Anda di halaman 1dari 31

TERAPI TEKNIK RELAKSASI GENGGAM JARI (FINGER HOLD)

TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI


PADA PASIEN POST OPERASI SECTIO CAESARIA

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

DIYA ROSALINA NIM : 1401

AMRI DWI PUTRA NIM :

AGDA SHANYA NIM :

APRILIA NIM :

BELLA SAFIRA PUTRI NIM :

PEMBIMBING LAHAN : Ns. INDRA JAYA, M.Biomed., KK., AIFO

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN DI RSUD SITI FATIMAH PROVINSI


SUMATERA SELATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

SITI KHADIJAH PALEMBANG


T.A 2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN

TERAPI TEKNIK RELAKSASI GENGGAM JARI (FINGER HOLD)


TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI
PADA PASIEN POST OPERASI SECTIO CAESARIA

Telah disetujui pada tanggal :


Mei 2021

Pembimbing CI, Dosen Pembimbing,

Ns. Indra Frana Jaya, KK., M. Biomed Ns. Helsy Dsvitasari, S.Kep M.Kes
NIDN. NIDN.

Mengetahui,
Ketua Ksb. Pendidikan dan Penelitian
RSUD Siti Fatimah Provinsi Sumatera Selatan

Nurul Fitriah, S. KM., M. KM


NIDN.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya
penyusun dapat menyelesaikan Laporan Seminar Tugas Akhir dengan judul “Terapi
Relaksasi Genggam Jari (Finger Hold) Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pada Pasien
Post Op Sectio Caesaria” tepat pada waktunya.
Laporan ini disusun untuk melengkapi syarat-syarat dalam menyelesaikan Mata
Kuliah Seminar Tugas Akhir pada Program Studi Ilmu Keperawatan STIK Siti Khadijah
Palembang.
Dalam penyusunan laporan ini tentunya tidak terlepas dari kesulitan-kesulitan dan
masalah, namun berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak maka kesulitan-
kesulitan dan masalah tersebut dapat teratasi. Untuk itu pada kesempatan ini disampaikan
terima kasih kepada:
1. Bapak Ns. Indra Frana Jaya, KK, M.Biomed selaku pembimbing lahan / CI di
RSUD Siti Fatimah Provinsi Sumatera Selatan.
2. Ibu Ns. Helsy Desvitasari, S. Kep., M. Kes selaku dosen koordinator mata kuliah
Seminar Akhir Praktik Klinik Keperawatan.
3. Dan kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
banyak membantu dalam penyelesaian tugas ini.
Sangat disadari dalam penyusunan laporan ini masih terdapat kekurangan karena
keterbatasan pengetahuan, pengalaman dan waktu penyusunan, sehingga kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan karya tulis ini. Akhir
kata semoga laporan tugas mata kuliah Seminar Arsitektur ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.
DAFTAR ISI

Lembar pengesahan
Kata pengantar
Daftar isi
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Rumusan Masalah
1.4 Manfaat
1.5 Metode Penulisan
Bab II Konseptual Teori
2.1 konsep penyakit
2.2 Konsep keperawatan (teoritis)
2.3 Konsep nyeri
2.4 Konsep dasar teknik relaksasi genggam jari
Bab III Pembahasan
3.1.
Bab IV Penutup
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Daftar pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

2.1 LATAR BELAKANG


World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa pada tahun 2017
setiap hari sekitar 810 wanita meninggal karena komplikasi dalam kehamilan dan
persalinan. Penyebab utama kematian tersebut adalah perdarahan, hipertensi,
infeksi, dan penyebab tidak langsung, terutama karena adanya hubungan antara
kondisi medis yang sudah ada sebelumnya. Komplikasi dapat terjadi pada saat
proses persalinan normal. Jika kelahiran melalui vagina dapat membahayakan
keselamatan ibu maupun janin atau bahkan tidak memungkinkan. Salah satu
prosedur persalinan dengan cara pembedahan yaitu dengan tindakan Sectio
Caesarea. Sectio caesarea (SC) didefinisikan sebagai lahirnya janin melalui insisi
di dinding abdomen (laparatomy) dan dinding uterus (histerotomi).
Hasil Riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa di Indonesia angka
kelahiran SC sebesar 9,8% dengan proporsi tertinggi di DKI Jakarta (19,9%), dan
terendah di Sulawesi Tenggara (3,3% ). Sedangkan untuk di Kalimantan Timur
(7,8%). Proporsi tertinggi pada penduduk berpenghasilan tinggi (18,9%), tinggal di
perkotaan (13,8%), bekerja sebagai pegawai (20,9%), dan pendidikan tinggi/lulus
PT (25,1%).
Melahirkan secara SC memerlukan waktu penyembuhan luka uterus/rahim
yang lebih lama daripada persalinan normal. Selama luka belum benar-benar
sembuh, rasa nyeri bisa saja timbul pada luka tersebut. Proses terjadinya nyeri
dimulai ketika bagian tubuh terluka oleh tekanan, potongan, sayatan, dingin atau
kekurangan oksigen pada sel, maka bagian tubuh yang terluka akan mengeluarkan
berbagai macam substansi intraseluler dilepaskan ke ruang ekstraseluler maka akan
mengiritasi nosiseptor. Syaraf ini akan merangsang dan bergerak sepanjang serabut
syaraf atau neurotransmisi yang akan menghasilkan substansi yang disebut dengan
neurotransmiter seperti prostaglandin dan epinefrin yang akan membawa pesan
nyeri dari medula spinalis ditransmisikan ke otak dan dipersepsikan sebangai nyeri.
Derajat nyeri pada post operatif sedang sampai parah dapat mempengaruhi
kinerja dan aktivitas sehari-hari dan ini berkontribusi pada nyeri pasca operasi yang
persisten. Pada pasien bedah caesar rasa nyeri dapat mengganggu kemampuan
untuk merawat bayi, menyusui secara eksklusif dan mengurangi interaksi yang
intens dengan bayi. Jika ibu tidak mulai memberikan ASI lebih dari dua jam
setelah post partum respon pengeluaran prolaktin akan menurun.
Keadaan nyeri post operasi sectio cesarea pada ibu akan menjadi gangguan
yang menyebabkan terbatasnya mobilisasi, bonding attachment (ikatan kasih
sayang terganggu/tidak terpenuhi, Activity Daily Living (ADL) terganggu, Inisiasi
Menyusui Dini (IMD) tidak dapat terpenuhi secara optimal karena peningkatan
intensitas nyeri pada luka post operasi sectio caesarea apabila ibu bergerak,
sehingga respon ibu terhadap bayi kurang dan pada akhirnya ASI sebagai makanan
terbaik bagi bayi dan mempunyai manfaat bagi bayi maupun ibunya tidak dapat
diberikan secara optimal.
Nyeri akut adalah komplikasi yang umum terjadi setelah operasi caesar.
Pada nyeri ini respon fisik yang khas meliputi takikardia, pernapasan yang cepat
dan dangkal, peningkatan tekanan darah, dilatasi pupil, berkeringat dan pucat.
Nyeri disertai mual dan muntah serta spasme otot refleks sekunder, ansietas dan
ketakutan. Manajemen nyeri merupakan tindakan menurunkan respon nyeri yang
dialami seseorang dengan memberikan intervensi pereda nyeri. Pendekatan
manajemen ini terbagi menjadi manajemen farmakologis dan non farmakologis.
Metode non farmakologis merupakan metode menurunkan respon nyeri tanpa
menggunakan agen farmakologi.
Salah satu manajemen pengelolaan nyeri secara non farmakologis adalah
teknik relaksasi. Teknik relaksasi yang sangat sederhana dan mudah dilakukan oleh
siapapun yang berhubungan dengan jari tangan serta aliran energi di dalam tubuh.
Yaitu teknik genggam jari atau finger hold. Teknik ini memfokuskan pada
genggaman ujung jari sebagai saluran masuk dan keluarnya energi yang
berhubungan dengan organ dalam tubuh dan emosi. Setiap jari berhubungan
dengan emosi tertentu. Ketidakseimbangan emosi dapat menyumbat atau
menghambat energi yang mengakibatkan rasa nyeri atau perasaan tidak nyaman.
Finger hold dapat membebaskan energi yang terhalang dan memberikan
kenyamanan (National Center on Domestic Violence, Trauma & Mental Health,
2014).
2.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian diatas maka masalah dalam kasus ini adalah“Terapi
teknik relaksasi genggam jari (finger hold) terhadap penurunan intensitas nyeri
pada pasien post SC Tahun 2021”.

2.3 TUJUAN
A. TUJUAN UMUM
Menganalisis efektifitas terapi teknik relaksasi genggam jari (finger hold)
terhadap intensitas nyeri pada pasien post SC di RSUD Siti Fatimah Sumatera
Selatan Tahun 2020.

B. TUJUAN KHUSUS
a. Mengidentifikasi intensitas nyeri sebelum dilakukan teknik relaksasi
genggam jari (finger hold) pada pasien post SC
b. Mengidentifikasi intensitas nyeri setelah dilakukan teknik relaksasi
genggam jari (finger hold) pada pasien post SC
c. Menganalisa intensitas nyeri sebelum dan sesudah dilakukan teknik
relaksasi genggam jari (finger hold) pada pasien post SC

2.4 MANFAAT
A. TEORITIS
Hasil seminar ini secara teoritis dapat bermanfaat untuk menambah
wawasan, pengetahuan dan pengalaman serta ilmu terbaru mengenai
bagaimana pengaruh terapi teknik relaksasi genggam jari (finger hold)
terhadap perubahan intensitas nyeri pada pasien post SC

B. PRAKTIS
Hasil seminar ini secara praktis diharapkan dapat menjadi bahan
masukan bagi petugas kesehatan dalam pemberian terapi teknik relaksasi
genggam jari (finger hold) untuk mengurangi nyeri pada pasien post SC.
Sehingga dapat diaplikasikan dalam praktik keperawatan sebagai salah satu
alternatif dalam penatalaksanaan manajemen nyeri.

2.5 METODE PENULISAN


Metode penulisan bersifat studi pustaka. Informasi didapatkan dari berbagai
literatur dan disusun berdasarkan hasil studi dari informasi yang diperoleh.
Penulisan diupayakan saling terkait antar satu sama lain dan sesuai dengan topik
yang dibahas.

BAB II
KONSEPTUAL TEORI

3.1. KONSEP PENYAKIT


A. DEFINISI
Sectio caesarea didefinisikan sebagai lahirnya janin melalui insisi di
dinding abdomen (laparatomy) dan dinding uterus (histerotomi). Sectio Caesarea
adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada
dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta
berat janin diatas 500 gram (Wiknjosastro,2005).
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan
melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat
rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 2009).

B. ETIOLOGI
1. Indikasi yang berasal dari ibu
Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, primi para tua disertai
kelainan letak ada, disporsi sefalo pelvik (dispproporsi janin / panggul) ada,
sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk, terdapat kesempitan panggul,
plasenta previa terutama pada primigravida, solusio plasenta tingkat I-II,
komplikasi kehamilan yaitu preeklamsia-eklamsia, atas permintaan,
kehamilan yang disertai penyakit (jantung, DM), gangguan perjalanan
persalinan (kista ovarium, mioma uteri dan sebagainya).
b. Indikasi yang berasal dari janin
Merupakan indikasi yang umum terjadi untuk dilakukan SC, sekitar
60% SC dilakukan atas pertimbangan keselamatan janin, indikasi janin antara
lain : bayi terlalu besar (makrosemia), kelainan letak janin seperti letak
sungsang atau letak lintang, presentasi breech/bokong, berat lahir sangat
rendah, ancaman gawat, janin (fetal distress), janin abnormal, kelainan tali
pusat, bayi kembar (Sugeng, 2010).
Menurut Nurjannah (2013) Operasi sectio sesarea dilakukan jika kelahiran
pervaginam mungkin akan menyebabkan risiko pada ibu ataupun janin. Indikasi
dilakukan SC adalah :
a. Distosia janin dan panggul
b. Gawat janin
c. Plesenta previa totalitas
d. Riwayat sectio sesarea sebelumnya
e. Kelahiran letak (utamanya letak lintak)
f. Hipertensi, preeklamsia berat
g. Eklamsia
h. Janin besar

