Anda di halaman 1dari 57

LAPORAN PERSENTASI ASKEP DAN JURNAL PADA PASIEN ANGINA PEKTORIS STABIL DENGAN

PENERAPAN METODE SEVEN JUMP

Stase : Kegawat Daruratan

Dosen Pembimbing : Ns. Chrisyen Damanik, S.Kep., M.Kep

Disusun Oleh:

Kelompok 4

NAMA MAHASISWA NIM


1. Amir Ma’ruf : P1908071
2. Ceni Mariani : P1908075
3. Devi Apriyanti : P1908080
4. Evalina Prastika : P1908086
5. Hamsiah : P1908088
6. Irayani Ingan : P1908094
7. Juliyana Selly Utami : P1908095
8. Lie Merry : P1908099
9. Muhammad Isran Widianur : P1908107
10. Muhammad Nur Hidayat : P1908108
11. Muhammad Rezky : P1908109
12. Muhammad Yusuf : P1908110
13. Nur Asiyah : P1908114
14. Refy Sukidawati : P1908118
15. Salmiati : P1908123
16. Siti Hatimah : P1908136
17. Sri Wulandari : P1908125
18. Vera Veriyalia : P1908129
19. Wiwin Apriliani : P1908132

PROGRAM STUDI PROFESI NURSE

INSTITUSI TENAGA KESEHATAN DAN SAINS WIYATA HUSADA SAMARINDA


2020/2021
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Persentasi Dan jurnal

Disusun Oleh:

Kelompok 4

1. Amir Ma’ruf : P1908071


2. Ceni Mariani : P1908075
3. Devi Aprianti : P1908080
4. Evalina Prastika : P1908086
5. Hamsiah : P1908088
6. Irayani Ingan : P1908094
7. Juliyana Selly Utami : P1908095
8. Lie Merry : P1908099
9. Muhammad Isran Widianur : P1908107
10. Muhammad Nur Hidayat : P1908108
11. Muhammad Rezky : P1908109
12. Muhammad Yusuf : P1908110
13. Nur Asiyah : P1908114
14. Refy Sukidawati : P1908118
15. Salmiati : P1908123
16. Siti Hatimah : P1908136
17. Sri Wulandari : P1908125
18. Vera Veriyalia : P1908129
19. Wiwin Apriliani : P1908132

Telah disetujui oleh dosen koordinator dan dosen pembimbing

Pada tanggal : 29 Juni 2020

Dosen Koordinator Dosen pembimbing


Stase Kegawat Daruratan Stase Kegawat Daruratan

Ns. Marina Kristi Layun Rining, M.Kep Ns. Chrisyen Damanik, M.Kep.
NIK : NIK : 113072.83.11. 023

i
Penyusunan

No. Nama NIM Jabatan Tugas Keterangan


1. Amir Ma’ruf P1908071 Ketua Membantu Terlaksana
Gadar BAB 4 dan
Membuat
PPT
2. Ceni Mariani P1908075 Anggota Membantu Terlaksana
mengerjakan
BAB 2
3. Devi Aprianti P1908080 Anggota Membantu Terlaksana
Mengerjaka
n BAB 5 dan,
EWS
4. Evalina Prastika P1908086 Anggota Membantu Terlaksana
mengerjakan
BAB 2,
Meniliai
Skala Morse
5. Hamsiah P1908088 Anggota Membantu Terlaksana
mengerjakan
BAB 1
6. Irayani Ingan P1908094 Anggota Membantu Terlaksana
mengerjakan
BAB 3,
Pengkajian
sekunder
GCS dan
askep
7. Juliyana Selly P1908095 Anggota Membantu Terlaksana
Utami Mengerjaka
n BAB 1
8. Lie Merry P1908099 Anggota Membantu Terlaksana
mengerjakan
BAB 3 askep
dan
pengkajian
9. Muhammad Isran P1908107 Anggota Membantu Terlaksana
Widianur mengerjakan
BAB 4 dan
PPT
10. Muhammad Nur P1908108 Anggota Mengerjaka Terlaksana
Hidayat n membuat

ii
cover,
penyusunan,
daftar isi,
daftar tabel,
dan daftar
gambar
11. Muhammad P1908109 Anggota Membantu Terlaksana
Rezky mengerjakan
Pemeriksaan
Penunjang
12. Muhammad P1908110 Anggota Membantu Terlaksana
Yusuf mengerjakan
BAB 2
13. Nur Asiyah P1908114 Anggota Membantu terlaksana
mengerjakan
BAB 4,
Triage,
Pengkajian
14. Refy Sukidawati P1908118 Anggota Membantu Terlaksana
mengerjakan
BAB 2
15. Salmiati P1908123 Anggota Membantu Terlaksana
mengerjakan
BAB 1
16. Siti Hatimah P1908136 Anggota Membantu Terlaksana
mengerjakan
BAB 4
17. Sri Wulandari P1908125 Anggota Membantu Terlaksana
mengerjakan
BAB 4,
Pemeriksaan
Penunjang
18. Vera Veriyalia P1908129 Anggota Membantu Terlaksana
mengerjakan
BAB 4, BAB 2
19. Wiwin Apriliani P1908132 Anggota Membantu Terlaksana
mengerjakan
BAB 1

iii
Kata Pengantar

Segala puji dan syukur hanyalah pada Tuhan Yang Maha Esa. Dengan
rahmat-Nya kami diberikan kesempatan dan kemampuan untuk dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “Laporan Persentasi Askep Dan Jurnal Pada
Pasien Arterioklerosis Dengan Penerapan Metode Seven Jump”. Makalah ini
merupakan makalah salah satu tugas untuk stase kegawat daruratan pada
program studi Profesi Nurse ITKES Wiyata Husada Samarinda

Kami sangat menyadari bahwa banyak kelemahan dan kekurangan yang


kami miliki. Tanpa bantuan, dorongan, dan do’a dari berbagai pihak bukanlah
suatu keniscayaan makalah ini tidak akan terselesaikan. Dengan segala
kerendahan hati perkenankanlah saya untuk mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Ns. Marina Kristi Layun Rining, M.Kep., selaku koordinator mata kuliah
stase kegawat daruratan.
2. Bapak Chrisyen Damanik M.Kep., selaku dosen pembimbing pada mata
kuliah stase kegawat daruratan.
3. Rekan-rekan kelompok 4 yang sama-sama melakukan penyusunan
makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat kepada pembaca dan dapat


dijaddikan acuan terhadap penyusunan makalah-makalah berikutnya. Kritik dan
saran yang membangun sangat kami perlukan untuk memperbaiki makalah ini.

Samarinda, 29 Juni 2020

Penyusun

iv
Daftar isi

HALAMAN PENGESAHAN...................................................................................i

TIM PENYUSUN....................................................................................................ii

KATA PENGANTAR..............................................................................................iv

DAFTAR ISI...........................................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang.......................................................................................................................... 1
B. Rumusan masalah................................................................................................................... 2
C. Tujuan.......................................................................................................................................... 2
D. Manfaat....................................................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Medis........................................................................................................................... 3
B. Manifestasi Klinis..................................................................................................................... 7
C. Pathway....................................................................................................................................... 9
D. Pemeriksaan Penunjang....................................................................................................... 9
E. Penatalaksanaan...................................................................................................................... 11
F. Komplikasi.................................................................................................................................. 13
G. Prognosis.................................................................................................................................... 15

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Primer................................................................................................................... 16
B. Pengkajian Sekunder............................................................................................................. 19
C. Pemeriksaan penunjang dan Interpetasi........................................................................21
D. Diagnosa Keperawatan......................................................................................................... 27
E. Perencanaan.............................................................................................................................. 29

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................................................ 43
B. Saran............................................................................................................................................ 43

v
BAB I

PENDAHULIAN

A. Latar Belakang
Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit epidemi. Di Indonesia sekitar
6 juta orang terkena beberapa penyakit jantung atau pembuluh
darah.Sedangkan di dunia mortalitas kira-kira 50 juta/tahun akibat penyakit
kardiovaskuler (PKV), 39 juta diantaranya di negara berkembang.Penyakit
kardiovaskuler merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia.Menurut
American Heart Association semakin banyak kematian yang disebabkan oleh
penyakit kardiovaskuler dibandingkan dengan gabungan ketujuh penyebab
kematian utama berikutnya.Hal ini menunjukkan terjadinya satu kematian
akibat penyakit kardiovaskuler tiap 33 detik. (Ardyan pradana: 2011)
Angina Pektoris Stabil (APS) terdiri atas seluruh situasi dalam
spektrum penyakit arteri koroner selain kejadian sindrom koroner akut. Rassa
tidak enak tersebut sering kali digambarkan sebagai rasa tertekan, rsa terjerat,
rasa terbakar biasanya berlangsung sekitar 1-15 menit di daerah restrosternal,
tetapi dapat juga menjalar kerahang, leher, bahu, punggung dan lengan kiri.
Walaupun jarang, kadang-kadang juga menjalar ke lengan kanan. Terkadang
keluhannya dapat berupa cepat lelah, sesak nafas pada saat aktivitas yang
disebabkan olehgangguan fungsi akibat iskemia miokard.
Angina atipikal memiliki dua dari tiga karakter di atas, nyeri dada non-
anginal hanya memiliki satu atau tidak memiliki satu pun dari ketiganya.
Angina atipikal dapat memiliki karakteristik dan lokasi yang sama dengan
angina tipikal, juga responsif terhadap nitrat, namun tidak memiliki faktor
pencetus. Nyeri seringkali dimulai saat istirahat dari intensitas rendah,
meningkat secara gradual, menetap maksimal hingga 15 menit, kemudian
berkurang intensitasnya. Gambaran karakteristik ini harus mengingatkan
klinisi pada kemungkinan vasospasme koroner. Gejala angina atipikal lainnya
adalah nyeri dada dengan lokasi dan kualitas angina, yang dicetuskan oleh
aktivitas dan tidak berpengaruh terhadap nitrat. Gejala ini seringkali timbul
pada pasien dengan angina mikrovaskular. Nyeri dada non-angina memiliki
karakteristik kualitas yang rendah, meliputi sebagian kecil hemithorax kanan
atau kiri, bertahan selama beberapa jam atau bahkan hari. Nyeri non- angina
ini biasanya tidak hilang dengan nitrat. Penyebab non-kardiak harus
dievaluasi pada kasus-kasus ini. Klasifikasi The Canadian Cardiovascular

1
Society digunakan untuk menilai derajat severitas angina stabil.Gangguan ini
ditandai dengan adanya plak pada endotel arteri yang menyebabkan
pengerasan pembuluh arteri dan penyempitan liangnya.

B. Rumusan Masalah
Angka kejadian penyakit jantung semakin meningkat, Angina Pectoris
Stabil adalah penyakit yang menjadi masalah kesehatan paling besar
terutama untuk Negara yang sedang menuju kearah industry, hamper seluruh
kematian yang ada di amerika serikat dan eropa disebabkan oleh penyakit
vaskuler. Hal ini banyak dipengaruhi adanya perubahan gaya hidup modern
perkotaan yang serba cepat, sehingga menyebabkan peningkatan prevalensi
penyakit degenerative ini. Walaupun penyakit ini tidak dapat disembuhkan
tetapi dapat dikontrol melalui manajemen perawatan diri karena apabila
pasien arterioklerosis melakukan perawatn diri dapat mengelola penyakitnya
sehingga mampu mempertahankan kesehatannya demi kelangsugan hidup
yang lebih baik. Berdasarkan uraian diatas maka kami tertarik menyusun
paper tentang penyakit Angina Pectoris stabil.

C. Tujuan Masalah
1. Mampu mengetahui deskripsi kasus kelolaan klien dengan keadaan
Angina Pectoris stabil

2. Mampu mengetahui asuhan keperawatan yang diberikan pada klien


Angina Pectoris stabil

3. Mampu mengetahui analisis jurnal untuk klien Angina Pectoris stabil

D. Manfaat
1. Mahasiswa dapat mengetahui, mengerti,maupun melaksanakan Asuhan

Keperawatan pada klien dengan gangguan Angina Pectoris stabil


2. Mahasiswa dapat mengetahui, mengerti,maupun melaksanakan

pengkajian keperawatan dan membuat Asuhan Keperawatan pada klien


dengan gangguan Angina Pectoris stabil

3. Mahasiswa dapat mengetahui, mengerti intervensi dan evidence based


nursing pada pasien dengan gangguan Angina Pectoris stabil

2
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Medis
1. Definisi
Angina Pektoris Stabil (APS) terdiri atas seluruh situasi dalam
spektrum penyakit arteri koroner selain kejadian sindrom koroner akut.

Rassa tidak enak tersebut sering kali digambarkan sebagai rasa tertekan,
rsa terjerat, rasa terbakar biasanya berlangsung sekitar 1-15 menit di

daerah restrosternal, tetapi dapat juga menjalar kerahang, leher, bahu,


punggung dan lengan kiri. Walaupun jarang, kadang-kadang juga

menjalar ke lengan kanan. Terkadang keluhannya dapat berupa cepat


lelah, sesak nafas pada saat aktivitas yang disebabkan olehgangguan

fungsi akibat iskemia miokard.

2. Klasifikasi
Keluhan utama APS adalah nyeri dada stabil, karakteristik nyeri

dada pada APS dibagi atas angina tipikal, angina atipikal dan nyeri dada
non-angina. Angina tipikal didefinisikan sebagai nyeri dada yang

memenuhi ketiga karakteristik berikut:


a. Rasa tidak nyaman pada substernal dada dengan kualitas dan durasi

tertentu
b. Diprovokasi oleh aktivitas fisik dan stres emosional

c. Hilang setelah beberapa menit istirahat dan atau dengan nitrat


Angina atipikal memiliki dua dari tiga karakter di atas, nyeri dada

non-anginal hanya memiliki satu atau tidak memiliki satu pun dari
ketiganya. Angina atipikal dapat memiliki karakteristik dan lokasi yang

sama dengan angina tipikal, juga responsif terhadap nitrat, namun


tidak memiliki faktor pencetus. Nyeri seringkali dimulai saat istirahat dari

3
intensitas rendah, meningkat secara gradual, menetap maksimal hingga
15 menit, kemudian berkurang intensitasnya. Gambaran karakteristik ini

harus mengingatkan klinisi pada kemungkinan vasospasme koroner.


Gejala angina atipikal lainnya adalah nyeri dada dengan lokasi dan

kualitas angina, yang dicetuskan oleh aktivitas dan tidak berpengaruh


terhadap nitrat. Gejala ini seringkali timbul pada pasien dengan angina

mikrovaskular. Nyeri dada non-angina memiliki karakteristik kualitas


yang rendah, meliputi sebagian kecil hemithorax kanan atau kiri,

bertahan selama beberapa jam atau bahkan hari. Nyeri non- angina ini
biasanya tidak hilang dengan nitrat. Penyebab non-kardiak harus

dievaluasi pada kasus-kasus ini. Klasifikasi The Canadian Cardiovascular


Society digunakan untuk menilai derajat severitas angina stabil. Penting

untuk diingat bahwa sistem nilai ini secara eksplisit memperlihatkan


bahwa nyeri pada saat istirahat (rest pain) dapat muncul pada semua

kelas sebagai manifestasi vasospasme koroner. Kriteria kelas ini


menunjukkan keterbatasan aktivitas maksimum harian pasien.

Tabel: 2 Klasifikasi Derajat Angina pada APS berdasarkan Canadian

Cardiovascular Society

Kelas I Aktivitas biasa tidak menyebabkan angina, seperti berjalan atau


naik tangga. Angina muncul dengan mengejan atau aktivitas
cepat dan lama saat bekerja atau olahraga.

Kelas II Sedikit pembatasan pada aktivitas biasa. Angina saat berjalan


cepat atau naik tangga, berjalan atau naik tangga setelah makan
atau pada cuaca dingin, angina pada stress emosional, atau
hanya beberapa jam setelah bangun tidur. Berjalan lebih dari
dua blok atau menanjak lebih dari satu tangga pada
kecepatan dan kondisi normal.
Kelas III Pembatasan yang jelas pada aktivitas fisik biasa. Angina
muncul saat berjalan satu atau dua blok, naik satu lantai pada
kondisi dan kecepatan normal.

4
Kelas IV Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas fisik tanpa rasa
tidak nyaman, angina dapat timbul saat istirahat.

3. Patofisiologi

Terdapat tiga arteri coroner yang normalnya menyuplai


miokardium dengan darah untuk memenuhi kebutuhan metaboliknya

selama melakukan berbagai jenis pekerjaan. Arteri coroner kanan


menyuplai darah ke arteri ke sisi kanan jantung, sedangkan arteri coroner

kiri terbagi atas arteri sirkumfleksi kiri yang menyuplai otot jantung
belakang, dan arteri desenden anterior yang menyuplai miokardium

anterior, terutama ventrikel kiri. Pembuluh darah coroner sangat efesien


dan menyuplai miokardium selama periode diastole. Ketika jantung

membutuhkan lebih banyak suplai darah, pembuluh darah tersebut akan


berdilatasi. Saat pembuluh darah terlapis serta akhirnya tertutup oleh plak

aterosklerosis dan thrombus, maka pembuluh darah tersebut tidak akan


mampu lagi berdilatasi dengan baik.

Jika pembuluh darah coroner mengalami oklusi secara perlahan,


maka akan terbentuk pembuluh daarah kolateral untuk memberikan

darah arteri yang dibutuhkan miokardium. Pembuluh darah kolateral lebih


umum ditemui pada klien dengan penyakit arteri coroner yang sudah

berlangsung lama.
Iskemia miokardium terjadi jika supai darah melalui pembuluh

darah coroner atau kandungan oksigen dari darah tidak mencukupi


kebutuhan metabolic jantung. Gangguan pada pembuluh darah coroner,

sirkulasi, atau darah itu sendiri dapat menyebabkan kurangnya suplai


Gangguan pada pembuluh darah coroner termasuk antar lain

aterosklerosis, spasme arteri, dan arteritis coroner. Aterosklerosis


meningkatkan tahanan aliran.spasme arteri juga meningkatkan tahanan.

5
Arteritis coroner merupakan inflamsi pada arteri coroner yang disebabkan
oleh infeksi atau penyakit autoimun.

Gangguan sirkulasi, antara lain hipotensi dan stenosis serta


insufisiensi aorta. Hipotensi dan stenosis serta insufisiensi aorta. Hipotensi

dapat terjadi akibat anestesioa spinal, obat antihipertensi yang kuat.


Kehilangan darah. Atau factor lain yang mengakibatkan penurunan aliran

balik darah ke jantung. Stenosis atau insufisiensi dari aktup aorta


mengakibatkan penurunan tekanan pengisian dari arteri coroner

Gangguan darah termasuk anemia, hipoksemia, dan polisitemia.


Anemia dan hipoksemia menyebabkan penurunan aliran oksigen ke

miokardium. Polisitermia meningkatkan kekentalan darah, yang akan


melemabtkan aliran darah melalui arteri coroner. Kebalikan dari suplai

adalah permintaan dan peningkatan permintan dapat terjadi pada jantung


kondisi yang meningkatkan permintaan dari miokardium adalah kondisi-

kondisi yang menyebabkan peningkatan curah jantung atau peningkatan


kebutuhan oksigen dari miokardium.

Iskemia miokardium terjadi ketika suplai atau permintaan jantung


terganggu. Pada beberapa orang, arteri coroner dapat menyuplai cukup
darah saat seseorang beristirahat. Namun, ketika orang tersebut mencoba
beraktivitas atau kondisi peningkatan kebutuhan lain, maka akan timbul

angina. Sel miokardium menjadi iskemia dalam 10 detik setelah oklusi


arteri coroner. Setelah beberapa menit dalam iskemia, fungsi pompa

jantung berkurang. Penurunan sel iskemia tersebut terhadap oksigen dan


glukosa. Sel tersebut akan menggunakan metabilisme anaerob, yang

meningkatkan asal laktat sebagai produk sisa. Saat asam laktat


terakumulasi, maka muncul nyer. Angina pectoris bersifat transien

berlangsung sekitar 3-5 menit jika aliran darah diperbaiki, maka tidak
terjadi kerusakan miokardium permanen.

6
B. Manifestasi Klinis
Angina merupakan sidnrom klinis yang dicirikan oleh rasa tidak nyaman
dijantung, rahang, bahu, punggung atau lengan. Angina pectoris
mengahasilkan serangan nyeri substernal atau precordial yang paroksismal
dan transien dengan karakteristik sebagai berikut:
1. Onset. Angina dapat muncul dengan cepat atau lambat. Beberpa klien
mangabikan nyeri dada, berpikir bahwa akan hilang sendiri atau itu karena

proses pencernaan. Tanyakan apa yang klien lakukan saat neri mulai.
2. Lokasi. Hamper 90% klien mengalami nyeri restrosternum atau sedikit sisi

kiri dari sternum.


3. Penjalaran. Nyeri biasanya menjalar ke bahu dan lengan atas kiri serta

dapat berlanjut ke bagaian dalam lengan kiri hingga siku, pergelangan


tangan, dan jari keempat atau kelima. Nyeri juga dapat menjalar ke bahu

kanan, leher, rahang atau daerah epigastrik. Kadang kala, nyeri dapat
terasa hanya pada area-area penjalaran dan malah tidak terasa pada dada.

Sangat jarang nyeri terbatas pada satu area kecil tertentu diatas
precordium.

4. Durasi. Angina biasanya berlangsung kurang dari 5 menit. Namun,


serangan yang dipicu oleh aktivitas makan berat atau kemarahan ektrem

dapat berlangsung hingga 15-20 menit.


5. Sensai. Klien menjelaksan rasa nyeri angina seperti diremas, terbakar,

tertidih, tersedak, ngilu, atau seperti mau meledak. Klien sering merasakan
nyeri terasa seperti ada udaran dalam saluran cerna, nyeri ulu hati, atau

begah. Klien sering merasakan nyeri angina sebagai neri yang tajam
seperti pisau.

6. Keparahan. Nyeri angina biasanya ringan atau sedang saj. Sering kali
disebut sebagai “ rasa tidak nyaman”, bukan nyeri. Sangat jarang nyeri

disebut sebagai “parah”

7
7. Ciri yang berhubungan. Manifestasi lain yang dapat menyertai antara lain
dyspnea, pucat, berkeringat, mau pingsan, palpitasi, pusing, dan

gangguan pencernaan.
8. Tampulan tidak khas. Wanita orang tua, dank lien dengan diabetes

mungkin memiliki tampilan PJK yang tidak khas namun masih termasuk
angina. Pada wanita, PJK dapat muncul sebagai nyeri epigastrik, dyspnea,

atau nyeri punggung, sementara pada lansia sering kali dyspnea,


kelelahan, atau pingsan.

9. Factor pereda dan pemicu. Angina dipicu oleh aktivitas terus menerus dan
kabnyakan serangan angina menghilang dengan cepat dengan pemberian

nitrogliserin dan istirahat. Pola khas nyeri saat aktivitas berat, hilang saat
istirahat”. Merupakan petunjuk utama diagnosis angina pectoris.

10. Terapi. Terapi untuk menurunkan kebutuhan jantung, seperti istirahat,


atau terapi yang mampu mendilatasi arteri coroner umumnya akan

mengurangi nitrogliserin dank lien harus ditanya apakah angina


berkurang.

Saat pembuluh darah terlapisi plak arterosklerosis, plak dapat mengalami


disrupsi dan dapat terbentuk thrombus, yang menyebabkan manifestasi klinis
dari kurangnya suplai darah kejaringan yang seharusnya disuplai dengan baik.
Selanjutnya, akan muncul permasalahan seperti stroke, klaudiksi, dan angina.

8
C. Pathway
Aterosklerosis Penumpukan Gangguan
Plak Pertukaran Gas

vasokontriksi

Resiko Perfusi
Iskemia Fungsi pompa Perfusi Perifer
Miokard Tidak
miokardium jantung berkurang tidak efektif
Efektif

Arteri coroner tidak dapat


Sehingga sel kekurangan
mensuplay oksigen yang cukup Resiko Intoleransi
pemenuhan kebutuhan
saat orang tersebut beraktivitas Aktivitas
oksigen dan glukosa

Angina Sel akan Aliran darah


pektoris menggunakan menjadi menurun
metabolism anaerob

Rutin kontrol Lemas


Dengan meninggikan
asam laktat sebagai
produk sisa
Kurang Resiko Jatuh
motivasi
Saat asam laktat
terakumulasi
Ketidakpatuhan Tidak kontrol

Rasa Nyeri
Nyeri Akut

D. Pemeriksaan Penunjang

N Pemeriksaan Penjelasan
O
Setiap penderita dengan gejala yang
mengarah pada angina harus dilakukan
EKG 12 lead. Namun hasil EKG akan
normal pada 50 % dari penderita dengan
1 EKG (Elektrokardiogram)
angina pectoris. Depresi atau elevasi
segmen ST menguatkan kemungkinan
adanya angina dan menunjukkan suatu
ischemia pada beban kerja yang rendah.
2 Foto Thoraks Foto thoraks pada penderita angina pectoris
biasanya normal. Foto thoraks lebih sering
menunjukkan kelainan pada penderita
dengan riwayat infark miokard atau
penderita dengan nyeri dada yang bukan

9
berasal dari jantung.
Uji latih beban dengan monitor EKG
merupakan prosedur yang sudah baku. Dari
segi biaya, tes ini merupakan termurah bila
dibandingkan dengan tes echo. Untuk
mendapatkan informasi yang optimal,
protocol harus disesuaikan untuk
masingmasing penderita agar dapat
mencapai setidaknya 6 menit. Selama
EKG, frekwensi, tekanan darah harus
dimonitor dengan baik dan direkam pada
tiap tingkatan dan juga pada saat
abnormallitas segmen ST. metode yang
dipakai pada uji beban yaitu dengan
menggunakan treadmill dan sepeda statis.
Interpretasi EKG uji latih beban yang
paling penting adalah adanya depresi dan
elevasi segmen ST lebih dari 1 mm.
Uji Latih Beban dengan Biasanya uji latih beban dihentikan bila
3
monitor EKG mencapai 85% dari denyut jantung
maksimal berdasarkan umur, namun perlu
diperhatikan adanya variabilitas yang besar
dari denyut jantung maksimal pada tiap
individu. Indikasi absolute untuk
menghentikan uji beban adalah penurunan
tekanan darah sistolik lebih dari 10 mmHg
dari tekanan darah awal meskipun beban
latihan naik jika diikuti tanda ischemia
yang lain : angina sedang sampai berat,
ataxia yang meningkat, kesadaran
menurun, tanda-tanda penurunan perfusi
seperti sianosis. Pada penderita yang tidak
bisa di diagnosa dengan uji latih beban
berdasarkan EKG, maka dilakukan uji latih
beban dengan pencitraan. Isotop yang biasa
digunakan adalah thalium-210.

4 Tes uji latih Ekokardiografi Tes uji latih ekokardiografi dianalisa


berdasarkan penilaian penebalan miokard
pada saat uji latih dibandingkan dengan
saat istirahat. Gambaran ekokardiografi
yang mendukung adanya ischemia miokard
adalah : penurunan gerakan dinding pada 1
atau lebih segmen ventrikel kiri,
berkurangnya ketebalan dinding saat sistol
atau lebih segmen pada saat uji latih beban,

10
hiperkinesia kompensasi pada segmen
dinding yang berkaitan atau yang tidak
ischemia.
Tindakan untuk angiografi koroner
diagnostic secara langsung pada penderita
5 Angiografi dengan nyeri dada yang diduga karena
ischemia miokard, dapat dilakukan jika ada
kontra indikasi untuk test non invasive.
Pemeriksaan laboratorium antara lain
Troponin I dan T, pemeriksaan CK-MB,
6 Laboratorium
kadar kolesterol, HDL, LDL dan
Trigliserin serta pemeriksaan Gula Darah.

E. Penatalaksanaan
1. Tatalaksana Medis
a. Terapi Angina
Angina merupakan nyeri iskemik miokardium. Obat-obatan yang
digunakan untuk menangani episode agina akut ada vasodilator yang
bertujuan untuk mengembalikan aliran arteri (suplai) atau mengurangi
konsumsi oksigen (permintaan).
Nitrogliserin adalah obat yang paling sering digunakan dan harus
diberikan pada klien dengan Riwayat penyakit jantung iskemik yang
melaporkan munculnya angina. Oleh karena efek vasodilatornya yang
kuat, periksalah :
1) tekanan darah sebelum memulai terapi dan 5 menit setiap setelah
pemberian dosis. Tindakan paling umum adalah memberikan tiga
dosis nitrogliserin sublingual tiap 5 menit selama klien tidak
menjadi hipotensi parah.
2) Jika nyeri tidak berkurang, segera memberitahukan kepada dokter;
morfin mungkin akan diperlukan.
3) Jika klien tidak memiliki Riwayat penyakit jantung iskemik, lakukan
pemeriksaan menyeluruh mengenai nyeri tersebut dan beri tahu
dokter segera jika ada tanda-tanda nyeri dada yang serius.
Beberapa dokter akan memberikan antasid cair dan nitrogliserin
untuk meredakan keluhan jantung maupun gastrointestinal.
4) Jika obat tersebut diberikan tiap 5 menit, pemberian obat tersebut
mungkin akan membantu menentukan penyebab pasti dari nyeri
dada. Penggunaan bersama dengan sildenaf;l (Viagra) dapat
menyebabkan hipotensi parah dan kematian.

11
Klien dengan angina lama dapat menggunakan nitrogliserin
topical atau bentuk lepas-lambat. Sediaan nitrogliserin ini memberikan
efek vasodilatasi terus-menerus. Dapat muncul toleransi terhadap
obat, terutama pada dosis dengan waktu paruh lebih Panjang,
sehingga nitrogliserin topical harus dilepas saat malam untuk
mengembalikan efikasinya. Pengkajian angina nocturnal, baisanya
selama tidur REM akan diperlukan.
Metode kedua untuk mengontrol nyeri adalah mengurangi
kebutuhan oksigen miokardium. Agen penyekat beta akan
mengurangi konsumsi oksigen miokardium dengan mengontrol
permintaan oksigen-tinggi dari efek system sarfa simpatis. Bentuk asli
dari agen penyekat beta mengandung antagonis beta 1 dan beta2 dan
dapat menyebabkan bronkokonstriksi. Bentuk yang lebih baru hanya
berupa antagonis beta1 selektif.
Aspirin sering digunakan pada kejadian akut untuk memperbaiki
aliran darah melalui arteri coroner yang sempit yang berliku, karena
darah yang melambat memiliki kemungkinan menggumpal dan
mencegah aliran darah ke depan. Aspirin mencegah platelet
mengalami agregasi (berkumpul) dengan memblokir sintesis
prostaglandin. Aspirin dapat mengiritasi saluran pencernaan dan harus
diberikan dengan makanan. Aspirin juga menyebabkan peningkatan
resiko perdarahan dari semua prosedur invasive. Penggunaan obat
lain yang juga melambatkan proses penggumpalan darah harus
dimonitor dengan ketat.

2. Tatalaksana Perawat
Klien harus paham mengenai perawatan angina dan bagaimana
mengurangi faktor resiko yang memperparah proses ini. Gunakan
informasi berikut untuk membantu klien mengontrol faktor resiko untuk
angina pektoris.
 Edukasi klien untuk menghindari aktivitas atau kebiasaan yang memicu
angina (makan terlalu banyak, minum kopi, merokok, olahraga
berlebihan, pergi keluar dalam cuaca dingin, cemas dan stress).
 Jelaskan pentingnya manajemen hipertensi harian. Sarankan klien
meminum obat hariannya bahkan jika tidak ada manifestasi klinis.
 Dorong dan bantu klien merencanakan program olahraga harian
tertaur untuk memperbaiki sirkulasi coroner dan manajemen berat
badan.

12
 Instruksikan klien yang merokok untuk berhenti merokok segera.
Merokok meningkatkan kadar karboksihemoglobin dalam darah yang
menurunkan jumlah oksigen yang ada dalam miokardium. Klien
dengan angina pektoris yang terpapar rokok selama dua jam memilik
peningkatan konsentrasi karboksihemoglobin, penurunan toleransi
olahraga, peningkatan denyut jantung dan peningkatan tekanan darah.
Sarankan klien untuk tidak “merokok pasif” (misalnya tidak berada
bersama perokok atau dalam ruangan berisi asap rokok).
 Dorong klien dengan berat badan lebih untuk menurunkan kelebihan
berat badannya. Jelaskan bahwa pengurangan berat juga akan
mengurangi tekanan darah, kadar kolestrol, dan insiden diabetes
onset-dewasa. Dorong mereka untuk makan porsi kecil, menghindari
diet tinggi kalori dan tinggi kolesterol, tidak makan makanan
pembentuk gas dalam perut, dan beristirahat sebentar setelah makan.
Selain itu, rekomendasikan diet tinggi serat, yang tidak hanya akan
mencegah konstipasi dan penyakit saluran cerna lainnya tetapi juga
menurunkan jumlah serta keparahan dari serangan angina. Diet tinggi
serat juga akan membantu menurunkan kolesterol serum dan tingkat
trigeliserida. PJK lebih jarang pada klien dengan asupan serat yang
tinggi dibandingkan dengan yang asupannya rendah. Diet tinggi serat
juga membantu menurunkan hipertensi.
 Bantu klien yang memiliki kehidupan aktif dan terlalu sibuk untuk
menurunkan tingkat kesibukan karena dapat menyebabkan serangan
angina. Sarankan periode istirahat sementara pada hari kerja, waktu
tidur yang lebih awal, dan waktu berlibur yang lebih Panjang atau lebih
sering. Sarankan klien yang cemas dan gugup untuk melakukan
konsultasi. Teknik relaksasi juga dapat digunakan.

F. Komplikasi
1. Infark Miocard
Dikenal dengan istilah serangan jantung dimana kondisi terhentinya
aliran darah dari arteri koroner pada area yang terkena yang

menyebabkan kekurangan oksigen (Iskemia) lalu sel-sel menjadi nekrotik


(mati) karena kebutuhan energi akan melebihi suplai energi darah (Hudak

& Gallo, 2010).

13
2. Aritmia
Lazim ditemukan pada fase akut MCI, aritmia perlu diobati bila

menyebabkan gangguan hemodinamik. Aritmia memicu peningkatan


kebutuhan oksigen miokard yang mengakibatkan perluasan infark (Hudak

& Gallo, 2010).

3. Gagal Jantung
Kondisi saat pompa jantung melemah, sehingga tidak mampu

mengalirkan darah yang cukup ke seluruh tubuh (Hudak & Gallo, 2010).

4. Syok Kardiogenik
Sindroma kegagalan memompa yang paling mengancam dan

dihubungkan dengan mortalitas paling tinggi, meskipun dengan


perawatan agresif (Hudak & Gallo, 2010).

5. Pericarditis

Sering ditemukan dan ditandai dengan nyeri dada yang lebih berat
pada inspirasi dan tidur terlentang. Infark transmural membuat lapisan
epicardium yang langsung kontak dengan pericardium kasar, sehingga
merangsang permukaan perikard dan timbul reaksi peradangan (Hudak &

Gallo, 2010).

6. Aneurisma Ventrikel
Dapat timbul setelah terjadi MCI transmural. Nekrosis dan

pembentukan parut membuat dinding miokard menjadi lemah. Ketika


sistol, tekanan tinggi dalam ventrikel membuat bagian miokard yang

lemah menonjol keluar. Darah dapat merembes ke dalam bagian yang


lemah itu dan dapat menjadi sumber emboli. Di samping itu bagian yang

14
lemah dapat mengganggu curah jantung kebanyakan aneurisma ventrikel
terdapat pada apex dan bagian anterior jantung (Hudak & Gallo, 2010).

G. Prognosis
Umumnya pasien dengan angina pectoris dapat hidup bertahun-tahun
dengan hanya sedikit pembatasan kegiatan sehari-hari. Mortalitas bervariasi

dari 2% - 8% dalam setahun. Apalagi dengan angina pectoris stabil stabil


dimana hanya dengan beristirahat sudah dapat sembuh dan angka

kematianpun akan sangat kecil kemungkinannya. Dibandingkan dengan


pasien yang mengalami nyeri dada karena penyebab non kardiak, pasien yang

mengalami angina pektoris memiliki risiko kematian 2-3 kali lipat lebih tinggi.
Prognosis semakin memburuk seiring bertambahnya usia. Semakin parah

gejala angina seperti adanya luka antomi, dan fungsi ventrikel memburuk.
Faktor yang mempengaruhi prognosis adalah beratnya kelainan

pembuluh koroner. Pasien dengan penyempitan dipangkal pembuluh koroner


kiri mempunyai mortalitas 50% dalam lima tahun. Hal ini jauh lebih tinggi

dibandingkan pasien dengan penyempitan hanya pada salah satu pembuluh


darah lainnya. Dengan pengobatan yang maksimal dan dengan bertambah

majunya tindakan intervensi dibidang kardiologi dan bedah koroner, harapan


hidup pasien angina pectoris menjadi jauh lebih baik.

15
BAHAN NO. 1
Mengcompare dari hasil penemuan kasus yang yang telah dipelajari olehn

kelompok :
Kasus :

Tn.D (55 Tahun) masuk RS dengan keluhan tiba- tiba pigsan 3 jam sebelum mauk
rumah sakit,dada terasa tertekan,nyeri menjalar ke bahu belakang,serta keluar

keirngat dingin. Riwayat penyakit dahulu,klien pernah masuk RS 3 tahun akibat


masalah jantung,setelah itu tidak pernah dikontrol. Riwayat keluarga tidak tidak

ada yang memiliki masalah jantung, hipertensi. Klien merokok sejak usia muda
( 35 tahun ) dengan konsumsi 1-2 bungkus per hari, olahraga ( - ). Saat ini klien

berada di ruang rawat inap gallop (-),murmur (-),CRT (capillary Refil Time) 2-3
detik,sianosis (-),hasil EKG terbaru : irama sinus, HR 100x/menit,axis Normal ,

hipertrofi ventrike (-), ST elevasi (-),ST elevasi (-).


Berdasarkan pertimbangan kelompok mengcompare antara angina pectoris stabil

dan aterosklerosis dimana penjabarannya yaitu :


Angina Pectroris Stabil :

Angina Pektoris Stabil (APS) terdiri atas seluruh situasi dalam spektrum
penyakit arteri koroner selain kejadian sindrom koroner akut. Rassa tidak enak
tersebut sering kali digambarkan sebagai rasa tertekan, rsa terjerat, rasa terbakar
biasanya berlangsung sekitar 1-15 menit di daerah restrosternal, tetapi dapat

juga menjalar kerahang, leher, bahu, punggung dan lengan kiri. Walaupun jarang,
kadang-kadang juga menjalar ke lengan kanan. Terkadang keluhannya dapat

berupa cepat lelah, sesak nafas pada saat aktivitas yang disebabkan
olehgangguan fungsi akibat iskemia miokard

Manifestasi klinik :
1. Onset. Angina dapat muncul dengan cepat atau lambat. Beberpa klien

mangabikan nyeri dada, berpikir bahwa akan hilang sendiri atau itu karena
proses pencernaan. Tanyakan apa yang klien lakukan saat neri mulai.

16
2. Lokasi. Hamper 90% klien mengalami nyeri restrosternum atau sedikit sisi
kiri dari sternum.

3. Penjalaran. Nyeri biasanya menjalar ke bahu dan lengan atas kiri serta
dapat berlanjut ke bagaian dalam lengan kiri hingga siku, pergelangan

tangan, dan jari keempat atau kelima. Nyeri juga dapat menjalar ke bahu
kanan, leher, rahang atau daerah epigastrik. Kadang kala, nyeri dapat

terasa hanya pada area-area penjalaran dan malah tidak terasa pada dada.
Sangat jarang nyeri terbatas pada satu area kecil tertentu diatas

precordium.
4. Durasi. Angina biasanya berlangsung kurang dari 5 menit. Namun,

serangan yang dipicu oleh aktivitas makan berat atau kemarahan ektrem
dapat berlangsung hingga 15-20 menit.

5. Sensai. Klien menjelaksan rasa nyeri angina seperti diremas, terbakar,


tertidih, tersedak, ngilu, atau seperti mau meledak. Klien sering merasakan

nyeri terasa seperti ada udaran dalam saluran cerna, nyeri ulu hati, atau
begah. Klien sering merasakan nyeri angina sebagai neri yang tajam

seperti pisau.
6. Keparahan. Nyeri angina biasanya ringan atau sedang saj. Sering kali
disebut sebagai “ rasa tidak nyaman”, bukan nyeri. Sangat jarang nyeri
disebut sebagai “parah”

7. Ciri yang berhubungan. Manifestasi lain yang dapat menyertai antara lain
dyspnea, pucat, berkeringat, mau pingsan, palpitasi, pusing, dan

gangguan pencernaan.
8. Tampulan tidak khas. Wanita orang tua, dank lien dengan diabetes

mungkin memiliki tampilan PJK yang tidak khas namun masih termasuk
angina. Pada wanita, PJK dapat muncul sebagai nyeri epigastrik, dyspnea,

atau nyeri punggung, sementara pada lansia sering kali dyspnea,


kelelahan, atau pingsan.

17
9. Factor pereda dan pemicu. Angina dipicu oleh aktivitas terus menerus dan
kabnyakan serangan angina menghilang dengan cepat dengan pemberian

nitrogliserin dan istirahat. Pola khas nyeri saat aktivitas berat, hilang saat
istirahat”. Merupakan petunjuk utama diagnosis angina pectoris.

10. Terapi. Terapi untuk menurunkan kebutuhan jantung, seperti istirahat,


atau terapi yang mampu mendilatasi arteri coroner umumnya akan

mengurangi nitrogliserin dank lien harus ditanya apakah angina


berkurang.

