Anda di halaman 1dari 15

1.

Definisi
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga,tidak berarti dan rendah diri
yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau
kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak
mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri. ( Yosep,2009)
Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri sendiri atau
kemampuan diri yang negatif yang dapat secara langsung atau tidak langsung
diekspresikan. ( Towsend,2008)
Harga diri rendah merupakan semua pemikiran, penilaian, keyakinan dan
kepercayaan individu terhadap dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan
orang lain. Harga diri tidak terbentuk waktu lahir, tetapi dipelajari sebagai hasil
pengalaman unik seseorang dalam dirinya sendiri dengan orang terdekat dan realitas
dunia. (Stuart, 2007)
Harga diri rendah adalah penilaian negatif seseorang terhadap diri termasuk
hilangnya kepercayaan diri dan harga diri. Harga diri rendah dapat terjadi secara
situasional (trauma) atau kronis (kritik diri yang berlangsung lama) dan dapat
diekspresikan secara langsung atau tidak langsung. (Stuart dan Sudden, 2006)
2. Jenis atau macam
Harga diri rendah merupakan penilaian individu tentang nilai personal yang
diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal
diri. Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berakar dalam penerimaan diri
sendiri tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan, kekalahan, dan kegagalan, tetapi
merasa sebagai seseorang yang penting dan berharga. Gangguan harga diri rendah
merupakan masalah bagi banyak orang dan diekspresikan melalui tingkat kecemasan
yang sedang sampai berat. Umumnya disertai oleh evaluasi diri yang negatif
membenci diri sendiri dan menolak diri sendiri. Gangguan diri atau harga diri rendah
dapat terjadi secara :
a. Situasional Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus dioperasi,
kecelakaan,dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja. Pada pasien yang
dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena prifasi yang kurang diperhatikan.
Pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan, harapan
akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat/penyakit,
perlakuan petugas yang tidak menghargai. (Makhripah D & Iskandar, 2012)
b. Kronik Yaitu perasaan negativ terhadap diri telah berlangsung lama,yaitu sebelum
sakit/dirawat. Pasien mempunyai cara berfikir yang negativ. Kejadian sakit dan
dirawat akan menambah persepsi negativ terhadap dirinya. Kondisi ini
mengakibatkan respons yang maladaptive, kondisi ini dapat ditemukan pada pasien
gangguan fisik yang kronis atau pada pasien gangguan jiwa. (Makhripah D &
Iskandar, 2012)
3. Tanda dan gejala
a. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap
penyakit.Misalnya : malu dan sedih karena rambut jadi botak setelah mendapat terapi
sinar pada kanker
b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri.Misalnya : ini tidak akan terjadi jika saya segera
ke rumah sakit, menyalahkan/ mengejek dan mengkritik diri sendiri.
c. Merendahkan martabat.
Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya orang bodoh dan tidak tahu apa-
apa
d. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin bertemu dengan
orang lain, lebih suka sendiri.
e. Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya tentang memilih
alternatif tindakan.
f. Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin
klien ingin mengakhiri hidupnya.
4. Psikopatologi
Menurut struart dan laria (2001). Model stress adaptasi “ struat” berhubungan dengan
konsep diri.

Gambar II.2 Psikopatologi


Faktor predisposisi
Harga diri Identitas
Peran

Stressor presipitasi
Stressor penilaian
trauma ketergantungan
kekuatan diri

mekanisme koping
jangka pendek jangka panjang orientasi

konstruktif destruktif

( struart dan laria 2001 )


a. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah kronis
menurut Herman (2011) adalah penolakan orang tua yang tidak realistis, kegagalan
berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada
orang lain, ideal diri yang tidak realistis. Faktor predisposisi citra tubuh adalah : 1)
Kehilangan atau kerusakan bagian tubuh 2) Perubahan ukuran, bentuk dan
penampilan tubuh akibat penyakit 3) Proses penyakit dan dampaknya terhadap
struktur dan fungsi tubuh 4) Proses pengobatan seperti radiasi dan kemoterapi. Faktor
predisposisi harga diri rendah adalah : a) Penolakan b) Kurang penghargaan, pola
asuh overprotektif, otoriter,tidak konsisten,terlalu dituruti,terlalu dituntut c)
Persaingan antar saudara d) Kesalahan dan kegagalan berulang e) Tidak mampu
mencapai standar. Faktor predisposisi gangguan peran adalah : (1) Stereotipik peran
seks (2) Tuntutan peran kerja (3) Harapan peran kultural. Faktor predisposisi
gangguan identitas adalah : (a) Ketidakpercayaan orang tua (b) Tekanan dari peer
gruup (c) Perubahan struktur sosial ( Herman,2011)
b. Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah adalah hilangnya sebagian anggota
tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh, mengalami kegagalan, serta
menurunnya produktivitas. Harga diri kronis ini dapat terjadi secara situasional
maupun kronik. 1) Trauma adalah masalah spesifik dengan konsep diri dimana situasi
yang membuat individu sulit menyesuaikan diri, khususnya trauma emosi seperti
penganiayaan seksual dan phisikologis pada masa anak-anak atau merasa terancam
atau menyaksikan kejadian yang mengancam kehidupannya. 2) Ketegangan peran
adalah rasa frustasi saat individu merasa tidak mampu melakukan peran yang
bertentangan dengan hatinya atau tidak merasa sesuai dalam melakukan perannya.
Ketegangan peran ini sering dijumpai saat terjadi konflik peran, keraguan peran dan
terlalu banyak peran. Konflik peran terjadi saat individu menghadapi dua harapan
peran yang bertentangan dan tidak dapat dipenuhi. Keraguan peran terjadi bila
individu tidak mengetahui harapan peran yang spesifik atau bingung tentang peran
yang sesui (a) Trauma peran perkembangan (b) Perubahan normatif yang berkaitan
dengan pertumbuhan (c) Transisi peran situasi (d) Perubahan jumlah anggota
keluarga baik bertambah atau berkurang (e) Transisi peran sehat-sakit (f) Pergeseran
konsidi pasien yang menyebabkan kehilangan bagian tubuh, perubahan bentuk ,
penampilana dan fungsi tubuh, prosedur medis dan keperawatan. ( Herman,2011)
c. Perilaku (a) Citra tubuh Yaitu menolak menyentuh atau melihat bagian tubuh tertentu,
menolak bercermin, tidak mau mendiskusikan keterbatasan atau cacat tubuh, menolak
usaha rehabilitasi, usaha pengobatan ,mandiri yang tidak tepat dan menyangkal cacat
tubuh. (b) Harga diri rendah diantaranya mengkritrik diri atau orang lain,
produkstivitas menurun, gangguan berhubungan ketengangan peran, pesimis
menghadapi hidup, keluhan fisik, penolakan kemampuan diri, pandangan hidup
bertentangan, distruktif kepada diri, menarik diri secara sosial, khawatir, merasa diri
paling penting, distruksi pada orang lain, merasa tidak mampu, merasa bersalah,
mudah tersinggung/marah, perasaan negatif terhadap tubuh. (c) Keracunan
identitasdiantaranya tidak ada kode moral, kepribadian yang bertentangan, hubungan
interpersonal yang ekploitatif, perasaan hampa, perasaan mengambang tentang diri,
kehancuran gender, tingkat ansietas tinggi, tidak mampu empati pada orang lain,
masalah estimasi (d) Depersonalisasi meliputi afektif, kehidupan identitas, perasaan
terpisah dari diri, perasaan tidak realistis, rasa terisolasi yang kuat, kurang rasa
berkesinambungan, tidak mampu mencari kesenangan. Perseptual halusinasi dengar
dan lihat, bingung tentang seksualitas diri,sulit membedakan diri dari orang lain,
gangguan citra tubuh, dunia seperti dalam mimpi, kognitif bingung, disorientasi
waktu, gangguan berfikir, gangguan daya ingat, gangguan penilaian, kepribadian
ganda. ( Herman,2011)
5. Pemeriksaan
Memeriksa tanda-tanda vital, TB, BB, dan tanyakan apakah ada keluhan fisik
yang dirasakan klien. Memerikssa apakah ada kekurangan pada kondisi fisiknya. Pada
klien harga diri rendah terjadi penigkatan TD, peningkatan frekuensi nadi.
Penatalaksanaan
Terapi pada gangguan jiwa skizofrenia dewasa ini sudah dikembnagkan
sehingga penderita tidak mengalami diskriminasi bahkan metodenya lebih manusiawi
dari pada masa sebelumnya. Terapi yang dimaksud meliputi :
a. Psikofarmaka
Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran yang hanya diperoleh
dengan resep dokter, dapat dibagi dalam 2 golongan yaitu golongan generasi pertama
(typical) dan golongan kedua (atypical). Obat yang termasuk golongan generasi
pertama misalnya chlorpromazine HCL (psikotropik untuk menstabilkan senyawa
otak), dan Haloperidol (mengobati kondisi gugup). Obat yang termasuk generasi
kedua misalnya, Risperidone (untuk ansietas), Aripiprazole (untuk antipsikotik).
(Hawari,2001)
b. Psikoterapi
Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang lain,
penderita lain, perawat dan dokter, maksudnya supaya ia tidak mengasingkan diri lagi
karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik.
Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama. (Maramis,2005)
c. Terapi Modalitas Terapi modalitas/ perilaku merupakan rencana pengobatan untuk
skizofrenia yang ditunjukan pada kemampuan dan kekurangan pasien. Teknik
perilaku menggunakan latihan keterampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan
sosial. Kemampuan memenuhi diri sendiri dan latihan praktis dalam komunikasi
interpersonal. Terapi kelompok bagi skizofrenia biasnya memusatkan pada rencana
dan masalah dalam hubungan kehidupan yang nyata.( Eko P,2014)
d. Terapi Kejang Listrik (Electro Confulsive Terapi) ECT adalah pengobatan untuk
menimbulkan kejang granmal secara artifisial dengan melewatkan aliran listrik
melalui elektrode yang dipasang satu atau dua temples. Terapi kejang listrik diberikan
pada skizofrenia yang tidak mempan dengan terapi neuroleptika oral atau injeksi,
dosis terapi kejang listrik 4 – 5 joule/detik. (Maramis, 2005)

ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
I. Identitas klien

Melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang : nama mahasiswa, nama
panggilan, nama klien, nama panggilan klien, tujuan, waktu, tempat pertemuan,
topik yang akan dibicarakan. Tanya dan catat usia klien dengan nomer RM,
tanggal pegkajian dan sumber data yang didapat.

II. Alasan masuk

Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang, atau dirawat di rumah sakit,
apakah sudah tau penyakit sebelumnya, apa yang sudah tahu peenyakit
sebelumnya, apa yang sudah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah ini.
Pada klien dengan harga diri rendah klien menyendiri, tidak mau menatap lawan
bicara, merasa tidak mampu.

III. Faktor predisposisi

Menanyakan apakah keluarga megalami gangguan jiwa, bagaimana hasil


pengobatan sebelumnya, apakah pernah melakukan dan mengalami penganiyaan
fisik, seksual, penolakan dari lingkugan, kekerasan dalam keluarga, dan tindakan
kriminal. Menanyakan kepada klien dan keluarga apakah ada yang mengalami
gangguan jiwa, menanyakan pada klien tentang pengalamn yang tidak
menyenangkan. Pada klien dengan perilaku kekerasan faktor predisposisi, faktor
presipitasi klien dari pengalama masa lalu yag tidak menyenangkan, adanya
riwayat aggota keluarga yang gangguan jiwa dan adanya riwayat penganiyaan.
faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah penolakan orang tua yang
tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurag mempunyai tanggung jawab
personal, ketergan tunga pada orang lain, ideal diri tidak realistis.

IV. Pemeriksaan fisik

Memeriksa tanda-tanda vital, TB, BB, dan tanyakan apakah ada keluhan fisik yang
dirasakan klien. Memerikssa apakah ada kekurangan pada kondisi fisiknya. Pada
klien harga diri rendah terjadi penigkatan TD, peningkatan frekuensi nadi.

V. Psikososial
1. Genogram

Genogram menggambarkan klien dengan keluarga, dilihat dari pola komunikasi,


pengambilan keputusan pola asuh. Penelusiran genetic yang
menyebabkan/menurunkan gangguan jiwa merupakan hal yang sulit dilakukan
hingga saat ini.

2. Konsep diri
a. Gambaran diri : Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh
yang disukai, reaksi klien terhadap bagian tubuh yang tidak disukai dan bagian
tubuh yang disukai. Pada klien dengan harga diri rendah klien cenderung
merendahkan dirinya sendiri, perasaan tidak mampur dan rasa bersalah
terhadap diri sendiri
b. Identitas diri : status dan posisi klien sebelum klien dirawat, kepuasan klien
terhadap status dan posisinya, keputusan klien sebagai laki-laki atau
perempuan, keunikan yang dimiliki sesuai jenis kelaminya dan posisinya.
Klien dengan harga diri rendah klien lebih banyak menunduk, kurang percaya
diri, dan tidak berani menatap lawan bicaranya.
c. Fungsi peran : tugas atau peran klien dalam keluarga/pekerjaan /kempok
masyarakan, kemampuan klien dalam melaksanaan fungsi atau perannya,
perubahan yang terjadi saat klien sakit dirawat, bagaimana perasaan klien
akibat perubahan tersebut. Pada klien HDR tidak mampu melakukan perannya
secara maksimal hal ini ditandai dengan kurang percaya diri dan motivasi yang
kurang dari individu tersebut.
d. Ideal diri : harapa klien terhadap keadaan tubuh yang ideal, posisi, tugas,
peran dalam keluarga, pekerjaan atau sekolah, harapan klien terhadap
lingkungan, harapan klien terhadap penyakitnya, bagaimana jika kenyataan
tidak sesuai dengan harapannya. Pada klien dengan harga diri rendah klien
cenderung percaya diri kurang, selalu merendahkan martabat, dan penolakan
terhadap kemampua dirinya.
e. Harga diri : yaitu penilaian tentang nilai personal yang diperoleh denga
menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal dirinya.
Pada klien dengan harga diri rendah merasa malu terhadap dirinnya sendiri,
merendahkan martabat, pandangan hidup yang pesimis, penolakan terhadap
kemampuan diri, dan percaya diri kurang.
3. Hubungan sosial
Tanyakan orang yang paling berarti dalam hidup klien, tanyakan upaya yang
biasa dilakukan bila ada masalah, tanyakan kelompok apa saja yang diikuti
dalam masyarakat, keterlibatan/peran serta dalam kelompok/masyarakat,
hambatan dalam berhubungan dengan orang lain, ,minat dalam berinteraksi
dengan orang lain. Dalam hal ini orang yang mengalami harga diri rendah
cenderung menarik diri dari lingkungan sekitarnya dan klien merasa malu.
4. Spiritual
Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah/menjalankan keyakinan, kepuasan dalam
menjalankan keyakianan. Pada klien harga diri rendah cenderung berdiam diri
dan tidak melaksanakan fungsi spiritualnya
VI. Status mental
1. Penampilan
Melihat penampilan klien dari ujung rambut sampai ujung kaki apakah ada
yang tidak rapih, penggunaan pakaian yang tidak sesuai, cara berpakaian tidak
seperti biasanya, kemampuan klien dalam berpakaian, dampak
ketidakmampuan berpenampilan baik/berpakaian terhadap status psikologis
klien. Pada klien dengan harga diri rendah klien kurang memerhatikan
perawatan diri, klien dengan harga diri rendah rambut tampak kotor dan lusuh,
kuku panjang dan hitam, kulit kotor dan gigi kuning .
2. Pembicaraan
Klien dengan harga diri rendah bicaranya cenderung gagap, sering
berhenti/blocking, lambat, membisu, menghindar, dan tidak mampu memulai
pembicaraan.
3. Aktivitas motorik
Pada klien dengan harga diri rendah klien lebih serin g menunduk, tidak
berani menatap lawan bicara, dan merasa malu.
4. Afek dan emosi
Klien cenderung datar ( tidak ada perubahan roman muka pada saat ada
stimulus yang menyenangkan atau menyedihkan )
5. Interaksi selama wawancara
Pada klien dengan harga diri rendah klien kontak kurang ( tidak mau menatap
lawan bicara )
6. Proses pikir
a. Aris fikir
Klien dengan HDR cenderung blocking ( pembicaraan terhenti tiba-tiba
tanpa gangguan dari luar kemudian dilanjutkan kembali )
b. Bentuk pikir
Otistik: bentuk pemikira yang bentuknya fantasia atau lamunan untuk
memuaskan keinginann yang tidak dapat dicapainya
c. Isi fikir
- Pikiran rendah diri : selalu merasa bersalah pada dirinya dan penolakan
terhadap kemampuan diri. Klien menyalahkan, menghina dirinya
terhadap hal-hal yang pernah dilakuakn maupun belum pernah dia
lakukan
- Rasa bersalah : pengungkapan diri negatif
- Pesimis : berpandangan bahwa masa depan dirinya yang suram tentang
banyak hal di dalam kehidupannya.
7. Tingkat kesadaran
Klien dengan harga diri rendah tingkat kesadarannya komposmentis, namun
ada gangguan orientasi terhadap orang lain.
8. Memori
klien dengan harga diri rendah mampu mengingat memori jangka panjang
ataupun jangka pendek
9. tingkat konsentrasi
tingkat konsentrasi klien dengan harga diri rendah menurun karena pemikiran
dirinya sendiri merasa tidak mampu
10. kemampuan pengambilan penilaian/ pengambilan keputusan
klien harga diri rendah sulit menentukan tujuan dan mengambil keputusan
karena selalu terbayang ketidakmampuan untuk dirinya sendiri.
11. daya titik
mengingkari penyakit yang diderita : klien tidak menyadari gejala penyakit
( perubahan fisik dan emosional ). pada dirinya dan merasa tidak perlu minta
pertolongan/ klien menyangkal keadaan penyakitnya, klien tidak mau bercerita
tentang penyakitnya. menyalahkan hal-hal diluar dirinya : menyalahkan orang
lain atau lingkungan yang menyebabkan timbulnya penyakit atau masalah
sekarang.
VII. ketubuhan perencanaan pulang
1. kemampuan klien memenuhi kebutuhan
2. kegiatan hidup sehari-hari (ADL)
VIII. Mekanisme koping
bagaimana dan jelaskan reaksi klien bila menghadapi suatu permasalahan,
apakah menggunakan cara-cara adaptif seperti bicara dengan orang lain,
mampu menyelesaikan masalah, teknik relaksasi, aktivitas konstruktif,
olahraga, dll ataukah menggunakan cara-cara yang maladaptif seperti
minum alkohol, merokok, reaksi lambat/berlebihan, menghindar,
mencederai diri atau lainnya.
pada proses pengkajian, data penting dan masalah yang perlu dikaji
adalah :

no Masalah keperawatan DO DS
1 Masalah utama : a. mengungkapkan igin a. merusak jati diri
gangguan konsep diakui jati dirinya b. ekspresi malu
diri : harga diri rendah b. mengungkapkan tidak c. menarik diri dari
ada lagi yang ppeduli hubungan sosial
c. mengungkapkan tidak d. tampak mudah
bisa apa-apa tersinggung
d. mengungkapkan dirinya e. tidak mau makan dan
tidak berguna tidak tidur
e. mengkritik diri sendiri,
perasan tidak mampu
2 MK : a. mengungkapkan a. tampak
Koping individu tidak ketidakmampuan dan ketergantungan
efektif meminta bantuan orang terhadap orang lain
lain b. tampak sedih dan
b. mengungkapkan malu tidak melakukan
dan tidak bisa ketika ativitas yang
diajak melakukan seharusya dapat
sesuatu dilakukan
c. mengungkapkan tidak c. wajah tampak
berdaya dan tidak ingin murung
hidup lagi
3 MK : a. mengungkapkan enggan a. ekspresi wajah
Menarik diri : isolasi bicara dengan orang lain kosong tidak ada
sosial b. klien mengatakan malu kontak mata
bertemu dan berhadapan b. ketika diajak bicara
dengan orang lain suara pelan dan tidak
jelas hanya memberi
jawaban singkat
( iya/tidak)
c. menghindar ketika
didekati
a. pohon masalah
isolasi sosial : menarik diri ( akibat )

gangguan konsep diri : harga diri rendah ( care problem )

tidak efektifnya koping individu ( cause/penyebab)


b. diagnosa keperawatan
1. gangguan konsep diri : harga diri rendah
2. isolasi sosial : menarik diri
3. koping individu tidak efektif

Rencana Keperawatan

Tujuan Kriteria evaluasi Intervensi Rasional


TUK 1 : klien Kreteria evaluasi : 1.1 bina hubungan Hubungan saling
dapat membina 1. klien dapat saling percaya percaya akan
hubungan saling mengungkapka 1.2 beri kesempatan menimbulkan
percaya n perasaannya untuk kepercayaan klien
2. ekspresi wajah mengungkapkan pada perawat
bersahabat persaan tentang sehingga akan
3. ada kontak mata penyakit yang memudahkan dalam
4. menunjukkan dideritanya pelaksanaan
rasa senang 1.3 sediakan waktu tindakan selanjutnya
5. mau berjabat untuk
tangan mendengarkan klien
6. mau menjawab 1.4 katakan pada klien
salam bahwa seorang yang
7. klien mau berharga dan
duduk bertanggung jawab
berdampingan serta mampu
8. klien mau menolong dirinya
mengutarakan sendiri
masalah yang
dihadapi
TUK 2 : klien Kriteria evaluasi : 2.1 diskusikan Pujian akan
dapat 1. klien mampu kemampuan dan meningkatkan harga
mengidentifikas mempertahanka aspek positif yang diri klien
i kemampuan n aspek yang dimiliki klien dan
dan aspek postif positif beri pujian/
yang dimiliki reinforcement atas
kemampuan
mengungkapkan
perasaan
2.2 saat bertemu klien
hindarkan memberi
penilaian negatif.
utamakan memberi
pujian yang realistis
TUK 3 : klien Kriteria evaluasi 3.1 diskusikan Peningkatkan
dapat menilai 1. kebutuhan klien kemampuan yang kemampuan
kemampuan terpenuhi masih dapat mendorong klien
yang dapat 2. klien dapat digunakan selama untuk mandiri
digunakan melakukan sakit
aktivitas terarah 3.2 diskusikan juga
kemmapuan yang
dapat dilanjutkan
penggunaan di rs
dan dirumah nanti
TUK 4 : klien Kriteria evaluasi 4.1 rencanakan bersama Pelaksanaan
dapat 1. klien mampu klien aktivitas yang kegiatan secara
menetapkan dan beraktivitas dapat dilakukan mandiri modal awal
merencanakan sesuai setiap hari sesuai untuk
kegiatan sesuai kemampuan kemmapuan : mewningkatkan
dengan 2. klien mengikuti kegiatan mandiri, harga diri
kemmapuan terapi aktivitas kegiatan dengan
yang dimiliki kelompok bantuan minimal,
kegiatan dengan
bantuan total
4.2 tingkatkan kegiatan
sesuai dengan
toleransi kondisi
klien
4.3 beri contoh cara
pelaksanaan
kegiatan yang boleh
klien lakukan
( sering klien takut
melaksanakannya )
TUK 5 : klien Kriteria evaluasi : 5.1 beri kesempatan Dengan aktivitas
dapat 1. klien mampu klien untuk klien akan
melakukan beraktivitas mencoba kegiatan mengetahui
kegiatan sesuai sesuai yang direncanakan kemampuannya
kondisi sakit kemampuan 5.2 beri pujian atas
dan keberhasilan klien
kemampuannya 5.3 diskusikan
kemungkinan
pelaksanaan
dirumah
TUK 6 : klien Kriteria evalusi : 6.1 beri pendidikan Perhatikan keluarga
dapat 1. klien mampu kesehatan pada dan pengertian
memanfaatkan melakukan apa keluarga tentang cara keluarga akan dapat
system yang diajarkan merawat klien membantu
pendukung yang 2. klien mau 6.2 bantu keluarga meningkatkan harga
ada memberikan memberi dukungan diri klien.
dukungan selama klien di rawat
6.3 bantu keluarga
menyiapkan lingkungan
dirumah
DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti, Mukhripah dan Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung :

Refika Aditama.

Direja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Asuhan Keperawatan Jiwa. Nuha Medika,

Yogyakarta

Eko Prabowo. 2014. Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha

Medika.

Hawari, Dadang. 2001. Manajemen Stres, Cemas, dan Depresi. Jakarta : Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia

Maramis, F.W. (2005). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University
Press

Stuart, G. W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa . Edisi 5. Jakarta. EGC.

Stuart , Sudeen. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa . Edisi 3. Alih Bahasa Akhir Yani S.

Jakarta : EGC.

Townsend, M. C. (2008) Essentials of Psychiatric Mental Health Nursing Concepts of Care

in Evidance-Based Practice Fourth Edition. Philadelphia: F. A Davis Company.

Yosep, I, 2009, Keperawatan Jiwa, Edisi Revisi, Bandung : Revika Aditama

Anda mungkin juga menyukai