Anda di halaman 1dari 11

MENGATASI ANXIETY DISORDER YANG DIALAMI PELAJAR

SMA NEGERI 1 OKU AKIBAT UJIAN NASIONAL

Shyndi anggraeni

ABSTRAK

Kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan
atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam
menilai realitas masih baik, kepribadian masih tetap utuh, perilaku dapat terganggu tetapi
masih dalam batas-batas normal. Gangguan kecemasan juga salah satu yang paling umum
yang menjadi masalah kesehatan mental di sekolah- sekolah, dan merupakan salah satu
masalah yang paling sering terjadi di seluruh dunia. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui tingkat kecemasan yang dialami siswa dan siswi kelas XII Ipa 6 SMA Negeri 1
OKU. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang bersifat deskriptif. Jumlah sampel
sebanyak 36 orang siswa SMA Negeri 1 OKU dengan teknik stratified random sampling.
Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner Hamilton Anxiety Rating Scale
(HAM-A) oleh responden yang dilakukan secara langsung oleh peneliti terhadap sampel
penelitian. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa tingkat kecemasan yang tersering adalah tingkat kecemasan ringan
yaitu sebanyak 22 orang, dan kecemasan berat yang dialami oleh 14 orang.
BAB 1

PENDAHULUAN

Dijaman yang semakin canggih ini seharusnya membuat orang menjadi lega tanpa harus
mengalami sebuah kecemasan berarti. Namun, dikarenakan era globalisasi kita sebagai
manusia berakal dituntut untuk selalu tampil maksimal dan sempurna. Terkadang hal itu la
yang menimbulkan sebuah kecemasan, dan nama sindrom itu adalah anxiety disorder.
Kecemasan dan ketakutan berdasarkan yang telah diterangkan pada pembahasan sebelumnya,
bahwa hal tersebut merupakan bentuk reaksi psikologis terhadap stimulus nyata atau tidak
nyata dan rasional maupun irrasional. Perasaan cemas dan takut yang berlebihan dalam
tinjauan psikologi klinis dianggap sebagai bentuk gangguan. Gangguan kecemasan dan
ketakutantersebut berdasarkan DSM IV-TR dibedakan menjadi 6 kategori utama, yaitu: fobia,
gangguan panik, gangguan anxietas menyeluruh, gangguan obsesif kompulsif, gangguan
stress pascatrauma, dan gangguan stress akut (Davison et al, 2006).

Kecemasan seringkali menjadikan seseorang menjadi tidak sabar, mudah marah, tidak
dapat tidur, dan tidak dapat konsentrasi. Ada perbedaan antara kecemasan dan ketakutan.
Kecemasan adalah reaksi emosional, suatu reaksi yang berlebihan karena menganggap
adanya bahaya dari lingkungan. Ketakutan normal adalah tanggapan yang terjadi, ketika
menghadapi bahaya yang nyata atau riil. Kecemasan tidak sama dengan ketakutan, ketakutan
terjadi karena menghadapi ancaman yang timbul pada saat ini dan objeknya nyata.
Kecemasan timbul karena antisipasi terhadap suatu kejadian yang belum terjadi, tetapi
dianggap akan berdampak buruk. Kecemasan merupakan reaksi emosional yang lebih umum,
bila dibandingkan dengan ketakutan.

Hal ini dapat terjadi dikarenakan beberapa tekanan dari sosial yang mengharuskan
seseorang harus berperilaku sempurna. Adapun anxiety disorder ini juga menyerang para
siswa SMA tingkat akhir karena dituntut agar mendapat nilai besar dengan diiming “ mudah
masuk universitas impian” apabila mendapat nilai yang besar serta tekanan dari orang tua
yang selalu memaksa anaknya belajar hingga tidak memikirkan batas kemampuan dari anak
BAB II
LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
Sebelum teori yang digunakan untuk memecahkan persolan penelitian diuraikan, terlebih
dahulu akan disampaikan pengertian dari beberapa istilah penting. Istilah – istilah itu adalah
anxiety disorder, emosi, kegelisahan.

2.1.1 Pengertian Istilah – Istilah


2.1.1.1 Anxiety Disorder
Anxiety disorder merupakan kecemasan yang berlebihan seperti kecemasan akan harga
diri, kecemasan akan masa depan, dan sebagainya. Gangguan ini adalah normal bila kita
memiliki perasaan khawatir dan merasa tegang dan takut apabila berada dibawah tekanan
atau stress dalam mengahadapi situasi. Meskipun tak enak, namun gelisah tidak selalu hal
buruk. Sebenarnya, kegelisahan dapat membantu kita tetap waspada dan fokus, memacu kita
untuk melakukan tindakan, dan memotivasi kita untuk memecahkan masalah. Akan tetapi,
ketika kegelisahan terjadisangat konstan atau banyak, atau aktivitas kita telah melewati batas
normal, maka hal tersebut akan masuk kedalam wilayah Anxiety disorder. Dengan demikian,
anxiety disorder dapat diartikan sebagai suatu ketegangan yang memuncak sehingga
menimbulkan kegelisahan dan kehilangan kendaliakibat adanya penilaian yang subjektif dari
proses komunikasi interpersona. Hal ini juga dapadiartikan sebagai sebuah perasaan
kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan yang tidak
pasti dan tidak berdaya (Gail W Start, 2009). Menurut Freud (Barlow & Durand dalam Sari
& Basri, 2007), kecemasan merupakan reaksi fisik terhadap lingkungan sekitar yang
berbahaya yang mengaktifkan kembali situasi yang menakutkan. Kecemasan merupakan
derivat pertama dari konflik. Kecemasan akan timbul bila motif-motif yang saling
bertentangan tidak dimengerti dan tidak disadari oleh klien. Kecemasan atau anxiety ini pada
taraf faal terdiri dari proses-proses faal yang tidak terorganisir, di mana predominance dari
susunan saraf otonomi, misalnya jantung berdebar-debar, nafas sesak, dan sebagainya. Pada
taraf psikologis (yang juga mencakup taraf faal), kecemasan terdiri dari perasaan tegang,
bingung, perasaan yang samar-samar, dan berubah-ubah, kadang-kadang disertai gerakan-
gerakan yang tidak konsisten, atau reaksi-reaksi psikologis yang bercampur baur.

Sebagian dari gangguan yang didasari oleh kecemasan merupakan nama baru dari
gangguan neurotik atau neurosis. Secara khusus, Freud mengemukakan bahwa neurotik
merupakan tampilan dari konflik di dalam diri yang melibatkan keinginan-keinginan yang
tidak dapat dipenuhi karena adanya hambatan dari super ego, sedangkan ego tidak dapat
membuat suatu keputusan untuk mendamaikannya. Dalam hal ini, terlihat apa yang disebut
kecemasan, yaitu suatu perasaan yang sifatnya umum, dimana seseorang merasa ketakutan
atau kehilangan kepercayaan diri yang tidak jelas asal maupun wujudnya (Wiramihardja,
2005).

2.1.1.2 Emosi

Emosi berasal dari bahasa Latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh. Arti
kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi.
Daniel Goleman (2002) mengatakan bahwa emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran
yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk
bertindak. Emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu,
sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara
fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis.Chaplin
(2002, dalam Safaria, 2009) merumuskan emosi sebagai suatu keadaan yang terangsang dari
organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya, dan
perubahan perilaku. Emosi cenderung terjadi dalam kaitannya dengan perilaku yang
mengarah (approach) atau menyingkir (avoidance) terhadap sesuatu. Perilaku tersebut pada
umumnya disertai adanya ekspresi kejasmanian sehingga orang lain dapat mengetahui bahwa
seseorang sedang mengalami emosi. Jika seseorang mengalami ketakutan mukanya menjadi
pucat, jantungnya berdebar-debar, jadi adanya perubahan-perubahan kejasmanian sebagai
rangkaian dari emosi yang dialami oleh individu yang bersangkutan Walgito (1994, dalam
Safaria, 2009). Dapat disimpulkan bahwa emosi adalah suatu perasaan dan pikiran yang khas,
suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak
terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu mencakup perubahan-perubahan yang
disadari, yang mendalam sifatnya, dan perubahan perilaku pada umumnya disertai adanya
ekspresi kejasmanian

