Anda di halaman 1dari 28

GANGGUAN

KECEMASAN
Isniarty Gintulangi, M.Psi., Psikolog
PRODI PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
 Steven Schwartz, S (2000, dalam Annisa & Ifdil, 2016)
mengemukakan kecemasan berasal dari kata Latin anxius, yang
berarti penyempitan atau pencekikan.
 Kecemasan mirip dengan rasa takut tapi dengan fokus kurang
spesifik
 Ketakutan biasanya respon terhadap beberapa ancaman
Kecemasan ? langsung, sedangkan kecemasan ditandai oleh kekhawatiran
tentang bahaya tidak terduga yang terletak di masa depan.
 Kecemasan merupakan keadaan emosional negatif yang
ditandai dengan adanya firasat dan somatik ketegangan,
seperti hati berdetak kencang, berkeringat, kesulitan
bernapas.
 Gangguan kecemasan dalam DSM IV-TR
Diagnosis of dibagi menjadi 8 gangguan.

Anxiety  Sedangkan dalam DSM-5 Gangguan


kecemasan dibagi menjadi 3 bab yaitu
Disorder anxiety disorder, Obsessive-Compulsive
and Related Disorder, dan Trauma- and
Stressor-Related Disorder.
Rangkuman
berbagai
Gangguan
Kecemasan sesuai
DSM-5
 Fobia didefinisikan sebagai penolakan yang mengganggu yang
diperantarai oleh rasa takut yang tidak proporsional dengan
bahaya terhadap objek atau situasi tertentu dan diakui oleh si
penderita sebagai sesuatu yang tidak berdasar.
 Fobia berasal dari kata Yunani untuk menunjukka objek takut
Specific atau situasi yang ditakuti diikuti oleh akhiran-fobia (berasal
Phobia dari nama dewa Yunani yaitu Phobos, yang takut musuh-
musuhnya).
 Beberapa contoh ketakutan ekstrem yang cukup dikenal adalah
claustrophobia (takut ruang tertutup) dan acrophobia (takut
ketinggian).
 Faktor behavioural
 Dalam model behavioral, fobia dipandang sebagai tanggapan
yang dikondisikan yang berkembang setelah pengalaman yang
Etiologi dari mengancam dan didukung oleh perilaku avoidant

Specific (menghindar).
 Banyak orang melaporkan bahwa mereka mengalami fobia
Phobia setelah peristiwa traumatis.
 Beberapa jenis rangsangan dan pengalaman akan memberikan
kontribusi untuk pengembangan fobia.
 Penelitian yang dilakukan Mowree (Kring, et al., 2010)
Etiologi dari menunjukkan bahwa orang bisa dikondisikan untuk takut
terhadap semua jenis rangsangan. Tetapi orang dengan fobia
Specific cenderung takut jenis rangsangan tertentu. Misalnya orang-

Phobia orang cenderung hanya takut pada objek atau situasi tertentu,
seperti laba-laba, ular, ketinggian, dan ruangan gelap namun
tidak pada objek lain.
 Social Anxiety Disorder merupakan ketakutan menetap dan
tidak realistis terhadap situasi sosial, pengawasan sosial, orang-
orang asing.
 Individu yang menderita social anxiety disorder biasanya
menghindari situasi dimana ia mungkin dinilai dan
Social Anxiety menunjukkan tanda-tanda kecemasan atau berperilaku secara
memalukan.
Disorder  Berbicara atau melakukan sesuatu didepan umum, makan
ditempat umum, hangout bersama dengan teman-teman atau
hampir semua aktivitas lain yang dilakukan di tempat yang
terdapat orang lain dapat menimbulkan kecemasan ekstrem,
bahkan serangan panik besar-besaran.
 Orang-orang yang menderita social anxiety disorder seringkali
bekerja dalam pekerjaan atau profesi yang jauh di bawah
kemampuan atau kecerdasan mereka karena sensitivitas sosial
ekstrem yang mereka alami. Bagi mereka lebih baik
Social Anxiety mengerjakan pekerjaan dengan gaji rendah daripada harus

Disorder berhadapan dengan orang lain dalam pekerjaan yang lebih baik.
 Awal terjadi gangguan ini biasanya pada masa remaja, saat
kesadaran sosial dan interaksi dengan orang lain menjadi
sangat penting dalam kehidupan seseorang.
 Faktor Behavioral
Perspektif pendekatan perilaku pada penyebab social
anxiety disorder mirip dengan fobia spesifik.

Etiologi dari Seseorang bisa memiliki pengalaman sosial negatif


(langsung, melalui modelling, atau melalui adanya
Social Anxiety instruksi verbal), dan ketakutannya menjadi
Disorder terkondisikan pada situasi yang sama, sehingga ia
menghindari orang.
 Faktor Kognitif: Terlalu fokus pada Evaluasi Diri yang
Negatif
 Orang dengan social anxiety disorder memiliki keyakinan
negatif yang tidak realistis tentang konsekuensi dari perilaku

Etiologi dari sosial mereka, misalnya, mereka percaya bahwa orang lain
akan menolak mereka jika mereka terjeda saat berbicara, atau
Social Anxiety ketika mereka melakukan sedikit kesalah saat berbicara.

Disorder  Orang dengan social anxiety disorder sangat memperhatikan


perilaku mereka ketika berada dalam situasi sosial. Mereka
sering membentuk gambaran visual negatif yang kuat tentang
bagaimana orang lain akan bereaksi terhadap mereka.
 Gangguan panik ditandai dengan serangan mendadak dan
seringkali tidak dapat dijelaskan.
 Gejala fisik yang dapat dirasakan ketika seseorang mengalami
sesrangan panik dapat mencakup sesak napas, jantung
berdebar-debar, mual, sakit perut, nyeri dada, pusing, kepala
Panic ringan, berkeringat, menggigil, sensasi panas, dan gemetar.
 Gejala lain yang mungkin terjadi selama serangan panik
Disorder termasuk depersonalisasi dan derealisasi. Depersonalisasi,
perasaan seolah berada diluar tubuh. Derealisasi, suatu
perasaan bahwa dunia tidak nyata.
 Gejala lainnya bisa mencakup takut kehilangan kendali,
menjadi gila, atau bahkan merasa akan mati.
 Faktor Neurobiological
Dalam neurobiological dijelaskan bahwa panik disebabkan oleh
aktivitas yang berlebihan dalam sistem noradregenik (neuron
yang menggunakan norepinefrin sebagai neurotransmitter),
Etiologi dari yang berfokus pada nucleus dalam pons yang disebut locus
cereleus. Pada sebuah studi penelitian ditemukan bahwa
Panic perangsangan terhadap locus cereleus menyebabkan kera

Disorder berperilaku seolah-olah mereka sedang mengalami serangan


panik. Sama seperti kera pada manusia, pemberian obat yang
meningkatkan aktivitas di locus cereleus dapat memicu
serangan panik, dan obat-obatan yang mengurangi aktivitas di
locus cereleus, termasuk clonidine dan beberapa
antidepresan, mengurangi risiko serangan panik.
Faktor Behavioral
 Persektif behavioural etiologi panic
disorder berfokus pada classical
conditioning. Teori ini menunjukkan
bahwa serangan panik adalah respon
yang dikondisikan baik pada situasi
yang memicu kecemasan atau sensasi
fisik internal. Classical conditioning
untuk serangan panik dalam
menghadapi sensasi internal fisik
disebut dengan interoceptive
conditioning.
 Faktor Kognitif
Panic disorder memfokuskan pada gejala awal suatu serangan,
Etiologi dari namun menekankan pada kesalahan interpretasi yang merusah
terhadap stimulus. Serangan panik terjadi bila seseorang
Panic merasakan semacam sensasi fisik dan menginterpretasinya

Disorder sebagai tanda-tanda datangnya kematian. Pikiran tersebut


memicu kecemasan yang lebih besar dan sensasi fisik yang
lebih banyak sehingga tercipta lingkaran setan.
 Agoraphobia (berasal dari bahasa Yunani Agora, yang berarti
"pasar") didefinisikan oleh kecemasan tentang situasi di mana
akan memalukan atau sulit untuk melarikan diri jika gejala
kecemasan muncul.
 Situasi yang sering ditakuti adalah adalah keramaian dan
Agoraphobia tempat ramai, misalnya toko, supermarket, mall, atau tempat
ibadah.
 Banyak orang dengan agoraphobia hampir tidak dapat
meninggalkan rumah mereka, dan bahkan mereka yang dapat
meninggalkan rumah melakukan hal tersebut disertai dengan
penderitaan besar.
 Dalam DSM IV-TR agoraphobia merupakan subtype dari
gangguan panik. Namun, dalam DSM-V agoraphobia menjadi
gangguan yang terpisah dari gangguan panik.
 Dalam studi penelitian terbaru, ada lebih dari 3000 peserta

Agoraphobia
yang ikut dalam sebuah penelitian menunjukkan bahwa lebih
dari setengah orang yang memiliki gejala agoraphobia
melaporkan tidak ada gejala serangan panik atau gangguan
panik (Wittchen, Nocon, Beesdo, et al., 2008, dalam Kring, et
al., 2012).
 Lima studi epidemiologi besar yang berbeda menunjukkan
bahawa setidaknya setengah dari orang dengan agoraphobia
tidak mengalami serangan panik (Andrews, Charney,
Sirovatka, et al., 2009, dalam Kring, et al., 2012)
 Faktor Kognitif: The Fear-of-Fear Hypothesis
Hipotesis model kognitif untuk etiologi agoraphobia adalah The
Fear-of-Fear Hypothesis, yang menunjukkan bahwa
agoraphobia didorong oleh pikiran negatif tentang konsekuensi
Etiologi dari dari mengalami kecemasan di depan umum. Ada bukti bahwa

Agoraphobia orang dengan agoraphobia berpikir bahwa konsekuensi dari


kecemasan berada didepan publik akan mengerikan. Mereka
memiliki keyakinan bahwa kecemasan mereka akan
menyebabkan konsekuensi yang tidak dapat diterima secara
sosial.
 Individu yang menderita GAD akan terus menerus khawatir
dengan hal-hal kecil.
 Kekhawairan pada orang GAD mengacu pada kecenderungan
kognitif untuk terus-menerus memikirkan masalah dan tidak
Generalized dapat berhenti untuk memikirkannya, hingga mereka menderita

Anxiety kekhawatiran kronis.

Disorder  Mereka menghabiskan banyak waktu untuk mengkhawatirkan


banyak hal dan menganggap kekhawatiran sebagai sesuatu
(GAD) yang tidak dapat dikontrol.
 Sebagian besar dari kita khawatir dari waktu ke waktu, tetapi
kekhawatiran orang GAD berlebihan, tak terkendali dan tahan
lama.
 Kekhawatiran orang GAD hampir sama dengan kekhawatiran
pada sebagian besar orang yang terkait dengan khawatir akan
hubungan, kesehatan, keuangan, dan terlalu banyaknya
aktivitas yang harus dilakukan, NAMUN orang dengan GAD
khawatir berlebihan dengan berlebihan sehingga kekhawatiran
Generalized ini mengganggu aktivitas sehari-hari.
Anxiety  Gejala lain yang ditunjukkan orang GAD adalah kesulitan
Disorder berkonsentrasi, mudah lelah, gelisah, sensitive, dan otot

(GAD) menengang.
 GAD umumnya mulai dialami pada pertengahan masa remaja,
walaupun banyak orang yang menderita GAD menuturkan
bahwa mereka mengalami masalah tersebut sepanjang hidup
mereka.
 Kriteria DSM-5 yang diusulkan mensyaratkan bahwa gejala
harus ada setidaknya selama 3 bulan untuk memenuhi syarat

Generalized diagnosis GAD. Ini merupakan pergeseran dari kriteria DSM-


IV-TR, yang memerlukan gejala untuk bertahan selama
Anxiety setidaknya 6 bulan bagi seseorang untuk memenuhi syarat

Disorder diagnosis. Perubahan ini dilakukan mengingat orang dengan


GAD akan memiliki waktu yang terlalu selama 6 bulan untuk
(GAD) mendapatkan diagnosisnya.
 Faktor Kognitif
Etiologi dari Pendekatan kognitif terkait dengan GAD bahwa gangguan

Generalized tersebut disebabkan oleh proses-proses berpikir yang


menyimpang. Orang-orang yang menderita GAD seringkali
Anxiety salah mempersepsi kejadian biasa. Perhatian para pasien GAD
Disorder mudah terarah pada stimulus yang mengancam bagi dirinya.
Pasien GAD sering terpicu untuk menginterpretasi stimulus
(GAD) yang tidak jelas sebagai sesuatu yang mengancam.
 Komorbiditas dalam Gangguan Kecemasan terjadi karena dua
hal:

Komorbiditas 1. Simtom berbagai gangguan kecemasan tidak seluruhnya


spesifik bagi gangguan tertentu, missal social anxiety disorder
dalam dan agoraphobia, gejalanya mungkin sama terkait dengan
Gangguan ketakutan akan orang banyak.

Kecemasan 2. Beberapa faktor etiologi, seperti karakteristik neurobiologi atau


kepribadian tertentu, dapat meningkatkan risiko untuk lebih
dari satu gangguan kecemasan.
 Psychological Treatment for Anxiety Disorder
a. Terapi perilaku fokus pada masalah yang ditakuti klien,
bisa menggunakan desentisasi sistematik. Untuk
beberapa gangguan kecemasan, komponen kognitif dapat
Intervensi membantu dalam proses terapi.
untuk b. Exposure treatment untuk phobia disorder cenderung
Gangguan bekerja dengan cepat dan baik.

Kecemasan c. Menambahkan komponen kognitif dalam exposure


treatment dapat membantu untuk memangani social
anxiety disorder.
d. Intervensi pada phobia disorder sering melibatkan
adanya perubahan fisiologis.
Intervensi e. Intervensi untuk agoraphobia dapat dilakukan dengan
untuk meminta bantuan teman atau orang terdekat klien.
Gangguan f. Relaksasi dan Pendekatan CBT sangat membantu bagi
Kecemasan klien GAD.
 Medications to Relieve Anxiety
 Antidepresan dan benzodiazepin merupakan obat yang yang
sering digunakan untuk gangguan kecemasan. Namun, ada
kekhawatiran bahwa benzodiazepin dapat menyebabkan
Intervensi ketergangtungan.

untuk  Penghentian pengguanaan obat biasanya menyebabkan

Gangguan kekambuhan. Untuk alasan ini, CBT (cognitive behaviour


therapy) dianggap sebagai pendekatan yang lebih bermanfaat
Kecemasan daripada menggunakan obat untuk sebagian besar gangguan
kecemasan.
 Satu pendekatan baru yaitu menggunakan obat D-cycloserine
bersamaan dengan exposure treatment .
 Annisa, Fitri Dona & Ifdil. (2016). Konsep kecemasan
(anxiety) pada lanjut usia (lansia). Konselor, Vol 5, Number
2 June 2016, pp 93-99
 Davidson, G. C., Neale, J. N., & Kring, A. N. (2010).

DAFTAR Psikologi Abnormal (Edisi ke-9). Jakarta: Rajawali Pers.


 Kring, A. N., Johnson, S. L., Davidson, G. C., & Neale, J. N.
PUSTAKA (2010). Abnormal Psychology (11th ed). United States of
America: John Wiley & Sons, Inc.
 Kring, A. N., Johnson, S. L., Davidson, G. C., & Neale, J. N.
(2012). Abnormal Psychology (12Eth ed). United States of
America: John Wiley & Sons, Inc.
TERIMA KASIH 
SEMOGA BERMANFAAT

Anda mungkin juga menyukai