TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Kecemasan
1. Pengertian Kecemasan
Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar yang berkaitan
dengan perasaan yang tidak pasti dan tidak berdaya, keadaan emosi ini tidak memiliki
subyek yang spesifik, kondisi ini dialami secara subyektif (yang hanya dirasa individu
menyenangkan dan dialami oleh semua makhluk hidup dalam kehidupan sehari-hari
dapat di ekpresikan secara langsung melalui perubahan fisiologi dan perilaku secara
tidak langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme koping sebagai upaya untuk
kecemasan.
timbul secara tidak jelas dan bisa dilihat secara langsung maupun tidak langsung dari
fisiologis dan sikap seseorang yang mengalami perubahan dalam menghadapi sesuatu
Berikut beberapa teori kecemasan menurut (Kaplan dan Sadock, 2010) yaitu :
a. Teori genetik
bersifat sehari – hari. Penelitian riwayat keluarga dan anak kembar menunjukkan
b. Teori katekolamin
(epinefrin) yang berkaitan dengan intensitas reaksi – reaksi yang subjektif, yang
reaksi cemas berkaitan dengan peningkatan kadar katekolamin yang beredar dalam
badan.
d. Teori psikoanalisa
Jadi kecemasan disini dipandang sebagai suatu respon yang terkondisi atau respon
Kecemasan adalah bentuk penderitaan yang berasal dari pola pikir maladaptif.
Kecemasan dapat dibentuk oleh pengaruh tokoh – tokoh penting masa kanak –
kanak.
h. Teori sosial
i. Teori eksistensi
3. Tingkat kecemasan
a. Kecemasan ringan
b. Kecemasan sedang
mengalami perhatian yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang terarah.
c. Kecemasan berat
sesuatu yang terinci dan spesifik, serta tidak dapat berpikir tentang hal lain. Orang
tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area
yang lain.
kendali. Orang yang sedang panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun
yang dapat dimanifestasikan pada respon fisiologis, respon kognitif dan respon
Tingkat Kecemasan
Fisiologis Ringan Sedang Berat Panik
TD
TD tidak
TD TD meningkat
Tekanan Darah (TD) ada
meningkat meningkat kemudian
Perubahan
menurun
Nadi cepat
Nadi tidak
Nadi Nadi cepat Nadi cepat kemudian
Berubah
lambat
Pernafasan
Pernafasan Pernafasan Pernafasan cepat
Pernafasan tidak ada
meningkat meningkat dan dangkal
perubahan
4. Faktor – faktor yang mempengaruhi kecemasan
Stuart (2013) menyatakan ada beberapa teori yang telah dikembangkan untuk
dan dikendalikan oleh norma budaya. Ego atau Aku, berfungsi menengahi
tuntutan dari dua elemen yang bertentangan itu, dan fungsi cemas adalah
suatu dorongan yang dipelajari berdasarkan keinginan dari dalam diri untuk
1) Faktor eksternal:
a) Usia, seseorang yang mempunyai usia lebih muda ternyata lebih mudah
usianya.
b) Jenis kelamin, gangguan ini lebih sering dialami oleh wanita daripada pria.
cemasnya.
suatu hal. Pengetahuan ini sendiri biasanya diperoleh dari informasi yang
ADAPTIF MALADAPTIF
Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik
a. Respon adaptif
Hasil yang positif akan didapatkan jika individu dapat menerima dan
mengatur kecemasan antara lain dengan bekerja kepada orang lain, menangis,
b. Respon maladaptif
koping ulang disfungsi dan tidak berkesinambungan dengan yang lainnya. Koping
maladaptif mempunyai banyak jenis termasuk perilaku agresif, bicara tidak jelas,
isolasi diri, banyak makan, konsumsi alkohol, berjudi dan penyalahgunaan obat
terlarang.
sedang, berat atau berat sekali menggunakan alat ukur (instrument) yang dikenal
dengan :
Alat ukur ini terdiri dari 14 kelompok, dengan gejala masing masing
kelompok dirinci lagi dengan gejala – gejala yang lebih spesifik. Petunjuk
penggunaan alat ukur HRS – A adalah : penilaian 0 = tidak ada (tidak ada gejala
sama sekali); 1 = ringan (satu gejala dari pilihan yang ada); 2 = sedang (separuh
dari gejala yang ada); 3 = berat (lebih dari separuh dari gejala yang ada); 4 = sangat
berat (semua gejala yang ada). Penilaian kecemasan skor < 6 = tidak ada
(APAIS).
Information Scale (APAIS) merupakan salah satu instrument yang digunakan untuk
mengukur kecemasan pre operatif yang telah divalidasi, diterima dan diterjemahkan
ke dalam berbagai bahasa di dunia. Instrument APAIS dibuat pertama kali oleh
Moerman pada tahun 1995 di Belanda. Uji validitas dan reliabilitas instrument
APAIS versi Indonesia didapatkan hasil yang valid dan reliabel untuk mengukur
kecemasan pre operatif pada populasi Indonesia dengan hasil 70,79% dan nilai
a) Penatalaksanaan farmakologi
digunakan untuk jangka pendek, dan tidak dianjurkan untuk jangka panjang karena
samping, simple dan tidak berbiaya mahal (Roasdalh, 2015). Perawat dapat
Terapi relaksasi adalah tehnik yang didasarkan kepada keyakinan bahwa tubuh
berespon pada ansietas yang merangsang pikiran karena nyeri atau kondisi
2009). Terapi relaksasi memiliki berbagai macam yaitu latihan nafas dalam,
masase, relaksasi progresif, imajinasi, biofeedback, yoga, meditasi, sentuhan
8. Dukungan keluarga
akan tahu bahwa ada orang lain yang memperhatikan, menghargai dan
1) Dukungan penghargaan
kejadian depresi dengan baik dan juga sumber depresi dan strategi koping
merupakan dukungan yang terjadi bila ada ekspresi penilaian yang positif
2) Dukungan instrumental
kecemasan, dll.
3) Dukungan informasional
pemberian nasihat, pengarahan, saran, kritik, maupun umpan balik tentang apa
yang dilakukan oleh seseorang. Keluarga dapat memberikan saran dan nasihat
informasi.
4) Dukungan emosional
kali menderita secara emosional, merasa sedih, dan kehilangan harga diri. Jika
nyaman, rasa dicintai, empati, rasa percaya, dan perhatian sehingga individu
natural atau alami yang memiliki makna penting dalam kehidupan seseorang
yang tidak di dapatkan dari lingkungan luar. Dukungan keluarga yang natural
merasa terancam akan sesuatu. Hanya dengan bersama-sama teman atau keluarga
orang tua. Orang tua yang tidak memberikan respons yang baik dan menunjukan
sikap acuh tak acuh, tidak menghargai dan kurang sungguh-sungguh ketika
pernyataan. Skala berbentuk model Likert dengan empat pilihan jawaban antara
lain: sangat setuju (SS), setuju (S), ragu-ragu (R), tidak setuju (TS), dan sangat
tidak setuju (STS). Kuesioner dibagi dalam dua kategori yaitu item favorable dan
B. Konsep Covid 19
1. Pengertian Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)
penyakit menular yang disebabkan oleh virus corona yang baru ditemukan.
pernapasan ringan hingga sedang dan sembuh tanpa memerlukan perawatan khusus.
disebabkan oleh turunan coronavirus baru. ‘CO’ diambil dari corona, ‘VI’ virus, dan
‘D’ disease (penyakit). Sebelumnya, penyakit ini disebut ‘2019 novel coronavirus’
atau ‘2019- nCoV.’ Virus COVID-19 adalah virus baru yang terkait dengan
keluarga virus yang sama dengan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan
beberapa jenis virus flu biasa (UNICEF, 2020). Menurut Sun et al., 2020, COVID-
19 adalah penyakit coronavirus zoonosis ketiga yang diketahui setelah SARS dan
penyakit Virus Corona 2019 (COVID-19) adalah virus RNA, dengan penampakan
pada amplopnya.
2. Patogenesis
beberapa virus SARS-CoV-2 telah diketahui dan tidak jauh berbeda dengan
lainnya. Pada umumnya, virus ini menginfeksi sel-sel disaluran pernapasan yang
melapisi alveolus di dalam tubuh manusia. Hal ini akan membuat saling berikatan
dengan reseptor-reseptor lalu membuat jalan dan masuk ke dalam sel. Glikoprotein
yang terdapat dalam envelope spike virus akan berikatan juga dengan reseptor
selular seperti ACE2 pada SARS-CoV-2. Di dalam sel, virus ini akan melakukan
dengan SARS-CoV, pada SARS-CoV-2 diketahui saat setelah virus masuk di dalam
sel, genom RNA virus juga akan dikeluarkan ke sitoplasma sel dan ditranslasikan
baru pada glikoprotein akan membentuk serta masuk ke dalam golgi sel atau
yang tersusun dari protein nukleokapsid dan genom RNA. Partikel virus akan
tumbuh ke dalam retikulum endoplasma dan Golgi sel. Ditahap akhir, vesikel yang
melepaskan komponen virus yang baru. Pada SARS-CoV, Spike Protein dilaporkan
sebagai determinan signifikan yang didalamnya virus masuk kedalam sel pejamu.
Dan telah diketahui bahwa SARS- CoV masuk ke dalam sel dimulai dengan fusi
antara plasma membran dengan membran virus dari sel (Susilo et al., 2020). Dalam
proses ini, protein S2’ sangat berperan penting pada proses pembelahan proteolitik
yang memediasi sampai terjadinya sebuah proses fusi membran. Selain fusi
endocytosis yang memediasi masuknya SARS-CoV sel pejamu. Salah satu faktor virus
dan pejamu memiliki peran dalam infeksi SARS-CoV. Dampak yang ditimbulkan dari
virus sitopatik yakni memiliki kemampuan untuk mengalahkan respons imun serta
dalam kerusakan suatu jaringan pada infeksi virus SARS-CoV-2. Respons imun
yang tidak adekuat menyebabkan replikasi virus dan kerusakan jaringan. Bila
Respons imun ini disebabkan oleh SARS-CoV-2 yang belum dapat dipahami
sepenuhnya, akan tetapi dapat dipelajari dari mekanisme yang ditemukan pada
Antigen Presentation Cells (APC). Presentasi antigen virus ini bergantung pada
respons imunitas humoral dan selular tubuh yang dimediasi oleh sel B dan sel T
yang spesifik pada virus. Pada respons imun humoral ini terbentuk IgG dan IgM
pada SARS-CoV. Akhirnya IgM pada SAR-CoV ini hilang di akhir minggu ke-12
3. Transmisi
a. Droplet
pasien batuk atau bersin, droplet yang mengandung virus mungkin dihirup oleh
b. Kontak Langsung
19 karena kontak dengan individu dari Wuhan. Lebih dari 1800 dari 2055 (~
88%) pekerja medis dengan COVID-19 berada di Hubei, menurut laporan dari
permukaan meja, gagang pintu, telepon, dan benda mati lainnya. Virus itu
d. Penularan Asimptomatik
tidak diisolasi dan mungkin merupakan sumber virus seluler yang penting.
bahwa 78 hingga 85% kasus dalam kelompok agregat besar terjadi karena
f. Transmisi Aerosol
bertahan di udara selama 24-48 jam dan menyebar dari beberapa meter hingga
puluhan meter. Namun, belum ada bukti kuat untuk aerosol penularan. WHO
g. Penularan Okuler
inspeksi di Wuhan pada 22 Januari 2020. Studi lebih lanjut ditemukan bahwa
COVID-19 dapat dideteksi dalam air mata dan sekresi konjungtiva pasien
COVID- 19.
h. Penularan Tinja-Oral
ketika viral load tidak lagi terdeteksi di saluran pernapasan. SARS-CoV-2 juga
telah terdeteksi di epitel lambung, duodenum, dan rektal. Tidak ada bukti yang
cukup untuk mendukung transmisi vertikal karena sampel dari neonatus yang
dilahirkan dengan positif COVID-19 dari ibu negatif. Apalagi tidak ada viral
4. Faktor Resiko
sebagai berikut :
Tingkat keparahan dan hasil dari penyakit coronavirus disease 2019 (COVID-
19) sangat bergantung pada usia pasien. Orang lansia dengan usia 65 tahun
keatas mewakili 80% rawat inap dan memiliki risiko kematian 23 kali lipat
lebih besar daripada mereka yang berusia di bawah 65 tahun (Mueller et al.,
2020).
Hal ini disebabkan perawatan atau kebersihan yang buruk dan kekurangan
alat pelindung diri sehingga mudah berisiko covid-19 (S. M. Shi et al., 2020).
meta- analisis yang mengevaluasi kejadian penyakit ini mendasari pasien COVID-
d. Penderita Asma
1,41%, yang jauh lebih tinggi dari 0,86% yang diamati pada populasi umum.
Meskipun data ini menunjukkan frekuensi COVID-19 yang lebih tinggi pada
pasien asma, manifestasi dari penyakit pada populasi klinis ini tidak terlalu
al., 2020).
terutama di antara mereka yang memiliki penyakit lebih parah. Dalam 1 kohort
dari 191 pasien dari Wuhan, Cina, komorbiditas ditemukan pada 48% (67%
yang tidak bertahan), hipertensi pada 30% (48% yang tidak bertahan), DM
pada 19% (31% tidak bertahan), dan CVD pada 8% (13% dari tidak bertahan).
Dalam kohort dari 138 dirawat di rumah sakit pasien dengan COVID-19,
komorbiditasnya serupa lazim (46% secara keseluruhan dan 72% pada pasien
membutuhkan perawatan ICU), CVD pada 15% (25% pada pasien yang
membutuhkan perawatan ICU), dan DM pada 10% (22% pada pasien yang
f. Menerima Kemoterapi
klinis dengan risiko gangguan pernapasan yang lebih tinggi dan situasi ini bisa
ringan sampai kematian. Proporsi kematian dalam hal ini seri (25%) lebih besar
dari pada populasi umum dengan COVID-19 dilaporkan di rumah sakit Kota
New York (10,2%), dan serupa dengan data hasil yang dilaporkan dalam
yang meninggal karena penyakit terkait PID atau penyakit penyerta lainnya yang
dengan infeksi HIV. Gejala umum adalah demam (165 dari 223, 74,0%), batuk
(130 dari
223, 58,3%), dan dispnea (68 dari 223, 30,5%). Kurang umum adalah sakit kepala
(18 dari 223, 19,7%), artralgia / mialgia (33 dari 223, 14,8%), dan sakit
tenggorokan (18 dari 223, 8,1%). Setiap gejala gastrointestinal dilaporkan sebesar
13,0%. COVID-19 dilaporkan ringan hingga sedang di 141 kasus 212 (66,5%),
parah pada 46 pasien (21,7%), dan kritis pada 25 pasien (11,8%). Mayoritas pasien
(158 dari 244, 64,7%) dirawat di rumah sakit; 16,8% dirawat di unit perawatan
j. Riwayat Merokok
merokok dan kasus COVID-19 yang parah 95%. Selain itu, ditemukan
hubungan antara riwayat merokok saat ini dan COVID-19 yang parah 95%.
k. Diabetes Melitus
Penyakit ginjal kronis dikaitkan dengan risiko yang lebih tinggi dari
m. Penyakit Hati
Selain itu menurut Susilo et al. (2020) beberapa faktor risiko lain
prevalensi perokok aktif yang tinggi, orang yang memiliki kontak erat,
lingkungan yang sama tapi tidak pernah kontak dekat atau jarak 2
meter termasuk resiko rendah, dan terakhir tenaga kesahatan menjadi
a. Kasus Suspek
b. Kasus Probable
d. Kontak Erat
dan sebagainya).
gejala ini timbul dan 14 hari setelah kasus ini timbul gejala. Pada
e. Pelaku Perjalanan
f. Discarded
konfirmasi.
pernapasan lagi.
g. Kematian
meninggal.
6. Komplikasi
Komplikasi yang paling utama yang ada pada pasien COVID-19 adalah
ARDS, tapi tidak hanya ARDS, melainkan dapat terjadi komplikasi lain
b. Jejas Kardiak
c. Disfungsi Hati
d. Dan Pneumotoraks.
e. Syok Sepsis
g. Rabdomiolisis
h. Pneumomediastinum
Lama
c. Tromboemboli Vena
d. Catheter-Related Bloodstream
b. Penyakit Ginjal
c. Glucocorticoid-Associated Diabetes
g. Hipertensi
j. Tuberculosis
Menurut WHO bahwa masa inkubasi berkisar 5 – 6 hari dan paling lama
Menurut Sukmana & Yuniarti, 2020, tanda-tanda dan gejala khas yang paling
umum meliputi:
c. Kelelahan (38,1%)
f. Menggigil (11,4%)
h. Hidung Tersumbat
(4,8%)
i. Diare (3,7%)
j. Hemoptisis (0,9%)
k. Kongesti Konjungtiva (0,8%)
Gejala berat :
c. Hipoxemia
d. PaO2/FiO2 Ratio 50% dalam 24-48 Jam : Kemudian telah muncul gejala
baru yakni happy hypoxia, suatu kondisi di mana pasien memiliki saturasi
oksigen rendah (SpO2 < 90%), tetapi tidak sedang mengalami gangguan
pernapasan yang signifikan dan sering tampak baik secara klinis (Widysanto
et al., 2020).
bulan 12, varian 01). Analisis awal menunjukkan bahwa varian tersebut dapat
yang dimulai pada awal Desember 2020 menyusul kejadian yang tidak
terduga. peningkatan kasus COVID-19 di Inggris Tenggara. Hal ini ditandai
dengan peningkatan lebih dari 3 kali lipat dalam tingkat pemberitahuan kasus
Desember, lebih dari 50% isolat diidentifikasi sebagai strain varian di Inggris
Kent, South East England, pada 20 September 2020, yang diikuti oleh
peningkatan cepat dari varian yang sama yang diidentifikasi kemudian pada
November. Sebagian besar kasus COVID-19 yang darinya varian ini telah
menggunakan hand sanitizer jika tangan tampak kotor atau cuci tangan
dengan sabun dan air. 2) Menghindari menyentuh mata, hidung, dan mulut
setelah kontak dengan orang. 3) Menerapkan etika batuk dan bersin dengan
menutup mulut dan hidung dengan lengan atas bagian dalam atau
medis atau masker kain jika berpergian keluar rumah dan segera mencuci
perawat, dan supir ambulans yang bertugas di tempat praktik umum, tiase
alat pelindung diri seperti masker bedah 3 lembar, sarung tangan karet
lembar, penutup kepala, sarung tangan karet sekali pakai, dan gown.
perawat, dokter gigi, perawat gigi, dan laboran harus menggunakan alat
pelindung diri seperti pelindung mata dan face shield, masker N95,
penutup kepala, coverall/ hazmat, sarung tangan bedah karet steril sekali
pakai, sepatu boots saat bertugas di ruangan pasien ODP, PDP, dan
Bagan 2.1
Konsep Teori
Kecemasan
ringan
Kecemasan Berat