Anda di halaman 1dari 15

Gangguan Cemas (Anxietas)

Achmad Fazar - 223307020092

Pembimbing :
Dr. dr. Adhayani Lubis , Sp.KJ
F.40 Gangguan anxietas

fobik
Anxietas hanya dicetuskan oleh adanya situasi atau objek yang jelas (dari luar individu itu sendiri) yang sebenarnya
pada saat kejadian tidak membahayakan. Akibatnya situasi ini dihindari atau dihadapi dengan perasaan terancam.
• Anxietas fobik tidak berbeda dari anxietas yang lain dan dapat dalam bentuk yang ringan sampai berat (serangan panik).
• Seringkali berbarengan dengan depresi. Suatu episode depresif seringkali memperburuk keadaan anxietas fobik yang
sudah ada sebelumnya. Beberapa episode depresif dapat disertai anxietas fobiik yang temporer, sebaliknya afek
depresif seringkali menyertai berbagai fobia, khususnya agorafobia.
• Pembuatan diagnosis tergantung dari mana yang jelas-jelas timbul lebih dahulu dan mana yang lebih dominan pada saat
pemeriksaan.
F.40.0 Agorafobia
Semua kriteria dibawah ini harus dipenuhi untuk diagnosis pasti :
• Gejala psikologis atau perilaku yang timbul merupakan manifestasi primer dari anxietas, bukan
sekunder dari gejala-gejala lain.
• Anxietas yang timbul terbatas (terutama terjadi karena (setidaknya dua dari situasi berikut: banyak
orang / keramaian, tempat umum, bepergian keluar rumah, dan bepergian sendiri dan menghindari
situasi fobia
F.40.1 Fobia Sosial
Semua kriteria dibawah ini harus dipenuhi untuk diagnosis pasti :
• Gejala psikologis atau perilaku yang timbul harus merupakan manifestasi primer dari anxietasnya,
bukan sekunder dari gejala- gejala lain. Anxietasnya harus mendominasi atau terbatas pada situasi
social tertentu (outside the family circle); dan
• Menghindari situasi fobik harus atau merupakan gejala yang menonjol.
Bila terlalu sulit membedakan antara fobia social dengan agorafobia, diutamakan diagnosis agorafobia
(F40.0)
F.40.2 Fobia Khas
(Terisolasi)
Semua kriteria dibawah ini harus dipenuhi untuk diagnosis pasti :
• Gejala psikologis atau perilaku yang timbul merupakan manifestasi primer dari anxietasnya, bukan
sekunder.
• Anxietas harus terbatas pada adanya objek atau situasi fobik tertentu (highly specific situation)
• Situasi fobik tersebut sedapat mungkin dihindarinya.
Pada fobia khas ini umumnya tidak ada gejala psikiatrik lain, tidak seperti agorafobia dan fobia sosial.
F.41 Gangguan Anxietas
lainnya
• Manifestasi anxietas merupakan gejala utama dan tidak terbatas (not restricted) pada situasi lingkungan
tertentu saja.
• Dapat disertai gejala-gejala depresif dan obsesif, bahkan beberapa unsur dari anxietas fobik, asal jelas
bersifat sekunder atau ringan.
F.41.0 Gangguan Panik (Anxietas Paroksismal
Episodik)
• Gangguan panik baru ditegakkan sebagai diagnosis utama bila tidak ditemukan adanya gangguan ansietas fobik (F40.)
• Untuk diagnostik pasti, harus ditemukan adanya beberapa kali serangan
anxietas berat dalam satu bulan:
• Pada keadaan-keadaan dimana sebenarnya secara objektif tidak ada
bahaya
• Tidak terbatas pada situasi yang telah diketahui atau dapat diduga sebelumnya (unpredictable situation)
• Dengan keadaan yang relatif bebas dari gejala-gejala anxietas pada periode di antara serangan-serangan panik (dapat
terjadi juga terjadi “anxietas antisipatorik” yaitu anxietas yang terjadi setelah membayangkan sesuatu yang
mengkhawatirkan akan terjadi).
F.41.1 Gangguan Anxietas
• Menyeluruh
Penderita menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung hampir setiap hari, selama beberapa minggu
sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas pada keadaan situasi khusus tertentu saja . Gejala-gejala tersebut biasanya
mencakup unsur-unsur berikut:
❖ Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk, sulit konsentrasi)
❖ Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai); dan
❖ Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar- debar, sesak nafas, keluhan
lambung, pusing kepala, mulut kering, dsb)
• Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (beberapa hari), khususnya depresi, tidak membatalkan diagnosis,
selama hal tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari episode depresif (F32.-), gangguan anxietas fobik (F40.-),
gangguan panik (F41.0) atau gangguan obsesif-kompulsif (F42.-)
F.41.2 Gangguan Campuran Anxietas Dan
• Depresif
Terdapat gejala-gejala anxietas maupun depresi, masing-masing tidak menunjukkan gejala yang cukup berat untuk
menegakkan diagnostik tersendiri. Untuk anxietas, beberapa gejala otonomik harus ditemukan walaupun tidak terus
menerus, disamping rasa cemas atau kekhawatiran berlebihan.
• Bila ditemukan anxietas berat disertai depresi yang lebih ringan, maka harus dipertimbangkan kategori gangguan
anxietas lainnya atau gangguan anxietas fobik.
• Bila ditemukan sindrom depresi dan anxietas yang cukup berat untuk menegakkan masing-masing diagnosis, maka
kedua diagnosis tersebut harus dikemukakan, dan diagnosis gangguan campuran tidak dapat digunakan. Jika karena
suatu hal hanya dapat dikemukakan satu diagnosis maka gangguan depresif harus diutamakan.
• Bila gejala-gejala tersebut berkaitan erat dengan stress kehidupan yang jelas, maka harus digunakan kategori F43.2
gangguan penyesuaian.
F.41.3 Gangguan Anxietas Campuran
Lainnya
• Memenuhi kriteria gangguan anxietas menyeluruh (F41.1) dan juga menunjukkan ciri-ciri yang menonjol dari kategori
gangguan F40-F49 (meskipun hanya dalam jangka waktu pendek), akan tetapi tidak memenuhi kriterianya secara
lengkap.
• Bila gejala-gejala yang memenuhi kriteria dari kelompok gangguan ini terjadi dalam kaitan dengan perubahan atau
stress kehidupan yang bermakna, maka dimasukkan dalam kategori F43.2, gangguan penyesuaian.
Referensi
Maslim R. Buku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan
Ringkas Dari PPDGJ-III. Jakarta: PT. Nuh Jaya;
2013
Sekian
Terimakas
ih

Anda mungkin juga menyukai