Anda di halaman 1dari 14

ANSIETAS

1. Definisi
a. Cemas (ansietas) adalah sebuah emosi dan pengalaman subjektif dari seseorang.
Pengertian lain cemas adalah suatu keadaan yang membuat seseorng tidak nyaman
dan terbagi dalam beberapa tingkatan. Jadi, cemas berkaitan dengan persaan tidak
pasti dan tidak berdaya. (Kususmawati, 2010)
b. Ansietas adalah perasaan yang difius, yang sangat tidak menyenangkan, agak tidak
menentu dan kabur tentang sesuatu yang akan terjadi. Perasaan ini disertai dengan
suatu atau beberapa reaksi badaniah yang khas dan yang akan datang berulang bagi
seseorang tertentu. Perasaan ini dapat berupa rasa kosong di perut, dada sesak,
jantung berdebar, keringat berlebihan, sakit kepala atau rasa mau kencing atau buang
air besar. Perasaan ini disertai dengan rasa ingin bergerak dan gelisah. (Harold I.
LIEF) “Anenvous condition of unrest” (Leland E. HINSIE dan Robert S Campbell).
c. Ansietas adalah perasaan tidak senang yang khas yang disebabkan oleh dugaan akan
bahaya atau frustrasi yang mengancam yang akan membahayakan rasa aman,
keseimbangan, atau kehidupan seseorang individu atau kelompok biososialnya. (J.J
GROEN)
2. jenis/macam
Kecemasan merupakan suatu perubahan suasana hati, perubahan didalam dirinya
sendiri yang timbul dari dalam tanpa adanya rangsanagan dari luar. Membagi
kecemasan menjadi tiga jenis kecemasan yaitu:
a. Kecemasan rasional merupakan suatu ketakuatan akiabat adanya objek yang memang
mengancam, misalnya ketika menunggu hasil ujian. Ketakuatan ini dianggap sebagai
suatu unsure poko normal dari mekanisme pertahanan dasar kiat.
b. Kecemasan irrasional yang bebrati bahawa mereka mengalami emosi ini dibawah
kedalam keadaan spesifik yang biasanya tidak dipandang mengancam.
c. Kecemasan fundamental merupakan suatu pertanyaan tentang siapa dirinya, untuk
apa hidupnya, dan akan kemanakah kelak hidupnya berlanjut. Kecemasan ini di sebut
sebagi kecemasan eksistensial yang mempunyai peran funda mental bagi kehidupan
manusia (Mustamir Pedak, 2009).
3. tanda dan gejala
Tanda dan gejala kecemasan yang di tunjukkan atau di temukan oleh seseorang
bervariasi tergantung dari beratnya atatu tingkatan yang dirasakan oleh individu
tersebut (Hawari, 2008). Keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang saat
mengalami kecemasan secara umum (Hawari, 2008), antara lain adalah sebagai
berikut:
a. Cemas, kawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung,
b. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.
c. Takut sendiriaan, takut pada keramaian, dan banyak orang.
d. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan.
e. Gangguan kosentrasi daya ingat
f. Gejala somatikrasa sakit pada oto dan tulang, berdebar-debar, sesak nafas, gangguan
pencernaan, sakit kepala, gangguan perkemihan, tangan terasa dngin dan lembab, dan
lain sebagainya (Eko prabowo, 2014: 124-125).
4. fase
5. psikopatologi
Rentang Respon Ansietas (Stuart, 2007)

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

a. Faktor Predisposisi
Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal ansietas :
1) Dalam pandangan psikoanalitik, ansietas adalah konflik emosional yang terjadi
antara dua elemen kepribadian, id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan
impuls primitif seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang
dan dikendalikan oleh norma – norma budaya seseorang. Ego atau Aku, berfungsi
menengahi hambatan dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi ansietas adalah
mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
2) Menurut pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak
adanya penerimaan dari hubungan interpersonal. Ansietas juga berhubungan dengan
perkembangan, trauma seperti perpisahan dan kehilangan, sehingga menimbulkan
kelemahan spesifik. Orang dengan harga diri rendah mudah mengalami
perkembangan ansietas yang berat.
3) Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan produk frustasi, yaitu segala
sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Daftar tentang pembelajaran meyakini bahwa individu yang terbiasa
dalam kehidupan dininya dihadapkan pada ketakutan yang berlebihan lebih sering
menunjukkan ansietas pada kehidupan selanjutnya.
4) Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang biasa
ditemui dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan
antara gangguan ansietas dengan depresi.
5) Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus
benzodiazepine. Reseptor ini mungkin membantu mengatur ansietas penghambat
dalam aminobutirik. Gamma neuroregulator (GABA) juga mungkin memainkan
peran utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas sebagaimana
halnya endorfin. Selain itu telah dibuktikan kesehatan umum seseorang mempunyai
akibat nyata sebagai predisposisi terhadap ansietas. Ansietas mungkin disertai
dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk
mengatasi stressor.
b. Faktor Presipitasi
Stressor pencetus mungkin berasal dari sumber internal atau eksternal. Stressor
pencetus dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori :
1) Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis yang
akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup sehari -
hari.
2) Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas, harga diri
dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.
6. pemeriksaan
Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang ansietas yaitu:
a. Pemerikasaan laboratorium, pada pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan
fungsi adrenal, peningkatan glukosa dan menurunnya fungsi paratiroid, tingkat
oksigen dan kalsium.
b. Uji psikologis
Penatalaksanaan
Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan asietas pada tahap pencegahan dan terapi
memrlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencakup fisik
(somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius. Selengkapnya
seperti pada uraian berikut.
a. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengancara:
1) Makan makan yang bergizi dan seimbang
2) Tidur yang cukup
3) Cukup olahraga
4) Tidak merokok
5) Tidak meminum minuman keras
b. Terapi psikolofarmaka Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas
dengan memaki obat obtan yang berhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-
transmitter (sinyal penghanatr saraf). Disusunan saraf pusat otak (limbic system).
Terapi psikofarmaka yang serig di pakai adalah obat anticemas (anxiolytic), yaitu
seperti diazepam, klobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCL, meprobramate
dan alprazolam
c. Terapi somatic. Gejala atau keluhan fisik (somatic) sering dijumpai sebagai gejala
ikutan atau akibat dari kecemasan yang berkepanjangan. Untuk menghilangkan
keluhankeluhan somatic (fisik) itu dapat diberikan obat-oabatn yang ditujukan pada
organ pada tubuh yang bersangkutan.
d. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antar lain:
1) Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan dorongan agar pasien
yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberika keyakinan serta percaya diri
2) Psikoterapi reedukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi diri bila diulang
bahwa ketdak mampuan mengatasi kecemasan.
