Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Takut dan Cemas merupakan suatu perasaan yang bisa dialami oleh setiap orang dalam

kehidupannya setiap hari. Setiap orang akan mengalaminya pada waktu yang berbeda-beda.
Takut dan cemas sering berhubungan erat. Saat orang merasa takut akan sesuatu, orang tersebut
sering merasa cemas juga. Walaupun perasaan cemas dan takut keduanya berhubungan erat,
keduanya berbeda.
Ansietas merupakan satu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir disertai dengan gejala
somatik yang menandakan suatu kegiatan berlebihan dari Susunan Saraf Autonomic (SSA).
Ansietas merupakan gejala yang umum tetapi non-spesifik yang sering merupakan satu fungsi
emosi.
Rasa khawatir, gelisah, takut, waswas, tidak tenteram, panik dan sebagainya merupakan
gejala umum akibat cemas. Namun sampai sebatas mana situasi jiwa berupa cemas itu dapat
ditoleransi oleh seorang individu sebagai kesatuan utuh. Karena seringkali cemas
menimbulkan keluhan fisik berupa berdebar-debar, berkeringat, sakit kepala, bahkan gangguan
fungsi seksual dan beragam lainnya.
Begitu banyak manifestasi gejala akibat cemas. Begitu banyak pula penderita yang terkecoh,
menganggap fisiknya yang sakit, sehingga mereka gonta-ganti dokter sampai minta dilakukan
operasi dan bahkan ada yang minta bantuan dukun. Dengan begitu, bahwa cemas menjadikan
seseorang tidak rasional lagi. Karena itu, selagi Anda masih dapat berpikir rasional, kenalilah
gejala cemas yang sakit (anxietas) itu.
Kecemasan pada umumnya berhubungan dengan adanya situasi yang mengancam atau
membahayakan. Dengan berjalannya waktu, keadaan cemas tersebut biasanya akan dapat teratasi
sendiri. Namun, ada keadaan cemas yang berkepanjangan, bahkan tidak jelas lagi kaitannya
dengan suatu faktor penyebab atau pencetus tertentu. Hal ini merupakan pertanda gangguan
kejiwaan yang dapat menyebabkan hambatan dalam berbagai segi kemampuan dan fungsi sosial
bagi penderitanya. Tidaklah mudah untuk membedakan cemas yang wajar dan cemas yang sakit.
Karena keduanya merupakan respons yang umum dan normal dalam kehidupan sehari-hari.
Perkiraan prevalensi gangguan ansietas di masyarakat (per 1000 orang) adalah: gangguan
ansietas menyeluruh 30, gangguan panik 15, agoraphobia 20, fobia sosial 30, fobia sederhana 45,
dan gangguan obsesif-kompulsif (yang tidak berkomorbid dengan gangguan ansietas lain) 10.
(Narrow, et al., 2002)

Di pelayanan kesehatan primer prevalensinya adalah: gangguan ansietas menyeluruh 7,9%,


dan gangguan panic/agoraphobia 2,6%. Maramis, 2009)
1.2.
Rumusan Masalah
1.2.1. Apa pengertian dari Ansietas?
1.2.2. Apa penyebab Ansietas?
1.2.3. Bagaimana rentang respon ansietas?
1.2.4. Bagaimanakan cara menilai tingkat Ansietas?
1.2.5. Bagaimana respon tubuh, sumber koping dan mekanisme koping terhadap ansietas?
1.2.6. Apa jenis-jenis gangguan ansietas?
1.2.7. Bagaimana askep pada gangguan ansietas?
1.3.

Tujuan
Tujuan Umum:
Mampu mengidentifikasiasuhan keperawatan pada klien dengan gangguan ansietas
Tujuan Khusus :
1.3.1. Untuk Mengetahui pengertian dari Ansietas
1.3.2. Untuk Mengetahui penyebab Ansietas
1.3.3. Untuk Mengetahui rentang respon ansietas
1.3.4. Untuk Mengetahui cara menilai tingkat Ansietas
1.3.5. Untuk Mengetahui respon tubuh, respon tubuh dan mekanisme koping terhadap
ansietas
1.3.6. Untuk Mengetahui jenis gangguan ansietas
1.3.7. Untuk Mengetahui askep pada gangguan ansietas

BAB II
PEMBAHASAN
2.1.

Pengertian Ansietas
Banyak para ahli yang menguraikan definisi ansietas, namun dari sekian banyak definisi

yang dikemukakan pada dasarnya pengertian ansietas akan mengarah pada suatu kesimpulan
yang sama.
Kata ansietas berasal dari bahasa latin, angere yang berarti tercekik atau tercekat.
Gangguan ansietas adalah keadaan tegang yang berlebihan atau tidak pada tempatnya yang
ditandai oleh perasaan khawatir, tidak menentu atau takut. (Maramis, 2009)
Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, berkaitan dengan perasaan
tak berdaya dan tidak pasti, tidak memiliki objek yang spesifik, dialami secara subyektif dan

dikomunikasikan secara interpersonal. Ansietas merupakan suatu sensasi distress psikologis


(buku keperawatan jiwa edisi 5 hal 144).
Menurut Capernito (2001) kecemasan adalah keadaan individu atau kelompok mengalami
perasaan gelisah (penilaian atau opini) dan aktivitas sistem saraf autonom dalam berespons
terhadap ancaman yang tidak jelas, non spesifik. Kecemasan merupakan unsur kejiwaan yang
menggambarkan perasaan, keadaan emosional yang dimiliki seseorang pada saat menghadapi
kenyataan atau kejadian dalam hidupnya (Rivai,2000). Kecemasan adalah perasaan individu dan
pengalaman subjektif yang tidak diamati secara langsung dan perasaan tanpa objek yang spesifik
dipacu oleh ketidak tahuan dan didahului oleh pengalaman yang baru (Stuart dkk,1998)
Berdasarkan definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kecemasan adalah perasaan
yang tidak menyenangkan, tidak enak, khawatir dan gelisah. Keadaan emosi ini tanpa objek yang
spesifik, dialami secara subjektif dipacu oleh ketidak tahuan yang didahului oleh pengalaman
baru, dan dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal.
2.2.

Penyebab Ansietas
Gangguan ansietas pada dasarnya mempunyai penyebab multifaktorial, baik dari diri sendiri,

faktor biologis, faktor sosial, psikologis, penyalahgunaan/pemakaian obat tertentu secara


berlebihan, maupun gejala yang timbul dari suatu penyakit lain. (Fracchione:2004).
2.2.1. Faktor Predisposisi :
1. Dalam pandangan psikoanalitik ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua
elemen kepribadian id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan implus primitif
seseorang. Sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan
oleh norma-norma budaya seseorang. Ego atau Aku. Berfungsi menengahi tuntutan dari
dua elemen yang bertentangan, dan fungsi ansietas adalah mengigatkan ego bahwa ada
bahaya.
2. Menurut pandangan interpersonal ansietas timbul dari perasaan takut terdapat tidak
adanya pnerimaan dan penolakan interpersonal. Ansitas juga berhubungan dengan
perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kelemahan
spesifik. Orang dengan harga diri rendah terutama mudah mengalami perkembanag
ansietas yang berat.
3. Menurut pandanagan prilaku ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu
yang menggangu kemampuan seseorang utuk mencapai tujuan yang diinginkan. Ansietas
dapat disebabkan karena frustasi, konflik, tekanan, krisis, ketakutan yang terus menerus

yang disebabkan oleh kesusahan dan kegaglan yang bertubi-tubi, adanya kecenderungankecenderungan harga diri yang terhalang, respressi terdapat macam-macam masalah
emosional, akan tetapi bisa berlangsung secara sempurna(incomplete repress), atau
dorongan-dorongan seksual yang tidak terdapat kepuasan dan terhambat,sehingga
mengakibatkan banyak konflik batin (Cameroon,2004).
4. Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang biasa
ditemui dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan antara
gangguan ansietas dengan depresi. Ansietas juga dapat disebabkan karena ada pengaruh
faktor genetik dari keluarga. Penelitian telah melaporkan bahwa dua pertiga sampai tiga
perempat pasien yang tertekan ansietas memiliki sekurang-kurangnya satu anak saudara
derajat pertama dengan ansietas spesifik tipe spesifik yang sama(Brust,2007)
5. Kajian biologis menunjukan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk
benzodiazepines. Reseptor ini mungkin membantu mengatur ansietas. Penhambat asam
aminobutirik-gamma neroregulator (GABA) juga mungkin memainkan peran utama
dalam mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas, sebagaimana halnya dengan
endorfin.
6. Penyalahgunaan atau penggunaan obat/zat tertentu yang berlebihan juga merupakan salah
satu penyebab utama ansietas. Seperti alkoholisme, intoksikasi kafein, hipertiroidisme,
dan feokromositoma harus disingkirkan dalam mengatasi gejala ansietas ini (Brust,
2007). Karena sebagai besar orang akan berlari ke hal-hal tadi untuk menhadapi ansietas
yang timbul pada dirinya.
2.2.2. Menurut Teori neurobiology
1. Kimia otak dan factor perkembangan Penelitian menunjukkan bahwa sistem syaraf
otonom atau noradrenergic yang menyebabkan seseorang mengalami kecemasan lebih
besar tingaaktannya dari orang lain.
2. Abnormalitas regulasi substansia kimia otak seperti serotonin dan GABA (gammaaminobutyric acid) berperan dalam perkembangan cemas
3. Amygdala sebagai pusat komunkasi antara bagian otak yang memproses input sensori
dan bagian otak yang menginterpretasikan input (amygdala mengidentfikasi informasi
sensori yang masuk sebagai ancaman dan kemudian menimbulkan perasaan cemas/takut).
Amygdala berperan dalam phobia, mengkoordiasikan rasa takut, memory, dan emosi, dan
semua respon fisik terhadap situasi yang penuh dengan stressor

4. Locus ceruleus, adalah satu area otak yang mengawali respon terhadap suatu bahaya dan
mungkin respon tersebut berlebihan pada beberapa individu sehingga mneyebabkan
seseorang mudah mengalami cemas khususnya PTSD (post traumatic sindrom disorder)
5. Hippocampus, bertanggung jawab terhadap stimuli yang mengancam dan berperan dalam
pengkodean informasi ke dalam memori
6. Striatum, berperan dalam control motorik, terlibat dalam OCD (obsessive compulsive
disorder)
7. Jaras saraf assendens yang mengandung noradrenalin dan 5-hidroksitriptamin
menginervasi lobus limbic dan neokorteks. Meningkatnya aktivitas saraf noradregenik
akan menimbulkan meningkatnya keterjagaan; meningkat nya aktivitas saraf 5hidroksitriptamin akan meningkatkan respon terhadap stimulus yang bersifat aversif.
(Maramis, 2009)
8. Penyakit fisik
9. Exposure of subsntace
10.Paparan
bahaya/trauma

fisik

dan

psikologis.

(http://makalah-kesehatan-

online.blogspot.com/2009/02/respon-ansietas-dan gangguan-ansietas.html)
2.2.3.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Menurut Teori psikologi


Harga diri rendah
Pemalu pada masa kanak-kanak
Orang tua yang pemarah, terlalu banyak kritik
Ketidaknyamanan dengan agresi
Sexual abuse
Mengaami peristiwa yang menakutkan
Teori kognitif : cemas sebagai manifstasi dari penyimpangan berpikir dan membuat
persepsi/kebiasaan/perilaku individu memandang secara berlebihan terhaap suatu bahaya.
(http://makalah-kesehatan-online.blogspot.com/2009/02/respon-ansietas-dan-gangguan-

2.2.4.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

ansietas.html)
Beberapa Faktor Resiko Ansietas
Wanita 2x lebih besar dari pada laki-laki
Etnik
Perpisahan
Pernah mengalami kekerasan fisik saat anak-anak, sexual abuse
Status sosial dan ekonomi rendah
Riwayat keluarga (pernah adanya penyimpangan yang hampir sama)
Substance
or
stimulant
abuse
(http://makalah-kesehatan
online.blogspot.com/2009/02/respon-ansietas-dan-gangguan ansietas.html)

2.3. Rentang Respon Ansietas


2.3.1. Rentang respon individu terhadap ansietas berfluktuasi antara respon adaptif dan
maladaptif seperti terlihat pada gambar :

Respon adaptif --------------------------------------- Respon Maladaptif


_______________________________________________________
antisipasi

ringan

sedang

berat

panik

Respon ansietas sering kali tidak berkaitan dengan ancaman yang nyata, namun tetap
dapat membuat seseorang tidak mampu bertindak atau bahkan menarik diri
2.3.2. Tingkat ansietas
Beberapa teori membagi ansietas kedalam emapt tingkat sesuai dengan rentang respon
ansietas yaitu :
1. Ansietas ringan.
Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan akan kehidupan sehari-hari. Pada
tingkat ini lapang persepsi meningkat dan individu akan berhati-hati dan waspada. Pada
tingkat ini individu terdorong untuk belajar dan akan menghasilkan pertumbuhan dan
ktreativitas.
2. Ansietas sedang
Pada tingkat ini lapang persepsi terhadap lingkungan menurun. Individu lebih
memfokuskan pada hal yang penting saat itu dan mengesampingkan hal lain.
3. Ansietas berat
Pada ansietas berat, lapang persepsi menjadi sangat menurun. Individu cenderumng
memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal yang lain. Individu tidak mampu
berfikir berat lagi dan membutuhkan banyak pengarahan.
4. Ansietas panic

Pada tingkat ini individu sudah tidak dapat mengontrol diri lagi dan tidak dapat
melakukan apa-apa lagi walaupun sudah diberi pengarahan.

2.4. Penilaian Tingkat Kecemasan


Untuk test kecemasan dapat dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan langsung,
mendengarkan cerita serta mengobservasinya, terutama perilaku non verbal. Hal ini berguna
untuk menentukan adanya kecemasan dan tingkat kecemasannya (Maramis, 1995).
2.4.1. Dalam penilaian kecemasan dipakai skor HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale) yang
dianggap baku, gejala-gejala yang tercantum pada HARS dari 14 item dengan perincian
sebagai berikut :
No

Gx. Psikologi
-

Cemas
Firsat buruk
Takut pada pikiran sendiri
Mudah tersinggung
Ketegangan
Merasa tegang
Lesu
Mudah terkejut
Tidak bisa tidur dengan nyenyak
Mudah menangis
Gemetar
Gelisah
Ketakutan
Pada gelap
Ditinggal sendiri
Pada orang asing
Pada binatang besar
Pada kerumunan orang banyak
Gangguan Tidur
Sukar masuk tidur
Terbangun malam hari
Tidak pulas
Mimpi buruk
Gangguan Kecerdasan
Daya ingat menurun
Sering bingung
Perasan Depresi
Kehilangan minat
Berkurangnya kesenangan pada

Gx. Fisik
Gejala Somatik
Nyeri otot
Kaku
Gigi gemeretak
-

Iman tidak setabil


Gejala Sensorik
Penglihatan kabur
Merasa lemah
Gejala Kardiovaskuler
Berdebar-debar
Nyeri dada
Denyut nadi lemah
Rasa lemah seperti mau pingsan
Gejala Pernafasan
Rasa tertekan didada
Perasaan tercekik
Merasa sesak
Gejala Gastrointestinal
Sulit menelan
Ganngguan pencernaan
Mual muntah
Berat badan berkurang
Konstipasi
Gejala Urogenitalia
Sering kencing
Tidak dapat menahan kencing
Amenorhoe
Impoten

hobi
- Sedih
- Bangun dini hari
- Perasaan berubah-ubah
sepanjang hari

2.4.2.
1.
2.
3.
4.
2.4.3.
1.
2.
3.
4.
5.

Gejala Vegetatif
Mulut kering
Muka kering
Mudah berkeringat
Sakit kepala
Bulu roma berdiri
Perilaku saat wawancara
Gelisah
Tidak tenang
Muka tegang
Mengerutkan kepala
Jari gemetar
Muka marah
Nafas pendek

Penentuan derajat kecemasan adalah:


Apabila skore <6 maka tidak ada kecemasan
Apabila skore 6-14 terdapat kecemasan ringan
Apabila skore 15-27 terdapat kecemasan sedang
Apabila skore > 27 terdapat kecemasan berat
Cara penilaian tingkat kecemasan :
Apabila tidak ada gejala sama sekali
Apabila satu dari gejala yang ada
Apabila separuh dari gejala yang ada
Apabila lebih dari separuh dari gejala yang ada
semua ada gejala Apabila

2.5. Respon Tubuh Terhadap Ansietas, sumber koping, dan Mekanisme Koping
Terhadap Ansietas
2.5.1. Respon Tubuh Terhadap Ansietas
Ansietas dan gangguannya dapat muncul dalam berbagai tanda dan gejala fisik dan
psikologik seperti gemetar, rasa goyah, nyeri punggung dan kepala, ketegangan otot, napas
pendek, mudah lelah, sering kaget, hiperaktivitas autonomik seperti wajah merah dan pucat,
berkeringat, tangan rasa dingin, diare, mulut kering, sering kencing, rasa takut, sulit konsentrasi,
insomnia, libido turun, rasa mengganjal di tenggorok, rasa mual di perut dan sebagainya seperti
tercantum dalam tabel dibawah ini.
Sistem tubuh
Kardiovaskuler

Respons
Palpitasi, Jantung berdebar, tekanan darah meninggi, rasa
mau pingsan*, pingsan*, tekanan darah menurun*, denyut
nadi menurun*.

Pernapasan

Napas cepat, napas pendek, tekanan pada dada, napas


dangkal, pemnengkakan pada tenggorok, sensasi tercekik,

Neuromuskular

terengah-engah.
Refleks meningkat, reaksi kejutan, mata berkedip-kedip,
insomnia,

tremor,

rigiditas,

gelisah,

wajh

tegang,

Gastromtestina

kelemahan umum, kaki goyang, gerakan yang janggal.


Kelihatannya nafsu makan, menolak makanan, rasa tidak

nyaman pada abdomen*, mual*, rasa terbakar pada

Traktus

jantung*, diare*,
Tidak dapat menahan kencing*,sering berkemih,

urinarius
Kulit

Wajah kemerahan, berkeringat setempat (telepk tangan),


gatal, rasa panas dan dingin pada kulit, wajah pucat,

berkeringat seluruh tubuh.


* Respons parasimpatis.

2.5.2. Sumber Koping Ansietas :


Individu dapat mengatasi stress dan ansietas dengan mengerakkan sumber koping
dilingkungan. Sumber koping tersebut sebagai modal ekonomik, kemampuan penyelesaian
masalah, dukungan sosial, dan keyakinan budaya dapat membantu seseorang mengintergrasikan
penbgalaman yang menimbulkan stres dan mengandopsi strategi koping yng berhasil.
2.5.3. Mekanisme Koping
Ketika mengalami ansietas, individu menggunakan berbagai mekanisme koping untuk
mencoba mengatasinya, dan ketidak mampuan mengatasi ansietas secara konstruktif merupakan
penyebab utama terjadinya perilaku patologis. Pola yang cenderung digunkan seseorang untuk
mengatasi ansietas ringan cenderung tetap dominan ketika ansietas menghebat. Anseitas tingat
ringan sering ditanggulangi tanpa pemikiran yang serius. Perilaku adaptasi psikologis juga
mengacu pada mekanisme koping (coping mechanism), yang berorentasi pada tugas (task
oriented) dan mekanisme pertahanan diri (ego oriented). Tingkat ansietas sedang dan berat
menimbulkan dua jenis mekanisme koping:
1. Reaksi yang berorientasi pada tugas (task oriented). Reaksi ini melibatakan penggunaan
kemampuan kognitif untuk mengurangi stres dan memecahkan masalah upaya yang

disadari, dan berorentasi pada tindakan untuk memenuhi secara realistik terhadap
tuntutan situasi stres.
2. Perilaku menyerang digunakan untuk mengubah atau mengatasi hambatan pemenuhan
kebutuhan
3. Perilaku menarik diri digunakan baik secara fisik maupun psikologis untuk memindahkan
seseorang dari sumber stress
4. Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara seseorang mengopersaikan,
mengganti tujuan, atau mengorbankan aspek kebutuhan personal seseorang.
5. Mekanisme pertahanan ego. Reaksi ini dikenal sebagai mekanisme pertahanan diri secara
psikologis untuk mencegah gangguan psikologis yang didalam. Membantu mengatasi
ansietas ringan dan sedang, tetapi jika berlangsung pada tingkat tidak sadar dan
melibatkan penipuan diri dan distorsi realistas, maka mekanisme ini dapat merupakan
respon maladatif terhadap stres.

Tabel mekanisme pertahanan ego :


Mekanisme
pertahanan diri
Kompensasi

Definisi
Proses dimana seseorang dengan citra diri yang kurang
berupaya mengantikan dengan menekankan pada

Mengingkari

kelebihan yang dianggapnya sebagai asset.


Menghindarkan relitas ketidaksetujuan

(denial)

mengabaikan atua menolak untuk mengenalinya;

dengan

kemungkinan merupakan mekanisme pertahana diri


Mengalihkan(Dis

yang paling sederhana dan primitif.


Mengalihkan emosi yang seharusnya diarahkan pada

placement)

orang atua benda tertentu ke benda atau orang yang

Disosiasi

netral atau yang tidak membahayakan


Pemisahan dari setiap kelompok mental atau proses

Indentifikasi

perilaku dari seluruh kesadaran atau indentitas


Proses individu mencoba untuk menjadi seperti
seseorang yang dikagumi oleh individu tersebut

Intelektualisasi

dengan menirukan pikiran, perilaku, atau kesukaannya


Alasan atau logika yang berlebihan yang digunakan
untuk menghindari perasaan-perasaan mengganggu

Introyeksi

yang dialami
Tipe indentifikasi

yag

hebat

dimana

individu

menyatukan kualitas atau nilai-nilai orang lain atau


kelompok ke dalam struktur egonya sendiri;salah satu
mekanisme terdini pada anak-anak; penhting dalam
Isolasi

pembentukan hati nurani.


Memisahkan komponen emosional dari pikiran, yang

Projeksi

dapat temporer atau jangka panjang


Mengkaitkan pikiran atau implus dirinya, terutama
keinginan yang tidak dapat ditoleransi, perasaan

Rasionalisasi

emosional, atau motivasi, kepada orang lain.


Memberikan penjelasan yang diterima secara sosial
atau tampaknya masuk akal untuk menyesuikan
implus, perasaan, perilaku, dan motif yang tidak dapat

Reaksi formasi

diterima
Pembentukan sikak kesadaran dan pola perilaku yang
berlawanan denganpapa yang benar-benar dirasakan

Regresi

atau akan dilakukan oleh orang lain


Meghindari stres terhadap karakteristik perilaku dari

Represi

tahap perkembangan yang lebih awal


Dorongan involunter dari pikiran yang mennyakitkan
atau konflik, atau ingatan dari kesadaran; pertahanan
ego yang primer, yang lebih cenderung memperkuat

Spliting

mekanisme ego lainnya.


Memandang orang dan situasi sebagai semuanya baik
atau semuanya buruk; gagal untuk mengintegarikan

Sublimasi

kualitas negatif dan positif seseorang


Penerimaan tujuan pengganti yang diterima secara
sosial karena dorongan yang merupakan

Suspensi

saluran

norma ekspresi terhambat


Suatu proses yang sering disebut sebagai mekenisme
pertahana diri, tetapi benar merupakan analogi represi;
pencetusan kesadaran bertujuan; suatu ketika dapat
mengarah pada represi

Undoing

Bertindak atau berkomunikasi yang secara sebagian


meniadakan yang sudah ada sebelumnya; mekanisme
pertahanan diri primitif

2.5.4. Mekanisme pertahanan terhadap stress menurut Kubler-Ross


1. Denial
a. Fase penolakan
b. Respon window for shopping (mencari pelayanan lain utuk meyakinkan bahwa
penyakitnya tidak benar/salah)
c. Tidak mau mencurahkan sakitnya (isolasi diri) pada orang lain
d. Optimis/merasa tidak sakit (tingkah laku sehat)
e. Sifat fase dinal relatif
2. Angry
a. Menyalahkn orang lin/tuhan Mengapa harus saya?Apa dosa saya?
b. Proyeksi : menyalahkan orang lain
3. Bargaining
a. Fase tawar menawar
b. Kata-kata tawar-menawar
c. Sadar bahwa dibalik kata itu hikmah yang baik
d. Diakhiri suatu kesadaran dari diri sendiri
4. Depression
a. Penyebab sedih yang berkepanjangan
b. Terjadi ambang antara nerosa-psikosa
c. Klien tidak ada minat dan keinginan untuk bertahan hidup
b. Klien mengatakan; say tidak bersuami lagi, karena saya tidak bisa punya anak. Katakata orang depresi
5. Acceptance
a. Tahap menerima
b. Pasien siap menerima pengobatan/kematian
2.6. Gangguan Terkait Ansietas
Ciri utama sindrom ansietas terdiri atas meningkatnya keterjagaan (Hyperarousal),
meningkatnya aktivitas simpatetik dan perasaan subjektif ketakutan serta kecemasan.
2.6.1. Gangguan Ansietas Fobik
Fobia adalah ketakutan yang berlebihan yang disebabkan oleh benda, binatang ataupun
peristiwa tertentu. sifatnya biasanya tidak rasional, dan timbul akibat peristiwa traumatik yang
pernah dialami individu. Fobia juga merupakan penolakan berdasar ketakutan terhadap benda
atau situasi yang dihadapi, yang sebetulnya tidak berbahaya dan penderita mengakui bahwa

ketakutan itu tidak ada dasarnya. Fobia simpel: sumber binatang, ketinggian, tempat tertutup,
darah. Yang menderita banyak wanita, dimulai semenjak kecil.
2.6.2. Gangguan Panik
Gangguan panik ditandai dengan serangan ansietas atau teror yang berkala (serangan panik)
setiap episode berlangsung sekitar 15 30 menit, meskipun efek sisa dapat berlangsung lebih
lama. Selama serangan panik, penderita merasakan sangat ketakutan atau tidak nyaman yang
disertai oleh jantung berdebar, nyeri dada, perasaan tercekik, berkeringat, gemetar, mual, pusing,
perasaan yang tidak riil, dan takut mati atau takut menjadi gila.
Serangan panik dapat terjadi secara spontan ataupun sebagai respon terhadap situasi tertentu.
Frekuensi serangan sangan bervariasi, ada yang sering (setiap minggu), tetapi berlangsung
berbulan-bulan. Ada juga yang mengalami serangkaian serangan tetapi diikuti periode tenang
selama berminggu-minggu. Serangan panik juga dapt terjadi pada gangguan ansietas lain seperti
pada fobia dan gangguan stres pascatrauma. Kerena itu diperlukan ketelitian dalam membedakan
cirri-ciri gangguan tersebut dengan gangguan panik.
2.6.3. Gangguan campuran anxietas dan depresif
gangguan ini merupakan penyakit tersendiri dan dinamakan demikian karena secara
bersamaan didapati gejala-gejala depresi dan ansietas pada penderita. Perlu diperhatikan bahwa
baik gejala-gejala depresi maupun gejala-gejala anxietas yang ada tidak memenuhi kriteria
diagnosis untuk periode depresi dan gangguan anxietas. Apabila gejala-gejala yang ada
memenuhi kriteria untuk episode depresi dan gangguan anxietas, maka hal itu adalah
komordibitas antara keduanya.
2.6.4. Gangguan stress pascatrauma (post-traumatic stress disorder (PTSD)).
Ciri penting dari gangguan ini adalah pikiran dan perasaan yang terjadi berulang-ulang
berkaitan dengan trauma tertentu yang buruk (missal pengalaman berperang, perkosaan,
kecelakaan yang serius, deprivasi atau penyiksaan yang buruk).
Karakteristik Gangguan Stres Pascatrauma yaitu dapat berupa respons akut atau lambat,
dapat juga menjadi kronik, gejala-gejalanya meliputi respons

terkejut yang berlebihan,

gangguan tidur, rasa bersalah (rasa bersalah dari orang yang berhasil bertahan hidup), mimpi
buruk dan kilasan-kilasan ingatan, rasa merah dengan penumpulan emosi-emosi lain selain itu
penderita sering menggunakan obat-obatan, alcohol, atau keduanya untuk mengobati sendiri
gejala yang mereka rasakan.

2.6.5. Gangguan obsesif-kompulsif


Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea atau bayangan mental yang mendesak ke dalam
pikiran secara berulang. Pikiran atau bayangan obsesif dapat berupa kekhawatiran yang bisa
tentang apakah pintu sudah di kunci atau belum, sampai fantasi yang aneh dan menakutkan
tentang bertindak kejam terhadap orang yang disayangi.
Istilah kompulsif menunjukkan pada dorongan atau impuls yang tidak dapat ditahan untuk
melakukan sesuatu. Sering suatu pikiran obsesif

mengakibatkan suatu tindakan kompulsif.

Tindakan kompulsif dapat berupa berulang kali memeriksa pintu yang sudah terkunci. Kompor
yang sudah mati atau menelpon orang yang dicintai untuk memastikan keselamatannya.
Sebagian orang sangat terdorong untuk berulang kali mencuci tangan setiap beberapa manit atau
menghabiskan sangat banyak untuk membersihkan sekelilingnya dengan tujuan untuk
mengurangi rasa takut akan terkontaminasi.
Lebih dari separuh pasien gangguan obsesif konpulsif (GOK) mempunyai pemikiran obsesif
tanpa perilaku kompulsif yaang ritualistik. GOK sering menyertai

depresi atau gangguan

aaxietas laen. Ada bukti-bukti yang menunjukkan bahwa gejala akan membaik dengan waktu dan
ha,pir separuhnya akan pulih atau hanya menderita gejala yang ringan.
2.6.6. Gangguan Disosiatif (Konversi)
Gangguan ini disebut disosiatif karena dahulu dianggap terjadi hilangnya asosiasi antara
berbagai proses mental seperti identitas pribadi dan memori, sensori dan fungsi motorik. Ciri
utama adalah hilangnya fungsi yang tidak dapat dijelaskan secara medis.
Istilah konversi didasarkan pada teori kuno bahwa perasaan dan anxietas dikonversikan
menjadi gejala-gejala dengan akibat terselesaikannya konflik mental (keuntungan primer) atau
didapatkan keuntungan praktis atau perhatian dari orang lain (keuntungan sekunder).
Gangguan disosiatif ini dahulu juga disebut histeria atau berasal dari istilah dan keyakinan
zaman dahulu bahwa penyebabnya adalah uterus yang berkeliaran (wandering uterus).
Hal ini yang perlu dipertimbangkan adalah kemungkinan dibuat-buatnya gejala tersebut.
Disini ada 2 kemungkinan, gangguan buatan atau berpura-pura . pada gangguan buatan, gejalagejala disebut dengan sengaja untuk mendapatka perawatan medis, sedangkan pada berpura-pura
untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Menentukan hal ini tidaklah mudah dan mungkin
memerlukan bukti bahwa ada inkonsistensi dalam gejalanya.
Penderita mungkin tampak acuh tak acuh akan penyakitnya. Penampilan acuh ini mungkin
juga terjadi pada gangguan organik dan tidak spesifik untuk penyakit ini. Yang penting dalam
penatalaksanaan adalah menerima gejala pasien sebagai hal yang nyata, tetapi menjelaaskan

bahwa itu reversible. Diupayakan untuk kembali kefungsi semula dengan bertahap. Apabila ada
depresi komorbid, hal ini harus diobati dengan baik.psikoterapi dapat bermanfaat untuk
gangguan disosiatif dan dalam beberapa kasus kronis yang mengenai fungsi motorik mungkin
diperlukan rehabilitasi medis.
2.6.7. Gangguan Somatoform
Ini mencangkup pasien-pasien yang terutama menunjukkan keluhan somatis yang tidak
dapat dijelaskan dengan adanya gangguan depresif, anxietas atau penyakit medis. Ada dua
gangguan yang termasuk dalam kelompok gangguan somatoform: pertama, yang gambaran
utamanya adalah kekhawatiran bahwa gejala yang ada merupakan bukti adanya penyakit
(hipokondriasis) atau deformitas (dismorfofobia), dan kedua, yang gambaran utamanya adalah
kekhawatiran tentang gejala somatik itu sendiri (antara lain gangguan somatisasi, disfungsi
autonomik persisten, dan gangguan nyeri somatoform persisten)
Keluhan somatif yang ada atau kekhawatirannya tidak dapat dijelaskan atau tidak
proporsional secara medis dan cukup berat sehingga menimbulkan distres, serta telah
berlangsung setidaknya 6 bulan. Apabila didapatkan gejala depresi atau anxietas, gejala-gejala
tersebut tidak cukup berat untuk dapat didiagnosis sebagai gangguan depresi atau anxietas.
Gejala-gejala bukan merupakan waham, harus dibedakan dengan waham atau halusinasi
somatik pada gangguan psikotik. Gejal-gejala itu juga tidak dengan sengaja dibuat-buat.
Penganiayaan atau penelantaran anak merupakan faktor resiko bagi gangguan somatoform.
Penanganan gangguan somatoform harus berhati-hati karena bukan hanya pasien tetapi
seringkali dokter juga yakin bahwa gejala-gejala yang ada merupakan tanda penyakit fisik dan
bukan merupakan gangguan psikistrik.
Kekhawatiran pasien akan keluhan somatiknya harus ditanggapi dengan serius, jangan
dengan sikap meremehkan sebagai hanya psikis saja, juga tidak terbawa oleh keyakinan yang
tidak berdasar mengenai penyebab medik yang tidak terbukti, atau bahkan dengan ucapanucapan dan cara-cara pemeriksaan yang tambah menakut-nakuti pasien.
Pemeriksaan medis harus ditentukan berdasarkan penilaiian dokter terhadap gejala yang ada,
bukan oleh permintaan pasien. Yakinkan bahwa penjelasan yang benar dan gamblang diberikan
secara konsisten oleh semua dokter yang menangani. Untuk penanganan yang efektif diperlukan
liaison yang erat antara para dokter yang terlibat.
Obat antidepresan bermanfaat dalam sebagian besar kasus meskipun tidak ada depresi yang
menyertai. Tetapi penggunaannya harus disertai penjelasan yang memadai agar tidak dianggap
mengada-ada.

Terapi perilaku kognitif (CBT, Cognitif Behaviour Therapy) akan bermanfaat jika diadaptasi
untuk keluhan somatis utama. Pasien mungkin perlu dibantu untuk mengenali dan mengatasi
stresor sosial yang dialami, juga perlu didorong untuk kembali ke fungsi normal dan mengurangi
perilaku sakit (illnes behaviour) secara bertahap.
2.6.8. Hipokondriasis dan Dismorfofobia
Ciri utama dari kedua gangguan ini adalah kekhawatiran atau preokupasi terhadap
kemungkina menderita penyakit fisik atau deformitas yang serius.
Pasien dengan hipokondriasis mempunyai preokupasi bahwa ia menderita penyakit medis
yang serius padahal tidak. Hal ini dapat dianggap sebagai suatu bentuk anxietas dan obsesikompulsi. Pasien berulang-kali mencari pemeriksaan atau keterangan medis, tetapi tetap tidak
dapat diyakinkan. Gejala yang ditampilkan sering berupa permintaan pemeriksaan medis yang
berulang-ulang.
Obat antidepresan dan terapi perilaku kognitif dalam kasus ini efektif. Mungkin perlu
membantu pasien membatasi permintaan pemeriksaan berulang-ulang. Prognosisnya berfariasi
dan cenderung menjadi kronis.
Dismorfobia juga dikenal dengan istilah gangguan dismorfik tubuh (body dysmorphic
disorder). Preukupasinya adalah terhadap penampilan fisik yang tidak normal padahal
kenyataannya tidak demikian. Hal ini berakibat penghindaran terhadap interaksi sosial.
Penatalaksanaan mengikuti prinsip gangguan somatoform. Pasien sering meminta operasi
bedah kosmetik, yang kadang kala dapat menolong, tetapi sering membawa kepada
ketidakpuasan berikutnya. Penilaiian spesialis dianjurkan sebelum dilakukan operasi.
Diagnosis banding kedua gangguan ini adalah gangguan depresif, yang sering terdapat
kekhawatiran hipokondriaka dan kekhawatiran terhadap penampilan, dan gangguan psikotik
dengan waham hipokondriaka atau halusinasi somatik.
DIAGRAM OBAT 3.1. Obat Terpilih untuk Klien Gangguan Ansietas
Dosis
Nama

Dewasa

Generik/Dagang

(mg/hari

Benzodiazepin

Alprazolam (Xanax)

)
0,25-1,5

Klonazepam

0,5-6

yang

(Klonopin)

0,5-2

stimulasi

Lorazepam (Ativan)

5-25

sehingga

Klasifikasi

Rasional Penggunaan

Meningkatkan kadar GABA,


akan

menurunkan

system

limbic

mengurangi

Klordiazepoksid

ansietas. Digunakan untuk

(Librium)

pengobatan jangka pendek


5-15

Azapirones

Buspiron (BuSpar)

gangguan ansietas umum,


gangguan panik, dan fobia
sosial
Bekerja

75-300
Antidepresan

Imipramin (Tofranil)

pada

serotonin,

menyebabkan

neuron

trisiklik

reseptor
prasinapsis

melepaskan serotonin lebih


sedikit. Penurunan serotonin
Klompramin

dianggap dapat mengurangi

(Anafranil)

ansietas. Digunakan untuk


gangguan ansietas umum,
gangguan panik, fobia sosial
Menghambat

ambilan

neurotransmitter

(serotonin

dan norepinefrin) sehingga


20-50

memungkinkan peningkatan

Selective

20-80

kadarnya

serotonin

100-300

Kekurangan

50-150

amandel dianggap signifikan

reuptake

Paroksetin (Paxil)

inhibitor

Fluoksetin (Prozac)

(SSRI)

Fluvoksamin (Luvox)

sinaps.

serotonin

di

dalam terjadinya gangguan


45-90

Sertralin (Zoloft)

ansietas. Digunakan untuk


mengobati gangguan ansietas
umum,

Inhibitor

pada

Fenelzin (Nardil)

gangguan

panik,

fobia sosial dan OCD.

monoamina

Secara selektif menghambat

oksidase

50-100

ambilan serotonin di sinaps

80-240

sehingga terjadi peningkatan


serotonin. Digunakan untuk

Bloker beta

Ateronol (Tenormin)

gangguan panik (Paxil) dan

Propranolol (Inderal)

OCD.
Sifat

menghambat

dari

enzim (monoamina oksidasi)


yang

memecah

serotonin,

dapat meningkatkan kadar


serotonin. Digunakan untuk
gangguan

panik,

dan

agoraphobia
Mendorong

blockade

adrenergic-beta
karenanya
fisiologik
Digunakan

perifer,
mengurangi

dari
untuk

ansietas.
fobia

sosial, PTSD
* Dosis ini adalah dosis dewasa biasa untuk dosis tunggal setiap obat. Dosis ini bukan dosis
harian biasa. Dosis harian biasa disajikan pada Bab 15. GABA = gamma-aminobutyric acid
(asam gamma aminobutirat); OCD = obsessive-compulsive disorder (gangguan obsesif
kompulsif), PTSD = post-traumatic stress disorder (gangguan pascatrauma).

Konsep Asuhan Keperawatan pada klien dengan Ansietas


A.
1.
2.
3.

PENGKAJIAN.
Identitas klien
Riwayat Penyakit
Perilaku.

Sistem Tubuh
Kardiovaskuler

Pernafasan

Respons
Palpitasi.
Jantung berdebar.
Tekanan darah meningkat dan denyut nadi menurun.
Rasa mau pingsan dan pada akhirnya pingsan.
Napas epat.
Pernapasan dangkal.
Rasa tertekan pada dada.
Pembengkakan pada tenggorokan.

Neuromuskular

Gastrointestinal

Perkemihan
Kulit

Rasa tercekik.
Terengah-engah.
Peningkatan reflek.
Reaksi kejutan.
Insomnia.
Ketakutan.
Gelisah.
Wajah tegang.
Kelemahan secara umum.
Gerakan lambat.
Gerakan yang janggal.
Kehilangan nafsu makan.
Menolak makan.
Perasaan dangkal.
Rasa tidak nyaman pada abdominal.
Nausea.
Diare.
Tidak dapat menahan kencing.
Sering kencing.
Rasa terbakar pada mukosa.
Berkeringat banyak pada telapak tangan.
Gatal-gatal.
Perasaan panas atau dingin pada kulit.
Muka pucat dan bekeringat diseluruh tubuh.
Tabel 1. Respon Fisiologis Terhadap Ansietas.

Sistem
Perilaku

Kognitif

Respons
Gelisah.
Ketegangan fisik.
Tremor.
Gugup.
Bicara cepat.
Tidak ada koordinasi.
Kecenderungan untuk celaka.
Menarik diri.
Menghindar.
Terhambat melakukan aktifitas.
Gangguan perhatian.
Konsentrasi hilang.
Pelupa.
Salah tafsir.
Adanya bloking pada pikiran.
Menurunnya lahan persepsi.
Kreatif dan produktif menurun.
Bingung.

Khawatir yang berlebihan.


Hilang menilai objektifitas.
Takut akan kehilangan kendali.
Takut yang berlebihan.
Mudah terganggu.
Tidak sabar.
Gelisah.
Tegang.
Nerveus.
Ketakutan.
Tremor.
Gugup.
Gelisah.

Afektif

Tabel 2. Respon Perilaku Kognitif.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Ansietas berhubungan dengan koping individu yang tidak efektif
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Tujuan :
Tingkat ansietas
Pengendalian diri terhadap ansietas
Koping
Kriteria hasil

Ansietas berkurang
Menunjukkan pengendalian diri terhadap ansietas
Mampu mengidentifikasi gejala ansietas

Intervensi(NIC)

Kaji tingkat kecemasan pasien


Buat rencana penyuluhan dengan tujuan yang realistis
Informasikan tentang gejala ansietas
Ajarkan keluarga membedakan antara serangan panik dan gejala penyakit fisik
Ajarkan pasien teknik relaksasi
Berikan obat untuk menurunkan ansietas jika perlu
Beri dorongan kepada pasien untuk mengungkapkan secara verbal pikiran dan
perasaan yang sedang dialaminya

Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan


Dampingi pasien untuk mengurangi rasa takut atau memberikan keamanan

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, berkaitan dengan perasaan
tak berdaya dan tidak pasti, tidak memiliki objek yang spesifik, dialami secara subyektif dan
dikomunikasikan secara interpersonal. Ansietas merupakan suatu sensasi distress psikologis
(buku keperawatan jiwa edisi 5 hal 144). Kecemasan adalah perasaan individu dan pengalaman
subjektif yang tidak diamati secara langsung dan perasaan tanpa objek yang spesifik dipacu oleh
ketidak tahuan dan didahului oleh pengalaman yang baru (Stuart dkk,1998)
Ada berbagai macam tingkat ansietas yaitu ingkat ansietas Ansietas ringan, ansietas
sedang, ansietas berat, ansietas panic selain itu gangguan terkait ansietas pun sangat beragam
diantaranya agoraphobia, gangguan ansietas umum dan gangguan obsesif kompulsif
3.2 Saran
Dalam mengatasi ansieta tidak hanya terapi farmakologis yang diberikan akan tetapi efek
terepeutik dari perawat sangat membantu dalam proses kesembuhan klien dengan ansietas. Agar

efek dari ansietas dapat konstruktif individu hasrus dapat menggunakan koping yang efektif
sehingga efek destruktif dari ansietas dapat dihindari.

DAFTAR PUSTAKA

Maramis, Willy F. and Maramis Albert A. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa.

Airlangga University Press. Surabaya.


http://piogama.ugm.ac.id/index.php/2010/03/ansietas/. Piogama UGM. Akses 07 Maret

2014 : 14.25 WIB


Anonim. Standar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa. 2004. Surabaya : RS. Jiwa

Menur.
Anonim. Pedoman Diagnosis Keperawatan Jiwa. 2007. Jakarta : RS. Jiwa Prof. Dr.

Soeroyo Magelang.
http://4yu8.wordpress.com/2010/06/04/respon-cemas-dan-gangguan-kecemasan/.
Martien. Akses 07 Maret 2014 : 14.25 WIB

Ayub

Contoh Sp Ansietas

*Narator :
*Pemain :

Pr : Perawat : M. Kurnia. R
Pr2 : Perawat 2 :Ryandi Trisna R. H
Ps : Pasien(Ibu): Wiji Lestari
Bpk : Bapak : M. Firdaus
Anak : Anak : Kurnia Fatmawati

Suatu hari ada seorang ibu yang mengalami gangguan ansietas yang berat dikarenakan si ibu
tersebut memikirkan anaknya yang tengah bekerja diluar negeri menjadi TKW. Ibu tersebut
khawatir jika anaknya nanti menjadi korban kekerasan yang dilakukan oleh majikannya seperti
yang dilihat dalam berita di televisi sehingga Ibu merasa gelisah dan panik apabila ia
memikirkan kondisi anaknya tersebut.
Karena khawatir dengan keadaan si ibu akhirnya keluarga meminta bantuan perawat untuk
membantu ibu agar cepat sembuh dan kembali seperti biasanya lagi.
Suatu pagi dirumah ibu seorang perawat datang untuk memeriksa keadaan ibu tersebut.
SP 1 : membina hubungan saling percaya, menyebutkan penyebab ansietas, menyebutkan
situasi yang menyertai ansietas, menyebutkan perilaku terkait ansietas, melakukan

tekhnik pengalihan
situasi (social)
SP 2 : mengajarkan kepada klien melakukan latihan relaksasi tarik napas dalam (fisik)
dan melakukan tekhni relaksasi otot.
SP 3 : Mengajarkan kepada Klien Melakukan tekhnik relaksasi ima jari (emosi)
Tahap Orientasi
PR : Assalamualaikum bu selamat pagi
PS : Waalaikumsalam pak. pagi
PR : Perkenalkan nama saya muhammad kurnia ... panggil saja saya ahmad... saya perawat
yang sedang bertugas di RSUD Jombang..., nama ibu siapa bu?
PS : owhh,, iya pak, nama saya Wiji Lestari ...
PR : Ibu lebih suka dipanggil siapa?
PS : Panggil saja saya Tari...
PR : Ibu, tujuan saya ke rumah ibu adalah memantau perkembangan kesehatan ibu , saya akan
datang selama dua hari dari jam 8 pagi sampai jam 9 pagi.
PS : iya trimakasih pak.
PR : Bagaimana perasaan ibu pagi ini?
PS : saya agak gelisah pak, dan tadi malam tidak bisa tidur! Saya tidak tahu apa yang akan saya
lakukan.
Pr : O, jadi ibu semalam gelisah dan tidak bisa tidur? Baiklah bu, bagaimana kalau sekarang kita
berbincang-bincang tentang perasaan yang ibu rasakan?
PS : baik pak.
PR : baiklah bu, Bagaimana kalau kita berbincang-bincang selama beberapa menit ?
PS : iya pak boleh.
PR : Kita berbincang-bincang dimana bu?
PS : di sini saja ya pak,
PR : baiklah ibu kita akan berbincang-bincang dsini!
Tahap Kerja
PR : Tadi ibu katakan, ibu merasa gelisah, tidak bisa tidur, coba ibu ceritakan lebih lanjut tentang
perasaan ibu, knpa jadi ibu tidak bisa tidur, apa yang ibu pikirkan?

PS : perasaan saya seperti tidak tenang pak, beberapa hari ini saya selalu memikirkan hal-hal
yang tidak wajar, seperti kekhawatiran yang berlebihan suster. Anak saya sudah 3 bulan
menjadi TKW, dan smpai saat ini tidak ada kabar beritanya mas. Saya takut kalau terjadi
apa-apa seperti yang sering ditayangkan di televisi.
PR : Oh, jadi anak ibu sudah 3 bulan bekerja sebagai TKW di Malaysia, ibu khawatir anak ibu
mendapat perlakuan yang tidak baik karena sering mendengar berita tentang TKW yang
mendapat perlakuan buruk dari televisi? Bagaimana kalau saya ukur dulu ya tekanan darah,
ibu?
PS : iya pak, makanya saya sangat khawatir dengan keadaan nya.... Boleh, silahkan!
PR : Apakah sebelumnya ibu pernah mengalami kondisi seperti sekarang ini?
PS : pernah pak, bahkan sampai beberapa kali.
PR : Apa masalah yang sebelumnya sering membuat ibu gelisah? Selama ini, bila ibu punya
masalah yang mengganggu, apa yang ibu lakukan?
PS : ia pak , saya akan memikirkan terus masalah itu sehingga saya merasa gelisah, tidak bisa
tidur, dan tidak nafsu makan.
PR : Apa pekerjaan ibu sehari-hari?
PS : Pekerjaan saya hanya ibu rumah tangga pak!
PR : Dalam keluarga ibu, apa yang biasanya dilakukan kalau ada masalah ?
PS : kami langsung bingung kemudian panik mas.
PR : Oh, jadi dalam keluarga ibu, memang terbiasa cepat panik dalam menghadapi masalah?
PS : ia pak, kami langsung tidak tenang.
PR : Bagaimana dengan kebiasaan beribadah dalam keluarga ibu?
PS : Kami sering menjalankan ibadah dengan berjamaah bila ada waktu pak, tapi bila sedang
sibuk bisa beribadah sendiri-sendiri saja.
PR : Apakah sebelumnya ibu pernah mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan ?
PS : ia pernah
PR : Apa yang ibu lakukan? Dengan siapa biasanya ibu meminta bantuan untuk menyelesaikan
masalah kalau ibu merasa tidak mampu menyelesaikan masalah tersebut? Apakah ibu
berhasil menyelesaikan masalah tersebut?
PS : iya. kalau ada masalah saya biasanya langsung berpikir bagaimana cara menyelesaikannya
dan bila saya tidak mampu saya meminta bantuan kepada keluarga saya.

PR : Wah, baik sekali, berarti dulu ibu pernah mampu menyelesaikan masalah yang cukup berat,
saya yakin sekali ibu sekarang juga akan mampu menyelesaikan kecemasan yang ibu
rasakan.
PS : Insya allah pak saya bisa menyelesaikan kecemasan yang saya rasakan.
PR : nah ibu , sekarang saya akan mengajarkan ibu teknik relaksasi degan cara tarik nafas dalam
dan juga degan teknik relaksasi otot agar ibu bisa mengatasi kecemasan ibu Apa ibu bersedia
?
PS : iya pak , saya bersedia.
PR : Bagaimana kalau kita latihan sekarang, Saya akan lakukan, ibu perhatikan saya, lalu ibu
bisa mengikuti cara yang sudah saya ajarkan.
PS : iya
PR : Kita mulai ya bu. Ibu silakan duduk dengan posisi seperti saya. Pertama-tama, ibu tarik
nafas dalam perlahan-lahan, setelah itu tahan nafas dalam hitungan tiga setelah itu ibu
hembuskan udara melalui mulut dengan meniup udara perlahan-lahan. Nah, sekarang coba
ibu praktikkan
PS : iya mas, akan saya coba
PR : Wah bagus sekali, ibu sudah mampu melakukannya. ibu bisa melakukan latihan ini selama 5
sampai 10 kali sampai ibu merasa relaks atau santai
PR : selajutnya saya akan mengajarkan kepada ibu tekhnik relaksasi yang ke 2 yaitu relaksasi
lima jari.
PS : baiklah pak, saya bersedia.
PR : baiklah ibu ikuti perintah saya,
PS : baik pak.
PR : ibu pejamkan mata ibu , nah sekarang sentuh jari telunjuk ibu dengan jempol ibu , nah
sekarang bayangkan pada saat ibu sehat, nah sekarang sentuh jari tengah ibu, bayangkan saat
ibu bersama orang yang ibu sayangi /cintai , sekarang sentuh jari manis ibu , bayangkan
ketika ibu di puji oleh seseorang , dan sekarang sentuh jari kelingking ibu , bayangkan
tempat yang paling indah yang pernah di kunjungi
PR : Bagaimana perasaan ibu setelah kita ngobrol tentang masalah yang ibu rasakan latihan
relaksasi dan taknik trapi 5 jari ?
PS : lumayan relak mas,Dan pikiran saya juga agak tenang

PR : nah ibu coba ulangi lagi cara teknik napas dalam yang sudah kita pelajari tadi .
PS : baik mas,
PR : wah bagus sekali, Mari kita masukkan dalam jadual harian ibu. Jadi, setiap ibu merasa
cemas, ibu bisa langsung praktikkan cara ini, dan bisa melakukannya lagi sesuai jadwal yang
telah kita buat.
PS : baiklah mas, nanti akan saya coba.
PR : baiklah ibu, kalau begitu sampai disini dulu percakapan kita, besok pagi sekitar jam 8 saya
akan kesini lagi. Terimakasih ibu. asslamualaikum
PS : sama-sama mas. Waalaikumsalam
SP 4: Mengajarkan klien melakukan pendekatan spiritual
Tahap Orientasi
Pr: Ass...ibu selamat pagi
Ps: wss pagi pak
Pr: bagaimana ibu perasaannya hari ini ?
Ps: almdllh pak, hari ini saya lumayan tenang , setelah suster ajarkan kepada saya teknik
relaksasi 5
jari walaupun ada sedikit kecemasan yang bisa datang
Pr: emmmm ,., begitu ya bu ,.,, ibu saya inggin kontrak waktu dlu kira2 sekitar 10 menit apa bu
besedia
nah ibu , ibu katakan masih ada kecemasan , oya ibu bagaimana dengan ibadah ibu ?
Ps: iya , masalhndllh pak, saya kerjkn ,
Pr: tapi apa ibu fokus saat beribadah ?
Ps: masih terpikiran sih pak , ketika saya beribadah ,
Pr: nah , seharusnya ketika ibu beribdah ibu harus fokus dengan ibadh ibu , nah bila tidak pasti
ibu
akan selalu cemas! Mendekatkan diri kepada tuhan , dan berdoa meminta kepada tuhan ,
agar
anak ibu baik2 saja di sana, insya allah ibu psti tdk akan cemas lagi
Ps: iya pak, Terima kasih mas atas nasehatnya , saya merasa senang sekali bisa dirawat oleh
bapak

Pr: iya ibu (sambil tersenyum) saya permisi dulu ya bu , kalau perlu bantuan silahkan hubungi
saya,
nah terus kalo besok saya tidak bisa datang kerumah ibu nanti temen saya yang akan datang
kerumah ibu ,jadi sekali lagi saya pemisi dulu ya bu , ass
Ps: iya mas , wss
Tindakan Kepada Keluarga
SP 1 : Menyebutkan pengertian ansietas, Menyebutkan tanda dan gejala ansietas,
menybutkan penyebab ansieas.
SP 2 : Mengajarkan cara merawat pasien dengan pengalihan situasi,latihan relaksasi:
napas dalam ,relaksasi otot, teknik lima jari

Tahap Orientasi
Pr2 : Ass.... Bapak ,Selamat sore
Klg : Wss... mas,sorejuga
Pr2 : Perkenalkan nama sayariyandi Saya adalah perawat yang menggantikan perawat
sebelumnya
dikarenakan beliau ada kesibukan selama beberapa hari ini pa. Nah Kalau boleh tau ,bisa
dipekenalkan satu-satu,siapa-siapa saja yng berada di rumah ini pa.
Bpk : iya mas. nama saya firdaus nah ini anak saya yang
kedua Nia ,terus ini ada orang tua saya,yang ini ibu saya namanya Sari yang ini bapak
saya Yusuf
Pr2: bapak saya inggin membuat kontrak watu dlu dengan keluarga anda , mungkin sekitar 90
menit
apa bapak sekuluarga bersedia ?
Bpk: iya mas kami bersedia
Pr2: o iys pak bagaimana kabarya anggota keluaraga bapak sekarang ini,,,
Bpk : alhamdullilah baik-baik saja mas anggota keluarga saya sekarang ini,oya mas bagaimana
keadaan istri saya,

Pr2 :,istri bapak ini mengalami ansietas yaitu kecemasan. setelah melihat berita tentang para
TKW yang
disiksa oleh majikannya dikarenakan anak bapak yang menjadi TKW tidak ada kabar
bagaimana
keadaannya disana,maka istri bapak megalami kehilanagn dan ketakutan.Tanda dan gejala
apabia
istri bapa mengalami kecemasan yaitu,Banyak berkringat ,sulit tidur ,susah bernapas
,mudah
tersinggung ,marah,menangis, ingin mendapat perhatian lebih,lebih banyak
menuntut,(dll,disebutkan oleh perawat).Apakah ada yang belum dimengerti pak,atau ada
yang
ingin ditanyakan ?,,
Bpk :tidak ada mas,saya sudah paham .
Pr2: kalo anggota keluarga bapak yang lain bagaimana,apkah yang ada ditanyakan,,
Klg : tidak ada mas,,
Pr2 : nah sekarang saya mau mengajarkan kepada bapak cara merawat istri bapak dengan
pengalihan situasi ,latiahan relaksasi dan teknik lima jari. Apakah bapak dan keluarga bersedia
Klg : iya mas kami bersedia
Anak : tapi mas apakah tidak ada efek dari terapi tersebut yang membahayakan ibu saya,
Pr2 : tidak kok jadi kamu tenang aja dik, (perawat sambl tersenyum ) ^_^
Kakek : terus apakah adaterapi yang lain selain yang terapi yang akan dilakukan ini
Pr2 : tidak ada kek,
Pr2 : jadi sekarang saya akan mengajarkan kepada bapak teknik terapi ini (perawat mengajarkan
kepada
suami klien),bagaimana pak apakah bapak sudah bisa melakukannya sendiri,
Bpk : iya mas saya bisa melakukannya sendiri
Pr2: InsyaAllah istri bapak .besok sudah mulai membaik dan kecemasannya sudah mulai
kurang..kalo
begitu sampai disini dulu,nanti besok (..)sya kesini lagi pak tuk melihat bagaiman
perkmbangn istri
anda pak,terima kasih Ass...

Bpk : Iya mas Wss...


SP 3 : Diskusikan dengn keluarga perilaku pasien yang peru dirujuk dan bagaimana
merujuk pasien
Pr2 : Ass..Pak
Klg : wss... mas
Pr2 : Untuk hari ini bagaimana pak keadaan istri anda apakah sudah mulai membaik,
Bpk : alhamdullilah istri saya sudah mulai membaik mas,kecemasanya pun sudah mulai
terlupakan
Anak : iya mas bener apa kata bapak saya itu, setalah bapak mengajarkan kepada ibu tentang
terapi yang anda ajarkan alhamdullilah kecemasanya sudah mulai membaik.
Bpk : Terus mas kemarin juga saya ngobrol-ngobrol juga dengan ibu,beliau keliatan mulai
melupakan kecemasanya beliau,dan bicaranya pun keliatannya tidak ada beban sedikit
pun,
Pr2 : Ouh gtu,tapi kecemasan itu bisa muncul kapan saja ,bapak harus bisa merawat istri bapak
dengan
teknik yang saya ajarkan kepada bapak.Apabila istri bapak ada memikirkan sesuatu dan
hanya itu
saja yang dia pikirkan,dan kurang melakukan aktivitas seperti biasanya. Maka istri bapak
perlu
dirujuk ke RS .Dan bapak harus merujuknya dengan cara yang tidak kasar atau dengan
mengajaknya jalan-jalan dengan tujuan hendak kerumah sakit.
Bpk : Iya mas terima kasih ya atas semuanya...
Pr2 : iya sama-sama apakah ada yang ingin bapak tanyakan lagi ,dan kurang dimengerti oleh
bapak.
Bpk : Tidak ada mas saya sudah mengerti.
Pr2 : Iya pak,mohon maaf ya pak kalo ada slama kita kenal ini ada sesuatu yang membuat tidak
berkenan di hati bapak.
Bpk : Gak ada kok sus saya berterimakasih banyak.Saya juga minta maaf mas ,Kalo ada yang
tidak
berkenan dihati anda.

Pr2 : Nah,kalo begitu saya permisi dulu pak,terimakasih Ass...


Bpk : Iya mas, Wss....

Anda mungkin juga menyukai