C. INDIKASI
Menurut winkjosastro (2006), operasi SC dilakukan jika kelahiran
pervaginal mungkin akan menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin
dengan pertimbangan hal-hal yang perlu tindakan SC proses persalinan normal
lama / kegagalan proses persalinan normal.
1. Fekal distress
2. His lemah
3. Janin dalam posisi sungsang atau melintang
4. Bayi besar (BBL >4.2kg)
5. Plasenta previa
6. Kelainan letak
7. Disproporsi celavo pelvik (ketidakseimbangan antar ukuran kepala dan
panggul)
8. Hydrocepalus
9. Primi muda atau tua
10. Panggul sempit
11. Problema plasenta
Kelemahan umum, portus tidak maju/partus lama, penyakit jantung, placenta
previa dengan perdarahan hebat atau placenta previa marginalis. Pintu vagina
lemah, tumor vagina tumor cervic. Kehamilan serotinus (lebih dari 42
minggu) distocia karena kekurangan his prolapsus foniculli.
D. KOMPLIKASI
Menurut Costance Sinclair (2009), berikut ini merupakan komplikasi yang
terjadi pada ibu saat post partum, yaitu:
1. Penurunan Berat badan
Untuk sebagian besar pada wanita memiliki berat badan lebih dalam 2
tahun setelah hamil dibanding wanita yang belum pernah hamil, dan
penurunan berat badan biasanya bisa terjadi pada dalam beberapa waktu
sesudah hamil dan melahirkan.
2. Demam nifas
Demam nifas merupakan demam yang terjadi setelah melahirkan atau
saat ibu berada di masa nifas. Demam ini bisa terjadi setelah melahirkan
hingga kurang lebih 6 minggu setelah masa persalinan, demam nifas biasanya
yang disebabkan oleh perubahan hormon karena sebagian besar demam nifas
ini disebabkan oleh infeksi setelah masa persalinan atau melahirkan.
3. Nyeri pada simfisis pubis
Nyeri ini biasanya disebabkan oleh ibu paska bersalin atau masa nifas,
dan nyeri tersebut akan ada setelah kondisi ibu melahirkan bayi melalui
vagina, nyeri ini diakibatkan karena adanya lecet pada sekitar area vagina dan
bekas luka jahitan pasca melahirkan.
4. Kesulitan berjalan atau kesulitan dalam hubungan seksual
Kesulitan ketika berjalan biasanya dikarenakan adanya latihan duduk
dan berjalan paska bersalin pada ibu post partum, sedangkan kesulitan dalam
16 hubungan seksual pada ibu post partum kemungkinan diakibatkan karena
timbulnya rasa sakit disekitar jalan lahir setelah pasca melahirkan.
5. Pendarahan yang luar biasa
Pendarahan pada ibu pasca melahirkan terdapat pendarahan yang hebat
yang terjadi dari adanya robekan pada jalan lahir. Dan juga apabila ari – ari
sudah lahir (keluar dari rahim) biasanya juga mengeluarkan darah yang
banyak, sedangkan rahim masih berkontraksi dengan baik sehingga ibu post
partum merasa mules dengan adanya kontraksi tersebut, sedangkan bisa juga
darah yang keluar banyak tentunya kemungkinan terjadi karena adanya
robekan pada jalan lahir sehingga bisa terjadinya pendarahan yang luar biasa.
6. Payudara membengkak disertai kemerahan
Paska persalinan setelah dua atau tiga hari terkadang seorang ibu nifas
atau post partum akan merasakan payudaranya mulai membengkak yang
disebabkan oleh adanya bakteri Staphylococcus atau Streptococcus yang
berasal dari saluran air susu yang tersumbat (ASI mengendap dalam saluran
susu), selain itu dengan adanya penyumbatan pada sekitar area payudara akan
membuat terlihat payudara menjadi bengkak dan kemerahan.

E. PENATALAKSANAAN
Menurut saifuddin (2002), penatalaksaan ibu nifas post SC meliputi :
1. Manajemen post operatif
a. Pasien dibaringkan di dalam pulih (kamar isolasi) dengan pemantauan
ketat tensi, nadi, nafas tiap 15 menit dalam 1 jam pertama, kemudian 30
menit dalam 1 jam berikut dan selanjutnya.
b. Pasien tidur dengan muka ke samping dan yakinkan kepalanya agak
tengadah agar jalan nafas bebas.
c. Letakkan tangan yang tidak diinfus di samping badan agar cairan infus
dapat mengalir dengan lancar.
2. Mobilisasi
Pasien boleh menggerakkan kaki dan tangan serta tubuhnya sedikit 8-12
jam kemudian duduk, bila mampu pada 24 jam setelah SC pasien jalan, bahkan
mandi sendiri pada hari kedua
a. Perawatan luka
Perawatan luka pada ibu nifas post SC adalah merawat luka dengan cara
mengganti balutan atau penutup yang sudah kotor atau lama dengan
penutup luka atau pembalut luka yang baru. Tujuannya adalah untuk
mencegah terjadinya luka infeksi serta memberikan rasa aman dan nyaman
pada pasien

3.2. KONSEP KEPERAWATAN (TEORITIS)


A. PENGKAJIAN
Pada pengkajian klien dengan sectio caesaria, data yang dapat ditemukan
meliputi distress janin, kegagalan untuk melanjutkan persalinan, malposisi janin,
prolaps tali pusat, abrupsio plasenta dan plasenta previa.
1. Identitas atau biodata klien
Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status
perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit nomor
register dan diagnosa keperawatan.
2. Keluhan utama
Biasanya klien mengeluh sakit perut, perdarahan, nyeri pada luka jahitan,
takut bergerak.
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu:
Riwayat kehamilan, riwayat kb, riwayat senam atau kegiatan yang di
lakukan selama kehamilan. Penyakit selama .
b. Riwayat kesehatan sekarang :
Riwayat kesehatan yang dirasakan saat ini seperti rasa nyeri, keadaan
pasien saat ini.
c. Riwayat kesehatan keluarga:
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM, HT,
TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit tersebut
diturunkan kepada klien.
4. Pola-pola fungsi kesehatan
a. pola persepsi dan tata leksana hidup sehat
Karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini, dan cara
pencegahan, penanganan, dan perawatan serta kurangnya mrnjaga
kebersihan tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam perawatan dirinya
b. Pola Nutrisi dan Metabolisme
Nutrisi setelah sc, minat makan pasien, porsi makan pasien.
c. Pola aktifitas
Pada pasien pos partum klien tidak dapat melakukan aktivitas seperti
biasanya karena nyeri yang dirasakan, terbatas pada aktifitas ringan, tidak
membutuhkan tenaga banyak, cepat lelah, pada klien nifas didapatkan
keterbatasan aktivitas karena mengalami kelemahan dan nyeri.
d. Pola eleminasi
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering /susah
kencing selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya odema dari
trigono, yang menimbulkan inveksi dari uretra sehingga sering terjadi
konstipasi karena penderita takut untuk melakukan BAB.Terpasang
kateter.
e. Istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubahan pada pola istirahat dan tidur karena
adanya kehadiran sang bayi dan nyeri post sectio caesar.
f. Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga dan
orang lain.
g. Pola penagulangan stress
Adaptasi psikologis post partum: fase taking in, fase taking hold, fase
taking leting go.
h. Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka janhitan dan
nyeri perut akibat involusi uteri, pada pola kognitif klien nifas primipara
terjadi kurangnya pengetahuan merawat bayinya
i. Pola reproduksi dan sosial
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual atau
fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan
nifas.
5. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang terdapat
adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan
b. Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tioroid, karena
adanya proses menerang yang salah
c. Mata
Terkadang adanya pembengkakan pada kelopak mata, konjungtiva, dan
kadang-kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses
persalinan yang mengalami perdarahan, sklera kuning.
d. Telinga
Biasanya bentuk telingga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya,
adakah cairan yang keluar dari telinga.
e. Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum kadang-kadang
ditemukan pernapasan cuping hidung
f. Dada
Terdapat adanya pembesaran payu dara, adanya hiper pigmentasi areola
mamae dan papila mamae
g. Abdomen
Kondisi insisi/ sayatan, tempat insisi, TFU.
h. Genitalia
Bentuk lokea
i. Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur
j. Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk mrlihat kelainan-kelainan karena membesarnya
uterus, karenan preeklamsia atau karena penyakit jantung atau ginjal.
k. Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada post partum tekanan darah turun, nadi
cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (prosedur operasi)
dibuktikan dengan nyeri daerah operasi, semakin nyeri ketika mengubah
posisi.
2. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan suplai ASI
dibuktikan dengan klien mengatakan asi kurang, ASI tampak kurang
menetes.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur dibuktikan
dengan klien susah tidur, klien tampak mengantuk, klien tampak letih.
4. Resiko defisit nutrisi dibuktikan dengan faktor psikologist tidak nafsu makan,
(makanan tidak di habiskan).
C. INTERVENSI
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
Keperawatan Hasil
1 Nyeri akut b.d Setelah dilakukan Observasi
agen cedera fisik tindakankeperawatan - Identifikasi lokasi, karakteristik,
(prosedur selama 3x24 jam, rasa durasi, frekuensi, kualitas, intesitas
operasi) d.d nyeri menurun, nyeri
nyeri daerah dengan kriteria hasil : - Indetifikasi skala nyeri
operasi, semakin - Keluhan nyeri - Identifikasi faktor yang memperberat
nyeri ketika menurun dan memperingan nyeri
mengubah posisi. - Meringis menurun Teraupetik
- Pola nafas - Berikan teknik nonfarmakologi untuk
membaik mengurangi rasa nyeri ( relaksasi
- Gelisah menurun genggam jari, aromaterapi, terapi
- Tekanan darah musik )
cukup baik - Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri ( suhu
ruangan, pencahyaan, kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologi
untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik bila
perlu
2 Menyusui tidak Setelah dilakukan Observasi
efektif b.d perawatan selama - Identifikasi keadaan emosional ibu
ketidakadekuatan 3x24 jam diharapkan saat akandilakukan konseling
suplai ASI d.d status menyusui menyusui
klien membaik dengan - Identifikasi keinginan dan tujuan
mengatakan asi kriteria hasil: menyusui
kurang, ASI - Tetesan / pancaran - Identifikasi permasalahan yang ibu
tampak kurang ASI menigkat alami selama proses menyusui
menetes. - Suplai ASI adekuat Teraupetik
meningkat - Gunakan teknik mendengarkan
- Kemampuan ibu aktif ( mis. Duduk sama tinggi,
memposisikan bayi dengarkan permasalahan ibu)
dengan benar - Berikan pujian terhadap perilaku
meningkat ibu yang benar
- Miksi bayi lebih Edukasi
dari 8x selama 24 - Ajarkan teknik menyusui yang tepat
jam meningkat sesuai kebutuhan ibu
- Bayi tidur setelah
menyusu
meningkat
3 Gangguan pola Setelah melakukan Obaservasi
tidur b.d kurang tindakan keperawatan - Identifikasi pola aktivitas dan tidur
kontrol tidur d.d selama 3x24 jam - Identifikasi fakroe pengganggu
klien susah tidur, diharapkan pola tidur tidur ( fisik/ psikologis)
klien tampak membaik. Kriteria Terauopetik
mengantuk, klien hasil : - Modifikasi lingkungan ( mis:
tampak letih. - Keluhan sulit tidur pencahayaan, kebisingan, suhu, dan
menurun tempat tidur)
- Keluhan sering - Batasi waktu tidur siang, jika perlu
terjaga menurun - Fasilitasi menghilangkan stres
- Keluhan tidak puas sebelum tidur
tidur menurun - Tetapkan jadwal tidur rutin
- Keluhan pola tidur - Lakukan prosedur untuk
berubah menurun meningkatkan kenyamanan (mis:
- Keluhan istirahat pijat, pengaturan posisi, terapi
tidak cukup akupresur)
menurun Edukasi
- Jelaskan pentingnya tidur cukup
selama sakit
- Anjurkan menepati kebiasaan tidur
- Anjurkan menghindari
makan/minum yang mengganggu
tidur
- Ajarkan relaksasi otot autogenik
atau cara nonfarmakologi lainnya
4 Resiko defisit Setelah diberikan Observasi
nutrisi d.d faktor perawatan selama - Identifikasi status nutrisi
psikologist tidak 2x24 jam di harapkan - Identifikasi alergi dan intoleransi
nafsu makan, resikodefisit utrisi makanan
(makanan tidak membaik dengan - Identifikasi makanan yang di sukai
di habiskan). kriteria hasil : - Monitor asupan makanan
- Porsi makanan - Monitor berat badan
yang di habiskan - Monitor hasil pemeriksaan fisik
meningkat Teraupetik
- Frekuensi makan - Lakukan oral hygiene sebelum
membaik makan, jika perlu
- Perasaan cepat - Fasilitasi menentukan pedoman diet
kenyang menurun ( Mis. Piramida makanan)
- Indeks masa tubuh - Sajikan makanan secara menarik
(IMT) membaik dan suhu yang sesuai
- Nyeri abdomen - Berikan makanan yang tinggi serat
menurun untuk mencegah konstipasi
- Berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
- Berikan suplemen makan, jika perlu
- Hentikan pemberian makanan
melalui selang nasogatrik jika
asupan dapat ditolerasansi
Edukasi
- Anjurkan posisi duduk, jika mampu
- Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan ( mis, pereda nyeri,
antiematik) jika perlu
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang di butuhkan

3.3. KONSEP NYERI


1. Pengertian
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan
akibat dari kerusakan jaringan yang aktual ataupun potensial (Kumar, 2013). Nyeri
post sectio caesarea diakibatkan oleh luka ditempat insisi, kembung karena
tertahannya gas saat fungsi usus dalam pemulihan, nyeri pinggang akibat
renggangan otot-otot abdomen selama pembedahan, nyeri otot akibat immobilisasi,
afterpains dan kadang kala merasakan ketidaknyamanan akibat distensi kandung
kemih (Reeder, Martin, & Griffin, 2011).
Nyeri akut dikarakteristikkan dengan awitan yang dapat dijelaskan dengan
baik, disertai dengan respons stress, yang menimbulkan reaksi berkeringat,
vasokonstriksi, peningkatan frekuensi jantung, dan tekanan darah (Kneale & Peter,
2011).
Menurut PPNI (2016) Nyeri Akut adalah pengalaman sensorik atau
emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional,
dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang
berlangsung kurang dari 3 bulan.
2. Klasifikasi
a. Berdasarkan Sumber
1) Nyeri Alih
Karakteristik nyeri dapat terasa di bagian tubuh yang terpisah dari sumber
nyeri. Contohnya nyeri yang terjadi pada infark miokard, yang menyebabkan
nyeri alih ke rahang.
2) Nyeri Radiasi
Nyeri post partum sectio caesarea adalah jenis nyeri radiasi, yakni nyeri yang
dirasakan menyebar dari sumber nyeri ke jaringan di sekitanya. Nyeri ini
diakibatkan oleh luka insisi, kembung karena tertahannya gas saat fungsi usus
dalam pemulihan, nyeri pinggang akibat renggangan otot – otot abdomen
selama pembedahan, nyeri otot akibat immobilisasi, afterpains dan kadang kala
merasakan ketidaknyamanan akibat distensi kandung kemih (Reeder, Martin,
& Griffin, 2011).
b. Berdasarkan Durasinya
1) Nyeri Kronik
Nyeri yang berlangsung secara berkepanjangan, berulang, dan menetap sampai
enam bulan atau lebih.
2) Nyeri Akut
Nyeri post partum sectio caesarea termasuk jenis nyeri akut, sebagian besar
pasien sudah tidak merasakan nyeri dalam kurun waktu enam minggu.
c. Berdasarkan Asal
1) Nyeri Kutaneus
Nyeri yang berasal dari kulit. Contohnya nyeri karena teriris kertas.
2) Nyeri Somatik
Nyeri somatik berasal dari otot dan tulang. Contohnya pergelangan kaki yang
terkilir.
3) Nyeri Viseral Nyeri post partum sectio caesarae termasuk jenis nyeri viseral.
Nyeri ini berasal dari stimulasi reseptor nyeri di rongga abdomen akibat
pembedahan

3. Mekanisme
Mekanisme timbulnya nyeri post section caesarea diakibatkan dari
robeknya lapisan kulit dan jaringan akibat pembedahan. Hal itu mengakibatkan
sensitasi pada perifer yang akan dilanjutkan pada sensitasi sentral. Sensasi pada
perifer menyebabkan pelepasan substansi kimia, subtansi ini mengakibatkan
nosiseptor bereaksi. Apabila nosiseptor mencapai ambang nyeri, maka akan timbul
impuls saraf yang akan dibawa oleh serabut saraf perifer, yaitu serabut A-delta dan
serabut C. Impuls saraf ini akan dibawa menuju kornu dorsalis medula spinalis.
Impuls saaf ini mengakibatkan pelepasan neurotransmitter substansi P. Substansi P
ini menyebabkan transmisi sinaps dari saraf perifer ke saraf traktus spinotalamus.
Hal ini memungkinkan impuls saraf ditransmisikan ke dalam sistem saaf pusat,
otak akan mengolah impuls saraf kemudian akan timbul persepsi nyeri (Sibernagi
& Lang, 2000).

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nyeri


Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri, yaitu pengalaman nyeri
masingmasing individu karena faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri bersifat
kompleks, seperti : usia, jenis kelamin, kebudayaan, perhatian, makna nyeri,
pengalaman sebelumnya, kepercayaan yang kuat, dan mekanisme koping (Potter &
Perry, 2006). Adapun faktor yang meningkatkan toleansi nyeri, yaitu obatobatan,
kepercayaan yang kuat, dan distraksi. Sedangkan faktor yang menurunkan toleransi
nyeri diantaranya, rasa bosan, marah, dan kelelahan.

