Disusun Oleh:
Kelompok 4
Disusun Oleh:
Kelompok 4
Ns. Marina Kristi Layun Rining, M.Kep Ns. Chrisyen Damanik, M.Kep.
NIK : NIK : 113072.83.11. 023
i
Penyusunan
ii
cover,
penyusunan,
daftar isi,
daftar tabel,
dan daftar
gambar
11. Muhammad P1908109 Anggota Membantu Terlaksana
Rezky mengerjakan
Pemeriksaan
Penunjang
12. Muhammad P1908110 Anggota Membantu Terlaksana
Yusuf mengerjakan
BAB 2
13. Nur Asiyah P1908114 Anggota Membantu terlaksana
mengerjakan
BAB 4,
Triage,
Pengkajian
14. Refy Sukidawati P1908118 Anggota Membantu Terlaksana
mengerjakan
BAB 2
15. Salmiati P1908123 Anggota Membantu Terlaksana
mengerjakan
BAB 1
16. Siti Hatimah P1908136 Anggota Membantu Terlaksana
mengerjakan
BAB 4
17. Sri Wulandari P1908125 Anggota Membantu Terlaksana
mengerjakan
BAB 4,
Pemeriksaan
Penunjang
18. Vera Veriyalia P1908129 Anggota Membantu Terlaksana
mengerjakan
BAB 4, BAB 2
19. Wiwin Apriliani P1908132 Anggota Membantu Terlaksana
mengerjakan
BAB 1
iii
Kata Pengantar
Segala puji dan syukur hanyalah pada Tuhan Yang Maha Esa. Dengan
rahmat-Nya kami diberikan kesempatan dan kemampuan untuk dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “Laporan Persentasi Askep Dan Jurnal Pada
Pasien Arterioklerosis Dengan Penerapan Metode Seven Jump”. Makalah ini
merupakan makalah salah satu tugas untuk stase kegawat daruratan pada
program studi Profesi Nurse ITKES Wiyata Husada Samarinda
1. Ibu Ns. Marina Kristi Layun Rining, M.Kep., selaku koordinator mata kuliah
stase kegawat daruratan.
2. Bapak Chrisyen Damanik M.Kep., selaku dosen pembimbing pada mata
kuliah stase kegawat daruratan.
3. Rekan-rekan kelompok 4 yang sama-sama melakukan penyusunan
makalah ini.
Penyusun
iv
Daftar isi
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................................i
TIM PENYUSUN....................................................................................................ii
KATA PENGANTAR..............................................................................................iv
DAFTAR ISI...........................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang.......................................................................................................................... 1
B. Rumusan masalah................................................................................................................... 2
C. Tujuan.......................................................................................................................................... 2
D. Manfaat....................................................................................................................................... 2
A. Konsep Medis........................................................................................................................... 3
B. Manifestasi Klinis..................................................................................................................... 7
C. Pathway....................................................................................................................................... 9
D. Pemeriksaan Penunjang....................................................................................................... 9
E. Penatalaksanaan...................................................................................................................... 11
F. Komplikasi.................................................................................................................................. 13
G. Prognosis.................................................................................................................................... 15
A. Pengkajian Primer................................................................................................................... 16
B. Pengkajian Sekunder............................................................................................................. 19
C. Pemeriksaan penunjang dan Interpetasi........................................................................21
D. Diagnosa Keperawatan......................................................................................................... 27
E. Perencanaan.............................................................................................................................. 29
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................................................ 43
B. Saran............................................................................................................................................ 43
v
BAB I
PENDAHULIAN
A. Latar Belakang
Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit epidemi. Di Indonesia sekitar
6 juta orang terkena beberapa penyakit jantung atau pembuluh
darah.Sedangkan di dunia mortalitas kira-kira 50 juta/tahun akibat penyakit
kardiovaskuler (PKV), 39 juta diantaranya di negara berkembang.Penyakit
kardiovaskuler merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia.Menurut
American Heart Association semakin banyak kematian yang disebabkan oleh
penyakit kardiovaskuler dibandingkan dengan gabungan ketujuh penyebab
kematian utama berikutnya.Hal ini menunjukkan terjadinya satu kematian
akibat penyakit kardiovaskuler tiap 33 detik. (Ardyan pradana: 2011)
Angina Pektoris Stabil (APS) terdiri atas seluruh situasi dalam
spektrum penyakit arteri koroner selain kejadian sindrom koroner akut. Rassa
tidak enak tersebut sering kali digambarkan sebagai rasa tertekan, rsa terjerat,
rasa terbakar biasanya berlangsung sekitar 1-15 menit di daerah restrosternal,
tetapi dapat juga menjalar kerahang, leher, bahu, punggung dan lengan kiri.
Walaupun jarang, kadang-kadang juga menjalar ke lengan kanan. Terkadang
keluhannya dapat berupa cepat lelah, sesak nafas pada saat aktivitas yang
disebabkan olehgangguan fungsi akibat iskemia miokard.
Angina atipikal memiliki dua dari tiga karakter di atas, nyeri dada non-
anginal hanya memiliki satu atau tidak memiliki satu pun dari ketiganya.
Angina atipikal dapat memiliki karakteristik dan lokasi yang sama dengan
angina tipikal, juga responsif terhadap nitrat, namun tidak memiliki faktor
pencetus. Nyeri seringkali dimulai saat istirahat dari intensitas rendah,
meningkat secara gradual, menetap maksimal hingga 15 menit, kemudian
berkurang intensitasnya. Gambaran karakteristik ini harus mengingatkan
klinisi pada kemungkinan vasospasme koroner. Gejala angina atipikal lainnya
adalah nyeri dada dengan lokasi dan kualitas angina, yang dicetuskan oleh
aktivitas dan tidak berpengaruh terhadap nitrat. Gejala ini seringkali timbul
pada pasien dengan angina mikrovaskular. Nyeri dada non-angina memiliki
karakteristik kualitas yang rendah, meliputi sebagian kecil hemithorax kanan
atau kiri, bertahan selama beberapa jam atau bahkan hari. Nyeri non- angina
ini biasanya tidak hilang dengan nitrat. Penyebab non-kardiak harus
dievaluasi pada kasus-kasus ini. Klasifikasi The Canadian Cardiovascular
1
Society digunakan untuk menilai derajat severitas angina stabil.Gangguan ini
ditandai dengan adanya plak pada endotel arteri yang menyebabkan
pengerasan pembuluh arteri dan penyempitan liangnya.
