.
Kemampuan berbahasa merupakan indikator seluruh perkembangan anak.
Karena kemampuan

berbahasa

sensitif

terhadap

keter1ambatan

atau

kerusakan pada sistem lainnya, sebab melibatkan kemampuan kognitif, motor,


psikologis, emosi dan lingkungan sekitar anak. Kurangnya stimulasi akan
dapat menyebabkan gangguan bicara dan berbahasa bahkan gangguan ini
dapat menetap.
b. Cerebral palsy.
Merupakan suatu kelainan gerakan dan postur tubuh yang tidak progresif,
yang disebabkan oleh karena suatu kerusakan/gangguan pada sel-sel
motorik pada susunan saraf pusat yang sedang tumbuh/belum selesai
pertumbuhannya.
c. Sindrom Down.
Anak dengan Sindrom Down adalah individu yang dapat dikenal dari
fenotipnya dan mempunyai kecerdasan yang terbatas, yang terjadi akibat
adanya jumlah kromosom 21 yang berlebih. Perkembangannya lebih
lambat dari anak yang normal.Beberapa faktor seperti kelainan jantung
kongenital, hipotonia yang berat, masalah biologis atau lingkungan lainnya
dapat

menyebabkan

keter1ambatan

perkembangan

motorik

dan

keterampilan untuk menolong diri sendiri.


d. Gangguan Autisme.
Merupakan gangguan perkembangan pervasif pada anak yang gejalanya
muncul sebelum anak berumur 3 tahun. Pervasif berarti meliputi seluruh aspek
perkembangan sehingga gangguan tersebut sangat luas dan berat, yang
mempengaruhi anak secara mendalam. Gangguan perkembangan yang
ditemukan pada autisme mencakup bidang interaksi sosial, komunikasi dan
perilaku.
e. Retardasi Mental.

Merupakan suatu kondisi yang ditandal oleh intelegensia yang rendah (IQ < 70)
yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan beradaptasi
terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan yang dianggap normal.
f.

Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)


Merupakan gangguan dimana anak mengalami kesulitan untuk memusatkan
perhatian yang seringkali disertai dengan hiperaktivitas.

BAB III. POKOK BAHASAN 2:


PENGUKURAN PERTUMBUHAN ANAK
1. Review materi
Materi Pengukuran pertumbuhan abak ini karena sudah dikemukakan pada
Materi Inti 1 yaitu Penentuan Status Gizi berdasarkan penilaian pertumbuhan.
2. Pengukuran lingkar kepala
Tujuan untuk mengetahui lingkaran kepala anak dalam batas normal atau diluar batas
normal Jadwal pengukuran disesuaikan dengan umur anak. Umur 0 - 11 Bln,
pengukuran dilakukan setiap tiga Bln. Pada anak yang lebih besar, umur 12 72 Bln,
pengukuran dilakukan setiap enam Bln. Pengukuran dan penilaian lingkar kepala anak
dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih.
Cara mengukur lingkaran kepala:

a) Alat pengukur dilingkaran pada kepala anak melewati dahi, menutupi alis mata,
diatas kedua telinga, dan bagian belakang kepala yang menonjol, tarik agak
kencang, Baca angka pda pertemuan dengan angka
b) Tanyakan tanggal lahir bayi/anak, hitung umur bayi/anak
c) Hasil pengukuran dicatat pada grafik lingkaran kepala menurut umur dan jenis
kelamin anak,Buat garis yang menghubungkan antara ukuran yang lalu dengan
ukuran sekarang

Grafik 1. Lingkar Kepala Anak Laki-Laki Grafik 2. Lingkar Kepala Anak Perempuan

BAB IV. POKOK BAHASAN 3:


STIMULASI DAN DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG
Deteksi dini tumbuh kembang anak atau pelayanan SDIDTK adalah kegiatan/pemeriksaan
untuk menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan
anak prasekolah. Dengan ditemukan secara dini penyimpangan/masalah tumbuh kembang
anak, maka intervensi akan lebih mudah dilakukan, bila terlambat diketahui, maka
intervensinya akan lebih sulit dan hal ini akan berpengaruh pada tumbuh kembang anak.
Ada 3 jenis deteksi dini tumbuh kembang yang dapat dikerjakan oleh tenaga kesehatan di
tingkat puskesmas dan jaringannya, berupa:
a. Deteksi dini gangguan pertumbuhan, yaitu menentukan status gizi anak apakah
gemuk, normal, kurus dan sangat kurus,

pendek,

atau sangat pendek,

makrosefali atau mikrosefali.


b. Deteksi dini penyimpangan perkembangan, yaitu untuk mengetahui gangguan
perkembangan anak (keterlambatan), gangguan daya lihat, gangguan daya

dengar.
c. Deteksi dini penyimpangan mental emosional, yaitu untuk mengetahui adanya
masalah mental emosional, autisme dan gangguan pemusatan perhatian

dan

hiperaktivitas.
Pelayanan rutin SDIDTK sesuai dengan jadwal yang tercakup pada pedoman ini dan pada
Buku KIA, namun tidak menutup kemungkinan dilaksanakan pada:
a. Kasus rujukan.
b. Ada kecurigaan anak mempunyai penyimpangan tumbuh.
c. Ada keluhan anak mempunyai masalah tumbuh kembang.

1. STIMULASI PADA ANAK

Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak umur 0-6 tahun
agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Setiap anak perlu mendapat
stimulasi rutin sedini mungkin dan terus menerus pada setiap kesempatan.
Stimulasi tumbuh kembang anak dilakukan oleh ibu dan ayah yang merupakan
orang terdekat dengan anak, pengganti ibu atau pengasuh anak, anggota keluarga
lain dan kelompok masyarakat di lingkungan rumah tangga masing-masing dan
dalam

kehidupan

sehari-hari.

Kurangnya

stimulasi

dapat

menyebabkan

penyimpangan tumbuh kembang anak bahkan gangguan yang menetap.


Kemampuan dasar anak yang dirangsang dengan stimulasi terarah

adalah

kemampuan gerak kasar, kemampuan gerak halus, kemampuan bicara dan bahasa
serta kemampuan sosialisasi dan kemandirian.
Dalam melakukan stimulasi tumbuh kembang anak, ada beberapa prinsip dasar
yang perlu diperhatikan, yaitu:
a) Stimulasi dilakukan dengan dilandasi rasa cinta dan kasih sayang.
b) Selalu tunjukkan sikap dan perilaku yang baik karena anak akan meniru
tingkah laku orang-orang yang terdekat dengannya.
c) Berikan stimulasi sesuai dengan kelompok umur anak.
d) Lakukan stimulasi dengan cara mengajak anak bermain, bemyanyi,
bervariasi, menyenangkan, tanpa paksaan dan tidak ada hukuman.
e) Lakukan stimulasi secara

bertahap dan berkelanjutan sesuai

umur

anak, terhadap ke 4 aspek kemampuan dasar anak.


f)

Gunakan alat bantu/permainan yang sederhana, aman dan ada di sekitar


anak.

g) Berikan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan.


h) Anak selalu diberi pujian, bila perlu diberi hadiah atas keberhasilannya.

Stimulasi yang diberikan kepada anak dalam rangka merangsang pertumbuhan


dan perkembangan anak dapat diberikan oleh orang tua/keluarga sesuai dengan
pembagian kelompok umur stimulasi anak sbb:
No

1.

Periode Tumbuh
Kembang
Masa prenatal, janin dalam
kandungan

2.

Masa bayi 0 - 12 Bln

3.

Masa anak balita 12-60 Bln

4.

Masa prasekolah 60-72 Bln

Kelompok Umur
Stimulasi
Masa prenatal

Umur 0-3 Bln


Umur 3-6 Bln
Umur 6-9 Bln
Umur 9-12 Bln
Umur
Umur
Umur
Umur
Umur
Umur

12-15 Bln
15-18 Bln
18-24 Bln
24-36 Bln
36-48 Bln
48-60 Bln

Umur 60-72 tahun

2. DETEKSI DINI GANGGUAN PERTUMBUHAN


Deteksi dini gangguan pertumbuhan yaitu menentukan status gizi anak apakah
gemuk, normal, kurus dan sangat kurus, pendek, atau sangat pendek, makrosefali
atau mikrosefali.
Pemeriksaan status gizi anak berdasarkan indeks berat badan menurut panjang badan
atau tinggi badan (BB/PB atau BB/TB), panjang atau tinggi badan menurut umur (PB/U
atau TB/U) untuk anak usia 0 60 Bln, dan pengukuran status gizi anak berdasarkan
indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U) untuk anak umur 60-72 Bln, dapat dilihat
pada Bab Pemantauan Status Gizi.
Pengukuran Lingkar Kepala untuk usia 0-72 Bln
Pengukuran dan penilaian lingkar kepala anak dilakukan oleh tenaga kesehatan
terlatih untuk mengetahui lingkaran kepala anak dalam batas normal atau diluar batas
normal. Jadwal pengukuran disesuaikan dengan umur anak. Umur 0 - 11 Bln,
pengukuran dilakukan setiap tiga Bln. Pada anak yang lebih besar, umur 12 72 Bln,
pengukuran dilakukan setiap enam Bln.
Cara mengukur lingkaran kepala

a) Alat pengukur dilingkaran pada kepala anak secara fronto-occipital, yaitu


melewati dahi, di atas alis mata, diatas kedua telinga, dan bagian belakang
kepala yang menonjol. Tarik agak kencang,
b) Baca angka pda pertemuan dengan angka
c) Tanyakan tanggal lahir bayi/anak, hitung umur bayi/anak
d) Hasil pengukuran dicatat pada grafik lingkaran kepala menurut umur dan jenis
kelamin anak
e) Buat garis yang menghubungkan antara ukuran yang lalu dengan ukuran
sekarang

Grafik 3. Lingkar Kepala Anak Laki-Laki Grafik 4. Lingkar Kepala Anak Perempuan

Interpretasi
a) Jika ukuran lingkaran kepala anak berada di dalam jalur hijau
maka lingkaran kepala anak normal
b) Bila ukuran lingkaran kepala anak berada di luar jalur hijau
maka lngkaran kepala anak tidak normal
c) Lingkaran kepala anak makrosefal bila berada diatas jalur hijau
dan mikrosefal bila berada dibawah jalur hijau

1. DETEKSI DINI PENYIMPANGAN PERKEMBANGAN


Deteksi dini penyimpangan perkembangan diperlukan untuk mengetahui gangguan
perkembangan anak apakah sudah sesuai dengan umurnya atau ada keterlambatan,
apakah ada gangguan daya lihat dan apakah ada gangguan daya dengar.
Pemeriksaan perkembangan anak dilakukan dengan menggunakan Kuesioner Pra
Skrining Perkembangan (KPSP) yang bertujuan untuk mengetahui perkembangan
anak normal atau ada penyimpangan.
Jadwal skrining KPSP rutin adalah pada umur 3,6,9,12,15,18,21,24,30,36,42,
54,60,66,dan 72 Bln. Jika anak belum mencapai umur tersebut, minta ibu untuk datang
kembali pada umur skrining terdekat. Apabila anak mempunyai masalah tumbuh

kembang,

sedangkan umur anak bukan umur skrining, maka pemeriksaan

menggunakan KPSP umur skrining terdekat yang lebih muda.


Cara Menggunakan KPSP:
-

Tentukan umur anak dan pilih KPSP yang sesuai.

Lakukan pemeriksaan dengan mengajukan semua pertanyaan.

Interpretasi Hasil KPSP:


-

Jawaban YA, jika ibu/pengasuh anak menjawab: anak bisa atau pernah atau
sering atau kadang-kadang melakukannya.

Jawaba TIDAK, jika ibu/pengasuh anak menjawab: anak belum pernah atau tidak
pernah melakukan, atau ibu/pengasuh anak tidak tahu.

3. DETEKSI DINI PENYIMPANGAN/GANGGUAN & PERTUMBUHAN


a. Pemeriksaan status Gizi Anak berdasarkan Indeks Berat Badan menutut
Panjang Badan (BB/PB) atau Berat Badab menurut Tinggi Badan (BB/TB)
untuk Anak umur 0 60 Bln.

b. Pengukuran Status gizi Anak berdasarkan Indeks Massa Tubuh menurut Umur
(IMT/U) untuk Anak Umur 60-72 Bln.

ukur berat dan panjang


badan, lalu hitung indeks
masa tubuh anak, lalu
plot pada grafik IMT
menurut umur anak

Klasifikasikan
tinggi badan
menurut umur

Hasil
Pengukuran Zscore
Di atas 2SD

Status Gizi
(IMT/U)

Tindakan

Obesitas

>1 SD sampai
dengan 2 SD

Gemuk

Segera
rujuk
ke
Rumah Sakit
Asupan
Gizi
disesuaikan dengan
kebutuhan
dan
aktivitas anak

-2SD sampai
dengan 1 SD
-3SD sampai
dengan < -2SD

Normal

Di bawah -3

Sangat Kurus

Kurus

Asupan
Gizi
ditingkatkan
dan
Jadwalkan
kunjungan berikutnya
Segera
rujuk
ke
Puskesmas dengan
TFC atau ke RS

Cara menghitung IMT


IMT dihitung dengan cara membagi berat badan (dalam kilogram) dengan kuadrat tinggi
badan (dalam meter) (kg/m2).
Contoh:
Jika berat badan anak 25 kg dan tinggi badan anak 1,2 m, maka IMT anak adalah:

25
=17,36
( 1,2 ) (1,2)

Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) untuk usia 0-72 Bln ,


Terlampir sbb:

Lampiran No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

KPSP pada Bayi /Anak


Umur Bln
Bayi 3 Bln
Bayi 6 Bln
Bayi 9 Bln
Anak 12 Bln
Anak 15 Bln
Anak 18 Bln
Anak 21 Bln
Anak 30 Bln
Anak 36 Bln
Anak 42 Bln
Anak 48 Bln
Anak 54 Bln
Anak 60 Bln
Anak 66 Bln
Anak 72 Bln

Tahapan Perkembangan
dan Stimulasi Umur Bln
0-3 Bln
3- 6 Bln
6-9 Bln
9-12 Bln
12-18 Bln
18-24 Bln
24-36 Bln
36-48 Bln
48-60 Bln
48-60 Bln
60-72 Bln

2. DETEKSI DINI PENYIMPANGAN PENDENGARAN


Dilakukan dengan melakukan Tes Daya Dengar (TDD). Tujuannya untuk menemukan
gangguan pendengaran sejak dini, agar dapat segera ditindak lanjuti untuk
meningkatkan kemampuan daya dengar dan bicara anak.
Cara melakukan TDD:
- Tentukan umur anak dalam Bln dan pilih daftar pertanyaan TDD yang sesuai
dengan umur anak.
- Gunakan Instrumen Tes Daya Dengar

Pada anak umur kurang dari 24 Bln, pertanyaan dijawab oleh orang tua atau
pengasuh. Pada anak umur 24 Bln atau lebih, pertanyaan berupa perintah melalui
orang tua/pengasuh untuk dikerjakan oleh anak.
Jawaban YA jika menurut orang tua, anak dapat melakukannya dalam 1 Bln
terakhir. Jawaban TIDAK jika tidak pernah melakukan, tidak tahu atau tidak dapat
melakukannya dalam 1 Bln terakhir.

Interpretasi, Algoritma Tes Daya Dengar dan Instrumen TDD, terlampir

3. DETEKSI DINI PENYIMPANGAN PENGLIHATAN


Dilakukan dengan melakukan Tes Daya Lihat (TDL).Tujuannya untuk mendeteksi
secara dini kelainan daya lihat agar segera dapat dilakukan tindakan lanjutan,
sehingga kesempatan untuk memperoleh ketajaman daya lihat menjadi lebih besar.
Cara melakukan Tes Daya Lihat, Interpretasi dan Algoritma Tes Daya Lihat,
terlampir

4. DETEKSI DINI PENYIMPANGAN PERILAKU EMOSIONAL


Deteksi dini penyimpangan perilaku emosional adalah kegiatan/pemeriksaan untuk
menemukan secara dini adanya masalah perilaku emosional, autisme dan
gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas pada anak, agar dapat segera
dilakukan tindakan intervensi. Bila penyimpangan perilaku emoslonal terlambat
diketahui, maka lntervenslnya akan lebih sulit dan hal ini akan berpengaruh pada
tumbuh kembang anak.
Deteksi yang dilakukan menggunakan:

Kuesioner Masalah Perilaku Emosional (KMPE) bagi anak umur 36


Bln sampai 72 buIan.
Ceklis autis anak prasekolah (Modified Checklist for Autism in
Toddlers/M-CHAT) bagi anak umur 18 Bln sampai 36 Bln.
Formulir deteksi
dini Gangguan
Pemusatan
Perhatian dan
Hiperaktivitas (GPPH) menggunakan Abreviated Conner Rating Scale
bagi anak umur 36 Bln ke atas.

a. Deteksi Dini Penyimpangan Mental Emosional

Tujuannya adalah mendeteksi secara dini adanya penyimpangan/masalah


perilaku emosional pada anak pra sekolah .

