Anda di halaman 1dari 4

A.

EPIDEMIOLOGI
Konsumsi alkohol yang berlebihan dalam jangka panjang merupakan satu-
satunya penyebab penyakit hati yang paling penting di Amerika Serikat dan
beberapa Negara Barat. Berdasarkan data mengenai distribusi penyakit sistem
cerna pasien rawat inap Indonesia tahun 2004, sirosis hati merupakan penyebab
kematian pertama dengan Case Fatality Rate (CFR) tertinggi yaitu 14,1% dengan
sex ratio antara laki-laki penderita sirosis hati dan perempuan penderita sirosis hati
yaitu 1,9:1. Berdasarkan data Depkes RI (2005) di Indonesia pada tahun 2004
terdapat 9.441 penderita sirosis hati dengan proporsi 0,4% dan merupakan
penyebab kematian ke-21 dari 50 penyebab kematian dengan jumlah kematian
1.336 orang (PMR 1,2%).
Menurut hasil penelitian Durrotul Djanah tahun 2003 di RSUP Dr. Kariadi
Semarang diketahui dari 56 pasien sirosis hati proporsi berdasarkan jenis kelamin
pada laki-laki 36 orang (64,3%) dan perempuan 20 orang (35,7%), dan proporsi
berdasarkan umur tertinggi pada umur 41-50 yaitu 42 orang (76,8%). 31,32 26
Menurut hasil penelitian Mariadi & I Dewa tahun 2006 di RS Sanglah Denpasar
diketahui dari 52 pasien sirosis hati proporsi berdasarkan jenis kelamin pada laki-laki
yaitu 39 orang (75%) dan perempuan 13 orang (25%). Berdasarkan survei
pendahuluan yang dilakukan di RSUD Sidikalang tahun 2007-2011 diketahui bahwa
jumlah pasien rawat inap sirosis hati terdapat 115 penderita dengan rincian 25
penderita (21,7%) tahun 2007, 22 penderita (19,1%) tahun 2008, 23 penderita (20%)
tahun 2009, 24 penderita (20,9%) tahun 2010, 21 penderita (18,3%) tahun 2011. Di
Sidikalang, mayoritas penduduk adalah suku Batak yang memiliki kebiasaan
mengonsumsi alkohol yang merupakan salah satu dari faktor risiko sirosis hati.
Berdasarkan data diatas, maka perlu dilakukan penelitian tentang karakteristik
penderita sirosis hati di RSUD Sidikalang tahun 2007-2011.

B. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Menurut Doengoes (2002), pemeriksaan penunjang yang dapat memperkuat
diagnosa sirosis adalah :
1) Skan/Biopsi Hati
Mendeteksi infiltrat, fibrosis, kerusakan jaringan hati.
2) Kolesistografi/Kolangiografi
Memperlihatkan penyakit duktus empedu, yang mungkin sebagai faktor
predisposisi.
3) Esofagaskopi
Dapat menunjukkan adanya varises esofagus.
4) Portografi Transhepatik Perkutaneus
Memperlihatkan sirkulasi sistem vena portal.
5) Bilirubin Serum
Meningkat karena gangguan seluler, ketidakmampuan hati untuk
mengkonjugasi, atau obstruksi billier.
6) AST (SGOT) / ALT (SGPT), LDH
Meningkat karena kerusakan seluler dan mengeluarkan enzim.
7) Alkalin Fosfatse
Meningkat karena penurunan ekskresi.
8) Albumin Serum
Menurun karena penekanan sintesis.
9) Globulin (IgA dan IgG)
Peningkatan sintesis.
10) Darah Lengkap
Hb/Ht dan SDM mungkin menurun karena perdarahan. Kerusakan SDM dan
anemia terlihat dengan hipersplenisme dan defisiensi besi. Leukopenia
mungkin ada sebagai akibat hipersplenisme.
11) Masa Protrombin/PTT
Memanjang (penurunan sintesis protrombin).
12) Fibrinogen
Menurun
13) BUN
Meningkat menunjukkan kerusakan darah/protein.
14) Amonia Serum
Meningkat karena ketidakmampuan untuk berubah dari amonia menjadi urea.
15) Glukosa Serum
Hipoglikemia diduga mengganggu glikogenesis.
16) Elektrolit
Hipokalemia menunjukkan peningkatan aldosteron, meskipun berbagai
ketidakseimbangan dapat terjadi.
17) Kalsium
Mungkin menurun sehubungan dengan gangguan absorpsi vitamin D.
18) Pemeriksaan Nutrien
Defisiensi vitamin A, B12, C, K, asam folat dan mungkin besi.
19) Urobilinogen Urine
Ada/tak ada. Bertindak sebagai petunjuk untuk membedakan penyakit hati,
penyakit hemolitik, dan obstrusi bilier.
20) Urobilinogen Fekal
Menurunkan ekskresi.
21) Imaging examination: USG hati, kantung empedu, dan limpa. USG hati dapat
menggambarkan seberapa jauh kerusakannya.
22) Pemeriksaan patologis: Pemeriksaan patologis untuk tanda-tanda virus
hepatitis
23) Tes fungsi hati: Dengan tes fungsi hati, kita dapat memahami seberapa jauh
keparahan sirosis hatinya.
24) Four indicators of hepatic fibrosis: Fibrosis liver adalah penyakit yang kronik.
Pemeriksaan dini menggunakan four indicator of hepatic fibrosis dapat
membantu mendiagnosa lebih cepat ada tidaknya fibrosis liver.
25) Laparoscopy: Pemeriksaan langsung yang dapat dilakukan di organ hati, limpa,
organ pencernaan
DAFTAR PUSTAKA
Arief, mansjoer.2001. Kapita Selekta Kedokteran edisi 4. Jakarta: Media Ausculaipus,
FKUI
Bare BG., Smeltzer SC. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Sujono Hadi. 2002. Lambung. Dalam: Gastroenterologi. Edisi 7. Bandung: Alumni.
AS, Malau. 2012. Karakteristik Penderita Sirosis Hati Yang Di Rawat Rumah Sakit Inap
Di Rumah Sakit Marta Friska Medan Tahun 2006-2010
http://www.scribe.com/pdf
Tarigan, P. 2001. Buku Ajar Penyakit Dalam jilid 1 Ed. 3 Sirosis Hati. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI

Anda mungkin juga menyukai