Pemeriksaan penunjang :
1. EKG ( Elektrogradiogram ) pemeriksaan kesehatan terhadap aktivitas

elektrik jantung. EKG merupakan rekaman aktivitas elektrik jantung


sebagai grafik jejak garis yang naik ddan turun tersebut dinamakan

gelombang.
(interpretasi yang irama sinus,HR 100x/menit,axis normal,Hipertrofi

ventrikel (-),ST Elevasi,ST Depresi.


2. Arteriografi Koroner

Satu satu nya teknik yang memungkinkan untuk melihat penyempitan


pada coroner,suatu kateter femoralis ataupun brakialis dan diteruskan ke
aorta ke dalam muara arteri koronaria kanan dan kiri. Media kontras radio
grafik kemudian disuntikkan dan cineroentgenogram akan

memperlihatkan kontur arteri serta penyempitan.


3. LAB > Enzim CPK (creatin Posfo Kinase)

Enzim berkonsentrasi tinggi dalam jantung dan otot rangka,konsentrasi


rendah pada jaringan otak. Berupa senyawa nitrogen yang tefosforisasi

dan menjadi katalisator dalam transfer posfat ke APD (energy) dewasa


Pria : 5-35 Ug/ml atau 30-180 IU/L

4. SGOT (Serum Glutamik Oksalat Transaminase)

18
Enzim transaminase sering juga disebut juga AST (asparat Amino
Transferase) katalisator-katalisator perubahan asam amino menjadi asam

alfa ketoglutarat.
( Laki-laki s/d 37 U/L, Wanita s/d U/L

5. LDH (laktat dehidrogenase)


Merupakan enzim yang melepas hydrogen dari suatu zat dan

menjadikatalisatorproses konversi laktat menjadi piruvat. Tersebarluas


pada jaringan terutama ginjal, rangka, hati dan miokardium.Peningkatan

LDH menandakan adanya kerusakan jaringan. LDH akan meningkat


sampai puncak 24-48 jam setelah infark dan tetap abnormal 1-3 minggu

kemudian.
6. Pemeriksaan lipid darah

Kolesterol total adalah Kolesterol keseluruhan jumlab kolesterol yang


ditemukan dalam darab, terdiri dari kolesterol LDL, kolesterol HDL, dan

20% Trigliserida.
7. HDL

Kolesterol. HDL (high-density lipoprotein) disebut kolesterol karena


membantu "baik" melindungi pembuluh darah dari penimbunan lemak
(plak).
8. LDL

9. Kolesterol LDL (low-density lipoproteins) disebut kolesterol "jabat"karena


menyebabkan penimbunan plak pada pembulub darab dan meningkatkan

tisiko penyakit jantung dan stroke,


10. Trgliserida

Tigliserida adalah jenis lemak lain yang ada dalam tubuh, fungsinya untuk
menyimpan kelebiban energi dan dapat Digunakan sebagai energi

cadangan, Namun kadaroya yang berlebih barus diwaspadai karena


trigliserida tinggi yang dikombinasikan dengan HDL rendah cendah atau

LDL tinggi terkait erat dengan pebimbunan lemak di dinding arteri.

19
Aterosklerosis :
Aterosklerosis adalah kondisi dimana terjadi penyempitan pembuluh

darah akibat timbunan lemak yang meningkat dalam dinding pembuluh darah
yang akan menghambat aliran darah. Aterosklerosis bisa terjadi pada arteri di

otak, jantung, ginjal, dan organ vital lainnya serta pada lengan dan tungkai.Jika
aterosklerosis terjadi didalam arteri yang menuju ke otak (arteri karoid) maka bisa

terjadi stroke.Namun jika terjadi didalam arteri yang menuju kejantung (arteri
koroner), maka bisa terjadi serangan jantung.Biasanya arteri yang paling sering

terkena adalah arteri koroner, aorta, dan arteri-arteri serbrum.


Manifestasi klinik :

Manifestasi klinik dari proses aterosklerosis kompleks adalah penyakit jantung


koroner, stroke bahkan kematian. Sebelum terjadinya penyempitan atau

penyumbatan mendadak, aterosklerosis tidak menimbulkan gejala. Gejalanya


tergantung dari lokasi terbentuknya, sehingga bisa berupa gejala jantung, otak,

tungkai atau tempat lainnya. Jika aterosklerosis menyebabkan penyempitan arteri


yang sangat berat, maka bagian tubuh yang diperdarahinnya tidak akan

mendapatkan darah dalam jumlah yang memadai, yang mengangkut oksigen


kejaringan.
Pemeriksaan penunjang :
1. ABI (ankle-brachial index), dilakukan pengukuran tekanan darah di

pergelangan kaki dan lengan,


2. pemeriksaan doppler di daerah yang terkena ,

3. skening ultrasonik duplex,


4. CT scan di daerah yang terkena,

5. arteriografi resonansi magnetik, arteriografi di daerah yang terkena,


6. IVUS (intravascular ultrasound).

Pada kasus tersebut kelompok memutuskan pasien masuk ke dalam triage


prioritas darurat tidak gawat yaitu dimana keadaan mengangancam nyawa tetapi

tidak memerlukan tindakan darurat. Karena pada kasus pasien tidak mengalami

20
masalah pada Airway, Breathing, dan Circulation, pasien sadar, dan pasien
memiliki keluhan dada terasa tertekan, nyeri menjalar kebelakang, serta keringat

dingin. Untuk itu dilakukan pengkajian dan pemeriksaan lanjutan oleh perawat.

BAB III

21
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Penilaian EWS
NEWS digunakan pada pasien dewasa (berusia 16 tahun atau lebih)
,NEWS dapat digunakan untuk untuk mengasesmen pengakit akut,

mendeteksi penurunan klinis, dan menginisiasi respon klinis yang tepat waktu
dan sesuai, NEWS tidak digunakan pada:

1. Pasien berusia kurang dari 16 tahun


2. Pasien hamil

3. Pasien dengan PPOK


NEWS juga dapat diimplementasikan untuk asesmen prehospital pada

kondisi akut oleh first responder seperti pelayanan ambulans, pelayanan


kesehatan primer, Puskesmas untuk mengoptimalkan komunikasi kondisi pasien

sebelum diterima rumah sakit tujuan.

National Early Warning Score (NEWS)

Parameter 3 2 1 0 1 2 3
Pernafasan ≤8 9-11 12-20 21-24 ≥25
Saturasi Oksigen ≤91 92-93 94-95 96
Penggunaan Alat Ya Tidak
Bantu (O2)
Suhu ≤35 35.1- 36.1-38.0 38.1- ≥39.1
36.0 39.0
Tekanan Darah ≤90 91-100 101-110 111-219 ≥220
Sistolik
Denyut Jantung ≤40 41-50 51-90 91-110 111- ≥131
130
Tingkat Kesadaran A V,P
Atau U
TOTAL

22
Skor NEWS dan Respon Klinis yang Diberikan

Skor Klasifikasi Respon Klinis Tindakan Frekuensi

Monitoring
0 Sangat Di lakukan monitoring Melanjutkan Minimal 12
Rendah monitoring jam
1-4 Rendah Harus segera di Perawat Min 4-6 jam
evaluasi oleh perawat mengassesmen

terdaftar yang perawat/meningkatkan


kompeten. Harus frekuensi monitoring

memutuskan apakah
perubahan frekuensi

pemantauan klinis
atau wajib eskalasi

perawatan klinis
5-6 Sedang Harus segera Perawat berkolaborasi Min 1 jam

melakukan tinjauan dengan tim/ pemberian


mendesak oleh klinisi assesmen kegawatan/

yang terampil dengan meningkatkan


kompetensi dalam perawatan dengan
penilaian penyakit fasilitas monitor yang
akut di bangsal lengkap.

biasanya oleh dokter


atau perawat dengan

mempertimbangkan
apakah eskalasi

perawatan ke tim
perawatan kritis

diperlukan (yaitu tim


penjangkauan

perawatan kritis)

23
≥7 Tinggi Harus segera Berkolaborasi dengan Bad set
memberikan penilaian tim medis/ pemberian monitor/

darurat secara klinis assesmen kegawatan/ every time


oleh tim pindah ruang ICU

penjangkauan/ critical
care outreach dengan

kompetensi
penanganan pasien

kritis dan biasanya


terjadi transfer pasien

ke area perawatan
dengan alat bantu.

Keterangan :

0-2 : skor normal (hijau), penialain setiap 4 jam.


3 : skor rendah (hijau), penilaian setiap 1-2 jam

4 : skor menengah (orange) penilaian setiap 1 jam


≥ 5 : skor tinggi (merah) penilaian setiap 30 menit.

B. Menentukan Triase

Triage Kanada dan Skala Akuitasnya


Tingkat Waktu untuk Waktu untuk Respons
perawat dokter langsung
Resusitasi Langsung Langsung 98%
Gawat Darurat Langsung <15 menit 95%
Darurat <30 menit <30 menit 90%
Biasa <60 menit <60 menit 85%

24
Tidak Gawat <120 menit <120 menit 80%

Berikut pengkajian pada triage:


Pengkajian Antar-Ruang

Cara Hasil Temuan


Melihat 1. Kepatenan jalan napas
2. Status pernapasan, penggunaan oksigen
3. Tidak ada Tanda-tanda perdarahan eksternal
4. Tingkat kesadaran: composmentis
5. Keluhan nyeri: nyeri menjalar kebelakang
6. Warna dan keadaan kulit baik
7. Keadaan tubuh: tidak ada pembengkakan
8. Perilaku umum: takut, marah, sedih, biasa
9. Tidak ada alat bantu medis yang terpasang
Mendengar 1. Suara napas normal
2. Cara berbicara baik
3. Interaksi dengan orang lain baik
Mencium 1. Tidak ada Bau keton, urin, alcohol, sisa muntahan
2. Pasien perokok aktif

Dari hasil keputusan kelompok, mengambil diagnosa medis adalah


Angina Pectoris Stabil dikarena kan manifestasi klinik nya sesuai dan lebih
mengarah ke angina pectoris stabil.

C. Pengkajian Primer
Pengkajian primer adalah penilaian yang cepat dan sistematis yang
bertujuan untuk mengidnetifikasi dan mengenali kondisi yang mengacam

hidup pasien dan menginisiasi treatment sesegera mungkin. Pengkajian


diruang gawat darurat meliputi pengkajian inspeksi, palpasi, perkusi, dan

auskultasi. Primary survey dilakukan dengan menerapkan langkah-langkah


DRABC (Danger, Respon, Airway, Breathing, Circulation).

