DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Tujuan .......................................................................................... 3
C. Pengertian ................................................................................... 3
D. Struktur Program .......................................................................... 4
E. Garis Besar Program Pembelajaran ............................................ 6
II. MODUL PELATIHAN ........................................................................ 9
III. PRINSIP UMUM PELATIHAN........................................................... 15
A. Komponen Master of Training ...................................................... 15
B. Komponen Fasilitator/Master Trainer .......................................... 16
C. Komponen ................................ 17
D. Komponen Panitia Penyelenggara .............................................. 21
IV. PROSES PELATIHAN ..................................................................... 23
A. Persiapan .................................................................................... 23
B. Pelaksanaan Pelatihan ............................................................... 2
C. Evaluasi Pelatihan ....................................................................... 26
D. Pelaporan ……………………………………………...............…… 2
V. JAMINAN KUALITAS PELATIHAN DAN TINDAK LANJUT ………… 29
A. Jaminan Kualitas Pelatihan ......................................................... 29
B. Tindak Lanjut .............................................................................. 30
VI. PENUTUP ........................................................................................ 31
Lampiran :
Rencana Evaluasi................................................. ....................... 3
1. .. .......................................... 3
2. Cek ist Untuk Keterampilan Melatih ............................................ 35
3. Evaluasi Materi/Modul Pelatihan ................................................. 37
4. Evaluasi Proses Belajar Me .............................. ................ 38
5. .. .....................................
. . ......................................
Panduan Praktik Kunjungan Lapangan .... ..................................
Jadwal ToT Konseling PMBA ...................... ............................... 4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemenuhan gizi merupakan hak dasar anak. Salah satu upaya untuk
meningkatkan kesehatan dan gizi anak sebagaimana diamanatkan oleh
Undang Undang Dasar Tahun 1945 dan Perjanjian Internasional seperti
Konvensi Hak Anak (Komisi Hak Azasi Anak PBB, 1989, Pasal 24), yakni
memberikan makanan yang terbaik bagi anak usia di bawah 2 tahun. Untuk
mencapai hal tersebut, Strategi Nasional Peningkatan Pemberian ASI dan
MP-ASI merekomendasikan pemberian makanan yang baik dan tepat bagi
bayi dan anak 0-24 bulan adalah: (1) inisiasi menyusu dini segera setelah
lahir minimal selama 1 jam; (2) pemberian ASI eksklusif sampai usia 6 bulan;
(3) memberikan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) mulai usia 6 bulan; (4)
meneruskan pemberian ASI sampai usia 2 tahun atau lebih.
World Health Organization (WHO) dalam Resolusi World Health Assembly
(WHA) nomor 55.25 tahun 2002 tentang Global Strategy of Infant and Young
Child Feeding melaporkan bahwa 60% kematian balita langsung maupun tidak
langsung disebabkan oleh kurang gizi dan 2/3 dari kematian tersebut terkait
dengan praktik pemberian makan yang kurang tepat pada bayi dan anak.
Menyusui secara eksklusif selama 6 bulan merupakan salah satu upaya
pemerintah dalam rangka penurunan angka kematian bayi di Indonesia.
Kebutuhan gizi bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal
sampai usia 6 bulan cukup dipenuhi hanya dari ASI saja karena ASI
mengandung semua zat gizi dan cairan yang dibutuhkan untuk memenuhi
seluruh kebutuhan gizi selama 6 bulan kehidupan.
Berdasarkan pada hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)
tahun 2009-2011, cakupan pemberian ASI eksklusif pada seluruh bayi
dibawah 6 bulan (0–6 bulan) meningkat dari 61,3% pada tahun 2009 menjadi
61,5% pada tahun 2010 tetapi sedikit menurun menjadi 61,1% tahun 2011.
Pemberian ASI Eksklusif 0-6 bulan berdasarkan hasil Susenas tahun 2012
sebesar 63,4%, sedangkan cakupan pemberian ASI Eksklusif pada bayi
sampai 6 bulan sebesar 34,3% pada tahun 2009 menurun menjadi 33,6%
pada tahun 2010 dan sedikit meningkat menjadi 38,5% pada tahun 2011 dan
menurun lagi menjadi 37,9% di tahun 2012.
Kependudukan Indonesia (SDKI) tahun 2007 dan 2012, pada bayi kurang dari
6 bulan praktik pemberian ASI sebanyak 32 % dan susu botol 28 % (2007) lalu
pada tahun 2012 pemberian ASI sebesar 42% dan susu botol menjadi 29%,
yang mengindikasikan meningkatnya peran pemberian makanan selain ASI
yang menghambat perkembangan pemberian ASI Eksklusif. Menurut WHO
tahun 2009, cakupan ASI Eksklusif 6 bulan sebesar 32%. Hasil Riskesdas
tahun 2010 cakupan pemberian ASI Eksklusif untuk bayi laki-laki sebesar
29,0% dan pada bayi perempuan sebesar 25,4%.
Pemberian makan yang terlalu dini dan tidak tepat mengakibatkan banyak
anak yang menderita kurang gizi. Untuk itu perlu dilakukan pemantauan
pertumbuhan sejak lahir secara rutin dan berkesinambungan. Fenomena
“gagal tumbuh” atau growth faltering pada anak Indonesia mulai terjadi pada
usia 4-6 bulan ketika bayi diberi makanan selain ASI dan terus memburuk
hingga usia 18-24 bulan. Hasil Riskesdas 2013 menunjukkan 19,6% balita di
Indonesia yang menderita gizi kurang (BB/U <-2 Z-Score) dan 37,2% termasuk
kategori pendek (TB/U <- 2 Z-Score). Dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) bidang Kesehatan 2010-2014 telah ditetapkan
indikator sasaran kegiatan pembinaan gizi masyarakat yaitu menurunkan
prevalensi gizi kurang menjadi kurang dari 15% dan balita pendek kurang
dari 32%. Salah satu upaya untuk mencapai sasaran tersebut adalah mem-
promosikan pemberian MP-ASI yang tepat jumlah, kualitas dan tepat waktu.
MP-ASI mulai diberikan sejak bayi berumur 6 bulan bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan gizi bayi dan anak selain dari ASI. MP-ASI yang
diberikan dapat berupa makanan berbasis pangan lokal. Pemberian MP-ASI
berbasis pangan lokal dimaksudkan agar keluarga dapat menyiapkan MP-
ASI yang sehat dan bergizi seimbang bagi bayi dan anak 6-24 bulan di rumah
tangga sekaligus sebagai media penyuluhan.
Setiap keluarga yang mempunyai bayi dan anak usia 6-24 bulan
hendaknya mempunyai pengetahuan tentang Pemberian Makanan Bayi
dan Anak (PMBA), agar mampu memberikan ASI ekslusif dan menyiapkan
MP-ASI yang sesuai di masing-masing keluarga. Pendampingan oleh orang
yang terdekat dalam hal ini termasuk kader posyandu sangat penting. Untuk
itu kader posyandu perlu dilatih agar mempunyai pengetahuan tentang ASI
ekslusif dan MP-ASI serta keterampilan pemantauan pertumbuhan dan
keterampilan memberikan konseling.
Peranan tenaga kader posyandu terampil sangat besar terhadap
keberhasilan Pemberian makanan bayi dan Anak (PMBA), peningkatan
pemberdayaan ibu, peningkatan dukungan anggota keluarga serta pening-
katan kualitas makanan bayi dan anak yang akan meningkatkan status gizi
balita. Oleh karena itu keberadaan kader posyandu perlu dipertahankan dan
ditingkatkan.
Untuk melatih kader yang tersebar diseluruh desa di Indonesia agar menjadi
seorang konselor PMBA yang baik, maka perlu dilakukan pelatihan berjenjang. Hal
ini dapat dimulai dengan melatih pelatih Konseling PMBA kader tingkat Propinsi/
Kabupaten dilanjutkan dengan melatih pelatih PMBA kader tingkat Puskesmas
yang diharapkan dapat melatih bidan desa dan kader posyandu didaerahnya.
Pelatihan pelatih Konseling PMBA kader diperoleh melalui suatu proses
pelatihan dengan menggunakan standar kurikulum atau modul yang baku
yaitu modul pelatihan Konseling pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA)
yang dikeluarkan oleh Direktorat Bina Gizi Direktorat Jenderal Bina Gizi dan
KIA tahun 2014. Pelatihan dilakukan selama 6 hari (48 jam) dengan materi
pelatihan yang telah diakui secara internasional.
Seiring dengan era desentralisasi dimana setiap daerah dimungkinkan
untuk melaksanakan pelatihan konseling PMBA maka untuk menjamin
kualitas pelatihan yang optimal diperlukan standarisasi penyelenggaraan
pelatihan yang berbasis kompetensi, baik pelatihan konseling PMBA maupun
pelatihan pelatih konseling PMBA. Berdasarkan kepentingan tersebut maka
disusun Panduan Penyelenggaraan Pelatihan Konseling PMBA dan Pelatihan
Pelatih Konseling PMBA.
B Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberi panduan kepada penyelenggara pelatihan konseling
PMBA dan pelatihan pelatih konseling PMBA agar mampu menye-
lenggarakan pelatihan sesuai standar yang berlaku.
2. Tujuan Khusus
Memahami prosedur penyelenggaraan pelatihan konseling PMBA
dan pelatihan pelatih konseling PMBA.
Menyelenggarakan pelatihan konseling PMBA dan pelatihan pela-
tih konseling PMBA sesuai standar.
Memperoleh tenaga konselor dan fasilitator PMBA yang berkualitas
tinggi.
C. Pengertian
1. Konseling
Konseling adalah suatu proses komunikasi dua arah antara konselor
dan klien yang bertujuan membantu klien untuk memutuskan apa
yang akan dilakukan dalam mengatasi masalah yang dialami oleh
klien. Dalam komunikasi tersebut konselor bukan memberi nasihat
tetapi memberikan informasi dan alternatif pemecahan masalah,
selanjutnya klien memilih dan memutuskan sendiri alternatif yang
terbaik untuk dirinya.
2. Konselor
Konselor adalah orang yang memberikan konseling kepada klien
3. Konselor PMBA
Konselor PMBA adalah orang yang telah mengikuti pelatihan
konseling PMBA dengan modul pelatihan standar UNICEF yang
telah diadopsi oleh Direktorat Bina Gizi.
4. Fasilitator PMBA
Fasilitator PMBA adalah orang yang telah mengikuti Pelatihan
Pelatih PMBA selama 6 hari (48 jam) yang dilanjutkan dengan
melatih kader sebanyak 2 (dua) angkatan yang didampingi oleh
Master Trainer (MT).
5. Master Trainer (MT)
Master Trainer adalah Fasilitator Senior yang pernah lebih dari 3
(tiga) kali menjadi fasilitator dalam kegiatan Pelatihan Pelatih PMBA.
6. Master of Training (MoT)
Master of Training adalah yang bertanggung jawab terhadap seluruh
penyelenggaraan pelatihan, mencakup perencanaan, pelaksanaan,
monitoring dan evaluasi serta pelaporan kegiatan pelatihan konseling
PMBA.
7. Panitia Penyelenggara
Panitia Penyelenggara adalah tim yang bertanggung jawab ter-
hadap penyelenggaraan pelatihan PMBA.
D. Struktur Program
Struktur Program Pelatihan Pelatih Konseling PMBA
WAKTU
No. MATERI JML
T P PL
MATERI DASAR
A. 1. Kebijakan Perbaikan Gizi 1 - - 1
2. Kondisi PMBA di Daerah 1 - - 1
Jumlah A 2 - - 2
B. MATERI INTI
1. Pengertian PMBA
Mengapa PMBA penting (sesi 2) 0,5 0,5
- 1
Situasi umum yang dapat mempengaruhi PMBA 0,5 0,5
- 1
(sesi 3)
Jumlah 1 1 - 2
2. Konseling Menyusui
0.5 1 - 1,5
Rekomendasi Praktik PMBA : Menyusui (sesi 5)
Bagaimana Proses Menyusui (sesi 6)
0.5 1 - 1,5
Kesulitan Menyusui (sesi 11)
0.5 1 - 1,5
Jumlah 1,5 3 - 4,5
3. Konseling MP-ASI
Praktek PMBA yang Dianjurkan ; Pemberian 0.5 1 - 1,5
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) (sesi 7)
Pemberian MP-ASI (sesi 8) - 1 - 1
Jumlah 0,5 2 - 2,5
4. Konseling
-
Bagaimana Melakukan Konseling Bagian I (sesi 4) 1 - 1
-
Bagaimana Melakukan Konseling Bagian II (sesi 10) 0,5 1,5 2
Jumlah 1,5 1,5 - 3
5. Pemantauan Pertumbuhan (sesi 9) 0,5 1,5 - 2
6. Praktek Lapangan
Kunjungan Lapangan I dan Umpan Balik (sesi 12) - - 4 4
Kelompok Berorientasi Tindakan, Kelompok Pen- 1 1 - 2
dukung PMBA dan Kunjungan Rumah (sesi 13)
Kunjungan Lapangan II dan Umpan Balik (sesi 14) - - 4 4
Jumlah 1 1 8 10
7. Gizi dan Kesehatan
Gizi Ibu (sesi 15) 1 0,5 - 1,5
Anak Sakit (sesi 16) 1 0,5 - 1,5
Jumlah 2 1 - 3
8. Penilaian calon Fasilitator
Penilaian setelah pelatihan - 14 - 14
Diskusi harian dan pembahasan alur setiap sesi
Jumlah B 8 25 8 41
MATERI PENUNJANG
1. Membangun Komitmen Belajar 1 2 - 3
C.
- Perkenalan, harapan dan tujuan (sesi 1)
2. Rencana Tindak Lanjut (RTL) (sesi 18) - 2 - 2
Jumlah C 1 4 - 5
JUMLAH TOTAL 11 29 8 48
Keterangan :
T : Teori ;
P : Praktik ;
PL : Praktik Lapangan
1 jam pelajaran @ 60 menit
Tujuan
Pokok Bahasan dan Sub
Pembelajaran Metode Media dan Alat Bantu Referensi
Pokok Bahasan
Khusus (TPK)
Setelah mengikuti
materi ini, peserta
Spidol
kebijakan tentang pemantauan pertumbuhan
Laser pointer
pemberian MP-
ASI
3. Menjelaskan
kebijakan tentang
pemantauan
pertumbuhan
Nomor : MI.1
Materi : Konseling PMBA
Waktu : 33 Jpl (T= 9 Jpl, P: 14 Jpl, PL: 10 Jpl)
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU): Setelah mengikuti materi ini peserta mampu melakukan konseling PMBA
Tujuan Pembelajaran
Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan Metode Media dan Alat Bantu Referensi
khusus (TPK)
2. Menjelaskan situasi 2. Situasi umum yang dapat mempengaruhi PMBA Food model, bahan makanan 3. PP No. 33 tahun
umum yang dapat lokal 2012 tentang
mempengaruhi PMBA Alat dapur dan alat saji Pemberian Air Susu
sederhana Ibu Eksklusif
7
8
5. Menangani kesulitan 5. Penanganan Kesulitan pemberian ASI
pemberian ASI a.
b. Gejala dan pencegahan kesulitan pemberian ASI yang
sering terjadi
c. Cara penanganan kesulitan-kesulitan dalam pemberian ASI
d. Relaktasi
BAB II
MODUL PELATIHAN
Pelatihan konseling PMBA menggunakan modul 48 jam pelajaran dilaksana-
kan selama 6 (enam) hari.
Modul pelatihan konseling PMBA terdiri atas :
C. Materi Penunjang
Sesi 1 Perkenalan, Harapan dan Tujuan serta Membangun
Komitmen Belajar (BLC)
Disampaikan dalam 3 jam, penyampaian materi di dalam
kelas dengan metode sebagai berikut :
- Tujuan pembelajaran 1: permainan menjodohkan
- Tujuan pembelajaran 2: presentasi interaktif
- Tujuan pembelajaran 3: pre tes tidak tertulis
- Tujuan pembelajaran 4: kerja kelompok @ 3 orang
- Tujuan pembelajaran 5: diskusi interaktif
Peralatan yang digunakan: Potongan gambar kartu kon-
seling sejumlah peserta, Kertas warna, dua warna, Soal
BAB III
PRINSIP UMUM PELATIHAN
Instansi setempat
c. Memperoleh honorarium sesuai ketentuan yang berlaku
d. Memperoleh biaya transportasi sesuai ketentuan yang berlaku
4. Kewajiban Peserta
a. Mentaati ketentuan dan tata tertib pelatihan
b. Aktif mengikuti semua sesi modul pelatihan, termasuk praktik
kunjungan lapangan
c. Menyelesaikan tugas-tugas pelatihan yang diberikan oleh
fasilitator, baik di kelas maupun di tempat praktik kunjungan
lapangan selama pelatihan berlangsung
d. Memberikan umpan balik dengan mengisi formulir evaluasi
harian
5. Hak Peserta
a. Memperoleh akomodasi dan konsumsi yang memadai
b. Memperoleh buku panduan fasilitator, buku panduan peserta,
Kartu Konseling, brosur dan booklet
PMBA
d. Memperoleh biaya transportasi sesuai ketentuan yang berlaku
6. Prinsip-prinsip Pelatihan
Proses pembelajaran dalam pelatihan ini menggunakan prinsip
pembelajaran orang dewasa yang menempatkan peserta sebagai
orang yang memiliki pengetahuan, pengalaman, keterampilan dalam
melaksanakan Konseling ASI/MP-ASI/Pemantauan pertumbuhan.
Pengalaman dan potensi yang ada pada peserta adalah aset yang
harus digali dalam proses pembelajaran. Pelatihan ini berbasis
kompetensi yang memungkinkan peserta untuk mengembangkan
keterampilan langkah demi langkah dalam memperoleh kompetensi
yang diharapkan dalam pelatihan. Setelah mengikuti pelatihan peserta
diharapkan mampu melaksanakan tugas sebagai pelatih konseling
PMBA.
Secara terperinci pelatihan ini menggunakan prinsip pembelajaran
orang dewasa (andragogi), yaitu bahwa selama pelatihan peser-
ta berhak untuk didengarkan dan dihargai pengalamannya, diper-
timbangkan ide dan pendapatnya, sejauh berada di dalam konteks
pelatihan tidak dipermalukan, dilecehkan ataupun diabaikan kebe-
radaannya
terbuka
g. Melakukan evaluasi (terhadap penyelenggara maupun fasilitator)
dan dievaluasi tingkat pemahaman dan kemampuannya dalam
Konseling PMBA
h. M
kompetensi yang diharapkan pada akhir pelatihan
Peserta untuk Pelatihan konseling PMBA bagi Kader
1. Kriteria Peserta
Peserta pelatihan harus kader posyandu dan bidan desa. Pelatihan
konseling PMBA ditentukan oleh peserta yang berminat dan
bersedia melaksanakan pelatihan.
Syarat peserta pelatihan konseling PMBA adalah Kader/Bidan di
desa:
a. Ditugaskan oleh pimpinan/ Kepala Desa/ Lurah/PKK yang dire-
komendasi oleh petugas Puskesmas.
b. Berminat dan memiliki motivasi yang tinggi terhadap pencapaian
keberhasilan PMBA dan percaya bahwa PMBA yang baik dan
benar itu penting
c. Memiliki komitmen untuk membantu tenaga kesehatan, kader,
ibu/pengasuh tentang PMBA
d. Memiliki kemauan dan hadir 100% selama pelatihan.
Dalam proses pemilihan kader yang pertama dipastikan adalah
persyaratan menjadi peserta tertulis dalam surat undangan untuk
pelatihan. Kemudian kepala desa bersama dengan kader dan
bidan desa dan/atau tenaga pelaksana gizi/TPG dari Puskesmas
(staf puskesmas) mengadakan diskusi untuk memilih kader yang
akan mengikuti pelatihan. Mereka mencalonkan calon peserta
pelatihan dari masing-masing desa terdiri dari 2 (dua) orang yaitu
kader Posyandu yang juga merupakan kader PNPM Generasi Sehat
Cerdas. Setelah semua setuju dengan kader terpilih, Kepala desa
akan menugaskan kader untuk mengikuti pelatihan.
2. Hak panitia:
a. Memperoleh akomodasi dan konsumsi sesuai ketentuan yang
berlaku.
b. Memperoleh honorarium sesuai ketentuan yang berlaku
c. Memperoleh biaya transportasi sesuai ketentuan yang berlaku
d. Memperoleh surat keputusan (SK) sebagai panitia
BAB IV
PROSES PELATIHAN
Untuk setiap angkatan pelatihan, terdapat 2 kegiatan pokok yang harus
dilakukan dengan baik, yaitu kegiatan persiapan dan pelaksanaan.
A. Persiapan Pelatihan
1. Penetapan waktu
a. Jadwal pelatihan hendaknya ditetapkan 1 (satu) bulan sebelum
pelaksanaan pelatihan
b. Waktu untuk pelatihan pelatih konseling PMBA selama 6 hari
efektif (48 jam).
c. Waktu pelatihan konseling PMBA selama 3 atau 6 hari efektif
(24 jam).
2. Tempat Pelatihan
a. Tempat pelatihan pelatih (TOT) PMBA dapat dilakukan di Ibu
Kota Provinsi atau Ibu Kota Kabupaten
b. Tempat pelatihan konseling PMBA diupayakan dekat dengan lokasi
tempat tugas peserta atau lokasi tempat tinggal kader dan lokasi
praktik lapangan
c. Pelatihan diselenggarakan di dalam ruang/kelas
d. Praktik kunjungan lapangan dilaksanakan di fasilitas
pelayanan kesehatan (puskesmas dan posyandu) atau dengan
mendatangkan responden ke lokasi pelatihan
e. Praktik menyiapkan MP-ASI dilakukan di tempat pelatihan
3. Penetapan MoT dan Panitia Penyelenggara
a. MoT dan panitia penyelenggara yang akan terlibat dalam
pelatihan ditetapkan sejak jadwal pelatihan disusun.
b. MoT dan panitia penyelenggara ditetapkan oleh pihak yang
berwenang.
4. Penetapan Fasilitator/Pelatih
a. Fasilitator yang akan terlibat dalam pelatihan ditetapkan sejak
jadwal pelatihan disusun
b. Undangan permintaan untuk fasilitator dikirim ke Direktur Bina
Gizi, Kementerian Kesehatan RI atau instansi terkait lainnya,
paling lambat 2 minggu sebelum pelaksanaan pelatihan.
c. Fasilitator yang sudah ditentukan dan berhalangan, fasilitator
wajib melaporkan ke panitia minimal 4 hari sebelum pelaksanaan.
D. Pelaporan
Panitia pelatihan diwajibkan membuat laporan pelaksanaan pelatihan
1 (satu) minggu setelah berakhirnya pelatihan. Laporan dikirim ke
Direktorat Bina Gizi Kementerian Kesehatan melalui Sekretariat
Nasional PKGBM dan tembusannya disampaikan ke MCA-Indonesia.
Laporan hanya memuat hal/isu yang berkaitan dengan pelatihan saja.
Jumlah halama pelaporan dianjurkan 3- 5 halaman.
e. Evaluasi peserta
Evaluasi berupa nilai pre-test dan post-test seluruh peserta (dapat
terlampir)
Contoh format eavaluasi individu
Provinsi:
Kabupaten:
Kecamatan:
Desa:
No Nama Peserta Score pre-test Score post-test
1
2
3
dst
BAB V
JAMINAN KUALITAS PELATIHAN
DAN TINDAK LANJUT
B. Tindak Lanjut :
Lokakarya berkala untuk mengevaluasi dan perencanaan pelatihan
PMBA setiap enam (6) bulan. Workshop ini akan dihadiri oleh MT/
fasilitator, dan perwakilan panitia. Workshop ini akan membahas
pengalaman Dinas Kesehatan Propinsi atau Dinas Kesehatan Kabu-
paten dalam melaksanakan pelatihan. Isu yang diangkat dalam work-
shop juga akan dibahas untuk meningkatkan kualitas pelatihan serta
rencana untuk pelatihan berikutnya.
BAB VI
PENUTUP
Keberadaan, kemampuan dan keterampilan konselor PMBA sangat menen-
tukan kualitas makanan balita yang pada akhirnya dapat meningkatkan status
gizi balita. Status gizi balita ditentukan oleh status gizi ibu selama hamil. Ibu
hamil dianjurkan makan lebih banyak dari biasanya dan mengonsumsi tablet
tambah darah selama kehamilan dan memeriksakan kehamilannya secara
teratur di fasilitas pelayanan kesehatan.
Konselor PMBA diharapkan dapat membantu para ibu agar dapat mem-
berikan PMBA sejak bayinya berusia 0-24 bulan. Konselor PMBA yang
terampil dihasilkan dari suatu proses pelatihan yang sesuai standar. Daerah
atau institusi yang menyelengarakan pelatihan pelatih konseling PMBA dan
pelatihan konseling PMBA, menggunakan panduan penyelenggaraan yang
disusun oleh Direktorat Bina Gizi, dalam rangka menjaga kualitas pelatihan
agar tetap sesuai standar.
Penyusun panduan ini sangat mengharapkan agar para penyelenggara
pelatihan konseling PMBA dapat dengan tertib mengikuti seluruh isi panduan.
Mudah-mudahan dengan mengikuti panduan penyelenggaraan pelatihan
konseling PMBA ini dapat dihasilkan konselor PMBA yang berkualitas.
LAMPIRAN :
Rencana Evaluasi :Instrumen Evaluasi/Soal Evaluasi (terlampir)
Evaluasi
1. Pre-test dilakukan pada awal pelatihan untuk mengetahui tingkat
pengeahuan peserta sebelum dilakukan pelatihan.
2. Evaluasi terhadap fasilitator oleh peserta, dilakukan setiap hari
dengan menggunakan formulir evaluasi fasilitator.
3. Evaluasi terhadap materi/modul pelatihan oleh peserta dilakukan
setiap hari, dengan menuliskan materi/modul apa yang masih
belum jelas.
4. Evaluasi proses belajar untuk menindaklanjuti hasil evaluasi. Setiap
malam, fasilitator memproses hasil evaluasi dan menentukan
rencana tindak lanjut.
5. Post-test dilakukan pada akhir pelatihan untuk mengetahui tingkat
pengeahuan peserta setelah dilakukan pelatihan.
6. Evaluasi keseluruhan pelatihan dilakukan di akhir pelatihan.
7. Evaluasi pasca pelatihan.
Ibu hamil perlu makan satu porsi lebih banyak per hari
4
dibanding biasanya
Catatan :
Penggunaan Materi:
Siapkan secara seksama materi yang akan dibawakan – siapkan
peralatan yang dibutuhkan
Siapkan orang yang membantu anda (contoh untuk bermain peran)
sebelum sesi – berlatihlah jika memungkinkan
Ikuti buku Petunjuk yang ada tetapi berbicaralah dengan bahasa sendiri
Ikuti rencana sesi secara akurat dan lengkap – gunakan Petunjuk
Pelatih/Fasilitator
Tekankan pada hal-hal yang penting – jangan biarkan hal-hal penting
terabaikan
Penyampaian materi dilakukan dengan cara menggali informasi lebih
banyak dari peserta
37
Panduan Penyelenggaraan Pelatihan Konseling
Hari : ……………………………………………
Tanggal : ……………………………………………
Topik : …………………………………………....
Pelatih/Fasilitator : …………………………………………....
Isilah angka penilaian Saudara dengan jujur, serahkan kepada penyelenggara
dan tidak perlu mencantumkan nama.
No Kegiatan Nilai Usul dan Saran
Kesesuaian antar materi pelajaran dan tujuan
1
pelatihan
2 Urutan penyampaian isi mata ajaran
Penguasaan pelatih/fasilitator terhadap materi yang
3
diberikan
4 Cara penyampaian pelajaran
Kesesuaian dan kemampuan penggunaan alat
5
peraga dengan pelajaran
Penggunaan bahan/materi dengan lembar tugas/
6
latihan
Kesesuaian penggunaan waktu yang tersedia
7
dengan tujuan belajar
8 Daya simpatik, gaya dan sikap terhadap peserta
9 Penguasaan bahasa
10 Pemberian motivasi
Keterangan :
90 – 100 : dengan pujian
85 – 89.99 : sangat memuaskan
80 – 84.99 : memuaskan
75 – 79.99 : baik sekali
70 – 74.99 : baik
65 – 69.99 : cukup
< 65 : kurang
Catatan :
A. Fasilitator :
No. Materi Penilaian
1. Bagaimana metoda penyampaian materi oleh fasilitator? A B C D E
2. Bagaimana fasilitator menggunakan waktu? A B C D E
Bagaimana kemampuan fasilitator dalam memimpin
3. A B C D E
semua kegiatan
Apakah fasilitator dapat menggugah semangat, sehingga
4. para peserta dapat berperan aktif dalam proses belajar- A B C D E
mengajar
5. Apakah fasilitator dapat mencapai tujuan khusus materi? A B C D E
B. Materi Pelatihan
No Materi Penilaian
Apakah materi yang diberikan sesuai dengan kebutuhan
1. A B C D E
Saudara ?
2. Apakah materi pelatihan dapat Saudara manfaatkan ? A B C D E
Apakah materi yang diberikan bermanfaat dalam
3. meningkatkan pengetahuan dan keterampilan Saudara A B C D E
mengenai PMBA ?
4. Apakah waktu yang disediakan telah sesuai ? A B C D E
A. Pendahuluan
Salah satu materi dalam pelatihan pelatih konseling PMBA dan pela-
tihan konseling PMBA adalah praktik kunjungan lapangan untuk
melaksanakan konseling PMBA pada pengasuh dan mempraktikan
kelompok berorientasi tindakan serta kelompok pendukung PMBA.
Melakukan praktik kunjungan lapangan di Masyarakat dan Posyandu
merupakan salah satu persyaratan yang harus dikerjakan oleh pe-
serta, untuk mempraktikkan sesi-sesi dalam modul yang telah didapat
di kelas.
Praktik juga diperlukan untuk memberikan bantuan kepada para ibu/
pengasuh dalam memantau pertumbuhan anaknya di Posyandu.
Praktik kunjungan lapangan dilakukan secara bertahap sebanyak 2
(dua) kali kunjungan.
B. Tujuan
Tujuan Umum:
Tersedianya tenaga Pelatih Konseling PMBA dan Konselor PMBA,
yang dapat melaksanakan pelatihan Konseling PMBA dan memberikan
konseling PMBA kepada ibu/pengasuh.
Tujuan Khusus:
1. Mempraktikkan konseling PMBA dengan benar
2. Mempraktikkan Kelompok Berorientasi Tindakan dan Kelompok
Pendukung PMBA.
3. Mengetahui kekuatan dan kelemahan peserta dalam melakukan
Konseling PMBA, Kelompok Berorientasi Tindakan dan Kelompok
Pendukung PMBA
D. Proses
Sebelum praktik dimulai, penyelenggara pelatihan bersama dengan
Fasilitator menyiapkan tempat praktik di Posyandu atau lapangan,
hal-hal yang disiapkan antara lain :
a. Surat permintaan untuk praktik dikirim 2 minggu sebelum
pelaksanaan praktik
b. Di lokasi praktik lapangan II sebaiknya tersedia 1 ruangan besar
dan beberapa ruang lebih kecil.
c. Pengecekan lokasi praktik minimal 1 minggu sebelum pelaksanaan
praktik. Segera atasi masalah apabila lokasi praktik tidak memenuhi
persyaratan.
d. Menyiapkan sarana transportasi untuk mengangkut peserta dari
tempat pelatihan ke lokasi praktik.
Sasaran praktik kunjungan lapangan 1 (satu) adalah pasangan
Ibu/pengasuh dan bayi/anak usia 0 – 24 bulan sebanyak
peserta pelatihan.
Sasaran praktik kunjungan lapangan 2 (dua) untuk kelompok
berorientasi tindakan adalah, aparat pemerintah di tingkat
kelurahan/desa, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh
pemuda, RW, RT, TP-PKK, kader, ibu hami, dan ibu baduta
sebanyak minimal 10 orang dan untuk kelompok pendukung
PMBA adalah, ibu yang mempunyai baduta dan ibu hamil
sebanyak 6-10 orang.
Hari III
Sesi 7 : Praktek PMBA yang
Flipchart, Spidol,
Dianjurkan
08.00-10.00 gambar menu aneka
Pemberian MP-ASI 6-24
ragam makanan
bulan
10.00-10.15 Istirahat
Hari V
Sesi 10 : Bagaimana melakukan
Flipchart, Spidol,
08.00-10.00 konseling
boneka
(2)
10.00-10.15 Istirahat
Sesi 12 : Praktek Lapangan :
Praktek
10.15-12.30
Konseling
Hari ke VI
08.00-08.30 Post test
08.30-09.30 RTL (Rencana Tindak Lanjut)
09.30-10.00 Diskusi Pohon Harapan
1 0 . 0 0
Penutupan
selesai
3 Gunting
4 Selotif kertas sedang
5 Hekter
6 Karton manila Hrpn & hawatir
7 Poster KMS
3 gelas jernih (dengan ukuran
8
identik).
Cangkir lokal (contoh, termasuk
9
yang ukuran 250 ml)
10 Berbagai tipe makanan setempat
11 Studi kasus konseling
C Bahan Praktik
1 Boneka
2 Kaos kaki
3 Handuk
4 Kapas/dakron
5 Gelas ukur
6 Karet gelang
7 Kacang
8 Bahan makanan
9 Makan matang
10 Bahan kontak balita
11 Contoh Taburia
12 Vitamin A
13 Saringan
14 Mangkuk dan alat-alat/ sendok
3 gelas jernih (dengan ukuran
15
identik).
Cangkir lokal (contoh, termasuk
16
yang ukuran 250 ml)
17 Berbagai tipe makanan setempat
18 Studi kasus konseling
19 Properti setiap sesi 16 sesi
D Lain-Lain
1 Undangan peserta
2 Ruang pelatihan
3 Tikar/alas
Provinsi :
Kabupaten:
Jenis Sesi Yang
No Nama Peserta Desa Asal Kecamatan
Kelamin Diselesaikan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Propinsi:
Kabupaten:
Kecamatan:
Desa:
No Nama Peserta Score Pre test Score Post test
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14