B. Rumusan Masalah
Angka kejadian penyakit jantung semakin meningkat, Angina Pectoris
Stabil adalah penyakit yang menjadi masalah kesehatan paling besar
terutama untuk Negara yang sedang menuju kearah industry, hamper seluruh
kematian yang ada di amerika serikat dan eropa disebabkan oleh penyakit
vaskuler. Hal ini banyak dipengaruhi adanya perubahan gaya hidup modern
perkotaan yang serba cepat, sehingga menyebabkan peningkatan prevalensi
penyakit degenerative ini. Walaupun penyakit ini tidak dapat disembuhkan
tetapi dapat dikontrol melalui manajemen perawatan diri karena apabila
pasien arterioklerosis melakukan perawatn diri dapat mengelola penyakitnya
sehingga mampu mempertahankan kesehatannya demi kelangsugan hidup
yang lebih baik. Berdasarkan uraian diatas maka kami tertarik menyusun
paper tentang penyakit Angina Pectoris stabil.
C. Tujuan Masalah
1. Mampu mengetahui deskripsi kasus kelolaan klien dengan keadaan
Angina Pectoris stabil
D. Manfaat
1. Mahasiswa dapat mengetahui, mengerti,maupun melaksanakan Asuhan
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Medis
1. Definisi
Angina Pektoris Stabil (APS) terdiri atas seluruh situasi dalam
spektrum penyakit arteri koroner selain kejadian sindrom koroner akut.
Rassa tidak enak tersebut sering kali digambarkan sebagai rasa tertekan,
rsa terjerat, rasa terbakar biasanya berlangsung sekitar 1-15 menit di
2. Klasifikasi
Keluhan utama APS adalah nyeri dada stabil, karakteristik nyeri
dada pada APS dibagi atas angina tipikal, angina atipikal dan nyeri dada
non-angina. Angina tipikal didefinisikan sebagai nyeri dada yang
tertentu
b. Diprovokasi oleh aktivitas fisik dan stres emosional
non-anginal hanya memiliki satu atau tidak memiliki satu pun dari
ketiganya. Angina atipikal dapat memiliki karakteristik dan lokasi yang
3
intensitas rendah, meningkat secara gradual, menetap maksimal hingga
15 menit, kemudian berkurang intensitasnya. Gambaran karakteristik ini
bertahan selama beberapa jam atau bahkan hari. Nyeri non- angina ini
biasanya tidak hilang dengan nitrat. Penyebab non-kardiak harus
Cardiovascular Society
4
Kelas IV Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas fisik tanpa rasa
tidak nyaman, angina dapat timbul saat istirahat.
3. Patofisiologi
kiri terbagi atas arteri sirkumfleksi kiri yang menyuplai otot jantung
belakang, dan arteri desenden anterior yang menyuplai miokardium
berlangsung lama.
Iskemia miokardium terjadi jika supai darah melalui pembuluh
5
Arteritis coroner merupakan inflamsi pada arteri coroner yang disebabkan
oleh infeksi atau penyakit autoimun.
berlangsung sekitar 3-5 menit jika aliran darah diperbaiki, maka tidak
terjadi kerusakan miokardium permanen.
6
B. Manifestasi Klinis
Angina merupakan sidnrom klinis yang dicirikan oleh rasa tidak nyaman
dijantung, rahang, bahu, punggung atau lengan. Angina pectoris
mengahasilkan serangan nyeri substernal atau precordial yang paroksismal
dan transien dengan karakteristik sebagai berikut:
1. Onset. Angina dapat muncul dengan cepat atau lambat. Beberpa klien
mangabikan nyeri dada, berpikir bahwa akan hilang sendiri atau itu karena
proses pencernaan. Tanyakan apa yang klien lakukan saat neri mulai.
2. Lokasi. Hamper 90% klien mengalami nyeri restrosternum atau sedikit sisi
kanan, leher, rahang atau daerah epigastrik. Kadang kala, nyeri dapat
terasa hanya pada area-area penjalaran dan malah tidak terasa pada dada.
Sangat jarang nyeri terbatas pada satu area kecil tertentu diatas
precordium.
tertidih, tersedak, ngilu, atau seperti mau meledak. Klien sering merasakan
nyeri terasa seperti ada udaran dalam saluran cerna, nyeri ulu hati, atau
begah. Klien sering merasakan nyeri angina sebagai neri yang tajam
seperti pisau.
6. Keparahan. Nyeri angina biasanya ringan atau sedang saj. Sering kali
disebut sebagai “ rasa tidak nyaman”, bukan nyeri. Sangat jarang nyeri
7
7. Ciri yang berhubungan. Manifestasi lain yang dapat menyertai antara lain
dyspnea, pucat, berkeringat, mau pingsan, palpitasi, pusing, dan
gangguan pencernaan.
8. Tampulan tidak khas. Wanita orang tua, dank lien dengan diabetes
mungkin memiliki tampilan PJK yang tidak khas namun masih termasuk
angina. Pada wanita, PJK dapat muncul sebagai nyeri epigastrik, dyspnea,
9. Factor pereda dan pemicu. Angina dipicu oleh aktivitas terus menerus dan
kabnyakan serangan angina menghilang dengan cepat dengan pemberian
nitrogliserin dan istirahat. Pola khas nyeri saat aktivitas berat, hilang saat
istirahat”. Merupakan petunjuk utama diagnosis angina pectoris.
8
C. Pathway
Aterosklerosis Penumpukan Gangguan
Plak Pertukaran Gas
vasokontriksi
Resiko Perfusi
Iskemia Fungsi pompa Perfusi Perifer
Miokard Tidak
miokardium jantung berkurang tidak efektif
Efektif
Rasa Nyeri
Nyeri Akut
D. Pemeriksaan Penunjang
N Pemeriksaan Penjelasan
O
Setiap penderita dengan gejala yang
mengarah pada angina harus dilakukan
EKG 12 lead. Namun hasil EKG akan
normal pada 50 % dari penderita dengan
1 EKG (Elektrokardiogram)
angina pectoris. Depresi atau elevasi
segmen ST menguatkan kemungkinan
adanya angina dan menunjukkan suatu
ischemia pada beban kerja yang rendah.
2 Foto Thoraks Foto thoraks pada penderita angina pectoris
biasanya normal. Foto thoraks lebih sering
menunjukkan kelainan pada penderita
dengan riwayat infark miokard atau
penderita dengan nyeri dada yang bukan
9
berasal dari jantung.
Uji latih beban dengan monitor EKG
merupakan prosedur yang sudah baku. Dari
segi biaya, tes ini merupakan termurah bila
dibandingkan dengan tes echo. Untuk
mendapatkan informasi yang optimal,
protocol harus disesuaikan untuk
masingmasing penderita agar dapat
mencapai setidaknya 6 menit. Selama
EKG, frekwensi, tekanan darah harus
dimonitor dengan baik dan direkam pada
tiap tingkatan dan juga pada saat
abnormallitas segmen ST. metode yang
dipakai pada uji beban yaitu dengan
menggunakan treadmill dan sepeda statis.
Interpretasi EKG uji latih beban yang
paling penting adalah adanya depresi dan
elevasi segmen ST lebih dari 1 mm.
Uji Latih Beban dengan Biasanya uji latih beban dihentikan bila
3
monitor EKG mencapai 85% dari denyut jantung
maksimal berdasarkan umur, namun perlu
diperhatikan adanya variabilitas yang besar
dari denyut jantung maksimal pada tiap
individu. Indikasi absolute untuk
menghentikan uji beban adalah penurunan
tekanan darah sistolik lebih dari 10 mmHg
dari tekanan darah awal meskipun beban
latihan naik jika diikuti tanda ischemia
yang lain : angina sedang sampai berat,
ataxia yang meningkat, kesadaran
menurun, tanda-tanda penurunan perfusi
seperti sianosis. Pada penderita yang tidak
bisa di diagnosa dengan uji latih beban
berdasarkan EKG, maka dilakukan uji latih
beban dengan pencitraan. Isotop yang biasa
digunakan adalah thalium-210.
10
hiperkinesia kompensasi pada segmen
dinding yang berkaitan atau yang tidak
ischemia.
Tindakan untuk angiografi koroner
diagnostic secara langsung pada penderita
5 Angiografi dengan nyeri dada yang diduga karena
ischemia miokard, dapat dilakukan jika ada
kontra indikasi untuk test non invasive.
Pemeriksaan laboratorium antara lain
Troponin I dan T, pemeriksaan CK-MB,
6 Laboratorium
kadar kolesterol, HDL, LDL dan
Trigliserin serta pemeriksaan Gula Darah.
E. Penatalaksanaan
1. Tatalaksana Medis
a. Terapi Angina
Angina merupakan nyeri iskemik miokardium. Obat-obatan yang
digunakan untuk menangani episode agina akut ada vasodilator yang
bertujuan untuk mengembalikan aliran arteri (suplai) atau mengurangi
konsumsi oksigen (permintaan).
Nitrogliserin adalah obat yang paling sering digunakan dan harus
diberikan pada klien dengan Riwayat penyakit jantung iskemik yang
melaporkan munculnya angina. Oleh karena efek vasodilatornya yang
kuat, periksalah :
1) tekanan darah sebelum memulai terapi dan 5 menit setiap setelah
pemberian dosis. Tindakan paling umum adalah memberikan tiga
dosis nitrogliserin sublingual tiap 5 menit selama klien tidak
menjadi hipotensi parah.
2) Jika nyeri tidak berkurang, segera memberitahukan kepada dokter;
morfin mungkin akan diperlukan.
3) Jika klien tidak memiliki Riwayat penyakit jantung iskemik, lakukan
pemeriksaan menyeluruh mengenai nyeri tersebut dan beri tahu
dokter segera jika ada tanda-tanda nyeri dada yang serius.
Beberapa dokter akan memberikan antasid cair dan nitrogliserin
untuk meredakan keluhan jantung maupun gastrointestinal.
4) Jika obat tersebut diberikan tiap 5 menit, pemberian obat tersebut
mungkin akan membantu menentukan penyebab pasti dari nyeri
dada. Penggunaan bersama dengan sildenaf;l (Viagra) dapat
menyebabkan hipotensi parah dan kematian.
11
Klien dengan angina lama dapat menggunakan nitrogliserin
topical atau bentuk lepas-lambat. Sediaan nitrogliserin ini memberikan
efek vasodilatasi terus-menerus. Dapat muncul toleransi terhadap
obat, terutama pada dosis dengan waktu paruh lebih Panjang,
sehingga nitrogliserin topical harus dilepas saat malam untuk
mengembalikan efikasinya. Pengkajian angina nocturnal, baisanya
selama tidur REM akan diperlukan.
Metode kedua untuk mengontrol nyeri adalah mengurangi
kebutuhan oksigen miokardium. Agen penyekat beta akan
mengurangi konsumsi oksigen miokardium dengan mengontrol
permintaan oksigen-tinggi dari efek system sarfa simpatis. Bentuk asli
dari agen penyekat beta mengandung antagonis beta 1 dan beta2 dan
dapat menyebabkan bronkokonstriksi. Bentuk yang lebih baru hanya
berupa antagonis beta1 selektif.
Aspirin sering digunakan pada kejadian akut untuk memperbaiki
aliran darah melalui arteri coroner yang sempit yang berliku, karena
darah yang melambat memiliki kemungkinan menggumpal dan
mencegah aliran darah ke depan. Aspirin mencegah platelet
mengalami agregasi (berkumpul) dengan memblokir sintesis
prostaglandin. Aspirin dapat mengiritasi saluran pencernaan dan harus
diberikan dengan makanan. Aspirin juga menyebabkan peningkatan
resiko perdarahan dari semua prosedur invasive. Penggunaan obat
lain yang juga melambatkan proses penggumpalan darah harus
dimonitor dengan ketat.