5. Dampak Nyeri Sectio Caesarea


Nyeri sectio caesarae memberikan dampak secara fisik maupun psikologis.
Dampak secara fisik diantaranya mengganggu aktivitas sehari-hari, kesulitan dalam
perawatan diri maupun bayi, activity of daily living (ADL) terganggu, bonding
attachment (ikatan kasih sayang) tidak tepenuhi, dan menganggu dalam proses
pemberian ASI dikarenakan respon ibu terhadap bayi berkurang sehingga ASI
sebagai makanan terbaik bagi bayi tidak dapat diberikan secara optimal. Sedangkan
dampak secara psikologis diantaranya cemas dan ketakutan, hal ini akan
mengganggu proses pengenalan antara ibu dan bayi.

6. Penatalaksanaan Nyeri
Terdapat dua metode untuk penatalaksanaan nyeri, yaitu farmakologis dan
non farmakologis (Joyce dan Hawks, 2009).

a. Metode farmakologi
Metode menurunkan nyeri menggunakan obat-obatan analgesik, terdapat
dua macam yaitu non-opioid dan opioid. Kelompok obat non-opioid digunakan
untuk terapi nyeri ringan hingga sedang. Contohnya asam asetil salisilat dan
asetaminofen.Sedangkan kelompok obat oploid digunakan untuk semua jenis
rasa sakit.
b. Metode nonfarmakologi
Metode non farmakologis memberi kenyamanan, meningkatkan
mobilitas, dan memberikan klien rasa kontrol yang lebih besar (Joyce dan
Hawks, 2009). Terdiri dari :
1) Pijat atau masase
Pijat dapat dilakukan dengan jumlah tekanan dan stimulasi yang bervariasi
terhadap berbagai titik-titik pemicu miofasial di seluruh tubuh. Pijat akan
melemaskan ketegangan otot dan meningkatkan sirkulasi lokal.
2) Akupuntur
Akupuntur adalah insersi jarum halus ke dalam berbagai “titik akupuntur
(pemicu)” diseluruh tubuh untuk meredakan nyeri.
3) Akupresure
Akupresure pemberian tekanan dengan ibu jari, suatu teknik yang disebut
dengan. Akupresure memungkinkan alur energi yang terkongesti untuk
meningkatkan kondisi yang lebih sehat.
4) Range Of- Motion ( ROM )
Digunakan untuk melemaskan otot, memperbaiki sirkulasi, dan mencegah
nyeri yang berkaitan dengan kekakuan dan imobilitas.
5) Aplikasi panas
Panas dapat disalurkan melalui konduksi (botol air panas, bantalan
pemanas listrik, lampu, kompres basah panas), konveksi (whirpool, sitz
bath, berendam air panas) atau konversi (ultrasonografi, diatermi). Panas
dapat melebarkan pembuluh darah dan meningkatkan aliran darah,
sehingga memungkinan meredakan nyeri dengan menyingkirkan produk
produk inflamasi, seperti bradikinin, histamin, dan prostaglandin yang
menimbulkan nyeri lokal

6) Aplikasi dingin
Aplikasi dingin lebih efektif untuk nyeri akut (misalnya, trauma akibat
luka bakar, tersayat, terkilir). Dingin dapat disalurkan dalam bentuk
berendam atau kompres air dingin, kantung es, aquamatic K pads dan pijat
es. Aplikasi dingin mengurangi aliran darah ke suatu bagian dan
mengurangi perdarahan serta edema.
7) Relaksasi Genggam Jari
Relaksasi genggam jari adalah teknik sederhana yang mengabungkan
bernafas dan memegang setiap jari (Curley, 2014). Tindakan ini dapat
digunakan untuk mengelola nyeri, emosi, dan stress.
8) Teknik pengalihan atau distraksi
Teknik-teknik pengalihan mengurangi nyeri dengan memfokuskan
perhatian pasien pada stimulus lain dan menjauhi nyeri.
9) Penciptaan khayalan dengan tuntunan atau imajinasi terbimbing
Penciptaan khayalan dengan tuntunan adalah suatu bentuk pengalihan
fasilitator yang mendorong pasien untuk memvisualisasikan atau
memikirkan pemandangan atau sensasi yang menyenangkan untuk
mengalihkan perhatian menjauhi nyeri.

3.4. KONSEP DASAR TEKNIK RELAKSASI GENGGAM JARI


1. Pengertian
Relaksasi genggam jari adalah teknik sederhana yang mengabungkan bernafas dan
memegang setiap jari (Curley, 2014). Tindakan ini dapat digunakan untuk
mengelola nyeri, emosi, dan stress. Hasil penelitian Astutik (2017) menunjukan
bahwa 60 % responden mengalami nyeri ringan setelah pemberian relaksasi
genggam jari. Berdasarkan hasil penelitian Nita (2019), menyatakan bahwa rata-
rata skala nyeri sebelum dilakukan relaksasi genggam jari pada pasien post partum
sectio caesarea sebesar 6,30, setelah dilakukan relaksasi genggam jari pada pasien
post partum sectio caesarea turun menjadi 4,25.

2. Mekanisme
Relaksasi genggam jari menghasilkan impuls yang dikirim melalui serabut saraf
aferen non-nosiseptor. Serabut saraf non-nosiseptor mengakibatkan “gerbang”
tertutup sehingga stimulus pada kortek serebi dihambat atau dikurangi akibat
counter stimulasi relaksasi dan menggenggam jari. Hal itu akan membuat intensitas
nyeri berubah akibat stimulasi relaksasi genggam jari yang lebih dahulu dan lebih
banyak mencapai otak. Gelombang listrik yang dihasilkan dari genggaman,
diproses menuju organ yang mengalami gangguan. Hasil yang ditimbulkan
menyebabkan relaksasi yang akan memicu pengeluaran hormon endorphin untuk
mengurangi nyeri (Pinandita, 2012). Setiap jari tangan berhubungan dengan sikap
sehari-hari. Ibu jari berhubungan dengan perasaan khawatir, jari telunjuk
berhubungan dengan ketakutan, jari tengah berhubungan dengan kemarahan, jari
manis berhubungan dengan kesedihan, dan jari kelingking berhubungan dengan
rendah diri dan kecil hati (Hill, 2011).

3. Prosedur
Menurut Wong (2011) terdapat prosedur penatalaksanaan teknik relaksasi genggam
jari dilakukan selama 10 menit dengan tahapan antara lain :
a. Persiapkan pasien dalam posisi yang nyaman, yaitu duduk atau berbaring.
b. Genggamlah jari ibu dengan telapak tangan selama tiga menit, lalu bergantian
ke jari yang lain. Genggaman pada ibu jari bertujuan untuk mengelola rasa
khawatir, jari telunjuk bertujuan untuk mengelola rasa takut, jari tengah
bertujuan untuk mengelola rasa marah, jari manis bertujuan untuk mengelola
rasa sedih, dan jari kelingking bertujuan untuk mengelola rasa strees
c. Minta pasien untuk tutup mata, fokus, tarik nafas perlahan dari hidung,
hembuskan perlahan dengan mulut secara teratur sambil melepaskan perasaan
dan masalah yang mengganggu pikiran dan bayangkan emosi yang
mengganggu tersebut keluar dari pikiran. Hal ini bertujuan untuk merilekskan
semua otot dan memberikan perasaan yang nyaman. Laukan secara berkali-kali
d. Katakan, “semakin rileks, semakin rileks, semakin rileks”, dan seterusnya
hingga benar-benar rileks.
e. Apabila sudah rileks, lakukan pengucapan kalimat positif yang diinginkan
seperti, “saya ingin nyeri ini hilang”.
f. Gunakan perintah sebalikanya untuk menormalkan pikiran bawah sadar.
Contohnya “saya akan terbangun dengan keadaan yang lebih baik.”
g. Lepas genggaman jari dan usahakan rileks
Gambar 2.1 Teknik Relaksasi Genggam Jari (Wong, 2011)

BAB III
PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini penulis membandingkan antara teori dengan asuhan


keperawatan Maternitas Ny. Y di Ruang Kebidanan 706 di RSUD Siti Fatimah Sumatera
Selatan. Berikut akan diuraikan pelaksanaan keperawatan pada Ny. Y dengan diagnosa
keperawatan nyeri akut Post Op SC sesuai fase dalam proses keperawatan yang meliputi:
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi serta dilengkapi
pembahasan dokumentasi keperawatan didukung penelitian ilmiah terkait.

Identitas Klien
Nama : Ny. Y
Umur :
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan :
Pekerjaan :
Diagnosa Medis :
No. Med Rec :
Tanggal masuk rumah sakit :
Tanggal pengkajian :
Riwayat Penyakit
1. Keluhan utama : pasien mengatakan nyeri post op SC
2. Riwayat penyakit dahulu : pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit dahulu
3. Riwayat penyakit sekarang (PQRST) :
P : nyeri dirasakan saat bergerak,
Q : nyeri seperti ditusuk-tusuk,
R : nyeri dibagian abdomen,
S : skala nyeri 7,
T : nyeri hilang timbul,
4. Faktor pencetus : Luka Post Op SC
5. Riwayat pengobatan dan alergi : pasien mengatakan tidak ada riwayat pengobatan dan
alergi
Data fokus
Keadaan umum
Kesadaran : compos mentis
TTV : TD : mmHg, Nadi : x/mnt, RR : x/mnt, T :
Nyeri & Kenyamanan :
(Menampilkan data pengkajian pada sistem yang bermasalah)
Masalah keperawatan : Nyeri Akut

Analisis Asuhan Keperawatan Dengan Konsep Kasus


Dari hasil pengkajian dan observasi, penulis menemukan data Klien mengatakan
nyeri daerah operasi, Klien mengatakan semakin nyeri ketika mengubah posisi, Klien
tampak meringis, nyeri dirasakan saat bergerak, nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri dibagian
abdomen, skala nyeri : 7, Terdapat luka jahitan post op SC di perut sepanjang 13 cm dan
Tampak posisi luka vertical kebawah pusar dan tertutup kassa steril.
Klien dengan post op SC mengalami gangguan rasa nyeri dengan batasan
karakteristik nyeri, subjektif mengungkapkan secara verbal atau melaporkan dengan
isyarat, objektif gerakan menghindari nyeri, perubahan autonomic,, perubahan nafsu
makan dan gangguan tidur (Wilkinson, 2011).

A. Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah tahap kedua dalam proses keperawatan dan
merupakan suatu pernyataan dari masalah klien baik actual maupun beresiko
berdasarkan data pengkajian yang sudah di analisis (Ekasari, dkk 2008).
Diagnose yang ditegakkan oleh penulis adalah Nyeri akut berhubungan dengan
agen cedera fisik ( prosedur operasi) dibuktikan dengan nyeri daerah operasi, semakin
nyeri ketika mengubah posisi.
Nyeri merupakan pengalaman sensori yang dibawa oleh stimulus sebagai akibat
adanya kerusakan jaringan (Perry & Potter, 2010). Pada pembedahan sectio caesarea
rasa nyeri biasanya dirasakan pasca melahirkan, karena pada waktu proses
pembedahan sectio caesarea dokter telah melakukan pembiusan. Pengaruh obat bius
biasanya akan menghilang sekitar 2 jam setelah proses persalinan selesai. Setelah efek
bius habis, rasa nyeri pada bagian perut mulai terasa karena luka yang terdapat di
bagian perut. Nyeri pasca bedah akan menimbulkan reaksi fisik dan psikologi pada ibu
postpartum seperti mobilisasi terganggu, malas beraktifitas, sulit tidur, tidak nafsu
makan, tidak mau merawat bayi sehingga perlu adanya cara untuk mengontrol nyeri
agar dapat beradaptasi dengan nyeri post operasi sectio caesarea dan mempercepat
masa nifas (Sofiyah, 2014). Nyeri merupakan keadaan yang harus diatasi dengan
manajemen nyeri, karena kenyamanan merupakan kebutuhan dasar manusia (Petasik
et all, 2013).

B. Intervensi
Perencanaan atau intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan
yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnose keperawatan
yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan klien (Ekasari dkk,
2008).
Perencanaan yang dilakukan sesuai dengan yang ada di Standar luaran
keperawatan indonesia dan standar intervensi keperawatan indonesia. Diagnosa
pertama Nyeri akut berhubungan dengan Agen cedera fisik ( prosedur operasi)
rencana yang dilakukan adalah
Obsevasi :
Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intesitas nyeri, Indetifikasi
skala nyeri, Identifikasi faktopr yang memperberat dan memperingan nyeri.
Terapeutik :
Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri ( relaksasi genggam jari,
aromaterapi, terapi musik ), Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri ( suhu
ruangan, pencahyaan, kebisingan), Fasilitasi istirahat dan tidur, Pertimbangkan jenis
dan 49 sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri.
Edukasi :
Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri, Jelaskan strategi meredakan nyeri,
Annjurkan memonitor nyeri secara mandiri, Anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat, Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri.
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian analgetik bila

C. Implementasi
Implementasi adalah tahap keempat dari proses keperawatan yang terkait
dengan pelaksanaan perencanaan yang telah dibuat dan mengacu pada rencana
keperawatan yang telah dibuat (Ekasari 2008).
Penulis melakukan implementasi sesuai dengan perencanaan dari diagnosa yang
ditegakkan berdasarkan intervensi, salah satu implementasi yang dilakukan adalah
memberikan relaksasi genggam jari. Salah satu manajemen nyeri secara non-
farmakologis yang dapat dilakukan adalah teknik relaksasi genggam jari.
Analisis pengaruh terapi genggam jari terhadap penurunan intensitas nyeri
berdasarkan jurnal penelitian, yaitu : 2. Penelitian yang dilakukan oleh Evrianasari
dkk (2019), Pengaruh Teknik Relaksasi Genggam Jari Terhadap Nyeri Post Sectio
Caesarea di RSUD A. Yani Kota Metro. Hasil penelitian analisa bivariat
menggunakan uji t test sample dependent didapatkan nilai p-value sebesar 0.000 < α
(0,05) yang berarti ada pengaruh teknik relaksasi genggam jari terhadap nyeri Post
Sectio Caesarea di RSUD A. Yani Kota Metro tahun 2018.
Hasil ini memiliki kesesuaian dengan teori relaksasi genggam jari yang
menyebutkan bahwa tehnik relaksasi genggam jari menghasilkan impuls yang dikirim
melalui serabut saraf aferen non-nosiseptor. Serabut saraf aferen non-nosiseptor
mengakibatkan “gerbang” tertutup sehingga stimulus pada kortek serebri dihambat
atau dikurangi akibat counter stimulasi relaksasi dan menggenggam jari. Sehingga
intensitas nyeri akan berubah atau mengalami modulasi akibat stimulasi relaksasi
genggam jari yang lebih dahulu dan lebih banyak mencapai otak. (Astuti, 2017)

D. Evaluasi
Tahap evaluasi adalah menilai keberhasilan asuhan keperawatan yang telah
dilakukan berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan. Setelah dievaluasi didapatkan
data sebagai berikut : Klien mengatakan masih nyeri daerah operasi, Klien
mengatakan ketika mengubah posisi nyeri sudah mulai berkurang, Klien masih
tampak meringis,
P : nyeri dirasakan saat bergerak,
Q : nyeri seperti ditusuk-tusuk,
R : nyeri dibagian abdomen,
S : skala nyeri 4,
T : nyeri hilang timbul,
Terdapat luka jahitan post op SC di perut sepanjang 13cm dan Tampak posisi luka
vertical kebawah pusar dan tertutup kassa steril. Klien mengatakan sudah tidur 6-7
jam dalam sehari.Sudah makan dengan lahap dan menghabiskan setiap porsi yang
diberikan. Telah mampu menyusui dengan posisi yang nyaman dan asi telah banyak.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
1. Diagnosa keperawatan yang muncul adalah Nyeri akut berhubungan dengan Agen
cedera fisik ( prosedur operasi).
2. Rencana asuhan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa yang muncul dan
dibuat berdasarkan rencana asuhan keperawatan secara teoritis
3. Implementasi dilakukan sesuai rencana keperawatan yang disusun.
4. Evaluasi dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Dari semua diagnosa
keperawatan yang telah ditegakkan dan implementasi yang telah dilakukan sesuai
dengan rencana tindakan keperawatan didapatkan hasil yang dicantumkan dalam
evaluasi

B. SARAN
1. Untuk RSUD Siti Fatimah Provinsi Sumatera Selatan
Semoga makalah ini dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan kualitas asuhan
keperawatan yang baik, sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan di
Rumah Sakit
2. Untuk mahasiswa
Semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai pedoman dan meningkatkan
pengetahuan tentang asuhan keperawatan Maternitas di ruang bersalin
3. Untuk kampus STIK Siti Khadijah Palembang
Semoga dengan makalah ini dapat menambah sumber referensi untuk membantu
dalam proses pembelajaran dan meningkatkan pengetahuan peserta didik
dikampus.
DAFTAR PUSTAKA

Astutik, P., & Kurlinawati, E. (2017). Pengaruh Relaksasi Genggam Jari Terhadap
Penurunan Nyeri Pada Pasien Post Sectio Caesarea. STRADA Jurnal Ilmiah
Kesehatan
Atikah, 2010. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas. Jakarta : Nuha Medika.
Evrianasari dkk. 2019. Teknik Relaksasi Genggam Jari Terhadap Nyeri PostSectio
Caesarea di RSUD A. Yani Kota Metro tahun 2018. Jurnal Kebidanan Universitas
Malahayati Bandar Lampung
Heryani, Reni. 2012. Asuhan Kebidananan Ibu Nifas &Menyusui.Jakarta : Trans Info
Media
Nusalam. 2015. Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Nasional.
Edisi 5. EGC : Jakarta.
Prawirohardjo. 2014. Ilmu Kandungan. PT Kramat Pustaka : Jakarta.
Riskesdas RI. 2015. Perawatan Maksimal Pasca Post Op Pasien Sectio Casearea.Jurnal
Saifuddin, A.B. 2011. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta : P.T. Bina
Pustaka
Sugeng. 2010. Asuhan Keperawatan Post Operasi. Jakarta : Nuha Medika
Tanto. 2014. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius

Anda mungkin juga menyukai