Jadwal deteksi dini masalah perilaku emosional adalah rutin setiap 6 Bln pada
anak umur 36 Bln sampai 72 Bln. Jadwal ini sesuai dengan jadwal pelayanan
SDIDTK

Alat yang digunakan adalah Kuesioner Masalah Perilaku Emosional (KMPE) yang
terdiri dari 14 pertanyaan untuk mengenali problem perilaku emosional anak
umur 36 Bln sampai 72 Bln.

Cara melakukan :
1) Tanyakan setiap pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu persatu
perilaku yang tertulis pada KMPE kepada orang tua/pengasuh anak.
2) Catat jawaban YA, kemudian hitung jumlah jawaban YA.

b. Deteksi Dini Autis Pada Anak Prasekolah.


Tujuannya adalah mendeteksi secara dini adanya autis pada anak umur 18 Bln
sampai 36 Bln.
Dilaksanakan atas indikasi atau bila ada keluhan dari ibu/pengasuh atau ada
kecurigaan tenaga kesehatan, kader kesehatan, petugas PAUD, pengelola
TPA dan guru TK.
Keluhan tersebut dapat berupa salah satu atau lebih keadaan di bawah ini:
b.

Keterlambatan berbicara

c.

Gangguan komunikasi/ interaksi sosial

d.

Perilaku yang berulang-ulang


Alat yang digunakan adalah M-CHAT (Modified-Checklist for Autism in
Toddlers).
o

Ada 23 pertanyaan yang dijawab oleh orang tua/pengasuh anak.

Pertanyaan diajukan secara berurutan, satu persatu. Jelaskan kepada


orangtua untuk tidak ragu-ragu atau takut menjawab.

Cara menggunakan M-CHAT.


1) Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu persatu perilaku
yang tetulis pada M-CHAT kepada orang tua atau pengasuh anak.
2) Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan tugas pada MCHAT
3) Catat jawaban orang tua/pengasuh anak dan kesimpulan hasil pengamatan
kemampuan anak, YA atau TIDAK. Teliti kembali apakah semua pertanyaan
telah dijawab.

Interpretasi :
1) Enam pertanyaan No. 2, 7, 9, 13, 14, dan 15 adalah pertanyaan penting
(crirical item) jika dijawab tidak berarti pasien mempunyai risiko ringgi
autism.
2) Jawaban tidak pada dua atau lebih critical item atau tiga pernyaan lain
yang dijawab tidak sesuai (misalnya seharusnya dijawab ya, orang tua
menjawab tidak) maka anak tersebut mempunyai risiko autism

3) Jika perilaku itu jarang dikerjakan (misal anda melihat satu atau 2 kali) ,
mohon dijawab anak tersebut tidak melakukannya.

c.Deteksi Dini Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)

Tujuannya adalah mengetahui secara dini anak adanya Gangguan Pemusatan


Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) pada anak umur 36 Bln ke atas.

Dilaksanakan atas indikasi

bila ada keluhan dari orang tua/pengasuh

anak atau ada kecurigaan tenaga kesehatan, kader kesehatan, BKB,


petugas PAUD, pengelola TPA dan guru TK. Keluhan tersebut dapat
berupa salah satu atau lebih keadaan di bawah ini:

1) Anak tidak bisa duduk tenang


2) Anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak mengenal lelah
3) Perubahan suasana hati yang mendadak/impulsive

Alat yang digunakan adalah formulir deteksi dini Gangguan Pemusatan


Perhatian dan

Hiperaktivitas/GPPH

(Abbreviated

Conners Ratting

Scale), Formulir ini terdiri 10 pertanyaan yang ditanyakan kepada


orang

tua/pengasuh

anak/guru

TK

dan

pertanyaan

yang

perlu

pengamatan pemeriksa.

Cara menggunakan formulir deteksi dini GPPH:


Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu
persatu perilaku yang tertulis pada formulir deteksi dini
GPPH. Jelaskan kepada orangtua/pengasuh anak untuk
tidak ragu-ragu atau takut menjawab.
Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan
pertanyaan pada formulir deteksi dini GPPH
Keadaan

yang

ditanyakan/diamati

ada

pada

anak

dimanapun anak berada, misal ketika di rumah, sekolah,


pasar, toko, dll);setiap saat dan ketika anak dengan siapa
saja.
Catat jawaban dan hasil pengamatan perilaku anak
selama dilakukan pemeriksaan.
Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.

lnterpretasi:

Beri nilai pada masing-masing jawaban sesuai dengan "bobot nilai" berikut

ini, dan jumlahkan nilai masing-masing jawaban menjadi nilai total


-Nilai 0: jika keadaan tersebut tidak ditemukan pada anak.
-Nilai 1:jika keadaan tersebut kadang-kadang ditemukan pada anak.
-Nilai 2: jika keadaan tersebut sering ditemukan pada anak.
-Nilai 3: jika keadaan tersebut selalu ada pada anak.
Bila nilai total 13 atau lebih anak kemungkinan dengan GPPH.

BAB V POKOK BAHASAN 4:


INTERVENSI DAN RUJUKAN PENYIMPANGAN TUMBUH KEMBANG ANAK.

1. Intervensi Penyimpangan Perkembangan Anak


lntervensi dini penyimpangan perkembangan adalah tindakan tertentu pada anak
yang perkembangan kemampuannya menyimpang karena tidak sesuai dengan
umumya. Seperti yang telah dibahas pada bab sebelumnya, penyimpangan
perkembangan bisa terjadi pada salah satu atau lebih kemampuan anak yaitu

kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, serta sosialisasi dan
kemandirian anak.
Tindakan intervensi dini tersebut berupa stimulasi perkembangan terarah yang
dilakukan secara intensif di rumah selama 2 minggu, yang diikuti dengan
evaluasi hasil intervensi stimulasi perkembangan.

a. Intervensi Perkembangan
lntervensi perkembangan anak dilakukan atas indikasi yaitu:
1). Perkembangan

anak

meragukan

(M) artinya kemampuan anak tidak

sesuai dengan yang seharusnya dimiliki anak, yaitu bila pada umur skrining
3, 6, 9, 12, 15, 18 Bln dan seterusnya, pemeriksaan KPSP jawaban ''YA" = 7
atau 8.
Lakukan intervensi sebagai berikut:
a) Pilih kelompok umur stimulasi yang lebih muda dari umur anak pada Bab Ill
buku pedoman ini. Misalnya: Menurut KPSP, anak umur 12 Bln belum bisa
berdiri, maka dilihat kelompok umur stimulasi 9-12 Bln atau yang lebih muda
(bukan kelompok umur stimulasi 12-15 Bln). Karena kemampuan berdiri merupakan
gerak kasar, maka Iihat kotak "Kemampuan Gerak Kasar".
b) Ajari

orang

tua

cara

melakukan

intervensi

sesuai

dengan

masalah/penyimpangan yang ditemukan pada anak tersebut. Misalnya, anak


mempunyai penyimpangan gerak kasar, maka yang diintervensi adalah gerak
kasarnya. Pada contoh di atas, anak harus dilatih berdiri.
c) Beri petunjuk pada orang tua dan keluarga untuk mengintervensi anak sesering
mungkin, penuh kesabaran dan kasih sayang, bervariasi dan sambil bermain
dengan anak agar ia tidak bosan.
d) lntervensi pada anak dilakukan secara intensif setiap hari sekitar I3-4 jam, selama
2 minggu. Bila anak terlihat senang dan tidak bosan, waktu intervensi dapat
ditambah. Bila anak menolak atau rewel, intervensi dihentikan dahulu, dilanjutkan
apabila anak sudah dapat diintervensi lagi.
e)

Minta orang tua atau keluarga datang kembali/kontrol 2 minggu kemudian


untuk

dilakukan

evaluasi

hasil

intervensi

dan

melihat

apakah

ada

kemajuan/perkembangan atau tidak. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan


KPSP yang sesuai dengan umur skrining yang terdekat

Berikut ini contoh tindakan intervensi perkembangan yang dilakukan pada


beberapa anak dengan masalah perkembangan:

Umur

Hasil
Pemeriks

Tindakan lntervensi
Perkembangan

3 bin

Bayi tidak membalas


tersenyum
(kemampuan
sosialisasi dan
kemandirian)

Pada setiap kegiatan bersama bayi, sesering mungkin


mengajak bayi tersenyum dan bicara. Tunjukkan
mimik wajah yang cerah. Sesering
mungkin
membelai, memeluk dan mencium bayi dengan
gerakan lembut dan penuh kasih savana.

12 bin

Belum bisa menyebut 2 Bicara pada anak dan ajak anak bicara sesering
suku kata yang sama
mungkin,
setiap saat dan dimana saja. Tirukan dan jawab ocehan
(kemampuan
anak. Usahakan agar anak mau mengulang dan
bicara dan
meniru mengucapkan kata-kata tersebut, gunakan
bahasa)
kata-kata yang jelas dan sederhana seperti pa..pa..,
da..da.., ta..ta. Ketika berbicara, tatap mata anak,
usahakan agar mau menatap waiah aaar ia melihat
bibir dan mata oembicara.

21 bin

Belum bisa menumpuk


2 buah kubus
(kemampuan gerak
ha/us)

Sediakan kubus-kubus kecil ukuran 2.5--5 cm (dari


plastik atau kayu).Ajak anak bermain dan ajari cara
menumpuk dua buah kubus. Beri pujian jika anak
mau menumpuk kubus. Latih terus sambil bermain,
mula-mula 2 kubus, secara bertahap ditambah
meniadi 4 atau lebih.
Sediakan bola sebesar bola tenis. Ajak anak
bermain, mula- mula perlihatkan cara menendang
bola, selanjutnya
minta anak menendang bola.
Lakukan permainan sesering mungkin agar anak bisa
menendang bola.

30 bin

Belum bisa menendang


bola
(kemampuan gerak
kasar)

36 bin

Belum bisa mengerjakan perintah sederhana


(kemampuan
bicara dan
bahasa)

Mulai memberi perintah kepada anak. M Tolong


bawakan kaus
kaki merah", ATAU "Letakkan cangkirmu di meja".Kalau
perlu tunjukkan kepada anak cara mengerjakan
perintah tadi, gunakan kata-kata yang sederhana.

42 bin

Belum bisa menggambar lingkaran


(kemampuan gerak
ha/us)

Bantu anak memegang pensll dengan benar, ajak


anak me- lihat dan memperhatikan cara menggambar
"llngkaran".
Beri
kesempatan
anak
meniru
menggambar "lingkaran" berulang- ulang. Pujilah jika
anak bisa menaaambar "lingkaran"

54 bin

Belum bisa mengkancing baju sendiri


(kemampuan
sosialisasi dan
kemandirian)

Anak diberi pakaian yang berk:ancing .Ajari cara


mengkancing kan baju. Pada permulaan, gunakan
kancing besar. Minta anak mengancing kancing
pakaian berulang kali. Pujilah jika anak mau bisa
menancingkan kancing oakaian.

66 bin

Belum
mengenal
warna
(kemampuan
bicara dan
bahasa)

Letakkan sejumlah benda dengan bermacam-macam


wama. Tunjuk dan sebutkan wamanya, minta anak
menirukan menun juk dan menyebut warna benda.
Pujilah jika anak mau menun juk dan menyebut warna.
Lakukan Minta anak benda-benda
lain vana berada di sekitar anak.

2). Bila seorang anak mempunyai masalah/penyimpangan perkembangan,


sedangkan umur anak saat itu bukan pada jadwal umur skrining, maka
lakukan

intervensi perkembangan sesuai dengan masalah yang ada

sebagai berikut:
a) Misalnya: anak umur 19 Bln belum bisa menyebut ayah ibunya dengan
panggilan seperti "papa" "mama" artinya ada penyimpangan kemampuan
bahasa dan bicara. Lihat kelompok umur stimulasi yang lebih muda pada Bab
Ill buku pedoman ini, pilih kotak "Kemampuan Bicara dan Bahasa" yang
memuat cara melatih anak supaya bisa menyebut kata-kata "papa", "mama",
yaitu pada kelompok umur stimulasi 3-6 Bln.
b) Sedangkan intervensi berupa stimulasi untuk kelompok umur yang lebih
muda - pada contoh di atas stimulasi untuk

kelompok umur 15-18 Bln, tetap

diberikan.
c) Ajari orang tua cara melakukan intervensi perkembangan anak sebagaimana
yang dianjurkan pada kotak stimulasi tersebut.
d) Beri petunjuk pada orang tua dan keluarga untuk mengintervensi anak
sesering mungkin, penuh kesabaran dan kasih sayang, bervariasi dan
sambilbermain dengan anak agar ia tidak bosan.
e) lntervensi pada anak dilakukan secara intensif setiap hari sekitar 3-4 jam,
selama 2 minggu. Bila anak terlihat senang dan tidak bosan, waktu intervensi
dapat ditambah. Bila anak menolak atau rewel, intervensi dihentikan dahulu,
dilanjutkan apabila anak sudah dapat diintervensi lagi.
f)

Minta orang tua atau keluarga datang kembali/kontrol 2 minggu kemudian


untuk

dilakukan

evaluasi

hasil

intervensi

dan

melihat

apakah

ada

kemajuan/perkembangan atau tidak. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan


KPSP yang sesuai dengan umur skrining yang terdekat.
b. Evaluasi Intervensi Perkembangan
Setelah orang tua dan keluarga melakukan tindakan intervensi perkembangan
secara intensif di rumah selama 2 mlnggu, maka anak perlu dlevaluasi
apakah ada kemajuan/perkembangan atau tidak.
Cara melakukan evaluasi hasil intervensi perkembangan adalah:
1) Apabila umur anak sesuai dengan jadwal umur skrining (umur 3, 6, 9, 12, 15, 18
Bln dan seterusnya), maka lakukan evaluasi hasil intervensi dengan menggunakan
formulir KPSP sesuai dengan umur anak.
2) Apabila umur anak tidak sesuai dengan jadwal umur skrining (umur 3, 6, 9, 12, 15,
18 Bln

dan

seterusnya), maka

lakukan

evaluasi

hasil

intervensi

dengan

menggunakan formulir KPSP untuk umur yang lebih muda, paling dekat dengan
umur anak, seperti contoh berikut ini:
a. Bayi umur 6 Bln lewat 3 minggu, gunakan KPSP untuk umur 6 Bln.
b. Anak umur 17 Bln lewat 18 hari,gunakan KPSP untuk umur 15 Bln.
c. Anak umur 35 Bln lewat 20 hari,gunakan KPSP untuk umur 30 Bln.
3) Bila hasil evaluasi intervensi ada kemajuan artinya jawaban "YA" 9 atau 10,
artinya perkembangan anak sesuai dengan umur tersebut, lanjutkan dengan skrining
perkembangan sesuai dengan umumya sekarang. Misalnya: umur 17 Bln lewat 20
hari pilih KPSP umur 18 Bln; umur 35 Bln lewat 20 hari, KPSP umur 36 Bln.
4) Bila hasil evaluasi intervensi jawaban "YA" tetap 7 atau 8, kerjakan langkahlangkah berikut:
Teliti kembali apakah ada masalah dengan:
a. lntensitas intervensi perkembangan yang dilakukan di rumah, apakah
sudah dilakukan secara intensif ?
b. Jenis kemampuan perkembangan anak yang diintervensi, apakah
sudah dilakukan secara tepat dan benar ?
c. Cara memberikan intervensi, apakah sudah sesuai dengan petunjuk dan
nasihat tenaga kesehatan
d. Lakukan pemeriksaan fisik yang teliti, apakah ada masalah gizi ? penyakit
pada anak ? kelainan organ-organ terkait ?
5) Bila ditemukan salah satu atau lebih masalah di atas:
a. Bila ada masalah gizi atau anak sakit, tangani kasus tersebut sesuai
pedoman/standar tatalaksana kasus yang ada di tingkat pelayanan dasar
seperti Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), tatalaksana gizi buruk,
dan sebagainya.
b. Bila intervensi dilakukan tidak intensif, kurang tepat, atau tidak sesuai
dengan petunjuk/nasihat tenaga kesehatan, sekali lagi, ajari orang tua dan
keluarga cara melakukan intervensi perkembangan yang intensif yang tepat
dan

benar. Bila perlu dampingi orang tua/keluarga ketika melakukan

intervensi pada anaknya.


6) Kemudian lakukan evaluasi hasil intervensi yang ke-2 dengan cara yang sama, jika:
a. Bila kemampuan perkembangan anak ada kemajuan, berilah pujian kepada
orang tua dan anak. Anjurkan orang tua dan keluarga untuk terus
melakukan intervensi di rumah dan kontrol kembalipada jadwal umur skrining
berikutnya.
b. Bila

kemampuan

perkembangan

tidak

ada

kemajuan

berarti

ada

penyimpangan perkembangan anak (P), dan anak perlu segera dirujuk ke


rumah sakit yang memiliki tenaga dokter spesialis anak, kesehatan jiwa,
rehabilitasi medik, psikolog dan ahli terapi (fisioterapis, terapis bicara, dan

sebagainya)
2. Rujukan Dini Penyimpangan Perkembangan Anak
Rujukan diperlukan jika masalah/penyimpangan perkembangan anak tidak dapat
ditangani

meskipun

sudah

dilakukan

tindakan

intervensi

dini.

Rujukan

penyimpangan tumbuh kembang anak dilakukan secara berjenjang, sebagai


berikut:
a. Tingkat keluarga dan masyarakat
Keluarga dan masyarakat (orang tua, anggota keluarga lainnya dan kader)
dianjurkan untuk membawa anaknya ke tenaga kesehatan di Puskesmas dan
jaringan atau Rumah Sakit. Orang tua/keluarga perlu diingat agar membawa
catatan pemantauan tumbuh kembang yang ada di dalam Buku KIA.
b. Tingkat Puskesmas dan jejaringnya
o Pada rujukan dini, bidan dan perawat di Posyandu, Polindes, Pustu termasuk
Puskeling, melakukan tindakan

intervensi dini penyimpangan tumbuh

kembang sesuai stander pelayanan yang terdapat pada buku pedoman.


o Bila kasus penyimpangan tersebut ternyata memerlukan penanganan lanjut,
maka dilakukan rujukan ke tim medis di Puskesmas (dokter, bidan, perawat,
nutrisionis, dan tenaga kesehatan terlatih lainnya).
c. Tingkat rumah sakit rujukan
Bila kasus penyimpangan tersebut tidak dapat ditangani di tingkat Puskesmas
atau memerlukan tindakan yang khusus maka perlu dirujuk ke Rumah Sakit
Kabupaten (tingkat rujukan primer) yang mempunyai fasilitas klinik tumbuh
kembang

anak

dengan

dokter

spesialis

anak,

ahli

gizi

serta

laboratorium/pemeriksaan penunjang diagnostik. Rumah Sakit Provinsi sebagai


tempat rujukan sekunder diharapkan memiliki klinik tumbuh kembang anak
yang didukung oleh tim dokter spesialis anak, kesehatan jiwa, kesehatan mata,
THT,

rehabilitasi

medik,

ahli

sebagainya), ahli gizi dan psikolog.

Alur rujukan

terapi

(fisioterapis,

terapis

bicara,

dan

BAB VI. POKOK BAHASAN 5:


TATAKELOLA SDIDTK DI PUSKESMAS

1. Manajemen Penerapan SDIDTK


a.
Persiapan Penerapan SDIDTK di Puskesmas
Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan primer bertanggung jawab terhadap
penyelenggaraan pelayanan kesehatan di wilayahnya, termasuk pelayanan
SDIDTK.
Untuk meningkatkan jangkauan balita dan pra sekolah yang mendapatkan
pelayanan SDIDTK, kepala Puskesmas membina dan melakukan jejaring
dengan institusi yang melakukan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) seperti
TK/RA, Kelompok Bermain, Taman Pengasuhan Anak (TPA) dan satuan
PAUD sejenis.
Kepala Puskesmas wajib memfasilitasi, memotivasi dan memastikan
kesinambungan penerapan SDIDTK yang sesuai standar di Puskesmas dan
jaringannya, dengan cara:
a) Memfasilitasi tenaga kesehatan dalam menerapkan SDIDTK sesuai
standar serta

kegiatan peningkatan kemampuan Ibu, keluarga dan

masyarakat dalam pemantauan dan stimulasi tumbuh kembang anak


dengan menggunakan buku KIA.
b) Memfasilitasi kesiapan sumber daya pendukung pelaksanaan SDIDTK
(sarana dan peralatan yang dipakai untuk melakukan SDIDTK), alur
c)

pelayanan dan biaya operasional.


Memperkuat jejaring pelayanan

guna meningkatkan cakupan

pelaksanaan SDIDTK termasuk jejaring dengan fasilitas rujukan tumbuh


kembang.
d) Melakukan monitoring, evaluasi dan pembinaan pelaksanaan SDIDTK
di wilayah kerjanya.
Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Persiapan SDM
Pelaksana SDIDTK adalah dokter, bidan, perawat

dan petugas gizi

terlatih SDIDTK.
Untuk meningkatkan cakupan pelayanan SDIDTK, Puskesmas berjejaring
dan melatih SDIDTK pada tenaga pendidik PAUD (seperti TK/RA,
Kelompok Bermain, Taman Pengasuhan Anak (TPA) dan satuan PAUD
sejenis).
Pembagian tugas pelaksanaan SDIDTK yang berjejaring dengan PAUD
a. Petugas Kesehatan

b. Tenaga pendidik PAUD


Pada pelaksanaan SDIDTK, tenaga pendidik PAUD bertugas membantu
tenaga kesehatan dalam pemeriksaan pertumbuhan anak yaitu tinggi
badan dan berat badan serta perkembangan anak dengan menggunakan
instrumen KPSP. Sedangkan pene status gizipelaksanaan SDIDTK. Bila
pelaksana SDIDTK non-tenaga kesehatan mendeteksi penyimpangan,
sesegera mungkin merujuk ke tenaga kesehatan atau ke fasilitas
kesehatan di wilayahnya.
Pada penerapan SDIDTK, peran

Kepala Puskesmas adalah sebagai

penanggung jawab, dokter sebagai supervisor, motivator, dan penerima


rujukan. Bidan, perawat, dan petugas gizi menjalankan fungsinya sesuai
dengan kompetensi, tugas pokok dan fungsinya.
Kepala Puskesmas menghitung kebutuhan berdasarkan jumlah dan jenis
ketenagaan yang melayani SDIDTK di wilayah kerja puskesmas dan
menginventaris SDM yang telah memiliki kemampuan dan keterampilan
dalam melaksanakan SDIDTK. Tenaga kesehatan yang terampil dan
patuh dalam menerapkan SDIDTK difasilitasi sebagai pendamping pada
saat on the job training atau in house training.
Terkait dengan SDM Puskesmas pelaksana SDIDTK, Kepala Puskesmas
melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

2) Diseminasi informasi berkala kepada seluruh petugas kesehatan


Puskesmas dan jaringannya terkait dengan SDIDTK revisi 2015-2016
Pada

kesempatan

ini

Kepala

Puskesmas

menyampaikan

dan

mengingatkan pentingnya penerapan SDIDTK dikaitkan dengan regulasi,


tujuannya serta isu-isu terkini yang terkait. Ditekankan pula bahwa
keberhasilan penerapan SDIDTK perlu dukungan semua pihak. Hakekat
dari SDIDTK haruslah dipahami oleh semua SDM kesehatan di
Puskesmas dan jaringannya serta saling mendukung sesuai dengan
tugas pokok fungsinya agar pelayanan SDIDTK dapat berjalan secara
optimal.
Pada

akhir

pertemuan

diseminasi

informasi,

Kepala

Puskesmas

mengingatkan kembali atau menyampaikan secara tegas pembagian

tugas yang harus dilaksanakan oleh SDM kesehatan di Puskesmas dan


jaringannya terkait dengan penerapan SDIDTK.

3) Pelatihan Penyegaran
Kegiatan refreshing SDIDTK dilakukan secara berkala, minimal setahun
sekali bagi perawat, bidan dan tenaga gizi atau tenaga lain yang sudah
mendapatkan pelatihan SDIDTK. Tujuan refreshing menjaga kualitas
SDM dalam memberi pelayanan SDIDTK, Selain itu Kepala Puskesmas
juga memonitor kemampuan dan kepatuhan SDM dalam memberikan
pelayanan SDIDTK.
Metode refreshing disini dilaksanakan dengan cara:
a) penyampaian penekanan perubahan yang terjadi (bila ada)atau atau
point - point yang menjadi fokus perhatian.
b) penyampaian secara singkat langkah-langkah penerapan SDIDTK
c) Kepala Puskesmas/dokter Puskesmas menyampaikan studi kasus dan
meminta beberapa SDM kesehatan melaksanakan simulasi penerapan
SDIDTK. Setelah selesai simulasi diminta juga komentar serta
masukan dari SDM kesehatan lainnya.

4) On the job training (Kalakarya)


On the job training atau in house training SDIDTK adalah salah satu
metode meningkatan kapasitas perawat, bidan, dan petugas gizi dalam
menerapkan SDIDTK dengan metode pendampingan. Metode on the job
training ini lebih efektif karena peserta dipacu untuk lebih aktif & memiliki
kesempatan praktik lebih banyak.
Kegiatan on the job training bisa dilaksanakan di Puskesmas yang sama
dengan pendamping atau peserta on the job training magang ke
Puskesmas lain bilamana Puskesmas lain ini dianggap implementasi
program SDIDTK dan memiliki mentor yang lebih baik, jumlah balita dan
prasekolah yang dilayani SDIDTK lebih banyak.
Beda antara on the job training dengan in house training adalah pada in
house training pendamping datang dari luar Puskesmas, sedangkan on
the job training peserta dan pendamping berasal dari Puskesmas yang
sama atau peserta on the job training belajar ke Puskesmas lainnya.
b. Persiapan Optimalisasi Faktor Pendukung Pelayanan SDIDTK

Kepala Puskesmas harus memastikan bahwa faktor pendukung pelayanan


SDIDTK selalu tersedia, siap pakai dan aman digunakan, sehingga perlu
dilakukan supervisi internal secara berkala. Supervisi internal initerintegrasi
dengan memantau kualitas pelayanan SDIDTK yang diberikan oleh bidan,
perawat, ahli gizi dan tenaga kesehatan lain terkait. Kesiapan logistik dan
ruangan juga dibahas pada saat lokakarya mini.
1) Logistik
Logistik menjadi bagian penting yang tidak terpisahkan untuk pelayanan
SDIDTK.

Harus direncanakan secara benar, dijaga kesinambungan

keberadaannya dan dipastikan siap pakai. Kondisi ini hanya akan tercapai
bilamana didukung dengan mekanime pencatatan dan pelaporan.
Beberapa jenis logistik yang harus disiapkan, antara lain: Buku Pedoman
Pelaksanaan SDIDTK (Revisi), Skrining Kit SDIDTK, Formulir Deteksi
Tumbuh Kembang Anak, Buku KIA, Register SDIDTK, Formulir
Rujukan, Register Kohort Bayi dan Register Kohort Anak Balita dan
Prasekolah.
2) Biaya Operasional
Biaya operasional sangat dibutuhkan pada penerapan SDIDTK baik untuk
kegiatan dalam gedung maupun kegiatan di luar gedung. Biaya
operasional dalam gedung diperlukan guna pemeliharaan logistik
SDIDTK, penggandaan dan lain-lain. Sementara biaya operasional
kegiatan di luar gedung diperlukan untuk transport pelaksanaan SDIDTK
di luar Puskemas.
3) Ruangan
Pelayanan SDIDTK sebaiknya dilakukan di ruangan tertentu mengingat
membutuhkan waktu yang cukup untuk pelayanan, termasuk waktu yang
dibutuhkan menyampaikan KIE

pertumbuhan dan perkembangan

kepada orang tua/ pengasuh balita.


Namun jika belum mempunyai ruangan tertentu dapat menggunakan
ruangan yang dimanfaatkan bersama/multi fungsi dengan pelayanan
kesehatan ibu atau ruang KIA. Pada Ruangan yang digunakan tersedia
tempat melaksanakan pengukuran panjang badan/ tinggi badan, berat
badan,

meja periksa, dan karpet untuk melaksanakan KPSP dan

pemerikasaan test daya dengar, test daya lihat maupun pemeriksaan


Gangguan Mental Emosional.

c. Penerapan SDIDTK
Keberhasilan penerapan SDIDTK adalah bilamana di wilayah tersebut
semua balita dan pra sekolah mendapatkan pelayanan SDIDTK dan
ditindaklanjuti keluarga untuk menstimulasi anak

maupun bilamana

memerlukan rujukan. Tenaga kesehatan diharapkan memfasilitasi keluarga


agar mampu melaksanakan pemantauan dan stimulasi pertumbuhan dan
perkembangan dengan menggunakan buku KIA.
Dalam penerapan SDIDTK perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1) SDIDTK dapat dilakukan baik di dalam maupun di luar gedung
Penerapan SDIDTK dapat dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan,
Posyandu, di TK/RA, Kelompok Bermain, tempat penitipan anak dan
satuan PAUD sejenis.
Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan orang tua/pengasuh
dalam

memantau

tumbuh

kembang

putera/putrinya

dilakukan

penyampaian informasi, komunikasi dan edukasi secara terus menerus


dan bertahap, baik perorangan maupun kelompok dengan menggunakan
buku KIA.
Komunikasi, informasi, dan edukasi pertumbuhan dan perkembangan
bisa dilakukan di dalam gedung Puskesmas maupun di luar gedung
terintegrasi dengan kegiatan lainnya seperi Posyandu, POS PAUD dan
BKB dengan menggunakan alat bantu media yang paling sesuai,
menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami orang
tua/pengasuh. Yang paling penting disini adalah memberi kesempatan
pada orang tua/ pengasuh untuk bertanya hal-hal yang perlu diketahui,
serta ketersediaan waktu untuk mengklarikasi pemahaman dari orang
tua/ pengasuh agar tidak terjadi salah pengertian dan mereka bisa
menindaklanjuti setelah sesampainya di rumah.
Pada kasus tertentu yang membutuhkan koordinasi dengan program lain
seperti gizi, Perkesmas, atau pada kasus-kasus yang sangat memerlukan
kunjungan ulang namun orang tua atau pengasuh tidak melakukan, maka
tenaga kesehatan Puskesmas harus melakukan pelayanan luar gedung
dengan memanfaatkan dana operasional Puskesmas, BOK dan dana
kapitasi sesuai ketentuan yang berlaku.
2) SDIDTK dilakukan oleh tenaga kesehatan, dan tenaga non-kesehatan

SDIDTK dilaksanakan oleh dokter, bidan, perawat, tenaga gizi, tenaga


kesehatan lain terkait pelayanan tumbuh kembang balita dan anak
prasekolah, sesuai dengan kompetensi dan wewenangnya. Kepala
Puskesmas dan dokter memastikan bahwa tenaga kesehatan yang
memberi pelayanan memiliki kemampuan dan patuh pada standar. Untuk
itu perlu dipastikan bahwa semua petugas yang terlibat dalam pelayanan
SDIDTK

selalu

di

perbaharui

pengetahuan

dan

kompetensinya.

Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan dapat melalui pelatihan


Standarisasi SDIDTK, refreshing, in house training maupun On The Job
training (OJT). Tenaga Non Kesehatan seperti Tenaga pendidik PAUD
dan Pembina yang telah terlatih atau tersosialisasi pelayanan SDIDTK
juga diharapkan berperan untuk membantu tenaga kesehatan dalam
pelaksanaan SDIDTK
3) Kiat-kiat dalam mengefisiensikan waktu pelaksanaan SDIDTK
Untuk mengefisienkan waktu pelayanan SDIDTK, pengelompokan umur
dan adanya jadwal pemeriksaan yang terstrukur menjadi kunci penting.
Pada anak kurang dari 24 Bln SDIDTK dilakukan tiap 3 Bln sesuai jadwal.
Adapun anak usia 24-72 Bln setiap 6 Bln. Kegiatan ini dapat dilaksanakan
secara berkala beberapa kali dalam 1 Bln dan dapat pula memanfaatkan
moment yang ada atau dikenal luas oleh masyarakat.
Contoh:
a) Pada pemberian vitamin A di Bln Februari dan Agustus, dilakukan
deteksi pertumbuhan dan perkembangan di posyandu, Pos PAUD,
ataupun TK/RA. Untuk mengefisiensikan pemeriksaan, balita yang
hadir dibagi berdasarkan kelompok umur dan petugas kesehatan
pelaksana pun dibagi dan diberi tugas untuk melaksanakan SDIDTK
kelompok

umur

tertentu.

Konsekuensinya,

dengan

pembagian

kelompok ini akan membutuhkan tenaga kesehatan yang cukup


banyak.
b) Posyandu dan PAUD dilakukan pada hari dan waktu yang sama. Untuk
mengefisiensikan pelaksanaan SDIDTK, balita yang hadir dibagi
berdasarkan kelompok umur. Masing-masing kelompok umur diperiksa
oleh satu orang tenaga kesehatan. Dahulukan pemeriksaan pada
kelompok umur yang lebih muda. Apabila telah selesai pemeriksaan
pada satu kelompok umur, maka pemeriksa dapat melanjutkan
pemeriksaan ke kelompok umur selanjutnya.

c) Di Puskesmas disepakati jadwal pemeriksaan untuk kelompok umur


tertentu, disetiap hari tertentu. Ruangan pemeriksaan dipisahkan
dengan ruang pemeriksaan balita sakit.
4) Penguatan Sistem Informasi dalam menunjang pemantauan penerapan
SDIDTK
Semua

kegiatan

pemantauan

pertumbuhan

dan

pemantauan

perkembangan dicatat pada kohort bayi atau kohort anak balita dan pra
sekolah, register tumbuh kembang serta buku KIA. Pencatatan dan
pelaporan sesuai dengan mekanisme yang berlaku. Penggunaan kohort
bayi, kohort anak balita dan prasekolah dan Buku KIA serta register
tumbuh kembang harus dioptimalkan dalam menunjang pemantauan
penerapan SDIDTK

Jadwal kegiatan dan jenis skrining/deteksi dini penyimpangan


tumbuh kembang pada balita dan anak prasekolah

Umur
Anak

Deteksi Dini
Penyimpangan
Pertumbuhan
BB/TB

LK

0 blan
3 Bln

6 Bln
9 Bln
12 Bln
15 Bln
18 Bln
21 Bln
24 Bln
30 Bln
36 Bln
42 Bln
48 Bln
54 Bln
60 Bln
66 Bln
72 Bln

Deteksi Dini
Penyimpangan
Perkembangan
KPS
P

TDD

Deteksi Dini
Penyimpangan Mental
Emosional
(dilakukan atas indikasi)
TDL

KMPE

MCHAT

GPPH

Keterangan:
BB/TB : Berat Badan terhadap Tinggi Badan
LK
: Lingkar Kepala
KPSP : Kuesioner Pra Skrining Perkembangan.
TDD : Tes Daya Dengar
TDL : Tes Daya Lihat
KMPE : Kuesioner Masalah Perilaku Emosional.
M-CHAT: Modified Checklist for Autism in Toddlers.
GPPH : Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas.
2. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan kegiatan deteksi dini tumbuh kembang anak di
tingkat puskesmas dan jaringannya, menggunakan sistem yang sudah
ada dengan tambahan beberapa formulir untuk mencatat dan melaporkan
kegiatan ini.
PENCATATAN
Puskesmas yang melaksanakan deteksi dini tumbuh kembang anak, perlu
menyediakan formulir pencatatan berikut ini:

a) Formulir deteksi dini tumbuh kembang anak.


Formulir ini digunakan oleh petugas kesehatan di puskesmas untuk
mencatat hasil pemeriksaan/skrining tumbuh kembang anak yang

dilakukan di pada anak balita dan prasekolah yang ke Puskesmas


maupun di Posyandu dan PAUD.
b) Register SDIDTK.
Register SDIDTK merupakan form pencatatan hasil pelaksanaan
SDIDTK. Dengan register ini akan didapatkan data lebih rinci hasil
pemeriksaan

yang

terdiri

dari

pemeriksaan

Pertumbuhan,

Perkembangan, Perilaku Emosional, Autis dan GPPH. Data yang


diperoleh dari Formulir Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak
dipindahkan ke Register SDIDTK.

Dari data Register SDIDTK

didapatkan data gambaran tumbuh kembang anak dan evaluasi


program terkait kesehatan anak, gizi dan promosi kesehatan.
c) Register

Kohort

Kesehatan

Bayi

dan

Register

Kohort

mencatat

hasil

Kesehatan Anak Balita dan Prasekolah.


Setelah

tenaga

pemeriksaan/skrini ng

kesehatan
tumbuh

selesai
kembang

anak

pada

Formulir

Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak, data-data yang ada tersebut


dimasukkan ke Register Kohort Bayi - jika umur bayi 0-1 tahun
atau Register Kohort Anak Balita dan Prasekolah - jika umur anak
1-6 tahun.

PELAPORAN
Pelaporan hasil pelayanan SDIDTK di laporkan secara berjenjang mulai dari
tingkat Puskesmas sampai ke tingkat Pusat . adapun formulir yang digunakan
adalah sebagai berikut:
a) Formulir Laporan Kesehatan Bayi dan Laporan Kesehatan
Anak Balita dan Prasekolah di Puskesmas dan Jaringannya.
Data yang terekam pada Register Kohort Bayi dipindahkan ke Formulir
Laporan Kesehatan Bayi sebagai laporan Blnan. Demikian pula halnya
dengan data yang ada di Register Kohort Anak Balita dan Prasekolah,
juga

dipindahkan ke formulir Laporan Kesehatan Anak Balita dan

Prasekolah.Laporan Kesehatan

Bayi/Laporan Kesehatan Anak Balita

dan Prasekolah dibuat rangkap dua. Lembar pertama laporan Blnan ini
diolah dan dianalisa di tingkat Puskesmas dan hasilnya ditindak-lanjuti
oleh Kepala Puskesmas, yang kegiatannya telah disepakati oleh seluruh
staf puskesmas dan jaringannya pada pertemuan Blnan/lokakarya mini di
puskesmas. Lembar kedua laporan ini dikirim ke Pengelola program KIA

Kabupaten/Kota sebagai laporan Blnan puskesmas. Pelaporan kegiatan


DDTK anak juga menggunakan formulir laporan ini.
b) Formulir

Rekapitulasi

Laporan

Kesehatan

Bayi

dan

Formulir Rekapitulasi Laporan Kesehatan Anak Balita dan


Prasekolah tingkat Kabupaten/Kota.
Di tingkat kabupaten/kota, hasil pelayanan kesehatan anak (termasuk
kegiatan deteksi dini tumbuh kembang anak} yang dilaporkan oleh
puskesmas

melalui

Kesehatan Anak

Formulir

Laporan

Kesehatan

Balita dan Prasekolah, dimasukkan

Bayi/Laporan
ke Formulir

Rekapitulasi Laporan Kesehatan Bayi/Rekapitulasi Laporan Kesehatan


Anak Balita dan

Prasekolah

oleh pengelola

program KIA Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota.
Tingkat kabupaten/kota mengolah

dan

menganalisa laporan

dari

puskesmas puskesmas, dan hasilnya ditindak-lanjuti oleh Kepala Dinas


Kesehatan Kabupaten/Kota, yang kegiatannya telah disepakati oleh
seluruh penanggung jawab program dan lintas sektor terkait dengan
upaya kesehatan dan pembinaan tumbuh kembang anak usia dini.
Rekapitulasi Laporan
Prsekolah

dikirim

ke

Kesehatan
Provinsi

Bayi/Kesehatan

Anak

dalam

laporan

bentuk

Belita

dan

triwulan.

Rekapitulasi laporan triwulan kegiatan DDTK anak juga menggunakan


formulir rekapitulasi ini.
c) MONITORING DAN EVALUASI
Monitoring adalah pengawasan kegiatan secara rutin untuk menilai
pencapaian program terhadap target melalui pengumpulan data mengenai
input, proses dan output secara regular dan terus-menerus.
Evaluasi adalah suatu proses untuk membuat penilaian secara sistematik,
untuk keperluan pemangku kepentingan, mengenai suatu kebijakan, program,
upaya atau kegiatan berdasarkan informasi dan hasil analisis yang
dibandingkan dengan relevansi, efektifitas biaya dan keberhasilan. Data
pemantauan yang baik sering menjadi titik awal bagi suatu evaluasi. Secara
ringkas, evaluasi adalah piranti untuk menjawab Apakah tujuan tercapai atau
tidak dan mengapa?.

Evaluasi pencapaian kegiatan dilakukan secara

berkala (tahunan, tiga- atau lima-tahunan) yang dibandingkan dengan target,


serta identifikasi masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan untuk perbaikan
untuk perioda berikutnya.

Monitoring dan evaluasi dilakukan secara berjenjang mulai dari tingkat Pusat,
Propinsi, Kabupaten/Kota, dan Puskesmas dan jaringannya. Di bawah ini
diuraikan aspek pokok Monitoringdan evaluasi upaya SDIDTK di setiap
tingkat, yang masih perlu dijabarkan lebih lanjut.
Pertemuan

Blnan

di

tingkat

puskesmas

(lokakarya

mini)

dapat

dimanfaatkan untuk memonitor pelaksanaan kegiatan DDTK di posyandu,


puskesmas pembantu, puskesmas, Pos Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
dan sebagainya.
Dalam memonitor hasil kegiatan DDTK, laporan Blnan kegiatan DDTK diolah dan
dianalisa, sehingga setiap puskesmas akan mempunyai data hasil kegiatan DDTK
per desa, per Bln yang mellputi cakupan kontak pertama DDTK; dan jumlah anak
yang tingkat perkembangannya sesuai dan yang menyimpang.

Evaluasi

kegiatan

DDTK

anak

di

puskesmas

dan

jaringannya

dilaksanakan dengan cara mengkaji data sekunder laporan tahunan hasil


kegiatan DDTK, diantaranya dengan membandingkan hasil cakupan
DDTK anak tahun ini dengan tahun-tahun sebelumnya.
llustrasi: Di salah satu desa, Bln ini, cakupan kontak pertama DDTK rendah, jauh
dibawah target yang telah ditetapkan Puskesmas - mengacu ketentuan Standar
Pelayanan Minimal (SPM) Kabupaten. Maka untuk mengejar sasaran/target, Kepala
Puskesmas membuat rencana kerja Bln depan berupa kerjasama dengan guru
guru TK dan bidan di desa, melakukan pemeriksaan/skri ning KPSP pada di
beberapa TK dan Posyandu di desa tersebut. Rencana kerja puskesmas untuk
mengejar DDTK kontak pertama mempunyai nilai yang sangat strategis, oleh karena
semakin tinggi cakupan kontak pertama DDTK (Blnan), maka dalam laporan
tahunan cakupan kunjungan bayi di DDTK setahun 4 kali dan cakupan DDTK anak
balita dan prasekolah setahun 2 kali juga akan meningkat.

Indikator untuk melihat tingkat keberhasilan kegiatan DDTK anak adalah sebagai
berikut:

No

Indikator

Input

Tingkat
Puskes
mas

a. Buku KIA

b. Pedoman SDIDTK

c. Formulir DDTK

d. Register DDTK

e. Reg. Kohort kesehatan


bayi/anak balita
f. Form Laporan Kesehatan
bayi/anak balita
g. Alat SDDTK

Tingkat
Provinsi

Tingkat
Pusat

Proses
a. TOT SDIDTK
b. Pertemuan perencanaan
SDIDTK
c. Monitoring/supervisi SDIDTK

d. Evaluasi SDIDTK

e. Pengadaan Buku KIA

f.

Pengadaan formulir SDIDTK,


kohort dan register SDIDTK
g. Pengadaan alat SDIDTK
3

Tingkat
Kab/
Kota

Output
a. Persentase Puskesmas
dengan tenaga kesehatan
terlatih
b. Persentase cakupan DDTK
kontak pertama
c. Persentase cakupan
kunjungan bayi untuk SDIDTK
4 kali/tahun
d. Balita dan anak prasekolah
dengan penyimpangan gerak
kasar
e. Balita dan anak prasekolah
dgn penyimpangan gerak
halus
f. Balita dan anak prasekolah
dgn penyimpangan bicara
bahasa
g. Balita dan anak prasekolah
dgn penyimpangan sosialisasi
kemandirian
h. Balita dan anak prasekolah
dgn penyimpangan gerak

No

Indikator

kasar
Balita dan anak prasekolah
dgn penyimpangan Daya
Dengar
j. Balita dan anak prasekolah
dgn penyimpangan Daya Lihat
k. Balita dan anak prasekolah
dgn penyimpangan Perilaku
Emosional
l. Balita dan anak prasekolah
dengan risiko Autis
m. Balita dan anak prasekolah
dengan kemungkinan GPPH
n. Cakupan ibu balita dan anak
pra sekolah yang memiliki buku
KIA
i.

Tingkat
Puskes
mas

Tingkat
Kab/
Kota

Tingkat
Provinsi

Tingkat
Pusat

MODUL PELATIHAN
MI.4. STIMULASI DETEKSI DAN INTERVENSI
DINI TUMBUH KEMBANG
(SDIDTK)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


2016

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ..............................................

BAB I. PENDAHULUAN .....................................................................

BAB II. POKOK BAHASAN 1 ..............................................................

Konsep dasar Tumbuh kembang ...........................................


BAB III.POKOK BAHASAN 2 ..............................................................
Pengukuran pertumbuhan anak ...............................................

4
10
10

BAB IV. POKOK BAHASAN 3 .............................................................

11

Stimulasi dan Deteksi dini Tumbuh kembang.........................

11

BAB V.POKOK BAHASAN 4 ...............................................................

21

Intervensi dan Rujukan Penyimpangan tumbuh kembang anak .....

21

BAB VI. POKOK BAHASAN 5.................................................................


Tatakelola SDIDTK di Puskesmas...................................................

28
28

i
LAMPIRAN :

Algoritma Hasil Pengukuran Lingkar Kepala pada Anak


Hasil

Klasifikasi

Ukur lingkar
Pengukuran
Klasifikasik
kepala, lalu beri
an hasil
titik pada kurva
pengukura
Di
atas
kurva
+2 Makro
pertumbuhan
n
lingkar kepala
sefali

Tindakan
Rujuk ke RS

Antara kurva
+2 dan -2

Normal

Jadwalkan
kunjungan berikut

Di bawah
kurva -2

Mikro
sefali

Rujuk ke RS

Algoritma Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)


Tanyakan
kepada
orangtua/penga
suh atau periksa
anak sesuai
petunjuk pada
instrumen KPSP

Hitung
jawaban
"Ya"

Hasil

Interpreta
si

Tindakan

Puji keberhasilan orang


tua/pengasuh. Lanjutkan stimulasi
sesuai umur. Jadwalkan
kunjungan berikutnya
Nasehati Ibu/pengasuh
untuk
Hasil
Interpretasi
Tindakan
Jawaban
Meragu
melakukan stimulasi lebih sering
Pemeriksaan
Ya
kan
dengan penuh kasih sayang.
Tanyakan
Catat
Tidak
ada8
Normal
Puji
keberhasilan
7
atau
Jadwalkan
kunjungan
ulang untuk
setiap
jawaban
jawaban Ya
orangtua/pengasuh. Lanjutkan
2 minggu lagi. Apabila hasil
pertanyaan
YA,
stimulasi sesuai umur. Jadwalkan
pemeriksaan selanjutkany juga
dengan
kunjungan berikutnya 6 Bln lagi
kemudian
meragukan, rujuk ke Rumah Sakit
lambat,
hitung
Kemungkinanrujukan
anak tumbuh
Konseling
kepada orang
kembang
level 1tua
jelas dan Ada 1 jawaban
jumlah
Ya
mengalami masalah
Jawaban
PenyimRujuk ke RS rujukan tumbuh
nyaring
mental emosional
jawaban
Ya
6 atau pangan
kembangJadwalkan
level 1 kunjungan berikutnya
3 Bln lagi, bila tidak ada
kurang
YA
KMPE

Jawaban
Ya
9 atau 10

Algoritma
pemeriksaan

Sesuai
umur

perubahan rujuk ke RS Rujukan


Tumbuh Kembang level 1

Ada 2 jawaban
Ya

Kemungkinan anak
mengalami masalah
mental emosional

Rujuk ke RS Rujukan Tumbuh


Kembang level 1

Algoritma pemeriksaan M-CHAT pada anak diatas 18 Bln


Hasil Pemeriksaan
Tidak ada jawaban Tidak,
ATAU
Jawaban Tidak kurang
dari 2 pertanyaan kritis,
ATAU
Tanyakan pada
orangtua/pengasuh Jawaban Tidak kurang
apakah ada keluhan dari 3 pertanyaan yang
sebagai berikut:
mana saja
Keterlambatan
berbicara,
Hitung
Jawaba
Gangguan
komunikasi/interaksi Jawabann Tidak pada 2
"Tidak"
sosial
atau lebih pertanyaan kritis,
Perilaku yang berulangulang.
ATAU
Apabila ada, tanyakan
Jawaban Tidak 3 atau
keadaan anak sesuai
yang
lembar pemeriksaan lebih pertanyaan

mana saja

Interpretasi

Tindakan

Normal

Puji
keberhasilan
orangtua/ pengasuh
Lanjutkan stimulasi sesuai
UMUR
Jadwalkan
kunjungan
berikutnya 3 Bln lagi
sampai UMUR 2 tahun,
tiap 6 Bln sampai UMUR
72 Bln

Risiko tinggi
autisme

Rujuk ke RS Rujukan
Tumbuh Kembang level 1

Risiko
autisme

Algoritma
GPPH

Hasil
Pemeriksaan

Tanyakan pada
Beri nilai:
orangtua/pengasuh Nilai 0 : jika
Nilai total
apakah ada keluhan keadaan
tersebut
sebagai berikut:
kurang
dari 13
tidak
ditemukan
Anak tidak bisa
pada anak
duduk tenang
Nilai 1: jika keadaan
Anak selalu
tersebut kadangbergerak tanpa
kadang ditemukan
tujuan dan tidak
pada anak
mengenal lelah
Nilai 2: jika
Perubahan
keadaan tersebut
suasana hati yang
sering ditemukan
mendadak/impulsif
pada anak
Apabila ada,
Nilai 3: Jika
Nilai total
13
tanyakan
keadaan
tersebut
keadaan anak
selalu
ada pada
atau lebih
sesuai lembar
anak
pemeriksaan
Hitung total nilai

Tindakan

Normal

Puji keberhasilan
orangtua/pengasuh
Lanjutkan stimulasi sesuai
UMUR
Jadwalkan kunjungan
berikutnya 6 Bln lagi.
Apabila ragu-ragu, ulangi
pemeriksaan 1 Bln lagi

Kemungkinan
GPPH

Rujuk ke fasilitas layanan


kesehatan level 1

Hasil
Pengukuran Zscore

Ukur berat dan


panjang badan, lalu
Klasifikasika
beri titik pada kurva
n status gizi
berat badan menurut
panjang badan

pemeriksaan

Interpretasi

> 2 SD

Status
Gizi
(BB/TB
atau
BB/PB)
Gemuk

-2 SD sampai
dengan 2 SD
-3 SD sampai
dengan -2 SD

Normal

Di bawah -3 SD

Sangat
Kurus

Kurus

Tindakan

1. Tentukan
penyebab
utama anak kegemukan
2. Konseling gizi sesuai
penyebab
Berikan pujian
1. Tentukan
penyebab
utama anak kurus
2. Konseling gizi sesuai
penyebab
Segera rujuk ke
PKM
dengan TFC atau ke RS

Anda mungkin juga menyukai