Anda di halaman 1dari 20

7

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Kecemasan

1. Pengertian kecemasan

Kecemasan adalah emosi yang tidak menyenangkan yang ditandai

dengan istilah-istilah seperti kekhawatiran, kepribadian dan rasa takut

yang kadang-kadang kita alami dalam tingkat yang berbeda-beda

(Alkinson, 1999)

Kecemasan adalah respon emosional terhadap perasaan tidak pasti

dan tidak berdaya, kondisi ini tidak memiliki objeck yang spesifik (Stuart

& Sundeen, 1998)

Long (1996) menyatakan bahwa Kecemasan merupakan respon

psikologi terhadap stess yang mengandung komponen fisiologi. Perasaan

takut atau tidak tenang yang sumbernya tidak dikenali. Kecemasan terjadi

ketika seseorang merasa terancam baik secara fisik atau psikologi (seperti

harga diri, gambaran diri, atau identitas diri).

Sedangkan Suliswati (2005) mengatakan bahwa kecemasan sebagai

respon emosi tanpa objek yang spesifik yang secara subjectif dialami dan

dikomunikasikan secara interpersonal. Kecemasan adalah kebingungan,

kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak

jelas dan dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya

dan kecemasan tidak dapat dihindarkan dalam kehidupan sehari-hari.

7
8

2. Teori kecemasan

Stuart & Sundeen, (1998) menyatakan ada beberapa teori yang

telah dikembangkan untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi

kecemasan, diantaranya :

a. Faktor predisposisi

1) Teori psikoanalitik

Kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen

kepribadian id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan

impuls primitive seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati

nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya

seseorang. Ego atau aku, berfungsi menengahi tuntunan dari dua

elemen yang bertentangan, dan fungsi cemas adalah mengingatkan

ego bahwa ada bahaya.

2) Teori interpersonal

Cemas timbul dari perasaan takut terhadap tidak ada penerimaan dan

penolakan interpersonal. Cemas juga berhubungan dengan

perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang

menimbulkan kelemahan spesifik. Orang dengan harga diri yang

rendah terutama mudah mengalami perkembangan ansietas yang

berat.

3) Teori prilaku

Cemas merupakan produk frustrasi yaitu segala sesutu yang

mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang


9

diinginkan. Pakar prilaku lain menganggap ansietas sebagai suatu

dorongan untuk belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk

menghidari dari kepedihan. Pakar tentang pembelajaran meyakini

bahwa individu yang terbiasa dalam kehidupan dirinya diharapkan

pada kekuatan yang berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas

pada kehidupan selanjutnya.

b. Faktor Presipitasi

Kecemasan adalah keadaan yang tidak dapat dielakkan pada kehidupan

manusia dalam memelihara keseimbangan. Pengalaman ansietas

seseorang tidak sama pada beberapa situasi dan hubungan interpersonal.

Ada 2 faktor yang mempengaruhi kecemasan pasien pre operasi :

1) Faktor eksternal :

a) Ancaman integritas diri, meliputi ketidakmampuan fisiologis

atau gangguan terhadap kebutuhan dasar (penyakit, trauma

fisik, pembedahan yang akan dilakukan).

b) Ancaman sistem diri antara lain : ancaman terhadap identitas

diri, harga diri, dan hubungan interpersonal, kehilangan serta

perubahan status/peran ( Stuart & Sundeen, 1998 ).

2) Faktor Internal :

Menurut Stuart & Sundeen (1998) kemampuan individu dalam

merespon terhadap penyebab kecemasan ditentukan oleh :

a) Potensi Stressor.

Stressor psikososial merupakan setiap keadaan atau peristiwa


10

yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang

sehingga orang itu terpaksa mengadakan adaptasi (Smeltzer &

Bare, 2001).

b) Maturitas

Individu yang memiliki kematangan kepribadian lebih sukar

mengalami gangguan akibat kecemasan, karena individu yang

matur mempunyai daya adaptasi yang lebih besar terhadap

kecemasan ( Hambly, 1995 ).

c) Pendidikan dan status ekonomi.

Tingkat pendidikan dan status ekonomi yang rendah pada

seseorang akan menycbabkan orang tersebut mudah mengalami

kecemasan. Tingkat pendidikan seseorang atau individu akan

berpengaruh terhadap kemampuan berfikir, semakin tinggi

tingkat pendidikan akan semakin mudah berfikir rasional dan

menangkap informasi baru termasuk dalam menguraikan

masalah yang baru ( Stuart & Sundeen, 1998 ).

d) Keadaan fisik

Seseorang yang mengalami gangguan fisik seperti cidera,

operasi akan mudah mengalami kelelahan fisik sehingga lebih

mudah mengalami kecemasan, di samping itu orang yang

mengalami kelelahan fisik lebih mudah mengalami kecemasan

( Oswari, 1999).
11

e) Tipe Kepribadian.

Orang yang berkepribadian A lebih mudah mengalami

gangguan akibat kecemasan daripada orang dengan kepribadian

B. Adapun ciri-ciri orang dengan kepribadian A adalah tidak

sabar, kompetitif, ambisius, ingin serba sempurna, merasa

diburu-buru waktu, mudah gelisah, tidak dapat tenang, mudah

tersinggung, otot-otot mudah tegang. Sedangkan orang dengan

tipe kepribadian B mempunyai ciri-ciri yang berlawanan

dengan tipe kepribadian A. Karena tipe kepribadian B adalah

orang yang penyabar, tenang, teliti, dan rutinitas ( Stuart &

Sundeen, 1998 ).

f) Lingkungan dan situasi

Seseorang yang berada di lingkungan asing ternyata lebih

mudah mengalami kecemasan dibanding bila dia berada di

lingkungan yang bisa dia tempati (Hambly, 1995 ).

g) Usia

Seseorang yang mempunyai usia lebih muda ternyata lebih

mudah mengalami gangguan akibat kecemasan daripada

seseorang yang lebih tua, tetapi ada juga yang berpendapat

sebaliknya (Varcoralis, 2000 ).

h) Jenis kelamin.

Gangguan panik merupakan suatu gangguan cemas yag

ditandai oleh kecemasan yang spontan dan episodik. Ganguan


12

ini lebih sering dialami wanita dari pada pria (Varcoralis,

2000).

Menurut Frued dalam Stuart & Sundeen (1998) Ada dua tipe kecemasan

yaitu

a. Kecemasan primer

Kejadian traumatik yang diawali saat bayi akibat adanya stimuli tiba-

tiba dan trauma pada saat persalinan, kemudian berlanjut dengan

kemungkinan tidak tercapainya rasa puas akibat kelaparan atau

kehausan. Penyebab kecemasan primer adalah ketegangan atau

dorongan yang diakibatkan oleh faktor internal.

b. Kecemasan subsekunder

Sejalan dengan peningkatan ego dan usia, Frued melihat ada jenis

kecemasan lain akibat konflik emosi diantara dua elemen kepribadian

yaitu id dan superego. Frued menjelaskan bila terjadi kecemasan maka

posisi egi sebagai pengembang id dan supergo berada pada kondisi

bahaya.

3. Tingkat Kecemasan

Cemas sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak

berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki obyek yang spesifik. Kondisi

dialami secara subyektif dan dikomunikasikan daam hubungan

interpersonal. Cemas berbeda dengan rasa takut, yang merupakan

penilaian intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya. Cemas adalah

respon emosional terhadap penilaian tersebut. Kapasitas untuk menjadi


13

cemas diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi tingkat cemas yang parah

tidak sejalan dengan kehidupan.

Menurut Stuart & Sundeen, (1998), ada empat tingkat kecemasan

yang dialami oleh individu yaitu ringan, sedang, berat dan panic.

a. Kecemasan ringan

Berhubungan dengan ketegangan yang dialami sehari-hari. Individu

masih waspada serta lapang persepsinya meluas, menajamkan indra.

Dapat memotivasi individu untuk belajar dan mampu memecahkan

masalah secara efektif dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.

b. Kecemasan sedang

Individu terfokus hanya pada pikiran yang menjadi perhatiannya,

terjadi penyempitan lapangan persepsi, masih dapat melakukan

sesuatu dengan arahan orang lain.

c. Kecemasan berat

Lapangan persepsi individu sangat sempit. Pusat perhatiannya pada

detail yang kecil ( spesifik ) dan tidak dapat berfikir tentang hal-hal

lain. Seluruh perilaku dimaksudkan untuk mengurangi kecemasan dan

perlu banyak perintah / arahan untuk terfokus pada area lain.

d. Panik

Individu kehilangan kendali diri dan detail perhatian hilang. Karena

hilangnya kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun

dengan perintah. Terjadi peningkatan motorik, berkurangnya

kemampuan berhubungan dengan orang lain, penyimpangan persepsi


14

dan hilangnya pikiran rasional, tidak mampu berfungsi secara efektif.

Biasanya disertai dengan disorganisasi kepribadian.

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

Gambar 1.1 Rentang Respon Cemas

Sumber : Stuart and Sundeen , 1998

4. Pengukuran Kecemasan

Untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan baik itu

kecemasan ringan, sedang, berat dan berat sekali atau panik digunakan alat

ukur kecemasan yang dikenal dengan Hamilton Rating Scale For Anxiety (

HRS-A). Alat ukur ini terdiri dari 14 kelompok gejala yang masing-

masing dirinci lagi dengan gejala-gejala yang lebih spesifik. Masing-

masing kelompok gejala-gejala yang lebih spesifik. Masing-masing

kelompok gejala diberi penilaian angka ( Score ) antara 0 4, yang artinya

adalah :

Nilai 0 = tidak ada gejala ( keluhan )

1 = gejala ringan

2 = gejala sedang

3 = gejala berat

4 = gejala berat sekali


15

Masing-masing nilai angka ( score ) dari ke 14 kelompok gejala tersebut

dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat

kecemasan seseorang, yaitu :

Total nilai ( score ) :

< 14 = tidak ada kecemasan

14 20 = kecemasan ringan

21 27 = kecemasan sedang

28 41 = kecemasan berat

42 56 = kecemasan berat sekali atau panic

5. Karakteristik Kecemasan

Keluhan dan gejala umum yang berkaitan dengan kecemasan

menurut Yaskita (2005) dapat berupa : gangguan mood, kesulitan tidur,

kelelahan, kehilangan motivasi dan minat, perasaan-perasaan yang tidak

nyata, sangat sensitif terhadap suara, berpikiran kosong, kikuk, canggung,

tidak dapat membuat keputusan, gelisah, secara umum kehilangan

kepercayaan diri, kecenderungan untuk melakukan segala sesuatu

berulang-ulang, keraguan dan ketakutan yang mengganggu, terus menerus

memeriksa segala sesuatu yang sudah dilakukan.

Kasus ansietas mempunyai gejala dan persoalan yang unik dan

pribadi dan setiap kasus akan menunjukkan perbedaan-perbedaan antar

pasien yang satu dengan yang lainnya. Pada umumnya efek dari ansietas

akan mempengaruhi fisik dan atau emosional dari masing-masing


16

gangguan fisik dan gangguan emosional tersebut (Iskandar, 1984)

meliputi:

a. Gangguan Fisik

1) Pusing atau sakit kepala

Gangguan fisik yang paling menonjol adalah sakit kepala atau

pusing. Sering gejala itu tidak ada dasar organiknya, pemeriksaan

mata, THT, pemeriksaan EEG atau nurologik, lainnya tidak ada

kelainan, sedangkan sakit kepala atau pusing sering terasa hebat.

2) Gangguan Tidur

Tidak semua pasien ansietas menderita insomnia. Keluhan

insomnia sendiri lebih banyak dikeluhkan oleh penderita depresi

dari pada ansietas. Penderita ansietas lebih banyak membawa

problem kehidupan ke tempat tidur, sehingga mereka sulit untuk

jatuh tertidur.

3) Gangguan Seksual

Penderita cemas sebenarnya tidak terganggu atau berkurang

libidonya. Ada beberapa pasien yang menderita kesulitan dalam

hubungan seksual. Tapi biasanya berupa sulit untuk

mempertahankan ereksi, atau sulit berkonsentrasi. Keluhan-

keluhan biasanya adalah ejakulasi prekoks.

4) Gangguan Makan

Pada umumnya penderita cemas tidak terganggu makannya,

kecuali penderita cemas dan depresi. Akan tetapi karena mereka


17

cukup sibuk dengan penyakitnya, nafsu makan menjadi berkurang.

Hal tersebut bertambah hebat lagi terutama pada pasien cemas,

panca indera (indera pengecap) kurang berfungsi atau kurang

perhatian.

5) Gangguan pada sistem kordiovaskuler

Kebanyakan pasien akan mengeluh berdebar-debar atau malahan

dapat mengembangkan diri menjadi nyeri di dada. beberapa pasien

malahan tekanan darahnya menjadi meningkat.

6) Gangguan pada sistem pencernaan

Yang paling sering adalah mengeluh nyeri ulu hati, dan sering

dikatakan sakit kantong nasi. Bila lebih lanjut dapat menyebabkan

ulkus peptikum. Disamping itu ada pula mengembangkan diri

menjadi kolitis ulserat.

b. Gangguan emosional

1) Gangguan konsentrasi atau penampilan

Yang paling sering dirasakan atau dikeluhkan adalah merasa

konsentrasi berkurang atau penampilan berkurang. Sering pula

gangguan ini dikeluhkan sebagai sering gugup bila mendapat

tugas. Dalam keadaan normal kita melihat bila tiba-tiba kita

diharuskan bicara dalam umum, maka semua hal yang ada diotak

kita rasanya menjadi hilang . Inipun sering terjadi pada mahasiswa

yang mengikuti ujian, walaupun sudah cukup belajar, akan tetapi

karena cemas tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan ujian.


18

2) Sering marah-marah

Sering penderita ansiestas marah-marah, oleh sebab yang ringan.

Dia cepat tersinggung. Orang awam sering menyebutnya darah

tinggi sebenarnya ada benarnya. Karena penderita ansiestas sering

menderita darah tinggi, jadi ada hubungan korelasi, walaupun

sebenarnya penyebab utama adalah ansiestasnya.

3) Sering merasa tegang

Penderita ansiestas sering merasa tegang. Dia tidak bisa santai atau

beristirahat. Ketegangan ini sering dibarengi oleh ketakutan, dan

mudah terkejut. Bila ketegangan ini memuncak maka terlihat

tangan gemetar (termor) suara berubah dan marasa gelisah serta

was-was. Pada akhirnya pasien akan merasa lesu bila ketegangan

telah berlangsung lama.

4) Sering merasa takut

Penderita kecemasan dapat mengembangkan diri untuk menjadi

takut. Sebaliknya orang-orang yang takut akan bisa pula menjadi

cemas. Ketakutan bisa spesifik (khusus), misal ketakutan pada

gelap, binatang tertentu dan lain sebagainya. Pada orang-orang

tertentu pada keadaan.

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan pada ibu hamil

Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan pada ibu

hamil:
19

a. Usia

Pada primigravida dengan usia di bawah 20 th kesiapan mental masih

sangat kurang, sehingga dalam menghadapi kelahiran mental masih

sangat kurang. Sehingga dalam menghadapi kelahiran pun belum

mantap. Primigravida dengan usia diatas 35 th meskipun secara fisik

resiko terjadi komplikasi lebih besar, tetapi secara mental mereka lebih

siap. Penundaan kehamilan ini biasanya disebabkan faktor karir

mereka sudah tahu adanya alat pendeteksi dan pengobatan yang bisa

dimanfaatkan juga diperlukan. (www. Spindlebub.com)

b. Tingkat pendidikan

Pendidikan dan pengetahuan ibu dapat mempengaruhi kecemasan

karena kurangnya informasi tentang persalinan baik dari orang

terdekat, keluarga ataupun dari berbagai media seperti majalah dan lain

sebagainya.

c. Penghasilan

Pendapatan yang diperoleh tiap bulan, hasil dari jeri payah yang

dilakukan selama satu bulan penuh.

d. Pekerjaan

Kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus guna memenuhi

kebutuhan sehari-hari, baik kebutuhan primer maupun kebutuhan

sekunder.

e. Dampingan orang terdekat (suami)

Suami atau orang terdekat dapat memberikan dorongan fisik dan moral
20

bagi ibu yang melahirkan, sehingga ibu akan merasa lebih tentram

(Ferrer helen,1999)

Penelitian Isyah (2002), tentang dampingan suami dalam

menanggulangi kecemasan istri pada trimester ketiga menunjukkan

bahwa dampingan suami yang diberikan pada calon ibu merasa tenang

dan memiliki mental yang kuat untuk menghadapi persalinan.

Dampingan sosial terutama suami memberikan dampingan informasi

sangat berpengaruh pada persepsi istri terhadap proses persalinan

khususnya pada ibu hamil primigravida.

B. Kehamilan pertama

Hamil adalah suatu peristiwa dimana mulainya konsepsi atau

pembuahan dan berakhir dengan permulaan persalinan (FK Unpad, 2005)

Sedangkan kehamilan pertama yaitu ibu yang hamil untuk pertama

kalinya. Masa kehamilan adalah masa dari adanya pembuahan (konsepsi)

sampai lahirnya seorang bayi. Kehamilan yang normal berlangsung selama

280 hari atau 40 mg atau 10 bulan, dengan catatan 1 bulan terdiri dari 4

minggu (Saidun, 2001)

Kalangan medis menghitung masa kehamilan sejak menstruasi

terakhir, bukan sejak terjadi pembuahan, sebab yang biasa diketahui pasti

adalah hari haid terakhir. Kehamilan terjadi bila pada ovulasi diadakan

persetubuhan sehingga sel telur dan sel mani (sperma) bertemu.


21

Bobak, jensen, lowdermilk, (2004). Menyatakan kehamilan merupakan

suatu krisis maturitas yang dapat menimbulkan strees. Tetapi berharga karena

wanita tersebut menyiapkan diri untuk memberi perawatan dan mengemban

tanggung jawab yang lebih besar.

C. Persalinan (Partus)

1. Pengertian Persalinan (Partus)

Partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat

hidup dari dalam uterus melalu vagina ke dunia luar Partus Immatarus

kurang dari 28 minggu lebih dari 20 minggu dengan berat janin antara

1000-500 gram. (Sarwono Prawirohardjo, 2007 : 180)

Partus prematarus adalah suatu dari hasil konsepsi yang dapat

hidup tetrapi belum a term (cukup bulan). Berat janin antara 1000 sampai

2500 gram atau tua kehamilan antara 28 minggu sampai 36 minggu. Partus

postmaturus atau serotinus adalah partus yang terjadi 2 minggu atau lebih

dari waktu partus yang diperkirakan.

Persalinan (partus) merupakan proses fisiologik dimana uterus

mengeluarkan atau berupaya mengeluarkan janin dan plasenta setelah

masa kehamilan 20 minggu atau lebih. Persalinan dibagi menjadi tiga kala

: (Ben-zion Taber, 1994 : 250)

a. Kala satu persalinan menyatakan periode mulainya persalinan sampai

dilantasi lengkap versiks. Kala satu dibagi lagi menjadi dua fase yaitu

laten dan aktif.


22

1) Fase laten diawali dengan mulai timbulnya kontraksi uterus yang

teratur, yang menghasilkan perubahan pada serviks, dan meluas

sampai permulaan fase aktif persalinan (biuasanya dilantasi serviks

3-4 cm). Pada nulipara fase laten biasanya kurang dari 20 jam,

pada multipara biasanya kurang dari 14 jam.

2) Fase dilatasi aktif ditandai dengan dilatasi serviks yang terus

menerus sampai serviks terdilatasi penuh. Pada nulipara kecepatas

dilatasi serviks biasanya meningkat sampai 1,2 Cm setiap jam,

pada multipara biasanya 1,5 cm setiap jam.

b. Kala dua persalinan menyatakan periode dari dilatasi serviks lengkap

sampai kelahiran janin

c. Kala tiga persalinan menyatakan periode dari kelahiran janin sampai

ekspulsi atau ekstraksi plasenta dan selaput amnion.

Menurut Sarwono Prawirohardjo (2007 : 181) partus dibagi menjadi 4 kala

yaitu ebagai berikut :

a. Kala I serviks membuka sampai terjadi pembukaan 10 cm, kala I

dinamakan pula kala pembukaan. Kala I selesai apabila pemukaan

serviks uteri telah lengkap.

b. Kala II disebut pula kala pengeluaran, oleh karena kekuatan his dan

kekuatan mengedan janin didorong ke luar sampai lahir.

c. Kala III atau kala uri plasenta terlepas dari dinding uterus dan

dilahirkan

d. Kala IV mulai dari lahirnya palsenta dan lamanya 1 jam


23

2. Sebab-sebab mulainya persalinan

Sebab terjadinya partus sampai kini merupakan teori-teori

kompleks. Factor-faktor humoral, pengaruh prostaglandin, struktur uterus,

sirkulasi uterus, pengaruh saraf dan nutrisi disebut sebagai faktor-faktor

yang mengakibatkan partus mulai. Perubahan-perubahan dalam biokimia

dan biofisika telah banyak mengungkapkan mulai dan berlangusngnya

partus, antara lain penurunan kadar hormon estrogen dan progesterone.

Seperti diketahui progesterone merupakan penenang bagi otot-otot uterus.

Menurunya kadar kedua hormon ini terjadi kira-kira 1-2 minggu sebelum

partus dimulai. Kadar prostaglandin dalam kehamilan dari minggu ke 15

hingg a term meningkat, lebih-lebih sewaktu partus.

Seperti telah dikemukakan plasenta dibagi menjadi dua dengan

tuannya kehamilan. Villi korales mengalami perubahan-perubahan,

sehingga kadar strogen dan progesterone menurun.

Keadaan uterus yang terus membesar dan menjadi tegang

mengakibatkan iskemia otot-otot uterus. Hal ini mungkin merupakan

faktor yang dapat menganggu sirkulasi uteruspalsenter sehingga plasenta

mengalami degenarsi. Menurut Sarwono Prawirohardjo, (2007 : 182),

Persalinan dapat pula dimulai (induction of labor) misalnya :

a. Merangsang pleksus Frankenhauser dengan memasukkan beberapa

gagang laminaria dalam kanalis servikalis.

b. Pemecahan ketuban
24

c. Penyuntikan oksitosin (sebaiknmya dengan jalan infus intravena),

pemakaian prostaglandin dan sebagainya.

Dalam hal mengadakan induksi persalinan perlu dip[erhatikan

bahwa serviks sudah matang (serviks sudah pendek dan lembek) dan

kanalis servikalis terbuka untuk satu jari. Untuk menilai serviks dapat juga

dipakai skor bishop yaitu bila nilai bishop lebih dari 8, induksi persalinan

kemungkinan akan berhasil.

D. Kerangka teori

Berdasarkan tinjauan pustaka di atas maka peneliti membuat kerangka

teori sebagai berikut :

Faktor-faktor yang
mempengaruhi kecemasan
- Usia Menghadapi Tingkat Proses
- Tingkat pendidikan persiapan Kecemasan persalinan
- Pekerjaan persalinan Ibu hamil lama
- Penghasilan
- Pendampingan orang
terdekat
Sumber
Informasi

Gambar 2.1 Kerangka teori


Sumber : Stuart & Sundeen (1998)
25

E. Kerangka konsep

Kerangka konsep penelitiannya sebagai berikut :

Variabel independen

Faktor-faktor yang mempengaruhi Variabel dependen


kecemasan
- Usia Tingkat kecemasan Ibu
- Tingkat pendidikan
- Pekerjaan hamil pertama Trimester
- Penghasilan III dalam menghadapi
- Pendampingan orang terdekat
persiapan persalinan

Gambar 3.1 Kerangka konsep penelitian

F. Variabel penelitian

Variabel-variabel yang diteliti meliputi :

a. Variabel Independent (bebas)

Merupakan suatu variabel yang menjadi sebab atau timbulnya

variabel dependent/terikat, atau variabel yang nilainya menentukan

variabel lain (Alimul, 2003). Variabel Independent dalam penilitian ini

adalah meliputi usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, penghasilan, dan

pendampingan orang terdekat.

b. Variabel Dependent (terikat)

Merupakan variabel yang dipengaruhi atau akibat variabel

independent/bebas (Alimul, 2003). Variabel dalam penelitian ini adalah

tingkat kecemasan ibu hamil pertama Trimester ke-III dalam menghadapi

persiapan persalinan.
26

G. Hipotesa

1. Ada hubungan antara faktor usia responden dengan tingkat kecemasan ibu

hamil pertama Trimester ke-III dalam menghadapi persiapan persalinan.

2. Ada hubungan antara faktor tingkat pendidikan dengan tingkat kecemasan

ibu hamil pertama Trimester ke-III dalam menghadapi persiapan

persalinan.

3. Ada hubungan antara faktor pekerjaan responden dengan tingkat

kecemasan ibu hamil pertama Trimester ke-III dalam menghadapi

persiapan persalinan.

4. Ada hubungan antara faktor penghasilan dengan tingkat kecemasan ibu

hamil pertama Trimester ke-III dalam menghadapi persiapan persalinan.

5. Ada hubungan antara faktor keadaan fisik dengan tingkat kecemasan ibu

hamil pertama Trimester ke-III dalam menghadapi persiapan persalinan.

6. Ada hubungan antara faktor pendampingan orang terdekat dengan tingkat

kecemasan ibu hamil pertama Trimester ke-III dalam menghadapi

persiapan persalinan.

Anda mungkin juga menyukai