Anda di halaman 1dari 6

Ansietas pada lansia

1. Pengertian Ansietas

Kecemasan adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak di dukung oleh situasi. Gangguan
kecemasan adalah sekelompok kondisi yang memberi gambaran penting tentang ansietas yang
berlebihan yang disertai respon perilaku, emosional dan fisiologis individu yang mengalami
gangguan ansietas.(Videback, 2008). Kecemasan adalah suatu perasaan tidak santai yang samar-
samar karena ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai respon (penyebab tidak spesifik atau
tidak diketahui oleh individu). Perasaan takut dan tidak menentu sebagai sinyal yang
menyadarkan bahwa peringatan tentang bahaya akan datang memperkuat individu mengambil
tindakan menghadapi ancaman.(Nanda, 2009 dalam Fitria 2013)

2. Penyebab

Menurut (Zakiah Daradjat dan Kholi Lur Romchman, 2010) mengemukakan beberapa penyebab
dari kecemasan yaitu:

a. Rasa cemas yang timbul akibat melihat adanya bahaya yang mengancam dirinya.
Kecemasan ini lebih dekat dengan rasa takut, karena sumbernya terlihat jelas didalam
pikiran.
b. Cemas karena merasa berdosa atau bersalah, karena melakukan hal-hal yang berlawanan
dengan keyakinan atau hati nurani.
c. Kecemasan yang berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa bentuk. Kecemasan ini
disebabkan oleh hal yang tidak jelas dan tidak berhubungan dengan apapun yang
terkadang disertai dengan perasaan takut yang mempengaruhi kesehatan kepribadian
penderitanya.

Menurut (Stuart G.W, 2012) Beberapa teori penyebab kecemasan pada individu antara lain:

a. Teori psikoanalatik terjadi karena adanya konflik yang terjadi antara emosinal elemen
kepribadian , yaitu id dan super ego. Id mewakili insting, super ego mewakili hati nurani,
sedangkan ego berperan menengahi konflik yang terjadi antara dua elemen yang
bertentangan. Timbulnya kecemasan merupakan upaya peningkatan ego dan bahaya.
b. Teori interpersonal. Kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap adanya penolakan
dan tidak adanya penerimaan interpersonal.
c. Teori perilaku (Behavior). Kecemasan merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu
yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan.
d. Teori prespektif keluarga. Kajian keluaraga menunjukkan pola interaksi yang terjadi
dalam keluarga. Kecemasan menunjukkan adanya pola interaksi yang maladaptive dalam
sistem keluarga
e. Teori perspektif biologis. Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor
khususnya yang mengatur kecamasan.
3. Jenis-jenis kecemasan

Kecemasan merupakan suatu perubahan suasana hati, perubahan didalam dirinya sendiri yang
timbul dari dalam tanpa adanya rangsanagan dari luar. Membagi kecemasan menjadi tiga jenis
kecemasan yaitu:

a. Kecemasan rasional merupakan suatu ketakutan akiabat adanya objek yang memang
mengancam, misalnya ketika menunggu hasil ujian. Ketakutan ini dianggap sebagai suatu
unsure pokok normal dari mekanisme pertahanan dasar kita.
b. Kecemasan irrasional yang berarti bahwa mereka mengalami emosi ini dibawah kedalam
keadaan spesifik yang biasanya tidak dipandang mengancam.
c. Kecemasan fundamental, merupakan suatu pertanyaan tentang siapa dirinya, untuk apa
hidupnya, dan akan kemanakah kelak hidupnya berlanjut. Kecemasan ini disebut sebagai
kecemasan eksistensial yang mempunyai peran fundamentalbagi kehidupan manusia
(Mustamir Pedak, 2009:30).

4. Rentang respon

Rentang respon individu terhadap cemas berflutuasi antara respon adaptif dan maladaptif.
Rentang respon yang paling adaptif adalah antisispasi dimana individu siap siaga untuk
beradaptasi dengan cemas yang mungkin muncul. Sedangkan rentang yang paling maladaptive
adalah panic dimana individu sudah tidak mampu lagi berespon terhadap cemas yang dihadapi
sehingga mengalami gangguan fisisk, perilaku maupun kognitif.

5. Proses terjadinya ansietas

a. Faktor predisposisi

Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat menyebabkan
timbulnya kecemasan. Ketegangan dalam kehidupan tersebut dapat berupa:

1) Peristiwa trumatik yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan dengan


krisis yang di alami individu baik krisis perkembangan atau situasional.
2) Konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan baik
3) Konsep diri tergangggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu berpikir
secara realitas sehinga akan menimbulkan kecemasan.
4) Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untukmengambil keputusan
yang berdampak terhadap ego.
5) Gangguan fisik akan menimbulkankecemasan karenamerupakan ancaman
terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu.
6) Pola mekanisme keluarga atau pola keluarga menangani stress akan
mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflikyang di alami karena
pola mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam keluarga.
7) Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respons
individu dalam berespons terhadap konflik dan mengatasi kecemasannya (Eko
prabowo, 2014: 123-124).

b. Faktor prespitasi

Faktor prespitasi adalah semua ketgangan dalam kehidupan yang dapat mencetuskan timbulnya
kecemasan. Stressor prespitasi kecemasan di kelompokkan menjadi dua bagian, yaitu:

1) Ancaman terhadap integritas fisik, ketegangan yang mengancam integritas fisik atau
akibat disabilitas fisik yang meliputi:
a. Sumber internal meliputi kegagalan mekanisme fisisologis sistem imun, regulasi
suhu tubuh, perubhan biologis normal
b. Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri, polusi
lingkungan, kecelakaan, kekuranagan nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal
2) Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal
c. Sumber internal kesulitan dalam berhubungan interpersonal dirumah tempat kerja,
penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap integritas fisisk
juga dapat mengancam harga diri.
d. Sumber eksternalorang yang dicinta berperan, perubahan status pekerjaan tekanan
kelompok social (Eko prabowo, 2014: 124).

6. Tanda dan gejala

Tanda dan gejala kecemasan yang di tunjukkan atau di temukan oleh seseorang bervariasi
tergantung dari beratnya atatu tingkatan yang dirasakan oleh individu tersebut (Hawari, 2004).
Keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang saat mengalami kecemasan secara umum
(Hawari, 2004), antara lain adalah sebagai berikut:

a. Cemas, kawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung,
b. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.
c. Takutsendiriaan, takut pada keramaian, dan banyak orang.
d. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan.
e. Gangguan kosentrasi daya ingat
f. Gejala somatikrasa sakit pada oto dan tulang, berdebar-debar, sesak nafas,
gangguan pencernaan, sakit kepala, gangguan perkemihan, tangan terasa dngin
dan lembab, dan lain sebagainya (Eko prabowo, 2014: 124-125).
7. Akibat

Dapat berasal dari sumber internal dan eksternal dapat diklasifikasikan dalam dua jenis.

a. Ancaman terhadap integitas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis yang akan


terjadi atau menurunkan kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari. Pada
ancaman ini stressor yang berasal dari sumber eksternal adalah faktor-faktor yang dapat
menyebabakan gangguan fisik (misal: infeksi virus dan polusi udara). Sedangkan yang
enjadi sumber internalanya adalah kegagalan mekanisme fisisologi tubuh (misalnya:
sitem jantung , sistem imun pengaturan suhu dan perubahan fisologis selama kehamilan)
b. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan indetitas, harga diri dan
fungsi social yang teringretisasi seseorang. Ancaman yang berasal dari sumber internal
berupa gangguan hubungan interpersonal di rumah tempat kerja atau menerima pesan
baru (Eko prabowo, 2014: 125).

8. Mekanisme koping

Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme koping yaitu sebagai
berikut.

1. Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari dan berorientasi pada
tindakan untuk memenuhi secara realistik tuntutan situasi stres, misalnya perilaku
menyerang untuk mengubah atau mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan. Menarik
diri untuk memindahkan darisumber stres. Kompromi untuk mengganti tujuan atau
mengorbankan kebutuhan personal.
2. Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang, tetapi
berlangsung tidak sadar, melibatkan penipuan diri, distorsi, dan bersifat meladaptif.
(AH.yusuf,2015:87-88)

9. Ansietas pada Lansia

Pada umumnya tingkat kecemasan seseorang menurun seiring dengan meningkatnya usia
seseorang. Karena pasien dewasa tua lebih cenderung melaporkan gejala kejiwaannya dan
mengeluhkan kekhawatirannya mengenai penyakit fisik. Kejadian gangguan kecemasan pada
dewasa tua atau lansia kebanyakan dialami oleh lansia yang memiliki riwayat gangguan
kecemasan dimasa mudanya. Gangguan kecemasan umum (generalised anxiety disorder / GAD)
adalah gangguan kecemasan yang paling umum di kalangan orang dewasa tua, gangguan
kecemasan pada populasi ini sering dikaitkan dengan kejadian traumatis seperti penyakit akut
dan kronik. Sayangnya, gangguan kecemasan ini kadang kurang direspon dengan baik, karena
dianggap sebagai bagian dari proses penuaan yang normal. Padahal kecemasan ini dapat
berdampak serius bagi kualitas hidup lansia.

Ansietas pada dewasa tua atau lansia lebih sulit didiagnosa dibandingkan dengan ansietas pada
anak-anak karena sulitnya memisahkan kondisi medis dari gejala gangguan kecemasan. Ansietas
ini berkaitan erat dengan depresi dan insomnia pada lansia. Gangguan memori pada gejala
dementia juga dapat merancukan diagnosa kecemasan pada lansia. Penegakan diagnose ansietas
pada lansia dapat didukung faktor-faktor seperti: mereka sering menghadapi kehilangan teman
dan keluarga, penurunan mobilitas, isolasi yang lebih besar, dan situasi yang semakin
menegangkan lainnya. Tanyakan mengenai kecemasan pasien untuk mempermudah
mendiagnosanya.

Akan lebih baik apabila gejala ansietas dapat ditemukan langsung di fasilitas kesehatan primer
dimana lansia biasa berobat, karena bonding yang sudah kuat dengan pemeriksanya. Menjalin
hubungan saling percaya dan komunikasi yang terapeutik sangatlah penting untuk menemukan
diagnosa kecemasan yang tepat dan segera menanganinya. Komunikasi tersebut harus dijalin
antara tenaga kesehatan, keluarga, dan pasien lansia. Dosis pemberian obat untuk mengatasi
kecemasan lansia lebih rendah daripada dosis dewasa muda, terkait fisik yang lebih lemah, dan
adanya efek samping juga harus diperhatikan oleh keluarga atau caregiver lansia. Apabila lansia
setuju maka dapat disarankan untuk konsultasi dengan psikiater, hal ini penting dan baik untuk
meningkatkan kualitas hidup lansia.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan kualitas hidup lansia adalah sebagai
berikut:

Terlalu banyak kegelisahan dan kekhawatiran dapat menyebabkan lansia cenderung


tinggal di zona nyaman atau berdiam diri di rumah, dan mengurangi aktivitas yang
sebenarnya tidak membahayakan baginya jika dilakukan dengan hati-hati.

Konsultasikan dengan tenaga kesehatan mengenai aktivitas yang masih baik untuk
dilakukan dan batasan-batasan lainnya, sediakan obat-obatan bebas terbatas dirumah, dan
tanyakan obat-obat yang menyebabkan meningkatnya risiko jatuh.

Modifikasi rumah supaya lebih ergonomis sebagai tempat tinggal lansia, sehingga lansia
dapat tetap beraktivitas di rumah tanpa khawatir jatuh. Misal: menyingkirkan karpet
lantai atau keset, memperbaiki pencahayaan, memasang pegangan jalan atau grab bars,
gunakan alat bantu jalan jika perlu , dll

Jalin komunikasi yang baik dengan lansia, bicarakan apakah ada gejala ansietas yang
muncul setelah mengkonsumsi obat tertentu, atau aktivitas rutin yang memicu ansietas
lansia
Referensi:

https://adaa.org/living-with-anxiety/older-adults/treatment

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5326787/

http://www.webmd.com/anxiety-panic/news/20060522/anxiety-missed-elderly#2

http://www.medscape.com/viewarticle/579825_1

http://eprints.ums.ac.id/7918/1/J210050021.pdf

Elis Deti Dariah, Okatiranti. Jurnal Ilmu Keperawatan. Volume III, No. 2, September
2015. Universitas BSI Bandung

http://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Undergraduate-7943-JURNAL.pdf

Anda mungkin juga menyukai