Anda di halaman 1dari 12

DEFINISI

Isolasi sosial adalah keadaan seorang individu yang mengalami penurunan atau bahkan sama
sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Pasin merasa ditolak, tidak diterima,
kesepian dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain disekitarnya (Keliat,
2011)

Menurut (Riyadi & purwanto, 2009) Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu
mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian dan tidak mampu membina
hubungan yang berarti dengan orang lain.

Isolasi sosial menurut Townsend, dalam Kusumawati F dan Hartono Y (2010) adalah suatu
keadaan kesepian yang dirasakan seseorang karena orang lain menyatakan negatif dan mengancam.
Sedangkan Menarik diri adalah usaha menghindari interaksi dengan orang lain. Individu merasa
kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk berbagi perasaan, pikiran, prestasi
atau kegagalanya (Depkes, 2006 dalam Dermawan D dan Rusdi, 2013).

JENIS/MACAM

Menurut Stuart (2007). Gangguan kepribadian biasanya dapat dikenali pada masa remaja atau lebih
awal dan berlanjut sepanjang masa dewasa. Gangguan tersebut merupakan pola respon maladaptive,
tidak fleksibel, dan menetap yang cukup berat menyababkan disfungsi prilaku atau distress yang nyata.

Respon adaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan dengan cara yang dapat diterima oleh
norma-norma masyarakat. Menurut Riyardi S dan Purwanto T. (2013) respon ini meliputi:
a) Menyendiri merupakan respon yang dilakukan individu untuk merenungkan apa yang telah
terjadi atau dilakukan dan suatu cara mengevaluasi diri dalam menentukan rencana-rencana.
b) Otonomi merupakan kemampuan individu dalam menentukan dan menyampaikan ide, pikiran,
perasaan dalam hubungan sosial, individu mamapu menetapkan untuk interdependen dan
pengaturan diri.
c) Kebersamaan merupakan kemampuan individu untuk saling pengertian, saling member, dan
menerima dalam hubungan interpersonal.
d) Saling ketergantungan merupakan suatu hubungan saling ketergantungan saling tergantung
antar individu dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal.

Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah dengan cara-cara yang
bertentangan dengan norma-norma agama dan masyarakat. Menurut Riyardi S dan Purwanto T. (2013)
respon maladaptive tersebut adalah:

a. Manipulasi Merupakan gangguan sosial dimana individu memperlakukan orang lain sebagai
objek, hubungan terpusat pada masalah mengendalikan orang lain dan individu cenderung
berorientasi pada diri sendiri. Tingkah laku mengontrol digunakan sebagai pertahanan terhadap
kegagalan atau frustasi dan dapat menjadi alat untuk berkuasa pada orang lain.
b. Impulsif merupakan respon sosial yang ditandai dengan individu sebagai subyek yang tidak
dapat diduga, tidak dapat dipercaya, tidak mampu merencanakan tidak mampu untuk belajar
dari pengalaman dan miskin penilaian
c. Narsisme merupakan respon sosial ditandai dengan individu memiliki tingkah laku
ogosentris,harga diri yang rapuh, terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan mudah
marah jika tidak mendapat dukungan dari orang lain.
d. Isolasi social adalah keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama
sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa
ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan
orang lain.

TANDA DAN GEJALA

Tanda dan gejala yang muncul pada klien dengan isolasi sosial: menarik diri menurut Dermawan D dan
Rusdi (2013) adalah sebagai berikut:
a. Gejala Subjektif

1) Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain 2) Klien merasa tidak aman
berada dengan orang lain 3) Respon verbal kurang atau singkat 4) Klien mengatakan hubungan yang
tidak berarti dengan orang lain 5) Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu 6) Klien tidak
mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan 7) Klien merasa tidak berguna 8) Klien tidak yakin
dapat melangsungkan hidup 9) Klien merasa ditolak

b. Gejala Objektif 1) Klien banyak diam dan tidak mau bicara 2) Tidak mengikuti kegiatan 3) Banyak
berdiam diri di kamar 4) Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang terdekat 5)
Klien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal 6) Kontak mata kurang 7) Kurang spontan 8) Apatis
(acuh terhadap lingkungan) 9) Ekpresi wajah kurang berseri 10) Tidak merawat diri dan tidak
memperhatikan kebersihan diri 11) Mengisolasi diri 12) Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan
sekitarnya 13) Memasukan makanan dan minuman terganggu 14) Retensi urine dan feses 15) Aktifitas
menurun 16) Kurang enenrgi (tenaga) 17) Rendah diri 18) Postur tubuh berubah,misalnya sikap
fetus/janin (khusunya pada posisi tidur).

PSIKOPATOLOGI

Terjadinya gangguan ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi dan faktor presipitasi.

a. Faktor predisposisi Menurut Fitria (2009) faktor predisposisi yang mempengaruhi masalah isolasi
sosial yaitu:

1) Faktor tumbuh kembang Pada setiap tahap tumbuh kembang terdapat tugas tugas perkembangan
yang harus terpenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial. Apabila tugas tersebut tidak
terpenuhi maka akan menghambat fase perkembangan sosial yang nantinya dapat menimbulkan suatu
masalah

2) Faktor komunikasi dalam keluarga Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor
pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Dalam teori ini yang termasuk masalah dalam
berkomunikasi sehingga menimbulkan ketidakjelasan (double bind) yaitu suatu keadaan dimana
seorang anggota keluarga menerima pesan yang saling bertentangan dalam waktu bersamaan atau
ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga yang menghambat untuk hubungan dengan lingkungan
diluar keluarga.
3) Faktor sosial budaya Norma-norma yang salah didalam keluarga atau lingkungan dapat
menyebabkan hubungan sosial, dimana setiap anggota keluarga yang tidak produktif seperti lanjut usia,
berpenyakit kronis dan penyandang cacat diasingkan dari lingkungan sosialnya.

4) Faktor Biologis Faktor biologis juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi gangguan
dalam hubungan sosial. Organ tubuh yang dapat mempengaruhi gangguan hubungan sosial adalah otak,
misalnya pada klien skizfrenia yang mengalami masalah dalam hubungan memiliki struktur yang
abnormal pada otak seperti atropi otak, serta perubahan ukuran dan bentuk sel-sel dalam limbic dan
daerah kortikal.

b. Faktor presipitasi Menurut Herman Ade (2011) terjadinya gangguan hubungan sosial juga
dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal seseorang.

Faktor stressor presipitasi dapat dikelompokan sebagai berikut:

1) Faktor eksternal Contohnya adalah stressor sosial budaya, yaitu stress yang ditimbulkan oleh faktor
sosial budaya seperti keluarga.

2) Faktor internal Contohnya adalah stressor psikologis, yaitu stress yang terjadi akibat kecemasan atau
ansietas yang berkepanjangan dan terjadi bersamaan dengan keterbatasan kemampuan individu untuk
mengatasinya. Ansietas ini dapat terjadi akibat tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atau
tidak terpenuhi kebutuhan individu.

Individu yang mengalami Isolasi Sosial sering kali beranggapan bahwa sumber/penyebab
Isolasi sosial itu berasal dari lingkunganya. Padahalnya rangsangan primer adalah kebutuhan
perlindungan diri secara psikologik terhadap kejadian traumatik sehubungan rasa bersalah, marah, sepi
dan takut dengan orang yang dicintai, tidak dapat dikatakan segala sesuatu yang dapat mengancam
harga diri (self estreem) dan kebutuhan keluarga dapat meningkatkan kecemasan. Untuk dapat
mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dengan ansietas diperlukan suatu mekanisme koping yang
adekuat. Sumber-sumber koping meliputi ekonomi, kemampuan menyelesaikan masalah, tekhnik
pertahanan, dukungan sosial dan motivasi. Sumber koping sebagai model ekonomi dapat membantu
seseorang mengintregrasikan pengalaman yang menimbulkan stress dan mengadopsi strategi koping
yang berhasil. Semua orang walaupun terganggu prilakunya tetap mempunyai beberapa kelebihan
personal yang mungkin meliputi: aktivitas keluarga, hobi, seni, kesehatan dan perawatan diri, pekerjaan
kecerdasan dan hubungan interpersonal. Dukungan sosial dari peningkatan respon psikofisiologis yang
adaptif, motifasi berasal dari dukungan keluarga ataupun individu sendiri sangat penting untuk
meningkatkan kepercayaan diri pada individu (Stuart & Sundeen, 1998)

Penolakan dari orang lain

Ketidakpercayaan diri

Kecemasan dan ketakutan

Putus asa terhadap hubungan dengan orang lain

Sulit dalam mengembangkan berhubungan dengan orang lain

Menarik diri denmgan lingkungan (regresi)

Tidak mampu berinteraksi dengan orang lain

Isolasi social

ASUHAN KEPERAWATAN ISOLASI SOSIAL

1. PENGKAJIAN
1) Identitas Klien  melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang: nama lengkap,
nama panggilan, tujuan, waktu ,tempat pertemuan, topik yang akan dibicarakan. Tanyakan dan
catat usia klien dan no RM, tanggal mpengkajian dan sumber data yang didapat.
2) Alasan masuk apa yang menyebabkan klien atau keluarga dtang, atau dirwat dirumah sakit,
biasanya berupa menyendiri (menghindari orang lain), komunikasi kurang atau tidak ada,
beridam diri di kamar, menolak interkasi dengan orang lain, tidak melakukan kegiatan sehari-
hari, dependen, perasaan kesepian, merasa tidak aman berada dengan orang lain, mearasa
bosam dan lambat menghabsikan waktu, tidak mampu konsentrasi. Apakah sudah tau penyakit
sebeblumnya, apa yang dilakukan keluarga untuk mengatasi maslah ini.
3) Faktor predisposisi
 Factor perkembangan pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas
perkembangan yang harus dilalui individu dengan sukses agar tidak terjadi gangguan dalam
hubungan social. Tugas perkembangan pada masing-masing pada masing-masing tahap tumbuh
kembang ini memiliki karakterikstik sendiri.
 Factor Biologis genetic merupakan salah stau factor pendukung gangguan jiwa.
 Factor social budaya  isolasi dapat terjadi karena mengadopsi norma, perilaku dan system
nilai yang berbeda dan kelompok budaya mayoritas. Harapan yang tidak realistis terhadap
hubungan merupakan factor lain yang berkaitan dengan gangguan ini
 Factor komunikasi  dalam keluarga gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan factor
pendukung untuk terjadinya gangguan dlam berhubungan social. Dalam teori ini termasuk
maslaah komunikasi yang tdiak jelas yaitu suatu dimana keadaan dimana seseorang anggota
keluarga menerima pesan yang saling bertentangan dalam waktu bersamaan, ekpresi emosi
yang tinggi dalam keluarga yang menghambat untuk berhubungan dengan lingkungan di luar
keluarga

4) Stresor Presipitasi

 Stressor social budaya dapat dari beberapa factor antara factor lain dan factor keluarga.
Seperti menurunya stabilitas unit keluargha dan berpisah dari orang yang berarti dalam
kehiduapanya misalnya dirawat dirumah sakit
 Stressor psikologis  tingkat kecemasan yang berat akanj menyebabkan nmenurunya
kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain. Intensitas kecemasan yang ekstrim
dan memanjang disertai terbatasnya kemampuan individu mengatasi masalah diyakini akan
menimbulkan berbagi masalah gangguan berhubungan (isolasi social)

5) Pemeriksaan fisik
Memeriksa tanda-tanda vitaln, tinggi badan. Berat badan dan tanyakan apakah ada keluhan fisik yang
dirasakan

6) Psikososial

 Genogram  menggambarkan klien dengan keluarga, diloihat dari pola komunikasi,


pengambilan keputusan dan pola asuh.
 Konsep diri
- Gambaran diri tanyakan persepsi klien terhadap bagian tubuh yang tidak disukai dan
bagian yangdisukai.pada klioen isolasi social klien menolak melihat dan menyentuh bagian
tubuh yang berubah atau tidak menerima perubahan tubuh.
-Identitas diri mengalami ketidakpastian memandang diri, sukar menetapkan keinganan dan
tidak mampu mengambil keputusan
-Fungsi peran pada klien dengan isolasi social bisa berubah atau berhenti fungsi peran yang
disebakan penyakit, proses menuah, putus sekolah, PHK, perubahan yang terjadi saat klien sakit
dan dirawat
-Ideal diri pada klien isolasi social cenderung mengungkapkan keputusasaan karena
penyakitnya, mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi
-Harga diri perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri sendiri, gangguan
hubungan social, merendahkan martabat, mencederai diri dan kurang percaya.

7) Status mental

1. Penampilan

Pada klie isolasi social mengalami deifist perawatand iri (penampilan tidak rapi, penggunaan oakaian
tidak sesuai, cara berpakaian tidak seperti biasanya, rambut kotor, rambut tidak pernah disisir, gigi
kotor dan kuning kuku panjang dan hitam

2. Pembicaraan

Tidak mampu memulai pembicaraan, berbicara hanya ditanya. Pada pasien isolasi social bisa
ditemukan cara berbicara yang pelan (lambat, lembut sedikit/membisu, dengan menggunakan kata
simbolik)
3.Aktivitas motorik

Klien dengan social cenderung lesu dan lebih sering duduk menyendiri, berjalan pelan dan lemah. Aktif
motorik menurun, kadang ditemukan hipokinesia

4. Afek dan emosi

Klien dengan social cenderung datar dan tumpul

5. Interaksi selama wawancara

Klien dengan social cenderung kontak amata kurang, merasa bosan dan cenderung tidak kooperatif
(tidak konsentrasi menjawab pertanyaan). Emosi ekspresi sedih dan mengekpresikan penolakan atau
kesepian kepada orang lain

6.persepsi sensori

Klien dengan isolasi social bersiko mengalami gangguan sensori/persepsi halusinasi

7. proses berpikir

 Proses piker arus: bloking (pembicaraan terhenti tiba2 tanpa gangguan dari luar kemudian
dilanjutkan kembali
 Isi fikir social isolation yaitu isi pikiran yang berupa rasa terisolasi, tersekat, terkucil terpencil
dilingkungan sekitar masyarakat

8. tingkat kesadaran  cenderung bingung, kacau, dan apatis

9. memori klien sulit mengingat hal-hal yang telah terjadi oleh karena menurunan konsentrasi

10. Tingkat konsentrasi dan berhitung klien selalu meminta agar pertanyaan diulang karena tidak
menangkap apa yang ditanyakan atau tidak dapat menjelaskan kembali pembicaraan

11. Daya titik cenderung mengingkari penyakit yang diderita: klien tidak menyuadarai gejala
penyakit pada dirinya dan merasa tidak perlu meminta pertolongan/klien menyangkal keadaan
penyakitnya, klien tidak mau bercerita tentang penyakitnya.

8) Koping penyelesaian masalah


Mekanisme yang sering digunakan pada siolasi social adalah regresi, represi dan isolasi

 Regresi adalah mundur kemasa perkembangan yang telah lalu


 Represi adalah perasaan2 dan pikiran2 yang tdiak dapat diterima secara sadar dibengung supaya
jangan tiba di kesadaran
 Isolasi adalah mekanisme mental tdiak sadar yang mengakibatkan timbulnya kegagalan
definitive dalam menghubungkan perilaku dengan motivasi atau pertentangan antara sikap dan
perilaku

2. Pohon Masalah

Risiko halusinasi (efek)

Isolasi social (core problem)

Harga diri rendah (causal)

3. Dx keperawatan

1. Isolasi social

2. harga diri rendah kronis

3. perubahan persepsi sensori: Halusinasi

4. Koping individu tidak efektif

5. Intoleransi aktifitas

6. Defisit perawatan diri

4. Rencana asuhan keperawatan

TERLAMPIR

5. Strategi Komunikasi (SP) berdasarkan pertemuan


a. SP 1: Pasien

1. Identifikasi Penyebab

a) Siapa yang satu rumah dengan pasien


b) Siapa yang deket dengan pasien? Dan apa sebabnya?
c) Siapa yang tidak dekat dengan pasien? Apa penyebabnya?
d) Keuntungan dan kerugian berinteraksi dengan orang lain
e) Latihan berkenalan
f) Memasukan dalam kegiatan jadwal harian

b. SP 2: Pasien

a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien (SP 1)


b) Melatih berhubungan social secara bertahap (pasien dan keluarga)
c) Memasukan dalam kegiatan jadwal harian

c. SP 3: Pasien

a) Mengevaluasi kegiatan yang lalu (SP 1 dan 2)


b) Latih ADL (kegiatan sehari-hari), cara bicara
c) Memasukan dalam kegiatan jadwal harian

d.SP 1: Keluarga

a) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien


b) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi social serta proses terjadinya
c) Menjelaskan cara merawat klien dengan isolasi social
d) Bermain peran dalam merawat pasien isolasi social
e) Menyusun RTL keluarga/jadwal keluarga untk merawat klien

e.SP 2: Keluarga

a) Evaluasi kemampuan keluarga (SP1)


b) Melatih keluarga merawat langsung klien dengan isolasi social
c) Menyusun RTL keluarga/jadwal keluarga untk merawat klien
f.SP 3: Keluarga

a) Evaluasi kemampuan keluarga (SP1,2)


b) Evaluasi kemampuan klien
c) Rencana tindak lanjut keluarga dengan follow up dan rujukan

6. Implementasi

SP 1 Pasien: BHSP, membantu pasien mengenal penyebab interaksi social, membantu pasien mengenal
keuntungan berhubungan dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain, dan mengajarkan pasien
berkenalan.
DAFTAR PUSTAKA

Stuart, G. W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa . Edisi 5. Jakarta. EGC.

Riyadi, Sujono dan Teguh Purwanto. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Graha

Ilmu.

Keliat B. A, 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 2. Jakarta. EGC.

Dermawan, R., & Rusdi. (2013). Keperawatan Jiwa: Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan

Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Gosyen Publishing.

Fitria, N. (2009), Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi

Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai