Oleh :
Laporan ini telah disetujui oleh dosen coordinator dan dosen pembimbing
Keperawatan Gawat Darurat Institut Teknologi Kesehatan Wiyata Husada
Samarinda
MENYETUJUI
Puji Syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penyusun, Sehingga dengan limpahan
rahmat dan karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan laporan ini dengan judul “
ASUHAN KEPERAWATAN STASE KEGAWATDARURATAN PADA KASUS
SISTEM SARAF TEPI LOW BACK” . Laporan ini dibuat berdasarkan bermacam
sumber buku-buku refrensi dan dari hasil pemikiran penyusun sendiri.
Selama penyusunan laporan ini penyusun banyak mendapatkan masukan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu berbagai penyusunan mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Ns. Marina Kristi Layun Rining, M.Kep Selaku dosen koordinator dan
pembimbing stase keperawatan gawat darurat di ITKES Wiyata Husada
Samarinda
2. Ns. Selvi Mardhina, S.Kep Selaku pembimbing klinik di Unit Instalasi Gawat
Darurat RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan
3. Kedua orangtua dan keluarga yang selalu memberikan dukungan kepada
penyusun baik bersifat moril maupun material
4. Dan semua teman kelompok 4 yang memberikan dukungan untuk penyusunan
laporan ini
Semoga makalah ini dapat bermanfaat kepada pembacanya dan dapat dijadikan
acuan terhadap penyusunan laporan berikut nya.
Cover
Halaman Pengesahan
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Manfaat
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Sistem Saraf
B. Fungsi Sistem Saraf
C. Low Back Pain
D. Etiologi
E. Patofisiologi
F. Manifestasi Klinis
G. Pemeriksaan diagnostic
H. Penatalaksanaan
I. Asuhan Keperawatan
BAB III ANALISIS JURNAL
A.
B.
C.
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan di Unit Gawat Darurat merupakan pelayanan yang sangat penting
untuk mencegah terjadinya kematian dan kecacatan korban. Untuk dapat mencegah
kematian dan kecacatan korban dibutuhkan kemampuan kognitif, afektif maupun
psikomotor untuk dapat menolong dengan cepat dan tepat. Dalam melakukan asuhan
keperawatan pada kasus kegawatdaruratan selalu diawalai dengan melakukan
pengkajian. Pengkajian kegawatdaruratan pada umumnya menggunakan pendekatan A-
B-C (Airway=jalan nafas, Breathing=pernapasan, Circulation=sirkulasi) (Harmano,
Rudi 2016).
Setiap individu tidak terlepas dari aktivitas atau pekerjaan untuk memenuhi
kebutuhan hidup. Sebagian aktivitas dan pekerjaan tersebut membutuhkan energi dan
kekuatan otot yang cukup besar sehingga dapat menimbulkan berbagai macam keluhan,
salah satunya adalah nyeri pinggang bawah. Nyeri pinggang bawah merupakan salah
satu kondisi paling sulit di Kelola dan menyumbang paling sedikit 5% dari masalah
yang terlihat dalam praktik umum (Huryah, F 2019).
Nyeri pinggang bawah atau Low Back Pain merupakan rasa nyeri, ngilu, pegal
yang terjadi di daerah pinggang bagian bawah, nyeri pinggang bawah bukanlah suatu
penyakit tapi merupakan gejala akibat dari penyebab yang sangat beragam. Low Back
Pain merupakan keluhan yang sering terjadi di praktek sehari-hari. LBP adalah nyeri
yang dirasakan di daerah punggung bawah, dapat berupa nyeri local (inflamasi),
maupun nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri yang berasal dari punggung bawah dapat
menjalar pada daerah lain atau sebaliknya (Huryah, F 2019).
Penanganan nyeri dapat dilakukan dengan terapi farmakologi dan terapi non-
farmakologi. Terapi farmakologi dengan menggunakan siklooksigenase inhibitor (COX
inhibitor) sering menimbulkan efek samping yaitu gangguan gastrointestinal. Selain itu,
penggunaan jangka panjangnya dapat mengakibatkan perdarahan pada saluran cerna,
tukak lambung, perforasi dan gangguan ginal (Daniel, 2006).
Salah satu Langkah sederhana dalam upaya menurunkan nyeri dengan
melakukan massage dan sentuhan. Massage dan sentuhan merupakan teknik integrasi
sensori yang mempengaruhi aktifitas system saraf otonom. Relaksasi sangat penting
dalam membantu klien untuk meningkatkan kenyamanan dan membebaskan diri dari
ketakutan serta stress akibat penyakit yang dialami dan nyeri yang tak terkesudahan
(Potter & Perry, 2005).
Teknik untuk melakukan Slow-Stroke-Back Massage dapat dilakukan dengan
beberapa pendekatan, salah satu metode yang dilakukan adalah dengan mengusap kulit
klien secara perlahan dan berirama dengan tangan, dengan kecepatan 60 kali usapan per
menit. Usapan yang Panjang dan lembut dapat memberikan kesenangan kenyamanan
bagi pasien, sedangkan usapan yang pendek dan sirkuler cenderung lebih bersifat
menstimulasi. Keuntungan dari Slow-Stroke Back Massage adalah Tindakan ini dapat
dilakukan dirumah, sehingga memungkinkan pasien dan keluarga melakukan upaya
dalam mengontrol nyeri (Huryah, F 2019)..
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami konsep teori dan serta dapat mengaplikasi dalam
pemberian asuhan keperawatan pada kegawatdaruratan system saraf tepi low back
pain.
2. Tujuan Khusus
Selama berlangsungnya pembelajaran daring keperawatan gawatdaruratan
mahasiswa diharapkan mampu untuk mengaplikasikan dan mempraktikkan asuhan
keperawatan pada kegawatdaruratan system saraf tepi low back pain.
C. Manfaat Penulisan
1. Manfaat bagi pasien
Diharapkan mendapatkan asuhan keperawatan yang aman dan terhindari dari
kesalahan dalam memberikan asuhan keperawatan
2. Manfaat bagi Pelayanan Keperawatan
Dapat menjadi masukan dan pertimbangan bidang keperawatan dalam membimbing
perawat dilapangan untuk berupaya menurunkan kesalahan dalam setiap pemberian
asuhan keperawatan, sehingga profesi keperawatan menjadi salah satu profesi yang
mampu memberikan asuhan keperawatan yang aman sesuai SOP pada
kegawatdaruratan sistem saraf.
3. Manfaat bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat berkontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi bidang keperawatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
D. Etiologi
Tulang belakang merupakan organ mekanik yang sering digambarkan sebagai
suatu derek (crane) dengan kemampuan menyangga berat badan, menjaga
keseimbangan, dan melawan berbagai tarikan sebagai akibat dari pekerjaan sehari-hari
maupun aktivitas rekreasional. Walaupun tulang belakang memiliki kemampuan luar
biasa untuk menahan Sebagian besar tekanan mekanis, tulang belakang tidak dapat
dipaksa melebihi batas kemampuannya. Kekuatan yang melebihi kapasitas jaringan
tulang belakang untuk meregang akan menyebabkan cedera dan nyeri,
Penyebab dari nyeri punggung masih belum diketahui dengan jelas dan masih
belum dapat dijelaskan dengan mendetail. Banyak grup peneliti telah menyerah dalam
usaha untuk menjelaskan penyebab dari nyeri punggung bawah dan kemudian malah
menjelaskan beberapa kondisi tanda bahaya (red flag) yang berkaitan dengan gangguan
ini. Empat kelompok permasalahan yang dapat menyebabkan nyeri punggung adalah
sebagai berikut :
1. Berasal secara biomekanis dan destruktif, misalnya kompresi diskus vertebralis,
herniasi diskus vertebralism cedera torsio, dan vibrasi. Permasalahan-
permasalahan tersebur dapat terlihat pada klien yang memiliki pekerjaan yang
membutuhkan kerja mengangkat yang berat dan berulang pada posisi
membungkus atau pekerjaan mengoperasikan mesin yang bergetar.
2. Bersifat destruktif, misalnya infeksi, tumor dan gangguan rematik. Kondisi-
kondisi tersebut dapat memberikan tekanan pada saraf tulang belakang atau
akarnya, atau bahkan mengubah struktur dari tulang vertebra.
3. Permasalahan degenerative antara lain osteoporosis dan stenosis tulang
belakang. Osteoporosis dapat menyebabkan tulang vertebra kolaps dan
mengakibatkan kompresi dari akar-akar saraf. Kanal spinal dapat menyempit
dan menekan saraf-saraf, suatu kondisi yang disebut stenosis spinal, dan sering
kali terjadi pada orangtua. Keparahannya berkisar dari terjebaknya satu akar
saraf hingga kompresi dari keseluruhan saraf tulang belakang.