2.1.1.3 Kejiwaan

Kegelisahan berasal dari kata gelisah, yang berartitidak tenteram hatinya, selalu
merasa khawatir, tidak tenang, tidak sabar, cemas. Sehingga kegelisahan menipakan hal yang
menggambarkan seseorang tidak tentram hati maupun perbuatannya, merasa kawatir, tidak
tenang dalam tingkah lakunya, tidak sabar ataupun dalam kecemasan. Kegelisahan hanya
dapat diketahui dari gejala tingkah laku atau gerak gerik seseorang dalam situasi tertentu.
Gejala tingkah laku atau gerak-gerik itu umumnya lain dari biasanya, misalnya berjalan
mundar-mandir dalam ruang tertentu sambil menundukkan kepala; memandang jauh ke
depan sambil mengepal-ngepalkan tangannya; duduk termenung sambil memegang
kepalanya; duduk dengan wajah murung atau sayu, malas bicara; dan lain-lain. Kegelisahan
merupakan salah satu dari kecemasan. Karena itu dalam kehidupan sehari-hari, kegelisahan
juga diartikan sebagai kecemasan, kekawatiran ataupun ketakutan. Masalah kecemasan atau
kegelisahan berkaitan juga dengan masalah frustasi, yang secara definisi dapat disebutkan,
behwa seseorang mengalami frustasi karena apa yang diinginkan tidak tecapai.Kecemasan
obyektif adalah kecemasan tentang kenyataan suatu pengalamanperasaan sebagai akibat
pengamatan atau suatu bahaya dalam dunia luar. Bahaya adalah sikap keadaan dalam
lingkungan seseorang yang mengancam untuk mencelakakannya. Pengalaman bahaya dan
timbulnya kecemasan mungkin dari sifat pembawaan, dalam arti kata, bahwa seseorang
mewarisi kecenderungan untuk menjadi takut kalau ia berada dekat dengan benda-benda
tertentu atau keadaan tertentu dari lingkungannya. Kenyataan yang pemah dialami seseorang
misalnya pemah terkejut waktu diketahui dipakaiannya ada kecoa. Keterkejutannya itu
demikian hebatnya, sehingga kecoa merupakan binatang yang mencemaskan. Seseorang
wanita yang pemah diperkosa oleh sejumlah pria yang tidak bertanggung jawab, sering ngeri
melihat pria bila ia sendirian, lebih-lebih bila jumlahnya sama dengan yang pemah
memperkosanya. Kecemasan akibat dari kenyataan yang pemah dialami sangat terasa apabila
pengalaman itu mengancam eksistensi hidupnya. Kecemasan neorotis (syaraf), kecemasan ini
timbul karena pengamatan tentang bahaya dari naluriah.

2.2 Tinjauan Masalah Terdahulu

Penelitian tentang anxiety disorder telah banyak dilakukan. Berikut ini sejumlah
penelitian akan diulas dan dikaitkan dengan penelitian yang dilaporkan ini.Penelitan
terdahulu telah dilakukan dengan judul ” Pengaruh Ujian Nasional Terhadap Anxiety
Disorder Yang Terjadi Pada Pelajar Di SMA Negeri 1 OKU” telah dilakukan. Acocella dkk
(1996) memberikan beberapa kriteria dalam upaya memahami apakah suatu perilaku dapat
dikatakan normal atau tidak normal (abnormal), walaupun mungkin yang paling umum
adalah norma-norma yang ada dalam satu masyarakat. Adapun kriteria tersebut adalah:
1. Norm Violation
Tidak dapat dipungkiri bahwa manusia adalah mahluk sosial sehingga ia selalu
berada bersama-sama dengan manusia lain dalam satu komunitas. Di setiap komunitas ada
tata-cara atau norma-norma yang mengatur perilaku dari setiap manusia yang di dalamnya
saling berinteraksi satu dengan lainnya. Tata cara atau norma ini merupakan aturan main
yang bisa saja berlaku sama pada dua atau beberapa komunitas, tetapi juga bisa berbeda. Oleh
sebab itu, satu perilaku yang diterima sebagai perilaku yang ‘benar’ bisa saja menjadi
perilaku yang ‘salah’ jika kita berada pada komunitas lain. Jika lingkungan komunitas
dimana seseorang itu berada termasuk kecil dan terintegrasi dengan baik maka ketidak
setujuan terhadap norma yang berlaku juga semakin kecil. Sebaliknya, jika ternyata
lingkungan komunitasnya besar dan merupakan masyarakat yang kompleks lebih mungkin
menimbulkan ketidak-setujuan mengenai mana perilaku yang diterima dan mana yang tidak.
2. Statistical Rarity
Kriteria ini berdasaran sudut pandang statistik yang menyatakan bahwa suatu perilaku itu
normal atau tidak normal (abnormal) tergantung pada dimana perilaku tersebut muncul. Suatu
perilaku dinyatakan abnormal jika berada padatitik deviasi dari penyebaran rata-rata, baik itu
rata-rata atas maupun rata-rata bawah dari kurve normal.
3.Personal Discomfort
Penetapan suatu perilaku apakah normal atau tidak normal (abnormal) tergantung pada
penghayatan masing-masing individu atas pengalaman atau aktivitas kehidupannya sehari-
hari. Kriteria ini lebih liberal karena tidak ditetapkan oleh pihak di luar dirinya sebagaimana
dua kriteria sebelumnya, melainkan ditentukan oleh normalitas keadaan diri mereka sendiri.
Memang kelemahan dari kriteria ini adalah karena tidak adanya standar untuk mengevaluasi
perilaku itu sendiri, tetapi banyak digunakan dalam sesi psikoterapi dimana penetapan
perilaku seseorang bukan dari orang lain tetapi oleh diri mereka sendiri yang menetapkan
apakah mereka merasa tidak bahagia dengan beberapa aspek dalam kehidupannya.

145
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah kelas XII Ipa 6 SMA Negeri 1 OKU, lingkungan SMA
Negeri 1 OKU. Alasan memilih SMA Negeri 1 OKU adalah : (1) dicurigai para murid
mengalami kecemassan yang ditandai dengan turunnya minat belajar; (2) tidak ada semangat
murid untuk mempersiapkan ujian nasional.
3.2 Jenis Penelitian
3.3 Data dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan dan dikaji dalam penelitian ini sebagian besar berupa
informasi yang bersifat kualitatif. Informasi digali dari beragam sumber data dan jenis
sumber data yang meliputi: (1) Informan atau narasumber utama yang tidak lain adalah siswa
dan siswi kelas XII Ipa 6 SMA Negeri 1 OKU (2) Informan pendukung adalah guru
bimbingan konseling serta guru yang mengajar dikelas yang bersangkutan (3) Data informasi
yang diambil dari kuisioner yang diberikan kepada siswa dan siswi kelas XII Ipa 6 SMA
Negeri 1 OKU.
3.4 Populasi dan Sampel
Populasi dan sampel penelitian diambil dari siswa - siswi kelas XII Ipa 6 SMA Negeri
1 OKU.

3.5 Teknik Sampling


Maximun variation sampling di sini didasarkan pada Siswa atau siswi yang mengaku bahwa
sedang mengalami kecemasan yang tidak dapat ditutupi dan meresahkan.
146
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara
mendalam (indepth interview). Wawancara jenis ini biasanya lentur dan terbuka, tidak
terstruktur, tidak dalam suasana formal, dan dapat dilakukan berulang-ulang kepada informan
yang sama (Patton dalam Sutopo, 2002:184). Wawancara dilakukan kepada guru bimbingan
konseling dan siswa yang mengalami anxiety diorder berat yang sebelumnya dilakukan
terlebih dahulu pengisian kuisioner.

3.7 Validitas Data


Validitas data membuktikan bahwa apa yang diamati sesuai dengan apa
yang sesungguhnya terjadi dalam kenyataan, dan apakah penjelasannya memang
sesuai dengan yang sebenarnya ada dilapangan. Guna menjamin validitas data yang
dikumpulkan dalam penelitian ini, teknik pengembangan validitas yang digunakan adalah
teknik triangulasi, yangmeliputi triangulasi sumber data, triangulasi teori, dan triangulasi
peneliti.Triangulasi sumber data adalah pengumpulan data yang sama dari sumber
data yang berbeda yaitu wawancara dan pemberian kuisioner
3.8 Teknik Analisis
Unit analisis dalam penelitian ini adalah wanita Samin. Model analisis yang dikembangkan
adalah analisis interaktif (Miles & Huberman, dalam Sutopo, 2002/2005:186). Terdapat
empat komponen dalam model ini, yaitu pengumpulan data, reduksi data, sajian data, dan
penarikan simpulan. Aktivitasnya dilakukan dalam bentuk interaktif dengan proses siklus,
seperti terlihat pada gambar dibawah.

Pengumpulan Data

Reduksi Data Sajian Data

Pengumpulan Data

Penarikan
Simpulan/Verifikasi

Gambar 3.8 Komponen-komponen Analisis Data Model Interaktif


(Miles & Huberman, 1984:23; Sutopo, 2002/2005:96)

