Anda di halaman 1dari 20

DISKUSI TOPIK

SPECIFIC PHOBIA
Novia R. Maringga, S.Ked
Muhammad Amin, S.Ked
Andreas Theo Yudapratama, S.Ked

Pembimbing:
dr. Lollytha C. Simanjuntak, Sp.KJ
ILMU KEDOKTERAN JIWA
RS TK II DUSTIRA CIMAHI
 Pobia spesifik didefinisikan sebagai rasa takut terhadap objek atau
situasi yang spesifik.

Definisi  Spesifik fobia dahulu disebut simple fobia. Hal yang paling dasar
dari fobia ini adalah rasa takut berlebih yang tak dapat dijelaskan
ketika berhadapan dengan beberapa objek ataupun situasi
spesifik.
 Secara epidemiologi, prevalensi spesifik pobia adalah 6%.
Prevalensi tertinggi berasal dari remaja.
 Akan tetapi onset biasanya dimulai dari anak-anak. Pobia yang
biasa muncul pada anak-anak berangsur-angsur akan menghilang
Epidemiologi sendirinya sehingga banyak yang tidak memerlukan terapi.
 Namun, jika fobia persistent hingga menginjak masa remaja
hingga dewasa, biasanya membutuhkan terapi dan 80% akan
bertahan seumur hidup.
 Secara umum penyebab terjadinya spesifik fobia masih tidak
diketahui secara jelas. Ada yang menyatakan bahwa spesifik fobia
dapat muncul setelah adanya kejadian traumatic, dan juga setelah
Etiologi pasien mengalami serangan panik.
 Namun, ada beberapa konsep yang diyakini mendasari terjadinya
spesifik fobia, antara lain adalah factor genetic dan factor
psikososial.
 Faktor Genetik
 Beberapa penelitian mengatakan bahwa terjadi peningkatan
resiko empat hingga delapan kali lipat pada sanak keluarga
derajat pertama yang memiliki gangguan panik.
 Penelitian lainnya juga mengatakan bahwa ⅔ hingga ¾
memunyai sekurangnya satu sanak keluarga dengan fobia
spesifik dari tipe yang sama
 Faktor Psikososial
 Fobia akan tercetus terhadap anak-anak tertentu yang ada
predisposisi konstitutional terhadap fobia, sehingga akan
memiliki tempramen inhibisi perilaku terhadap yang tidak
dikenal dengan stress lingkungan kronik.
 Tiga neurotransmiter utama yang terkait dengan kecemasan
berdasarkan studi hewan dan tanggapan terhadap pengobatan
adalah norepinefrin (NE), serotonin, dan asam r-aminobutyric
(GABA).
 Teori umum tentang peran norepinefrin dalam gangguan
kecemasan adalah pasien yang terkena mungkin memiliki sistem
noradrenergik yang tidak teratur. Sistem noradrenergik
terlokalisasi pada locus ceruleus di rostral pons, dan mereka
memproyeksikan akson mereka ke korteks serebral, sistem limbik,
batang otak, dan sumsum tulang belakang.
 Pada keadaan stres psikologis terjadi peningkatan sintesis dan
pelepasan kortisol. Kortisol berfungsi untuk memobilisasi dan
untuk mengisi kembali cadangan energi dan berkontribusi pada
peningkatan gairah, kewaspadaan, perhatian terfokus, dan
pembentukan memori; penghambatan pertumbuhan dan sistem
reproduksi; dan penahanan dari respon imun.
 Sistem Limbik.
 Selain menerima noradrenergik dan serotonergic. Dalam
persarafan, sistem limbik juga mengandung konsentrasi tinggi
reseptor GABA yang akan menyebabkan respon kecemasan dan
rasa takut.
 Dua area sistem limbik : peningkatan aktivitas di jalur
septohippocampal ( sebagai tempat pembentukan memori) yang
dapat menyebabkan kecemasan dan pusat girus cingulate
terlibat khususnya dalam patofisiologi OCD.
 Korteks serebral frontal terhubung dengan daerah
parahippocampal, gyrus cingulate, danhipotalamus dan dengan
demikian dapat terlibat dalam produksi gangguan kecemasan.
Semua kriteria dibawah ini harus dipenuhi untuk diagnosis pasti:
1. Gejala psikologis perilaku atau otonomik yang timbul harus
merupakan manifestasi primer dari anxietasnya dan bukan
Manifestasi sekunder dari gejala-gejala lain seperti misalnya waham dan
pikiran obsesif.
Klinis 2. Anxietas harus terbatas pada adanya objek atau situasi fobik
(PPDGJ III) tertentu (highly specific situations), dan

F40.2 3. Situasi fobik tersebut sedapat mungkin dihindarinya. Pada


fobia khas ini umumnya tidak ada gejala psikiatrik lain. Tidak
seperti halnya agoraphobia dan fobia social.
Kriteria diagnostik untuk fobia spesifik sesuai dengan DSM-V adalah:
1. Rasa takut yang jelas dan menetap yang berlebihan atau tidak
beralasan, ditunjukan oleh adanya antisipasi suatu objek atau
situasi tertentu (misalnya, naik pesawat terbang, ketinggian,
binatang, mendapatkan suntikan, melihat darah). Catatan: pada
Manifestasi anak-anak, kecemasan dapat diekspresikan oleh menangis,
tantrum, membeku atau menggendong.
Klinis 2. Pemaparan dengan stimulus fobik hampir selalu mencetuskan
DSM –V respon kecemasan yang segera, ketakutan dan kecemasan.
3. Objek atau situasi fobia secara aktif dihindari atau diatasi dengan
300.29 ketakutan atau kecemasan yang kuat.
4. Ketakutan atau kecemasan itu tidak sesuai dengan bahaya
sebenarnya yang ditimbulkan oleh objek atau situasi tertentu dan
pada konteks kultur sosial
5. Ketakutan, kecemasan, atau penghindaran tersebut berlanjut,
biasanya berlangsung selama 6 bulan atau lebih.
6. Ketakutan, kecemasan, atau penghindaran menyebabkan
gangguan-gangguan klinis yang signifikan pada kehidupan
sosial, pekerjaan, atau bidang penting lainnya.
Manifestasi 7. Gangguan tersebut tidak lebih baik dijelaskan oleh gejala dari
Klinis gangguan mental lainnya, seperti ketakutan, kecemasan, dan
penghindaran terhadap situasi dibantu dengan gejala seperti
DSM –V panik atau gejala ketidakmampuan lainnya (seperti pada
agorafobia); objek atau situasi yang berkaitan dengan obsesi
300.29 (seperti pada gangguan obsesif-kompulsif); ingatan atas suatu
trauma (seperti pada gangguan stres pasca trauma); pemisahan
dari rumah atau kasih sayang seseorang (seperti pada
gangguan kecemasan pemisahan); atau pada situasi sosial
(seperti pada gangguan kecemasan sosial).
 Animal Type.
Subtipe ini ditandai dengan adanya ketakutan terhadap binatang
atau serangga. Subtipe ini umumnya mempunyai onset masa
kecil.
 Natural Environment Type.
Subtipe ini ditandai dengan adanya ketakutan terhadap objek –
Klasifikasi objek dalam lingkungan alami, seperti : badai, ketinggian, atau air.
Subtipe ini mempunyai onset masa kecil.
Fobia Spesifik
 Blood-Injection-Injury Type.
Subtipe ini ditandai dengan adanya ketakutan melihat darah,
cedera, menerima injeksi ataupun segala prosedur medis. Subtipe
ini sering dijumpai dan karakteristiknya adalah adanya respon
vasovagal.
 Situasional

Ditandai dengan adanya ketakutan terhadap situasi tertentu seperti:


transportasi umum, lorong, jembatan, elevator, pesawat terbang,
berkendara, atau tempat tertutup.

Subtipe ini mempunyai dua onset, onset pertama pada waktu kecil dan
Klasifikasi yang kedua pada pertengahan umur 20-an.
Fobia Spesifik  Tipe lain
Ditandai dengan ketakutan terhadap stimulasi yang lain. Stimulus dapat
berupa ketakutan ketika tersedak, muntah, menderita penyakit, “space”
fobia ( seseorang yang takut jatuh ketika berada jauh dari dinding atau
sesuatu yang mempertahankan dirinya ), anak – anak takut terhadap
suara yang keras atau karakter berkostum.
 Terapi CBT ( Cognitive Behavioural Theraphy )
Rangkaian terapi yang dilakukan adalah melakukan assessment
independent dan self report terhadap klien. Kemudian diikuti dengan
pelatihan dalam hal restrukturisasi keterampilan kognitif, exposure yang
Terapi Fobia diulang terhadap simulasi dari situasi yang ditakuti dalam tiap sesi, dan
Spesifik dihubungkan dengan homework assignments (heimberg, juster, hope, &
mattia, 1995). Setelah pelatihan tersebut dilakukan maka seluruh rangkaian
assessment independent dan self report dilakukan kembali.
 Terapi Virtual
Sejumlah simulasi yang dihasilkan komputergangguan fobik telah
dikembangkan. Pasienterkena atau berinteraksi dengan objek atau situasi fobia
padalayar komputer.

 Modalitas terapi lainnya


Terapi Fobia Hipnosis, terapi suportif, dan terapi keluarga berguna dalam pengobatan

Spesifik gangguan fobia. Hipnosis digunakan untuk meningkatkan saran terapi bahwa
objek fobia tidak berbahaya, dan selfhypnosis dapat diajarkan kepada pasien
sebagai metode relaksasiketika dihadapkan dengan objek fobia.
Psikoterapi suportif dan terapi keluarga sering berguna dalam membantu
pasien secara aktif menghadapi objek fobia selama perawatan dan dapat
membantu keluarga memahami sifat masalah pasien.
 Modalitas terapi lainnya
Hipnosis, terapi suportif, dan terapi keluarga berguna dalam
pengobatan gangguan fobia. Hipnosis digunakan untuk meningkatkan
saran terapi bahwa objek fobia tidak berbahaya, dan selfhypnosis dapat

Terapi Fobia diajarkan kepada pasien sebagai metode relaksasiketika dihadapkan

Spesifik dengan objek fobia.


Psikoterapi suportif dan terapi keluarga sering berguna dalam
membantu pasien secara aktif menghadapi objek fobia selama perawatan
dan dapat membantu keluarga memahami sifat masalah pasien.
1. Desensitasi
2. Exposure
3. Modifkasi perilaku & terapi psikososial
4. Flooding
5. Latihan relaksasi
1. Selective Seratonin Reuptake Inhibitors ( SSRIs ) : Fluoxetine

2. Trisiklik : Klomipramin & Imipramin

Terapi Fobia 3. Monoamin Oxidase Inhibitors ( MAOIS ): Phenelzine & Trancypromine

Spesifik 4. Benzodiazepine : Alprazolam


TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai