TINJAUAN PUSTAKA
Istilah kecemasan dalam bahasa inggris yaitu Anxiety yang berasal dari Bahasa
latin angustus yang memiliki arti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik (Annisa &
Ifdil, 2016). Sedangkan menurut Nietzal kecemasan berasal dari bahasa latin (anxius)
dan dari bahasa Jerman (anst) yaitu suatu kata yang digunakan untuk meggambarkan
efek negatif dan rangsangan fisiologis (Ghufron & Risnawati, 2010). Kecemasan atau
biasa disebut dengan ansietas adalah sebuah emosi dan pengalaman subjektif dari
seseorang. Cemas juga dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang membuat
seseorang tidak nyaman (Kusumawati & Hartono, 2010). Kecemasan (anxiety) adalah
tidak nyaman yang tidak bisa dikendalikan dan dapat menyebabkan terjadinya sesuatu
yang buruk (Halgin & Whitbourne, 2010). Kecemasan merupakan perasaan tidak
santai yang samar-samar karena ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu
respons (penyebab tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu). Perasaan takut
dan tidak menentu sebagai sinyal yang menyadarkan bahwa peringatan tentang
emosional dan fisiologis akan adanya ancaman ketidaksenangan yang dialami oleh
penilaian orang lain yang dipengaruhi oleh alam bawah sadar dan tidak diketahui
secara khusus apa penyebabnya (Dalami et al, 2009). Dari berbagai pengertian yang
8
9
dimana individu merasa tidak nyaman dengan suatu kondisi yang menghawatirkan.
Menurut Harini (2013) gejala-gejala yang timbul ketika cemas yaitu : (1). Gejala
fisik (gugup, gemetar, nafas berat atau sulit bernafas, tangan berkeringat dan lembab,
sulit bicara, detak jantung cepat, badan terasa panas dingin mendadak, mual,
kerongkongan atau mulut terasa kering, pusing, leher atau punggung terasa kaku). (2).
bingung). (3). Gejala kognitif (khawatir terhadap sesuatu, percaya bahwa seuatu yang
berbahaya akan terjadi tanpa sebab yang jelas, merasa terancam oleh peristiwa yang
secara normal sebenarnya tidak mengancam, takut lepas kendali, takut tidak mampu
mengatasi masalah, berpikir bahwa pikiran yang mengganggu selalu muncul berulan-
ulang, berpikir harus lari dari keramaian, kesulitan konsentrasi, atau memfokuskan
pikiran).
ujian meliputi kognitif, afektif, motorik, dan somatik yaitu : (1). Gejala kognitif
atau mengambil keputusan, khawatir, kesulitan tidur atau insomnia, tidak fokus
terhadap masalah yang akan diselesaikan dalam menghadapi ujian, kesulitan dalam
kesulitan mengingat kata kunci dan konsep saat menjawab pertanyaan, dan mental
blocking atau tidak bisa berpikir dengan tenang). (2). Gejala efektif (perasaan gelisah,
takut dalam menghadapi ujian, perasaan terganggu/ pikiran buruk, khawatir apabila
soal ujian terlalu sulit untuk dijawab, dan perkiraan antara apa yang dipelajari tidak
keluar dalam ujian). (3). Gejala motorik (gemetar dan tegang pada otot yang dirasakan
10
saat menghadapi ujian, gugup dan kesukaran dalam berbicara). (4). Gejala somatik
halnya dengan endorfin. Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan
b. Faktor Psikologis
seseorang. Ego atau aku berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen
yang bertentangan dan fungsi ansietas dapat meningkatkan ego bahwa ada
bahaya.
berat.
- Sosial Budaya : Ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam keluarga.
Ada tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas
kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari dan Ancaman terhadap sistem
diri seseorang dapat membahayakan identitas, harga diri, dan fungsi sosial yang
terintegrasi seseorang.
Sedangkan menurut Harini (2013) penyebab kecemasan terbagi menjadi tiga yaitu
(1). Kekhawatiran (worry) merupakan pikiran negatif tentang dirinya sendiri, seperti
perasaan negatif bahwa dia lebih jelek dibandingkan dengan teman-temanya. (2).
seperti jantung berdebar-debar, keringat dingin, dan tegang. (3). Gangguan hambatan
dialami seseorang yang selalu tertekan karena pemikiran yang rasional terhadap tugas.
12
Menurut Ghufron & Risnawita (2010) perasaan cemas terbagi menjadi dua
yaitu : State anxiety : State anxiety merupakan reaksi emosi sementara yang timbul
pada situasi tertentu yang dirasakan seseorang sebagai ancaman, misalnya mengikuti
tes, menjalani operasi dll. Keadaan ini didasari oleh perasaan tegang yang subjektif.
Trait anxiety : Trait anxiety merupakan disposisi untuk menjadi cemas dalam
menghadapi berbagi macam situasi (gambaran kepribadian). Ini merupakan ciri atau
sifat yang cukup stabil yang mengarahkan seseorang kesuatu keadaan menetap pada
Sedangkan menurut Feist & Feist (dalam Annisa & Ifdil, 2016) membedakan
a. Kecemasan Neurosis : rasa cemas akibat bahaya yang tidak diketahui. Perasaan itu
berbeda dengan ego, tetapi muncul dari dorongan id. Kecemasan neurosis
b. Kecemasan Moral : kecemasan ini berakar dari konflik antara ego dan superego.
Kecemasan ini muncul karena kegagalan bersikap konsiten dengan apa yang
mereka yakini benar secara moral. Kecemasan moral merupakan rasa takut
terhadap suara hati. Kecemasan moral juga memiliki dasar dalam realistis, dimasa
c. Kecemasan Realistik : perasaan yang tidak menyenangkan dan tidak spesifik yang
rasa takut akan adanya bahaya-bahaya nyata yang berasal dari dunia luar.
13
pertumbuhan serta kreativitas. Tanda gejala yang muncul pada tingkat ini
mampu untuk belajar, motivasi meningkat dan tingkah laku sesuai situasi.
selektif namun dapat berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan untuk
melakukannya. Tanda dan gejala yang muncul pada tingkat ini yaitu kelelahan
menambah ansietas, mudah tersinggung, tidak sabar, mudah lupa, marah dan
menangis.
cenderung berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak berpikir
14
tertentu. Tanda dan gejala yang muncul pada tingkat ini yaitu mengeluh
pusing, sakit kepala, nausea, tidak dapat tidur (insomnia), sering kencing,
diare, palpitasi, lahan presepsi menyempit, tidak mau belajar secara efektif,
yang rasional.
sehari-hari. Pada tingkat ini lapang persepsi melebar dan individu akan berhati-hati
15
pertumbuhan dan kreatifitas. Respon Fisiologi : sesak nafas pendek, nadi dan
tekanan darah naik, gejala ringan pada lambung, muka berkerut dan bibir bergetar.
Respon Perilaku dan Emosi : tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada tangan,
2) Ansietas sedang : pada tingkat ini lapang persepsi terhadap lingkungan menurun.
individu lebih memfokuskan hal-hal penting saat itu dan mengenyampingkan hal
lain. Respon Fisiologi : sesak nafas pendek, nadi (ekstra systole), tekanan darah
lapang persepsi menyempit, rangsang luar tidak mampu diterima, dan berfokus
pada apa yang menjadi perhatian. Respon Perilaku dan Emosi : gerakan tersentak-
sentak (meremas tangan), bicara banyak, lebih cepat, susah tidur, dan perasan
tidak aman.
3) Ansietas berat : pada ansietas berat lapang persepsi menjadi sangat sempit,
individu cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mangabaikan hal lain.
Individu tidak mampu lagi berpikir realistis dan membutuhkan banyak pengarahan
untuk memusatkan perhatian pada area lain. Respon Fisiologi : napas pendek, nadi
naik, tekanan darah naik, berkeringat, sakit kepala, penglihatan kabur, dan
ketegangan. Respon Kognitif : lapang persepsi sangat sempit dan tidak mampu
4) Panik : pada tingkatan ini lapang persepsi individu sudah sangat menyempit dan
sudah terganggu sehingga tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak dapat
16
napas pendek, rasa tercekik, palpasi, sakit dada, pucat, hipotensi, dan koordinasi
motorik rendah. Respon Kognitif : lapang persepsi sangat sempit dan tidak dapat
berpikir logis. Respon Perilaku dan Emosi angitasi, mengamuk, marah, ketakutan,
berteriak-teriak, blocking, kehilangan kendali atau kontrol diri, dan persepsi kacau.
kecemasan ringan dapat diatasi dengan menangis, tertawa, tidur, dan olahraga. Bila
terjadi kecemasan berat sampai panik akan terjadi ketidak mampuan mengatasi
seseorang akan menggunakan energi yang lebih besar untuk dapat mengatasi
ancaman tersebut.
1) Reaksi yang berorientasi pada tugas (taks oriented reaction) merupakan pemecahan
masalah secara sadar yang digunakan untuk menangulangi ancaman stressor yang
ada secara ralistis terbagi menjadi tiga yaitu (a). Perilaku menyerang (Agresif) :
ancaman baik secara fisik maupun psikologis. (c). Perilaku kompromi : Digunakan
mengatasi kecemasan ringan dan sedang yang digunakan untuk melindungi diri
pertahanan ego terbagi menjadi beberapa bagian yaitu : (a). Disosiasi adalah
pemisahan dari proses mental atau perilaku dari kesadaran atau identitasnya. (b).
kagumi berupaya meniru pikiran, perilaku, dan selera orang tersebut. (c).
mengambil dan melebur nilai-nilai dan kualitas seseorang atau suatu kelompok
kedalam struktur egonya sendiri berupa hati nurani. (e). Kompensasi adalah proses
dimana seseorang memperbaiki harga dirinya yang telah jatuh dengan secara tegas
pengalihan emosi yang semula ditujukan pada seseorang atau benda pada orang
lain atau benda lain yang biasanya netral atau kurang mengancam dirinya. (h).
mengganggu dapat bersifat sementara atau berjangka lama. (i). Proyeksi adalah
pengalihan buah pikiran atau implus pada diri sendiri untuk orang lain terutama
(j). Rasionalisasi adalah mengemukakan penjelasan yang tampak logis dan dapat
diterima oleh seseorang untuk membenarkan perasaan perilaku dan motif yang
tidak dapat diterima. (k). Reaksi formasi merupakan pengembangan sikap dan pola
perilaku yang ia sadari yang bertentangan dengan apa yang sebenarnya ia rasakan
atau ingin dilakukan. (l). Regresi adalah kemunduran akibat sterss terhadap
perilaku dan ciri khas dari suatu taraf perkembangan yang lebih dini. (m). Represi
18
ego yang cenderung diperkuat oleh mekanisme lain. (n). Pemisahan (splitting)
buruk, kegagalan untuk memajukan nilai-nilai positif dan negatif didalam diri
seseorang. (o). Sublimasi penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia artinya
dimata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami halangan normal. (p).
mengarah pada represi yang berikutnya. (q). Undoing tindakan/ perilaku atau
sedang dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme koping yaitu reaksi yang
berorientasi pada tugas merupakan upaya yang disadari dan berorientasi pada
tindakan untuk memenuhi secara realistik tuntutan situasi stres, misalnya perilaku
Menarik diri untuk memindahkan dari sumber stres. Kompromi untuk mengganti
mengatasi kecemasan ringan dan sedang, tetapi berlangsung tidak sadar, melibatkan
1.1.7.1 Usia
usia anak-anak (Hety, 2015). Selain itu seseorang dengan usia remaja atau
tingkat usia yang semakin deawasa dan lebih tua, semakin menigkatnya usia
1.1.7.2 Pendidikan
rendah. Kondisi ini menunjukan respon cemas berat cenderung dapat kita
2015).
Tingkat kecemasan pada perempuan lebih tinggi dari pada tingkat kecemasan
situasi yang akan mengancam dirinya (Savitri, Fidayantin, & Subiyanto, 2016).
Pengalaman ini merupakan hal yang tidak menyenangkan pada masa lalu
mengenai peristiwa yang dapat terulang lagi pada masa mendatang, apabila
individu tersebut menghadapi situasi atau kejadian yang sama dan juga tidak
yang disebut buah pikiran yang keliru yaitu Kegagalan Katastropik : adanya
asumsi dari diri individu bahwa akan terjadi sesuatu yang buruk pada dirinya.
sempurna dan tidak ada yang cacat. Ukuran kesempurnaan dijadikan target
keyakinan yang salah didasarkan pada ide bahwa terdapat hal virtual yang
tidak hanya diinginkan, tetapi juga untuk mencapai persetujuan dari sesama
21
teman atau siswa. Generalisasi Yang Tidak Tepat : keadaan ini juga memberi
istilah generalisasi yang berlebihan. Hal ini terjadi pada orang yang
Menurut Harini (2013) berbagai macam situasi dan kondisi yang akan menekan
1) Farmakologis
2) Non-farmakologis
a. Relaksasi
Relaksasi adalah salah satu teknik dalam terapi perlakuan untuk mengurangi
relaksasi (Potter & Perry, 2010). Teknik ini juga dapat dilakukan oleh pasien
tanpa bantuan terapis dan dapat digunakan untuk mengurangi ketegangan dan
sekresi hormon endorfin dari dalam tubuh sehingga individu menjadi nyaman
dan tidak akan berfokus pada kecemasan yang dialami. Terapi musik klasik
22
termasuk salah satu contoh musik yang memiliki fungsi untuk mengurangi
b. Distraksi
mengalihkan perhatian pada hal-hal lain sehingga individu akan lupa terhadap
lebih sedikit stimuli cemas yang ditrasmisikan ke otak (Potter &Perry, 2010).
c. Pengendalian Pernafasan
yang sifatnya cepat dan memfokuskan diri pada pernafasan. Orang yang
karena adanya perasaan panik dan khawatir, padahal hal ini dapat
meningkatkan rasa cemas. Pernafasan yang lebih lambat dan dalam selalu
memiliki efek menenangkan, hal ini merupakan salah satu cara yang paling
yang nyata, tetapi juga dalam pemikiran, keyakinan, dan sikap yang
mendasarinya.
23
Musik merupakan kesatuan dari kumpulan suara melodi, ritme dan harmoni
yang dapat membangkitkan emosi. Musik bisa membuat mood seseorang menjadi
bahagia bahkan menguras air mata. Selain itu musik juga bisa mengajak seseorang
untuk bernyanyi, menari, bisa membuat suasana hati menjadi menyenangkan, dan
menghibur. Menurut H.A Lingerman dalam bukunya yang berjudul “The of Musik”
memperkuat karakter dan perilaku positif (Ferawati & Amiyakun, 2015). Musik
merupakan suara yang disusun sedemikian rupa yang didalamnya mengandung irama,
lagu, dan keharmonisan terutama suara yang dihasilkan dari alat-alat yang dapat
mengahilkan bunyi. Selain itu musik merupakan seni budaya hasil cipta, rasa dan
karya manusia yang ditata berdasarkan bunyi yang indah, berirama dan dituangkan
kedalam bentuk lagu (Suryana, 2012). Selain itu musik menurut Djohan 2009 (dalam
Geraldina, 2017) menjelaskan musik sebagai produk pikiran, maka dari itu elemen
vibrasi (fisika dan kosmos) dalam bentuk frekuensi, amplitudo, dan durasi belum
menjadi musik bagi manusia sampai semua itu ditransformasi secara neurologis dan
Pada zaman dahulu, digunakan sebagai katalis untuk menstimulasi emosi dan
mengantarkan individu pada kondisi istirahat dan relaksasi sampai kemudian orang-
orang Yunani pada abad kelima sebelum masehi menggunakan jenis musik tertentu
untuk mengatasi orang-orang yang memiliki masalah (Grocke & Wigram, 2007 dalam
24
Geraldina, 2017). Terapi musik merupakan suatu intervensi yang dapat memulihkan,
menjaga dan meperbaiki kesehatan emosi, fisik, psikologis dan spiritual (Ferawati &
Amiyakun, 2015). Terapi musik merupakan keahlian dalam menggunakan musik atau
kedokteran, terapi musik disebut terapi pelengkap (Complementary medicine), Potter juga
suatu penyakit dengan menggunakan bunyi atau irama tertentu. Terapi musik
bertujuan untuk membuat hati dan perasan seseorang menjadi senang dan terhibur,
bakat seseorang (Suryana, 2012). Terapi musik membantu orang-orang yang memiliki
Terapi musik memiliki kekuatan yang luar biasa yang berdampak bagi kejiwaan.
menimbulkan rasa aman dan sejahtera, melepaskan rasa sedih, menjadi gembira, dan
membantu serta melepaskan rasa sakit. Musik yang didengarkan secara intensif dapat
memberikan kekuatan penuh, dalam arti untuk merefleksikan emosi diri, penerangan
jiwa dan ekspresi. Musik juga dapat memperlambat dan mempercepat gelombang
listrik yang teradapat di otak sehingga dapa merubah sistem kerja didalam tubuh
Manfaat musik menurut Suryana (2012) tebagi menjadi enam yaitu (1). Efek
mozart : salah satu istilah untuk efek yang bisa dihasilkan sebuah musik yang dapat
25
sedang kacau atau jenuh, dengan mendengarkan musik walupun Cuma sejenak dapat
menenangkan dan menyegarkan pikiran kembali. (3). Motivasi : hal yang hanya bisa
literatur menerangkan tentang manfaat musik untuk kesehatan, baik untuk kesehatn
fisik maupun mental. (6). Komunikasi : musik mampu menyampaikan berbagai pesan
keseluruh bangsa. Pada kesehatan mental, terapi musik diketahui dapat memberi
Pada tahun 1998 Don Campbell seorang musisi sekaligus pendidik bersama
Dr. Alfred Tomatis yang psikolog mengadakan penelitian untuk melihat efek positif
dari beberapa jenis musik. Musik mempunyai keseimbangan diantaranya ada empat
unsur musik yakni melodi, harmoni, irama (rhythm) dan warna suara (timbre)
(Ferawati & Amiyakun, 2015). Pada dasarnya semua jenis musik yang berirama
Jenis jenis musik menutur Suryana (2012) yang digunakan dalam terapi musik
dibagi menjadu dua yaitu (a). Musik klasik : Musik klasik sering menjadi acuan
karena berirama tenang dan mengalun lebut. Musik klasik diyakini oleh para ahli
bahwa irama dan tempo musik klasik mengikuti kecepatan denyut jantung manusia
26
otak, pembentukan jiwa dan raga manusia (Moekroni & Analia, 2016). Selain itu
musik klasik yang banyak disarankan oleh peneliti yaitu musik mozart karena musik
frekuensi tinggi pada musik klasik mozart merangsang dan memberi daya pada area-
area kreatif dan motivasi dalam otak serta sesuai dengan pola sel otak manusia.
Terapi musik klasik mozart dapat memberikan perasaan rileks dan tenang bagi
Instrumental merupakan musik yang melantun tanpa vokal, dan hanya instrumen
atau alat musik dan backing vocal saja yang mengalun. Manfaat musik instrumental
yaitu dapat membuat pikiran, badan dan mental seseorang menjadi sehat (Faridah,
2016).
Terapi musik dapat meningkatkan mekanisme koping emosi dan status afektif
operasi, dan menurunkan tekanan darah, denyut nadi, pernafasan, frekuensi detak
simpatik. Saat musik diperdengarkan, musik yang berupa gelombang akan diterima
oleh daun telinga dan kemudian disalurkan ke kanal pendengaran eksternal yang
kemudian getaran gelombang suara tersebut diterima oleh membran timpani. Dari
incus dan stapes dan akan diproses ke rumah siput atau koklea akan menerima
melalui saraf pendengaran, yang kemudian akan diterima oleh otak (lobus temporal)
27
sebagai sensasi suara. Suara yang dihasilkan oleh musik akan menstimulasi
pengeluaran endorfin yang berguna untuk proses kerja sistem limbik di amigdala
dalam mengendalikan sistem emosi dan perasaan. Jika regulasi emosi di amigdala
terorganisir, maka itu dapat mengontrol emosi dan tidak akan merasakan ansietas.
dalam pembuluh darah, jadi kadar konsetrasi dai catecholamines akan rendah dan itu
juga dapat mengaktifasi saraf simpatik dan karena adanya pelepasan hormon stres
yang akan menjadikan tubuh menjadi rileks (Weeks & Nilsson, 2011 dalam
sendiri merupakan area pengaturan sebagian fungsi vegetative dan fungsi endokrin
tubuh seperti halnya banyak aspek perilaku emosional, jaras pendengaran diteruskan
ke formatio reticularis sebagai penyalur impuls menuju saraf otonom. Saraf tersebut
memiliki 2 jenis saraf yaitu simpatik dan parasimpatik. Kedua saraf ini dapat
saat mengawali terapi musik. Berikut beberapa dasar terapi musik yang dapat
dilakukan :
dapat memilih sebuh tempat yang tenang, yang bebas dari gangguan.
awalnya. Ini berguna untuk mengetahui respon dari tubuh responden. Lalu
28
anjurkan responden untuk duduk dengan posisi rileks, ambil nafas dalam-
Peneliti bisa memilih tempat duduk lurus didepan speaker, atau bisa juga
d. Bayangkan gelombang suara itu datang dari speaker dan mengalir keseluruh
tubuh responden. Bukan hanya dirasakan secara fisik tapi juga fokuskan
dalam jiwa. Fokuskan ditempat mana yang ingin peneliti sembuhkan, dan
alunan musik itu mengalir melewati seluruh tubuh dan melengkapi kembali
ini untuk melakukan yang terbaik bagi dirinya. Jika peneliti telah mengetahui
bagaimana tubuh merespon alunan musik, warna musik, dan gaya musik yang
didengarkan.
menit hingga 1 jam tiap hari, namun dari beberapa jurnal mejelaskan bahwa
waktu 15 menit saja sudah cukup membantu pikiran responden menjadi lebih
rileks.
29
OSCE pertama kali diperkenalkan oleh Harden pada taun 1975, dan
dijelaskan kemudian mejadi format penilaian dibagian Pediatri oleh Waterson dan
koleganya. Sejak itu OSCE telah meningkat digunakan untuk ujian formatif dan
sumatif diberbagai disiplin ilmu. Fakultas Kedokteran dan Kesehatan baik untuk
tingkat sarjana maupun pasca sarjana diseluruh dunia telah banyak menggunakan
OSCE untuk ujian formatif dan sumatif. Di United of Kingdom, Amerika Serikat,
OSCE sebagai standar untuk uji kompetensi. Sebagai alat uji keterampilan klinik bagi
mahasiswa kesehatan, metode OSCE dapat dinyatakan terbukti valid dan reliabel.
OSCE dapat menilai kompetensi klinik para mahasiswa secara komprehensif dan
berbagai keterampilan klinik, selain itu OSCE juga merupakan metode yang sesuai
mahasiswa. OSCE biasanya terdiri dari sirkuit pendek (5-10 menit meskipun bebrapa
dengan satu atau dua penguji ahli dengan menggunakan pasien nyata atau pasien
simulasi. Setiap stase memiliki penguji yang berbeda dimana peserta ditugaskakn
30
untuk melakukan pemeriksaan klinis yang diminta. Penilai disetiap stase mengamati
peserta dan menilai kinerja mereka sesuai dengan check list keterampilan. Setelah
periode waktu yang ditentukan habis, timer akan berbunyi menandakan setaip peserta
mahasiswa dibandingkan dengan tes tertulis ataupun tes persiapan preklinik. Tingkat
keberhasilan dalam OSCE, tetapi tidak berkaitan dengan skor tes yang diperoleh.
Sebagai suatu metode penilaian OSCE harus memenuhi kriteria penilaian yang baik,
kriteria tersebut yaitu validity atau coherence, reproducibility atau consistency, equivalence,
Tujuan OSCE untuk mengevaluasi keterampilan dan sikap pada tingkat yang
lebih tinggi untuk pembelajaran terintegrasi. OSCE juga dapat mendorong mahasiswa
untuk belajar lebih baik pada kelemahan yang dirasakan, karena saat pelaksanaan
OSCE peserta ujian mendapatkan feedback setelah kegiatan dilakukan (Triyana et al,
2014).
keterampilan kinis yang dimana semua mahasiswa akan melakukan tugas yang sama
dan dinilai dengan kriteria yang sudah baku oleh penguji (Blundell & Harrison, 2015).
Selain itu keuntungan dari OSCE dapat memberikan kesempatan bagi mahasiswa
spesifik. Format OSCE juga sangat baik untuk mengevaluasi berbagai macam
2014).
31
bahaya atau ancama, tetapi dapat menjadi masalah kesehatan mental jika individu
suasana OSCE yang hening menegangkan, dosen penguji yang menunggui, dan
Ketika simptom kecemasan yang muncul tidak dapat diatasi dan menjadi semakin
berat, maka kecemasan akan rentan berkembang menjadi suatu gangguan kecemasan.
Oleh karena itu mahasiswa perlu menangani kecemasan yang dialaminya. Pendekatan
musik klasik mozart. Terapi musik klasik mozart adalah mendengarkan musik yang
bertujuan untuk memberikan rasa rileks dan tenang bagi pendengarnya. Terapi ini
dilakukan selama 2-3 hari berturut-turut dengan durasi 15 menit (Sufyanti et al, 2017).
saat seseorang mendengarkan musik klien menjadi lebih rileks dan tenang.
Terapi musik yang berupa suara diterima oleh saraf pendengaran, diubah
menjadi vibrasi yang kemudian disalurkan ke otak melalui sistem limbik. Dalam
atonom yang berkaitan erat dengan sistem endorkin yang dapat menurunkan
dalam tubuh seseorang. Sistem saraf otonom terbagi menjadi dua yaitu sistem saraf
simpatik dan sistem saraf parasimpatik. Kedua saraf ini memiliki fungsi yang berbeda
32
dan bertentangan. Sistem saraf simpatik akan lebih aktif dalam menghadapi situasi
yang dapat mengancam diri. Sedangkan sistem parasimpatik akan bekerja lebih aktif
dalam keadaan yang normal. Seseorang dalam keadaan cemas maka sistem saraf
simpatik akan meningkatkan kerja detak jantung, tekanan darah, dan pernafasan.
Sebaliknya ketika seseorang dalam keadaan santai, berbaring maka nafas akan
menjadi pelan teratur maka sistem parasimpatik yang bekerja lebih aktif. Dalam terapi
ini musik sebagai fasilitator untuk membuat keadaan seseorang menjadi rileks dan
nyaman sehingga kerja sistem saraf parasimpatik akan bekerja lebih dominan (Savitri,