3.9 Tahap-Tahap Penelitian


Berkaitan dengan proses pelaksanaan penelitian, tahap-tahap yang ditempuh meliputi tahap
prapenelitian, tahap penelitian, dan tahap pascapenelitian (Moleong, 1985).
147Pertama, tahap prapenelitian merupakan kegiatan persiapan untuk mempertajam
permasalahan penelitian. Yang dilakukan adalah observasi dilapangan, pengumpulan bahan-
bahan tertulis, serta berdiskusi dan berkonsultasidengan pakar. Diskusi dilakukan antara lain
dengan Psikiater anak yangmemiliki pengetahuan terkait dengan permasalahan penelitian.
Kemudian, peneliti merumuskan permasalahan yang masih bersifat tentatif dalam bentuk
konsep awal yang pada akhirnya diperbaiki berdasarkan masukan-masukan yang diperoleh.
Termasuk dalam tahap ini adalah persiapan bahan atau perlengkapan penelitian, penyiapan
tape recorder, laptop,alat tulis dan pengurusan perizinan. Kedua, tahap ini adalah tahap yang
sesungguhnya selama berada di lapangan. Pada tahap ini penelitian dilakukan di lapangan
dengan melibatkan anggota peneliti dan tenaga lapangan. Pada tahap ini pula, dilakukan
analisis data awal, dan pembuatan draft awal laporan hasil penelitian. Analisis data awal dan
draft awal ini diperbaiki menjadi laporan penelitian akhir yang disusun pada tahap ketiga.
Ketiga, tahap pascapenelitian adalah tahap kembali dari lapangan. Pada tahap ini, peneliti
melakukan kegiatan-kegiatan antara lain menyusun konsep laporan penelitian, berkonsultasi
dengan pembimbing, perampungan laporan penelitian, dan penggandaan laporan. Pada tahap
ini juga dipersiapkan presentasi untuk seminar hasil penelitian.

BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian yang cukup panjang, 36 dari 36 siswa dan siswi
kelas XII Ipa 6 SMA Negeri 1 OKU telah diyakini mengalami anxiety disorder mulai dari
tingkat rendah hingga sedang. Ditandai dengan ciri-ciri dari anxiety disorder, yaitu : panik,
jadwal tidur yang kacau, gangguan pencernaan, ketegangan otot, ketakutan tak beralasan,
meragukan diri sendiri, rendah diri, terlalu perfeksionis. Hal ini dibuktikan dengan hasil
kuisioner yang diberikan yang ternyata begitu mengejutkan karena seluruh murid mengalami
gangguan kecemasan. Kemudian dipilah lagi agar mengetahui siswa yang mengalami
kecemasan tingkat sedang dan dilakukan wawancara. Hasil dari wawancara adalah siswa
yang mengalami kecemasan tingkat berat dikarenakan tekanan psikis dari lingkungan internal
seperti keluarga yang menuntut agar mendapat nilai yang baik pada ujian nasional mendatang
serta stigma masyarakat yang memandang seseorang dengan standar tertentu. Mereka cukup
merasa terbebani dan hal ini menimbulkan kecemasan berlebihan yang berdampak pada hasil
belajar mereka. Sampai saat ini belum ada pengangan serius dari pihak sekolah atau keluarga
para siswa.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Setelah dilakukan penelitian terhadap kesehatan psikis siswa dan siswi di SMA Negeri 1
OKU, beberapa poin simpulan dapat dikemukakan sebagai berikut
1. Seluruh siswa dan siswi kelas XII Ipa 6 di SMA Negeri 1 OKU mengalami anxiety
disorder mulai dari tingkat rendah hingga sedang.
2. Gangguan kecemasan yag dialami siswa dikarenakan faktor internal seperti keluarga
yang menuntut nilai sempurna dan stigma masyarakat.
3. Anxiety disorder yang dialami siswa sangat mengganggu proses belajar mereka
4. Hilangnya semangat belajar, gelisah berkepanjangan, dan selalu mengantuk dikelas
merupakan efek dari anxiety disorder yang dialami siswa.
5.2 Saran
1. Perlu dikembangkan lagi penelitian ini lebih mendalam agar menjadi panduan untuk
pihak sekolah dan pihak keluarga siswa dalam penyembuhan anxiety disorder yang
dialami para siswa.
2. Perlunya tindak lanjut dari pihak sekolah maupun keluarga serta mengajak praktisi
kejiwaan agar anxiety disorder yang dialami para siswa dapat hilang sehingga tidak
mengganggu kegiatan belajar mengajar.

DAFTAR PUSTAKA
Nasir, Abdul dan Abdul Muhith. 2011. Dasar-Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta:Salemba
Medika

Nevid, Jeffrey S, Spencer A. Rathus, & Beverly Greene. 2005. Psikologi Abnormal (Edisi
Kelima, Jilid 1&2). Jakarta: Penerbit Erlangga

Universitas Sumatera Selatan, Indonesia(2003) Cemas: Normal Atau Tidak Normal(online),


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3654/1/psikologi-josetta.pdf (Diunduh 28
Nopember 2016/ 04:10 WIB)
Chaplin, J.P. (1997). Kamus Lengkap Psikologi(Terjemahan Dr.Kartini Kartono). Jakarta :
PT Raja Grafindo Persada
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/45125/5/Abstract.pdf (Diunduh 28
Nopember 2016/ 04:36 WIB)

Anda mungkin juga menyukai