Anda di halaman 1dari 7

Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA III Tahun 2013

GLOMERULONEFRITIS AKUT PADA ANAK PASCA INFEKSI


STREPTOKOKUS

Made Suadnyani Pasek


Jurusan Penjaskesrek, Fakultas Olahraga dan Kesehatan
email : suadnyanipasek@yahoo.com

Abstrak

Glomerulonefritis merupakan suatu penyakit peradangan pada ginjal. terutama menyerang


anak pada masa awal usia sekolah (2-12 tahun), jarang dibawah usia 2 tahun (5%) dan 10%
dapat terjadi pada dewasa. Glomerolunefritis ini biasanya didahului oleh infeksi saluran
napas satu hingga dua minggu sebelumnya atau infeksi kulit dua hingga empat minggu
sebelumnya. Streptokokus grup A merupakan penyebab tersering kejadian glomerolunefritis
akut pada anak. Streptokokus merupakan bakteri spheris gram positif yang khasnya
berpasangan atau membentuk rantai selama pertumbuhannya. Terdiri dari dua puluh
spesies, termasuk Streptococcus pyogenes (Grup A). Gejala umum berupa sembab kelopak
mata, kencing sedikit, dan berwarna merah, biasanya disertai hipertensi. Diagnosis adanya
glomerulonefritis pada anak dapat dilakukan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan laboratorium. Penatalaksanaan glomerulonefritispasca infeksi streptokokus
meliputi tirah baring selama tiga hingga empat minggu, pemberian antibiotik yang sesuai,
makanan yang rendah garam, serta medikamentosa yang tepat. Penyakit ini umumnya
(sekitar 80%) sembuh spontan, 10% menjadi kronis, dan 10% berakibat fatal.

Kata kunci: glomerulonefritis, anak, streptokokus

1. Pendahuluan menyebabkan hemolisis (Todd JK, 2004).


Streptococcus β haemolyticus dapat dibagi
Glomerulonefritis Akut (GNA) menjadi 20 grup serologis yaitu grup A
merupakan suatu istilah untuk menunjukkan hingga T. Glomerulonefritis akut pasca
gambaran klinis akibat perubahan- streptokokus (GNAPS) pada umumnya
perubahan struktur dan faal dari peradangan didahului infeksi saluran nafas bagian atas
akut glomerulus. Gambaran klinis yang atau infeksi kulit oleh kuman Streptococcus
menonjol adalah kelainan dari urin β haemolyticus grup A dan kadang-kadang
(proteinuria, hematuria, silinder eritrosit), oleh grup C atau G. Galur yang dapat
penurunan LFG disertai oligouri, bendungan menyebabkan glomerulonefritis akut ini
sirkulasi, hipertensi, dan sembab. Meskipun disebut streptokokus nefritogenik (Shulman,
penyakit ini dapat mengenai semua umur, 2003).
tetapi GNA paling sering didapatkan pada Penyakit ini umumnya (sekitar 80%)
anak berumur 2–10 tahun (Pardede S, sembuh spontan, 10% menjadi kronis, dan
2005). Glomerulonefritis akut pasca infeksi 10% berakibat fatal. GNA merupakan
streptokokus dapat terjadi secara epidemik penyebab utama terjadinya gagal ginjal
atau sporadik. Perbandingan anak laki-laki tahap akhir dan tingginya angka morbiditas
dan anak perempuan 2 : 1.3 (Sekarwan HN, baik pada anak maupun pada dewasa.
2001). Penyebab GNA adalah bakteri, virus, Patofisiologi
dan proses imunologis lainnya, tetapi pada Patogenesis GNAPS belum diketahui
anak penyebab paling sering adalah pasca dengan pasti. Dugaan hubungan antara
infeksi streptococcus β haemolyticus, glomerulonefritis akut dan infeksi
sehingga seringkali di dalam pembicaraan streptokokus dikemukakan pertama kali oleh
GNA pada anak yang dimaksud adalah GNA Lohlein pada tahun 1907 dengan alasan
pasca streptokokus atau GNAPS (Pardede timbulnya glomerulonefritis akut setelah
S, 2005). infeksi skarlatina, diisolasinya kuman
Streptokokus dapat dibagi menjadi tiga Streptococcus β haemolyticus golongan A,
kelompok berdasarkan kemampuan dan meningkatnya titer antistreptolisin pada
menghancurkan sel darah merah, yaitu serum penderita.
Streptococcus β haemolyticus jika kuman Diduga mekanisme yang terjadi pada
dapat melakukan hemolisis lengkap, GNAPS adalah suatu proses kompleks imun
Streptococcus α haemolyticus jika dimana antibodi dari tubuh akan bereaksi
melakukan hemolisis parsial, dan dengan antigen yang beredar dalam darah
Streptococcus Ɣ haemolyticus jika tidak dan komplemen untuk membentuk suatu

311
Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA III Tahun 2013

kompleks imun. Kompleks imun yang Gejala glomerulonefritis bisa


beredar dalam darah dalam jumlah yang berlangsung secara mendadak (akut) atau
banyak dan waktu yang singkat melekat secara menahun (kronis), seringkali tidak
pada kapiler-kapiler glomerulus dan terjadi diketahui karena tidak menimbulkan gejala.
kerusakan mekanis melalui aktivasi sistem Lebih dari 50 % kasus GNAPS adalah
komplemen, reaksi peradangan dan asimtomatik. Kasus klasik atau tipikal diawali
mikrokoagulasi (Geetha D, 2005). Periode dengan infeksi saluran napas atas dengan
laten antara infeksi streptokokus dengan nyeri tenggorok dua minggu mendahului
kelainan glomerulus menunjukkan proses timbulnya sembab. Glomeruli mengalami
imunologis memegang peran penting dalam kerusakan akibat penimbunan antigen dari
mekanisme penyakit. Diduga respon yang gumpalan bakteri streptokokus yang mati
berlebihan dari sistem imun pejamu pada dan antibodi yang menetralisirnya.
stimulus antigen dengan produksi antibodi Gumpalan ini membungkus selaput
yang berlebihan menyebabkan terbentuknya glomeruli dan mempengaruhi fungsinya
kompleks Ag-Ab yang nantinya melintas (Lumbanbatu SM, 2003). Periode laten
pada membran basal glomerulus. berkisar 10 atau 21 hari setelah infeksi
Selanjutnya komplemen akan terfiksasi tenggorok atau kulit. Manifestasi klinis GNA
mengakibatkan lesi dan peradangan yang sangat bervariasi, mulai dari yang ringan
menarik leukosit polimorfonuklear (PMN) atau tanpa gejala sampai yang berat. Gejala
dan trombosit menuju tempat lesi (Noer MS, pertama yang paling sering ditemukan
2002). Fagositosis dan pelepasan enzim adalah edema atau sembab palpebra.
lisosom juga merusak endothel dan Hematuria berat sering menyebabkan
membran basalis glomerulus (IGBM). orangtua membawa anaknya berobat ke
Sebagai respon terhadap lesi yang terjadi, dokter. Penimbunan cairan disertai
timbul proliferasi sel-sel endotel yang diikuti pembengkakan jaringan (edema) terjadi di
sel-sel mesangium dan selanjutnya sel-sel sekitar wajah dan kelopak mata (infeksi post
epitel. Semakin meningkatnya kebocoran streptokokal). Pada awalnya edema timbul
kapiler gromelurus menyebabkan protein sebagai pembengkakan di wajah dan
dan sel darah merah dapat keluar ke dalam kelopak mata, tetapi selanjutnya lebih
urine yang sedang dibentuk oleh ginjal, dominan di tungkai dan bisa menjadi hebat
mengakibatkan proteinuria dan hematuria (Lumbanbatu SM, 2003). Edema (perifer
(Sekarwana HN, 2001). Hipotesis lain adalah atau periorbital), 85% ditemukan pada anak-
neuraminidase yang dihasilkan oleh anak, edema bisa ditemukan sedang sampai
streptokokus akan mengubah IgG endogen berat. Menurut penelitian yang dilakukan di
menjadi autoantigen. Terbentuknya RSCM Jakarta mengenai gambaran klinis
autoantibodi terhadap IgG yang telah GNAPS pada anak didapatkan bahwa
berubah tersebut, mengakibatkan edema merupakan manifestasi klinis yang
pembentukan komplek imun yang sering ditemukan yaitu sekitar 87%, dan
bersirkulasi, kemudian mengendap dalam kadang-kadang disertai edema paru (14%)
ginjal (Maker SP, 1992). Pada kasus ringan, atau gagal jantung kongestif (2%) (Pardede
pemeriksaan dengan mikroskop cahaya SO, 2005).
menunjukkan kelainan minimal. Biasanya Gejala lain yaitu hematuria atau
terjadi proliferasi ringan sampai sedang dari kencing yang mengandung darah baik
sel mesangial dan matriks. Pada kasus berat secara makroskopik maupun mikroskopik.
terjadi proliferasi sel mesangial, matriks dan Hematuria makroskopis yang tidak disertai
sel endotel yang difus disertai infiltrasi sel rasa nyeri merupakan gejala yang sering
polimorfonuklear dan monosit, serta ditemukan. Gross hematuria terjadi pada 30-
penyumbatan lumen kapiler. Pada 50 % pasien yang dirawat (Sekarwana HN,
pemeriksaan mikroskop elektron, adanya 2001). Hematuria mikroskopis umumnya
cedera kompleks imun diperlihatkan oleh didapatkan pada semua pasien. Eritrosit
endapan-endapan terpisah atau gumpalan pada urin terdapat pada 60-85% kasus,
karateristik pada mesangium, subendotel, menunjukkan adanya perdarahan
dan epimembranosa. Dengan miskroskop glomerulus (Fairly KF, 1991).
imunofluoresensi terlihat pula pola nodular Oligouri atau volume kencing yang sedikit
atau granular serupa, dan terlihat molekul ditemukan pada 69% kasus GNAPS di
antibodi seperti IgG, IgM (atau IgA serta RSCM tahun 2005. Oligouri atau anuria
komponen-komponen komplomen seperti timbul akibat terjadinya penurunan filtrasi
C3, C4 dan C2 (Noer MS, 2002). glomerolus ginjal (Pardede SO, 2005).
Gejala Klinis Hipertensi ditemukan pada hampir semua

312
Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA III Tahun 2013

pasien GNAPS, biasanya ringan atau dengan murmur, atau positif adanya
sedang. Hipertensi pada GNAPS dapat endokarditis pada kultur darah atau efusi
mendadak tinggi selama 3-5 hari. Setelah itu perikardial. Ultrasonografi ginjal untuk
tekanan darah menurun perlahan-lahan mengevaluasi ukuran ginjal, dan mengetahui
dalam waktu 1-2 minggu (Lumbanbatu, adanya fibrosis. Pemeriksaan bakteriologis
2003). Variasi lain yang tidak spesifik bisa apus tenggorok atau kulit penting untuk
dijumpai seperti demam, malaise, nyeri, isolasi dan identifikasi streptokokus
nafsu makan menurun, nyeri kepala, atau (Sekarwana HN, 2001).
lesu (Noer MS, 2002). Tata Laksana
Diagnosis Penanganan pasien adalah suportif dan
Diagnosis dapat ditegakkan dengan simtomatik. Pengobatan ditujukan terhadap
melakukan anamnesis, peneriksaan fisik dan penyakit yang mendasarinya dan komplikasi
pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis yang ditimbulkannya (Sekarwana HN, 2001).
didapatkan riwayat infeksi tenggorokan atau Perawatan dibutuhkan apabila dijumpai
infeksi kulit sebelumnya. Pada pemeriksaan penurunan fungsi ginjal sedang sampai berat
fisik kecurigaan akan adanya GNAPS bila ( klirens kreatinin < 60 ml/1 menit/1,73 m2),
didapatkan tekanan darah tinggi walaupun BUN > 50 mg, anak dengan tanda dan
kadang dalam batas normal, adanya edema gejala uremia, muntah, letargi, hipertensi
atau sembab pada daerah wajah terutama ensefalopati, anuria atau oliguria (Hilmant D,
daerah periorbital, skin rash, atau bisa 2007). Tindakan umum pasien
ditemukan kelainan neurologi pada kasus glomerolunefritis akut adalah istirahat di
hipertensi malignant (Todd JK, 2004). Pada tempat tidur sampai gejala edema dan
pemeriksaan darah lengkap akan ditemukan kongesti vaskuler (dispneu, edema paru,
hemoglobin yang menurun karena kardiomegali, hipertensi) menghilang, kira-
hemodilusi dan kelainan fungsi ginjal. Pada kira selama 3-4 minggu. Diit yang berupa
pemeriksaan urinalisis akan didapatkan pembatasan masukan garam (0,5-1 gr/hari)
warna urin gelap seperti air cucian daging, dan cairan selama edema, oligouria atau
berat jenis urin meningkat, eritrosit gejala vaskuler dijumpai. Protein dibatasi
ditemukan dalam urin, proteinuria, silinder (0,5/KgBB/hari) bila kadar ureum diatas 50
leukosit, silinder eritrosit, silinder granular gr/dL. Pengobatan dengan diuretika untuk
(protein) dan silinder lemak. Proteinuria penanggulangan edema dan hipertensi
biasanya sebanding dengan derajat ringan disamping diit rendah garam,
hematuria dan ekskresi protein umumnya diberikan furosemide (1-2) mg/KgBB/hari
tidak melebihi 2gr/m2 luas permukaan tubuh oral dibagi atas 2 dosis sampai edema dan
perhari. Melalui uji serologi respon imun tekanan darah turun (Lumbanbatu SM,
terhadap antigen streptokokus didapatkan 2003). Antihipertensif diberikan pada
peningkatan titer antibodi terhadap hipertensi sedang dan berat. Hipertensi
streptolisin-O (ASTO) yang terjadi 10-14 hari sedang (tekanan darah sistolik > 140 –150
setelah infeksi streptokokus. Kenaikan titer mmHg dan diastolik > 100 mmHg) diobati
ASTO terdapat pada 75-80% pasien yang dengan pemberian hidralazin oral atau
tidak mendapat antibiotik.Titer ASTO pasca intramuskular (IM), nifedipin oral atau
infeksi streptokokus pada kulit jarang sublingual. Pada hipertensi berat diberikan
meningkat dan hanya terjadi pada 50% hidralazin 0,15-0,30 mg/kbBB intravena,
kasus (Lumbanbatu SM, 2003). Titer dapat diulang setiap 2-4 jam atau reserpin
antibodi lain seperti antihialuronidase 0,03-0,10 mg/kgBB (1-3 mg/m2) iv, atau
(Ahase) dan anti deoksiribonuklease B natrium nitroprussid 1-8 m/kgBB/menit. Pada
(DNase B) umumnya meningkat. krisis hipertensi (sistolik >180 mmHg atau
Pengukuran titer antibodi yang terbaik pada diastolik > 120 mmHg) diberi diazoxid 2-5
keadaan ini adalah terhadap antigen DNase mg/kgBB iv secara cepat bersama furosemid
B yang meningkat pada 90-95% 2 mg/kgBB iv. Pilihan lain, klonidin drip 0,002
kasus.Pemeriksaan gabungan titer ASTO, mg/kgBB/kali, diulang setiap 4-6 jam atau
Ahase dan ADNase B dapat mendeteksi diberi nifedipin sublingual 0,25-0,5 mg/kgBb
infeksi streptokokus sebelumnya pada dan dapat diulang setiap 6 jam bila
hampir 100% kasus (Pardede SO, 2005). diperlukan. Pada hipertensi ringan (tekanan
Penurunan komplemen C3 dijumpai pada darah sistolik 130 mmHg dan diastolik 90
80-90% kasus dalam 2 minggu pertama. mmHg) umumnya diobservasi tanpa diberi
Pemeriksaan foto thorak diperlukan pada terapi (Noer MS, 2002). Pemakaian antibiotik
pasien dengan batuk, dengan atau tanpa untuk eradikasi organisme dan mencegah
hemoptysis. Echocardiografi pada pasien penyebaran ke individu lain. Diberikan

313
Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA III Tahun 2013

antimikroba berupa injeksi benzathine Glomerulonefritis Akut (GNA)


penisilin 50.000 U/kg BB IM atau eritromisin merupakan suatu istilah untuk menunjukkan
oral 40 mg/kgBB/hari selama 10 hari bila gambaran klinis akibat perubahan-
pasien alergi penisilin. GNAPS dengan perubahan struktur dan faal dari peradangan
komplikasi berat seperti kongesti vaskuler akut glomerulus. Gambaran klinis yang
(edema paru, kardiomegali) perlu diberikan menonjol adalah kelainan dari urin
diuretika furosemide parenteral (1-2 (proteinuria,hematuria, silinder, eritrosit),
mg/KgBB/kali). penurunan LFG disertai oligouri, bendungan
Pasien disarankan kontrol tiap 4-6 minggu sirkulasi, hipertensi, dan sembab. GNA pada
dalam 6 bulan pertama setelah awitan anak, penyebab paling sering adalah pasca
nefritis. Pengukuran fisik dan lab yang infeksi streptococcus β haemolyticus;
meliputi tekanan darah, pemeriksaan eritrosit sehingga seringkali di dalam pembicaraan
dan protein urin selama 1 tahun lebih GNA pada anak yang dimaksud adalah GNA
bermanfaat untuk menilai perbaikan (Geetha pasca streptokokus atau GNAPS.
D, 2005). Diduga mekanisme yang terjadi pada
Prognosis GNAPS adalah suatu proses kompleks imun
Pada umumnya prognosis glomerulonefritis dimana antibodi dari tubuh akan bereaksi
akut pada anak adalah baik bila ditangani dengan antigen yang beredar dalam darah
dengan cepat dan tepat. Sebagian besar dan komplemen untuk membentuk suatu
pasien akan sembuh, tetapi beberapa di kompleks imun. Kompleks imun yang
antaranya mengalami perjalanan penyakit beredar dalam darah dalam jumlah yang
yang memburuk. 0,5-2% kasus banyak dan waktu yang singkat melekat
menunjukkan penurunan fungsi ginjal cepat pada kapiler-kapiler glomerulus dan terjadi
dan progresif dan dalam beberapa minggu perusakan mekanis melalui aktivasi sistem
atau bulan jatuh ke fase gagal ginjal terminal komplemen, reaksi peradangan dan
(Makker SP, 1992). Perbaikan klinis yang mikrokoagulasi. Diagnosis dapat ditegakkan
sempurna dan urin yang normal dengan melakukan anamnesis, peneriksaan
menunjukkan prognosis yang baik. Insiden fisik dan pemeriksaan penunjang.
gangguan fungsi ginjal berkisar 1-30%. Penanganan pasien adalah suportif dan
Kemungkinan GNAPS menjadi kronik 5-10 simtomatik. Pengobatan ditujukan terhadap
%. Angka kematian pada GNAPS bervariasi penyakit yang mendasarinya dan komplikasi
antara 0- 7% . Anak kecil mempunyai yang ditimbulkannya. Anak kecil mempunyai
prognosis lebih baik disbanding anak yang prognosis lebih baik disbanding anak yang
lebih besar atau orang dewasa oleh karena lebih besar atau orang dewasa oleh karena
GNAPS pada dewasa sering disertai lesi GNAPS pada dewasa sering disertai lesi
nekrotik glomerulus. Diuresis akan menjadi nekrotik glomerulus. Perbaikan klinis yang
normal kembali pada hari ke 7-10 setelah sempurna dan urin yang normal
awal penyakit, dengan menghilangnya menunjukkan prognosis yang baik.
sembab dan secara bertahap tekanan darah
menjadi normal kembali. Fungsi ginjal 3. Daftar Pustaka
(ureum, kreatinin) membaik dalam 1 minggu
dan menjadi normal dalam waktu 3-4 Dany Hilmant. 2007. Pandangan Baru
minggu. Komplemen serum menjadi normal Pengobatan Glomerulonefritis. Sari
dalam waktu 6-8 minggu. Tetapi kelainan Pediatri 2007:9(1):6-1
sedimen urin akan tetap terlihat selama Fairley KF and Birch DF. 1991. Microscopic
urinalysis in glomerulonephritis. Kidney Int
berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun pada J 1991:44:9 –12.
sebagian besar pasien (Lumbanbatu SM, Geetha D. 2005. Glomerulonephritis, post
2003). Selama komplemen C3 belum pulih streptococcal. Available from: http://
dan hematuria mikroskopis belum www.eMedicine glomerulonephritis, post
menghilang, pasien hendaknya diikuti secara streptococcal. Diakses 12 Nov 2013.
seksama oleh karena masih ada Makker SP. 1992. Glomerular disease. Dalam:
kemungkinan terjadinya pembentukan Kher KK, Makker SP. Clinical pediatric
glomerulosklerosis dan gagal ginjal kronik nephrology. New York: McGraw-Hill,
(Noer MS, 2002). Pencegahan GNAPS 1992:175-220.
Noer MS. 2002. Glomerulonefritis. Dalam: Alatas
berkontribusi menurunkan insiden penyakit H, Tambunan T, Trihono PP, Pardede SO.
ginjal dan gagal ginjal di kemudian hari. Buku ajar nefrologi anak. Edisi ke-2.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2002:345-53.
2. Kesimpulan Sekarwana HN. 2001. Rekomendasi mutahir
tatalaksana glomerulonefritis akut pasca

314
Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA III Tahun 2013

streptokokus. Dalam: Aditiawati, Bahrun D, Sudung O. Pardede. Struktur sel streptokokus


Herman E, Prambudi R. Buku naskah dan patogenesis glomerulonefritis akut
lengkap simposium nefrologi VIII dan pascastreptokokus. Sari Pediatri,
simposium kardiologi V. Ikatan Dokter 2009:11(1):65-56
Anak Indonesia Palembang, 2001:141-62. Sudung O. Pardede, Partini P. Trihono, Taralan
Shulman ST, Tanz RR. 2003. Streptococcus Tambunan. Gambaran klinis
pyogenes (group A Streptococcus). Dalam: glomerulonefritis akut pada anak di
Long SS, Pickering LK, Prober CG. departemen ilmu kesehatan anak rumah
Principles and practice of pediatric sakit cipto mangunkusumo, Jakarta. Sari
infectious diseases. Edisi ke-2. Pediatri, 2005:6(4): 140-144
Philadelphia: Churchill Livingstone, Todd JK. 2004. Streptococcal infections. Dalam:
2003:716-8. Gershon AA, Hotez PJ, Katz SL.
Sondang Maniur Lumbanbatu. 2003. Krugman’s infectious diseases of children.
Glomerulonefritis akut pasca streptokokus Edisi ke-11. Philadelphia: Mosby Inc;
pada anak. Sari Pediatri Pediatri, 2004:54-41
2003:5(2):63-58

315

Anda mungkin juga menyukai