1. Danger
Periksa situasi dan kondisi bahaya, pastikan lingkungan aman bagi pasien

dan perawat, sebelum memberikan pertolongan. Dalam memberikan

25
pertolongan dan penangan kondisi tempat dirumah sakit yang aman dan
menunjang penerapan pasien safety dan ketika dalam kondisi pandemic

covid 19 petugas menggunakan APD lengkap dalam mencegah penularan


virus covid 19.

2. Respone
Kaji respon pasien, apakah pasien berespons ketika anda tanya. Untuk

menentukan kesadaran pasien, gunakan skala AVPU (Alert, Verbal, Pain,


Unresponsive).

Alert : pasien dalam keadaan sadar


Verbal: ketika di berikan pertanyaan pasien dapat bereaksi dengan

suaranya
Pain: klien juga dapat menjelaskan rasa nyeri yang dirasakan dengan

menjelaskan lokasi nyerinya


Unreposive : pasien dalam keadaan sadar

3. Airway
 Jika ada sumbatan dan pasien responsive berikan pertolongan untuk

membebaskan jalan napas, seperti pada pasien tersedak.


 Jika ada sumbatan jalan napas dan pasien tidak responsive : lakukan
head tilt fan chin lift untuk membuka jalan napas.
 Pastikan terhadap risiko adanya obstruksi airway seperti adanya

stridor.
 Pertimbangkan untuk menggunakan C-spine imobilasisasi, suctioning

ETT.
4. Breatihing

Cek pernapasan, dan cek apakah ventilasi adekuat.


5. Circulation

Kaji denyut nadi pasien apakah nadi positif, tentukan apakah denyut nadi
adekuat. Cek CRT, pertimbangkan deflibirasi, RJP, control perdarahan, dan

elevasi kaki.

26
D. Pengkajian Sekunder

Pengkajian sekunder adalah pengkajian yang terstruktur dan sistematis,


bertujuan untuk mengidentifikasi kondisi pasien lebih detail yang berfokus

pada :
1. Riwayat kesehatan

Berkaitan dengan keluhan saat ini atau kondisi saat ini. Akronim yang
dapat digunakan untuk membantu menggali riwayat kesehatan pasien

diantaranya adalah SAMPLE (Signs/Symptoms, Allerges, Medications,


Pertinent past medical history, Last oral intake, Events leading to the illness

of injury.
2. Vital sign

Dilakukan pengkajian vital signs lebih detail dan lebih lengkap.


3. Pemeriksaan fisik

Melakukan pemeriksaan fisik head to toe. Point penting dikembangkan


menurut OPQRST. Sebagai berikut :
 Onset
 Provacation

 Quality
 Radiation

 Severity
 Timing

C. Investigasi dan Anilisis


Proses identifikasi terkait dengan ketersediaan hasil diagnostik dan hasil

laboratorium, yang diperlukan untuk menetapkan alur perawatan pasien.

D. Identifikasi Masalah

27
Pada domain ini dilakukan proses identifikasi dan analisa semua data yang
ada, selanjutnya dilakukan kategorisasi data sehingga dapat diidentifikasi

masalah kesehatan pasien dan prioritas intervensi yang harus dilakukan.

E. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah aktivitas terapeutik yang ditujukan untuk

mengatasi masalah kesehatan pasien. Intervensi keperawatan yang dilakukan


dapat dikategorikan sebagai berikut :

1. Intervensi mandiri
2. Intervensi independen

3. Intervensi interdependet

28
BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Primer

1. Kasus
Tn.D (55 Tahun) masuk RS dengan keluhan tiba- tiba pigsan 3 jam
sebelum mauk rumah sakit,dada terasa tertekan,nyeri menjalar ke bahu
belakang,serta keluar keirngat dingin. Riwayat penyakit dahulu,klien
pernah masuk RS 3 tahun akibat masalah jantung,setelah itu tidak pernah
dikontrol. Riwayat keluarga tidak tidak ada yang memiliki masalah
jantung, hipertensi. Klien merokok sejak usia muda ( 35 tahun ) dengan
konsumsi 1-2 bungkus per hari, olahraga ( - ). Saat ini klien berada di
ruang rawat inap gallop (-),murmur (-),CRT (capillary Refil Time) 2-3
detik,sianosis (-),hasil EKG terbaru : irama sinus, HR 100x/menit,axis
Normal , hipertrofi ventrike (-), ST elevasi (-),ST elevasi (-).
2. IDENTITAS :
No. Rekam Diagnosa Medis : Angina Pectoris Umur : 55
Medis : - Stabil tahun
Nama : Tn. D Jenis Kelamin : Laki-laki Pendidikan :
-
Agama : - Status Perkawinan : - Alamat : -
Pekerjaan : - Sumber Informasi : -

3. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama

Keluhan utama pada klien adalah dada terasa tertekan, nyeri


menjalar ke bahu belakang.

b. Riwayat Penyakit Sekarang

Klien masuk RS dengan keluhan tiba-tiba pingsan 3 jam sebelum


masuk Rumah Sakit, dada terasa tertekan, nyeri menjalar ke bahu

29
belakang, serta keluar keringat dingin. Riwayat penyakit terdahulu
klien pernah masuk Rumah Sakit 3 tahun yang lalu akibat masalah

jantung, setelah itu tidak pernah dikontrol. Riwayat keluarga tidak ada
yang memiliki masalah jantung, hipertensi. Klien merokok sejak usia

muda (35 tahun) dengan konsumsi 1-2 bungkus per hari, olahraga (-),
TD: 130/60 mmHg, S: 360C, RR: 20x/i, N: 100x/i.

Pengkajian National Early Warning Score (NEWS)

Parameter 3 2 1 0 1 2 3
Pernafasan 20
(0)
Saturasi Oksigen 92-93
(2)
Penggunaan Alat Tidak
Bantu (O2)
Suhu 35.1-
36.0

(1)
Tekanan Darah 130

Sistolik (0)
Denyut Jantung 91-110

(1)
Tingkat Kesadaran A

(0)
TOTAL 3

Keterangan :
3 : skor rendah (hijau), penilaian setiap 1-2 jam

Pengkajian pada triage:

30
Cara Hasil Temuan
Melihat 1. Kepatenan jalan napas
2. Status pernapasan, penggunaan oksigen
3. Tidak ada Tanda-tanda perdarahan eksternal
4. Tingkat kesadaran: composmentis
5. Keluhan nyeri: nyeri menjalar kebelakang
6. Warna dan keadaan kulit baik
7. Keadaan tubuh: tidak ada pembengkakan
8. Perilaku umum: takut, marah, sedih, biasa
9. Tidak ada alat bantu medis yang terpasang
Mendengar 1. Suara napas normal
2. Cara berbicara baik
3. Interaksi dengan orang lain baik
Mencium 1. Tidak ada Bau keton, urin, alcohol, sisa muntahan
2. Pasien perokok aktif

Dari hasil keputusan kelompok, mengambil diagnosa medis adalah


Angina Pectoris Stabil dikarena kan manifestasi klinik nya sesuai dan lebih
mengarah ke angina pectoris stabil.

PRIMER SURVEY

1. Airway
Jalan Nafas : Paten
Obstruksi : Tidak terdapat obstruksi lidah,
obstruksi cairan dan obstruksi benda

asing

Suara Nafas : Tidak ditemukan suara nafas


tambahan pada klien

2. Breathing

Inspeksi : Gerakan dada simetris, pola nafas

teratur, irama nafas cepat dan juga

31
dangkal
Palpasi : Adanya nyeri tekan didada
Auskultasi : Bunyi nafas vesikuler, tidak ada suara
nafas tambahan
Perkusi : Suara sonor

3. Circulation

Tekanan Darah : 130/60 mmHg


Nadi : Nadi teraba kuat 100 x/menit
Sianosis : tidak ada
CRT : 2-3 detik
Keadaan Akral : Akral dingin
Perdarahan : Tidak ada perdarahan

4. Disability

A – alert : kesadaran composmentis, dapat

mematuhi perintah yang diberikan


V – vocalizes : respon verbal
P - responds to paint only : merespon stimulus nyeri maupun
verbal
U - unresponsive to pain : pasien merespon baik stimulus nyeri
maupun verbal

5. Exposure :

Deformitas : Tidak ada


Cuntosio : Tidak ada
Abrasi : Tidak ada
Penetrasi : Tidak ada
Laserasi : Tidak ada
Edema : Tidak ada

32
B. Pengkajian Sekunder
1. Anamnesa

Pengkajian sekunder

S Klien datang ke IGD dengan keluhan


(Sign and Symptom) tiba-tiba pingsan 3 jam sebelum masuk
Rumah Sakit, dada terasa tertekan,
nyeri menjalar ke bahu belakang, serta
keluar keringat dingin.
- TD: 130/60 mmHg
- S: 360C
- RR: 20x/i
- N: 100x/i
- pemeriksaan jantung: bunyi S1 dan
S2 tunggal, Gallop (-), murmur (-),
CRT : 2-3 detik, Sianosis (-).
- Hasil EKG terbaru; Irama sinus, HR
100x/I, axis normal, hipertropi
ventrikel (-), ST elevasi (-), ST
depresi (-).
A Tidak terlampir serta tidak terkaji
(Alergi)
M Tidak terlampir serta tidak terkaji
(Medikamentosa)
P Klien pernah masuk RS 3 tahun yang
(Partinent medical or surgical history) lalu akibat masalah jantung
L Tidak terlampir serta tidak terkaji
(Last oral intake)
E Klien merokok sejak usia muda (35
(Events leading up to illness or injury) tahun) dengan konsumsi 1-2 bungkus
per hari, olahraga tidak pernah

Pengkajian Nyeri

Onset : 3 jam yang lalu


Provacation : Tidak terkaji
Qualiti : Nyeri dada terasa tertekan
Raditation : Nyeri dada menjalar kebahu belakang
Severity : Tidak terkaji
Timing : Tidak Terkaji

33
Penilaian GCS

Membuka Mata (Opening Eye) E


Spontan 4
Dengan suara 3
Dengan rangsang nyeri 2
Tidak berespon 1
Respon Verbal (Verbal Response) V
Terorientasi dan berbicara 5
Disorientasi dan berbicara 4
Kata-kata tidak tepat 3
Suara tidak dapat dimengerti 2
Tidak bersepon 1
Respon Gerak (Motor Response) M
Bergerak menuruti perintah 6
Melokalisasi nyeri 5
Fleksi menarik 4
Fleksi-abnormal 3
Ekstensi 2
Tidak berespon 1

Jika dilihat dari kasus skor GCS pasien yaitu 15 dengan tingkat
kesadaran penuh. Pada pengkajian Eye opening skor 4 (spontan), Verbal

Response 5 (terorientasi dan berbicara), dan Motor Response 6 (dapat


mengikuti perintah). Dari hasil pengkajian didapatkan tingkat kesadaran

pasien penuh dengan skor 14.

2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : keadaan kepala simetris, tidak ada nyeri pada kepala

b. Wajah : keadaan wajah simetris, tidak ada oedem pada wajah, tidak
ada terdapat sianosis pada wajah klien

c. Mata : konjungtiva klien an anemis (tidak anemis), sklera an ikterik,


pupil isokor, ada reflex pada cahaya

d. Telinga : tidak ada kotoran pada telinga, tidak ada nyeri pada telinga,
membrane timpani klien normal, pendengaran klien normal

34
e. Mulut : tidak ada kelainan pada mulut, tidak terdapat karies pada gigi,
mulut bersih

f. Leher : pada leher tidak terdapat pembesaran vena jugularis dan tidak
terdapat kelenjar getah bening

g. Thoraks :
1) Dada

- Inspeksi : gerakan dada terlihat simetris, tidak terdapat lesi


pada dada, tidak terdapat retraksi pada dinding dada

- Palpasi : adanya nyeri dada menjalar sampai kebahu, vocal


premitus kuat dan simetris, dan pada dada tidak terdapat

benjolan
- Perkusi : bunyi perkusi pada dada sonor

- Auskultasi : pada auskultasi tidak terdapat bunyi tambahan


2) Jantung

- Inspeksi : iktus cordis pada dada terlihat


- Palpasi ; tidak ada benjolan pada dada, dan denyut teraba

kuat
- Perkusi : bunyi pada perkusi dada redup
- Auskultasi : bunyi jantung S1 dan S2 tunggal, Gallop (-),
murmur (-),

h. Abdomen :
1) Inspeksi : keadaan perut rata, tidat terdapat lesi pada abdomen

2) Auskultasi : bising usus tidak terdengar


3) Palpasi : tidak ada pembesaran pada perut, tidak terdapat nyeri

tekan pada palpasi abdomen


4) Perkusi : bunyi pada perkusi abdomen timpani

i. Genetalia : tidak terkaji


j. Ekstermitas : akral dingin

35
3. Data Penunjang
Hasil EKG:
a. Irama Sinus
b. HR 100x/i
c. Axis normal
d. Tidak ada hipertropi ventrikel
e. Tidak ada ST elevasi
f. Tidak ada ST depresi

4. Skala Morse

N Pengkajian Skala Nilai Ket


o

1. Riwayat jatuh : apakah pasien Tidak 0 20 -


pernah jatuh dalam 3 bulan
Ya 25
terakhir

2. Diagnose sekunder : apakah Tidak 0 15 -


pasien memiliki lebih dari satu
Ya 15
penyakit

3. Alat bantu jalan bedrest/dibantu 0 0 -


perawat

Kruk/tongkat/walker 15

Berpegangan pada benda-benda 30


sekitar (kursi, lemari,meja)

4. Terapi intravena : apakah saat ini Tidak 0 20 -


terpasang infus
Ya 20

5. Gaya bejalan/cara berpindah 0 -

Normal/bedrest/immobile (tidak
dapat bergerak sendiri)
0
Lemah tidak bertenaga 10

Gangguan atau tidak normal 20


(pincang atau diseret)

36
6. Status mental : pasien menyadari 0 0
kondisi dirinya

Pasien mengalami keterbatasan 15


daya ingat

Total nilai 60 Resiko


Tinggi

C. Pemeriksaan Penunjang dan Interpretasi

Interpretasi yang di
No. Pemeriksaan Nilai Normal
temukan
1. EKG (Elektrokardiogram), Irama sinus, HR
Pemeriksaan kesehatan terhadap 100x/menit, axis
aktivitas elektrik (listrik) jantung. normal, hipertropi
Elektrokardiogram adalah ventrikel (-), ST elavasi,
rekaman aktivitas elektrik jantung ST depresi
sebagai grafik jejak garis pada
kertas grafik. Bentuk jejak garis
yang naik dan turun tersebut • Irama Sinus
dinamakan gelombang (wave). • Ada gelombang P diikuti
Proses perekaman aktivitas listrik QRS kompleks T
jantung dalam bentuk grafik
disebut elektrokardiografi.
Gambaran EKG saat istirahat dan
bukan pada saat serangan angina
sering masih normal. Gambaran
EKG dapat menunjukkan bahwa Cara menghitung HR
pasien pernah mendapat infark • Reguler
miokard di masa lampau. • 300/Jml kotak besar R – R’
Kadang-kadang menunjukkan • 1500/Jml kotak kecil R – R’
pembesaran ventrikel kiri pada Irreguler/Reguler
pasien hipertensi dan angina; • Ambil EKG 6 detik, hitung
dapat pula menunjukkan jumlah QRS Kompleks X 10
perubahan segmen ST atau
gelombang T yang tidak khas. Frekuensi / Kecepatan Hr
Pada saat serangan angina, EKG • Normal : 60 – 100 x/menit
akan menunjukkan depresi • Bradikardi : < 60 x/menit
segmen ST dan gelombang T • Tachikardi : > 100 x/menit
dapat menjadi negatif. Gambaran
Gelombang P

37
EKG penderita angina tak • Gambaran yang
stabil/ATS dapat berupa depresi ditimbulkan oleh
segmen ST, inversi gelombang T, depolarisasi atrium
depresi segmen ST disertai inversi • Normal :
gelombang T, elevasi segmen ST, • Tinggi : < 0,3 mvolt
hambatan cabang ikatan His dan • Lebar : < 0,12 detik
bias • Selalu positif di L II
tanpa perubahan segmen ST dan • Selalu negatif di aVR
gelombang T. Perubahan EKG • Kepentingan : Mengetahui
pada ATS bersifat sementara dan kelainan di Atrium
masing-masing dapat terjadi
sendiri-sendiri ataupun
bersamaan. Perubahan tersebut
timbul di saat serangan angina
dan kembali ke gambaran normal
atau awal setelah keluhan angina
hilang dalam waktu 24 jam. Bila Interval PR
perubahan tersebut menetap Diukur dari permulaan P s/d
setelah 24 jam atau terjadi evolusi permulaan QRS .
gelombang Q, maka disebut Normal : 0,12 - 0,20 detik
sebagai IMA. Kepentingan : Kelainan sistem
konduksi

Gelombang Qrs
• Normal gelombang Q Lebar
: < 0,04 detik Dalam : < 1/3
tinggi R
• Normal QRS :
Lebar : 0,06 - 0,12 detik
Tinggi : Tergantung lead

Gelombang T
• Gambaran yang

38
ditimbulkan oleh
repolarisasi ventrikel
• Nilai normal :
• 1 MV di lead dada
• 0,5 MV di lead ekstrimitas
• Minimal ada 0,1 MV

Segmen ST
Diukur dari akhir QRS s/d awal gel
T
 Normal : Isoelektris
 Kepentingan : Elevasi Pada
injuri/infark akut
 Depresi Pada iskemia

Interpretasi Ekg Strip


 Tentukan iramateratur/tidak
 Tentukan berapa
HR/frekuensi
 Tentukan gelombang P
Normal/tidak
 Tentukan interval PR
Normal/tidak
 Tentukan gelombang QRS
Normal/tidak?
 Interpretasi ?
2. Arteriografi Koroner Tidak terlampir Tidak ada penyempitan atau
sumbatan arteri koroner.

39
Merupakan satu- satunya teknik
yang memungkinkan untuk
melihat penyempitan pada
koroner. Suatu kateter
dimasukkan lewat arteri femoralis
ataupun brakialis dan diteruskan
ke aorta ke dalam muara arteri
koronaria kanan dan kiri. Media
kontras radio grafik kemudian
disuntikkan dan
cineroentgenogram akan
memperlihatkan kontur arteri
serta daerah penyempitan.
Kateter ini kemudian didorong
lewat katup aorta untuk masuk ke
ventrikel kiri dan disuntikkan
lebih banyak media kontras untuk
menentukan bentuk, ukuran, dan
fungsi ventrikel kiri. Bila ada
stenosis aorta, maka derajat
keparahannya akan dapat dinilai,
demikian juga kita dapat
mengetahui penyakit arteri
koroner lain.
3. Rongten Thorax Tidak terlampir Tidak ada pembesaran pada organ
jantung.

Foto rontgen dada sering

40
menunjukkan bentuk jantung
yang normal; pada pasien
hipertensi dapat terlihat jantung
membesar dan kadangkadang
tampak adanya kalsifikasi arkus
aorta.
4. Laboratorium Tidak terlampir

Enzim CPK (Creatin Posfo Enzim CPK :


Kinase) enzim berkonsentrasi Dewasa pria : 5-35 Ug/ml atau 30-
tinggi dalam jantung dan otot 180 IU/L
rangka, konsentrasi rendah pada Wanita : 5-25 Ug/ml atau 25-150
jaringan otak, berupa senyawa IU/L
nitrogen yang terfosforisasi dan
menjadi katalisastor dalam
transfer posfat ke ADP (energy)
Kadarnya meningkat dalam
serum 6 jam setelah infark dan
mencapai puncak dalam 16-24
jam, kembali normal setelah 72
jam. Peningkatan CPK merupakan
indicator penting adanya
kerusakan miokardium.

SGOT (Serum glutamik Enzim SGOT :


oksaloasetik transaminase) Laki-laki s/d 37 U/L
Adalah enzim transaminase Wanita s/d 31 U/L
sering juga disebut juga AST
(aspartat amino transferase)
katalisator-katalisator perubahan
asam amino menjadi asam alfa
ketoglutarat. Enzim ini berada

41
pada serum dan jaringan
terutama hati dan jantung.
Pelepasan enzim yang tinggi
kedalam serum menunjukan
adanya kerusakan terutama pada
jaringan jantung dan hati. Pada
penderita infark jantung, SGOT
akan meningkat setelah 12 jam
dan mencapai puncak setelah 24-
36 jam kemudian, dan akan
kembali normal pada hari ke-3
sampai hari ke-5.

LDH (laktat dehidrogenase) Enzim LDH : 80-240 U/L


Merupakan enzim yang melepas
hydrogen dari suatu zat dan
menjadi katalisator proses
konversi laktat menjadi piruvat.
Tersebar luas pada jaringan
terutama ginjal, rangka, hati dan
miokardium. Peningkatan LDH
menandakan adanya kerusakan
jaringan. LDH akan meningkat
sampai puncak 24-48 jam setelah
infark dan tetap abnormal 1-3
minggu kemudian.
Pemeriksaan lipid darah Tidak terlampir

Kolesterol
Kolesterol total adalah Kadar kolestrol : <200
keseluruhan jumlah kolesterol
yang ditemukan dalam darah,
terdiri dari kolesterol LDL,
kolesterol HDL, dan 20%
Trigliserida.

HDL HDL : ≤ 40
Kolesterol HDL (high-density
lipoprotein) disebut kolesterol
"baik" karena membantu
melindungi pembuluh darah dari
penimbunan lemak (plak).

42
LDL LDL : < 100
Kolesterol LDL (low-density
lipoproteins) disebut kolesterol
"jahat" karena menyebabkan
penimbunan plak pada pembuluh
darah dan meningkatkan risiko
penyakit jantung dan stroke.

Trigliserida Trigliserida : <149


Trigliserida adalah jenis lemak
lain yang ada dalam tubuh,
fungsinya untuk menyimpan
kelebihan energi dan dapat
digunakan sebagai energi
cadangan. Namun kadarnya yang
berlebih harus diwaspadai karena
trigliserida tinggi yang
dikombinasikan dengan HDL
rendah atau LDL tinggi terkait
erat dengan pebimbunan lemak
di dinding arteri.

Pemeriksaan gula darah Gula darah <120

D. Diagnosa Keperawatan
1. Analisa data

No. Data Etiologi Masalah


1. Ds: Agen cedera fisiologis Nyeri Akut
 Klien mengatakan dada (choronary ischemia)
terasa tertekan dan
nyeri menjalar ke bahu
 Klien mengatakan
pernah dirawat
dirumah sakit karena
masalah jantung
 Klien mengatakan
jarang berolahraga
 Klien mengatakan
merokok sejak usia

43
muda dari umur 35
tahun dengan 1-3
bungkus/hari

Do:
Pengakajian Nyeri
 O = 3 jam yang lalu
 P = Tidak terkaji
 Q = Dada seperti
ditekan
 R = Daerah dada dan
nyeri menjalar ke
bahu
 S = Tidak terkaji
 T = Tidak terkaji

TTV
 TD = 130/60 mmHg
 Suhu = 36ºC
 Nadi = 100x/menit
 RR = 20x/menit

2. Ds : Gangguan sirkulasi Risiko intoleransi


 Klien mengatakan aktivitas
dada terasa tertekan
 Klien mengatakan
nyeri sampai tembus
kebelakang

Do:
 Tekanan darah
meningkat
130/60 mmHg
 Respirasi 20x/menit
 Nadi 100x/menit

2. Diagnosa
a. Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera fisiologis (choronary
ischemia)
b. Risiko intoleransi aktivitas berhubungan dengan gangguan sirkulasi

E. Perencanaan

44
Plan Of Nursing

No SDKI SLKI SIKI


.
1. Nyeri akut b.d Tingkat nyeri (Hal : 145) Terapi Oksigen (Hal : 430)
gangguan kemampuan Domain : l.08066 Domain : I.01026
pembuluh darah
menyuplai oksigen ke Definisi : Memberikan
jaringan (Hal :172) Definisi : pengalaman tambahan oksigen untuk
Domain : D.0077 sensorik atau emosional mencegah dan mengatasi
Kategori : Psikologis yang berkaitan dengan kondisi kekurangan
Subkategori : Nyeri dan kerusakan jaringan actual oksigen.
Kenyamanan atau fungsional, dengan
onset mendadak atau Intervensi :
Definisi : pengalaman lambat dan berintensitas 1. Berikan oksigen sesuai
sensorik atau emosional ringan hingga berat dan indikasi, dan tetap
yang berkaitan dengan konstan. pasang oksimetri.
kerusakan jaringan 2. Monitor efektifitas
aktual atau fungsional, Setelah dilakukan terapi oksigen.
dengan onset mendadak tindakan keperawatan
atau lambat dan diharapkan pasien dapat Pemasangan Infus (Hal :
berintensitas ringan mengalami perbaikan 243)
hingga berat yang dengan menunjukkan Domain : NIC 4190
berlangsung kurang daru kriteria hasil dan skala
3 bulan. sebagai berikut : Definisi : Memasukan
ujung jarum kanul ke
Kriteria Hasil : pembuluh darah perifer
a. Keluhan nyeri (2) untuk tujuan pemberian
cairan, darah, atau obat-
Skala : obatan.
1) Meningkat
2) Cukup meningkat Intervensi :
3) Sedang 1. Verikasi instruksi
4) Cukup menurun untuk tetapi IV
5) Menurun 2. Beritahu pasien
mengenai prosedur
b. Tekanan darah (5) 3. Pertahankan teknik
aseptik dengan
Skala : saksama
1) Memburuk 4. Pastikan pasien dalam
2) Cukup memburuk posisi yang nyaman
3) Sedang 5. Mintalah pasien untuk
4) Cukup membaik menekan sewaktu
5) Membaik melakukan penusukan
pada vena
6. Pilih vena yang sesuai
untuk penusukan
vena

45
7. Gunakan tourniquet
3-4 inci diatas tempat
penusukan vena yang
sesuai
8. Bersihkan area
penusukan dengan
cairan desinfektan
9. Masukan jarum sesuai
dengan tempat
penusukan vena
10. Pastikan penempatan
jarum infus yang
benar dengan
mengamati darah
pada tabung jarum
infus
11. Lepaskan tourniquet
sesegera mungkin
12. Pasang plester pada
tempat yang aman
13. Hubungkan jarum ke
tabung IV
14. Berikan pembalut
transparan yang kecil
diatas tempat
penusukan jarum
15. Beri label pada
pembalut IV dengan
tanggal, ukuran, dan
inisal yang sesuai
protokol

Manajemen nyeri (Hal :


201)
Domain : I.08238

Definisi : mengidentifikasi
dan mengelola
pengalaman sensorik atau
emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan
atau fungsional dengan
onset mendadak atau
lambat dan berintensitas
ringan hingga berat dan
konstan.

Intervensi :

46
1. Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
2. Kalaborasi pemberian
analgetik

Pemberian Obat (Hal :


257)
Domain : I.03127

Definisi : Mempersiapkan,
memberi, dan
mengevaluasi kefektifan
agen farmakologis yang
diprogramkan.

Intervensi :
1. Verifikasi obat sesuai
dengan indikasi
2. Perhatikan prosedur
pemberian obat yang
aman dan akurat
3. Lakukan prinsip enam
benar (pasien, obat,
dosis, rute, waktu,
dokumentasi)
4. Dokumentasi
pemberian obat dan
respon terhadap obat.

Pemantauan Tanda Vital


(Hal : 248)
Domain : I.02060

Definisi : Mengumpulkan
dan menganalisis data
hasil pengukuran fungsi
vital kardiovasukular,
pernapasan dan suhu
tubuh.

Intervensi :
1. Monitor tekanan darah
2. Monitor nadi
3. Monitor pernapasan
4. Monitor suhu tubuh
5. Monitor oksimetri

47
2. Risiko Intoleransi Toleransi Aktivitas (Hal : Promosi Dukungan
aktivitas b.d gangguan 149) Keluarga (Hal : 360)
sirkulasi Domain : I.05047 Domain : I.13488
(Hal. 135)
Domain : D.060 Definisi : Respon Definisi : Meningkatkan
Kategori : Fisiologis fisiologis terhadap partisipasi anggota
Subkategori: aktivitas yang keluarga dalam perawatan
Aktivitas/Isitirahat membutuhkan tenaga. emosional fisik.

Definisi : Setelah dilakukan Intervensi :


Berisiko mengalami tindakan keperawatan 1. Sediakan lingkungan
ketidakcukupan energy diharapkan pasien dapat yang nyaman
untuk melakukan menunjukkan kriteria hasil 2. Diskusikan cara
aktivitas sehari-hari. dan skala sebagai berikut : mengatasi kesulitan
dalam perawatan
Kriteria Hasil : 3. Hargai mekanisme
a. Frekuensi nadi (4) keputusan yang
b. Saturasi oksigen (4) dibutuhkan keluarga
c. Kemudahan dalam 4. Jelaskan pada keluarga
melakukan aktivitas tentang perawatan dan
sehari-hari (4) pengobatan yang
d. Jarak berjalan (4) dijalani pasien
5. Anjutkan keluarga
Skala : bersifat asertif
1) Menurun 6. Anjurkan
2) Cukup menurun meningkatkan aspek
3) Sedang positif dari situasi yang
4) Cukup meningkat dijalani pasien.
5) Meningkat

Rehabilitasi Jantung
(Hal : 389)
Domain : I.02081

Definisi : Mengelola
periode pemulihan fungsi
jantung setelah
mengalami gangguan
yang berakibat pada
ketidakseimbangan
kebutuhan dan suplai
oksigen miokard, serta
meminimalkan kejadian
serangan, perilaku
beresiko dan dampak
psikososial.

48
Intervensi :
1. Monitor tingkat
toleransi aktivitas
2. Periksa kontraindikasi
latihan (TTV, EKG,
angina)
3. Anjurkan pasien dan
keluarga untuk
modifikasi faktor risiko
(mis. Latihan, diet,
berhenti merokok)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil asuhan keperawatan yang kami lakukan, dapat
disimpulkan bahwa penyakit yang dialami oleh Tn. D adalah angina pectoris
yaitu nyeri dada akibat penyakit jantung koroner yang terjadi saat otot
jantung tidak mendapatkan suplai darah yang cukup karena arteri pada
jantung menyempit atau tersumbat.

B. Saran

Dari makalah ini saya mengharapkan agar para pembaca bisa


membacanya, memahaminya dan membuat makalah ini menjadi referensi

untuk belajar mengetahui tentang penyakit angina pectoris yang merupakan


salah satu penyakit dari sistem kardiovaskular. Demi kesempurnaannya

49
makalah ini saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca agar makalah ini bisa menjadi lebih baik untuk selanjutnya.

Daftar Pustaka

Anwar, T. Bahri. Angina Pektoris Tidak Stabil. Sumatera Utara: e-USU


Repository; 2004. Available from:
http://library.usu.ac.id/download/fk/gizi-bahri2.pdf

Angina Pektoris Stabil. [Internet] 2010. [Cited 2014 Okt 11] Available from:
http://doktermuda88.blogspot.com/2010/12/angina-pektoris-
stabil.html

Alkatiri, Spjp, d. A., wicaksono, Spjp, d. H., palpahan, Spjp, d., & Dwiputra, Spjp, d.,
(2019). Pedoman evaluasi dan tatalaksana angina pectoris stabil., PETKI

Black, j., & Hawks, J, H. )2014), keperawatan medical bedah manjemen klinis untuk
hasil yang diharapkan (8 ed). Indonesia salemba medika

50

Anda mungkin juga menyukai