2. Tatalaksana Perawat
Klien harus paham mengenai perawatan angina dan bagaimana
mengurangi faktor resiko yang memperparah proses ini. Gunakan
informasi berikut untuk membantu klien mengontrol faktor resiko untuk
angina pektoris.
Edukasi klien untuk menghindari aktivitas atau kebiasaan yang memicu
angina (makan terlalu banyak, minum kopi, merokok, olahraga
berlebihan, pergi keluar dalam cuaca dingin, cemas dan stress).
Jelaskan pentingnya manajemen hipertensi harian. Sarankan klien
meminum obat hariannya bahkan jika tidak ada manifestasi klinis.
Dorong dan bantu klien merencanakan program olahraga harian
tertaur untuk memperbaiki sirkulasi coroner dan manajemen berat
badan.
12
Instruksikan klien yang merokok untuk berhenti merokok segera.
Merokok meningkatkan kadar karboksihemoglobin dalam darah yang
menurunkan jumlah oksigen yang ada dalam miokardium. Klien
dengan angina pektoris yang terpapar rokok selama dua jam memilik
peningkatan konsentrasi karboksihemoglobin, penurunan toleransi
olahraga, peningkatan denyut jantung dan peningkatan tekanan darah.
Sarankan klien untuk tidak “merokok pasif” (misalnya tidak berada
bersama perokok atau dalam ruangan berisi asap rokok).
Dorong klien dengan berat badan lebih untuk menurunkan kelebihan
berat badannya. Jelaskan bahwa pengurangan berat juga akan
mengurangi tekanan darah, kadar kolestrol, dan insiden diabetes
onset-dewasa. Dorong mereka untuk makan porsi kecil, menghindari
diet tinggi kalori dan tinggi kolesterol, tidak makan makanan
pembentuk gas dalam perut, dan beristirahat sebentar setelah makan.
Selain itu, rekomendasikan diet tinggi serat, yang tidak hanya akan
mencegah konstipasi dan penyakit saluran cerna lainnya tetapi juga
menurunkan jumlah serta keparahan dari serangan angina. Diet tinggi
serat juga akan membantu menurunkan kolesterol serum dan tingkat
trigeliserida. PJK lebih jarang pada klien dengan asupan serat yang
tinggi dibandingkan dengan yang asupannya rendah. Diet tinggi serat
juga membantu menurunkan hipertensi.
Bantu klien yang memiliki kehidupan aktif dan terlalu sibuk untuk
menurunkan tingkat kesibukan karena dapat menyebabkan serangan
angina. Sarankan periode istirahat sementara pada hari kerja, waktu
tidur yang lebih awal, dan waktu berlibur yang lebih Panjang atau lebih
sering. Sarankan klien yang cemas dan gugup untuk melakukan
konsultasi. Teknik relaksasi juga dapat digunakan.
F. Komplikasi
1. Infark Miocard
Dikenal dengan istilah serangan jantung dimana kondisi terhentinya
aliran darah dari arteri koroner pada area yang terkena yang
13
2. Aritmia
Lazim ditemukan pada fase akut MCI, aritmia perlu diobati bila
3. Gagal Jantung
Kondisi saat pompa jantung melemah, sehingga tidak mampu
mengalirkan darah yang cukup ke seluruh tubuh (Hudak & Gallo, 2010).
4. Syok Kardiogenik
Sindroma kegagalan memompa yang paling mengancam dan
5. Pericarditis
Sering ditemukan dan ditandai dengan nyeri dada yang lebih berat
pada inspirasi dan tidur terlentang. Infark transmural membuat lapisan
epicardium yang langsung kontak dengan pericardium kasar, sehingga
merangsang permukaan perikard dan timbul reaksi peradangan (Hudak &
Gallo, 2010).
6. Aneurisma Ventrikel
Dapat timbul setelah terjadi MCI transmural. Nekrosis dan
14
lemah dapat mengganggu curah jantung kebanyakan aneurisma ventrikel
terdapat pada apex dan bagian anterior jantung (Hudak & Gallo, 2010).
G. Prognosis
Umumnya pasien dengan angina pectoris dapat hidup bertahun-tahun
dengan hanya sedikit pembatasan kegiatan sehari-hari. Mortalitas bervariasi
mengalami angina pektoris memiliki risiko kematian 2-3 kali lipat lebih tinggi.
Prognosis semakin memburuk seiring bertambahnya usia. Semakin parah
gejala angina seperti adanya luka antomi, dan fungsi ventrikel memburuk.
Faktor yang mempengaruhi prognosis adalah beratnya kelainan
15
BAHAN NO. 1
Mengcompare dari hasil penemuan kasus yang yang telah dipelajari olehn
kelompok :
Kasus :
Tn.D (55 Tahun) masuk RS dengan keluhan tiba- tiba pigsan 3 jam sebelum mauk
rumah sakit,dada terasa tertekan,nyeri menjalar ke bahu belakang,serta keluar
ada yang memiliki masalah jantung, hipertensi. Klien merokok sejak usia muda
( 35 tahun ) dengan konsumsi 1-2 bungkus per hari, olahraga ( - ). Saat ini klien
berada di ruang rawat inap gallop (-),murmur (-),CRT (capillary Refil Time) 2-3
detik,sianosis (-),hasil EKG terbaru : irama sinus, HR 100x/menit,axis Normal ,
Angina Pektoris Stabil (APS) terdiri atas seluruh situasi dalam spektrum
penyakit arteri koroner selain kejadian sindrom koroner akut. Rassa tidak enak
tersebut sering kali digambarkan sebagai rasa tertekan, rsa terjerat, rasa terbakar
biasanya berlangsung sekitar 1-15 menit di daerah restrosternal, tetapi dapat
juga menjalar kerahang, leher, bahu, punggung dan lengan kiri. Walaupun jarang,
kadang-kadang juga menjalar ke lengan kanan. Terkadang keluhannya dapat
berupa cepat lelah, sesak nafas pada saat aktivitas yang disebabkan
olehgangguan fungsi akibat iskemia miokard
Manifestasi klinik :
1. Onset. Angina dapat muncul dengan cepat atau lambat. Beberpa klien
mangabikan nyeri dada, berpikir bahwa akan hilang sendiri atau itu karena
proses pencernaan. Tanyakan apa yang klien lakukan saat neri mulai.