4. Gangguan-gangguan lain, termasuk yang tidak mempunyai penyebab fisiologis
yang jelas, tetapi mengakibatkan hilangnya penghasilan serta munculnya nyeri.
Terdapat data-data baru yang menunjukkan bahwa ada pengaruh psikologis yang
kuat pada respons klien terhadap nyeri punggung bawah. Faktor penentu utama
untuk disabilitas karena nyeri punggung bawah tampaknya didasarkan pada
apakah klien mengalami depresi, tidak Bahagia dalam tempat kerjanya, atau
terlibat dalam letigasi. Masalah-masalah psikososial ini tidak akan
menghilangkan nyeri yang sesungguhnya. Cara otak memproses nyeri sungguh
rumit. Aspek psikososial mungkin menekan jalur serotonergic dan membatasi
sekresi dari endorphin.
E. Patofisiologi
Beban yang berat memiliki berbagai efek terhadap diskus intervertebralis, badan
dari vertebra, faset dan ligament-ligamen tulang belakang. Pada beban berat yang
menekan (compressive loads), serabut anuler dari diskus mengalami peregangan.
Tulang vertebra juga mengalami tekanan dan dapat patah pada end-plate-nya. Ligamen-
ligamen tulang belakang cenderung dapat melengkung dengan mudah dan sendi faset
hanya dapat sedikit menahan kompresi.
Akibatnya adalah diskus dapat mengalami herniasi. Ketika diskus hanya
menonjol, anulusnya, anulusnya masih sempurna. Ketiks terjadi hernia, anulus biasanya
robek, sehingga menghasilkan ekstrusi dari nucleus pulposus. Kompresi dari akar saraf
tulang belakang dapat terjadi karena herniasi diskus tadi. Diskus yang memisahkan dan
memberi bantalan vertebra mendapatkan inervasi oleh ujung-ujung saraf halus. Ketika
diskus menimpa nervus skiatikus, kondisi ini dan nyeri yang dihasilkan disebut skiatika.
Skiatika adalah bentuk nyeri yang parah dan konstan di daerah kaki yang muncul di
sepanjang jalur nervus skiatik dan cabang-cabangnya.
F. Manifestasi Klinis
Rupture atau herniasi dari diskus lumbalis menyebabkan nyeri punggung bawah
yang menjalar kearah bawah mengikuti nervus skiatik ke dalam paa posterior yang
terjadi karena kompresi pada akar saraf tulang belakang. Umumnya, nyeri skiatika
terjadi awalnya di pantat dan menjalar ke bawah di paha belakang kemudian ke kaki dan
pergelangan kaki. Herniasi diskus dapat pula menyebabkan nyeri di selangkangan.
Klien sering kali mengalami spasme otot dan hiperestesia (kebas dan kesemutan) pada
area distribusi dari akar saraf yang terganggu. Nyeri akan bertambah parah dengan
mengejan (batuk, bersin, buang air besar, menekuk, mengangkat barang , dan
mengangkat kaki-lurus) atau duduk dalam jangka Panjang dan akan berkurang dengan
posisi berbaring-miring dengan lutut ditekuk. Gerakan apapun pada tungkai bawah yang
meregangkan saraf akan menyebabkan nyeri dan penahanan tak sadar. Mengangkat kaki
dengan lurus pada sisi yang terganggu akan sangat terbatas. Ekstensi komplit dari kaki
tidak dimungkinkan jika paha difleksikan pada perut (tanda Lasegue). Dapat ditemukan
penurunan reflek-refleks tendon dalam.
Manifestasi dari stenosis spinal umumnya dimulai secara perlahan dan terjadi
karena tekanan yang terjadi pada akar-akar saraf saat mereka keluar dari vertebra.
Manifestasi paling umum adalah nyeri menusuk pada saat berdiri dan berjalan,
parestesia, dan rasa berat di kaki yang secara progesif bertambah berat dengan berjalan.
Terdapat perbaikan yang signifikan dalam manifestasi klinis tersebut dengan Gerakan
fleksi badan, membungkuk, atau duduk. Manifestasi dari stenosis spinal harus
dibedakan dari klaudifikasi.
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Sinar X Vertebra : Mungkin memperlihatkan adanya fraktur,
dislokasi , infeksi, osteoarthritis atau scoliosis
2. CT-Scan : Berguna untuk mengetahui penyakit yang
mendasari seperti adanya lesi jaringan lunak tersembunyi disekitar kolumna
vertebralis dan masalah diskus intervertebralis
3. Ultrasonography : Dapat membantu mendiagnosa penyempitan
kanalis spinalis
4. MRI : Memungkinkan visualisasi sifat dan lokasi
patologi tulang belakang
5. Meilogram dan discrogram : Untuk mengetahui diskus yang mengalami
degenerasi atau protrusi diskus
6. Venogram efidural : Digunakan untuk mengkaji penyakit diskus
lumbalis dengan memperlihatkan adanya pergeseran vena efidural
7. EMG (Elektromiogram) : Digunakan untuk mengevaluasi penyakit serabut
syaraf tulang belakang (Radikulopati)
H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Keperawatan (Muttaqin, 2013
a. Pada LBP akut : Imobilisasi (lamanya tergantung kasus), pengaturan berat
badan, posisi tubuh dan aktivitas, modalitas termal (terapi panas dan dingin)
massase, traksi (untuk distraksi tulang belakang), Latihan: jalan, naik sepeda,
berenang (tergantung kasus), alat bantu (antara lain korset, tongkat)
b. LBP Kronik : psikologik, modulasi nyeri (TENS, akupuntur, modalitas termal),
Latihan kondisi otot, rehabilitasi vakosional, pengaturan berat badan posisi
tubuh dan aktivitas.
2. Medis
a. Farmakoterapi
LBP akut : Asetamenopen, NSAID, musele relaxani, opioid (nyeri
berat), injeksi epidural (steroid, lidokain, opioid) untuk nyeri radikuler
LBP kronik : Antidepresan trisiklik (amitriptilin) antikonvulsan
(gabapentin, karbamesepin, okskarbasepin, fenitoin), alpa blocker (klonidin,
prazosin), opioid (kalau sangat diperlukan)
b. Invasif non bedah
Blok saraf dengan anestetik local (radikulopati)
Neurolitik (alcohol 100%, fenol 30% (nyeri neuropatik punggung bawah
yang intractable)
c. Bedah
HNP, indikasi operasi :
1) Skiartika dengan terapi konservatif selama lebih dari empat minggu :
nyeri berat/intractable/menetap/progresif
2) Defisit neurologic memburuk
3) Sindroma kauda
4) Stenosis kanal : setelah terjadi konservatif tidak berhasil
5) Terbukti adanya kompresi radiks berdasarkan pemeriksaan
neurofisiologik dan radiologic.
I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Riwayat Kesehatan
Identifikasi klien
Riwayat Penyakit
Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat dilakukan pengkajian)
Riwayat Penyakit Sekarang
a) Diskripsi gejala dan lamanya
b) Dampak gejala terhadap aktifitas harian
c) Respon terhadap pengobatan sebelumnya
e) Riwayat trauma
Riwayat Penyakit Sebelumnya
a) Immunosupression (supresis imun)
b) Penurunan berat badan tanpa penyebab yang jelas
c) Nyeri yang paling berat di pagi hari (spondiloartopati seronegative: arthritis
psoriatic, spondiloartropati reaktif, sindroma fibromyalgia)
d) nyeri pada saat duduk (HNP, kelainan faset sendi, stenosis kanal, kelainan
otot paraspinal, kelainan sendi sakroilikal,
spondylosis/spondilolisis/spondilolistesis, NPB-Spesifik)
e) Adanya demam (infeksi)
f) Gangguan normal (dismenore, pasca-monopause/andropause)
g) Keluhan visceral (referred pain)
h) Kelemahan motoric ekstremitas bawah
i) lokasi dan penjalaran nyeri
Pola aktivitas dan Latihan
Cara berjalan : pincang, diseret, kaku
Pola tidur dan istirahat
Pasien LBP sering mengalami gangguan pola tidur dikarenakan menahan nyeri
yang hebat
Pola kognitif dan persepsi
Perilaku penderita apakah konsisten dengan keluhan nyerinya
Pemeriksaan Punggung
Inspeksi : kepala meliputi ukuran, bentuk, kontur, dan kesimetrisan. Kaji tulang
belakang dan punggung mengenai kesimetrisan. Carilah adanya lipatan kulit,
lipoma, bercak berambut (hipertrikosis) atau sinus dermalis sepanjang tulang
belakang.
Palpasi : inspeksi dan palpasi kesejajaran tulang belakang. Perhatikan apakah
terdapat deviasi dari kurvatura normal. Palpasi otot paravertebral untuk mencari
massa, nyeri pelunakan atau spasme.
Perkusi : Perkusi lembut pada prosesus spinosus dapat menghasilkan nyeri,
yang merupakan penemuan yang abnormal.
Pemeriksaan saraf kranial
SARAF KRANIAL DAN FUNGSINYA
NOMOR NAMA FUNGSI
I. Olfactory Penciuman
II. Optic Penglihatan
III. Oculomotor Mengangkat kelopak mata atas, konstriksi pupil,
pergerakan ekstraokular
IV. Trochlear Gerakan mata ke bawah dan ke dalam
V. Trigeminal Mengunyah, mengatupkan rahang, Gerakan rahang
lateral, refleks kornea, sensasi wajah
VI. Abducens Deviasi mata lateral
VII. Facial Gerakan wajah, perasa, lakrimasi dan salivasi
VIII. Vestibulocochlear Keseimbangan, pendengaran
IX. Glossopharyngeal Menelan, gangguan refleks, perasa pada lidah
belakang
X. Vagus Menelan, gangguan refleks, viscera abdominal,
fonasi
XI. Spinal accessory Gerakan kepala dan bahu
XII. Hypoglossal Gerakan lidah
2. Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (trauma, mengangkat beban
berat)
Gangguan mobilits fisik berhubungan dengan nyeri
Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
J. Intervensi Keperawatan
SDKI SIKI SLKI
Nyeri akut berhubungan Kontrol nyeri Manajemen nyeri
dengan Agens cedera Definisi : Definisi :
traumatis Tindakan untuk meredakan Mengidentifikasi dan mengelola
Definisi : pengalaman sensorik pengalaman sensorik atau emosional
Pengalaman sensorik atau Kriteia hasil : yang berkaitan dengan kerusakan
emosional yang berkaitan 1. Melaporkan nyeri terkontrol jaringan atau fungsional dengan onset
dengan kerusakan jaringan (5) mendadak atau lambat dan berintensitas
actual atau fungsional,dengan 2. Kemampua mengenali onset ringan hingga berat dan konstan.
onset mendadak atau lambat dan nyeri (5) Tindakan :
beritensitas ringan hingga berat 3. Kemampuan mengenali Observasi
yang berlangsung kurang dari 3 penyebab nyeri (5) 1. Identifikasi lokasi,
bulan. 4. Kemampuan menggunakan karakteristik,durasi,frekuensi,kualit
Penyebab : teknik non-farmakologis (5) as,intensitas nyeri
1. Agen cedera fisik (trauma) 5. Keluhan nyeri penggunaan 2. Identifikasi skala nyeri
Gejala dan tanda mayor : analgesic (5) 3. Identifikasi faktor yang
Subjektif memperberat dan memperingan
1. Mengeluh nyeri nyeri
Objektif 4. Identifikasi pengaruh nyeri pada
1. Tampak meringis kualitas hidup
2. Gelisah Teraupetik
3. Frekuensi nadi meningkat 1. Berikan teknik nonfarmakologis
4. Sulit tidur untuk mengurangi rasa nyeri
Gejala dan tanda minor : 2. Kontrol lingkungan yang
Objektif memperberat rasa nyeri
1. Tekanan darah meningkat 3. Fasilitasi istirahat dan tidur
2. Nafsu makan berubah
3. Proses berpikir terganggu Edukasi :
4. Berfokus pada diri sendiri 1. Jelaskan strategi meredakan nyeri
2. Jelaskan penyebab,periode dan
Kondisi klinis terkait : pemicu nyeri
Cedera traumatis 3. Ajarkan teknik nonfarmaokologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
Gangguan mobilitas fisik Mobilitas fisik Dukungan mobilisasi
berhubungan dengan Definisi : Definisi :
gangguan musculoskeletal Kemampuan dalam gerakan fisik Memfasilitasi pasien untuk
Definisi : dari satu atau lebih ekstremitas meningkatkan aktivitas pergerakan
Keterbatasan dalam gerakan secara mandiri. fisik.
fisik, dari satu atau lebih Kriteria hasil : Tindakan :
ekstremitas secara mandiri 1. Pergerakan ekstremitas (5) Observasi
Penyebab : 2. Kekuatan otot (5) 1. Identifikasi adanya nyeri atau
1. Nyeri 3. Rentang gerak (ROM) (5) keluhan fisik lainnya
2. Gangguan muskuloskeletal 4. Nyeri (5) 2. Monitor frekuensi jantung dan
Gejala tanda mayor : 5. Gerakan terbatas (5) tekanan darah sebelum memulai
Subjketif mobilisasi
1. Mengeluh sulit 3. Monitor kondisi umum selama
menggerakkan ektremitas melakukan mobilisasi
Objektif Terapeutik
1. Kekuatan otot menurun 1. Fasilitasi aktivitas mobilisasi
2. Rentang gerak (ROM) dengan alat bantu (mis, pagar
menurun tempat tidur)
Gejala tanda minor : 2. Libatkan keluarga untuk membantu
Subjektif pasien dalam meningkatkan
1. Nyeri saat bergerak pergerakan
2. Merasa cemas saat bergerak Edukasi
Objektif 1. Jelaskan tujuan dan prosedur
1. Gerakan terbatas mobilisasi
2. Sendi kaku 2. Anjurkan melakukan mobilisasi
3. Gerakan tidak terkoordinasi dini
Kondisi klinis terkait 3. Ajarkan mobilisasi sederhana yang
Trauma harus dilakukan (mis, duduk
ditempat tidur, duduk disisi tempat
tidur,pindah dari tempat tidur ke
kursi)
Gangguan pola tidur Pola Tidur Dukungan Tidur
berhubungan dengan nyeri Definisi : Definisi :
Definisi : Keadekuatan kualitas dan Memfasilitasi siklus tidur dan terjaga
Gangguan kualitas dan kuantitas kuantitas tidur yang teratur
waktu tidur akibat faktor Kriteria hasil : Tindakan :
eksternal. 1. Keluhan sulit tidur (5) Observasi
Penyebab : 2. Keluhan tidak puas tidur (5) 1. Identifikasi faktor pengganggu
1. Nyeri punggung 3. Kemampuan beraktivitas (5) tidur
Gejala tanda mayor : Terapeutik
Subjketif 1. Lakukan prosedur untuk
1. Mengeluh sulit tidur meningkatkan kenyamanan (mis,
2. Mengeluh tidak puas tidur pijat, pengaturan posisi)
Gejala tanda minor : Edukasi
Subjektif 1. Jelaskan pentingnya tidur cukup
1. Mengeluh kemampuan selama sakit
beraktivitas menurun 2. Ajarkan relaksasi otot autogenic
Kondisi klinis terkait atau cara nonfarmakologi lainnya
Nyeri
BAB III
ANALISIS JURNAL
Low Back Pain adalah rasa nyeri yang dirasakan di daerah punggung
bawah antara sudut bawah kosta (tulang rusuk) sampai lumbosacral (sekitar
tulang ekor) yakni daerah L1-L5 dan S1-S5. Nyeri juga bisa menjalar ke daerah
lain seperti punggung bagian atas dan pangkal paha. Nyeri ini bisa akut, subakut
dan kronis berdasarkan durasi tumbulnya keluhan (Meliala L,2005)
Penyebab yang paling sering ditemukan yang dapat mengakibatkan LBP
adalah kekauan dan spasme otot punggung oleh karena aktivitas tubuh yang
kurang baik serta tegangnya postur tubuh. LBP diklasifikasikan menjadi nyeri
punggung bawah viserogenik, nyeri punggung bawah vascular, nyeri punggung
bawah neurogenic, nyeri punggung bawah spondilogenik.
Adanya nyeri membuat penderita seringkali takut untuk bergerak
sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari dan dapat menurunkan produktifitas.
Penanganan nyeri dapat dilakukan dengan terapi famakologi dan terapi non
farmakologis. Intervensi non farmakologis merupakan intervensi yang cocok
unruk pasien yang merasa cemas terhadap efek samping yang ditimbulkan oleh
terapi farmakologi. Stimulasi kutaneus, distraksi, relaksasi, imajinasi terbimbing
dan hypnosis adalah contoh intervensi non farmakologis yang sering digunakan
dalam keperawatan untuk mengelola nyeri (Potter & Perry, 2005)
Minyak esensial lavender paling umum digunakan untuk massage karena
kandungan aldehid yang bersifat iritatif bagi kulit hanya 2% serta tidak bersifat
toksik. Kandungan ester pada bunga lavender bekerja dengan lembut di kulit dan
memberikan efek menenangkan (Price , 2006)
A. Tabel Summary
B. Tinjauan Pustaka