Anda di halaman 1dari 26

ERITRODERMA

ET CAUSA PERLUASAN
DERMATITIS SEBOROIK
Pembimbing : dr Ismiralda Okke P Sp.KK

Presentan : Dandy Dharma Santosa Putra G4A015055


LAPORAN KASUS
• Identitas Pasien
• Nama : Ny. T
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Usia : 28 tahun
• Suku : Jawa
• Alamat : Karang tawang RT 04/03 Banteran
Wangon
• Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
• Keluhan utama
Kulit yang mengelupas pada seluruh tubuh sejak 1 bulan
yang lalu

• Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang ke RSMS dengan keluhan kulit yang mengelupas
pada seluruh tubuh sejak 1 bulan yang lalu, keluhan tersebut
sampai mengganggu aktivitas pasien sehingga pasien hanya
terbaring. Keluhan membaik ketika diberikan obat dan salep yang
dibeli di apotek. Pasien mengatakan pada awalnya setelah pasca
melahirkan keadaan pasien masih baik-baik saja kemudian setelah
beberapa hari mengkonsumsi obat, pasien mengeluhkan awalnya
kulit mengelupas hanya sedikit lama kelamaan meluas ke seluruh
tubuh, timbul kemerahan dan kadang disertai gatal. Pasien berobat
ke dokter kemudian diperkirakan pasien alergi terhadap antibiotik
ciprofloxasin. Pada akhirnya pasien dirujuk ke RSMS untuk
penanganan lebih lanjut
• Keluhan tambahan
Seluruh tubuh terasa gatal, disertai kulitnya yang
kemerahan, pecah-pecah, mengelupas dan terasa perih,
sulit istirahat dan tidur. Selain itu pasien juga
mengeluhkan badan terasa lemas, pusing, telinga
berdenging, batuk berdahak

terdapat keluhan lainnya yaitu kulit mengelupas pada


daerah kepala (skuama berminyak) dan sering merasa
gatal
RPD RPK
•Riwayat keluhan yang •Riwayat menderita
sama disangkal keluhan yang sama
•Riwayat sakit kulit disangkal
disangkal •Riwayat alergi (makanan
•Riwayat alergi (makanan dan obat) disangkal
dan obat sebelumnya) •Riwayat asma disangkal
disangkal •Riwayat penyakit DM dan
• Riwayat asma disangkal Hipertensi disangkal
•Riwayat DM dan
Hipertensi disangkal
Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Sedang


Kesadaran : Compos mentis
Keadaan gizi : Baik

Vital Sign
•TD : 110/80 mmHg
•Nadi : 86 x/menit
•RR : 22 x/menit
•Suhu : 36.3° C
•Status Generalis : Dalam Batas Normal
Status Dermatologis
• Lokasi :
Kulit kepala, telapak kaki

• Efloresensi
a.Kulit kepala :
Makula eritematosa yang
ditutupi oleh papula-
papula berbatas tak tegas,
skuama halus putih dan
berminyak disertai erosi,
krusta yang sudah
mengering berwarna
kekuningan pada kulit
kepala
Status Dermatologis
•Efloresensi
b. Telapak kaki :
Eritema pada telapak
kaki disertai skuama
kasar
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis Banding Diagnosis Kerja

•Dermatitis Kontak Iritan •Eritroderma et causa


•Dermatitis Kontak perluasan Dermatitis
Alergika Seboroik
•Dermatitis Atopik
•Psoriasis
Penatalaksanaan
Farmakologi
Sistemik:
Non Farmakologi
•IVFD RL:D5 1:1 20 tpm •Edukasi tentang eritroderma,
•Inj. Methylprednisolone 1x62.5mg dermatitis seboroik, pencetus,
•Inj. Cefotaxim 2x1 gr perjalanannya yang kronik residif,
•Inj. Difenhidramin 2x1 Amp dan pengobatannya.
•Inj. Ranitidin 2x1 Amp •Anjuran untuk tidak menggaruk
•Vip albumin 3x1 atau mengelupas kulit.
•PO Cetirizin 1x1 tab •Menghindari faktor pencetus
•PO OBH syrup 3x1 cth seperti stress fisik/psikis, infeksi,
•PO ketoconazole 2x1 tab paparan sinar matahari.
•Menjelaskan pasien agar teratur
Topikal:
dalam mengonsumsi obat dan
•Krim (Desoximetason II + Mikonazole II +
pemakaian obat salep.
Asam Salisilat 3% + LCD 5% + Soft U Derm
II) mf cream da in pot, 2 x oles pagi dan •Menjelaskan prognosis penyakit.
malam. •Pemantauan efek samping obat.
•Membersihkan telinga dengan cotton
bud, NaCl
Prognosis

•Quo ad vitam : dubia ad bonam


•Quo ad functionam : dubia ad bonam
•Quo ad sanationam : dubia ad malam
•Quo ad cosmeticum : dubia ad malam
TINJAUAN PUSTAKA
ERITRODERMA
TINJAUAN PUSTAKA
DERMATITIS SEBOROIK
Penegakan Diagnosis
Eritroderma
• A. Anamnesis
- Pasien biasanya mempunyai riwayat penyakit primer
sebelumnya (misalnya: psoriasis, dermatitis atopik). Cari juga
tentang riwayat penggunaan obat secara komprehensif.
- Gejala biasanya semakin berat ketika itu merupakan
manifestasi dari alergen obat, limfoma, leukimia, atau
staphylococcal scalded skin syndrome.
- Pruritus merupakan gejala yang paling sering terjadi dan
paling mendominasi.
- Malaise, demam, dan menggigil juga bisa terjadi (Umar, 2016)
B. Pemeriksaan Fisik
1.adanya patch eritematous, yang membesar dan
bersatu membentuk area yang luas dari eritem, dan
pada akhirnya akan menyebar ke seluruh permukaan
kulit
2.sisa dari kulit yang tidak mengalami eritem di
daerah hidung dan paranasal, dan biasanya disebut
sebagai “Nose Sign”.
3.Ketika eritema sudah terbentuk, sisik berwarna
putih atau kuning akan berkembang secara progresif
dan memberikan gambaran kulit yang kering
berwarna merah kusam keabu-abuan. Indurasi dan
penebalan dari kulit dari edema dan likenifikasi akan
memberikan sensasi kulit terasa tebal pada pasien.
Kulit juga akan berwarna merah, kering, bersisik, dan
hangat jika disentuh (Okoduwa et al., 2009).
Penegakan Diagnosis
Dermatitis Seboroik
• A. Anamnesis
- seperti rasa terbakar, bersisik, dan gatal pada kulit secara
intermiten dengan adanya periode inaktif dan biasanya
meningkat pada musim panas
- Biasanya kulit penderita tampak berminyak
- Pada kepala tampak eritema dan skuama halus sampai kasar
(ketombe). Kulit tampak berminyak dan menghasilkan skuama
yang putih berminyak pula.
- Penderita akan mengeluh rasa gatal yang hebat (Siregar,
2005).
B. Pemeriksaan Fisik
1.Gambaran dari kulit kepala dapat
bervariasi dari patch bersisik yang ringan
sampai menjadi krusta tebal yang meluas.
2.Kelainan kulit terdiri atas eritema dan
skuama yang berminyak dan agak
kekuningan, batasnya agak kurang tegas
3.Lokasi terjadinya lesi merupakan Tempat-
tempat yang banyak mengandung kelenjar
minyak misalnya kulit kepala, belakang
telinga, alis mata, cuping hidung, ketiak,
dada, di sekitar skapula dan daerah
suprapubis.
Terapi ERITRODERMA
Manajemen Terapi Eritroderma (Wolf,
2012)
Terapi DERMATITIS SEBOROIK
Prognosis
1. Eritroderma
Prognosis eritroderma tergantung pada proses penyakit yang mendasarinya.
Prognosis pada kasus alergi obat adalah baik setelah obat dihentikan.
Penyembuhan golongan ini adalah yang tercepat dibandingkan dengan
golongan lain. Prognosis kasus akibat gangguan sistemik seperti limfoma akan
tergantung pada keberhasilan pengobatan penyakitnya itu sendiri. Kasus
idiopatik adalah kasus yang sulit diramalkan, dapat bertahan dalam waktu yang
lama, dan seringkali disertai dengan keadaan umum yang lemah (Djuanda,
2012).
2. Dermatitis Seboroik
• Dermatitis seboroik dapat sembuh dengan sendirinya disertai prognosis yang
baik pada bayi dibandingkan dengan kondisi kronis dan relaps pada orang
dewasa. Tidak ada bukti yang menyatakan bayi dengan dermatitis seboroik
juga akan mengalami penyakit ini pada saat dewasa. Pasien dermatitis seboroik
dewasa dengan bentuk berat kemungkinan dapat persisten (James et al, 2012).
•  

•  
Daftar Pustaka
• Arndt, K. A., Hsu, J. T. S. 2007. Manual of Dermatologic Therapeutics ed 7. Philadelpia :
Lippincolt Williams & Wilkins
• Burkhart, Craig. 2016. “Tinea Versicolor”.
http://emedicine.medscape.com/article/1091575-clinical#b4 (diakses pada 16
februari 2017)
• Champion, R. H. 2008. Rook’s, Textbook of Dermatology, 5th ed. Washington :
Blackwell Scientific Publication. Hal. 17 - 18
• Callen JP, Hom TD, Mancini AJ, Salache SJ, Schaffer J,V, Schwarz T, et al Dermatoloy
2nd ed Vol 1. Elsevier, Spain. 2008. p.149-58
• Djuanda,A. 2012. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : FKUI. Hal. 197 - 200
• Djuanda A. Dermatosis Eritroskuamosa . Dalam : Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, eds.
Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Edisi ke-3. Jakarta : FK-UI. 2007. Hal. 197-200.
• Dwi A.S, Thaha Athuf, Hari M.I. 2015. Anga Kejadian dan Faktor Penyebab Eritroderma
di Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
Periode 2009-2011. MKS, Th 47. No 2.
• Earlia, N., Nurharini, F., Jatmiko, A. C., Erviyanti, E., 2009. Penderita Eritroderma di
Instalasi Rawat Inap Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya Tahun
2005–2007. Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, 21(2) : 93 - 101
• Feldman, S. R., Phelps, K. C., Verzino, K. C. 2005. Handbook of Dermatologic Drug Therapy. London : Taylor &
Francis
• Fitzpatrick’s dermatology in general medicine. 7th eds. Newyork : Megraw-Hill. 2011. Chapter-23. P; 225-8.
• Handler, 2017. “Seborrheic Dermatitis”. http://emedicine.medscape.com/article/1108312-clinical#b2
(diunduh pada 17 Februari 2017).
• Holden CA, Berth-Jones J. Eczema, lichenification, prungo and erythroderma In: Bums T, Breathnach S, CoxN,
Griffiths C, eds. Rook's textbook of dermatology, 8th ed. Oxford: Blackwell science 2010;17.l-55.
• James, W. D., Berger, T. G., Elston, D. M., Neuhaus, I. M. 2016. Andrews Diseases of the Skin Clinical
Dermatology ed 12. Philadelpia : Elsevier
• Kels-Grant JM, Bernstein ML, Chapter-23Exfoliative Dermatitis. Wolf K et all.
• Okoduwa, C., Lambert W.C., Schwartz R.A., Kubeyinje E., Eitokpah A., Sinha S., dan Chen W. 2009.
Erythroderma: Review of a Potentially Life-Threatening Dermatosis. Indian Journal of Dermatology 54(1): 1-6.
• Pizzorno, J. E., Murray, M. T. 2006. Textbook of Natural Medicine ed 4. Philadelpia : Elsevier
• Plewig G, Jansen T. 2008. Seborrheic dermatitis. In : Fitzpatrick TB, Katz SI, et al. Dermatology in geneeral
medicine. Edisi 7 New York, McGraw-Hill: USA.
• Ram-Wolff, C. et al. 2010. Histopathologic diagnosis of lymphomatous versus inflammatory
erythroderma: a morphologic and phenotypic study on 47 skin biopsies. Am J Dermatopathol. 32(8):755-63
• Shuster, S. 1999. Hydroxy - Pyridones as Antifungal Agents with Special Emphasis on Onychomycosis.
Newcastle : Springer
• Siregar RS. Saripati Penyakit Kulit. Jakarta : EGC. 2004. Hal; 104, 236.Wolf, K. 2012.
• Siregar, R.S. 2004. Eritroderma. Dalam: Saripati Penyakit Kulit. Edisi ke 2. EGC. Jakarta. hal 236-237.
• Sykes, A. 2015. “Sebopsoriasis”. http://www.dermnetnz.org/topics/sebopsoriasis/ (diakses pada 16
janurasi 2017)
• Umar, Sanusi. 2016. “Eythroderma (Generalized Exfoliative Dermatitis)”.
http://emedicine.medscape.com/article/1106906- overview#a4 (diuduh pada 17 Februari 2017
•  
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai