Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA

PADA PASIEN DENGAN “KECEMASAN”

A. Definisi
Kecemasan adalahperasaan takut yang tidak jelas dan tidak di dukung oleh
situasi. Gangguan kecemasan adalah sekelompokkondisi yang member gambaran
penting tentang ansietas yang berlebihanyang disertai respon perilaku, emosional
dan fisiologis individu yang mengalami gangguan ansietas.(Videback, 2008).
Kecemasan adalah suatu perasaan tidak santai yang samar-samar karena
ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai respon (penyebab tidak spesifik atau
tidak diketahui oleh individu). Perasaan takut dan tidak menentu sebagai sinyal yang
menyadarkan bahwa peringatan tentang bahaya akan datang memperkuat individu
mengambil tindakan menghadapi ancaman.
Kejadian dalam hidup seperti menghadapi tuntutan, persaingan, serta
bencana dapat membawa dampak terhadap kesehatan fisik dan psikologis. Salah
satu contoh dampak psikologis adalah timbulnya kecemasan atau ansietas. (AH.
Yusuf,2015)
B. Penyebab
Menurut (Savitri Ramaiah, 2003: 11) ada beberapa faktor ynag menunjukkan
reaksi kecemasan, diantaranya yaitu:
1. Lingkungan atau sekitar tempat tinngal mempengaruhi cara berpikir individu
tentang diri sendiri maupun orang lain. Hal ini di sebabkan karena adanya
pengalaman yang tidak menyenangkan pada individu dengan keluarga, sahabat,
ataupun rekan kerja. Sehingga individu tersebut merasa tidak aman terhadap
lingkungannya.
2. Emosi yang ditekan, kecemasan bisa terjadi jika individu tidak mampu
menemukan jalan keluar untuk perasaannya sendiri dalam hubungan personal
ini, terutama jika dirinya menekan rasa marah atau frustasi dalam jangka waktu
yang sangat lam.
3. Pikiran dan tubuh senantiasa saling berinteraksi dan dapat menyebabkan
timbulnya kecemasan.
Memnurut (Zakiah Daradjat dan Kholi Lur Romchman, 2010: 167)
mengemukakan beberapa penyebab dari kecemasan yaitu:
1. Rasa cemas yang timbul akibat melihat adanya bahaya yang mengancam dirinya.
Kecemasan ini lebih dekat dengan rasa takut, karena sumbernya terlihat jelas
didaam pikiran.
2. Cemas karena merasa berdosa atau bersalah, karena melakukan hal-hal yang
berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani.
3. Kecemasan yang berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa bentuk.
Kecemasan ini disebabkan oleh hal yang tidak jelas dan tidak berhubungan
dengan apapun yang terkadang disertai dengan perasaan takut yang
mempengaruhi kesehatan kepribadian penderitanya.
Menurut (Stuart dan Sundeen, 1998: 177)Beberapa teori penyebab kecemasan pada
individu antara lain:
1. Teori psikoanalatik
Terjadi karna adanya konflik yang terjadi antara emosinal elemen
kepribadian , yaitu id dan super ego. Id mewakili insting, super ego mewakili hati
nurani, sedangkan ego berperan menengahi konflik yang terjadi antara dua
elemen yang bertentangan. Timbulnya kecemasn merupakan upaya peningkatan
ego dan bahaya.
2. Teori interpersonal
Kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap adanaya penolakan dan
tidaka adanya penerimaan interpersonal.
3. Teori perilaku (Bevarior)
Kecemasan merupakan prodk frustasi yaiti segala sesuatu yang
mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan.
4. Teori prespektif
keluarga Kajian keluaraga menunjukkan pola interaksi yang terjadi dalam
keluarga. Kecemasan enunjukkan adanya pola interaksi yang maladaptive dalam
system keluarga.
5. Teori perspektif biologis
Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor
khususnya yang Mengatur kecamasan (Stuart dan Sundeen, 1998: 177).
C. Jenis-jenis kecemasan
Kecemasan merupakan suatu perubahan suasana hati, perubahan didalam
dirinya sendiri yang timbul dari dalam tanpa adanya rangsanagan dari luar. Membagi
kecemasan menjadi tiga jenis kecemasan yaitu:
1. Kecemasan rasional merupakan suatu ketakuatan akiabat adanya objek yang
memang mengancam, misalnya ketika menunggu hasil ujian. Ketakuatan ini
dianggap sebagai suatu unsure poko normal dari mekanisme pertahanan dasar
kiat.
2. Kecemasan irrasional yang bebrati bahawa mereka mengalami emeosi ini
dibawah kedalam keadaan spesifik yang biasanya tidak dipandang mengancam.
3. Kecemasan fundamentalmmerupakan suatu pertanyaan tentang siapa dirinya,
untuk apa hidupnya, dan akan kemanakah kelak hidupnya berlanjut. Kecemasan
ini di sebut sebagi kecemasan eksistensial yang mempunyai peran funda mental
bagi kehidupan manusia (Mustamir Pedak, 2009:30).
D. Rentang respon
Rentang respon individu terhadap cemas berflutuasi antara respon adaptif
dan maladaptif. Rentang respon yang paling adaptif adalah antisispasi dimana
individu siap siaga untuk beradaptasi dengan cemas yang mungkin muncul.
Sedangkan rentang yang paling maladaptive adalah panic dimana individu sudah
tidak mampu lagi berespon terhadap cemas yang dihadapi sehingga mengalami
gangguan fisisk, perilaku maupun kognitif.
Respons adaptif
Antisipasi- Ringan- Sedang- Berat- Panik

E. Proses terjadinya masalah


1. Faktor predisposisi
Strepredisposisi adalahsemua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan. Ketegangan dalam kehidupan tersebut
dapat berupa:
a. Peristiwa trumatik yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan
dengan Krisis yang di alami individu baik krisis perkembangan atau situasiona.
b. Konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan baik,
Id dan super ego atau antar.
c. Konsep diri tergangggu akan menimbulkanketidakmampuanindividu berpikir
secara realitas sehinga akan menimbulkan kecemasan.
d. Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untukmengambil
keputusan yang berdampak terhadap ego.
e. Gangguan fisik akan menimbulkankecemasan karenamerupakan ancaman
terhadap integritas fisik yang dapatmempengaruhi konsep diri individu.
f. Pola mekanisme keluarga atau pola keluarga menangani stress akan
mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflikyang di alami
karena polamekanisme koping individubbanyak di pelajaridalam keluarga.
g. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respons
individu dalam berespons terhadap konflik dan mengatasi kecemasannya
(Eko prabowo, 2014).
2. Faktor prespitasi
Faktor prespitasi adalah semua ketgangan dalam kehidupan yang dapat
mencetuskan timbulnya kecemasan. Stressor prespitasi kecemasan di
kelompokkan menjadi du abagian, yaitu:
a. Ancaman terhadap integritas kulitketegangan yang mengancam integritas
fisik yang meliputi:
 Sumber internal meliputi kegagalan mekanisme fisisologis sistem imun,
regulasi suhu tubuh, perubhan biologis normal.
 Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri,
polusi lingkunag, kecelakaan, kekuranagan nutrisi, tidak adekuatnya
tempat tinggal.
b. Anacaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal
 Sumber internal kesulitan dalam berhubungan interpersonal dirumah
tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman
terhadap integritas fisisk juga dapat mengancam harga diri.
 Sumber eksternalorang yang dicinta berperan, perubahan status
pekerjaan tekanan kelompok social (Eko prabowo, 2014).
F. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala kecemasan yang di tunjukkan atau di temukan oleh seseorang
bervariasi tergantung dari beratnya atatu tingkatan yang dirasakan oleh individu
tersebut (Hawari, 2004). Keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang saat
mengalami kecemasan secara umum (Hawari, 2004), antara lain adaalh sebagai
berikut:
1. Cemas, kawatir, firasat buruk, takut akan pikirannyasendiri, mudah tersinggung,
2. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.
3. Takutsendiriaan, takut pada keramaian, dan banyak orang.
4. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan.
5. Gangguan kosentrasi daya ingat.
6. Gejala somatikrasa sakit pada oto dan tulang, berdebar-debar, sesak nafas,
7. Gangguan pencernaan, sakit kepala, gangguan perkemihan, tangan terasa dngin
dan lembab, dan lain sebagainya (Eko prabowo, 2014:
G. Akibat
Dapat berasal dari sumber internal dan eksternal dapat diklasifikasikan dalam
dua jenis.
1. Ancaman terhadap integitas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis yang
akan terjadi atau menurunkan kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup sehari-
hari. Pada ancaman ini stressor yang berasal dari sumber eksternal adalah faktor-
Faktor-faktor yang dapat menyebabakan gangguan fisik (misal: infeksi virus dan
polusi udara). Sedangkan yang enjadi sumber internalanya adalah kegagalan
mekanisme fisisologi tubuh (misalnya: sitem jantung , sistem imun pengaturan
suhu dan perubahan fisologis selama kehamilan).
2. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan indetitas, harga
diri dan fungsi social yang teringretisasi seseorang. Ancaman yang berasal dari
sumber internal berupa gangguan hubungan interpersonal di rumah tempat
kerja atau menerima pesan baru (Eko prabowo, 2014).
H. Mekanisme koping
Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme koping yaitu
sebagai berikut.
1. Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari dan berorientasi
pada tindakan untuk memenuhi secara realistik tuntutan situasi stres, misalnya
perilaku menyerang untuk mengubah atau mengatasi hambatan pemnuhan
kebutuhan. Menarik diri untuk memindahkan darisumber stres. Kompromi untuk
mengganti tujuan atau mengorbankan kebutuhan personal.
2. Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang,
tetapi berlangsung tidak sadar, melibatkan penipuan diri, distorsi, dan bersifat
meladaptif. (AH.yusuf,2015).
I. Penatalaksanaan
Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan asietas pada tahap pencegahan dan
terapi memrlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencakup
fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius. Selengkapnya
seperti pada uraian berikut.
1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengancara:
a. Makan makan yang bergizi dan seimbang.
b. Tidur yang cukup.
c. Cukup olahraga.
d. Tidak merokok.
e. Tidak meminum minuman keras.
f. Terapi psikolofarmaka .
2. Terapi psikofarmaka
Merupakan pengobatan untuk cemas dengan memaki obat obtan yang
berhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-transmitter (sinyal penghanatr
saraf). Disusunan saraf pusat otak (limbic system). Terapi psikofarmaka yang
serig di pakai adalah obat anticemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam,
klobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCL, meprobramate dan
alprazolam.
3. Terapi somatic.
Gejala atau keluhan fisik (somatic) sering dijumpai sebagai gejala ikutan
atau akibat dari kecemasan yang berkepanjangan. Untuk menghilangkan
keluhan-keluhan somatic (fisik) itu dapat diberikan obat-oabatn yang ditujukan
pada organ pada tubuh yang bersangkutan.
4. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antar lain:
a. Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan dorongan
agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberika
keyakinan serta percaya diri.
b. Psikoterapi reedukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi diri bila
diulang bahwa ketdak mampuan mengatasi kecemasan.
c. Psikoterapi rekontruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali
(rekontruksi) kepribadian yang teah menglami goncangan akibat stresor.
d. Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu
kemampuan untuk berfikir secara rasonal, konsentrasi dan daya ingkat.
e. Psikoterapi psikodinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses
dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak mampu
menghadapi stresor psikososial sehingga mengalami kecemasan.
f. Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar
faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor krluarga dapat
dijadikan sebagai faktor pendukung.
5. Terapi psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubunganya dengan
ekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang
merupakan stresor psikososial.
J. Pohon masalah
K. Diagnose keperawatan
 Keruskan interaksi sosial berhubungan dengan cemas.
 Gangguan alam perasaan: cemas berhubungan dengan koping individu inefektif
L. Rencana asuhan keperawatan
Tujuan
Tujuan umum : cemas berkurang atau hilang
Tujuan khusus :
1. TUK 1
Pasien dapat menjalin hubungan saling percaya
Intervensi :
1) Jadilah pendengar yang hangat dan responsi.
2) Beri waktu yang cukup pada pasien untuk berespon.
3) Beri dukungan pada pasien untuk berekspresikan perasaanya.
4) Identifikasi pola perilaku pasien atau pendekatan yang dapat menimbulkan
erasaan negatif.
5) Bersama pasien mengenali perilaku dan respon sehingga cepat belajar dan
berkembang.
2. TUK 2
Pasien dapat mengenali ansietasnya
Intervensi :
a. Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaanya.
b. Hubungkan perilaku dan perasaanya.
c. Validasi kesimpulan dan asumsi terhadap pasien.
d. Gunakan pertanyaan terbuka untuk mengalihkan dari topik yang mengancam
ke hal yang berkaitan dengan konflik.
e. Gunakan konsultasi untuk membantu pasien mengungkapkan perasaanya.
3. TUK 3
Pasien dapat memperluas kesadaranya terhadap perkembangan ansietas.
Intervensi :
a. Bantu pasien menjelaskan situasi dan interaksi yang dapat segera
menimbulkan ansietas.
b. Bersama pasien meninjau kembali penilaian pasien terhadap stressor yang
dirasakan mengancam dan menimbulkan konflik.
c. Kaitkan pengalaman yang baru terjadi dengan pengalaman masa lalu yang
relevan.
4. TUK 4
Pasien dapat menggunakan mekanisme koping yang adaptif.
Intervensi :
a. Gali cara pasien mengurangi ansietas dimasa lalu.
b. Tunjukan akibat maladaptif dan destruktif dari respon koping yang digunakan
c. Dorong pasien untuk menggunakan respon koping adaptif yang dimilikinya.
d. Bantu pasien untuk menyusun kembali tujuan hidup, memodifikasi tujuan,
menggunakan sumber dan menggunakan ansietas sedang.
e. Latih pasien dengan menggunakan ansietas sedang.
f. Beri aktifitas fisik untuk menyalurkan energinya.
g. Libatkan pihak yang berkepentingan sebagai sumber dan dukungan sosial
dalam membantu pasien menggunakan koping adaptif yang baru.
5. TUK 5
Pasien dapat menggunakan tekhnik relaksasi.
Intervensi :
a. Ajarkan pasien teknik relaksasi untuk meningkatkan kontrol dan rasa percaya
diri.
b. Dorong pasien untuk menggunakan relaksasi dalam menurunkan tingkat
ansietas.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP) dengan MASALAH


KECEMASAN
Pertemuan pertama

1. Proses Keperawatan
a. Kondisi Pasien
1) Pasien melamun
2) Pasien sering mondar-mandir
3) Menanyakan hal-hal yang tidak pentig.
4) Pasien merasa curiga.
b. Diagnosa Keperawatan
Resiko halusinasi, perilaku kekerasan, mencederai diri, orang lain dan
lingkungan berhubungan dengan ansietas sedang.
c. Tujuan Khusus
TUK2 : Klien mampu mengenal ansietasnya
TUK4 : klien dapat menggunakan mekanisne koping yang adaptif
TUK5 : Klien dapat menggunakan teknik relaksasi
d. Tindakan Keperawatan
1) Pasien dapat membina hubungan saling percaya.
2) Tindakan keperawatan :
a) Sapa pasien dengan nama baik verbal dan non verbal.
b) Perkenalkan diri dengan sopan.
c) Tanya nama lengkap pasien dan nama panggilan yang disukai
d) Jelaskan tujuan pertemuan.
e) Jujur dan menepati janji.
f) Tunjukkan sikap empati dan menerima keadaan.
g) Berikan perhatian kepada pasien dan perhatikan kebutuhan dasar
3) Pasien dapat menyebutkan minimal satu penyebab ketidakkooperatifan
dalam meminum obat
Tindakan keperawatan :
a) Tanyakan pada pasien tentang:
 Orang yang tinggal serumah/teman sekamar pasien
 Orang terdekat pasien dirumah/diruang perawatan
b) Diskusikan dengan keluarga tentang :
 Cara merawat pasien dirumah
 Tindakan tindak lanjut dan pengobatan yang teratur
 Lingkungan yang tepat untuk pasien
 Obat pasien (nama obat, dosis, frekuensi, efek samping, akibat
penghentian Obat)
 Kondisi pasien yang memerlukan konsultasi segera.
2. Strategi Komunikasi Pelaksaanaan Tindakan Keperawatan
a. Orientasi
1) Salam Terapiutik
“Hallo,pak. Perkenalkan saya perawat S, saya perawat yang dinas pada
pagi ini mulai pukul 07.00-14.00. Ini dengan bapak siapa? Lebih senang
dipanggil siapa Pak?”
2) Evaluasi
“Apa yang bapak rasakan saait ini? “
“Bagaimana keadaan bapak saat ini?”
3) Kontrak
a) Topik : Membahas tentang perihal yang membuat klien cemas
b) Tempat : Ruang tengah di depan televisi
c) Waktu : pukul 09.00-09.20 (20 menit)
b. Kerja
“bapak mengatakan kalau merasa khawatir dengan penyakit bapak, sudah
beberapa hari mengalami gelisah, dan sulit tidur. Coba bapak ceritakan lebih
lanjut tentang perasaan bapak, kenapa bapak meraskan hal tersebut, apa
yang bapak pikirkan? Oh, jadi bapak takut kalau penyakit bapak tak kunjung
sembuh? Bagaimana kalau kita coba megatasi kecemasan bapak dengan
relaksasi dengan cara tarik napas dalam. Ini merupakan salah satu cara untuk
mengurangi kecemasan yang bapak rasakan.”
“Bagaimana kalau kita latihan sekarang. Saya akan lakukan, dan bapak
memperhatikan saya, lalu mengkuti yang sudah saya ajarkan. Kita mulai ya
pak? Pertama-tama bapak tarik napas dalam perlahan-lahan, setelah itu
tahan napas. Dalam hitungan ketiga setelah itu baoak hempaskan udara
melalui mulut dengan meniup udara secara perlahan-lahan. Sekarang coba
bapak praktikan.”
c. Terminasi
1) Evaluasi Subyektif
“Nah, sekarang bagaimana perasaan bapak? Apakah perasaan cemasnya
sudah berkurang pak? Apakah sudah merasa lebih baik sekarang?”
2) Evaluasi Objektif
“Sekarang coba bapak lakukan lagi tahapan-tahapan melakukan
relakasasi yang seperti saya contohkan tadi ya?
3) Kontrak
“Baiklah. Bagaimana kalau kita lanjutkan percakapan kita besok pagi lagi
pukul 9 pagi seperti saat ini di serambi depan?
4) Rencana Tindakan Lanjutan
“Selanjutnya bapak harus mengingat-ingat apa yang sudah saya ajarkan
ya?”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
Pertemuan ke 2

1. Proses Keperawatan
a. Kondisi Pasien
1) Pasien melamun.
2) Pasien sering mondar-mandir.
3) Enanyakan hal-hal yang tidak pentig.
4) Pasien merasa curiga
b. Diagnosa Keperawatan
Resiko halusinasi, perilaku kekerasan, mencederai diri, orang lain dan
lingkungan berhubungan dengan ansietas sedang.
c. Tujuan Khusus
TUK2 : Klien mampu mengenal ansietasnya
TUK4 : klien dapat menggunakan mekanisne koping yang adaptif
TUK5 : Klien dapat menggunakan teknik relaksasi
d. Tindakan Keperawatan
1) Pasien dapat membina hubungan saling percaya tindakan keperawatan :
a) Sapa pasien dengan nama baik verbal dan non verbal
b) Perkenalkan diri dengan sopan
c) Tanya nama lengkap pasien dan nama panggilan yang disukai
d) Jelaskan tujuan pertemuan
e) Jujur dan menepati janji
f) Tunjukkan sikap empati dan menerima keadaan
g) Berikan perhatian kepada pasien dan perhatikan kebutuhan dasar
h) Pasien dapat menyebutkan minimal satu penyebab ketidak
kooperatifan dalam meminum obat.
Tindakan keperawatan :
a) Tanyakan pada pasien tentang
b) Orang yang tinggal serumah/teman sekamar pasien
c) Orang terdekat pasien dirumah/diruang perawatan
Diskusikan dengan keluarga tentang :
a) Cara merawat pasien dirumah
b) Tindakan tindak lanjut dan pengobatan yang teratur
c) Lingkungan yang tepat untuk pasien
d) Obat pasien (nama obat, dosis, frekuensi, efek samping, akibat
penghentian obat).
e) Kondisi pasien yang memerlukan konsultasi segera.
2. Strategi Komunikasi Pelaksaanaan Tindakan Keperawatan
a. Orientasi
1) Salam Terapiutik
“Hallo,pak. Perkenalkan saya perawat S, saya perawat yang dinas pada
pagi ini mulai pukul 07.00-14.00. Ini dengan bapak siapa? Lebih senang
dipanggil siapa pak?”
2) Evaluasi
“Apa yang bapak rasakan saait ini? “
“Bagaimana keadaan bapak saat ini?”
3) Kontrak
a) Topik : Membahas tentang perihal yang membuat klien cemas
b) Tempat : Di Serambi Depan
c) Waktu : pukul 09.00-09.20 (20 menit)
b. Kerja
“Bapak kemarin mengatakan kalau merasa khawatir dengan penyakit bapak,
sudah beberapa hari mengalami gelisah dan sulit tidur. Apkah bapak masih
merasa gelisah saat ini? Baiklah kalau bapak masih merasa gelisah. Kemarin
kita sudah mempelajari teknik napas dalam, apakah bapak sudah
melakukanya lagi? Kalau begitu kali ini kita akan mempelajari teknik relaksasi
otot. Ikuti instruksi saya ya pak.
1) Kepalkan dengan kencang sesaat telapak tangan anda seolah-olah hendak
meninju untuk mengencangkan otot bisep dan lengan bawah, dan rileks.
2) Kerutkan semua otot-otot diwajah anda, mulai dari dahi, mata,
hidung,mulut, sampai leher dan bahu sekitar 4 hitungan dan rasakan
ketegangan itu lalu tarik nafas panjang dan perlahan-lahan hepaskan
nafas anda dan sambil kedurkan mulai dari dahi, mata, hidung, mulut.
Leher, hidung.
3) Luruskan kaki anda lalu tegangkan rasakan tegang mulai dari jari kaki,
lutut, betis, paha, pantat, rasakan ketegangan beberapa saat, lalu kembali
tarik napas dalam sambil menghempaskan nafas secara perlahan.
c. Terminasi
1) Evaluasi Subyektif
“Nah, sekarang bagaimana perasaan bapak? Apakah perasaan cemasnya
sudah berkurang pak? Apakah sudah merasa lebih baik sekarang?”
2) Evaluasi Objektif
“Sekarang coba bapak lakukan lagi tahapan-tahapan melakukan
relakasasi yang seperti saya contohkan tadi ya?”
3) Kontrak
“Baiklah. Bagaimana kalau kita lanjutkan percakapan kita besok pagi lagi
pukul 9 pagi seperti saat ini di ruang dwpan televisi?
4) encana Tindak Lanjut
Anjurkan klien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)


Pertemuan ke 3
1. Proses Keperawatan
a. Kondisi Pasien
1) Pasien melamun,
2) Pasien sering mondar-mandir,
3) Menanyakan hal-hal yang tidak pentig,
4) Pasien merasa curiga
b. Diagnosa Keperawatan
Resiko halusinasi, perilaku kekerasan, mencederai diri, orang lain dan
lingkungan berhubungan dengan ansietas sedang.
c. Tujuan Khusus
TUK2 : Klien mampu mengenal ansietasnya
TUK4 : klien dapat menggunakan mekanisne koping yang adaptif
TUK5 : Klien dapat menggunakan teknik relaksasi
d. Tindakan Keperawatan
1) Pasien dapat membina hubungan saling percaya tindakan keperawatan:
a) Sapa pasien dengan nama baik verbal dan non verbal
b) Perkenalkan diri dengan sopan
c) Tanya nama lengkap pasien dan nama panggilan yang disukai
d) Jelaskan tujuan pertemuan
e) Jujur dan menepati janji
f) Tunjukkan sikap empati dan menerima keadaan
g) Berikan perhatian kepada pasien dan perhatikan kebutuhan dasar
2) Pasien dapat menyebutkan minimal satu penyebab ketidakkooperatifan
dalam meminum obat
Tindakan keperawatan :
a) Tanyakan pada pasien tentang
 Orang yang tinggal serumah/teman sekamar pasien
 Orang terdekat pasien dirumah/diruang perawatan
 Diskusikan dengan keluarga tentang:
 Cara merawat pasien dirumah
 Tindakan tindak lanjut dan pengobatan yang teratur
 Lingkungan yang tepat untuk pasien
 Obat pasien (nama obat, dosis, frekuensi, efek samping, akibat
penghentian obat)
 Kondisi pasien yang memerlukan konsultasi segera.
2. Strategi Komunikasi Pelaksaanaan Tindakan Keperawatan
a. Orientasi
1) Salam Terapiutik
“Hallo,pak. Perkenalkan saya perawat S, saya perawat yang dinas pada
pagi ini mulai pukul 07.00-14.00. Ini dengan bapak siapa? Lebih senang
dipanggil siapa pak?”
2) Evaluasi
“Apa yang bapak rasakan saait ini? “
“Bagaimana keadaan bapak saat ini?”
3) Kontrak
a) Topik : Membahas tentang perihal yang membuat klien cemas
b) Tempat : Di Ruang di depan televisi
c) Waktu : pukul 09.00-09.20 (20 menit)
b. Kerja
“Bapak kemarin mengatakan kalau merasa khawatir dengan penyakit bapak,
sudah beberapa hari mengalami gelisah, dan sulit tidur. Apakah bapak
masihmerasa gelisah hari ini? Baiklah kalau masih merasa gelisah. Kemarin
kita sudah mempelajari teknik napas dalam dan relaksasi otot, apakah bapak
sudah melakukanya lagi? Kali ini kita akan memelajari teknik hipnotis 5 jari.
Pejamkan mata bapak, tarik napas lalu buang perlahan . lakukan selama 3
kali. Tautkan ibu jari bapak kepada jari tulunjuk, bayangkan ketika tubuh
bapak begitu sehat. Tautkan ibu jari bapak pada jari tengah, bayangkan ketika
bapak mendapatkan hadiah atau barang yang anda sukai. Tautkan ibu jari
pada kepada jari manis, bayangkan ketika bapak berada ditempat yang paling
nyaman, tempat yang sangat bahagia. Tautkan ibu jari bapak kepada jari
kelingking, bayangkanketika bapak mendapatkansuatu penghargaan. Tarik
napas, buang perlahan, lakukan selama 3kali lalu buka mata kembali.”
c. Terminal
1) Evaluasi Subyektif
“Nah, sekarang bagaimana perasaan bapak? Apakah perasaan cemasnya
sudah berkurang pak? Apakah sudah merasa lebih baik sekarang?”
2) Evaluasi Objektif
“Sekarang coba bapak lakukan lagi tahapan-tahapan melakukan
relakasasi yang seperti saya contohkan tadi ya?”
3) Kontrak
“Baiklah. Bagaimana kalau kita lanjutkan percakapan kita besok pagi lagi
pukul 9 pagi seperti saat ini di ruang dwpan televisi?
4) Rencana Tindak Lanju
Anjurkan klien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA


PADA PASIEN DENGAN “KEPUTUSASAAN”
A. Pengertian
Kondisi subjektif ketika individu melihat keterbatasan atau ketiadaan
alternatif atau pilihan pribadi yang tersedia dan tidak dapat memobilisasi
energi untuk kepentingan individu (Wilkinson & Ahern, 2011).
Keputusasaan berkaitan dengan kehilangan harapan,
ketidakmampuan, keraguan, duka cita, apati, kesedihan, depresi, dan bunuh
diri (Cotton dan RRange 1996).
Seseorang yang tidak memiliki harapan tidak melihat adanya
kemungkinan untuk memperbaiki kehidupannya dan tidak menemukan solusi
untuk permasalahannya, dan ia percaya bahwa baik dirinya atau siapapun
tidak akan bisa membantunya. Keputusasaan berkaitan dengan kehilangan
harapan, ketidakmampuan , keraguan .duka cita , apati , kesedihan , depresi ,
dan bunuh diri. ( Cotton dan Range, 1996 ).
Menurut (Pharris, Resnick ,dan ABlum, 1997),mengemukakan bahwa
keputusasaan merupakan kondisi yang dapat menguras energi.
Keputusasaan merupakan status emosional yang berkepanjangan dan
bersifat subyektif yang muncul saat individu tidak melihat adanya alternatif
lain atau pilihan pribadi untuk mengatasi masalah yang muncul atau untuk
mencapai apa yang diiginkan serta tidak dapat mengerahkan energinya untuk
mencapai tujuan yang ditetapkan.
B. Rentang Respon
Respon Adaptif                                                    Respon Maladaptif

Harapan Putus Harapan


Yakin Tidak berdaya
Percaya  Putus asa
Inspirasi Apatis
Tetap hati Gagal dalam kehidupan
Ragu — ragu

C. Perilaku yang berhubungan dengan diagnosis


Adapun tanda dan gejala menurut, Keliat (2005) adalah:
1. Ungkapan klien tentang situasi kehidupan tanpa harapan dan terasa hampa
(“saya tidak dapat melakukan”)
2. Sering mengeluh dan Nampak murung.
3. Nampak kurang bicara atau tidak mau berbicara sama sekali
4. Menunjukkan kesedihan, afek datar atau tumpul.
5. Menarik diri dari lingkungan.
6. Kontak mata kurang.
7. Mengangkat bahu tanda masa bodoh.
8. Nampak selalu murung atau blue mood.
9. Menunjukkan gejala fisik kecemasan (takikardia, takipneu)
10. Menurun atau tidak adanya selera makan
11. Peningkatan waktu tidur.
12. Penurunan keterlibatan dalam perawatan.
13. Bersikap pasif dalam menerima perawatan.
14. Penurunan keterlibatan atau perhatian pada orang lain yang bermakna.
D. Faktor Presdisposisi dan factor presipitasi
1. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi yang mempengaruhi rentang respon keputusasaan adalah:
a. Faktor Genetic:
Individu yang dilahirkan dan dibesarkan di dalam keluarga yang mempunyai
riwayat depresi akan sulit mengembangkan sikap optimis dalam menghadapi
suatu permasalahan.
b. Kesehatan Jasmani:
Individu dengan keadaan fisik sehat, pola hidup yang teratur, cenderung
mempunyai kemampuan mengatasi stress yang lebih tinggi dibandingkan
dengan individu yang mengalami gangguan fisik.
c. Kesehatan Mental:
Individu yang mengalami gangguan jiwa terutama yang mempunyai riwayat
depresi yang ditandai dengan perasaan tidak berdaya pesimis, selalu
dibayangi oleh masa depan yang suram, biasanya sangat peka dalam
menghadapi situasi masalah dan mengalami keputusasaan.
d. Struktur Kepribadian
Individu dengan konsep yang negatif, perasaan rendah diri akan
menyebabkan rasa percaya diri yang rendah yang tidak objektif terhadap
stress yang dihadapi.
e. Faktor presipitasi
Ada beberapa stressor yang dapat menimbulkan perasaan keputusasaan
adalah:
1) Faktor kehilangan
2) Kegagalan yang terus menerus
3) Faktor Lingkungan
4) Orang terdekat ( keluarga )
5) Status kesehatan ( penyakit yang diderita dan dapat mengancam jiwa)
6) Adanya tekanan hidup
7) Kurangnya iman
E. Patofisiologi (Clinical Pathway) : Patofisiologi, Situasional, Maturasional
Menurut Keliat, 2005 adapun patway dari keputusasaan adalah
Patofisiologi
 Setiap penyakit kronis dan atau terminal dapat menyebabkan atau menunjang
keputusasaan (misal penyakit jantung, penyakit ginjal, kanker, dan AIDS)
 Berhubungan dengan:
 Kegagalan atau penyimpangan kondisi fisologis
 Tanda atau gejala baru dan tidak diharapkan dari proses penyakit sebelumnya
 Nyeri, tidak nyaman, kelemahan yang berkepanjangan kerusakan kemampuan
fungsi (berjalan, eliminasi, dan makan).
Situasional
 Pembatasan aktivitas yang berkepanjangan (misal: fraktur, cidera medula
spinalis)
 Isolasi karena proses penyakit yang berkepanjangan (misal: penyakit menular)
 Dicampakan atau perpisahan dari orang-orang terdekat (orang tua atau anak-
anak)
 Ketidakmampuan untuk mencapai tujuan yang berharga dalam kehidupan
(perkawinan, pendidikan)
 Ketidakmampuan berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan (misal: jalan-
jalan atau olahraga)
 Kehilangan sesuatu atau seseorang yang berarti
 Tangung jawab memberi asuhan yang berkepanjangan
 Terpajan pada stres fisiologis dan psikologis yang berkepanjangan
 Kehilangan kepercayaan dalam nilai-nilai luhur dan tuhan
 Keputusasaan besar yang menimbulkan stres
 Riwayat penyakit fisik dan seksual
Maturasional
Anak
 Berhubungan dengan:
 Kehilangan pengasuh
 Kehilangan kepercayaan pada orang orang terdekat
 Dicampakkan oleh pengasuh
 Kehilangan autonomi yang berhubungan dengan penyakit.
 Kehilangan fungsi tubuh
 Ketidakmampuan mencapai tugas-tugas perkembangan
 Penolakan oleh keluarga
Remaja
 Berhubungan denga:
 Kehilangan orang-orang terdekat (teman sebaya dan keluarga)
 Kehilangan fungsi tubuh
 Perubahan dalam citra diri
 Ketidakmampuan untuk mencapai tugas perkembangan (identitas peran)
Dewasa
 Berhubungan dengan:
 Kerusakan fungsi tubuh, kehilangan bagian tubuh
 Kerusakan hubungan atara sesama
 Kehilangan pekerjaan, karier
 Kehilangan orang terdekat (kematian anak atau pasangan)
 Ketidan mampuan untuk mencapai tugas perkembangan (intiminasi, komitmen)
Lansia
 Berhubungan dengan:
 Defisit sensori
 Defisit motorik
 Defisit kognitif
 Kehilangan kemandirian
 Kehilangan orang terdekat, barang-barang
 Ketidakmampuan untuk mencapai tugas perkembangan (integritas)
F. Data yang perlu dikaji
1. Kaji dan dokumentasikan kemungkinan bunuh diri
2. Pantau afek dan kemampuan membuat keputusan
3. Pantau nutrisi: Asupan
G. Penentuan diagnosa keperawatan
1. Batasan Karakteristik (NANDA)
Menurut Rosernberg dan Smith, 2010 dalam buku NANDA adapun
batasan karakteristiknya yaitu:
a. Menutup mata
b. Penurunan pengaruh
c. Penurunan nafsu makan
d. Penurunan respons terhadap rangsangan
e. Penurunan verbalisasi
f. Kurangnya keterlibatan dalam perawatan
g. Kepasifan
h. Mengangkat bahu dalam menanggapi pembicaraan
i. Gangguan pola tidur
j. Berpaling dari pembicaraan
k. Isyarat verbal (Mengucapkan sesuatu yang pesimis, “aku tidak bisa,”
mendesah)
2. Tanda mayor (Lynda Jual Carpenito)
Mengungkapkan atau mengekspresikan sikap apatis yang mendalam,
berlebihan, dan berkepanjangan dalam merespon situasi yang dirasakan sebagai
hal yang mustahil isyarat verbal tentang kesedihan.
a. Fisiologis :
 respon terhadap stimulus melambat
 tidak ada energi
 tidur bertambah
b. Emosional :
 individu yang putus asa sering sekali kesulitan mengungkapkan
perasaannya tapi dapat merasakan
 tidak mampu memperoleh nasib baik, keberuntungan dan pertolongan
tuhan
 tidak memiliki makna atau tujuan dalam hidup
 hampa dan letih
 perasaan kehilangan dan tidak memiliki apa-apa
 tidak berdaya,tidak mampu dan terperangkap.
c. Individu memperlihatkan :
 Sikap pasif dan kurangnya keterlibatan dalam perawatan
 Penurunan verbalisasi
 Penurunan afek
 Kurangnya ambisi,inisiatif,serta minat.
 Ketidakmampuan mencapai sesuatu
 Hubungan interpersonal yang terganggu
 Proses pikir yang lambat
 Kurangnya tanggung jawab terhadap keputusan dan kehidupannya
sendiri.
d. Kognitif :
 Penurunan kemampuan untuk memecahkan masalah dan kemampuan
membuat keputusan
 Mengurusi masalah yang telah lalu dan yang akan datang bukan masalah
yang dihadapi saat ini
 Penurunan fleksibilitas dalam proses pikir
 Kaku ( memikirkan semuanya atau tidak sama sekali )
 Tidak punya kemampuan berimagenasi atau berharap
 Tidak dapat mengidentifikasi atau mencapai target dan tujuan yang
ditetapkan
 Tidak dapat membuat perencanaan, mengatur serta membuat keputusan
 Tidak dapat mengenali sumber harapan
 Adanya pikiran untuk membunuh diri.
H. Tanda Minor (Lynda Jual Carpenito)
1. Fisiologis
a. Anoreksia
b. BB menurun
2. Emosional
a. Individu marasa putus asa terhadap diri sendiri dan orang lain
b. Merasa berada diujung tanduk
c. Tegang
d. Muak ( merasa ia tidak bisa)
e. Kehilangan kepuasan terhadap peran dan hubungan yang ia jalani
f. Rapuh
3. Individu memperlihatkan
a. Kontak mata yang kurang mengalihkan pandangan dari pembicara
b. Penurunan motivasi
c. Keluh kesah
d. Kemunduran
e. Sikap pasrah
f. Depresi
4. Kognitif
Penuruna kemampuan untuk menyatukan informasi yang diterima
a. Hilangnya persepsi waktu tentang mas lalu , masa sekarang , masa datang
b. Bingung
c. Ketidakmampuan berkomunikasi secara efektif
d. Distorsi proses pikir dan asosiasi
e. Penilaia
I. Rencana Tindakan Keperawatan\
1. Tujuan Keperawatan Pada Pasien
a. Tujuan Umum 
Klien mampu mengekspresikan harapan positif tentang masadepan,
mengekspresikan tujuandan arti kehidupan.
b. Tujuan Khusus : Klien mampu
1) Membina hubungan saling percaya
2) Mengenal masalah keputusasaannya
3) Berpartisipasi dalam aktivitas
4) Menggunakan keluarga sebagai system pendukung
J. Tindakan Keperawatan Pada Pasien
1. Bina hubungan saling percaya
a. Ucapkan salam
b. Perkenalkan diri : sebutkan nama dan panggilan yang disukai
c. Jelaskan tujuan pertemuan
d. Dengarkan klien dengan penuh perhatiane) Bantu klien penuhi kebutuhan
dasarnya.
2. Klien mengenal masalah keputusasaannya
a. Beri kesempatan bagi klien mengungkapkan perasaan sedih/ kesendirian/
keputusasaannya.
b. Tetapkan adanya perbedaan antara cara pandang klien terhadap kondisinya
dengancara pandang perawat terhadap kondisi klien.
c. Bantu klien mengidentifikasi tingkah laku yang mendukung putus
asa : pembicaraan abnormal/ negative, menghindari interaksi dengan
kurangnya partisipasidalam aktivitas.
d. Diskusikan dengan klien cara yang biasa dilakukan untuk mengatasi masalah,
tanyakan manfaat dari cara yang digunakan.
e. Dukung klien untuk menggunakan koping efektif yang selama ini digunakan
olehklien.
f. Beri alternative penyelesaian masalah atau solusi.
g. Bantu klien mengidentifikasi keuntungan dan kerugian dari tiap alternative.
h. Identifikasi kemungkinan klien untuk bunuh diri (putus asa adalah factor
risikoterbesar dalam ide untuk bunuh diri): tanyakan tentang rencana,
metode dan cara bunuh diri.
3. Klien berpartisipasi dalam aktivitas
a. Identifikasi aspek positif dari dunia klien (“keluarga anda menelepon RS
setiaphari untuk menanyakan keadaanmu ?”
b. Dorong klien untuk berpikir yang menyenangkan dan melawan rasa putus
asa.
c. Dukung klien untuk mengungkapkan pengalaman yang mendukung pikiran
dan perasaan yang positif.
d. Berikan penghargaan yang sungguh-sungguh terhadap usaha klien dalam
mencapaitujuan, memulai perawatan diri, dan berpartisipasi dalam aktivitas.
Diri : sebutkan nama dan panggilan yang disukai.
K. Tindakan keperawatan pada keluarga
Klien menggunakan keluarga sebagai sistem pendukung
1. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga:
a. Ucapkan salam
b. Perkenalkan diri: sebutkan nama dan panggilan yang disukai
c. Tanyakan nama keluarga, panggilan yang diisukai dan hubungan dengan klien
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Buat kontrak pertemuan
2. Identifikasi masalah yang dialami keluarga terkait kondisi keputusasaan klien
3. Diskusikan upaya yang telah dilakukan keluarga untuk membantu klien atasi
masalah dan bagaimana hasilnya
4. Tanyakan harapan keluarga untuk membantu klien atasi masalahnya
5. Diskusikan dengan keluarga tentang keputusasaan:
a. Arti, penyebab, tanda-tanda, akibat lanjut bila tidak diatasi
b. Psikofarmaka yang diperoleh klien: manfaat, dosis, efek samping, akibat bila
tidak patuh minum obat
c. Cara keluarga merawat klien

Anda mungkin juga menyukai