16
2. Lokasi. Hamper 90% klien mengalami nyeri restrosternum atau sedikit sisi
kiri dari sternum.
3. Penjalaran. Nyeri biasanya menjalar ke bahu dan lengan atas kiri serta
dapat berlanjut ke bagaian dalam lengan kiri hingga siku, pergelangan
tangan, dan jari keempat atau kelima. Nyeri juga dapat menjalar ke bahu
kanan, leher, rahang atau daerah epigastrik. Kadang kala, nyeri dapat
terasa hanya pada area-area penjalaran dan malah tidak terasa pada dada.
Sangat jarang nyeri terbatas pada satu area kecil tertentu diatas
precordium.
4. Durasi. Angina biasanya berlangsung kurang dari 5 menit. Namun,
serangan yang dipicu oleh aktivitas makan berat atau kemarahan ektrem
dapat berlangsung hingga 15-20 menit.
nyeri terasa seperti ada udaran dalam saluran cerna, nyeri ulu hati, atau
begah. Klien sering merasakan nyeri angina sebagai neri yang tajam
seperti pisau.
6. Keparahan. Nyeri angina biasanya ringan atau sedang saj. Sering kali
disebut sebagai “ rasa tidak nyaman”, bukan nyeri. Sangat jarang nyeri
disebut sebagai “parah”
7. Ciri yang berhubungan. Manifestasi lain yang dapat menyertai antara lain
dyspnea, pucat, berkeringat, mau pingsan, palpitasi, pusing, dan
gangguan pencernaan.
8. Tampulan tidak khas. Wanita orang tua, dank lien dengan diabetes
mungkin memiliki tampilan PJK yang tidak khas namun masih termasuk
angina. Pada wanita, PJK dapat muncul sebagai nyeri epigastrik, dyspnea,
17
9. Factor pereda dan pemicu. Angina dipicu oleh aktivitas terus menerus dan
kabnyakan serangan angina menghilang dengan cepat dengan pemberian
nitrogliserin dan istirahat. Pola khas nyeri saat aktivitas berat, hilang saat
istirahat”. Merupakan petunjuk utama diagnosis angina pectoris.
Pemeriksaan penunjang :
1. EKG ( Elektrogradiogram ) pemeriksaan kesehatan terhadap aktivitas
gelombang.
(interpretasi yang irama sinus,HR 100x/menit,axis normal,Hipertrofi
18
Enzim transaminase sering juga disebut juga AST (asparat Amino
Transferase) katalisator-katalisator perubahan asam amino menjadi asam
alfa ketoglutarat.
( Laki-laki s/d 37 U/L, Wanita s/d U/L
kemudian.
6. Pemeriksaan lipid darah
20% Trigliserida.
7. HDL
Tigliserida adalah jenis lemak lain yang ada dalam tubuh, fungsinya untuk
menyimpan kelebiban energi dan dapat Digunakan sebagai energi
19
Aterosklerosis :
Aterosklerosis adalah kondisi dimana terjadi penyempitan pembuluh
darah akibat timbunan lemak yang meningkat dalam dinding pembuluh darah
yang akan menghambat aliran darah. Aterosklerosis bisa terjadi pada arteri di
otak, jantung, ginjal, dan organ vital lainnya serta pada lengan dan tungkai.Jika
aterosklerosis terjadi didalam arteri yang menuju ke otak (arteri karoid) maka bisa
terjadi stroke.Namun jika terjadi didalam arteri yang menuju kejantung (arteri
koroner), maka bisa terjadi serangan jantung.Biasanya arteri yang paling sering
tidak memerlukan tindakan darurat. Karena pada kasus pasien tidak mengalami
20
masalah pada Airway, Breathing, dan Circulation, pasien sadar, dan pasien
memiliki keluhan dada terasa tertekan, nyeri menjalar kebelakang, serta keringat
dingin. Untuk itu dilakukan pengkajian dan pemeriksaan lanjutan oleh perawat.
BAB III
21
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Penilaian EWS
NEWS digunakan pada pasien dewasa (berusia 16 tahun atau lebih)
,NEWS dapat digunakan untuk untuk mengasesmen pengakit akut,
mendeteksi penurunan klinis, dan menginisiasi respon klinis yang tepat waktu
dan sesuai, NEWS tidak digunakan pada:
Parameter 3 2 1 0 1 2 3
Pernafasan ≤8 9-11 12-20 21-24 ≥25
Saturasi Oksigen ≤91 92-93 94-95 96
Penggunaan Alat Ya Tidak
Bantu (O2)
Suhu ≤35 35.1- 36.1-38.0 38.1- ≥39.1
36.0 39.0
Tekanan Darah ≤90 91-100 101-110 111-219 ≥220
Sistolik
Denyut Jantung ≤40 41-50 51-90 91-110 111- ≥131
130
Tingkat Kesadaran A V,P
Atau U
TOTAL
22
Skor NEWS dan Respon Klinis yang Diberikan
Monitoring
0 Sangat Di lakukan monitoring Melanjutkan Minimal 12
Rendah monitoring jam
1-4 Rendah Harus segera di Perawat Min 4-6 jam
evaluasi oleh perawat mengassesmen
memutuskan apakah
perubahan frekuensi
pemantauan klinis
atau wajib eskalasi
perawatan klinis
5-6 Sedang Harus segera Perawat berkolaborasi Min 1 jam
mempertimbangkan
apakah eskalasi
perawatan ke tim
perawatan kritis
perawatan kritis)
23
≥7 Tinggi Harus segera Berkolaborasi dengan Bad set
memberikan penilaian tim medis/ pemberian monitor/
penjangkauan/ critical
care outreach dengan
kompetensi
penanganan pasien
ke area perawatan
dengan alat bantu.
Keterangan :
B. Menentukan Triase
24
Tidak Gawat <120 menit <120 menit 80%
C. Pengkajian Primer
Pengkajian primer adalah penilaian yang cepat dan sistematis yang
bertujuan untuk mengidnetifikasi dan mengenali kondisi yang mengacam
1. Danger
Periksa situasi dan kondisi bahaya, pastikan lingkungan aman bagi pasien
25
pertolongan dan penangan kondisi tempat dirumah sakit yang aman dan
menunjang penerapan pasien safety dan ketika dalam kondisi pandemic
2. Respone
Kaji respon pasien, apakah pasien berespons ketika anda tanya. Untuk
suaranya
Pain: klien juga dapat menjelaskan rasa nyeri yang dirasakan dengan
3. Airway
Jika ada sumbatan dan pasien responsive berikan pertolongan untuk
stridor.
Pertimbangkan untuk menggunakan C-spine imobilasisasi, suctioning
ETT.
4. Breatihing
Kaji denyut nadi pasien apakah nadi positif, tentukan apakah denyut nadi
adekuat. Cek CRT, pertimbangkan deflibirasi, RJP, control perdarahan, dan
elevasi kaki.
26
D. Pengkajian Sekunder
pada :
1. Riwayat kesehatan
Berkaitan dengan keluhan saat ini atau kondisi saat ini. Akronim yang
dapat digunakan untuk membantu menggali riwayat kesehatan pasien
of injury.
2. Vital sign
Quality
Radiation
Severity
Timing
D. Identifikasi Masalah
27
Pada domain ini dilakukan proses identifikasi dan analisa semua data yang
ada, selanjutnya dilakukan kategorisasi data sehingga dapat diidentifikasi
E. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah aktivitas terapeutik yang ditujukan untuk
1. Intervensi mandiri
2. Intervensi independen
3. Intervensi interdependet
28
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Primer
1. Kasus
Tn.D (55 Tahun) masuk RS dengan keluhan tiba- tiba pigsan 3 jam
sebelum mauk rumah sakit,dada terasa tertekan,nyeri menjalar ke bahu
belakang,serta keluar keirngat dingin. Riwayat penyakit dahulu,klien
pernah masuk RS 3 tahun akibat masalah jantung,setelah itu tidak pernah
dikontrol. Riwayat keluarga tidak tidak ada yang memiliki masalah
jantung, hipertensi. Klien merokok sejak usia muda ( 35 tahun ) dengan
konsumsi 1-2 bungkus per hari, olahraga ( - ). Saat ini klien berada di
ruang rawat inap gallop (-),murmur (-),CRT (capillary Refil Time) 2-3
detik,sianosis (-),hasil EKG terbaru : irama sinus, HR 100x/menit,axis
Normal , hipertrofi ventrike (-), ST elevasi (-),ST elevasi (-).
2. IDENTITAS :
No. Rekam Diagnosa Medis : Angina Pectoris Umur : 55
Medis : - Stabil tahun
Nama : Tn. D Jenis Kelamin : Laki-laki Pendidikan :
-
Agama : - Status Perkawinan : - Alamat : -
Pekerjaan : - Sumber Informasi : -
3. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama
29
belakang, serta keluar keringat dingin. Riwayat penyakit terdahulu
klien pernah masuk Rumah Sakit 3 tahun yang lalu akibat masalah
jantung, setelah itu tidak pernah dikontrol. Riwayat keluarga tidak ada
yang memiliki masalah jantung, hipertensi. Klien merokok sejak usia
muda (35 tahun) dengan konsumsi 1-2 bungkus per hari, olahraga (-),
TD: 130/60 mmHg, S: 360C, RR: 20x/i, N: 100x/i.
Parameter 3 2 1 0 1 2 3
Pernafasan 20
(0)
Saturasi Oksigen 92-93
(2)
Penggunaan Alat Tidak
Bantu (O2)
Suhu 35.1-
36.0
(1)
Tekanan Darah 130
Sistolik (0)
Denyut Jantung 91-110
(1)
Tingkat Kesadaran A
(0)
TOTAL 3
Keterangan :
3 : skor rendah (hijau), penilaian setiap 1-2 jam
30
Cara Hasil Temuan
Melihat 1. Kepatenan jalan napas
2. Status pernapasan, penggunaan oksigen
3. Tidak ada Tanda-tanda perdarahan eksternal
4. Tingkat kesadaran: composmentis
5. Keluhan nyeri: nyeri menjalar kebelakang
6. Warna dan keadaan kulit baik
7. Keadaan tubuh: tidak ada pembengkakan
8. Perilaku umum: takut, marah, sedih, biasa
9. Tidak ada alat bantu medis yang terpasang
Mendengar 1. Suara napas normal
2. Cara berbicara baik
3. Interaksi dengan orang lain baik
Mencium 1. Tidak ada Bau keton, urin, alcohol, sisa muntahan
2. Pasien perokok aktif
PRIMER SURVEY
1. Airway
Jalan Nafas : Paten
Obstruksi : Tidak terdapat obstruksi lidah,
obstruksi cairan dan obstruksi benda
asing
2. Breathing
31
dangkal
Palpasi : Adanya nyeri tekan didada
Auskultasi : Bunyi nafas vesikuler, tidak ada suara
nafas tambahan
Perkusi : Suara sonor
3. Circulation
4. Disability
5. Exposure :
32
B. Pengkajian Sekunder
1. Anamnesa
Pengkajian sekunder
Pengkajian Nyeri
33
Penilaian GCS
Jika dilihat dari kasus skor GCS pasien yaitu 15 dengan tingkat
kesadaran penuh. Pada pengkajian Eye opening skor 4 (spontan), Verbal
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : keadaan kepala simetris, tidak ada nyeri pada kepala
b. Wajah : keadaan wajah simetris, tidak ada oedem pada wajah, tidak
ada terdapat sianosis pada wajah klien
d. Telinga : tidak ada kotoran pada telinga, tidak ada nyeri pada telinga,
membrane timpani klien normal, pendengaran klien normal
34
e. Mulut : tidak ada kelainan pada mulut, tidak terdapat karies pada gigi,
mulut bersih
f. Leher : pada leher tidak terdapat pembesaran vena jugularis dan tidak
terdapat kelenjar getah bening
g. Thoraks :
1) Dada
benjolan
- Perkusi : bunyi perkusi pada dada sonor
kuat
- Perkusi : bunyi pada perkusi dada redup
- Auskultasi : bunyi jantung S1 dan S2 tunggal, Gallop (-),
murmur (-),
h. Abdomen :
1) Inspeksi : keadaan perut rata, tidat terdapat lesi pada abdomen
35
3. Data Penunjang
Hasil EKG:
a. Irama Sinus
b. HR 100x/i
c. Axis normal
d. Tidak ada hipertropi ventrikel
e. Tidak ada ST elevasi
f. Tidak ada ST depresi
4. Skala Morse
Kruk/tongkat/walker 15
Normal/bedrest/immobile (tidak
dapat bergerak sendiri)
0
Lemah tidak bertenaga 10
36
6. Status mental : pasien menyadari 0 0
kondisi dirinya
Interpretasi yang di
No. Pemeriksaan Nilai Normal
temukan
1. EKG (Elektrokardiogram), Irama sinus, HR
Pemeriksaan kesehatan terhadap 100x/menit, axis
aktivitas elektrik (listrik) jantung. normal, hipertropi
Elektrokardiogram adalah ventrikel (-), ST elavasi,
rekaman aktivitas elektrik jantung ST depresi
sebagai grafik jejak garis pada
kertas grafik. Bentuk jejak garis
yang naik dan turun tersebut • Irama Sinus
dinamakan gelombang (wave). • Ada gelombang P diikuti
Proses perekaman aktivitas listrik QRS kompleks T
jantung dalam bentuk grafik
disebut elektrokardiografi.
Gambaran EKG saat istirahat dan
bukan pada saat serangan angina
sering masih normal. Gambaran
EKG dapat menunjukkan bahwa Cara menghitung HR
pasien pernah mendapat infark • Reguler
miokard di masa lampau. • 300/Jml kotak besar R – R’
Kadang-kadang menunjukkan • 1500/Jml kotak kecil R – R’
pembesaran ventrikel kiri pada Irreguler/Reguler
pasien hipertensi dan angina; • Ambil EKG 6 detik, hitung
dapat pula menunjukkan jumlah QRS Kompleks X 10
perubahan segmen ST atau
gelombang T yang tidak khas. Frekuensi / Kecepatan Hr
Pada saat serangan angina, EKG • Normal : 60 – 100 x/menit
akan menunjukkan depresi • Bradikardi : < 60 x/menit
segmen ST dan gelombang T • Tachikardi : > 100 x/menit
dapat menjadi negatif. Gambaran
Gelombang P
37
EKG penderita angina tak • Gambaran yang
stabil/ATS dapat berupa depresi ditimbulkan oleh
segmen ST, inversi gelombang T, depolarisasi atrium
depresi segmen ST disertai inversi • Normal :
gelombang T, elevasi segmen ST, • Tinggi : < 0,3 mvolt
hambatan cabang ikatan His dan • Lebar : < 0,12 detik
bias • Selalu positif di L II
tanpa perubahan segmen ST dan • Selalu negatif di aVR
gelombang T. Perubahan EKG • Kepentingan : Mengetahui
pada ATS bersifat sementara dan kelainan di Atrium
masing-masing dapat terjadi
sendiri-sendiri ataupun
bersamaan. Perubahan tersebut
timbul di saat serangan angina
dan kembali ke gambaran normal
atau awal setelah keluhan angina
hilang dalam waktu 24 jam. Bila Interval PR
perubahan tersebut menetap Diukur dari permulaan P s/d
setelah 24 jam atau terjadi evolusi permulaan QRS .
gelombang Q, maka disebut Normal : 0,12 - 0,20 detik
sebagai IMA. Kepentingan : Kelainan sistem
konduksi
Gelombang Qrs
• Normal gelombang Q Lebar
: < 0,04 detik Dalam : < 1/3
tinggi R
• Normal QRS :
Lebar : 0,06 - 0,12 detik
Tinggi : Tergantung lead
Gelombang T
• Gambaran yang
38
ditimbulkan oleh
repolarisasi ventrikel
• Nilai normal :
• 1 MV di lead dada
• 0,5 MV di lead ekstrimitas
• Minimal ada 0,1 MV
Segmen ST
Diukur dari akhir QRS s/d awal gel
T
Normal : Isoelektris
Kepentingan : Elevasi Pada
injuri/infark akut
Depresi Pada iskemia
39
Merupakan satu- satunya teknik
yang memungkinkan untuk
melihat penyempitan pada
koroner. Suatu kateter
dimasukkan lewat arteri femoralis
ataupun brakialis dan diteruskan
ke aorta ke dalam muara arteri
koronaria kanan dan kiri. Media
kontras radio grafik kemudian
disuntikkan dan
cineroentgenogram akan
memperlihatkan kontur arteri
serta daerah penyempitan.
Kateter ini kemudian didorong
lewat katup aorta untuk masuk ke
ventrikel kiri dan disuntikkan
lebih banyak media kontras untuk
menentukan bentuk, ukuran, dan
fungsi ventrikel kiri. Bila ada
stenosis aorta, maka derajat
keparahannya akan dapat dinilai,
demikian juga kita dapat
mengetahui penyakit arteri
koroner lain.
3. Rongten Thorax Tidak terlampir Tidak ada pembesaran pada organ
jantung.
40
menunjukkan bentuk jantung
yang normal; pada pasien
hipertensi dapat terlihat jantung
membesar dan kadangkadang
tampak adanya kalsifikasi arkus
aorta.
4. Laboratorium Tidak terlampir
41
pada serum dan jaringan
terutama hati dan jantung.
Pelepasan enzim yang tinggi
kedalam serum menunjukan
adanya kerusakan terutama pada
jaringan jantung dan hati. Pada
penderita infark jantung, SGOT
akan meningkat setelah 12 jam
dan mencapai puncak setelah 24-
36 jam kemudian, dan akan
kembali normal pada hari ke-3
sampai hari ke-5.
Kolesterol
Kolesterol total adalah Kadar kolestrol : <200
keseluruhan jumlah kolesterol
yang ditemukan dalam darah,
terdiri dari kolesterol LDL,
kolesterol HDL, dan 20%
Trigliserida.
HDL HDL : ≤ 40
Kolesterol HDL (high-density
lipoprotein) disebut kolesterol
"baik" karena membantu
melindungi pembuluh darah dari
penimbunan lemak (plak).
42
LDL LDL : < 100
Kolesterol LDL (low-density
lipoproteins) disebut kolesterol
"jahat" karena menyebabkan
penimbunan plak pada pembuluh
darah dan meningkatkan risiko
penyakit jantung dan stroke.
D. Diagnosa Keperawatan
1. Analisa data
43
muda dari umur 35
tahun dengan 1-3
bungkus/hari
Do:
Pengakajian Nyeri
O = 3 jam yang lalu
P = Tidak terkaji
Q = Dada seperti
ditekan
R = Daerah dada dan
nyeri menjalar ke
bahu
S = Tidak terkaji
T = Tidak terkaji
TTV
TD = 130/60 mmHg
Suhu = 36ºC
Nadi = 100x/menit
RR = 20x/menit
Do:
Tekanan darah
meningkat
130/60 mmHg
Respirasi 20x/menit
Nadi 100x/menit
2. Diagnosa
a. Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera fisiologis (choronary
ischemia)
b. Risiko intoleransi aktivitas berhubungan dengan gangguan sirkulasi
E. Perencanaan
44
Plan Of Nursing
45
7. Gunakan tourniquet
3-4 inci diatas tempat
penusukan vena yang
sesuai
8. Bersihkan area
penusukan dengan
cairan desinfektan
9. Masukan jarum sesuai
dengan tempat
penusukan vena
10. Pastikan penempatan
jarum infus yang
benar dengan
mengamati darah
pada tabung jarum
infus
11. Lepaskan tourniquet
sesegera mungkin
12. Pasang plester pada
tempat yang aman
13. Hubungkan jarum ke
tabung IV
14. Berikan pembalut
transparan yang kecil
diatas tempat
penusukan jarum
15. Beri label pada
pembalut IV dengan
tanggal, ukuran, dan
inisal yang sesuai
protokol
Definisi : mengidentifikasi
dan mengelola
pengalaman sensorik atau
emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan
atau fungsional dengan
onset mendadak atau
lambat dan berintensitas
ringan hingga berat dan
konstan.
Intervensi :
46
1. Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
2. Kalaborasi pemberian
analgetik
Definisi : Mempersiapkan,
memberi, dan
mengevaluasi kefektifan
agen farmakologis yang
diprogramkan.
Intervensi :
1. Verifikasi obat sesuai
dengan indikasi
2. Perhatikan prosedur
pemberian obat yang
aman dan akurat
3. Lakukan prinsip enam
benar (pasien, obat,
dosis, rute, waktu,
dokumentasi)
4. Dokumentasi
pemberian obat dan
respon terhadap obat.
Definisi : Mengumpulkan
dan menganalisis data
hasil pengukuran fungsi
vital kardiovasukular,
pernapasan dan suhu
tubuh.
Intervensi :
1. Monitor tekanan darah
2. Monitor nadi
3. Monitor pernapasan
4. Monitor suhu tubuh
5. Monitor oksimetri
47
2. Risiko Intoleransi Toleransi Aktivitas (Hal : Promosi Dukungan
aktivitas b.d gangguan 149) Keluarga (Hal : 360)
sirkulasi Domain : I.05047 Domain : I.13488
(Hal. 135)
Domain : D.060 Definisi : Respon Definisi : Meningkatkan
Kategori : Fisiologis fisiologis terhadap partisipasi anggota
Subkategori: aktivitas yang keluarga dalam perawatan
Aktivitas/Isitirahat membutuhkan tenaga. emosional fisik.
Rehabilitasi Jantung
(Hal : 389)
Domain : I.02081
Definisi : Mengelola
periode pemulihan fungsi
jantung setelah
mengalami gangguan
yang berakibat pada
ketidakseimbangan
kebutuhan dan suplai
oksigen miokard, serta
meminimalkan kejadian
serangan, perilaku
beresiko dan dampak
psikososial.
48
Intervensi :
1. Monitor tingkat
toleransi aktivitas
2. Periksa kontraindikasi
latihan (TTV, EKG,
angina)
3. Anjurkan pasien dan
keluarga untuk
modifikasi faktor risiko
(mis. Latihan, diet,
berhenti merokok)
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil asuhan keperawatan yang kami lakukan, dapat
disimpulkan bahwa penyakit yang dialami oleh Tn. D adalah angina pectoris
yaitu nyeri dada akibat penyakit jantung koroner yang terjadi saat otot
jantung tidak mendapatkan suplai darah yang cukup karena arteri pada
jantung menyempit atau tersumbat.
B. Saran
49
makalah ini saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca agar makalah ini bisa menjadi lebih baik untuk selanjutnya.
Daftar Pustaka
Angina Pektoris Stabil. [Internet] 2010. [Cited 2014 Okt 11] Available from:
http://doktermuda88.blogspot.com/2010/12/angina-pektoris-
stabil.html
Alkatiri, Spjp, d. A., wicaksono, Spjp, d. H., palpahan, Spjp, d., & Dwiputra, Spjp, d.,
(2019). Pedoman evaluasi dan tatalaksana angina pectoris stabil., PETKI
Black, j., & Hawks, J, H. )2014), keperawatan medical bedah manjemen klinis untuk
hasil yang diharapkan (8 ed). Indonesia salemba medika
50