Anda di halaman 1dari 17

ANATOMI DAN FISIOLOGI FARING DAN ESOFAGUS

Makalah

Oleh

Kelompok 2

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2014
ANATOMI DAN FISIOLOGI FARING DAN ESOFAGUS

Makalah

diajukan untuk memenuhi tugas kelompok matakuliah Ilmu Keperawatan Klinik III A
dosen pengampu : Ns. Nur Widayati, MN.

oleh

Ikbar Nurkholisah I. 122310101004


Ananta Efrandau 122310101015
Ria Novitasari 122310101022
Lina Nur Khumairoh 122310101029
Reny Dwi Nurmasari 122310101031
Sofiatul Mafuah 122310101042
Aprilita Restuningtyas 122310101053
Fakhrun Nisa Fidaroini 122310101064
Alisa Miradia P. 122310101074
Berlinda Damar Asri 122310101077

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2014
PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Anatomi Dan
Fisiologi Faring Dan Esofagus dengan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas mata ajar Ilmu Keperawatan Klinik III 3A.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ns. Nur Widayati, MN selaku Dosen Penanggung Jawab Mata Ajar Ilmu
Keperawatan Klinik IIIA;
2. teman-teman mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan angkatan 2012,
yang telah memberi dorongan dan semangat; dan
3. semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan menambah pengetahuan pembaca.

Jember, 13 Februari 2014 Penulis


DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL.......................................................................... i
HALAMAN JUDUL........................................................................ ..... ii
KATA PENGANTAR..................................................................... ..... iii
DAFTAR ISI.................................................................................... ..... iv
BAB 1. PENDAHULUAN............................................................... ..... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................... 1
1.3 Tujuan............................................................................. ..... 1
BAB 2. PEMBAHASAN ....................................................................... 2
2.1 Anatomi Dan Fisiologi Faring ............................................ 2

2.2 Anatomi Dan Fisiologi Esofagus ........................................ 5

2.3 Terjadinya Proses Menelan ............................................. .... 7

2.4 Terjadinya Peristiwa Tersedak .......................................... 10

BAB 3. PENUTUP................................................................................. 12
3.1 Kesimpulan .......................................................................... 12
3.2 Saran .................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 13
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saluran pencernaan merupakan saluran yang menerima makanan dari luar
dan mempersiapkannya untuk diserap oleh tubuh dengan jalan proses pencernaan
(pengunyahan, penelanan, dan pencampuran) dengan enzim dan zat cair yang
terbentang mulai dari mulut (oris) sampai anus. Sistem pencernaan itu meliputi
beberapa organ mulai dari mulut, faring, esofagus, gaster, usus halus, usus besar,
rektum dan anus. Setiap organ tersebut memiliki anatomi yang menunjang fungsi
dari masing-masing organ tersebut.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai anatomi dan fisiologi organ
faring dan esofagus, terjadinya proses menelan mulai dari faring hingga akan
menuju ke gaster. Selain anatomi, fisiologi dan proses menelan juga akan dibahas
mengenai gangguan yang terjadi saat proses pencernaan yaitu peristiwa tersedak.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana anatomi dan fisiologi faring?
1.2.2 Bagaimana anatomi dan fisiologi esofagus?
1.2.3 Bagaimana terjadinya proses menelan?
1.2.4 Bagaimana terjadinya peristiwa tersedak?

1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui anatomi dan fisiologi faring dalam sistem pencernaan;
1.3.2 Mengetahui anatomi dan fisiologi esofagus dalam sistem pencernaan;
1.3.3 Mengetahaui bagaimana terjadinya proses menelan;
1.3.4 Mengetahui terjadinya peristiwa tersedak.
BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Anatomi Dan Fisiologi Faring


Faring merupakan organ yang berbentuk corong sepanjang 15 cm yang
tersusun atas jaringan fibromuskular yang berfungsi sebagai saluran pencernaan
dan juga sebagai saluran pernapasan. Faring terletak setinggi basis cranii (bassis
occipital dan bassis sphenoid) sampai cartilage cricoid setinggi Vertebrae Cervical
VI.
Bagian terlebar dr pharynx terletak setinggi os. Hyoideum dan bagian
tersempitnya terletak pd pharyngoesophageal junction. Pharynx sbg organ
pencernaan menghubungkan antara cavum oris dan Oesophagus. Sedangkan
sebagai organ pernafasan berfungsi utk menghubungkan antara cavum nasi dan
Larynx.
Pembentuk dinding faring:
1. Membrane mucosa yg tersusun atas epitel squamos pseudokompleks
bersilia pada bagian atas dan epitel squamos kompleks di bagian bawah.
2. Submucosa.
3. Jaringan fibrosa, membentuk fascia pharyngobasillaris yg melekat pd
bassis crania.
4. Jaringan muscular yg terdiri atas otot sirkular dan longitudinal.
5. Jaringan ikat longgar yg membentuk fascia buccopharyngeal.
Otot-otot pada faring:
Otot-otot pada faring terdiri atas tiga otot konstriktor pharyngeus dan tiga otot
yang berorigo pada proc. Styloideus. Otot-otot ini berperan dalam proses
deglutition atau menelan.
Hubungan faring:
Cavum pharyngeum berhubungan dengan organ-organ disekitarnya antara lain
melalui:
1. Choanae (nares posterior) menghubungkan dengan cavum nasi.
2. Ostium pharyngeum tuba auditiva eustachii dengan cavum tympani.
3. Isthmus faucium dengan cavum oris propia.
4. Additus laryngis dengan larynx.
5. Portae oesophagus dengan oesophagus,
Vaskularisasi faring:
Perdarahan faring sebagian besar berasal dari cabang arteri carotis externa, arteri
faringeal ascendens, R. dorsal arteri lingualis, R. tonsillaris arteri fascialis, dan R.
palatine arteri maksillaris.
Innervasi faring:
untuk persarafan motorik berasal dr nerveus XI sedangkan untuk persarafan
sensorik berasal dari nerveus IX dan nerveus X.
Pembagian faring
Faring dibagi menjadi:
1. Nasofaring
Nasopharynx merupakan bagian dr pharynx yg terletak di bagian
atas, maka dr itu nasopharynx jg disebut dg epipharynx. Nasopharynx
memiliki skeletopi setinggi Bassis cranii sampai Vertebrae cervical I.
Nasopharynx memiliki syntopi:
a. ventral: choanae (nares posterior), menghubungkan pharynx dg cavum
nasi.
b. superior: bassis crania.
c. belakang: vertebrae cervical yg dipisahkan oleh fascia prevertebrae dan
m. capitis.
d. lateral: dinding medial leher.
e. inferior: palatum mole.
Terdapat beberapa bangunan yang terletak pada nasofaring, antara lain:
a. ostium pharyngeum tuba auditiva eustachii, menghubungakn pharynx
dengan caum tympani.
b. adenoid (tonsilla pharyngea/ tonsillo luscha), merupakan kelenjer limfe
submucosa.
c. recessus pharynx (fossa rosenmulleri), di belakang torus tubarius.
d. isthmus nasopharynx, batas antara nasopharynx dan oropharynx yg
akan tertutup oleh pallatum molle saat proses deglutition/menelan.
2. Orofaring
Merupakan bagian dr pharynx yg terletak di tengah. Memiliki
skeletopi setinggi Vertebrae cervical II sampai Vertebrae Cervical III.
Oropharynx memiliki syntopi sbg berikut:
a. superior: nasopharynx (isthmus nasopharynx, palatum mole)
b. ventral: cavum oris propia dg arcus palatopharynx dan uvulae
c. dorsal: Vertebrae Cervical II III
d. lateral: dinding medial leher
e. inferior: tepi atas epiglottis, basis linguae
Ada beberapa bangunan yang terdapat pada oropharynx, antara lain:
a. tonsilla palatine (faucial tonsil/ amandel), di dinding lateral dextra et
sinistra di recessus tonsillaris antara arcus palatoglossus dan arcus
palatopharyngeus
b. fossa supratonsilaris, mucosa di atas tonsil berbentuk segitiga di antara
arcus palatoglossus dan arcus palatopharyngeus
c. tonsila lingualis, pada basis linguae (1/3 posterior linguae)

3. Laringofaring
Merupakan bagian bawah dari pharynx. Maka dari itu, juga disebut
dengan hipopharynx. Laringopharynx terletak setinggi Vertebrae Cervical
IV sampai Vertebrae Cervical VI. Syntopi laryngopharynx antara lain:
a. superior: oropharynx (setinggi tepi atas epiglottis)
b. ventral: tepi belakang epiglottis, additus larynges
c. dorsal: vertebrae cervical III VI
d. lateral: dinding lateral leher
e. inferior: portae esophagus
2.2 Anatomi Dan Fisiologi Esofagus
Esofagus adalah salah satu organ pencernaan salah satu organ pencernaan
(Gastro Intestinal Tract) yang membentang dari pharyngoesophageal junction
(batas pharynx dan esofagus) sampai orificium cardiaca gaster. Esofagus
merupakan saluran yang menghubungkan antara pharynx (Laringopharynx/
Hipopharynx) dengan gaster (stomaxh/ pylorus/ ventriculus). Makanan lewat di
esofagus hanya dan bergeraknya makanan di dalam esofagus menuju gaster ini
dipengaruhi oleh adanya gerakan peristaltik dari esofagus.
1. Pembagian Esofagus
Esofagus terletak setinggi Vertebrae Cervical VI sampai discus
intervertebralis antara Vertebrae Thoracalis X dan Vertebrae Thoracalis
XI.
2. Esofagus terbagi atas 3 pars antara lain :
a. Esofagus pars cervical
Esofagus pars cervical membentang dari pharyngoesophageal junction
hingga tepi bawah Vertebra Cervical VII.
b. Esofagus pars thoracica
Esofagus pars thoracica membentang dari Vertebrae Thoracica I
sampai pada hiatus oesophagus pada diaphragma yang terletak setinggi
Vertebrae Thoracica X.
c. Esofagus pars abdominalis
Esofagus pars abdominalis membentang dari hiatus esofagus
sampai pada orificium cardiaca gaster. Dengan kata lain, esofagus pars
abdominalis memiliki skeletopi setinggi Vertebrae Thoracica X hingga
Discus Intervertebralis antara Vertebrae thoracica X dan Vertebrae
thoracica XI.
3. Margo esofagus
Esofagus memiliki 2 marg yaitu margo dextra dan margo sinistra.
Margo dextra esofagus sebagai curvature minor gaster. Sedangkan margo
sinistra esofagus dipisahkan dengan fundus gaster oleh incisura cardiac
gaster.
4. Syntopi Esofagus
a. Dextra : ekstremitas superior omentum minus
b. Sinistra : lig Gastrophrenica
c. Ventral : truncus vagalis sinistra, lobus hepatis sinistra, arcus aorta,
d. Dorsal : R.oesophageales vasa. Gastrica sinistra, truncus vagalis
dextra, vasa phrenica inferior sinistra, crus diaphragm
sinistra dan n. sphlancnici
5. Penyempitan Esofagus
Esofagus memiliki 3 tempat penyempitan, antara lain pada Sphincter
oesophageal (pharyngoesophageal junction), di belakang dari arcus aorta
dan pada hiatus esofagus saat menembus diaphragm.
6. Vaskularisasi Esofagus
a. Esofagus bagian 1/3 proximal (oral) divaskularisasi oleh a. thyroidea
inferior
b. Esofagus bagian 1/3 medial divaskularisasi oleh cabang dari aorta
descendens
c. Esofagus bagian 1/3 distal (anal) divaskularisasi oleh Rr.
Oesophageales gastric sinistra
7. Inervasi Esofagus
Esofagus diinervasi persarafan simpatis oleh truncus sympaticus
dan persarafan parasimpatis oleh n. Vagus (n. X)

2.3 Terjadinya Proses Menelan


Proses menelan dimulai dengan fase volunter (oral) pada saat bolus
makanan terdorong masuk ke dalam faring. Bolus makanan tersebut mengaktifkan
reseptor sensorik yang memulai fase involunter (faring dan efofagus) atau reflek
deglutisi. Reflek deglutisi merupakan serangkaian kejadian yang kompleks dan
berfungsi baik untuk mendorong makanan lewat faring dan esofagus untuk
mencegah agar makanan tersebut tidak masuk ke dalam saluran pernapasan. Pada
saat yang sama ketika bolus makanan didorong ke belakang oleh lidah, laring
akan bergerak ke depan dan sfingter esofagus pada bagian atas akan membuka.
Ketika bolus makanan bergerak ke dalam faring, kontraksi muskulus konstriktor
faringeus superior terhadap palatum mole yang berkontraksi akan memulai
kontraksi peristaltik yang berjalan dengan cepat ke bawah untuk menggerakkan
bolus makanan lewat faring dan esofagus. Sfingter esofagus bagian bawah akan
membuka ketika makanan masuk kedalam esofagus dan tetap terbuka sampai
kontraksi peristaltik mendorong makanan masuk ke lambung. Kontraksi
peristaltik dalam reaksinya terhadap gerakanan menelan akan melibatkan inhibisi
yang diikuti oleh kontraksi sekuensi alotot-otot di sepanjang lintasan gerakan
menelan dan gerakan peristaltik ini disebut sebagai peristalsis primer. Inhibisi
yang mendahului kontraksi peristaltik disebut peristalsis sekunder, yang terbatas
pada esofagus pars torakalis. Kontraksi tersier merupakan gerakan nonperistalsis
karena terjadi simultan di seluruh segmen panjang esofagus . kontraksi tersier
dapat terjadi sebagai suatu respon terhadap gerakan menelan atau distensi
esofagus, atau kontraksi tersebut dapat terjadi secara spontan.

Neurofisiologi Menelan
Proses menelan merupakan suatu proses yang kompleks yang memerlukan
setiap organ yang berperan harus bekerja secara terintegrasi dan
berkesinambungan. Dalam proses menelan diperlukan kerjasama yang baik dari 6
saraf kranial, 4 saraf servikal, dan lebih dari 30 pasang otot menelan.
a. Fase Faringeal
Proses menelan pada fase faringeal dimulai ketika bolus makanan
menyentuh arkus faring anterior (arkus palatoglosus) dan refleks menelan akan
segera timbul. Pada fase faringeal terjadi:
1) m. Tensor veli palatini (n.V) dan m. Levator veli palatini (n.IX, n.X dan
n.XI) berkontraksi menyebabkan palatum mole terangkat,
kemudian uvula tertarik keatas dan ke posterior sehingga menutup
daerah nasofaring;
2) m. Genioglosus (n.XII, servikal 1), m. Ariepiglotika (n.IX,nX) m.
Krikoaritenoid lateralis (n.IX,n.X) berkontraksi menyebabkan aduksi
pita suara sehingga laring tertutup;
3) laring dan tulang hioid terangkat keatas ke arah dasar lidah karena
kontraksi m. Stilohioid, (n.VII), m. Geniohioid, m. Tirohioid (n.XII dan
n.servikal I);
4) kontraksi m. Konstriktor faring superior (n.IX, n.X, n.XI), m.
Konstriktor faring inermedius (n.IX, n.X, n.XI) dan m. Konstriktor
faring inferior (n.X, n.XI) menyebabkan faring tertekan kebawah yang
diikuti oleh relaksasi m. Kriko faring (n.X);
5) pergerakan laring ke atas dan ke depan, relaksasi dari introitus esofagus,
dan dorongan otot-otot faring ke inferior menyebabkan bolus makanan
turun ke bawah dan masuk ke dalam servikal esofagus. Proses ini hanya
berlangsung sekitar satu detik untuk menelan cairan dan lebih lama bila
menelan makanan padat.

Pada fase faringeal, saraf kranial yang bekerja yaitu n.V.2, n.V.3 dan n.X
sebagai serabut afferen dan n.V, n.VII, n.IX, n.X, n.XI dan n.XII sebagai serabut
efferen. Bolus dengan viskositas yang tinggi akan memperlambat fase faringeal,
meningkatkan waktu gelombang peristaltik, dan memperpanjang waktu
pembukaan sfingter esofagus bagian atas. Bertambahnya volume bolus
menyebabkan lebih cepatnya waktu pergerakan pangkal lidah, pergerakan palatum
mole, dan pergerakan laring, serta pembukaan sfingter esofagus bagian atas.
Waktu pharyngeal transit juga bertambah sesuai dengan usia.
Gelombang peristaltik faring mempunyai kecepatan rata-rata 12 cm/detik.
Mc.Connel dalam penelitiannya melihat adanya 2 sistem pompa yang bekerja
yaitu:
1) Oropharyngeal propulsion pomp (OOP) adalah tekanan yang ditimbulkan
tenaga lidah 2/3 depan yang mendorong bolus ke orofaring yang disertai tenaga
kontraksi dari m. Konstriktor faring;
2) Hypopharyngeal suction pomp (HSP) adalah tekanan negatif akibat
terangkatnya laring ke atas menjauhi dinding posterior faring, sehingga bolus
terisap ke arah sfingter esofagus bagian atas. Sfingter esofagus bagian atas
dibentuk oleh m. Konstriktor faring inferior, m. Krikofaring, dan serabut otot
longitudinal esofagus bagian superior.

b. Fase Esofageal
Pada fase esofageal proses menelan berlangsung tanpa disadari. Bolus
makanan turun lebih lambat dari fase faringeal yaitu 3-4 cm/ detik. Pada fase ini
terjadi beberapa tahapan, yaitu:
1) dimulai dengan terjadinya relaksasi m. Kriko faring. Gelombang peristaltik
primer terjadi akibat kontraksi otot longitudinal dan otot sirkuler dinding
esofagus bagian proksimal. Gelombang peristaltik pertama ini akan diikuti
oleh gelombang peristaltik kedua yang merupakan respons akibat regangan
dinding esofagus;
2) gerakan peristaltik tengah esofagus dipengaruhi oleh serabut saraf pleksus
mienterikus yang terletak diantara otot longitudinal dan otot sirkuler dinding
esofagus dan gelombang ini bergerak seterusnya secara teratur menuju ke
distal esofagus.

Saat menelan mcairan maupun makanan, biasanya cairan turun akibat gaya
berat dan makanan padat turun karena adanya gerak peristaltik, proses ini
berlangsung selama 8-20 detik. Esophagal transit time bertambah pada lansia
akibat dari berkurangnya tonus otot-otot rongga mulut untuk merangsang
gelombang peristaltik primer.

Note:
m. Tensor veli palatini (n.V) dibaca: muskulus Tensor veli palatini yang
dipersarafi oleh nervus V (trigeminal).
m. Levator veli palatini (n.IX, n.X dan n.XI) dibaca: muskulus Levator veli
palatini yang dipersarafi oleh nervus IX (glosofarigeal), nervus X (vagus),
dan nervus XI (aksesori).

2.4 Terjadinya Peristiwa Tersedak


Pada dasarnya tersedak dapat diakibatkan oleh dua hal yang berbeda,
yakni tersedak akibat reflex fisiologis dan tersedak secara patologis. Kedua
peristiwa tersebut memiliki mekanisme dan prognosis yang berbeda pada
manusia. Barikut adalah penjelasan dari kedua kejadian tersebut.
a. Tersedak secara fisiologis
Sebagaimana kita ketahui bahwa pada daerah leher manusia
terdapat bagian depan dan bagian belakang. Pada bagian depan terdapat
trakea (tenggorokan) yang merupakan tempat lewatnya udara saat akan
memasuki paru. Trakea dibentuk oleh cincin-cincin tulang rawan. Selain
itu, pada bagian ini juga terdapat epiglottis, yakni suatu katub yang dpat
membuka menutup sebagai pintu gerbang percabangan antara trakea
dengan faring. Sedangkan pada bagian belakang terdapat esophagus yang
merupakan saluran lanjutan dari faring yang akan menjadi penghubung
antara faring dengan lambung.
Pada saat kita makan epiglottis akan menutup sehingga makanan
akan masuk ke faring dan selanjutnya masuk ke dalam saluran pencernaan.
Sedangkan saat bernapas, epiglotis akan membuka sehingga udara masuk
ke saluran perapasan. Namun, jika kita makan dengan bicara maka
epiglotis aka membuka sehingga makanan akan salah masuk ke trakea
bukan ke faring. Sedangkan dalam faring, makanan tersebut akan
dianggap sebagai sel asing yang harus dikeluarkan. Hal inilah yang
menyebabkan munculnya reflex tersedak secara fisiologis.
b. Tersedak secara patologis
Peristiwa tersedak juga dapat terjadi akibat adanya iritasi pada
saraf phrenic. Saraf Phrenic merupakan saraf yang menyediakan diafragma
(otot diantara dada dengan perut). Sebagaimana kita ketahui bahwa
diafragma akan membantu pernapasan dengan cara naik-turun yang
mengurangi dan menambahkan ukuran dada untuk memungkinkan paru-
paru melebar ketika menarik napas). Jika diafragma mengalami iritasi,
maka gerakan dari diafragma tidak akan lagi berkoordinasi dengan dada
sehingga menyebabkan tersedak yang sifatnya patologis.
BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Faring merupakan organ yang berbentuk corong sepanjang 15 cm yang
tersusun atas jaringan fibromuskular yang berfungsi sebagai saluran pencernaan
dan juga sebagai saluran pernapasan. Pharynx sebagai organ pencernaan
menghubungkan antara cavum oris dan Oesophagus. Sedangkan esofagus adalah
salah satu organ pencernaan yang membentang dari pharyngoesophageal junction
(batas pharynx dan esofagus) sampai orificium cardiaca gaster. Esofagus
merupakan saluran yang menghubungkan antara pharynx dengan gaster.
Kedua organ ini masing-masing memiliki peran dalam proses menelan.
Proses menelan merupakan suatu proses yang kompleks dan memerlukan organ-
organ yang harus bekerja secara terintegrasi dan berkesinambungan. Pada proses
menelan, bolus dengan viskositas yang tinggi akan memperlambat fase faringeal,
meningkatkan waktu gelombang peristaltik, dan memperpanjang waktu
pembukaan sfingter esofagus bagian atas. Makanan yang akan dicerna hanya
lewat saja di esofagus dan bergeraknya makanan di dalam esofagus menuju gaster
ini dipengaruhi oleh adanya gerakan peristaltik dari esofagus. Pada fase esofageal
proses menelan berlangsung tanpa disadari. Bolus makanan turun lebih lambat
dari fase faringeal yaitu 3-4 cm/ detik.

3.2 Saran
Proses pencernaan merupakan salah satu proses terpenting dalam tubuh
manusia, oleh karenanya sebagai seorang perawat atau tenaga kesehatan, sangat
penting untuk bisa memahami organ-organ yang terdapat dalam proses
pencernaan serta gangguan atau kelainan apa saja yang dapat terjadi dalam proses
pencernaan. Hal ini menjadi penting khususnya bagi seorang perawat untuk dapat
membantu klien apabila terjadi gangguan dalam proses menelan seperti tersedak.
DAFTAR PUSTAKA

Drs.H. Syaifudin.AMK. 2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan.


Jakarta:EGC.

Dr. Kris. 2008. Menelan (Deglutasi) dan Gangguan Menelan.


http://thtkl.wordpress.com/2008/11/09/menelandeglutasi-dan-gangguan-
menelan/. [diakses pada 10 Februari 2014]

Fried, Goerge H. 2005. Schaums Outlines Biologi. Edisi Kedua. Jakarta:


Erlangga.

Isselbacher, Kurt J. et.al. 1999. Harrison: Prinsip-prinsip Umum Ilmu Penyakit


Dalam. Volume 1, Edisi 13. Jakarta: EGC.

Pearce Evelin C. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT


Gremedia Pustaka Utama.

Sherwood, Laura. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi Kedua.
Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai