GLOMERULONEFRITIS AKUT
OLEH :
M. JA’FAR NUMAIRI, S.KEP
NIM. 1814901110121
2020
1
LAPORAN PENDAHULUAN
GLOMERULONEFRITIS AKUT
I. Konsep Penyakit
1.1 Definisi/deskripsi penyakit
Glumerulonefritis akut (GNA) adalah penyakit yang menyerang
glomeruli dari kedua ginjal, sebagai suatu reaksi imunologi terhadap
bakteri atau virus tertentu. GNA sering ditemukan pada anak umur 3-7
tahun, lebih sering pada pria. Biasanya didahului oleh infeksi ekstrarenal,
terutama di traktus respiratorius bagian atas dan kulit (Ngastiyah, 1997).
1.2 Etiologi
Faktor-faktor penyebab yang mendasari GNA dapat dibagi menjadi
kelompok infeksi dan bukan infeksi.
2
1.2.1 Kelompok Infeksi
Penyebab infeksi yang paling sering adalah infeksi oleh spesies
Streptococcus (yaitu, kelompok A, beta-hemolitik). Dua jenis telah
dijelaskan, yang melibatkan serotipe yang berbeda:
Serotipe M1, 2, 4, 12, 18, 25 - nefritis Poststreptococcal akibat
infeksi saluran pernapasan atas, yang terjadi terutama di musim
dingin
Serotipe 49, 55, 57, 60 - nefritis Poststreptococcal karena
infeksi kulit, biasanya diamati pada musim panas dan gugur
dan lebih merata di daerah selatan Amerika Serikat.
3
Menghubungkan glomerulonefritis ke etiologi parasit atau jamur
memerlukan pengecualian dari infeksi streptokokus. Organisme
diidentifikasi meliputi Coccidioides immitis dan parasit berikut:
Plasmodium malariae, Plasmodium falciparum, Schistosoma
mansoni, Toxoplasma gondii, filariasis, trichinosis, dan
trypanosomes.
4
Penyakit ginjal primer yang dapat menyebabkan GNA meliputi:
Membranoproliferatif glomerulonefritis (MPGN) - Hal ini
disebabkan perluasan dan proliferasi sel mesangial akibat
pengendapan komplemen. Tipe I mengacu pada deposisi
granular dari C3, tipe II mengacu pada proses yang tidak
teratur.
Penyakit Berger (IgG-immunoglobulin A [IgA] nefropati) - ini
menyebabkan GN sebagai akibat dari deposisi mesangial difus
IgA dan IgG.
GN proliferatif mesangial “murni”
Idiopatik glomerulonefritis progresif cepat - Bentuk GN
ditandai dengan adanya glomerulus crescent. Terdapat 3 tipe:
Tipe I adalah antiglomerular basement membrane disease, tipe
II dimediasi oleh kompleks imun, dan tipe III diidentifikasi
dengan antibodi sitoplasmik antineutrophil (ANCA).
5
urolithiasis dari glomerulonefritis.
6
Pada umumnya, periode laten selama 1-2 minggu setelah infeksi
tenggorok dan 3-6 minggu setelah infeksi kulit
Onset gejala dan tanda yang timbul bersamaan dengan faringitis
biasanya merupakan imunoglobulin A (IgA) nefropati daripada
GNA PS.
b) Urin berwarna gelap
Merupakan gejala klinis pertama yang timbul
Urin gelap disebabkan hemolisis eritrosit yang telah masuk ke
membran
basalis glomerular dan telah masuk ke sistem tubular.
c) Edema periorbital
Onset munculnya sembab pada wajah atau mata tiba-tiba.
Biasanya tampak jelas saat psaat bangun tidur dan bila pasien
aktif akan tampak pada sore hari.
Pada beberapa kasus edema generalisata dan kongesti sirkulasi
seperti dispneu dapat timbul.
Edema merupakan akibat dari tereksresinya garam dan air.
Tingkat keparahan edema berhubungan dengan tingkat
kerusakan ginjal.
d) Gejala nonspesifik
Yaitu gejala secara umum penyakit seperti malaise, lemah, dan
anoreksia, muncul pada 50% pasien.
15 % pasien akan mengeluhkan mual dan muntah.
Gejala lain demam, nyeri perut, sakit kepala.
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik diawali dengan penilaian yang cermat mengenai
tanda-tanda vital, terutama tekanan darah. Tekanan darah 5 mm di atas
persentil ke-99 untuk usia anak, jenis kelamin, dan tinggi, terutama jika
disertai dengan perubahan dalam status kejiwaan, dibutuhkan perhatian.
Takikardia dan tachypnea mengarah ke gejala overload cairan.
Pemeriksaan hidung dan tenggorokan dengan cermat dapat memberikan
7
bukti perdarahan, menunjukkan kemungkinan salah satu ANCA positive
vaskulitides seperti Wegner’s granulomatosis.
Beberapa edema perifer dari retensi garam dan air terlihat pada GNA,
tapi ini cenderung menjadi edema"berotot" yang lebih halus daripada
karakteristik edema pitting dari sindrom nefrotik. Yang paling mudah
terlihat adalah edema periorbital atau mata tampak sembab. Edema
skrotum dapat terjadi pada sindrom nefrotik juga, dan orchitis
merupakan temuan sesekali di HSP.
8
Terjadi penurunan aliran darah yang bermanifestasi sedikit
eksresi natrium dan urin menjadi terkonsentrasi. Adanya retensi
natrium dan air ini menyebabkan terjadinya edema.
c) Hipertensi
Hipertensi muncul dalam 60-80% kasus dan biasanya pada orang
yang lebih besar.
Pada 50% kasus, hipertensi bisa menjadi berat.
Jika ada hipertensi menetap, hal tersebut merupakan petunjuk
progresifitas ke arah lebih kronis atau bukan merupakan GNA
PS.
Hipertensi disebabkan oleh retensi natrium dan air yang eksesif.
Meskipun terdapat retensi natrium, kadar natriuretic peptida
dalam plasma meningkat.
Aktivitas renin dalam plasma rendah.
Ensefalopati hipertensi ada pada 5-10% pasien,biasanya tanpa
defisit neurologis.
d) Oliguria
Tampak pada 10-50% kasus, pada 15% output urin <200ml.
Oliguria mengindikasikan bentuk cresentic yang berat.
Biasanya transien, dengan diuresis 1-2 minggu.
e) Hematuria
Muncul secara umum pada semua pasien.
30% gross hematuria.
f) Disfungsi ventrikel kiri
Disfungsi ventrikel kiri dengan atau tanpa hipertensi atau efusi
perikardium dapat timbul pada kongestif akut dan fase
konvalesen.
Pada kasus yang jarang, GNA PS dapat menunjukkan gejala
perdarahan pulmonal.
9
1.4 Patofisiologi
Patofisiologi pada gejala-gejala klinik berikut:
1.4.2 Edema
Mekanisme retensi natrium dan edema pada glomerulonefritis
tanpa penurunan tekanan onkotik plasma. Hal ini berbeda dengan
mekanisme edema pada sindrom nefrotik.
1.4.3 Hipertensi
Gangguan keseimbangan natrium (sodium homeostasis)
Gangguan keseimbangan natrium ini memegang peranan dalam
genesis hipertensi ringan dan sedang.
Peranan sistem renin-angiotensin-aldosteron biasanya pada
hipertensi berat. Hipertensi dapat dikendalikan dengan obat-
10
obatan yang dapat menurunkan konsentrasi renin, atau tindakan
nefrektomi.
Substansi renal medullary hypotensive factors, diduga
prostaglandin. Penurunan konsentrasi dari zat ini menyebabkan
hipertensi
Bendungan Sirkulasi
Bendungan sirkulasi merupakan salah satu ciri khusus dari
sindrom nefritik akut, walaupun mekanismenya masih belum
jelas.
a) Vaskulitis umum
Gangguan pembuluh darah dicurigai merupakan salah satu
tanda kelainan patologis dari glomerulonefritis akut. Kelainan-
kelainan pembuluh darah ini menyebabkan transudasi cairan ke
jaringan interstisial dan menjadi edema.
b) Penyakit jantung hipertensif
Bendungan sirkulasi paru akut diduga berhubungan dengan
hipertensi yang dapat terjadi pada glomerulonefritis akut.
c) Miokarditis
Pada sebagian pasien glomerulonefritis tidak jarang ditemukan
perubahan-perubahan elektrokardiogram: gelombang T terbalik
pada semua lead baik standar maupun precardial. Perubahan-
perubahan gelombang T yang tidak spesifik ini mungkin
berhubungan dengan miokarditis.
d) Retensi cairan dan hipervolemi tanpa gagal jantung
Hipotesis ini dapat menerangkan gejala bendungan paru akut,
kenaikan cardiac output, ekspansi volume cairan tubuh. Semua
perubahan patofisiologi ini akibat retensi natrium dan air
11
1.5.1 Urine
Terdapat protein (proteinuria), terdapat darah (hematuria),
albuminuria, urine tampak kemerah-merahan seperti kopi. Secara
mikroskopik : sedimen kemih tampak adanya silindruria (banyak
silinder dalam kemih), sel-sel darah merah dan silinder eritrosit
1.5.2 Laju Endapan Darah(LED) meningkat, kadar Hb menurun
1.5.3 Kultur darah dan tenggorokan : ditemukan kuman streptococus
Beta Hemoliticus gol A
1.5.4 IVP : Test fungsi Ginjal normal
1.5.5 Biopsi Ginjal : secara makroskopis ginjal tampak membesar,
pucat dan terdapat titik-titik perdarahan pada kortek. Mikroskopis
ttampak hammpir semua glomerulus terkena. Tampak proliferasi
sel endotel glomerulus yang keras sehingga lumen dan ruang
simpai Bowman , Infiltrasi sel epitelkapsul dan sel PMN dan
monosit. Pada pemeriksaan mikroskop elektron tampak BGM
tidak teratur. Terdapat gumpalan humps di sub epitel mungkin
dibentuk oleh globulin-gama, komplemenn dan antigen
streptokokus (Wijaya, 2009).
1.6 Komplikasi
Pengembangan menjadi sclerosis jarang pada pasien yang khas, namun
pada 0,5-2% dari pasien dengan GNA, tentu saja berlangsung ke arah
gagal ginjal, berakibat pada kematian ginjal dalam waktu singkat.
12
dalam sistem saraf pusat (SSP) atau sistem kardiopulmoner dapat
berkembang pada pasien yang hadir dengan hipertensi berat,
ensefalopati, dan edema paru. Komplikasi GNA meliputi:
hipertensi retinopati
hipertensi ensefalopati
Cepat progresif GN
Gagal ginjal kronis
Sindrom nefrotik
1.7 Penatalaksanaan
1. Istirahat mutlak selama 3-4 minggu
2. Pemberian penisilin pada fase akut.
3. Pemberian antibiotik ini tidak mempengaruhi beratnya
glomerulonefritis, melainkan mengurangi penyebaran infeksi
streptococcus yang mungkin masih ada. Pemberian penisilin
dianjurkan hanya untuk 10 hari. Pemberian profilaksis yang lama
sesudah nefritisnya sembuh terhadap kuman penyebab tidak
dianjurkan, karena terdapat imuntas yang menetap.
4. Pengaturan dalam pemberian cairan (perlu diperhatikan
keseimbangan cairan dan elektrolit). Pemberian diet rendah protein
( 1 gr/kg BB/hari) dan rendah garam (1 gr/hari). Makanan lunak
diberikan pada pasien dengan suhu tinggi dan makanan biasa bila
suhu normal kembali. Bila ada anuria/muntah diberikan IVFD
dengan larutan glukosa 10%. Komplikasi seperti gagal jantung,
edema, hipertensi dan oliguria maka jumlah cairan yang diberikan
harus dibatasi.
5. Pengobatan terhadap hipertensi.
6. Bila anuri berlangsung lama (5-7) hari, maka ureum harus
dikeluarkan dari dalam darah. Dapat dengan cara peritoneum dialisis,
hemodialisis, transfusi tukar dan sebagainya.
7. Diuretikum dulu tidak diberikan pada glomerulonefritis akut, tetapi
akhir-akhir ini pemberian furosemid (lasix) secara intravena (1 mg/kg
13
BB/kali) dalam 5-10 menit tidak berakibat buruk pada hemodinamika
ginjal dan filtrasi glomerulus.
8. Bila tidak timbul gagal jantung, diberikan digitalis, sedativum dan
oksigen (Mrrtin Tucker, 1998)
1.8 Pathway
Infeksi/penyakit
(Streptokokus β hemolitikus grup A)
Hipertensi
Odem
Meningkatkan sekret
ADH dan aldosteron Kerusakan Ganggguan
integritas kulit Keseimbangan cairan
14
II. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN GNA
2.1 Pengkajian
2.1.1 Riwayat keperawatan
2.1.1.1 Riwayat penyakit sebelumnya :
Adanya riwayat infeksi streptokokus beta hemolitik dan
riwayat lupus eritematosus atau penyakit autoimun lain.
15
a. Anemia
b. Azotemia
c. Hiperkalemia
2.1.2.6 Integumen
a. Pucat
b. Edema
16
2.2.1 Definisi
Penurunan sirkulasi darah ke perifer yang dapat mengganggu
kesehatan.
2.2.2 Batasan karakteristik
Edema, perubahan nadi perifer, nyeri ekstremitas, parastesia,
perubahan tekanan darah di ekstremitas.
2.2.3 Faktor yang berhubungan
Retensi air dan hipernatremia
Diagnosa 2: kelebihan volume cairan berhubungan dengan oliguri
2.2.4 Definisi
Peningkatan retensi cairan isotonik.
2.2.5 Batasan karakteristik
Edema, anasarka, ansietas, gelisah, oliguria, dipsnea, ortopnea,
ketidakseimbangan elektrolit.
2.2.6 Faktor yang berhubungan
Gangguan mekanisme regulasi, kelebihan asupan cairan atau asupan
natrium.
Diagnosa 3: Intoleransi aktivitas berhubungan dengan fatigue.
2.2.7 Definisi
Ketidakcukupan energi psikologis atau fisiologis untuk
mempertahankan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari
yang harus atau yang ingin dilakukan.
2.2.8 Batasan karakteristik
Dipsnea saat beraktivitas, keletihan, ketidaknyamanan setelah
beraktivitas, respon tekanan darah/frekuensi jantung abnormal terhadap
aktivitas.
2.2.9 Faktor yang berhubungan
Gaya hidup kurang gerak, imobilitas, ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen, tirah baring.
2.3 Perencanaan
17
Diagnosa 1 : Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan retensi
air dan hipernatremia
Kriteria / Evaluasi: Klien akan menunjukkan perfusi jaringan serebral
normal ditandai dengan tekanan darah dalam batas normal, penurunan
retensi air, tidak ada tanda-tanda hipernatremia.
Intervensi :
a. Monitor dan catat Tekanan Darah setiap 1 – 2 jam perhari selama fase
akut.
Rasional: untuk mendeteksi gejala dini perubahan Tekanan Darah dan
menentukan intervensi selanjutnya.
b. Jaga kebersihan jalan nafas, siapkan suction
Rasional: serangan dapat terjadi karena kurangnya perfusi oksigen ke
otak
c. Atur pemberian anti Hipertensi, monitor reaksi klien.
Rasional: Anti Hipertensi dapat diberikan karena tidak terkontrolnya
Hipertensi yang dapat menyebabkan kerusakan ginjal
d. Monitor status volume cairan setiap 1 – 2 jam, monitor urine output (N
: 1 – 2 ml/kgBB/jam).
Rasional: Monitor sangat perlu karena perluasan volume cairan dapat
menyebabkan tekanan darah meningkat.
e. Kaji status neurologis (tingkat kesadaran, refleks, respon pupil) setiap
8 jam.
Rasional: Untuk mendeteksi secara dini perubahan yang terjadi pada
status neurologis, memudahkan intervensi selanjutnya.
f. Atur pemberian diuretic : Esidriks, lasix sesuai order.
Rasional: Diuretic dapat meningkatkan eksresi cairan.
18
Intervensi :
a. Timbang BB tiap hari, monitor output urine tiap 4 jam.
Rasional: Peningkatan BB merupakan indikasi adanya retensi cairan,
penurunan output urine merupakan indikasi munculnya gagal ginjal.
b. Kaji adanya edema, ukur lingkar perut setiap 8 jam, dan untuk anak
laki-laki cek adanya pembengkakan pada skrotum
Rasional: Peningkatan lingkar perut danPembengkakan pada skrotum
merupakan indikasi adanya ascites.
c. Monitor reaksi klien terhadap terapi diuretic, terutama bila
menggunakan tiazid/furosemide.
Rasional: Diuretik dapat menyebabkan hipokalemia, yang
membutuhkan penanganan pemberia potassium.
d. Monitor dan catat intake cairan.
Rasional: Klien mungkin membutuhkan pembatasan pemasukan
cairan dan penurunan laju filtrasi glomerulus, dan juga membutuhkan
pembatasan intake sodium.
e. Kaji warna warna, konsentrasi dan berat jenis urine.
Rasional: Urine yang keruh merupakan indikasi adanya peningkatan
protein sebagai indikasi adanya penurunan perfusi ginjal.
f. Monitor hasil tes laboratorium
Rasional: Peningkatan nitrogen, ureum dalam darah dan kadar
kreatinin indikasi adanya gangguan fungsi ginjal.
19
b. Sediakan / ciptakan lingkungan yang tenang, aktivitas yang menantang
sesuai dengan perkembangan klien.
Rasional: Jenis aktivitas tersebut akan menghemat penggunaan energi
dan mencegah kebosanan.
c. Buat rencana / tingkatan dalam keperawatan klien agar tidak dilakukan
pada saat klien sementara dalam keadaan istirahat pada malam hari.
Rasional: Tingkatan dalam perawatan/pengelompokan dapat
membantu klien dalam memenuhi kebutuhan tidurnya.
20
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/document/331948269/Laporan-Pendahuluan-GNA Diunduh
pada 11 Desember 2016
Wong, Donna L. et.al. (2008). Buku ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC
21
Banjarmasin, Agustus 2020
Preseptor akademik, Preseptor klinik,
( ) ( )
22