DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
APRILIA NIM :
Ns. Indra Frana Jaya, KK., M. Biomed Ns. Helsy Dsvitasari, S.Kep M.Kes
NIDN. NIDN.
Mengetahui,
Ketua Ksb. Pendidikan dan Penelitian
RSUD Siti Fatimah Provinsi Sumatera Selatan
Puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya
penyusun dapat menyelesaikan Laporan Seminar Tugas Akhir dengan judul “Terapi
Relaksasi Genggam Jari (Finger Hold) Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pada Pasien
Post Op Sectio Caesaria” tepat pada waktunya.
Laporan ini disusun untuk melengkapi syarat-syarat dalam menyelesaikan Mata
Kuliah Seminar Tugas Akhir pada Program Studi Ilmu Keperawatan STIK Siti Khadijah
Palembang.
Dalam penyusunan laporan ini tentunya tidak terlepas dari kesulitan-kesulitan dan
masalah, namun berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak maka kesulitan-
kesulitan dan masalah tersebut dapat teratasi. Untuk itu pada kesempatan ini disampaikan
terima kasih kepada:
1. Bapak Ns. Indra Frana Jaya, KK, M.Biomed selaku pembimbing lahan / CI di
RSUD Siti Fatimah Provinsi Sumatera Selatan.
2. Ibu Ns. Helsy Desvitasari, S. Kep., M. Kes selaku dosen koordinator mata kuliah
Seminar Akhir Praktik Klinik Keperawatan.
3. Dan kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
banyak membantu dalam penyelesaian tugas ini.
Sangat disadari dalam penyusunan laporan ini masih terdapat kekurangan karena
keterbatasan pengetahuan, pengalaman dan waktu penyusunan, sehingga kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan karya tulis ini. Akhir
kata semoga laporan tugas mata kuliah Seminar Arsitektur ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.
DAFTAR ISI
Lembar pengesahan
Kata pengantar
Daftar isi
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Rumusan Masalah
1.4 Manfaat
1.5 Metode Penulisan
Bab II Konseptual Teori
2.1 konsep penyakit
2.2 Konsep keperawatan (teoritis)
2.3 Konsep nyeri
2.4 Konsep dasar teknik relaksasi genggam jari
Bab III Pembahasan
3.1.
Bab IV Penutup
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Daftar pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
2.3 TUJUAN
A. TUJUAN UMUM
Menganalisis efektifitas terapi teknik relaksasi genggam jari (finger hold)
terhadap intensitas nyeri pada pasien post SC di RSUD Siti Fatimah Sumatera
Selatan Tahun 2020.
B. TUJUAN KHUSUS
a. Mengidentifikasi intensitas nyeri sebelum dilakukan teknik relaksasi
genggam jari (finger hold) pada pasien post SC
b. Mengidentifikasi intensitas nyeri setelah dilakukan teknik relaksasi
genggam jari (finger hold) pada pasien post SC
c. Menganalisa intensitas nyeri sebelum dan sesudah dilakukan teknik
relaksasi genggam jari (finger hold) pada pasien post SC
2.4 MANFAAT
A. TEORITIS
Hasil seminar ini secara teoritis dapat bermanfaat untuk menambah
wawasan, pengetahuan dan pengalaman serta ilmu terbaru mengenai
bagaimana pengaruh terapi teknik relaksasi genggam jari (finger hold)
terhadap perubahan intensitas nyeri pada pasien post SC
B. PRAKTIS
Hasil seminar ini secara praktis diharapkan dapat menjadi bahan
masukan bagi petugas kesehatan dalam pemberian terapi teknik relaksasi
genggam jari (finger hold) untuk mengurangi nyeri pada pasien post SC.
Sehingga dapat diaplikasikan dalam praktik keperawatan sebagai salah satu
alternatif dalam penatalaksanaan manajemen nyeri.
BAB II
KONSEPTUAL TEORI
B. ETIOLOGI
1. Indikasi yang berasal dari ibu
Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, primi para tua disertai
kelainan letak ada, disporsi sefalo pelvik (dispproporsi janin / panggul) ada,
sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk, terdapat kesempitan panggul,
plasenta previa terutama pada primigravida, solusio plasenta tingkat I-II,
komplikasi kehamilan yaitu preeklamsia-eklamsia, atas permintaan,
kehamilan yang disertai penyakit (jantung, DM), gangguan perjalanan
persalinan (kista ovarium, mioma uteri dan sebagainya).
b. Indikasi yang berasal dari janin
Merupakan indikasi yang umum terjadi untuk dilakukan SC, sekitar
60% SC dilakukan atas pertimbangan keselamatan janin, indikasi janin antara
lain : bayi terlalu besar (makrosemia), kelainan letak janin seperti letak
sungsang atau letak lintang, presentasi breech/bokong, berat lahir sangat
rendah, ancaman gawat, janin (fetal distress), janin abnormal, kelainan tali
pusat, bayi kembar (Sugeng, 2010).
Menurut Nurjannah (2013) Operasi sectio sesarea dilakukan jika kelahiran
pervaginam mungkin akan menyebabkan risiko pada ibu ataupun janin. Indikasi
dilakukan SC adalah :
a. Distosia janin dan panggul
b. Gawat janin
c. Plesenta previa totalitas
d. Riwayat sectio sesarea sebelumnya
e. Kelahiran letak (utamanya letak lintak)
f. Hipertensi, preeklamsia berat
g. Eklamsia
h. Janin besar
C. INDIKASI
Menurut winkjosastro (2006), operasi SC dilakukan jika kelahiran
pervaginal mungkin akan menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin
dengan pertimbangan hal-hal yang perlu tindakan SC proses persalinan normal
lama / kegagalan proses persalinan normal.
1. Fekal distress
2. His lemah
3. Janin dalam posisi sungsang atau melintang
4. Bayi besar (BBL >4.2kg)
5. Plasenta previa
6. Kelainan letak
7. Disproporsi celavo pelvik (ketidakseimbangan antar ukuran kepala dan
panggul)
8. Hydrocepalus
9. Primi muda atau tua
10. Panggul sempit
11. Problema plasenta
Kelemahan umum, portus tidak maju/partus lama, penyakit jantung, placenta
previa dengan perdarahan hebat atau placenta previa marginalis. Pintu vagina
lemah, tumor vagina tumor cervic. Kehamilan serotinus (lebih dari 42
minggu) distocia karena kekurangan his prolapsus foniculli.
D. KOMPLIKASI
Menurut Costance Sinclair (2009), berikut ini merupakan komplikasi yang
terjadi pada ibu saat post partum, yaitu:
1. Penurunan Berat badan
Untuk sebagian besar pada wanita memiliki berat badan lebih dalam 2
tahun setelah hamil dibanding wanita yang belum pernah hamil, dan
penurunan berat badan biasanya bisa terjadi pada dalam beberapa waktu
sesudah hamil dan melahirkan.
2. Demam nifas
Demam nifas merupakan demam yang terjadi setelah melahirkan atau
saat ibu berada di masa nifas. Demam ini bisa terjadi setelah melahirkan
hingga kurang lebih 6 minggu setelah masa persalinan, demam nifas biasanya
yang disebabkan oleh perubahan hormon karena sebagian besar demam nifas
ini disebabkan oleh infeksi setelah masa persalinan atau melahirkan.
3. Nyeri pada simfisis pubis
Nyeri ini biasanya disebabkan oleh ibu paska bersalin atau masa nifas,
dan nyeri tersebut akan ada setelah kondisi ibu melahirkan bayi melalui
vagina, nyeri ini diakibatkan karena adanya lecet pada sekitar area vagina dan
bekas luka jahitan pasca melahirkan.
4. Kesulitan berjalan atau kesulitan dalam hubungan seksual
Kesulitan ketika berjalan biasanya dikarenakan adanya latihan duduk
dan berjalan paska bersalin pada ibu post partum, sedangkan kesulitan dalam
16 hubungan seksual pada ibu post partum kemungkinan diakibatkan karena
timbulnya rasa sakit disekitar jalan lahir setelah pasca melahirkan.
5. Pendarahan yang luar biasa
Pendarahan pada ibu pasca melahirkan terdapat pendarahan yang hebat
yang terjadi dari adanya robekan pada jalan lahir. Dan juga apabila ari – ari
sudah lahir (keluar dari rahim) biasanya juga mengeluarkan darah yang
banyak, sedangkan rahim masih berkontraksi dengan baik sehingga ibu post
partum merasa mules dengan adanya kontraksi tersebut, sedangkan bisa juga
darah yang keluar banyak tentunya kemungkinan terjadi karena adanya
robekan pada jalan lahir sehingga bisa terjadinya pendarahan yang luar biasa.
6. Payudara membengkak disertai kemerahan
Paska persalinan setelah dua atau tiga hari terkadang seorang ibu nifas
atau post partum akan merasakan payudaranya mulai membengkak yang
disebabkan oleh adanya bakteri Staphylococcus atau Streptococcus yang
berasal dari saluran air susu yang tersumbat (ASI mengendap dalam saluran
susu), selain itu dengan adanya penyumbatan pada sekitar area payudara akan
membuat terlihat payudara menjadi bengkak dan kemerahan.
E. PENATALAKSANAAN
Menurut saifuddin (2002), penatalaksaan ibu nifas post SC meliputi :
1. Manajemen post operatif
a. Pasien dibaringkan di dalam pulih (kamar isolasi) dengan pemantauan
ketat tensi, nadi, nafas tiap 15 menit dalam 1 jam pertama, kemudian 30
menit dalam 1 jam berikut dan selanjutnya.
b. Pasien tidur dengan muka ke samping dan yakinkan kepalanya agak
tengadah agar jalan nafas bebas.
c. Letakkan tangan yang tidak diinfus di samping badan agar cairan infus
dapat mengalir dengan lancar.
2. Mobilisasi
Pasien boleh menggerakkan kaki dan tangan serta tubuhnya sedikit 8-12
jam kemudian duduk, bila mampu pada 24 jam setelah SC pasien jalan, bahkan
mandi sendiri pada hari kedua
a. Perawatan luka
Perawatan luka pada ibu nifas post SC adalah merawat luka dengan cara
mengganti balutan atau penutup yang sudah kotor atau lama dengan
penutup luka atau pembalut luka yang baru. Tujuannya adalah untuk
mencegah terjadinya luka infeksi serta memberikan rasa aman dan nyaman
pada pasien
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (prosedur operasi)
dibuktikan dengan nyeri daerah operasi, semakin nyeri ketika mengubah
posisi.
2. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan suplai ASI
dibuktikan dengan klien mengatakan asi kurang, ASI tampak kurang
menetes.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur dibuktikan
dengan klien susah tidur, klien tampak mengantuk, klien tampak letih.
4. Resiko defisit nutrisi dibuktikan dengan faktor psikologist tidak nafsu makan,
(makanan tidak di habiskan).
C. INTERVENSI
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
Keperawatan Hasil
1 Nyeri akut b.d Setelah dilakukan Observasi
agen cedera fisik tindakankeperawatan - Identifikasi lokasi, karakteristik,
(prosedur selama 3x24 jam, rasa durasi, frekuensi, kualitas, intesitas
operasi) d.d nyeri menurun, nyeri
nyeri daerah dengan kriteria hasil : - Indetifikasi skala nyeri
operasi, semakin - Keluhan nyeri - Identifikasi faktor yang memperberat
nyeri ketika menurun dan memperingan nyeri
mengubah posisi. - Meringis menurun Teraupetik
- Pola nafas - Berikan teknik nonfarmakologi untuk
membaik mengurangi rasa nyeri ( relaksasi
- Gelisah menurun genggam jari, aromaterapi, terapi
- Tekanan darah musik )
cukup baik - Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri ( suhu
ruangan, pencahyaan, kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologi
untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik bila
perlu
2 Menyusui tidak Setelah dilakukan Observasi
efektif b.d perawatan selama - Identifikasi keadaan emosional ibu
ketidakadekuatan 3x24 jam diharapkan saat akandilakukan konseling
suplai ASI d.d status menyusui menyusui
klien membaik dengan - Identifikasi keinginan dan tujuan
mengatakan asi kriteria hasil: menyusui
kurang, ASI - Tetesan / pancaran - Identifikasi permasalahan yang ibu
tampak kurang ASI menigkat alami selama proses menyusui
menetes. - Suplai ASI adekuat Teraupetik
meningkat - Gunakan teknik mendengarkan
- Kemampuan ibu aktif ( mis. Duduk sama tinggi,
memposisikan bayi dengarkan permasalahan ibu)
dengan benar - Berikan pujian terhadap perilaku
meningkat ibu yang benar
- Miksi bayi lebih Edukasi
dari 8x selama 24 - Ajarkan teknik menyusui yang tepat
jam meningkat sesuai kebutuhan ibu
- Bayi tidur setelah
menyusu
meningkat
3 Gangguan pola Setelah melakukan Obaservasi
tidur b.d kurang tindakan keperawatan - Identifikasi pola aktivitas dan tidur
kontrol tidur d.d selama 3x24 jam - Identifikasi fakroe pengganggu
klien susah tidur, diharapkan pola tidur tidur ( fisik/ psikologis)
klien tampak membaik. Kriteria Terauopetik
mengantuk, klien hasil : - Modifikasi lingkungan ( mis:
tampak letih. - Keluhan sulit tidur pencahayaan, kebisingan, suhu, dan
menurun tempat tidur)
- Keluhan sering - Batasi waktu tidur siang, jika perlu
terjaga menurun - Fasilitasi menghilangkan stres
- Keluhan tidak puas sebelum tidur
tidur menurun - Tetapkan jadwal tidur rutin
- Keluhan pola tidur - Lakukan prosedur untuk
berubah menurun meningkatkan kenyamanan (mis:
- Keluhan istirahat pijat, pengaturan posisi, terapi
tidak cukup akupresur)
menurun Edukasi
- Jelaskan pentingnya tidur cukup
selama sakit
- Anjurkan menepati kebiasaan tidur
- Anjurkan menghindari
makan/minum yang mengganggu
tidur
- Ajarkan relaksasi otot autogenik
atau cara nonfarmakologi lainnya
4 Resiko defisit Setelah diberikan Observasi
nutrisi d.d faktor perawatan selama - Identifikasi status nutrisi
psikologist tidak 2x24 jam di harapkan - Identifikasi alergi dan intoleransi
nafsu makan, resikodefisit utrisi makanan
(makanan tidak membaik dengan - Identifikasi makanan yang di sukai
di habiskan). kriteria hasil : - Monitor asupan makanan
- Porsi makanan - Monitor berat badan
yang di habiskan - Monitor hasil pemeriksaan fisik
meningkat Teraupetik
- Frekuensi makan - Lakukan oral hygiene sebelum
membaik makan, jika perlu
- Perasaan cepat - Fasilitasi menentukan pedoman diet
kenyang menurun ( Mis. Piramida makanan)
- Indeks masa tubuh - Sajikan makanan secara menarik
(IMT) membaik dan suhu yang sesuai
- Nyeri abdomen - Berikan makanan yang tinggi serat
menurun untuk mencegah konstipasi
- Berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
- Berikan suplemen makan, jika perlu
- Hentikan pemberian makanan
melalui selang nasogatrik jika
asupan dapat ditolerasansi
Edukasi
- Anjurkan posisi duduk, jika mampu
- Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan ( mis, pereda nyeri,
antiematik) jika perlu
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang di butuhkan
3. Mekanisme
Mekanisme timbulnya nyeri post section caesarea diakibatkan dari
robeknya lapisan kulit dan jaringan akibat pembedahan. Hal itu mengakibatkan
sensitasi pada perifer yang akan dilanjutkan pada sensitasi sentral. Sensasi pada
perifer menyebabkan pelepasan substansi kimia, subtansi ini mengakibatkan
nosiseptor bereaksi. Apabila nosiseptor mencapai ambang nyeri, maka akan timbul
impuls saraf yang akan dibawa oleh serabut saraf perifer, yaitu serabut A-delta dan
serabut C. Impuls saraf ini akan dibawa menuju kornu dorsalis medula spinalis.
Impuls saaf ini mengakibatkan pelepasan neurotransmitter substansi P. Substansi P
ini menyebabkan transmisi sinaps dari saraf perifer ke saraf traktus spinotalamus.
Hal ini memungkinkan impuls saraf ditransmisikan ke dalam sistem saaf pusat,
otak akan mengolah impuls saraf kemudian akan timbul persepsi nyeri (Sibernagi
& Lang, 2000).
6. Penatalaksanaan Nyeri
Terdapat dua metode untuk penatalaksanaan nyeri, yaitu farmakologis dan
non farmakologis (Joyce dan Hawks, 2009).
a. Metode farmakologi
Metode menurunkan nyeri menggunakan obat-obatan analgesik, terdapat
dua macam yaitu non-opioid dan opioid. Kelompok obat non-opioid digunakan
untuk terapi nyeri ringan hingga sedang. Contohnya asam asetil salisilat dan
asetaminofen.Sedangkan kelompok obat oploid digunakan untuk semua jenis
rasa sakit.
b. Metode nonfarmakologi
Metode non farmakologis memberi kenyamanan, meningkatkan
mobilitas, dan memberikan klien rasa kontrol yang lebih besar (Joyce dan
Hawks, 2009). Terdiri dari :
1) Pijat atau masase
Pijat dapat dilakukan dengan jumlah tekanan dan stimulasi yang bervariasi
terhadap berbagai titik-titik pemicu miofasial di seluruh tubuh. Pijat akan
melemaskan ketegangan otot dan meningkatkan sirkulasi lokal.
2) Akupuntur
Akupuntur adalah insersi jarum halus ke dalam berbagai “titik akupuntur
(pemicu)” diseluruh tubuh untuk meredakan nyeri.
3) Akupresure
Akupresure pemberian tekanan dengan ibu jari, suatu teknik yang disebut
dengan. Akupresure memungkinkan alur energi yang terkongesti untuk
meningkatkan kondisi yang lebih sehat.
4) Range Of- Motion ( ROM )
Digunakan untuk melemaskan otot, memperbaiki sirkulasi, dan mencegah
nyeri yang berkaitan dengan kekakuan dan imobilitas.
5) Aplikasi panas
Panas dapat disalurkan melalui konduksi (botol air panas, bantalan
pemanas listrik, lampu, kompres basah panas), konveksi (whirpool, sitz
bath, berendam air panas) atau konversi (ultrasonografi, diatermi). Panas
dapat melebarkan pembuluh darah dan meningkatkan aliran darah,
sehingga memungkinan meredakan nyeri dengan menyingkirkan produk
produk inflamasi, seperti bradikinin, histamin, dan prostaglandin yang
menimbulkan nyeri lokal
6) Aplikasi dingin
Aplikasi dingin lebih efektif untuk nyeri akut (misalnya, trauma akibat
luka bakar, tersayat, terkilir). Dingin dapat disalurkan dalam bentuk
berendam atau kompres air dingin, kantung es, aquamatic K pads dan pijat
es. Aplikasi dingin mengurangi aliran darah ke suatu bagian dan
mengurangi perdarahan serta edema.
7) Relaksasi Genggam Jari
Relaksasi genggam jari adalah teknik sederhana yang mengabungkan
bernafas dan memegang setiap jari (Curley, 2014). Tindakan ini dapat
digunakan untuk mengelola nyeri, emosi, dan stress.
8) Teknik pengalihan atau distraksi
Teknik-teknik pengalihan mengurangi nyeri dengan memfokuskan
perhatian pasien pada stimulus lain dan menjauhi nyeri.
9) Penciptaan khayalan dengan tuntunan atau imajinasi terbimbing
Penciptaan khayalan dengan tuntunan adalah suatu bentuk pengalihan
fasilitator yang mendorong pasien untuk memvisualisasikan atau
memikirkan pemandangan atau sensasi yang menyenangkan untuk
mengalihkan perhatian menjauhi nyeri.
2. Mekanisme
Relaksasi genggam jari menghasilkan impuls yang dikirim melalui serabut saraf
aferen non-nosiseptor. Serabut saraf non-nosiseptor mengakibatkan “gerbang”
tertutup sehingga stimulus pada kortek serebi dihambat atau dikurangi akibat
counter stimulasi relaksasi dan menggenggam jari. Hal itu akan membuat intensitas
nyeri berubah akibat stimulasi relaksasi genggam jari yang lebih dahulu dan lebih
banyak mencapai otak. Gelombang listrik yang dihasilkan dari genggaman,
diproses menuju organ yang mengalami gangguan. Hasil yang ditimbulkan
menyebabkan relaksasi yang akan memicu pengeluaran hormon endorphin untuk
mengurangi nyeri (Pinandita, 2012). Setiap jari tangan berhubungan dengan sikap
sehari-hari. Ibu jari berhubungan dengan perasaan khawatir, jari telunjuk
berhubungan dengan ketakutan, jari tengah berhubungan dengan kemarahan, jari
manis berhubungan dengan kesedihan, dan jari kelingking berhubungan dengan
rendah diri dan kecil hati (Hill, 2011).
3. Prosedur
Menurut Wong (2011) terdapat prosedur penatalaksanaan teknik relaksasi genggam
jari dilakukan selama 10 menit dengan tahapan antara lain :
a. Persiapkan pasien dalam posisi yang nyaman, yaitu duduk atau berbaring.
b. Genggamlah jari ibu dengan telapak tangan selama tiga menit, lalu bergantian
ke jari yang lain. Genggaman pada ibu jari bertujuan untuk mengelola rasa
khawatir, jari telunjuk bertujuan untuk mengelola rasa takut, jari tengah
bertujuan untuk mengelola rasa marah, jari manis bertujuan untuk mengelola
rasa sedih, dan jari kelingking bertujuan untuk mengelola rasa strees
c. Minta pasien untuk tutup mata, fokus, tarik nafas perlahan dari hidung,
hembuskan perlahan dengan mulut secara teratur sambil melepaskan perasaan
dan masalah yang mengganggu pikiran dan bayangkan emosi yang
mengganggu tersebut keluar dari pikiran. Hal ini bertujuan untuk merilekskan
semua otot dan memberikan perasaan yang nyaman. Laukan secara berkali-kali
d. Katakan, “semakin rileks, semakin rileks, semakin rileks”, dan seterusnya
hingga benar-benar rileks.
e. Apabila sudah rileks, lakukan pengucapan kalimat positif yang diinginkan
seperti, “saya ingin nyeri ini hilang”.
f. Gunakan perintah sebalikanya untuk menormalkan pikiran bawah sadar.
Contohnya “saya akan terbangun dengan keadaan yang lebih baik.”
g. Lepas genggaman jari dan usahakan rileks
Gambar 2.1 Teknik Relaksasi Genggam Jari (Wong, 2011)
BAB III
PEMBAHASAN
Identitas Klien
Nama : Ny. Y
Umur :
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan :
Pekerjaan :
Diagnosa Medis :
No. Med Rec :
Tanggal masuk rumah sakit :
Tanggal pengkajian :
Riwayat Penyakit
1. Keluhan utama : pasien mengatakan nyeri post op SC
2. Riwayat penyakit dahulu : pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit dahulu
3. Riwayat penyakit sekarang (PQRST) :
P : nyeri dirasakan saat bergerak,
Q : nyeri seperti ditusuk-tusuk,
R : nyeri dibagian abdomen,
S : skala nyeri 7,
T : nyeri hilang timbul,
4. Faktor pencetus : Luka Post Op SC
5. Riwayat pengobatan dan alergi : pasien mengatakan tidak ada riwayat pengobatan dan
alergi
Data fokus
Keadaan umum
Kesadaran : compos mentis
TTV : TD : mmHg, Nadi : x/mnt, RR : x/mnt, T :
Nyeri & Kenyamanan :
(Menampilkan data pengkajian pada sistem yang bermasalah)
Masalah keperawatan : Nyeri Akut
A. Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah tahap kedua dalam proses keperawatan dan
merupakan suatu pernyataan dari masalah klien baik actual maupun beresiko
berdasarkan data pengkajian yang sudah di analisis (Ekasari, dkk 2008).
Diagnose yang ditegakkan oleh penulis adalah Nyeri akut berhubungan dengan
agen cedera fisik ( prosedur operasi) dibuktikan dengan nyeri daerah operasi, semakin
nyeri ketika mengubah posisi.
Nyeri merupakan pengalaman sensori yang dibawa oleh stimulus sebagai akibat
adanya kerusakan jaringan (Perry & Potter, 2010). Pada pembedahan sectio caesarea
rasa nyeri biasanya dirasakan pasca melahirkan, karena pada waktu proses
pembedahan sectio caesarea dokter telah melakukan pembiusan. Pengaruh obat bius
biasanya akan menghilang sekitar 2 jam setelah proses persalinan selesai. Setelah efek
bius habis, rasa nyeri pada bagian perut mulai terasa karena luka yang terdapat di
bagian perut. Nyeri pasca bedah akan menimbulkan reaksi fisik dan psikologi pada ibu
postpartum seperti mobilisasi terganggu, malas beraktifitas, sulit tidur, tidak nafsu
makan, tidak mau merawat bayi sehingga perlu adanya cara untuk mengontrol nyeri
agar dapat beradaptasi dengan nyeri post operasi sectio caesarea dan mempercepat
masa nifas (Sofiyah, 2014). Nyeri merupakan keadaan yang harus diatasi dengan
manajemen nyeri, karena kenyamanan merupakan kebutuhan dasar manusia (Petasik
et all, 2013).
B. Intervensi
Perencanaan atau intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan
yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnose keperawatan
yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan klien (Ekasari dkk,
2008).
Perencanaan yang dilakukan sesuai dengan yang ada di Standar luaran
keperawatan indonesia dan standar intervensi keperawatan indonesia. Diagnosa
pertama Nyeri akut berhubungan dengan Agen cedera fisik ( prosedur operasi)
rencana yang dilakukan adalah
Obsevasi :
Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intesitas nyeri, Indetifikasi
skala nyeri, Identifikasi faktopr yang memperberat dan memperingan nyeri.
Terapeutik :
Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri ( relaksasi genggam jari,
aromaterapi, terapi musik ), Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri ( suhu
ruangan, pencahyaan, kebisingan), Fasilitasi istirahat dan tidur, Pertimbangkan jenis
dan 49 sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri.
Edukasi :
Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri, Jelaskan strategi meredakan nyeri,
Annjurkan memonitor nyeri secara mandiri, Anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat, Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri.
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian analgetik bila
C. Implementasi
Implementasi adalah tahap keempat dari proses keperawatan yang terkait
dengan pelaksanaan perencanaan yang telah dibuat dan mengacu pada rencana
keperawatan yang telah dibuat (Ekasari 2008).
Penulis melakukan implementasi sesuai dengan perencanaan dari diagnosa yang
ditegakkan berdasarkan intervensi, salah satu implementasi yang dilakukan adalah
memberikan relaksasi genggam jari. Salah satu manajemen nyeri secara non-
farmakologis yang dapat dilakukan adalah teknik relaksasi genggam jari.
Analisis pengaruh terapi genggam jari terhadap penurunan intensitas nyeri
berdasarkan jurnal penelitian, yaitu : 2. Penelitian yang dilakukan oleh Evrianasari
dkk (2019), Pengaruh Teknik Relaksasi Genggam Jari Terhadap Nyeri Post Sectio
Caesarea di RSUD A. Yani Kota Metro. Hasil penelitian analisa bivariat
menggunakan uji t test sample dependent didapatkan nilai p-value sebesar 0.000 < α
(0,05) yang berarti ada pengaruh teknik relaksasi genggam jari terhadap nyeri Post
Sectio Caesarea di RSUD A. Yani Kota Metro tahun 2018.
Hasil ini memiliki kesesuaian dengan teori relaksasi genggam jari yang
menyebutkan bahwa tehnik relaksasi genggam jari menghasilkan impuls yang dikirim
melalui serabut saraf aferen non-nosiseptor. Serabut saraf aferen non-nosiseptor
mengakibatkan “gerbang” tertutup sehingga stimulus pada kortek serebri dihambat
atau dikurangi akibat counter stimulasi relaksasi dan menggenggam jari. Sehingga
intensitas nyeri akan berubah atau mengalami modulasi akibat stimulasi relaksasi
genggam jari yang lebih dahulu dan lebih banyak mencapai otak. (Astuti, 2017)
D. Evaluasi
Tahap evaluasi adalah menilai keberhasilan asuhan keperawatan yang telah
dilakukan berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan. Setelah dievaluasi didapatkan
data sebagai berikut : Klien mengatakan masih nyeri daerah operasi, Klien
mengatakan ketika mengubah posisi nyeri sudah mulai berkurang, Klien masih
tampak meringis,
P : nyeri dirasakan saat bergerak,
Q : nyeri seperti ditusuk-tusuk,
R : nyeri dibagian abdomen,
S : skala nyeri 4,
T : nyeri hilang timbul,
Terdapat luka jahitan post op SC di perut sepanjang 13cm dan Tampak posisi luka
vertical kebawah pusar dan tertutup kassa steril. Klien mengatakan sudah tidur 6-7
jam dalam sehari.Sudah makan dengan lahap dan menghabiskan setiap porsi yang
diberikan. Telah mampu menyusui dengan posisi yang nyaman dan asi telah banyak.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Diagnosa keperawatan yang muncul adalah Nyeri akut berhubungan dengan Agen
cedera fisik ( prosedur operasi).
2. Rencana asuhan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa yang muncul dan
dibuat berdasarkan rencana asuhan keperawatan secara teoritis
3. Implementasi dilakukan sesuai rencana keperawatan yang disusun.
4. Evaluasi dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Dari semua diagnosa
keperawatan yang telah ditegakkan dan implementasi yang telah dilakukan sesuai
dengan rencana tindakan keperawatan didapatkan hasil yang dicantumkan dalam
evaluasi
B. SARAN
1. Untuk RSUD Siti Fatimah Provinsi Sumatera Selatan
Semoga makalah ini dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan kualitas asuhan
keperawatan yang baik, sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan di
Rumah Sakit
2. Untuk mahasiswa
Semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai pedoman dan meningkatkan
pengetahuan tentang asuhan keperawatan Maternitas di ruang bersalin
3. Untuk kampus STIK Siti Khadijah Palembang
Semoga dengan makalah ini dapat menambah sumber referensi untuk membantu
dalam proses pembelajaran dan meningkatkan pengetahuan peserta didik
dikampus.
DAFTAR PUSTAKA
Astutik, P., & Kurlinawati, E. (2017). Pengaruh Relaksasi Genggam Jari Terhadap
Penurunan Nyeri Pada Pasien Post Sectio Caesarea. STRADA Jurnal Ilmiah
Kesehatan
Atikah, 2010. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas. Jakarta : Nuha Medika.
Evrianasari dkk. 2019. Teknik Relaksasi Genggam Jari Terhadap Nyeri PostSectio
Caesarea di RSUD A. Yani Kota Metro tahun 2018. Jurnal Kebidanan Universitas
Malahayati Bandar Lampung
Heryani, Reni. 2012. Asuhan Kebidananan Ibu Nifas &Menyusui.Jakarta : Trans Info
Media
Nusalam. 2015. Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Nasional.
Edisi 5. EGC : Jakarta.
Prawirohardjo. 2014. Ilmu Kandungan. PT Kramat Pustaka : Jakarta.
Riskesdas RI. 2015. Perawatan Maksimal Pasca Post Op Pasien Sectio Casearea.Jurnal
Saifuddin, A.B. 2011. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta : P.T. Bina
Pustaka
Sugeng. 2010. Asuhan Keperawatan Post Operasi. Jakarta : Nuha Medika
Tanto. 2014. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius