Anda di halaman 1dari 10

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap orang ingin mempunyai anak yang cerdas karena kecerdasan adalah
modal penting bagi si anak untuk mengarungi kehidupan. Generasi yang sehat dan
cerdas diharapkan dapat menjadi tonggak kemajuan bangsa. Hal ini pula yang
menjadi tanggungjawab orangtua sebagai orang yang paling dekat dengan anak. 1
Sebagai orangtua masa kini, kita seringkali menekankan agar anak kita menjadi
orang yang berprestasi dalam semua bidang. Misalnya, kita ingin mereka menjadi
juara dengan harapan ketika dewasa mereka bisa memasuki perguruan tinggi yang
bergengsi. Kita sebagai bagian dari masyarakat memiliki kepercayaan bahwa
sukses di sekolah adalah kunci untuk kesuksesan hidup di masa depan. Namun
dalam kenyatannya kita tidak bisa mengingkari bahwa sangat sedikit orang-orang
yang sukses di dunia ini yang menjadi juara di masa sekolah.2
Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan
kepada anak sejak lahir sampai usia enam tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani, agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
jenjang pendidikan lebih lanjut.3Proses pembelajaran pada anak usia dini
hendaknya dilakukan dengan tujuan memberikan konsep-konsep dasar yang
memiliki kebermaknaan bagi anak melalui pengalaman nyata yang
memungkinkan anak untuk menunjukkan aktivitas dan rasa ingin tahu.4
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 tahun 2009 tentang standar
nasional pendidikan anak usia dini dan tingkat pencapaian perkembangan
menggambarkan pertumbuhan dan perkembangan yang diharapkan dicapai anak

1
Sri Widayati, dan Utami Widijati, Mengoptimalkan 9 Zona Kecerdasan Majemuk Anak
(Jogjakarta: LUNA PUBLISHER, 2008), hlm. 1.
2
Ibid, h. 23
3
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 14
4
Tatik Ariyanti, “Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini Bagi Tumbuh Kembang Anak” dalam
Jurnal Dinamika Pendidikan Dasar Volume 8, No 1, Maret 2016 : 50 - 58

1
2

pada rentang usia tertentu. yaitu aspek pemahaman nilai nilai agama, moral, fisik,
kognitif, bahasa, dan sosial emosional.5
Pada perkembangan seorang manusia, perkembangan fisik-motorik
memegang peran yang sama pentingnya dengan perkembangan kognisi, perilaku
sosial, dan kepribadian.
Dalam makalah ini akan coba di paparkan tentang “Penanganan Kesulitan
Belajar Motorik dan Terapi Bermain”.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Gangguan Perkembangan ?
2. Bagaimana gangguan motorik pada anak ?
3. Apa itu terapi bermain ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Apa itu Gangguan Perkembangan
2. Untuk mengetahui Bagaimana gangguan motorik pada anak
3. Untuk mengetahui Apa itu terapi bermain
D. Manfaat Tulisan
1. Mahasiswa mampu mengetahui Apa itu Gangguan Perkembangan
2. Mahasiswa mampu mengetahui Bagaimana gangguan motorik pada anak
3. Mahasiswa mampu mengetahui Apa itu terapi bermain

5
Permendiknas Nomor 58 tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini Pasal 1 ayat 1

2
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Perkembangan
Istilah perkembangan berarti serangkaian perubahan progresif yang terjadi
sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. 6 Seifert dan Hoffnung
mendefinisikan perkembangan sebagai “Longterm changes in a person’s growth
feelings, patterns of thinking, social relationships, and motor skills”. 7 Sementara
itu, Dianie E papalia mengartikan perkembangan sebagai perubahan yang
berkesinambungan dan progresif dalam organisme dari lahir sampai mati,
pertumbuhan, perubahan dalam bentuk dan dalam integrasi dari bagian-bagian
jasmaniah ke dalam bagian-bagian fungsional, dan kedewasaan atau kemunculan
pola-pola asasi dari tingkah laku yang tidak dipelajari.8
Menurut Van den Daele “Perkembangan berarti perubahan secara kualitatif”.
Ini berarti bahwa perkembangan bukan sekedar penambah beberapa sentimeter
pada tinggi badan seseorang atau peningkatakn kemampuan seseorang, melainkan
suatu proses integrasi dari banyak struktur dan fungsi yang kompleks. 9 Menurut
F.J. Monks, pengertian perkembangan menunjuk pada “suatu proses ke arah yang
lebih sempurna dan tidak dapat diulang kembali”. Perkembangan menunjuk pada
perubahan yang bersifat tetap dan tidak dapat diputar kembali. Perkembangan
juga dapat diartikan sebagai proses yang kekal dan tetap yang menuju ke arah
suatu organisasi pada tingkat integrasi yang lebih tinggi, berdasarkan
pertumbuhan, pematangan, dan belajar. 10
Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik suatu kesimpulan umum, bahwa
yang dimaksud dengan perkembangan adalah perkembangan itu tidak terbatas
pada pengertian pertumbuhan semakin membesar, melainkan di dalamnya juga

6
Elizabeth B. Hurlock Perkembangan Anak (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1978) h 2
7
Seifert K.L. dan Hoffnung R.J. Child and Adolescent Development (Boston: Houghton Mifflin
Company, 1994) h 9
8
Diane E. Papalia, et. Al Human Development Psikologi Perkembangan (Jakarta, 2008) h. 3
9
Van den Daele, Psikologi Perkembangan (Jakarta: Elizabeth B.Hurlock, 1976.) h. 128
10
Monks, dkk, Psikologi Perkembangan (Yogyakarta: Universitas Gajah Mada, 2001) h.1

3
4

terkandung serangkaian perubahan psikis yang berlangsung terus-menerus dan


bersifat tetap dari fungsi-fungsi jasmaniah dan rohaniah yang dimiliki individu.
Gangguan perkembangan merupakan gangguan keterampilan motorik yang
terjadi karena adanya keterlambatan dalam perkembangan gerakan dan koordinasi
pada anak. Akibatnya, anak tidak dapat atau kesulitan untuk melakukan tugas
sehari-hari.
Gangguan tumbuh kembang adalah kondisi individu mengalami gangguan
kemampuan bertumbuh dan berkembang sesuai dengan kelompok usia.
11
Gangguan tumbuh kembang adalah kegagalan untuk tumbuh dan berkembang
dimana sebenarnya anak tersebut lahir dengan cukup bulan, akan tetapi dalam
pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya mengalami kegagalam dalam
pertumbuhan fisik dengan malnutrisi dan retardasi perkembangan social atau
motorik.
B. Gangguan Motorik pada Anak
Perkembangan motorik adalah tahapan pencapaian kemampuan anak yang
kompleks dalam mengendalikan otot tubuh. Perkembangan motorik dibagi
menjadi dua, yaitu:
1. Perkembangan keterampilan motorik kasar (seperti menegakkan kepala,
duduk, berdiri dan berjalan)
2. Perkembangan keterampilan motorik halus (seperti menggenggam,
melepaskan serta memanipulasi objek)
Banyak faktor yang memengaruhi perkembangan motorik
anak seperti kematangan saraf, kondisi otot tulang dan sendi, kemampuan indra
sensori (penglihatan, pendengaran, sensasi raba taktil, vestibuler), kecerdasan
anak serta stimulasi dari lingkungan.
Berikut tanda-tanda keterlambatan perkembangan motorik kasar pada anak:
a. Posisi anak terlihat asimetris kanan dan kiri saat berbaring atau telungkup
b. Gerakan lengan dan tungkai terlihat asimetris kanan dan kiri
c. Anak terlihat kaku

11
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 1,
(Jakarta : Persatuan Perawat Indonesia, 2016)

4
5

d. Jika diangkat dan diberdirikan, kedua tungkai anak menyilang


e. Belum dapat berguling setelah usia 8 bulan
f. Belum dapat duduk tanpa topangan setelah usia 8 bulan
g. Belum dapat berjalan tanpa topangan setelah usia 1,5 tahun
Berikut tanda-tanda keterlambatan perkembangan motorik halus pada anak:
1. Posisi kedua tangan mengenggam walaupun sudah diberi rangsangan untuk
membuka (misal dengan mainan) setelah usia 3 bulan
2. Kedua lengan dan tangan cenderung berada di samping tubuh
3. Gerakan lebih aktif pada salah satu tangan
4. Anak kesulitan meraih dan menggenggam benda
5. Anak tidak dapat mengarahkan kedua tangannya ke tengah tubuh (misalkan
tepuk tangan) setelah usia 8 bulan
6. Anak tidak dapat menggenggam benda dengan kedua tangan
7. Anak kesulitan melepaskan benda yang sedang digenggam setelah usai 1,5
tahun
8. Anak jarang menatap kearah tangan terutama ketika sedang meraih atau
menggenggam benda
C. Terapi Bermain
1. Definisi Terapi Bermain
Landreth berpendapat bahwa bermain sebagai terapi merupakan salah satu
sarana yang digunakan dalam membantu anak mengatasi masalahnya, sebab bagi
anak bermain adalah simbol verbalisasi. Terapi bermain dapat dilakukan didalam
ataupun diluar ruangan. Terapi yang dilakukan didalam ruangan sebaiknya
dipersiapkan dengan baik terutama dengan alat-alat permainan yang akan
digunakan.12 Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa terapi bermain adalah terapi
yang menggunakan alat-alat permainan dalam situasi yang sudah dipersiapkan
untuk membantu anak mengekspresikan perasaannya, baik senang, sedih, marah,
dendam, tertekan, atau emosi yang lain.
2. Macam-macam Pendekatan Terapi Bermain
Macam-macam model dalam terapi bermain adalah :

12
Landreth, G. L, Innovations in play therapy (Philadelphia: Brunner- Routledge, 2001).

5
6

a. Model Adlerian, Model ini menggunakan dasar teori Psikologi Individual


Adler, dengan dasar filosofi yaitu kehidupan sosial perlu untuk dimiliki,
perilaku adalah tujuannya, melihat hidup secara subyektif dan hidup adalah
sesuatu yang khusus dan kreatif. Model ini digunakan untuk anak dengan
kegagalan dalam berinteraksi sosial dan salah dalam mempercayai gaya
hidupnya.
b. Model Terapi Client-Centered, Teori yang mendasari adalah teori Rogers,
yang berpandangan bahwa motivasi internal yang dimiliki anak-anak
mendorong pertumbuhan dan aktualisasi diri. Terapi bermain dengan
pendekatan Client Centered Non Directive (terapi yang berpusat pada anak
secara tidak langsung), ini sesuai untuk anak-anak yang mengalami
ketidaksesuaian antara kejadian hidup dengan dirinya.
c. Model Kognitif-Behavioral, Model ini berpandangan bahwa anak memiliki
pikiran dan perasaan yang sama seperti orang dewasa yaitu ditentukan melalui
bagaimana anak berfikir tentang diri dan dunianya. Model ini digunakan untuk
menangani anak dengan kepercayaan irrasional yang membawanya keluar dari
perilaku maladaptif.
d. Model Ekosistemik, Dasar yang digunakan adalah teori dari terapi realitas,
yang mempunyai pandangan bahwa berada dalam interaksi terhadap
lingkungan dapat mempengaruhi perkembangan.
e. Model Eksistensialisme, Memiliki pandangan bahwa anak-anak adalah
manusia berguna, unik, ekspresi diri dan pertolongan terhadap diri sendiri
mendorong aktualisasi diri. Pendekatan ini menangani anak-anak yang
mengalami kesulitan untuk berkembang sesuai dengan keunikannya yang
melemahkan pertumbuhandirinya sehingga mengalami penolakan dalam
menjalin hubungan dengan teman-temannya.
f. Model Gestalt, Model Gestalt melihat manusia secara total, dilahirkan dengan
fungsi utuh. Pendekatan ini untuk terapi anak yang mengalami kesulitan
bertumbuh secara alami, anak yang mencoba untuk memenuhi kebutuhan
dengan cara yang tidak biasa, dan memiliki pengalaman luka baik secara fisik
maupun psikologis.

6
7

g. Model Jungian, Didasarkan pada teori analitik Jung, yang melihat bahwa
psikis terdiri dari ego, ketidaksadaran diri, dan ketidaksadaran kolektif,
kekuatan menyembuhkan adalah bawaan. Pendekatan ini biasanya digunakan
untuk membantu anak yang mengalami ketidakseimbangan psikis, ego tidak
dapat menjebatani antara dunia luar dan dalam dirinya.
h. Model Psikoanalitik, Pendekatan ini menggunakan teori psikoanalisa
tradisional, yang memiliki dasar filosofi tentang anak yaitu anak memiliki rasa
takut, memerlukan rasa aman, berusaha berhubungan dengan tuntutan
lingkungan. Pendekatan ini sesuai untuk anak yang mengalami konflik
internal, kekawatiran, represi, hambatan perkembangan, dan agresivitas.
3. Tujuan Terapi Bermain
Tujuan terapi bermain adalah:
a. Menciptakan suasana aman bagi anak-anak untuk mengekspresikan diri
mereka Terapi Bermain Untuk Mengatasi Permasalahan Pada Anak.
b. Memahami bagaimana sesuatu dapat terjadi, mempelajari aturan sosial dan
mengatasi masalah mereka
c. Memberi kesempatan bagi anak-anak untuk berekspresi dan mencoba sesuatu
yang baru.
4. Teknik Terapi Bermain
a. Permainan boneka
Boneka memberikan suatu cara yang tidak mengancam untuk anak-anak
bermain di luar pikiran dan perasaan mereka. Selama bermain dengan boneka
anak-anak melakukan beberapa hal seperti berikut ini :
1) Mengidentifikasikan diri dengan boneka
2) Memproyeksikan perasaan sendiri dalam figur permainan
3) Memindahkan konfliknya dalam figur permainan
Dalam permainan boneka, terapis mendapatkan informasi tentang :
Pandangan pikiran anak, Perasaan anak, Tingkah laku anak.

7
8

b. Permainan boneka wayang


Gerakan wayang atau boneka memungkinkan anak menceritakan
ceriteraceritera yang kaya dalam bentuk simbol dan untuk menciptakan fantasi-
fantasi mereka. Manfaat permainan boneka wayang :
1) Melalu gerakan boneka, anak dapat menghadapi pikiran dan perasaan yang
sulit untuk mereka akui sebagai diri sendiri.
2) Dengan menggunakan boneka, anak dapat menciptakan orang lain dan
berinteraksi serta mengungkapkan pikiran dan perasaannya sekaligus
kemarahannya yang dalam kehidupan nyata tidak bisa dilakukannya.
3) Anak-anak juga dapat menciptakan tokoh yang tidak bisa diungkapkannya
sendiri Permainan dengan boneka dapat merupakan kegiatan kelompok yang
menarik dan dapat digunakan dengan kelompok anak-anak yang kebih besar
atau kecil, terutama dalam lingkungan sekolah.
Dengan bermain boneka dalam kelompok, membuat anak saling menghargai
sudut pandang orang lain, dapat memecahkan masalah dan keterampilan sosial.
c. Bercerita
Secara psikologis membaca atau bercerita merupakan salah satu bentuk
bermain yang paling sehat. Kebanyakan anak kecil lebih menyukai cerita tentang
orang dan hewan yang dikenalnya. Selain itu karena anak kecil cenderung
egosentrik mereka memyukai ceritera yang berpusat pada dirinya. Mula-mula
anak-anak suka cerita imajinatif yang khayal kemudian seiring dengan
berkembangnya kecerdasan dan pengalaman sekolah anak yang lebih besar
menjadi realistik, dan minatnya pun beralih ke cerita petualangan, kekerasan,
kemewahan dan cinta serta pendidikan.
Menceritakan cerita memberikan cara yang menyenangkan untuk
mengembangkan rapport dan belajar tentang anak. Ketika anak menceritakan
cerita mereka, mereka mengkomunikasikan informasi penting tentang diri mereka
sendiri dan keluarga mereka sambil belajar mengekspresikan dan menguasai
perasaan mereka.

8
9

d. Bermain
Bermain selama masa kanak-kanak mempunyai karakteristik yang berbeda
dibandingkan permainan remaja dan orang dewasa. Permainan anak kecil bersifat
spontan dan informal. Secara bertahap bermain menjadi semakin formal. Dengan
berkembangnya kemampuan berpikir anak, anak mulai mengembangkan
permaianan dengan aturan. Permainan individu dan kelompok membantu anak
belajar bagaimana membagi kelompok dan bermain dengan aturan. Permainan
mengajar anak tentang mendisiplin diri, serta belajar untuk menang dan kalah.
Permainan yang diterapkan untuk terapi bermain dapat dimainkan sendiri maupun
berkelompok.
e. Bermain pasir
Anak-anak suka bermain pasir. Dengan adanya terapi bermain menggunakan
pasir anakanak diberikan kegembiraan, rileks dan merupakan medium terapeutik.
Selama di dalam kamar bermain anak bebas bermain dalam pasir dan banyak
menggunakan miniatur yang tersedia seperti yang diinginkan. Selama proses
bermain pasir, anak memutuskan apa yang akan dibuat, figur apa yang akan
digunakan, dan bagaimana menggunakannya. Anak bebas membuat adegan,
membuat pemandangan atau apa saja sebagai cara melukiskan pengalaman di
mana mereka tidak dapat menceritakan dengan kata-kata.

9
10

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Menurut Van den Daele “Perkembangan berarti perubahan secara kualitatif”.
Ini berarti bahwa perkembangan bukan sekedar penambah beberapa
sentimeter pada tinggi badan seseorang atau peningkatakn kemampuan
seseorang, melainkan suatu proses integrasi dari banyak struktur dan fungsi
yang kompleks. Menurut F.J. Monks, pengertian perkembangan menunjuk
pada “suatu proses ke arah yang lebih sempurna dan tidak dapat diulang
kembali”.
2. Perkembangan adalah perkembangan itu tidak terbatas pada pengertian
pertumbuhan semakin membesar, melainkan di dalamnya juga terkandung
serangkaian perubahan psikis yang berlangsung terus-menerus dan bersifat
tetap dari fungsi-fungsi jasmaniah dan rohaniah yang dimiliki individu.
3. Banyak faktor yang memengaruhi perkembangan motorik
anak seperti kematangan saraf, kondisi otot tulang dan sendi, kemampuan
indra sensori (penglihatan, pendengaran, sensasi raba taktil, vestibuler),
kecerdasan anak serta stimulasi dari lingkungan.
Tterapi bermain adalah terapi yang menggunakan alat-alat permainan dalam
situasi yang sudah dipersiapkan untuk membantu anak mengekspresikan
perasaannya, baik senang, sedih, marah, dendam, tertekan, atau emosi yang
lain.
B. Saran
Jika dalam penulisan makalah ini ditemukan kesalahan atau kekeliruan,
kritik dan saran yang membangun sangatlah dibutuhkan. kami hanya manusia
biasa yang tak luput dari kesalahan dan khilafan.
Dan harapan kami penulis, semoga tulisan ini bisa bermanfaat serta
menambah wawasan bagi pembaca. Dan bisa dijadikan sebagai rujukan untuk
penulisan-penulisan karya ilmiah selanjutnya.

10

Anda mungkin juga menyukai