PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Glomerulonefritis merupakan reaksi imunologi pada ginjal terhadap
bakteri atau virus tertentu. Glomerulonefritis merupakan penyebab utama
terjadinya gagal ginjal tahap akhir dan menyebabkan tingginya angka morbiditas
baik pada anak maupun pada dewasa.Terminologi glomerulonefritis yang dipakai
disini adalah untuk menunjukkan bahwa kelainan yang pertama dan utama terjadi
pada glomerulus, bukan pada struktur ginjal yang lain.
Glomerulonefritis merupakan penyakit peradangan ginjal bilateral.
Peradangan dimulai dalam gromerulus dan bermanifestasi sebagai proteinuria dan
atau hematuria. Meskipun lesi utama pada gromelurus, tetapi seluruh nefron pada
akhirnya akan mengalami kerusakan, sehingga terjadi gagal ginjal. Penyakit yang
mula-mula digambarkan oleh Richard Bright pada tahun 1827 ini, sekarang
diketahui merupakan kumpulan dari berbagai penyakit dengan berbagai etiologi,
meskipun respon imun agaknya menimbulkan beberapa bentuk glomerulonefritis
Indonesia pada tahun 1995, melaporkan adanya 170 pasien yang dirawat
di rumah sakit pendidikan dalam 12 bulan. Pasien terbanyak dirawat di Surabaya
(26,5%), kemudian disusul berturut-turut di Jakarta (24,7%), Bandung (17,6%),
dan Palembang (8,2%). Pasien laki-laki dan perempuan berbanding 2:1 dan
terbanyak pada anak usia antara 6-8 tahun (40,6%). Gejala glomerulonefritis bisa
berlangsung secara mendadak (akut) atau secara menahun (kronis) seringkali tidak
diketahui karena tidak menimbulkan gejala. Gejalanya dapat berupa mual-mual,
kurang darah (anemia), atau hipertensi. Gejala umum berupa sembab kelopak
mata, kencing sedikit, dan berwarna merah, biasanya disertai hipertensi. Penyakit
ini umumnya (sekitar 80%) sembuh spontan, 10% menjadi kronis, dan 10%
berakibat fatal. Uraian tersebut diatas melatar belakangi kelompok untuk
membuat makalah dengan judul Asuhan Keperawatan pada Anak dengan
Glomerulonefritis dalam penulisan makalah ini.
Selanjutnya,
Ngastiyah
(1997)
menjelaskan
bahwa
pengertian-pengertian
diatas
dapat
disimpulkan
bahwa
d.
2.3 Etiologi
Faktor penyebab Glomerulonefritis Akut yang mendasari terjadinya sindrom
ini secara luas dapat dibagi menjadi infeksi dan noninfeksi. Peyebab infeksi
meliputi bakteri, virus dan parasit.
1. Bakteri: Streptokokus grup C, meningococcocus, Sterptoccocus Viridans,
Gonococcus, Leptospira, Mycoplasma Pneumoniae, Staphylococcus albus,
Salmonella typhi dll
2. Virus: B. varicella, vaccinia, echovirus, parvovirus, influenza, parotitis
epidemika dl
3. Parasit: malaria dan toksoplasma
Salah satu bakteri penyebab infeksi adalah sreptokokus. Hal ini terjadi sekitar
5-10% pada orang dengan radang tenggorokan dan 25% pada mereka dengan
infeksi kulit. Sedangkan yang termasuk noninfeksi adalah penyakit sistemik
multisystem, seperti pada lupus eritematosus sistemik (SLE), vaskulitis, sindrom
Goodpasture dan granulomatosis Wegener. Kondisi penyebab lainnya adalah
kondisi sindrom Gillain-Barre.
Sedangkan penyebab glomerulonefritis kronik yang sering adalah diabetes
melitus dan hipertensi kronik. Kedua penyakit ini berkaitan dengan cidera
glomerulus yang bermakna dan berulang. Hasil akhir dari peradangan tersebut
adalah pembentukan jaringan parut dan menurunnya fungsi glomerulus.
Kerusakan
glomerulus
Glomerulonefritis
progresif
sering
cepat
diikuti
dapat
oleh
terjadi
atrofi
akibat
tubulus.
perburukan
Sindrom Goodpasture
2.4 Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, klasifikasi glomerulonephritis meliputi:
a. Congenital (herediter)
1. Sindrom Alport
Suatu
penyakit
herediter
yang
ditandai
oleh
adanya
10
Selain klasifikasi diatas, glomerulonefritis juga dibagi menjadi tiga secara garis
besar yang antara lain:
a. Glomerulonefritis Akut
Glomerulonefritis akut adalah peradangan glomerulus secara mendadak pada
kedua ginjal. Peradangan akut glomerulus terjadi akibat pengendapan kompleks
antigen antibody di kapiler-kapiler glomerulus. Kompleks biasanya terbentuk 7-10
hari setelah infeksi faring atau kulit oleh streptokokus (glomerulonefritis
pascastreptokokus), tetapi dapat juga timbul setelah infeksi lain. Glomerulonefritis
akut lebih sering terjadi pada laki-laki (2:1) , walaupun dapat terjadi pada semua
usia, tetapi biasanya berkembang pada anak-anak dan sering pada usia 6-10 tahun.
Glomerulonefritis akut (GNA) ialah suatu reaksi imunologic pada ginjal terhadap
bakteri atau virus tertentu. Yang sering ialah infeksi karena kuman streptokokus.
Penyakit ini sering ditemukan pada anak berumur 3-7 tahun dan lebih sering
mengenai anak pria dibandingkan dengan anak wanita (Ngastiyah, 1997, hal.294).
Glomerulonefritis akut dapat dihasilkan dari penyakit sistemik atau penyakit
glomerulus primer, tapi glomerulonefritis akut post streptococcus (juga diketahui
sebagai glomerulonefritis proliferatif akut) adalah bentuk keadaan yang sebagian
besar terjadi. Infeksi dapat berasal dari faring atau kulit dengan streptococcus beta
hemolitik A adalah yang biasa memulai terjadinya keadaan yang tidak teratur ini.
Stapilococcus atau infeksi virus seperti hepatitis B, gondok, atau varicela
(chickenpox) dapat berperan penting untuk glomerulonefritis akut pasca infeksi
yang serupa (Porth,2005). Glomerulonefritis akut paling sering ditemukan pada
anak laki laki berusia tiga hingga tujuh tahun meskipun penyakit ini dapat
terjadi pada segala usia. Hingga 95 % anak anak dan 70 % dewasa akan
mengalami pemulihan total. Pada pasien lain, khususnya yang berusia lanjut,
dapat terjadi progresivitas penyakit ke arah gagal ginjal kronis dalam tempo
beberapa bulan saja.
b. Glomerulonefritis Kronik
Glomerulonefritis Kronik adalah suatu kelainan yang terjadi pada beberapa
penyakit, dimana terjadi kerusakan glomeruli dan kemunduran fungsi ginjal
11
penyakit.
Glomerulonefritis
progresif
cepat
(Rapid
Progressive
antara
glomerulonefritis
akut
dan
infeksi
streptococcus
dikemukakan pertama kali oleh Lohlein pada tahun 1907 dengan alasan bahwa :
1. Timbulnya glomerulonefritis akut setelah infeksi skarlatina
12
akibat
sekuder
dari
penyakit
sistemik
lain
atau
karena
13
14
2.6 Patofisiologi
Glomerulonefritis dicetuskan oleh bakteri streptokokus grup A di
kerongkongan yang bermetastase ke ginjal. Di ginjal, bakteri tersebut akan
menginfeksi glomerulus (glomerulonefritis) dengan masa awitan 2-3 minggu.
Infeksi bakteri menyebabkan reaksi antigen antibodi yang selanjutnya
mengaktivasi
Pulomorfonuklear
tersebut
15
akan menurunkan aliran O2 ke sel dan jaringan. Akibatnya banyak sel yang
mengalami hipoksia bahkan iskemi. Jika hal ini terjadi pada otak, maka akan
mengakibatkan hilang kesadaran. Jika terjadi pada lambung, akan menyebabkan
peningkatan asam lambung yang selanjutnya mengiritasi lambung dan
menimbulkan respon mual muntah pada pasien. Penurunan COP juga
mengakibatkan vasokontriksi pembuluh darah yang berakibat terjadinya
hipertensi.
Lebih
dari
itu,
kerusakan
glomerulus
akan
jelas
mengakibatkan
16
akut yaitu laju endap darah meninggi, kadar Hb menurun sebagai akibat
hipervolemia (retensi garam dan air). Pada pemeriksaan urin didapatkan jumlah
urin mengurang, berat jenis meninggi. Hematuria makroskopis ditemukan pada 50
% pasien. Ditemukan pula albumin (+), eritrosit (+), Leukosit (+), silinder
leukosit, eritrosit dan hialin. Albumin serum sedikit menurun, demikian juga
17
18
19
seperti gagal jantung, edema, hipertensi, dan oliguria, maka jumlah cairan
yang diberikan harus dibatasi.
4. Pengobatan terhadap hipertensi. Pemberian cairan dikurangi, pemberian
sedativa untuk menenangkan penderita sehingga dapat cukup beristirahat.
Pada hipertensi dengan gejala serebral diberikan resprin dan hidralazin.
5. Bila anuria berlangsung lama (5-7 hari), maka ureum harus dikeluarkan dari
dalam darah misalnya dengan dialisi peritoneum, hemodialisis, bilasan
lambung dan usus, dan transfusi tukar.
6. Bila timbul gagal jantung, maka diberikan digitalis, sedativum, dan oksigen.
Pengobatan medis yang dapat dilakukan untuk penderita glomenulonefritis adalah
sebagai berikut :
1. Pemberian penisilin pada fase akut. Pemberian antibiotika ini tidak
mempengaruhi
menyebarnya
beratnya
infeksi
glomerulonefritis,
Streptococcus
yang
melainkan
mungkin
mengurangi
masih,
dapat
20
21
22
BAB 3. PATHWAY
Intoleransi
aktivitas
Kelebihan volume
cairan
hipertensi
Peningkatan tekanan
dalam pembuluh
darah
Kelemahan
Preload naik
edema
Oliguri
Nyeri akut
Peningkatan
asam laktat
Metabolism
anaerob
Suplai darah
ke lambung
turun
Asam lambung
meningkat
Penurunan
COP
Bendungan
atrium kiri
Suplai O2 ke
otak turun
Tekanan vena
pulmonal naik
Syncope
Tekanan
kapiler paru
naik
Albumin tertinggal
dalam darah
Kebocoran saring
protein
protein
uri
Kebocoran saring
eritrosit
hematu
ri
Suplai O2 ke
jaringan turun
Anemia
GFR menurun
Kerusakan fungsi
glomerulus
Sekresi erotropoetin
turun
Produksi Hb
turun
Oksihemoglo
bin turun
Hiangnya permukaan
penyaring
Mual dan
muntah
Anoreksia
Nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
tubuh
Ketidakefek
tifan perfusi
jaringan
perifer
Darah masuk
ke alveolus
Jaringan parut di
glomerulus
Kongesti darah
pulmo
Edema
pulmonal
Menyerang GBM
Gangguan
pertukaran
gas
Diabetes Mellitus
Produksi enzim
lisosomal
Aktivasi PMN dan
leukosit
Metastase bakteri ke
glomerulus
Infeksi streptokokus
grup A
Biodata
meliputi:
nama,
usia,
pedidikan,
pekerjaan/sumber
glomerulonefritis
ini
bermula
dari
infeksi
bakteri
menyebabkan
penyakit
glomerulonefritis,
seperti
Lupus
b.
Pertumbuhan Fisik
1)
2)
akan terjadi keterlambatan, karena zat nutrien yang seharusnya diserap oleh
tubuh justru terbuang melalui urin. Selain itu anak juga mengalami edema
sehingga proses pertumbuhannya juga terganggu.
4.1.5 Riwayat Nutrisi
a.
Pemberian ASI
Asi eksklusif selama 6 bulan dapat mempengaruhi status nutrisi anak, karena
dalam asi juga terkandung zat nutrisi yang dibutuhkan oleh anak untuk
perkembangan yang sehat dan memberikan antibody terhadap penyakit.
b.