3) Psikoterapi rekontruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali (rekontruksi)
kepribadian yang teah menglami goncangan akibat stresor.
4) Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu kemampuan
untuk berfikir secara rasonal, konsentrasi dan daya ingkat.
5) Psikoterapi psikodinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses dinamika
kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak mampu menghadapi
stresor psikososial sehingga mengalami kecemasan.
6) Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar faktor
keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor krluarga dapat dijadikan
sebagai faktor pendukung.
e. Terapi psikoreligius Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubunganya
dengan kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan
yang merupakan stresor psikososial.
pengkajian s/d implementasi
PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
1) Initial :Ansietas lebih rentan terjadi pada wanita daripada laki-laki, karena
wanita lebih mudah stress dibanding pria.
2) Umur : Toddler-lansia
3) Pekerjaan : Pekerajaan yang mempunyai tingkat stressor yang besar.
4) Pendidikan : Orang yang mempunyai tingkat pendidikan yang rendah lebih
rentan mengalami ansietas
2. Alasan Masuk
Sesuai diagnosa awal klien ketika pertama kali masuk rumah sakit.
3. Faktor Predisposisi
1) Dalam pandangan psikoanalitis, ansietas adalah konflik emosional yang terjadi
antara dua elemen kepribadian : id dan superego.
2) Menurut pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasan takut terhadap
ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal. Ansietas juga berhubungan
dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang
menimbulkan kerentanan tertentu.
3) Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala
sesuatu yang mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang
diinginkan
4) Kajian keluarga menunjukan bahwa gangguan ansietas biasanya terjadi dalam
kelurga. Gangguan ansietas juga tumpang tindih antara gangguan ansietas
dengan depresi
4. Pemeriksaan Fisik
Tanda Vital:
 TD : Meningkat, palpitasi, berdebar-debar bahkan sampai pingsan.
 N : Menurun
 S : Normal (36˚C - 37,5˚C ), ada juga yang mengalami hipotermi
tergantung respon individu dalam menangania ansietasnya
 P : Pernafasan , nafas pendek, dada sesak, nafas dangkal, rasa
tercekik terengah- engah
1) Ukur : TB dan BB: normal (tergantung pada klien)
2) Keluhan Fisik : refleks, terkejut, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor, kaku,
gelisah, wajah tegang, kelemahan umum, gerakan lambat, kaki goyah.
Selain itu juga dapat dikaji tentang repon fisiologis terhadap ansietas (Stuart,
2007):
B1 : Nafas cepat, sesak nafas, tekanan pada dada, nafas dangkal
pembengkakan pada tenggorokan, terengah-engah.
B2 : Palpitasi, jantung berdebar, tekanan darah meningkat, rasa ingin pingsan,
pingsan, TD ↓, denyut nadi ↓.
B3 : Refleks ↑, reaksi terkejut, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor, rigiditas,
gelisah, wajah tegang.
B4 : Tidak dapat menahan kencing, sering berkemih.
B5 : Kehilangan nafsu makan, menolak makan, rasa tidak nyaman pada abdomen,
nyeri abdomen, mual, nyeri ulu hati.
B6 : Lemah.
5. Psikososial:
Konsep diri:
1) Gambaran diri : wajah tegang, mata berkedip-kedip, tremor, gelisah, keringat
berlebihan.
2) Identitas : gangguan ini menyerang wanita daripada pria serta terjadi pada
seseorang yang bekerja dengan sressor yang berat.
3) Peran : menarik diri dan menghindar dalam keluarga / kelompok / masyarakat.
4) Ideal diri : berkurangnya toleransi terhadap stress, dan kecenderungan ke arah
lokus eksternal dari keyakinan kontrol.
5) Harga diri : klien merasa harga dirinya rendah akibat ketakutan yang tidak
rasional terhadap objek, aktivitas atau kejadian tertentu.
Hubungan Sosial:
1) Orang yang berarti: keluarga
2) Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat: kurang berperan dalam
kegiaran kelompok atau masyarakat serta menarik diri dan menghindar dalam
keluarga / kelompok / masyarakat.
3) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: +
Spiritual:
1) Nilai dan keyakinan
2) Kegiatan ibadah
6. Status Mental:
1) Penampilan : pada orang yang mengalami ansietas berat dan panik biasanya
penampilannya tidak rapi.
2) Pembicaraan : bicara cepat dan banyak, gagap dan kadang-kadang keras.
3) Aktivitas motorik : lesu, tegang, gelisah, agitasi, dan tremor.
4) Alam perasaan : sedih, putus asa, ketakutan dan khawatir.
5) Afek : labil
6) Interaksi selama wawancara: tidak kooperatif, mudah tersingung dan mudah
curiga, kontak mata kurang.
7) Persepsi : berhalusinasi, lapang persepsi sangat sempit dan tidak mampu
menyelesaikan masalah.
8) Proses pikir : persevarsi
9) Isi pikir : obsesi, phobia dan depersonalisasi
10) Tingkat kesadaran : bingung dan tidak bisa berorietansi terhadap waktu, tempat
dan orang (ansietas berat)
11) Memori : pada klien yang mengalami OCD (Obsessive Compulsif Disorder)
akan terjadi gangguan daya ingat saat ini bahkan sampai gangguan daya ingat
jangka pendek.
12) Tingkat konsentrasi dan berhitung : tidak mampu berkonsentrasi
13) Kemampuan penilaian : gangguan kemampuan penilaian ringan
14) Daya titik diri : menyalahkan hal-hal diluar dirinya: menyalahkan orang lain/
lingkungan yang menyebabkan kondisi saat ini.
7. Kebutuhan Persiapan Pulang
1) Kemampuan klien memenuhi/ menyediakan kebutuhan makanan, keamanan,
tempat tinggal, dan perawatan.
2) Kegiatan hidup sehari-hari:
3) Kurang mandiri tergantung tingkat ansietas
4) Perawatan diri
5) Nutrisi
6) Tidur
8. Mekanisme Koping
Adaptif (ansietas ringan) dan maladaptif (ansietas sedang, berat dan panik).
Menurut Stuart (2007). Individu menggunakan berbagai mekanisme koping untuk
mencoba mengatasinya, ketidakmampuan mengatasi ansietas secara konstruktif
merupakan penyebab utama terjadinya perilaku patologis. Ansietas ringan sering
ditanggulangi tanpa pemikiran yang sadar, sedangkan ansietas berat dan sedang
menimbulkan 2 jenis mekanisme koping :
1) Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari dan berorientasi
pada tindakan untuk memenuhi tuntunan situasi stres secara realistis
2) Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang.
Tetapi karena mekanisme tersebut berlangsung secara relative pada tingkat tidak
sadar dan mencakup penipuan diri dan distorsi realitas, mekanisme ini dapat
menjadi repon maladaptif terhadap stres.
9. Masalah Psikososial dan Lingkungan
1) Masalah dengan dukungan kelompok: klien kurang berperan dalam kegiatan
kelompok atau masyarakat serta menarik diri dan menghindar dalam keluarga/
kelompok/ masyarakat.
2) Masalah berhubungan dengan lingkungan: lingkungan dengan tingkat stressor
yang tinggi akan memicu timbulnya ansietas.
3) Masalah dengan pendidikan: seseorang yang pernah gagal dalam menempuh
pendidikan, tidak ada biaya untuk melanjutkan jenjang pendidikan berikutnya.
4) Masalah dengan pekerjaan: mengalami PHK, target kerja tidak tercapai.
5) Masalah dengan perumahan: pasien kehilangan tempat tinggalnya karena
bencana alam, pengusuran dan kebakaran.
6) Masalah ekonomi: pasien tidak mempunyai kemampuan finansial dalam
mencukupi kebutuhannya sehari-hari dan keluarganya.
7) Masalah dengan pelayanan kesehatan: kurang percaya dengan petugas
kesehatan.
10. Pengetahuan Kurang
Pasien kurang mempunyai pengetahuan tentang faktor presipitasi, koping, obat-
obatan, dan masalah lain tentang ansietas
11. Aspek medik
Diagnosa Medik:
1) Adanya perasaan cemas atau khawatir yang tidak realistic terhadap dua atau
lebih hal yang dipersepsi sebagai ancaman perasaan ini menyebabkan individu
tidak mampu istirahat dengan tenang (inability to relax)
2) Terdapat paling sedikit 6 dari 18 gejala-gejala berikut:
Ketegangan Motorik:
a) Kedutan otot atau rasa gemetar
b) Otot tegang/kaku/pegel linu
c) Tidak bisa diam
d) Mudah menjadi lelah
Hiperaktivitas Otonomik:
a) Nafas pendek/ terasa berat
b) Jantung berdebar-debar
c) Telapak tangan basah dingin
d) Mulut kering
e) Kepala pusing/rasa melayang
f) Mual, mencret, perut tidak enak
g) Muka panas/ badan menggigil
h) Buang air kecil lebih sering
i) Sukar menelan/rasa tersumbat
Kewaspadaan berlebihan dan Penangkapan Berkurang
a) Perasaan jadi peka/ mudah ngilu
b) Mudah terkejut/kaget
c) Sulit konsentrasi pikiran
d) Sukar tidur
e) Mudah tersinggung
3) Hendaknya dalam fungsi kehidupan sehari-hari, bermanifestasi dalam gejala:
penurunan kemampuan bekerja, hubungan social, dan melakukan kegiatan rutin.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
pohon masalah

kerusakan interaksi sosial effect

gangguan suasana cor problem


perasaan cemas

koping individu in efektif causa

diagnosa keperawatan

1. Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan cemas

2. Gangguan alam perasaan: cemas berhubungan dengan koping individu


inefektif
INTERVENSI

No Diagnosa Keperawatan Perencanaan Intervensi

1 Kerusakan interaksi TUK 1 : 1. Jadilah pendengar yang


sosial berhubungan hangat dan responsi
dengan cemas Tujuan : cemas
berkurang atau 2. Beri waktu yang cukup
hilang pada pasien untuk berespon

3. Beri dukungan pada pasien


untuk berekspresikan
perasaanya

4. Identifikasi pola perilaku


pasien atau pendekatan
yang dapat menimbulkan
perasaan negatif

5. Bersama pasien mengenali


perilaku dan respon
sehingga cepat belajar dan
berkembang

2 TUK 2 : 1. Bantu pasien untuk


mengidentifikasi dan
Pasien dapat menguraikan perasaanya
mengenali
ansietasnya 2. Hubungkan perilaku dan
perasaanya

3. Validasi kesimpulan dan


asumsi terhadap pasien

4. Gunakan pertanyaan terbuka


untuk mengalihkan dari topik
yang mengancam ke hal yang
berkaitan dengan konflik

5. Gunakan konsultasi untuk


membantu pasien
mengungkapkan perasaanya.

3 TUK 3 : 1. Bantu pasien menjelaskan


situasi dan interaksi yang
Pasien dapat dapat segera menimbulkan
memperluas ansietas
kesadaranya
terhadap 2. Bersama pasien meninjau
perkembangan kembali penilaian pasien
ansietas terhadap stressor yang
dirasakan mengancam dan
menimbulkan konflik

3. Kaitkan pengalaman yang


baru terjadi dengan
pengalaman masa lalu yang
relevan

4 TUK 4 : 1. Gali cara pasien mengurangi


ansietas dimasa lalu
Pasien dapat
menggunakan 2. Tunjukan akibat maladaptif
mekanisme koping dan destruktif dari respon
yang adaptif koping yang digunakan

3. Dorong pasien untuk


menggunakan respon koping
adaptif yang dimilikinya

4. Bantu pasien untuk


menyusun kembali tujuan
hidup, memodifikasi tujuan,
menggunakan sumber dan
menggunakan ansietas
sedang

5. Latih pasien dengan


menggunakan ansietas
sedang

6. Beri aktifitas fisik untuk


menyalurkan energinya 12

7. Libatkan pihak yang


berkepentingan sebagai
sumber dan dukungan sosial
dalam membantu pasien
menggunakan koping adaptif
yang baru

5 TUK 5 : 1. Ajarkan pasien teknik


relaksasi untuk meningkatkan
Pasien dapat kontrol dan rasa percaya diri
menggunakan
tekhnik relaksasi 2. Dorong pasien untuk
menggunakan relaksasi dalam
menurunkan tingkat ansietas.
DAFTAR PUSTAKA

1. Kusumawati F dan Hartono Y. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta :


Salemba Medika.

2. Mustamir Pedak. (2009). Metode Supernol Menaklukkan Stres.Jakarta: Hikmah


Publishing House.

3. Hawari. D, 2008, Menejemen stres, Cemas, dan Depresi, Jakarta, Balai penerbit
FK UI.

4. Eko Prabowo. 2014. Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Nuha Medika.

5. Stuart, G. W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa . Edisi 5. Jakarta. EGC


6. Sujono Riyadi dan Teguh Purwanto, Asuhan Keperawatan Jiwa (Yogyakarta:

Graha Ilmu, 2009),102

7. Stuart dan Sundeen, 1998, Buku Keperawatan (alih bahasa) Achir Yani S. Hamid.

Edisi 3.Jakarta : EGC

8. Keliat dan Akemat. 2010. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta

EGC

9. Lilik ma’rifatul ,Azizah, Imam Zainuri, Amar Akbar. 2016. Buku ajar keperawatan

Kesehatan Jiwa-Teori dan Aplikasi Praktis/Klinis . Yogyakarta: Indomedia

Pustaka.

10. Fitria,Nita.2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP & SP) untuk 7 Diagnosis
Keperawatan Jiwa Berat bagi Program S1 Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
11. Kaplan, Harold. (2008). Sinopsis Psikiatri Jilid 2. Jakarta
12. Keliat A. Budi, Akemat. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.
Jakarta: EGC.
13. Maramis, F. W. 2004. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga
University Press.
14. Stuart, GW. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.
15. Stuart and Sudden. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. Jakarta : EGC
16. Stuart & Sundeen. 2007. Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.
17. Yosep, I. 2010. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama
18. Stuart, GW. 2002.  Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.
19. Tarwoto dan Wartonah. 2000.  Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta.
20. Townsend, Marry C. 1998.  Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Perawatan
Psikiatri. Edisi 3. Jakarta. EGC

Anda mungkin juga menyukai