Anda di halaman 1dari 14

CLINICAL SCIENCE SESSION

GANGGUAN ANXIETAS
Disusun oleh:
M. Shanan Asyi

Masih Proses

Todia Pediatama

130112140011

Preseptor:
Santi Andayani, dr. SpKJ

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN
BANDUNG
2014

1. DEFINISI
Pengertian Anxietas, Anxietas / kecemasan ( anxiety ) suatu keadaan aprehensi atau keadaan
khawatir yang mengeluhkan bahwa suatu suatu yang buruk akan segera terjadi. Banyak hal yang
harus dicemaskan misalnya, kesehatan kita, relasi sosial, ujian, karier, relasi internasional, dan
kondisi lingkungan adalah beberapa hal dapat menjadi sumber kecemasan. Kecemasan bisa jadi
respon yang tepat terhadap ancaman, tetapi kecemasan bisa jadi abnormal bila tingkatanya tidak
sesuai dengan proporsi ancaman, atau sepertinya datang tiba - tiba tanpa senbab yang pasti, dan
bukan respon terhadap lingkungan. Ada beberapa tipe - tipe gangguan kecemasan seperti berikut:
1. Gangguan Panik
Gangguan panik mencakup muncunya serangan panik yang berulang dan tidak terduga.
Serangan serangan panik melibatkan reaksi kecemasan yang intens disertai dengan
simtom simtom fisik seperti jantung berdebar debar, nafas cepat, nafas tersengal, atau
kesulitan bernafas, berkeringat banyak, dan rasa lemas serta pusing yang amat sangat .
Serangan serangan itu disertai perasaan teror yang luar biasa dan perasaan akan adanya
bahaya yang segera menyerang atau malapetaka yang segera menimpa serta juga disertai
debgan suatu dorongan untuk melahirkan diri dari situasi itu semua. Serangan panik
dapat terjadi secara tiba tiba dan mencapai punca intensitas daalm 10 -15 menit.
Kebanyakan orang sering mendeskripsikan serangan panik sebagai pengalaman paling
buruk dalam hidupnya. Dan mereka memiliki kecenderungan melekat kepda orang lain
demi untuk mendapatkan pertolongan, karena mereka takut untuk keluar sendiri.
Serangan panik yang berulang- ulang dapat menyebabkan si penderita melakukan bunuh
diri. Gangguan panik biasanya dimulai pada akhir masa remaja sampai pertengahan 30
han tahun. Perempuan mempunyai kemungkinan dua kali lebih besar untuk
mengembangkan gangguan panic.
2. Gangguan Kecemasan Menyeluruh
Gangguan kecemasna menyeluruh ( Generalized anxiety disorderl/GAD ) ditandai oleh
perasaan cemas yang persisten yang tidak dipicu oleh suatu objek, situasi, atau aktifitas
yang spesifik. Ciri utama Orang dengan GAD adalah rasa cemas. Dan Orang yang
terkena GAD memiliki kecemasan yang kronis, mereka mnecemaskan secara berlebihan
keadaan hidup mereka, seperti keuangan , kesejahteraan, anak -anak dan hubungan sosial
mereka. GAD memimilki kecenderungan gangguan yang stabil, muncul pada
pertengahan remaja sampai pertengahan umur 20-an tahun dan berlangsung sepanjang
hidup. Ciri -ciri yang terkait dengan GAD adalah merasa tegang was was atau khawatir
mudah lelah, mempunyai kesulitan berkonsentrasi atau menemukan bahwa pikiran
menjadi kosong, iritabilitas, ketegangan otot, dan adanya gangguan tidur, seperti sulit
untuk tidur, untuk terus tidur, atau tidur yang gelisah dan tidak. Meskipun GAD secara
tipikal kurang intens dalam respons fisiologisnya dibandingkan dengan gangguan panik,
disetres emosional yang diasosiasikan dengan GAD cukup parah untuk mengganggu

kehidupan orang sehari hari. GAD sering bersanding dengan gangguan-gangguan lain
seperti depresi atau gangguan kecemasan lainnya seperti agoraphobia-obsesif
kompulsif.

2. ETIOLOGI
A.

Gangguan Fobia
Ada beberapa teori yang mengemukakan tentang penyebab fobia, diantaranya :
1.

Teori Psikodinamika
Menurut Freud, yang merupakan tokoh psikodinamika mengatakan bahwa fobia
merupakan suatu sinyal bahaya bahwa impuls-impuls yang mengancam yang bersifat seksual
atau agresi mendekat ke taraf kesadaran . Kecemasan ini dialihkan dari impuls id yang
ditakuti dan di pindahkan ke suatu objek atau situasi yang memiliki koneksi simbolik
dengannya. Untuk menghalau impuls-impuls yang mengancam ini, ego mencoba untuk
menghalangi atau mengalihkannnya melalui mechanism defense. Misalnya pada fobia yang
difungsikan adalah proyeksi. Suatu reaksi fobik melbatkan proyeksi dari impul-impuls yang
mengancam yang berasal dari indivdu tersebut kemudian dipindahkan ke objek fobia.
2.

Teori Behavioral
Teori ini berfokus pada peran pembelajaran sebagai cara berkembangnya fobia. Beberapa
tipe pembelajaran tersebut diantaranya:
a.

Avoidance conditioning
Avoidance conditioning dilandasi oleh teori dua faktor yang di ajukan oleh
Mowter (Davidson dkk, 2004) menyatakan bahwa fobia berkembang dari dua
pembelajaran yang saling berkaitan, yaitu:
1. Melalui classical conditioning seseorang dapat belajar untuk pada suatu
stimulus netral jika stimulus tersebut dipasangkan dengan kejadian yang secara
intrinstik menyakitkan atau menakutkan
2. Seseorang dapat belajar mengurangi rasa takut yang dikondisikan tersebut
dengan melarikan diri atau menghindari CS. Jenis pembelajaran ini diasumsikan
sebagai operant conditioning.

b.

Modeling
Ketakutan dapat dipelajari dengan meniru perilaku orang lain. Dengan perilaku
fobia dapat dipelajari melaui modeling bukan melalui pengalaman yang tidak
menyenangkan terhadap objek atau situasi yang ditakuti. Pembelajaran terhadap
rasa takut dengan mengamati perilaku orang lain disebut sebagai vicarious
learning. ini juga terjadi melalui instruksi verbal, yaitu deskripsi yang diberikan
oleh orang lain tentang apa yang mungkin terjadi selain melalui observasi terhadap
ketakutan orang lain.

3. Teori Kognitif
Teori ini secara khusus mengatakan bahwa proses berfikir manusia dapat berperan sebagai
diathesis dan bagaimana pikiran dapat membuat fobia menetap. Menurut teori kognisi terjadi
karena adanya distorsi pemikiran
B.

Gangguan Panic

Ada 2 teori yang menjelaskan tentang penyebab gangguan panic, yaitu:


1. Teori Biologis
Menurut teori ini penyebab seseorang mengalami gangguan kepanikan diantaranya sensasi
fisik yang disebabakan oleh suatu penyakit serta sifat-sifat biologis dapat meningkatkan
timbulnya gangguan panik. Penyebab gangguan panik lain menurut teori biologi adalah
karena adanya aktivitas yang berlebihan dalam system noradegrenergik (neuron yang
menggunakan norephinefrin sebagai neurotransmiter) yang disebabkan oleh suatu masalah
dalam neuron gamma-aminobutyric (GABA) yang secara umum menghambat aktivitas
noradegrenik.
2.

C.

Teori Psikologis
Teori Classical conditioning, mengatakan bahwa kondisi panic menjadi terkondisi secara
klasikal pada sensasi fisik. Hal ini didukung oleh beberapa studi dimana orang-orang yang
menderita gangguan panic mengatakan bahwa gangguan tersebut sebagai sesuatu yang
tidak dapat dikendalikan dan tidak dapat diprediksi.

Gangguan Anxietas Menyeluruh (generalized anxiety disorder )


1.

Perspektif Psikoanalisis
Teori ini mengatakan bahwa sumber kecemasan secara menyeluruh disebabakan
oleh konflik yang tidak disadari antara ego dan impuls-impuls id. Impus-impuls ini
biasanya bersifat seksual atau agresif dan berusaha untuk mengekspresikan diri namun
ego tidak membiarkannya karena tanpa disadari adanya ketakutan terhadap hukuman
yang diterima sehingga menyebabkan individu menekan impuls-impuls tersebut kealam
bawah sadar. Dengan demikian, individu selalu mengalami kecemasan.

2.

Perspektif Kognitif-Behavioral
Menurut teori ini gangguan disebabkan oleh proses berpikir yang menyimpang.
Orang dengan gangguan anxietas menyeluruh seringkali mempersepsikan kejadiankejadian biasa menjadi sesuatu yang mengancam dan kognisi mereka terfokus pada
antisipasi bencana pada masa mendatang. Sensitivitas pasien gangguan anxietas
menyeluruh yang sangat tinggi terhadap stimulus yang mengancam juga muncul
walaupun stimulus tersebut tidak dapat diterima secara sadar.

3. EPIDEMIOLOGI

Angka prevalensi untuk gangguan anxietas menyeluruh 3-8% , dengan prevalensi pada
wanita > 40 tahun sekitar 10%. Rasio antara perempuan dan laki-laki sekitar 2:1. Onset penyakit
biasanya muncul pada usia pertengahan hingga dewasa akhir, dengan insidens yang cukup tinggi
pada usia 35-45 tahun. GAD merupakan gangguan kecemasan yang paling sering ditemukan
pada usia tua.

4. KRITERIA DIAGNOSIS PPDGJ III

A. Gangguan Anxietas Fobik


Anxietas dicetuskan oleh adanya situasi atau objek yang jelas (dari luar indifidu itu
sendiri), yang sebenarnya pada saat kejadian itu tidak membahayakan. Kondisi lain (dari diri
individu itu sendiri) seperti perasaan takut akan adanya penyakit (nosofobia) dan ketakutan akan

perubahan bentuk badan (dismorfobia) yang tak realistic dimasukkan dalam klasifikasi F45.2
(gangguan hipokondrik). Sebagai akibatnya, objek atau situasi tersebut dihindari atau dihadapi
rasa terancam.
Secara subjektif, fisiologik dan tampilan perilaku, anxietas fobik tidak berbeda dari
anxietas yang lain dan dapat dalam bentuk yang ringan sampai yang berat (serangan panik).
Anxietas fobik seringkali berbarengan (coexist) dengan depresi. Suatu episode depresif seringkali
memperburuk keadaan anxietas fobik yang sudah ada sebelumnya. Beberapa episode depresif
dapat disertai anxietas fobik yang temporer, sebaliknya afek depresif seringkali menyertai
berbagai fobia., khususnya agarofobia. Pembuatan diagnosis tergantung dari mana yang jelasjelas timbullebih dahulu dan mana yang lebih dominan pada saat pemeriksaan.

F40.0 Agarofobia.
Pedoman Diagnostik
Semua Kriteria di bawah iniharus dipenuhi untuk diagnosis pasti:
a) gejala psikosis, perilaku atau otonomik yang timbul harus merupakan manifestasi
primer dari anxietasnya dan bukan sekunder dari gejala-gejala lain seperti misalnya
waham atu pikiran obsesif.
b) anxietas yang timbul harus terbatas pada (terutamaterjadi dalam hubungan dengan
(setidaknya dua dari situasi berikut: banyak orang / keramaian, tempat umum,
bepergian keluar rumah, dan bepergian sendiri dan
c) menghindari situasi fobik harus atau sudah merupakan gejala yang menonjol
(penderita menjadi house bound)

F40.1 Fobia Sosial


Pedoman Diagnostik

Semua Kriteria di bawah ini harus dipenuhi untuk diagnostik pasti:


a)

Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang timbul harus merupakan manifestasi

primer dari anxietasnya dan bukan sekunder dari gejala-gejala lain seperti misalnya
waham atu pikiran obsesif.
b)

Anxietasnya harus mendominasi atau terbatas pada situasi social tertentu (outside

the family circle); dan

c)

Menghindari situasi fobik harus atau merupakan gejala yang menonjol.

Bila terlalu sulit membedakan antara fobia social dengan agarofobia, hendaknya
diutamakan diagnosis agarofobia (F40.0)

F40.2 Fobia Khas (Terisolasi)


Pedoman Diagnostik

Semua Kriteria di bawah ini harus dipenuhi untuk diagnostik pasti:


a)

Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang timbul harus merupakan manifestasi

primer dari anxietasnya dan bukan sekunder dari gejala-gejala lain seperti misalnya
waham atu pikiran obsesif.
b)

Anxietas harus terbatas pada adanya objek atau situasi fobik tertentu ( highly

specific situation)
c)

Situasi fobik tersebut sedapat mungkin dihindarinya.

Pada fobia khas ini umumnya tidak ada gejala psikiatrik lain, tidak seperti agarofobia dan
fobia sosial.

B. Gangguan Anxietas Lainnya


Manifestasi anxietas merupakan gejala utama dan tidak terbatas (not restricted) pada
situasi lingkungan tertentu saja.Dapat disertai gejala-gejala depresif dan obsesif, bahkan
beberapa unsure dari anxietas fobik, asal saja jelas bersifat sekunder atau ringan.

F41.0 Gangguan Panik (anxietas paroksismal episodik)


Gangguan panic baru ditegakkan sebagai diagnosis utama bila tidak ditemukan adanya
gangguan ansietas fobik (F40.-) Untuk diagnostik pasti, harus ditemukan adanya bebrapa
kali serangan anxietas berat (severe attacks of autonomic anxiety) dalam masa kira-kira
satu bulan:
a)
b)

Pada keadaan-keadaan diman sebenarnya secara objektif tidak ada bahaya;


Tidak terbatas pada situasi yang telah diketahui atau dapat diduga sebelumnya

(unpredictable situation)

c)

Dengan keadaan yang relative bebas dari gejala-gejala anxietas pada periode di

antara serangan-serangan panic (meskipun demikian, umumnya dapat terjadi anxietas


antisipatorik,yaitu anxietas yang terjadi setelah membayangkan sesuatu yang
mengkhawatirkan akan terjadi).

F41.1 Gangguan cemas menyeluruh


Pedoman Diagnostik
Penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung hampir
setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas atau hanya
menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya free floating atau
mengambang). Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut:
a)

Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk, sulit

konsentrasi)
b)

Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai)

c)

Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar-debar,

sesak

nafas,

keluhan

lambung,

pusing

kepala,

mulut

kering,

dsb)

Pada anak-anak sering terliahat adanya kebutuhan berlebihan, untuk ditenangkan


(reassurance) serta keluhan-keluhan somatic yang menonjol.Adanya gejala-gejala lain
yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari), khususnya depresi, tidak membatalkan
diagnostikutama yakni gangguan anxietas menyeluru, selama hal tersebut tidak
memenuhi kriteria lengkap dari episode depresif (F32.-), gangguan anxietas fobik (F40.-),
gangguan panik (F41.0) atau gangguan obsesif-komfulsif (F42.-)

5. KRITERIA DIAGNOSIS DSM-V

a. Agoraphobia

b. Specific Phobia

c. Social Phobia

d. Panic Attack

e. Panic Disorder

f. Generalized Anxiety Disorder

6. PSIKOTERAPI DAN FARMAKOTERAPI

a. Psikoterapi CBT (Cognitive-Behaiour Theraphy)

Cognitive Behavioral Therapy (CBT) merupakan salah satu pendekatan


psikoterapi yang paling banyak diterapkan dan telah terbukti efektif dalam
mengtatasi berbagai gangguan, termasuk kecemasan dan depresi. Asumsi yang
mendasari Cognitive Behavioral Therapy CBT, terutama untuk kasus depresi
yaitu bahwa gangguan emosional berasal dari distorsi (penyimpangan) dalam
berpikir. Perbaikan dalam keadaan emosi hanya dapat berlangsung lama kalau
dicapai perubahan pola-pola berpikir selama proses terapi. Demikian pula pada
pasien pola berpikir yang maladaptive (disfungsi kognitif) dan gangguan perilaku.
Dengan memahami dan merubah pola tersebut, pasien diharapkan mampu
melakukan perubahan cara berpikirnya dan mampu mengendalikan gejala gejala
dari gangguan yang dialami.

Cognitive Behavioral Theraphy didasari dari 4 cara, yaitu


1) Exposure Theraphy
Pemaparan terhadap benda atau situasi yang dicemaskan, prosedurnya ada tiga
tipe, yaitu In Vivo, Imaginal, dan Interoceptive
2) Anxiety Management and Stress Inoculation
Latihan untuk mengatur dan melatih memberhentikan kecemasan.
3) Cognitive Theraphy
Membantu pasien untuk menyingkirkan pemikiran yang tidak membantu
dalam kecemasan pasien.
4) Interpersonal Skill Training
Pasien

dengan

gangguan

anxietas

mempunyai

kekurangan

dalam

berkomunikasi dengan orang lain sehingga latihan dalam kemampuan


interpersonal sangat membantu pasien dalam berkomunikasi.

b. Farmakoterapi

1) Beta Adrenergic Antagonist


B-blocker digunakan untuk mengurangi gejala-gejala somatic yang terjadi
pada kecemasan. biasanya diberikan pada situasi yang sudah diketahui seperti
membawakan pidato atau melakukan penampilan dihadapan banyak orang. Bblocker bekerja dengan mengurangi takikardi dan tremor sebelum
menghadapi situasi pencetus kecemasan. B-blocker digunakan 30-60 menit
sebelum situasi dihadapi menggunakan propranolol atau atenolol. tidak boleh
diberikan pada pasien asma atau COPD. diberikan pro re nata

2) Benzodiazepine
Merupakan agen anxiolytic yang digunakan pada gangguan anxietas yang
telah diketahui penyebabnya. biasanya digunakan sebelum menghadapi
situasi pencetus atau dalam keadaan emergensi dari serangan panic. dalam
keadaan ini, obat yang digunakan adalah obat yang short ataupun
intermediate half-life yaitu alprazolam atau lorazepam. diberikan pro re nata.

3) Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI)


Merupakan agen antidepressant yang menunjukkan mempunyai efek untuk
mengurangi atau mencegah timbulnya relapse gangguan kecemasan. obat
yang digunakan adalah fluoxetine, sertraline, citalopram. Obat ini digunakan
untuk gangguan kecemasan yang kronis seperti gangguan kecemasan
menyeluruh atau gangguan panic. medikasi diberikan selama 8-12 minggu
dengan dosis dimulai dari dosis yang lebih kecil dari dosis inisial agar
mengurangi efek anxiogenik pada awal pengobatan dan dinaikkan dosisnya
secara bertahap hingga dosis optimal.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan HI, Saddock BJ. Gangguan Kecemasan. In : Wiguna M, editor. Sinopsis Psikiatri.
Edisi ketujuh Jilid Satu : Phyladelphia. Hal. 1-8.
2. Hutagalung, Evalina Asnawi. Tatalaksana Diagnosis dan Terapi Gangguan Anxietas.
[Internet] 2007 [cited 2011 Juni 05]. Available from : http://gangguan_anxietas.htm
3. Kaplan HI, Saddock BJ. Gangguan Kecemasan. In : Wiguna M, editor. Sinopsis Psikiatri.
Edisi ketujuh Jilid Dua : Phyladelphia. Hal. 60-66.
4. American Psychological Association. Generalized Anxiety Disorder. [Internet]. [cited 2011,
May 18]. Available from : http://www.Helpguide.org

Anda mungkin juga menyukai