Makalah
Oleh
Kelompok 2
Makalah
diajukan untuk memenuhi tugas kelompok matakuliah Ilmu Keperawatan Klinik III A
dosen pengampu : Ns. Nur Widayati, MN.
oleh
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Anatomi Dan
Fisiologi Faring Dan Esofagus dengan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas mata ajar Ilmu Keperawatan Klinik III 3A.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ns. Nur Widayati, MN selaku Dosen Penanggung Jawab Mata Ajar Ilmu
Keperawatan Klinik IIIA;
2. teman-teman mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan angkatan 2012,
yang telah memberi dorongan dan semangat; dan
3. semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan menambah pengetahuan pembaca.
Halaman
HALAMAN SAMPUL.......................................................................... i
HALAMAN JUDUL........................................................................ ..... ii
KATA PENGANTAR..................................................................... ..... iii
DAFTAR ISI.................................................................................... ..... iv
BAB 1. PENDAHULUAN............................................................... ..... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................... 1
1.3 Tujuan............................................................................. ..... 1
BAB 2. PEMBAHASAN ....................................................................... 2
2.1 Anatomi Dan Fisiologi Faring ............................................ 2
BAB 3. PENUTUP................................................................................. 12
3.1 Kesimpulan .......................................................................... 12
3.2 Saran .................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 13
BAB 1. PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui anatomi dan fisiologi faring dalam sistem pencernaan;
1.3.2 Mengetahui anatomi dan fisiologi esofagus dalam sistem pencernaan;
1.3.3 Mengetahaui bagaimana terjadinya proses menelan;
1.3.4 Mengetahui terjadinya peristiwa tersedak.
BAB 2. PEMBAHASAN
3. Laringofaring
Merupakan bagian bawah dari pharynx. Maka dari itu, juga disebut
dengan hipopharynx. Laringopharynx terletak setinggi Vertebrae Cervical
IV sampai Vertebrae Cervical VI. Syntopi laryngopharynx antara lain:
a. superior: oropharynx (setinggi tepi atas epiglottis)
b. ventral: tepi belakang epiglottis, additus larynges
c. dorsal: vertebrae cervical III VI
d. lateral: dinding lateral leher
e. inferior: portae esophagus
2.2 Anatomi Dan Fisiologi Esofagus
Esofagus adalah salah satu organ pencernaan salah satu organ pencernaan
(Gastro Intestinal Tract) yang membentang dari pharyngoesophageal junction
(batas pharynx dan esofagus) sampai orificium cardiaca gaster. Esofagus
merupakan saluran yang menghubungkan antara pharynx (Laringopharynx/
Hipopharynx) dengan gaster (stomaxh/ pylorus/ ventriculus). Makanan lewat di
esofagus hanya dan bergeraknya makanan di dalam esofagus menuju gaster ini
dipengaruhi oleh adanya gerakan peristaltik dari esofagus.
1. Pembagian Esofagus
Esofagus terletak setinggi Vertebrae Cervical VI sampai discus
intervertebralis antara Vertebrae Thoracalis X dan Vertebrae Thoracalis
XI.
2. Esofagus terbagi atas 3 pars antara lain :
a. Esofagus pars cervical
Esofagus pars cervical membentang dari pharyngoesophageal junction
hingga tepi bawah Vertebra Cervical VII.
b. Esofagus pars thoracica
Esofagus pars thoracica membentang dari Vertebrae Thoracica I
sampai pada hiatus oesophagus pada diaphragma yang terletak setinggi
Vertebrae Thoracica X.
c. Esofagus pars abdominalis
Esofagus pars abdominalis membentang dari hiatus esofagus
sampai pada orificium cardiaca gaster. Dengan kata lain, esofagus pars
abdominalis memiliki skeletopi setinggi Vertebrae Thoracica X hingga
Discus Intervertebralis antara Vertebrae thoracica X dan Vertebrae
thoracica XI.
3. Margo esofagus
Esofagus memiliki 2 marg yaitu margo dextra dan margo sinistra.
Margo dextra esofagus sebagai curvature minor gaster. Sedangkan margo
sinistra esofagus dipisahkan dengan fundus gaster oleh incisura cardiac
gaster.
4. Syntopi Esofagus
a. Dextra : ekstremitas superior omentum minus
b. Sinistra : lig Gastrophrenica
c. Ventral : truncus vagalis sinistra, lobus hepatis sinistra, arcus aorta,
d. Dorsal : R.oesophageales vasa. Gastrica sinistra, truncus vagalis
dextra, vasa phrenica inferior sinistra, crus diaphragm
sinistra dan n. sphlancnici
5. Penyempitan Esofagus
Esofagus memiliki 3 tempat penyempitan, antara lain pada Sphincter
oesophageal (pharyngoesophageal junction), di belakang dari arcus aorta
dan pada hiatus esofagus saat menembus diaphragm.
6. Vaskularisasi Esofagus
a. Esofagus bagian 1/3 proximal (oral) divaskularisasi oleh a. thyroidea
inferior
b. Esofagus bagian 1/3 medial divaskularisasi oleh cabang dari aorta
descendens
c. Esofagus bagian 1/3 distal (anal) divaskularisasi oleh Rr.
Oesophageales gastric sinistra
7. Inervasi Esofagus
Esofagus diinervasi persarafan simpatis oleh truncus sympaticus
dan persarafan parasimpatis oleh n. Vagus (n. X)
Neurofisiologi Menelan
Proses menelan merupakan suatu proses yang kompleks yang memerlukan
setiap organ yang berperan harus bekerja secara terintegrasi dan
berkesinambungan. Dalam proses menelan diperlukan kerjasama yang baik dari 6
saraf kranial, 4 saraf servikal, dan lebih dari 30 pasang otot menelan.
a. Fase Faringeal
Proses menelan pada fase faringeal dimulai ketika bolus makanan
menyentuh arkus faring anterior (arkus palatoglosus) dan refleks menelan akan
segera timbul. Pada fase faringeal terjadi:
1) m. Tensor veli palatini (n.V) dan m. Levator veli palatini (n.IX, n.X dan
n.XI) berkontraksi menyebabkan palatum mole terangkat,
kemudian uvula tertarik keatas dan ke posterior sehingga menutup
daerah nasofaring;
2) m. Genioglosus (n.XII, servikal 1), m. Ariepiglotika (n.IX,nX) m.
Krikoaritenoid lateralis (n.IX,n.X) berkontraksi menyebabkan aduksi
pita suara sehingga laring tertutup;
3) laring dan tulang hioid terangkat keatas ke arah dasar lidah karena
kontraksi m. Stilohioid, (n.VII), m. Geniohioid, m. Tirohioid (n.XII dan
n.servikal I);
4) kontraksi m. Konstriktor faring superior (n.IX, n.X, n.XI), m.
Konstriktor faring inermedius (n.IX, n.X, n.XI) dan m. Konstriktor
faring inferior (n.X, n.XI) menyebabkan faring tertekan kebawah yang
diikuti oleh relaksasi m. Kriko faring (n.X);
5) pergerakan laring ke atas dan ke depan, relaksasi dari introitus esofagus,
dan dorongan otot-otot faring ke inferior menyebabkan bolus makanan
turun ke bawah dan masuk ke dalam servikal esofagus. Proses ini hanya
berlangsung sekitar satu detik untuk menelan cairan dan lebih lama bila
menelan makanan padat.
Pada fase faringeal, saraf kranial yang bekerja yaitu n.V.2, n.V.3 dan n.X
sebagai serabut afferen dan n.V, n.VII, n.IX, n.X, n.XI dan n.XII sebagai serabut
efferen. Bolus dengan viskositas yang tinggi akan memperlambat fase faringeal,
meningkatkan waktu gelombang peristaltik, dan memperpanjang waktu
pembukaan sfingter esofagus bagian atas. Bertambahnya volume bolus
menyebabkan lebih cepatnya waktu pergerakan pangkal lidah, pergerakan palatum
mole, dan pergerakan laring, serta pembukaan sfingter esofagus bagian atas.
Waktu pharyngeal transit juga bertambah sesuai dengan usia.
Gelombang peristaltik faring mempunyai kecepatan rata-rata 12 cm/detik.
Mc.Connel dalam penelitiannya melihat adanya 2 sistem pompa yang bekerja
yaitu:
1) Oropharyngeal propulsion pomp (OOP) adalah tekanan yang ditimbulkan
tenaga lidah 2/3 depan yang mendorong bolus ke orofaring yang disertai tenaga
kontraksi dari m. Konstriktor faring;
2) Hypopharyngeal suction pomp (HSP) adalah tekanan negatif akibat
terangkatnya laring ke atas menjauhi dinding posterior faring, sehingga bolus
terisap ke arah sfingter esofagus bagian atas. Sfingter esofagus bagian atas
dibentuk oleh m. Konstriktor faring inferior, m. Krikofaring, dan serabut otot
longitudinal esofagus bagian superior.
b. Fase Esofageal
Pada fase esofageal proses menelan berlangsung tanpa disadari. Bolus
makanan turun lebih lambat dari fase faringeal yaitu 3-4 cm/ detik. Pada fase ini
terjadi beberapa tahapan, yaitu:
1) dimulai dengan terjadinya relaksasi m. Kriko faring. Gelombang peristaltik
primer terjadi akibat kontraksi otot longitudinal dan otot sirkuler dinding
esofagus bagian proksimal. Gelombang peristaltik pertama ini akan diikuti
oleh gelombang peristaltik kedua yang merupakan respons akibat regangan
dinding esofagus;
2) gerakan peristaltik tengah esofagus dipengaruhi oleh serabut saraf pleksus
mienterikus yang terletak diantara otot longitudinal dan otot sirkuler dinding
esofagus dan gelombang ini bergerak seterusnya secara teratur menuju ke
distal esofagus.
Saat menelan mcairan maupun makanan, biasanya cairan turun akibat gaya
berat dan makanan padat turun karena adanya gerak peristaltik, proses ini
berlangsung selama 8-20 detik. Esophagal transit time bertambah pada lansia
akibat dari berkurangnya tonus otot-otot rongga mulut untuk merangsang
gelombang peristaltik primer.
Note:
m. Tensor veli palatini (n.V) dibaca: muskulus Tensor veli palatini yang
dipersarafi oleh nervus V (trigeminal).
m. Levator veli palatini (n.IX, n.X dan n.XI) dibaca: muskulus Levator veli
palatini yang dipersarafi oleh nervus IX (glosofarigeal), nervus X (vagus),
dan nervus XI (aksesori).
3.1 Kesimpulan
Faring merupakan organ yang berbentuk corong sepanjang 15 cm yang
tersusun atas jaringan fibromuskular yang berfungsi sebagai saluran pencernaan
dan juga sebagai saluran pernapasan. Pharynx sebagai organ pencernaan
menghubungkan antara cavum oris dan Oesophagus. Sedangkan esofagus adalah
salah satu organ pencernaan yang membentang dari pharyngoesophageal junction
(batas pharynx dan esofagus) sampai orificium cardiaca gaster. Esofagus
merupakan saluran yang menghubungkan antara pharynx dengan gaster.
Kedua organ ini masing-masing memiliki peran dalam proses menelan.
Proses menelan merupakan suatu proses yang kompleks dan memerlukan organ-
organ yang harus bekerja secara terintegrasi dan berkesinambungan. Pada proses
menelan, bolus dengan viskositas yang tinggi akan memperlambat fase faringeal,
meningkatkan waktu gelombang peristaltik, dan memperpanjang waktu
pembukaan sfingter esofagus bagian atas. Makanan yang akan dicerna hanya
lewat saja di esofagus dan bergeraknya makanan di dalam esofagus menuju gaster
ini dipengaruhi oleh adanya gerakan peristaltik dari esofagus. Pada fase esofageal
proses menelan berlangsung tanpa disadari. Bolus makanan turun lebih lambat
dari fase faringeal yaitu 3-4 cm/ detik.
3.2 Saran
Proses pencernaan merupakan salah satu proses terpenting dalam tubuh
manusia, oleh karenanya sebagai seorang perawat atau tenaga kesehatan, sangat
penting untuk bisa memahami organ-organ yang terdapat dalam proses
pencernaan serta gangguan atau kelainan apa saja yang dapat terjadi dalam proses
pencernaan. Hal ini menjadi penting khususnya bagi seorang perawat untuk dapat
membantu klien apabila terjadi gangguan dalam proses menelan seperti tersedak.
DAFTAR PUSTAKA
Sherwood, Laura. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi Kedua.
Jakarta: EGC.