DEFINISI
Glomerulonefritis merupakan peradangan dan kerusakan pada alat penyaring
darah sekaligus kapiler ginjal (Glamerulus) (Japaries, Willie, 1993).
Glomerulonefritis merupakan sindrom yang ditandai oleh peradangan dari
glumerulus diikuti pembentukan beberapa antigen (Engran, Barbara, 1999).
Glomerulonefritis dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Glumerulonefritis Akut merupakan penyakit yang mengenai glomeruli kedua
ginjal. Glumerulonefritis akut biasanya terjadi sekitar 2-3 minggu setelah
serangan infeksi streptococus.
2. Glumerulonefritis Kronik merupakan kerusakan glomeruli yang mengalami
pengerasan (sklerotik). Ginjal mengecil, tubula mengalami atrofi, ada inflamasi
interstisial yang kronik dan arteriosklerosis.
B. FAKTOR RESIKO
Selain pasca infeksi pada kasus GNAPS, glomerulonefritis akut dapat terjadi
karena suatu penyakit imunologis atau vaskular (Vehaskari, 2007). Selain itu,
faktor-faktor lainnya juga sangat mempengaruhi terjadinya GNAPS diantaranya
adalah: faktor iklim, keadaan gizi, keadaan umum dan faktor alergi.
C. ETIOLOGI
Ada beberapa penyebab glomerulonefritis akut dan yang paling sering
ditemukan yaitu infeksi bakteri streptococcus, selain itu penyebab lainnya adalah:
1. Bakteri : Streptococcus grup C, Meningococcus, Streptococcus viridans,
Genococcus, Leptospira, Mycoplasma pnemoniae, Staphylococcus albus,
Salmonella typhi, dll.
2. Virus : Hepatitis B, Varicella, Echovirus, Parvovirus, Influenza, Parotitis
epidemika
3. Parasit : Malaria dan toksoplasma
Timbulnya glomerulonefritis akut didahului oleh infeksi bakteri
streptococcus ekstra renal, terutama infeksi di traktus respiratorius bagian atas
oleh bakteri streptococcus golongan A tipe 4, 12, 25, dan kulit oleh bakteri
streptococcus tipe 2,49,60. Sedangkan untuk protein M spesifik pada
streptococcus beta hemoliticus grup A diperkirakan tipe nefritogenik.
Pada kasus glomerulonefritis akut anak penyebab paling sering adalah
pasca infeksi streptococcus beta haemolyticus (Noer, 2002). Glomerulonefritis
Akut Pasca Streptococcus (GNAPS) menyerang anak umur 5-15 tahun yang
gejalanya akan timbul setelah 9-11 hari awitan infeksi streptococcus (Nelson,
2002). Streptococcus sebagai penyebab GNAPS pertama kali terbukti oleh:
(Lohlein, 1997):
Timbul GNA setelah infeksi sklartina
Diisolasinya bakteri streptococcus beta hemoliticus
Meningkatnya titer streptolisin pada serum darah
D. EPIDEMIOLOGI
Glomerulonefritis sering ditemukan pada anak berumur antara 3-7 tahun dan
lebih sering mengenai anak laki-laki dibandingkan anak perempuan. Perbandingan
antara anak laki-laki dan perempuan adalah 2 : 1 dan jarang menyerang anak
dibawah usia 3 tahun.
Hasil penelitian multisenter di Indonesia pada tahun 1988, melaporkan adanya
170 pasien yang dirawat di rumah sakit pendidikan dalam 12 bulan. Pasien
terbanyak dirawat di Surabaya (26,5%), kemudian disusul berturut-turut di Jakarta
(24,7%), Bandung (17,6%), dan Palembang (8,2%).
Pasien laki-laki dan perempuan berbanding 2 : 1 dan terbanyak pada anak usia
antara 6-8 tahun (40,6%). Gejala glomerulonefritis bisa berlangsung secara
mendadak (akut) atau secara menahun (kronis) seringkali tidak diketahui karena
tidak menimbulkan gejala. Gejalanya dapat berupa mual-mual, kurang darah
(anemia), atau hipertensi. Gejala umum berupa sembab kelopak mata, kencing
sedikit, dan berwarna merah, biasanya disertai hipertensi. Penyakit ini umumnya
(sekitar 80%) sembuh spontan, 10% menjadi kronis, dan 10% berakibat fatal.
E. KLASIFIKASI
Glomerulonefritis dibedakan menjadi 3 :
1. Difus
Mengenai semua glomerulus, bentuk yang paling sering ditemui timbul akibat
gagal ginjal kronik. Bentuk klinisnya ada 3 :
a. Akut : Jenis gangguan yang klasik dan jinak, yang selalu diawali oleh
infeksi stroptococcus dan disertai endapan kompleks imun pada
membrana basalis glomerulus dan perubahan proliferasif
seluler.
b. Sub akut : Bentuk glomerulonefritis yang progresif cepat, ditandai dengan
perubahan-perubahan proliferatif seluler nyata yang merusak
glomerulus sehingga dapat mengakibatkan kematian akibat
uremia.
c. Kronik : Glomerulonefritis progresif lambat yang berjalan menuju
perubahan sklerotik dan abliteratif pada glomerulus, ginjal
mengisut dan kecil, kematian akibat uremia.
2. Fokal
Hanya sebagian glomerulus yang abnormal.
3. Lokal
Hanya sebagian rumbai glomerulus yang abnomral misalnya satu sampai
kapiler.
I. PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan Medis
Tidak ada pengobatan yang khusus yang memengaruhi penyembuhan kelainan
di glomerulus.
1. Istirahat mutlak selama 3-4 minggu. Dahulu dianjurkan selama 6-8 minggu.
tetapi penyelidikan terakhir dengan hanya istirahat 3-4 minggu tidak
berakibat buruk bagi perjalanan penyakitnya
2. Pemberian penisilin pada fase akut. Pemberian antibiotic ini tidak
memengaruhi beratnya glomerulonefritis, melainkan
mengurangimenyebarnya infeksi streptococcus yang mungkin masih
ada.Pemberian penisilin dianjurkan hanya untuk 10 hari.
Pemberian profilaksi yang lama sesudah nefritisnya sembuh terhadap
kuman penyebab tidak dianjurkan karena terdapat imunitas yang
menetap.Secara teoretis anak dapat terinfeksi lagi dengan kuman
neritogenlain, tetapi kemungkinan ini sangat kecil.
3. Makanan pada fase akut diberikan makanan rendah protein 1 g/kg BB/hari)
dan rendah garam (1g/hari). Makanan lunak diberikan pada pasien dengan
suhu tinggi dan makanan biasa bila suhunormal kembali. Bila ada anuria
atau muntah, diberikan IVFD dengan larutan glukosa 10%. pada pasien
dengan tanpa komplikasi pemberian cairan disesuaikan dengan
kebutuhan,sedangkan bila ada komplikasi seperti ada gagal jantung,
edema,hipertensi dan oliguria, maka jumlah cairan yang diberikan harus
dibatasi.
4. Pengobatan terhadap hipertensi. Pemberian cairan dikurangi, pemberian
sedative untuk menenangkan pasien sehingga dapat cukup beristirahat.
Pada hipertensi dengan gejala serebral diberikan reserpin dan hidralazin.
Mula-mula diberikan reserpin sebanyak 0,07 mg/kg BB secara
intramuscular. Bila terjadi dieresis 5-10 jam kemudian, selanjutnya
pemberian sulfat parenteral tidak dianjurkan lagi karena member efek
toksis.
5. Bila anuria berlangsung lama (5-7/hari), maka ureum harus dikeluarkan dari
dalam darah. Dapat dengan cara peritoneumdialysis, hemodialisisi, tranfusi
tukar dan sebagainya.
6. Diuretikum dulu tidak diberikan pada glomerulonefritis akut,tetapi akhir-
akhir ini pemberian furosamid (Lasix) secara intravena (1mg/kg BB/kali)
dalam 5-10 menit tidak berakibat buruk pada hemodinamika ginjal dan
filtrasi glomerulus.
7. Bila timbul gagal jantung, diberikan digitalis, sedativum dan oksigen.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Pasien GNA perlu dirawat dirumah sakit karena memerlukan pengobatan atau
pengawasan perkembangan penyakitnya untuk mencegah penyakit menjadi
lebih buruk. hanya pasien GNA yang tidak terdapat tekanan darah tinggi,
jumlah urine satu hari paling sedikit 400ml dan keluarga sanggup setra mengerti
boleh dirawat diruah di bawah pengawasan dokter. Masalah pasien yang perlu
diperhatikan adalah gangguan faal ginjal, resiko terjadi komplikasi, diet,
gangguan rasaaman dan nyaman, dan kurangnya pengetahuan orang tua
mengenai penyakit.
J. KOMPLIKASI
1. Oliguria sampai anuria yang dapat berlangsung 2 sampai 3 hari. Terjadi sebagai
akibat berkurangnya filtrasi glomerulus.
2. Ensefalopati hipertensi.
3. Gagal ginjal kronik.
4. Edema di otak.
DAFTAR PUSTAKA
Menon M, R., Martin I. Urinary Lithiasis, Etiologi and Endourologi, in: Chambell's
Urology, 8 th. W.B. Saunder Company, Philadelphia, 2002. Vol 14: p. 3230-
3292.
“GLOMERULONEFRITIS”
Disusun Oleh :
Kelompok 4 – Reguler 1
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018