Anda di halaman 1dari 6

TINJAUAN PUSTAKA

FOBIA

1. Definisi Fobia
Marks (dalam Morris dkk, 1987) mengatakan bahwa fobia merupakan bentuk yang spesifik
dari takut yang muncul di situasi tertentu, tidak bisa dijelaskan secara rasional, sulit untuk
dikontrol dan biasanya situasi yang ditakutkan tersebut selalu dihindari. Fobia adalah rasa
takut yang menetap terhadap objek atau situasi dan rasa takut ini tidak sebanding dengan
ancamannya (Nevid, 2005). Selanjutnya Neale, dkk (2001) mengatakan bahwa fobia yaitu
perasaan takut dan menghindar terhadap objek atau situasi yang realita atau kenyataannya
tidak berbahaya.
Berdasarkan uraian di atas, fobia adalah rasa takut yang kuat dan tetap terhadap objek,
situasi atau kejadian yang muncul pada situasi tertentu, tidak dapat dijelaskan secara rasional,
sulit untuk dikontrol dan biasanya situasi yang ditakutkan tersebut selalu dihindari.

2. Epidemiologi
Gangguan fobia sering terjadi pada masyarakat umum. Survei epidemiologi terbaru
memperkirakan angka kejadian dalam setahun dan prevalensi seumur hidup, berturut-turut;
fobia spesifik 5,5% dan 11,3%; fobia sosial 4,5% dan 13,3%; dan agoraphobia 2,3% dan 6,7%
. Wanita memiliki kemungkinan 1,5 2 kali lebih besar dibanding laki-laki. Onset fobia
terjadi ketika masa kanak-kanak, remaja hingga dewasa, dan perjalanan fobia yang terjadi
hingga dewasa adalah kronik dan seumur hidup (Rubin,2005).

3. Penggolongan fobia
a. Agorafobia
Agorafobia tanpa riwayat gangguan panik. Fobia multipel disertai anxietas kronis
terutama rasa takut akan ruangan terbuka dan atau tertutup, tempat yang tidak dikenal,
kesendirian, dan yang lebih umum adalah kehilangan rasa aman. Beragam rasa takut dan
hipokondriasis dapat muncul juga, demikian pula beberapa gejala lain termasuk pingsan,
pikiran obsesif, depersonalisasi ( merasa dirinya terpisah, tidak nyata ), dan derealisasi (
merasa sekeliling tidak nyata ). Depresi merupakan hal yang lazim muncul, dan hal ini
paling banyak menimbulkan ketidakmampuan pada pasien fobia.
Gangguan panik dengan agorafobia. Fobia tipe ini mungkin merupakan bagian dari
gangguan panik karena kebanyakan pasien agorafobia umumnya memiliki serangan panik.
Pasien dengan kombinasi ini secara khas mengembangkan agorafobia sebagai perluasan
dari gangguan panik, misal, serangan panik yang tidak terduga menyebabkan mereka
menghindari tempat umum karena takut mengalami serangan ( ansietas antisipatorik ) yang
kemudian akan mendorong perilaku panik (Defit,2006).
b. Fobia sosial
Perasaan takut akan diperhatikan dengan seksama oleh orang lain ketika berbicara di
depan umum, ketika menggunakan kamar mandi umum, dsb. Khusunya dimulai pada usia
remaja dan ditemukan pada 3-4% populasi (perempuan:laki-laki 2:1). Beberapa pasien
terganggu dengan aktivitas sosial yang spesifik dan terbatas, sedangkan yang lain
menderita akibat pajanan sosial apapun. Pasien mengendalikan rasa takutnya dengan cara
menghindar, dapat menimbulkan hendaya sosial ( defit, 2006).
c. Fobia spesifik
Monofobia terhadap binatang, badai, ketinggian, darah, jarum, dsb. Biasanya dimulai
pada masa kecil, ditemukan pada 10% atau lebih pada populasi (lebih banyak pada wanita).
Beberapa jenis fobia spesifik ( James, 2009):
Acrofobia : Ketakutan terhadap ketinggian
Ailurofobia : Ketakutan terhadap kucing
Hydrofobia : Ketakutan terhadap air
Claustrofobia : Ketakutan terhadap tempat sempit
Cynofobia : Ketakutan terhadap anjing
Mysofobia : Ketakutan terhadap kotoran dan kuman
Pyrofobia : Ketakutan terhadap api
Xenofobia : Ketakutan terhadap orang asing
4.Aspek dinamika fobia
Beberapa pendapat mengenai terjadinya fobia :
a. Trauma dan stres
Suatu trauma yang mendadak dapat diikuti terjadinya fobia terhadap objek yang
berhubungan dengan kejadian tersebut. Ada waktu tenggang the lag phase dari
beberapa hari sampai permulaan gangguan fobik, yang kemudian akan berkembang
dengan isntensitas penuh. Kemungkinan pasien mengulang trauma tersebut dalam
pikirannya dan membangun asosiasi emosi yang meningkat dan akhirnya emosi itu
menjadi pelatuk terjadinya fobia(Budiman, 1987).
b. Modelling peneladanan
Banyak anak-anak mendapat fobia menetap karena tingkah laku orang tuanya.
Pasien agorafobia sering mempunyai saudara dekat yang menderita agorafobia, walau
sebagian besar agorafobia tidak semuanya mempunyai saudara yang agorafobia
(Budiman,1987).
c. Asosiasi sensorik
Asosiasi sensorik berperan penting dalam seleksi atau pemilihan objek fobik. Jika
ada suatu ketakutan hebat yamg terjadi dalam suatu keadaan sensorik khusus, maka
cenderung untuk tampil kembali dikemudian hari pada situasi yang mirip ( Budiman,
1987).

5. Gambaran klinis
Pasien mengalami rasa cemas dan panik yang terkait dengan objek, kegiatan atau situasi
yang spesifik. Pada fobia sosial, fokus dari takutnya ialah pada peristiwa dipermalukan
seseorangb ditempat ramai; sedangkan agorafobia, fokus takutnya ialah ketidakmampuan
untuk melarikan diri. Fobia spesifik ialah rasa takut yang tak sesuai kenyataan terhadap
stimuli spesifik seperti laba-laba, ular, hewan, tempat tinggi, halilintar,dll.
Gejala fobik dapat disebabkan oleh intoksikasi stimulansia atau halusinogen, dan jarang
oleh sebab organik. Kecemasan hebat pada seorang pasien fobia dapat mengakibatkan
gejala faali, juga psikologik. Manifestasi kecemasan itu termasuk gelisah, diare, pusing,
palpitasi, hiperhidrosis, tremor, sinkope, takikardia, dan gejala pada air seni ( kaplan, 2004
).
6. Diagnosis
Berdasarkan DSM IV (dalam Martin & Pear, 2003), gangguan fobia memiliki ciri-ciri:
a. Ketakutan/kecemasan yang menghasilkan perubahan fisiologis seperti tangan berkeringat,
pusing atau jantung berdebar.
b. Melarikan diri atau menghindari situasi dimana rasa takut sering muncul.
c. Perilaku tersebut mengganggu kehidupan individu
7. Penatalaksanaan
a. Terapi kognitif-perilaku
Kunci pengobatan adalah dilakukan pemajanan pada objek atau situasi yang ditakuti
disertai dengan pembalikan dari kepercayaan bahwa sesuatu yang menakutkan dan tidak
diharapkan akan terjadi dimasa datang. Desensitasi sistematik menggunakan hirarki
bertingkat dalam pemberian stimulus yang menakutkan, dimulai dari yang kurang
ditakuti, melatih pasien meningkatkan keberaniannya untuk menghadapi objek yang
ditakuti. Pada teknik pembanjiran pasien menghadapi objek atau situasi yang ditakuti
secara langsung. Sedangkan pada metode pemberondongan, pemajanan berupa ide dari
objek yang ditakuti atau gambaran jelas mengenai konsekuensi buruk yang akan terjadi
dari objek atau situasi tersebut ( David, 2006).
b. Terapi farmakologi
Benzodiazepine
Efektif mengontrol dan mengobati ansietas. Obat ini menurunkan ansietas yang
menyeluruh dan mengurangi antisipatori ansietas. Dengan demikian memodifikasi
dan mencegah serangan panik (Budiman, 1987).
Antidepresi trisiklik
Obat ini menolong untuk menghambat serangan panik yang datangnya secara
spontan dan berguna pula untuk mengurangi tingkatan dari ansietas. Tetapi belum
diketahui secara pasti apakah ini hasil dari efek antidepresi atau memang karena
memiliki efek spesifik pada gangguan panik dan agorafobia. Golongan trisiklik
yang kelihatannya paling efektif adalah imipramine dan Comipramine dalam dosis
50-100mg sehari (Budiman, 1987).

c. Terapi lainnya
Relaksasi
Ini dengan mudah dapat dipelajari melalui pita rekaman atau dalam session
terapeutik. Teknik yang umumnya dipakai adalah relaksasi progresif dari otot-otot
(Budiman, 1987).
Hiperventilasi
Banyak penderita agorafobia melakukan pernafasan secara berlebihan tanpa ia
sadari dan hal ini sering tidak kelihatan oleh dokter maupun pasien sendiri. Salah
satu tanda hiperventilasi adalah perasaan geli pada ujung-ujung jari tangan maupun
kaki dan mulut. Karena hiperventilasi dapat menyebabkan serangan panik, maka
pasien harus diajarkan untuk mendeteksi keadaan ini pada dirinya dan belajar
mengontrol pernafasan dengan frekuensi satu kali nafas tiap 6 detik(Budiman,
1987).
Distraction ( pengalihan perhatian )
Setiap pikiran dan aktivitas yang dapat mengalihkan perhatian dari simptom-
simptom somatik yang merupakan preokupasi pasien, dapat mengurangi ansietas.
Meskipun sederhana, tetapi teknik ini sangat efektif (Budiman, 1987).

8. Prognosis
Fobia spesifik punya prognosis yang paling baik. Fobia sosial cenderung meningkat
secara berangsur-angsur dan agorafobia yang paling buruk prognosisnya dibanding kelompok
fobia lainnya, karena cenderung ke arah kronik ( Puri, 2002 ).

9. Kesimpulan
Fobia juga didefinisikan timbulnya rasa kecemasan yang berlebihan ketika seseorang
terpapar oleh situasi spesifik atau objek atau ketika berusaha mengantisipasi paparan situasi
maupun objek. Gangguan fobia dibagi menjadi 3 kelompok utama yaitu fobia spseifik,
agorafobia, dan fobia sosial ( James;Puri, 2002 ).
Fobia sosial fokus dari takutnya ialah pada peristiwa dipermalukan seseorang ditempat
ramai; sedangkan agorafobia fokus takutnya adalah ketidakmampuan untuk melarikan diri.
Fobia spesifik ialah rasa takut yang tidak sesuai kenyataan terhadap stimulus ( Kaplan ).
Ada beberapa cara pendekatan dalam pengobatan yang dipakai untuk menanggulangi
fobia. Jika cara-cara ini dikombinasikan akan memberikan banyak manfaat pada penderita
fobia ( Budiman, 1987 ).

Anda mungkin juga menyukai