Pemberiansusu formula
Pemberian susu formula memang dapat memberikan nutrisi pada anak,
namun tetapi tidak dapat menandingi besarnya nutrisi yang di dapat dari ASI.
Sehingga perlu ditanyakan pula apakah anak telah mendapatkan ASI ekslusif
atau hanya diberikan susu formula saja.
Peran keluarga atau pola asuh dalam keluarga juga dapat mempengaruhi
perkembangan kesehatan anak, sehingga keluarga seharusnya menjadi
support system dalam proses pengobatan anak. Anak yang tidak dibesuk
oleh teman-temannya karena jauh dan lingkungan perawatan yang baru serta
kondisi kritis akan menyebabkan anak banyak diam atau rewel.
4.1.7 Riwayat Spiritual
Spiritual yang baik dapat meningkatkan keyakinan keluarga terhadap
kesembuhan anak, hubungan yang baik dan saling mengasihi antar anggota
keluarga juga menjadi dukungan yang baik bagi kesembuhan anak.
4.1.8 Reaksi Hospitalisasi
a. Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
Pengalaman keluarga terhadap sakit dan hospitalisasi berpengaruh terhadap
perasaan cemas pada anak dan keluarga. Biasanya orang yang tidak pernah
menjalani hospitalisasi cenderung lebih cemas dibandingkan yang tidak
pernah. Anak paling dekat dengan keluarga atau orang tua, sehingga mimiliki
ikatan batin yang kuat. Sehingga perasaan orang tua yang cemas juga
berdampak pada ketenangan anak saat proses pengobatan di rumah sakit.
4.1.9 Aktivitas sehari-hari
a. Nutrisi
Kondisi
1. Selera makan
SebelumSakit
Normal
Saat Sakit
Adanya mual, muntah
dan
anoreksia
menyebabkan
nutrisi
yang
intake
tidak
adekuat. BB meningkat
adanya edema.
b. Cairan
Kondisi
1. Jenis minuman
Sebelum Sakit
Normal
Saat Sakit
Terjadi
kelebihan
2. Frekuensi minum
3. Kebutuhan cairan
4. Cara pemenuhan
edema
pada
sekitar
mata
dan
seluruh
tubuh.
c. Eliminasi (BAB&BAK)
Kondisi
1. Tempat
SebelumSakit
Normal
pembuangan
SaatSakit
Eliminasi alvi tidak
ada
gangguan,
2. Frekuensi (waktu)
3. Konsistensi
gangguan
4. Kesulitan
menyebabkan sisa-sisa
5. Obatpencahar
metabolisme
dapat
glomerulus
tidak
diekskresikan
air
dan
yang
menyebabkan
oligura
sampai
anuria,
proteinuri,
dan
hematuria.
d. Istirahat tidur
Kondisi
1. Jam tidur
SebelumSakit
SaatSakit
Klien tidak dapat tidur
a.
Siang
terlentang dikarenakan
b.
Malam
2. Polatidur
adanya
3. Kebiasaan
keletihan,
kelemahan
malaise,
kelemahan
otot
kehilangan
sebelum tidur
4. Kesulitan tidur
tonus.
e. Olah Raga
dan
uremia,
Sebelum Sakit
Saat Sakit
Pada saat sebelum Ketika sakit sebaiknya
- Cara
sakit
- Frekuensi
- Alatmandi
2. Cucirambut
- Frekuensi
sehingga
dengan
baik
- Cara
lagi
bakteri
yang
mempengaruhi
3. Gunting kuku
kesehatannya.
- Frekuensi
- Cara
4. Gosok gigi
- Frekuensi
- Cara
g. Aktifitas/MobilitasFisik
1.
Kondisi
Kegiatansehari-hari
Sebelum Sakit
Saat Sakit
Sebelum sakit anak Pada klien dengan
2.
Pengaturanjadwalharian
dapat
3.
Penggunaanalat
4.
melakukan kelemahan
aktifitas
Kesulitanpergerakantubuh
kesulitan
dalam dan
pergerakan
tonus
tubuhnya.
adanya
otot
kehilangan
karena
hiperkalemia.
Dalam perawatan
klien
istirahat
adanya
perlu
karena
kelainan
jantung
dan
tekanan
darah
selama 2 minggu
dan
mobilisasi
darah
normal
selama 1 minggu.
Keadaan umum
seorang anak dengan penyakit glomerulonefritis didapatkan
keadaan
10. Leher
Pada
kelenjar
thyroid
mengalami
pembengkakan
pada
pasien
Biakan
kuman
(sediaan
dari
suab
tenggorokan
dan
titesan
10
tidak dapat dieksresi dan terjadi penyerapan kembali air dan natrium pada
tubulus yang tidak mengalami gangguan yang menyebabkan oliguria
sampai anuria, proteinuria, dan hematuria.
c. Pola aktivitas dan latihan
Klien dapat mengalami kelemahan malaise, kelemahan otot dan
kehilangan tonus karena adanya hiperkalemia. Dalam perawatan perlu
istirahat karena adanya kelainan jantung dan tekanan darah tinggi. Adanya
edema paru maka pada inspeksi terlihat retraksi, pengunaan otot bantu
pernapasan, teraba. Pada auskultasi terdengar rales dan krekels, dan pasien
mengeluh sesak, frekuensi napas meningkat. Kelebihan beban sirkulasi
dapat menyebabkan pembesaran jantung (dispnea, ortopnea, dan pasien
terlihat lemah), anemia, anemia dan hipertensi yang disebaban spasme
pembuluh darah. Klien juga dapat mengalami hipertensi enselopati yaitu
gejala serebrum karena hipertensi dengan gejala penglihatan kabur, pusing,
muntah, dan kejang-kejang.
d. Pola tidur dan istirahat
Klien tidak dapat tidur terlentang karena sesak dan gatal karena adanya
uremia, keletihan, kelemahan malaise, kelemahan otot, dan kehilangan
tonus.
e. Kognitif dan perseptual
Peningkatan ureum darah menyebabkan kulit bersisik kasar dan rasa gatal.
Gangguan penglihatan dapat terjadi apabila terjadi enselopati hipertensi.
f. Persepsi diri
Klien cemas dan takut karena urinnya berwarna merah dan edema serta
perawatan yang lama. Anak berharap dapat sembuh kembali seperti
semula.
g. Hubungan peran
Anak tidak dibesuk oleh teman-temannya karena jauh dan lingkungan
perawatan yang baru serta kondisi kritis akan menyebabkan anak banyak
diam atau rewel
h. Toleransi koping
Nilai keyakinan, klien berdoa memohon kesembuhan sebelum tidur.
4.2 Diagnosa
Diagnosa Keperawatan :
11
1. Kelebihan
ginjal.
2. Gangguan perfusi jaringan b.d suplai oksigen yang menurun
3. Gangguan pertukaran gas b.d kerusakan alveolar akibat edema paru
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d nausea,
vemitus
5. Nyeri akut b.d penurunan suplai oksigen ke jaringan.
6. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan fisik
4.3 Intervensi
Intervensi Keperawatan :
Dx
kelebihan
Setelah
volume
tindakan
cairan
retensi
dan
natrium kelebihan
volume
serta
cairan teratasi.
disfungsi
Kriteria Hasil :
ginjal.
Tidak
memperlihatkan
Tanda-tanda
Intervensi
1.
Rasional
1.Pengkajian
merupakan
untuk
perubahan
mengevaluasi
intervensi.
adanya oedema
d) Distensi vena leher
e) Tekanan darah
denyut dan irama
nadi
keadaan
12
seimbang
sumber
potensial cairan:
Medikasi
dan
rasional
pembatasan
dari 4.pemahaman
meningkatkan kerjasama
pasien
5.Bantu
pasien
menghadapi
nyamanan
dalam
dan
keluarga
ketidak
akibat 5.kenyamanan
pembatasan cairan.
pasien
meningkatkan kepatuhan
terhadap pembatasan diet
perubahan
Tujuan:
perfusi
Klien
jaringan:
mengalami
serebral
perubahan
1.
tidak
Pantau
gejala
krisis
(Hipertensi,
perfusi
tanda dan
menyebabkan suplay
takikardi,
krisis
tinitus,
mual,
Krisis hipertensi
hipertensi
cardiopulmun jaringan.
a) TTV dalam batas
1.
tingkat
muntuh,
berkurang.
13
hipertensi.
normal.
b) Tidak ada gejala
Hipertensi dan
Takikardi.
2.
tinggi menyebabkan
suplay darah
berkurang.
> 90 mm Hg
3.
Kaji keefektifan
3.
untuk
penting
menjaga
adekuatnya
perfusi
jarringan.
4.
Pertahankan TT
4.
menjaga
ke
daerah
cerebral
3. Gangguan
pertukaran
gas
b.d
kerusakan
alveolar
akibat
Tujuan:
TTV normal,
Mengetahui keadaan
pernapasan pasien
pertukaran gas
normal, dan ventilasi
normal.
Kriteria hasil:
a.
2. pasien semifowler
untuk
memaksimalkan
3. Lakukan fisioterapi
dada bila perlu
4. Auskultasi suara
napas catat adanya
suara tambahan.
5. Lakukan suction bila
diperlukan
Dapat memaksimalkan
ekspansi paru
Mengalirkan secret
saluran pernapasan
dari
Mengkaji
keadaan
pernapasan apabila terjadi
kelainan maka segera beri
tindakan selanjutnya
Mengoptimalkan jalan apas
14
tanda distres
prnapasan.
c. TTV dalam rentan
normal
Kolaborasi:
6. Berikan bronkodilator
7. Berikan oksigen bila
diperlukan
Ketidakseim
Tujuan :
1. Diskusikan dan jelaskan
Setelah dilakukan
bangan
tentang pembatasan diet
tindakan perawatan
nutrisi
(makanan berserat
dalam jangka waktu
kurang dari
tinggi, berlemak dan air
2x24 jam.kebutuhan
kebutuhan
terlalu panas atau
nutrisi terpenuhi
tubuh
b.d
dingin)
Kriteria hasil :
2. Ciptakan lingkungan
nausea,
1. Nafsu makan
yang bersih, jauh dari
vemitus
meningkat
bau yang tak sedap
2. BB ideal
atau sampah, sajikan
Serat
tinggi,
lemak,air
mengiritasi
merangsang
nafsu
makan.
makanan dalam
keadaan hangat.
3. Berikan jam istirahat
(tidur) serta kurangi
kegiatan yang
Mengurangi
pemakaian
berlebihan
4. Monitor intake dan
out put dalam 24 jam
5. Kolaborasi dengan tim
kesehtaan lain terapi
gizi : Diet TKTP
merencenakan
jumlah makanan.
15
obat-obatan atau
vitamin A.
1. Observasi tanda-
berkurang atau
tanda vital.
pertumbuhan
Mengetahui perubahan
tanda tanda vital yang
diakibatkan oleh nyeri
Kriteria Hasil:
Setelah diberikan
tindakan
menggunakan
keperawatan selama
skala nyeri
pasien
Meringankan nyeri pasien
pasien berkurang
4. Beri kompres
menunjukkan
abdomen
ekspresi menahan
nyeri
5. Kolaborasikan
pemberian
analgetik
Intoleransi
aktifitas
Setelah
dilakukan
b.d tindakan
1.
faktoer-faktor
kelemahan
keperawatan selama
menyebabkan
fisik
1x24
kelelahan
jam
toleransi
Pasein
terjadi
aktivitas
dapat
menunjukkan:
1.Klien
dapat
2. Dorong
kemajuan
yang
menyebabkan kelemahan
Peningkatan
aktivitas
secara
bertahap
memungkinkan system
kardio pulmonal pasien
16
bergerak
tanpa
untuk
pembatasan
2.Tidak berhati-hati
kembali
pada
dalam bergerak.
Immobilisasi
yang
dipaksakan
akan
memperbesar kegelisahan.
agar persendian klien tidak
3. catat
respon
emosi
kaku
terhadap mobilitas.
Partisipasi pasien dengan
perawatan
4. Berikan
klien
untuk
aktivitas
perawatan
diri
parsial.
6. Rencanakan
memperbaiki
fungsi
fisiologisnya
dan
mengurangi kelelahan
diri
Periode
istirahat
memungkinkan
untuk
menghemat
memulihkan energi.
periode
teratur
tubuh
dan
17
4.4 Implementasi
Implementasi Keperawatan:
No
1.
Diagnosa
Kelebihan
Implementasi
1. mengkaji status cairan
2. membatasi masukan cairan
cairan berhubungan
3. mengidentifikasi sumber potensial cairan
dengan penurunan 4. menjelaskan pada pasien dan keluarga rasional
volume
cairan
natrium
2.
perubahan
jaringan:
cardiopulmunary
b/d
resiko
hipertensi
krisis
18
3.
Gangguan
pertukaran gas b.d
kerusakan
alveolar
akibat
edema paru
tambahan.
5. melakukan suction bila diperlukan
Kolaborasi:
6. memberikan bronkodilator
7. memberikan oksigen bila diperlukan
Ketidakseimbangan 6. mendiskusikan dan jelaskan tentang pembatasan
nutrisi kurang dari
kebutuhan
tubuh
Nyeri
akut
b.d
penurunan suplai
oksigen
vitamin A.
1. mengobservasi tanda-tanda vital.
2.
ke
jaringan.
3.
4.
5.
Intoleransi aktifitas
b.d kelemahan fisik
kemajuan
tingkat
aktivitas
19
4.5 Evaluasi
Evaluasi Keperawatan
Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan:
1. Dx:
S: Pasien mengatakan dapat BAK dengan normal
O: turgor kulit normal tanpa edema, tanda vital normal, tidak adanya
distensi vena leher.
A: Masalah Teratasi.
P : Hentikan tindakan keperawatan
2. Dx 2:
S: Pasien mengatakan saya sudah merasakan tubuh saya kembali ringan
O : TD dalam batas normal tanpa pengeluaran protein
A: Masalah Teratasi.
P : Hentikan tindakan keperawatan
3. Dx 3:
S: Keluarga mengatakan bahwa pasien sudah tidak ada masalah dalam
pernapasan
O : AGD normal, pola nafas normal, setelah melakukan aktivitas tidak
cepat mrasa lelah
A: Masalah Teratasi.
P : Hentikan tindakan keperawatan
20
4. Dx 4:
S : keluarga klien mengatakan nafsu makan pasien meningkat
O : BB klien mulai meningkat
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
5. Dx 5:
S : keluarga mengatakan pasien sering mengeluh kesakitan di daerah perut
O : pasien sering menangis dan memegangi perutnya
A : pasien masih merasakan nyeri
P : lanjutkan intervensi
6. Dx 6:
S : pasien mengatakan, saya sudah mampu makan dan pergi ke kamar
mandi sendiri.
O : perilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri;
koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainnya baik
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
21
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Glomerulonefritis adalah peradangan pada kapiler glumurulus yang disebakan
oleh infeksi kuman streptococcus dan merupakan penyebab utama terjadinya
gagal ginjal. Glomerulonefritis ditandai dengan beberapa gejala seperti faringitis
atau tonsilitis disertai demam, sakit kepala, malaise, edema wajah, dan nyeri
panggul. Penyakit ini disebabkan beberapa hal seperti hipertensi, diabetes
mellitus, adanya bakteri streptococcus dan sebagainya. Beberapa hal tersebut
masih
sering
diabaikan
oleh
masyarakat
sehingga
potensi
terjadinya
perawat
ataupun
mahasiswa
keperawatan
hendaknya
memberikan
kesehatan
glomerulonefritis.
guna
mendapat
informasi
lebih
banyak
terkait
22
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah . Jakarta:
EGC.
Carpenito, Moyet. 2006. Buku Saku Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
Nurarif & Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA and NIC-NOC. Jakarta: Mediaction Publishing.
Price Sylvia A dan dan Lorraine M Wilson .(1995). Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC.
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC
Suharyanto, T., 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Perkemihan. Jakarta: EGC
Gangguan