Anda di halaman 1dari 82

RELEKSASI GENGGAM JARI TERHAAP PENURUNAN

INTENSITAS NYERI POST SECTIO CAESAREA DIRUANG

MELATI 2A RSUD DR SOEKARDJO TASIKMALAYA

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai

Gelar Ners :

RESTI YANTI

221FK09017

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA

TASIKMALAYA TAHUN 2022


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Persalinan merupakan proses yang terjadi dimulai dari terbukanya leher

rahim hingga proses keluarnya bayi, serta plasenta melalui jalan lahir (rahim)

(Arda dan Hartaty (2021) Persalinan dibagi dalam tiga jenis yaitu : persalinan

normal, persalinan buatan, dan persalinan anjuran/induksi. Persalinan adalah

proses persalinan yang melalui vagina (pervaginam). Persalinan anjuran atau

induksi terjadi setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocin atau

prostaglandin, sedangkan persalinan buatan adalah persalinan dengan bantuan

tenaga dari luar misalnya dengan forceps atau Sectio Caesarea (SC). Tindakan

SC dilakukan untuk mencegah kematian janin maupun ibu yang dikarenakan

bahaya atau akan terjadi komplikasi apabila ibu melahirkan secara pervaginam.

Sectio caesarea (SC) atau biasa disebut operasi sesar merupakan salah satu

tindakan persalinan untuk mengeluarkan bayi melalui sayatan pada abdomen/

laparotomi dan uterus/ histerotomi. Meskipun memiliki risiko komplikasi,

terkadang SC merupakan cara terbaik untuk menjaga keselamatan ibu dan

melahirkan janin dengan selamat ( Josephine, (2022)

Operasi Sectio Caesarea (SC) Menurut World Health Organization

(WHO), menyatakan standar dilakukan operasi SC sekitar 5-15%. Data WHO

dalam Global Survey on Maternal and Perinatal Health menunjukkan sebesar

46,1% dari seluruh kelahiran dilakukan melalui SC (World Health

Organization, 2019). Berdasarkan data RISKESDAS tahun 2018, jumlah


persalinan dengan metode SC di Indonesia sebesar 17,6%. Indikasi

dilakukannya persalinan secara SC disebabkan oleh beberapa komplikasi

dengan persentase sebesar 23,2% diantaranya posisi janin melintang/sunsang

(3,1%), perdarahan (2,4%,) kejang (0,2%), ketuban pecah dini 2 (5,6%),

partus lama (4,3%), lilitan tali pusat (2,9%), plasenta previa (0,7%), plasenta

tertinggal (0,8%), hipertensi (2,7%), dan lainnya (4,6%) (Kementerian

Kesehatan RI, 2018).

Menurut data SKDI (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia) tahun

2017, menyatakan angka kejadian persalinan di Indonesia dengan metode SC

sebanyak 17% dari total jumlah kelahiran di fasilitas kesehatan. Hal ini

menunjukkan terjadi peningkatan angka persalinan melalui metode SC

(Kementerian Kesehatan RI, 2018). Prevalensi tindakan SC pada persalinan

sebesar 17,6 %, tertinggi di wilayah DKI Jakarta 31,3% dan terendah di Papua

6,7%. Sedangkan di Jawa Barat persalinan dengan tindakan SC yaitu 15,48%.

Persentase ibu yang melahirkan secara SC karena posisi janin melintang

3,57%, perdarahan 2,85%, kejang 0,17%, ketuban pecah dini 6,31%, partus

lama 4,08%, lilitan tali pusat 3,35%, plasenta previa 0,84%, plasenta tertinggal

0,96%, hipertensi 4,63%, dan lainnya 4,63% (Riset Kesehatan Dasar, 2018).

Berdasarkan buku medical record ruangan terdapat angka Post Sectio

Caesarea di Ruang Melati 2A RSUD dr. Soekardjo sejumlah 258 pada bulan

Juli -Desember pada tahun (Profil Rekam Medik RSUD dr. Soekardjo, 2022)

Tindakan SC menyebabkan terputusnya kontinuitas jaringan dengan

adanya luka tersebut, akan merangsang nyeri yang disebabkan jaringan luka

mengeluarkan prostaglandin dan leukotriens yang merangsang susunan saraf


pusat, serta adanya plasma darah yang akan mengeluarkan plasma

extravasation sehingga terjadi edema dan mengeluarkan bradidikin yang

merangsang susunan saraf pusat, kemudian diteruskan ke spinal cord untuk

mengeluarkan impuls nyeri. Nyeri akan menimbulkan berbagai masalah, baik

masalah fisik maupun psikologis. Masalah-masalah tersebut saling berkaitan

Apabila masalah-masalah tersebut tidak segera diatasi akan menimbulkan

masalah yang kompleks (Abasi, 2017).

Salah satu untuk menangani masalah yang timbul setelah post SC

tersebut dengan memberikan manajemen nyeri non farmakologi. Manajemen

nyeri non farmakologis yang dapat dilakukan sebanyak yang terpenting

meningkatkan kenyamanan pasien diantaranya terapi music, teknik meditasi,

pijat reflex, obat herbal, hipnotis, terapi sentuh, message dan teknik relaksasi.

Salah satu teknik relaksasi yaitu genggam jari yang dapat memberikan efek

untuk mengurangi rasa nyeri sambil menarik nafas dalam dapat memberikan

keteangan pikiran, mengontrol emosi, melancarkan aliran dalam darah, serta

memberikan pengontrolan diri pada individu ketika terjadi rasa tidak nyaman

atau nyeri (Pattipeilohy Diana Valencia 2018).

Genggam jari menurut hasil penelitian ( Dina Ira (2019) menunjukan

bahwa ada penurunan intensitas nyeri sebelum dilakukan tindakan dengan

sesudah tindakan yang tadinya intensitas nyeri sedang 4 (1-10) menjadi ringan

3 (1-10). Hal ini disebabkan karena pengaruh dalam teknik relaksasi genggam

jari yang mengakibatkan pintu gerbang tertutup sehingga stimulus nyeri

terhambat dan berkurang dengan tingkat nyeri sebelum diberikan intervensi

rata rata nyeri berat dan setelah diberikan intervensi rata rata nyeri sedang.
Demikian pula penelitian Nispi, Yunia dan Wewet (2020), menunjukan

bahwa adanya penurunan intensitas nyeri sebelum diberikan intervensi

sebelum diberi teknik relaksasi genggam jari rata rata 3,05 dan rata rata

sesudah diberi teknik relaksasi genggam jari 0,77. Hal ini disebabkan karena

teknik relaksasi genggam jari ada pengaruh untuk menurunkan intensitas nyeri

post SC.

Penelitian lainnya Ani, Yessi, Yan, Ari (2021) mengemukakan

sebelum dilakukan intervensi didapatkan 6,05 dan setelah dilakukan intervensi

1,50 diperoleh hasil (p value 0,000) 𝛼 <0,05 yaitu ada pengaruh teknik

relaksasi genggam jari terhadao intensitas nyeri pada pasien post SC. Sejalan

dengan Endah (2022) mengemukakan sebelum dilakukan teknik relaksasi

genggam jari yaitu sebanyak 21 responden (65,6%). Setelah dilakukan teknik

relaksasi genggam jari berubah menjadi sebagian besar responden mengalami

nyeri ringan yaitu sebanyak 19 responden (59,4%) (p value = 0,000) ≤ 𝛼 = 0,5

dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signitifikan antara intensitas

nyeri sebelum dan sesudah diberikan intervensi teknik relaksasi genggam jari

karena pendampingan yang diberikan membuat ibu lebih bisa meluapkan rasa

emosional yang dirasakan, ibu mempunyai teman untuk bercerita tentang

keluahanya, sehingga nyeri yang dirasakan ibu berkurang, ibu menjadi lebih

semangat dan berusaha untuk lebih cepat sembuh.

Beberapa hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa teknik relaksasi

genggam jari dapat menurunkan intensitas nyeri pada ibu post SC karena

teknik relaksasi ini dapat mengendalikan dan mengembalikan emosi yang akan

membuat tubuh menjadi rileks. Perlakuan relaksasi genggam jari akan


menghasilkan impuls yang dikirim melalui serabut saraf aferen nosiseptor –

non nosiseptor. Serabut saraf non nosiseptor mengakibatkan “pintu gerbang”

tertutup sehingga stimulus nyeri terhambat dan berkurang (Brinks, 2019).

Dampak yang terjadi setelah post SC, pasien akan mengalami nyeri

pada luka operasi, pasien jadi tidak berani bergerak karena takut dan nyeri

sehingga pasien tidak mau untuk beraktivias secara mandiri. Peran perawat

dalam menangani nyeri post SC sangatlah penting sebagai salah satu

pemenuhan bio psiko sosial spiritual terutama tindakan secara mandiri yaitu

manajemen nyeri non farmakologi dengan genggam jari. Hasil penelitian pun

telah banyak dilakukan dan terbukti efektif untuk menurunkan intensitas nyeri,

oleh karena itu peneliti tertarik untuk menerapkan teknik relaksasi genggam

jari untuk menurunkan intensitas nyeri pada ibu post SC dengan pendekatan

asuhan keperawatan.

1.2. Rumusan Masalah

“Bagaimana Releksasi Genggam Jari Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri

Pada Post Sc Di Ruang Melati 2A RSUD Dr Soekardjo Kota Tasikmalaya”

1.3. Tujuan

‘Mengetahui Releksasi Genggam Jari Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri

Pada Post Sc Di Ruang Melati 2A RSUD Dr Soekardjo Kota Tasikmalaya”

1.4. Manfaat

1.4.1. Bagi Penulis

Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam penerapan asuhan

keperawatan Maternitas terutama terapi Teknik Relaksasi Genggam

Jari sebagai salah satu alternative non farmakologis untuk mengatasi


nyeri post SC.

1.4.2. Bagi RSUD dr Soekardjo Kota Tasikmalaya

Untuk meningkatkan pelayanan keperawatan maternitas, dapat

dijadikan salah satu sumber dalam penerapan terapi Teknik releksasi

genggam jari sebagai salah satu untuk mengatasi nyeri post Sc non

farmakologis selain non farmakologis lainnya yang seing dilakukan

perawat.

1.4.3. Bagi ruang Melati 2A

Sebagai bahan masukan dan informasi bagi perawat yang ada diruang

Melati 2A dalam Upaya meningkatkan pelayanan keperawatan

maternitas, khususnya pada kasus post Sc.

1.4.4. Bagi profesi keperawatan

Sebagai bahan referensi dalam mengatasi nyeri post Sc non

farmakologis selain terapi non farmakologis lainnya.

1.4.5. Bagi Fakultas Ilmu Kesehatan Bhakti Kencana Kota Tasikmalaya

Sebagai referensi untuk menerapkan teknik releksasi genggam jari

sebagai salah satu alternatif penanganan nyeri non farmakologis pada

pasien post Sc dalam melakukan perawatan klien baik dirumah sakit

maupun dimasyarakat.
BAB II

TINJUAN TEORITIS

2. Sectio Caesarea ( SC)

2.1. Pengertian

SC adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak lewat insiasi pada

dinding abdomen dan uterus (Oxorn dan Wiliam 2010) dalam Verycha 2014). SC

adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus

melalui dinding depan perut (Amin dan Hardhi, 2013). Sedangkan menurut

(Jitowiyono, 2010) SC adalah suatu persalinan buatan dimana janin melahirkan

melalui insiasi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim

dengan keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram.SC adalah tindakan

pembedahan dengan melakukan sayatan pada dinding abdomen dan dinding

uterus bertujuan untuk mengeluarkan janin dengan berat diatas 500 gram.

2.2. Etiologi

Etiologi SC terbagi menjadi dua macam yaitu :

a. Etiologi yang berasal dari ibu

Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, primi para tua disertai

kelainan letak, ada disporprsi srfalo pelvik (disproporsi janin/panggul), ada

sejarah kehamilan persalinan yang buruk, terdapat kesempitan panggul, plasenta


previa terutama primigravida, solutsio plasenta tingkat 1-2 komplikasi kehamilan

yaitu preklamsi-eklampsia atas permintaan, kehamilan yang disertai penyakit

(Jantung, DM), gangguan perjalanan persalinan (Kista ovarium, mioma uteri dan

sebagainya)

b. Etiologi yang berasal dari janin

Gawat janin, mal presentasi dan mal posisi, kedudukan janin,

prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil, kegagalan persalinan

vakum atau porseps ekstraksi. Menurut amin dan hardi (2013) dalam

(Verycha 2014).

2.3. Jenis Jenis Sectio Caesarea (SC)

Ada 2 jenis SC yaitu :

a. Sayatan melintang

Sayatan pembedahan dilakukan dibagian bawah rahim (SBR).

Sayatan melintan dimulai dari ujung atau pinggir selangkangan diatas batas

rambut kemaluan sepanjang sekitar 10-14 cm. keuntungannya adalah perut

pada rahim kuat sehingga cukup kecil resiko menderita tupture uteri (robek

rahim) dikemudian hari. Hari ini karena pada masa nifas, segemen bawah

rahim tidak banyak menglami kontraksi sehingga luka operasi dapat

sembuh lebih sempurna.

b. Sayatan memanjang

Meliputi sebuah pengirisan memanjang dibagian tangan yang

memberikan suatu ruang yang lebih besar untuk mengeluarkan bayi namun

jenis ini kini jarang dilakukan karena jenis ini rentan terhadap komplikasi
Desriva (2011) dalam (Verycha, 2014).

2.4. Resiko Dilakukan Tindakan Sectio Caesarea (SC)

Resiko yang mungkin dialami oleh wanita yang melahirkan secara

operasi yang dapat mengakibatkan cedera pada ibu dan bayi :

a. Alergi

Biasanya ini terjadi pada pasien yang alergi terhadap obat tertentu.

Penggunaan obat pada pasien SC lebih banyak dengan cara melahirkan

secara normal. Jenis obat yang diberikan beragam mulai dari obat

antibiotik, obat pembiusan, penghilang rasa sakit dan beberapa infusan.

b. Pendarahan

Pendarahan dapat diakibatkan terbentuknya bekuan – bekuan darah

pada pembuluh darah baik kaki dan rongga panggul.

c. Cedera pada organ lain

Jika tidak dilakukan dengan hati hati, kemungkinan pembedahan

dapat mengakibatkan terlukanya organ lain seperti rectum atau kandung

kemih. Penyembuhan bekas luka yang tidak sempurna dapat menyebabkan

infeksi pada organ rahim atau kandung kemih.

d. Demam

Kadang demam setelah operasi tidak dapat dijelaskan penyebabnya,

namun biasanya terjadi karena infeksi.


e. Mempengaruhi pruduksi asi

Efek pembiusan bisa mempengaruhi ASI jika dilakukan pembiusan

total (narkose). Akibatnya, kolestrum tidak bisa dinikmati bayi dan bayi

tidak dapat segera menyusui begitu iya dilahirkan namun apabila dilakukan

dengan pembiusan regional tidak banyak mempengaruhi produksi ASI.

f. Sulit pendekatan kepada bayi

Perempuan yang melahikran melalui SC mempunyai perasaan

negatif setelah menjalani SC tanpa memperhatikan kepuasan terhadap

operasi. Sehingga ibu yang melahirkan secara SC biasanya sulit dekat

dengan bayinya bahkan jarang bisa menyusui dibandingkan dengan

melahirkan normal. Karena rasa tidak akibat tindakan sectio caesarea.

Salfariani (2012).

3. Konsep Nyeri

3.1. Pengertian

Nyeri merupakan kondisi beruapa perasaan tidak menyenangkan

bersifat sangat subjektif, karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang

dalam hal skala atau tingkatnya, dan hanya orang tersebutlah yang

dapat menjelaskan atau mengebaluasi rasa nyeri yang dialaminya (Hidayat,

2006 dalam Kiftiyah dan Kurnia, 2017).

3.2. Proses Nyeri

Proses seseorang dalam menghadapi nyeri terjadi dalam 4 tahap

yaitu :

a. Transduksi
Adalah suatu proses dimana akhiran saraf eferen menerjemahkan

stimulus (misalnya tusukan jarum) ke dalam impuls nosispeptif. Ada tiga

tipe serabut saraf yang terlibat dalan proses ini yaitu serabut A-beta, A-

delta, dan C. serabut ini berespon secara maksimal terhadap stimulasi non

noksius dikelompokkan sebagai serabut penghantar nyeri atau nosiseptor.

b. Modulasi

Adalah proses amplifikasi sinyal neural terkait nyeri (pain

related neural signals). Proses ini terutama terjadi di kornu dorsalis

medula spinalis dan mungkin juga terjadi di level lainnya. Serangkaian

reseptor opioid seperti mu, kappa, dan delta dapat ditemukan berasal

dari korteks frontalis, hipotalamus dan area otak lainnya ke otak

tengah (midbrain) dan medula oblongata selanjutnya menuju medula

spinalis. Hasil dari proses inhibisi desendens ini adalah penguatan atau

bahkan penghambatan (blok) sinyal nosiseptif di kornu dorsalis

c. Transmisi

Adalah suatu proses dimana impulas disalurkan menuju kornu

dorsalis medulla spinals, kemdian sepanjang traktus sensorik menuju

otak. Neuron aferen primer merupakan pengirim dan penerima aktif

dari sinyal elektrik dan kimiawi. Akosanya berakhir di kornu dorsalis

medula spinalis dan selanjutnya berhubungan dengan banyak neuron

spinal.

d. Persepsi Nyeri

Adalah kesadaran akan pengalaman nyeri, persepsi merupakan


hasil dari interkasi proses tranduksi, tranmisi,modulasi, aspek

prikologis, dan karakteristik individu lainnya. Reseptor nyeri adalah

organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsangan nyeri. Organ

tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas

dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat secara

potensial meruksal. Reseptor nyeri disebut juga Nociseptor. Secara

anatomis, reseptor nyeri (nociseptor) ada bermiyelin dan ada juga yang

tidak bermiyelin dari syaraf eferen (Tamsuri 2006 dalam Badrudin,

2017).

3.3. Jenis – Jenis Nyeri

Secara umum nyeri dibagi menjadi dua yaitu :

a. Nyeri akut

Nyeri akut merupakan nyeri yang berlangsung dari beberapa

detik hingga kurang dari 6 bulan biasanya dengan awitan tiba tiba dan

umunya berkaitan dengan cidera fisik. Nyeri akut mengindikasikan

bahwa kerusaksn atau cidera telah terjadi. Jika kerusakan tidak lama

terjadi dan tidak penyakit siskemik, nyeri akut biasanya menurun

sejalan dengan terjadinya penyembuhan. (Meliala dan Suryamiharha,

2007 dalam Tanjung, 2016).

b. Nyeri kronis

Nyeri kronik merupakan nyeri konstan atau intermitern yang

menetap sepanjang suatu periode waktu. Nyeri ini berlangsung diluar

waktu penyembuhan yang diperkirakan dan sering tidak dapat


dikatakan dengan penyebab atau cidera fisik. Nyeri kronik dapat tidak

memiliki awitan yang ditetapkan dengan tepat dan sering sulit untuk

diobati karena biasanya nyeri ini sering tidak memberikan respon

terhadap pengobatan yang diarahkan pada penyebabnya. Nyeri kronik

ini juga di definisikan sebagai nyeri yang berlangsung selama 6 bulan

atau lebih, meskipun 6 blan merupakan suatu periode yang dapat

berubah untuk membedakan nyeri akut dan nyeri kronik (Strong, dkk

2002, Potter & Perry, 2005 dalam Tanjung 2016).

Berdasarkan lokasinya dibedakan menjadi 3 yaitu :

1. Nyeri perifer

Nyeri ini ada tiga macam yaitu :

a) Nyeri superfisial (nyeri yang muncul akibat rangsangan pada

kulit dan mukosa).

b) Nyeri visceral (nyeri yang muncul akibat stimulasi dari

reseptor nyeri di rongga abdomen, cranium dan toraks)

c) Nyeri alih yaitu nyeri yang dirasakan pada daerah lain yang jauh

dari penyebab nyeri.

2. Nyeri sentral, nyeri yang muncul akibat stimulasi pada medulla

spinalis, batang otak dan talamus.

3. Nyeri psikogenik, nyeri yang tidak diketahui penyebab fisiknya.

Dengan kata lain nyeri ini timbul akibat pikiran si penderita itu sendiri

(Sulistyo, 2013).

3.4. Penilaian intensitas nyeri

a. Skala penilan Numerik (NRS)


Skala penilaian numerik atau numeric rating scale (NRS) lebih

digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Klien menilai

nyeri dengan menggunakan skala 0 -10 (Meliala & Suryamiharja,

2007 dalam Tanjung 2016)

Gambar 2.1 Numerical Rating Scale

b. Skala Nyeri Wajah

Skala nyeri wajah terdiri atas enam wajah dengan profil kartun

yang menggambarkan wajah yang sedang tersenyum (tidak merasa

nyeri), kemudian secata bertahap meningkat menjadi wajah kurang

bahagia, wajah yang sangat sedih sampai wajah yang sangat

ketakutan (nyeri yang sangat). (Potter & Perry, 2006 dalam

Tanjung 2016).

Gambar 2.2 Skala Nyeri Wajah

c. Skala nyeri bourbinais


Berdasarkan penilaian objektif Ellen (2000 dalam

Handayani & Pronamo, 2012). Yaitu :

Gambar 2.3 Skala Nyeri Bourbinais

Keterangan :

Semakin besar nilai, maka semakin besar intensitas nyerinya :

1. Skala 0 = tidak nyeri

2. Skala 1 -3 = Nyeri ringan

Secara objektif klien dapat berkomunikasi dengan baik,

tindakan manual dirasakan sangat membantu

3. Skala 4-6 = Nyeri sedang

Secara objektif klien mendesis, menyeringi, dapat

menunjukan lokasi nyeri dengan tepat dan dapat

mendeskripsikan nyeri, klien dapat mengikuti perintah

dengan baik dan reponsif terhadap tindakan manual.

4. Skala 7 -9 = Nyeri berat

Secara objektif terkadang klien dapat mengikuti perintah

tapi masih responsif terhadap tindakan manual, dapat

menunjukan lokasi nyeri tapi tidak dapat


mendeskripsikannya, tidak dapat dilatasi dengan alih

posisi, nafas panjang destruksi dll.

5. Skala 10 = Nyeri sangat berat ( panik tidak tertolong )

Secara objektif klien tidak mau berkomunikasi dengan

baik berteriak dan histeris, klien tidak dapat mengikuti

perintah lagi, selalu mengejan tanpa dapat dikendalikan,

menarik – narik apa saja yang tergapai, dan tidak dapat

menunjukan lokasi nyeri.

4. Faktor – Faktor yang mempengaruhi nyeri

a. Usia

Usia mempengaruhi seseorang berekasi terhadap nyeri. Sebagai

contoh anak – anak kecil yang belum dapat mengucapkan kata – kata

mengalami kesulitan dalam mengungkapkan secara verbal dan

mengekspresikan rasa nyerinya, sementara lansia mungkin tidak akan

melaporkan nyerinya dengan alasan nyeri merupakan sesuatu yang harus

mereka terima (Potter & Perry, 2006 dalam Andari, 2015).

b. Jenis kelamin

Secara umum jenis kelamin pria dan wanita tidak berbeda secara

bermakna dalam merespon nyeri. Beberapa kebudayaan mempengaruhi

jenis kelamin misalnya ada yang menganggap bahwa seseorang anak laki

laki harus berani dan tidak boleh menangis sedangkan seorang anak

perempuan boleh menangis dalam situasi yang sama (Rahadhanie dalam

Andari, 2015).
c. Kebudayaan

Keyakinan dan nilai nilai budaya mempengaruhi individu

mengatasi nyeri, individu mempelajari apa yang diajarkan dan apa yang

diterima oleh kebudayaan mereka (Rahadhanie dalam Andari, 2015).

d. Perhatian

Tingkat seseorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri

dapat mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatian nyeri meningkat

dihubungkan dengan nyeri yang meningkat. Sedangkan upaya

penglihatan (distraksi) dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun.

Konsep ini merupakan salah satu konsep yang perawat terapkan di

berbagai terapi untuk menghilangkan nyeri, seperti relaksasi, teknik

imajinasi terbimbing (guided imaginary) dan mesase, dengan

memfokuskan perhatian dan konsentrasi klien pada stimulasi yang lain,

misalnya pengalihan pada sitraksi (Fatmawati, 2011).

e. Ansietas

Ansietas seringkali meningkatkan persepsi nyeri. Namun nyeri

juga dapat menimbulkan ansietas. Stimulus nyeri mengaktifikan bagian

sistem limbik yang diyakini mengendalikeun emosi seseorang

khususnya ansietas (Wijarnoko, 2012).

f. Kelemahan

Kelemahan atau keletihan meningkatkan persepsi nyeri. Rasa

kelelahan menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif dan menurunkan

kemampuan koping (Fatmawati, 2011).


g. Pengalaman sebelumnya

Setiap individu belajar dari pengalaman nyeri. Apabila individu

sejak lama sering mengalami serangkaian episode nyeri tanpa pernah

sembuh maka ansietas atau rasa takut dapat muncul. Sebaliknya jika

individu mengalami jenis nyeri yang sama berulang ulang tetapi nyeri

tersebut dengan berhasil dihilangkan akan lebih mudah individu tersebut

menginterprestasikan sensasi nyeri (Rahadhanie dalam Andari, 2015).

h. Gaya koping

Gaya koping mempengaruhi individu dalam mengatasi nyeri.

Sumber koping indivdu diantaranya komunikasi dengan keluarga, atau

melakukan latihan atau menyanyi (Ekowati, 2012).

5. Manajemen Nyeri

a. Pendekatan farmakologi

Teknik farmakologi adalag cara yang paling efektif untuk

menghilangkan nyeri dengan pemberian obat – obatan pereda nyeri

teurtama untuk nyeri yang sangat hebat yang berlangsung selama berjam

– jam atau bahkan berhari – hari. Metode yang paling umum digunakan

untuk mengatasi nyeri adalah analgesic (Strong, Unruh, Wright &Baxter,

2002). Menurut Smeltzer & Bare (2002).

Ada tiga jenis alagesic yaitu :

1) Non – narkotik dan anti inflamasi nonsteroid (NSAID) : menghilangkan

nyeri ringan dan sedang. NSAID dapat sangat berguna bagi pasien yang

rentan terhadap efek pendepresi pernafasan.


2) Analgesic narkotik atau opiad : analgesic ini umumnya diresepkan untuk

nyeri yang sedang sampai berat, seperti nyeri pasca operasi. Efek

samping dari opiad ini dapat menyebabkan depresi pernafasan, sedasi,

konstipasi, mual muntah.

b. Pendekatan non farmakologi

Pendekatan non farmakologi yang di maksud adalah intervensi

keperawatan mandiri. Menurut Bangun & Nuraeni (2013), yaitu dengan

memberikan tindakan pereda nyeri yang dapat dilakukan perawat

secara mandiri tanpa tergantung pada petugas medis lain dimana dalam

pelaksanaaanya perawat dengan peritmbangan dan keputusannya

sendiri. Banyak pasien dan anggota tim kesehatan cenderung untuk

memandang obat sebagai satu-satunya metode untuk menghilangkan

nyeri. Namun banyak aktivitas keperawatan nonfarmakologi yang

dapat membantu menghilangkan nyeri, metode pereda nyeri

nonfarmakologi memiliki resiko yang sangat rendah. Meskipun

tindakan tersebut bukan merupakan pengganti obat – obatan (Smeltzer

& Bare, 2002 dalam Tanjung, 2016).

6. Asuhan keperawatan pada pasien post Sc

6.1. Pengkajian

Data saat pengkajian pada pasien dengan post SC, meliputi data

subjektif yang diperoleh melalui wawancara baik dari pasien maupun

keluarga dan data objektif yang diperoleh melalui observasi,

pemeriksaan fisik dengan teknik inspeksi, palpasi, perkusi dan

aulkustasi, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang


lainnya.

a. Identitas Klien

Meliputi nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa,

status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit

nomor register dan diagnosa keperawatan

b. Identitats Penanggung Jawab

Identitas penanggung jawab Meliputi nama, umur, jenis kelamin,

pendidikan, pekerjaan, alamat serta hubungan dengan klien

c. Keluhan Utama

Meliputi keluhan yang berhubungan dengan gangguan atau

penyakit saat ini keluhan yang dirasakan setelah operasi, keluhan yang

diungkapkan saat dilakukan pengkajian biasanya mengeluh nyeri pada

daerah perut. Keluhan ini dengan metode PQRST

d. Riwayat Kesehatan

Riwayat pada saat sebelum inpartu didapatkan cairan ketuban

yang keluar pervaginam secara spontan kemudian tidak dikuti tanda

tanda persalinan.

e. Riwayat kesehatan dahulu

Penyakit kronis atau menular dan menurun seperti jantung,

hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin dan abortus.

f. Riwayat kesehatan keluarga

Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM,

HT, TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit tersebut

diturunkan kepada klien.


g. Pola aktivitas sehari hari

1) Pola Nutrisi

a) Makan

Menanyakan pola makan klien sebelum dan sesudah

masuk rumah sakit dari mulai frekuensi makan, porsi

makan, ada alergi makanan atau tidak, ada makanan

pantangan tidak dan gangguan dalam makan

b) Minum

Menanyakan pola minum klien sebelum dan sesudah

masuk rumah sakit dari mulai frekuensi minum, jumlah

yang diminum, jenis minuman apa aja yang diminum,

gangguan dalam minum

2) Eliminasi

a) Eliminasi BAB

Menanyakan pola eliminasi BAB klien sebelum dan

sesudah masuk rumah sakit dari mulai frekuensi BAB

dalam 1 hari berapa kali, Konsistensinya bagaimana cair

atau padat, warna, bau nya bagaimana dan gangguan dalam

BAB

b) Eliminasi BAK

Menanykan pola eliminasi BAK klien sebelum dan

sesudah masuk rumah sakit dari mulai frekuensi BAK

dalam 1 hari berapa kali, jumlah nya berapa, warna,


kekeruhannya dan ada gangguan atau tidak dalam BAK

3) Istirahat dan Tidur

Menanyakan Istirahat dan Tidur pada klien sebelum dan sesudah

masuk rumah sakit dari mulai Tidur siang jam lama, Tidur malam

jam lama, ada pengantar tidurnya atau tidak dan ada gangguan

atau tidak dalam mau istirahat tidur.

4) Personal Hygiene

a) Mandi

Frekuensi mandi dalam 1 hari berapa kali

b) Gosok Gigi

Frekuensi gosok gigi dalam 1 hari berapa kali

c) Cuci Rambut

Frekuensi cuci rambut dalam 1 minggu berapa kali

d) Gunting Kuku

Frekuensi gunting kuku dalam 1 minggu berapa kali

5) Aktivitas Secara Keseluruhan Dibantu atau mandiri

h. Data Psikologis menurut RUBIN

Ada tiga adaptasi menurut RUBIN (2010) sebagai berikut :

a. Fase taking-in
Fase ini difokuskan pada ibu kebutuhan makanan, cairan

dan tidur. Tingkah laku ibu adalah pasif saat menerima perawtaan

fisik dan perhatian dari orang lain. Ibu tergantung pada orang lain

untuk memenuhi kebutuhannya. Rubin menggambarkan ini sebagai

fase pengasuhan dan perawatan protektif yang bertahan lama 2

sampai 3 hari. Meningkatnya perilaku ketergantungan ibu, ingin

merawat dirinya sendiri. Ibu banyak bertanya dan berbicara banyak

tentang pengalaman malehirkan.Pada fase ini ciri ciri ibu seperti

frekuensi tidur yang cukup, nafsu makan berubah menjadi

meningkat, mnceritakan pengalaman kelahirnnya secara berulang

ulang menunggu apa yang disarankan dan apa yang diberikan.

Disebut fase taking- in karena selama waktu ini, ibu yang baru

melahirkan masih membutuhkan perlindungan dan perawatan pada

orang lain seperti perawat, fokus perhatian ibu terutama pada diri

sendiri. Pada fase ini ibu lebih mudah tersinggung dan cenderung

pasif terhadap lingkungannya disebabkan karena salah satu fokus

kelelahan

b. Fase Taking – hold

Fase ini timbul kebutuhan ibu untuk mendapatkan

perawatan dan penerimaan dari orang lain dan keinginan untuk

bisa melakukan segala sesuatu secara mandiri. Ibu mulai terbuka

untuk menerima pendidikan kesehatan bagi dirinya dan juga bagi

bayinya. Fase ini ibu merespon dengan penuh semangat untuk

memperoleh kesempatan berlajar dan berlatih tentang cara


perawatan bayi dan ibu memiliki keinginan untuk merawat bayi

secara langsung. Ibu akan mulai fokus pada kebutuhan bayi

melepaskan peran hamil, mengambil peran sebagai ibu, tertarik

untuk belajar merawat bayi, mengalami periode kelelahan yang

tinggi dan tuntutan yang meningkat oleh bayi, mungkin

mengalami baby blues pada 3 hingga 4 hari persalinan selama fase

ini

c. Fase Letting go

Fase Letting go (berjalan sendiri dilingkungannya), fase

ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran

barunya yang berlangsung setelah 10 hari postpartum. Periode

ini biasanya setelah pulang ke rumah dan sangat dipengaruhi

oleh waktu dan perhatian yang diberikan oleh keluarga. Pada

saat ini ibu mengambil tugas dan tanggung jawab terhadap

perawatan bayi sehingga ia harus beradaptasi terhadap

kebutuhan bayi yang menyebabkan berkurangnya hak ibu

kebebasan dan hubungan sosial.Komponen yang perlu dikaji

pada adaptasi psikososial yaitu pola pikir dan persepsi ibu

postpartum seperti pengetahuan cara pemberian ASI dan

merawat bayi, rencana pemberian ASI. Jenis kelamin yang

diharapkan, siapa yang akan membantu merawat bayi dirumah,

kehamilan ini diharpakan. Persepsi diri seperti apa yang

dipikirkan saat ini, harapan setelah menjalani perawatan,

perubahan yang dirasa setelah hamil. Konsep diri seperti


gambaran diri bahasa sehari hari, kejelasan bicara, relavan,

mampu mengerti orang lain (Sugiyono, 2017).

i. Data pengetahuan ibu tentang masa nifas

a) Nutrisi

Ibu nifas membutuhkan nutrisi yang cukup, gizi seimbang,

terutama kebutuhan protein dan karbohidrat. Gizi pada ibu

menyusui sangat erat kaitannya dengan produksi air susu.

b) Ambulasi

Karena lelah setelah melahirkan, ibu harus istirahat, tidur

terlentang selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh

miring kiri kanan untuk mencegah terjadinya trombosis dan

tromboembli. Pada hari kedua dibolehkan duduk, hari ke ketiga

jalan jalan, dan hari ke empat dan lima sudah boleh pulang.

Mobilisasi diatas mempunyai variasi, bergantung pada

komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka-luka.

c) Eliminasi

1) Miksi

Pengeluaran air seni (urine) akan meningkat pada 24-28 jam

peratama sampai sekitar hari ke lima setelah melahirkan. Dalam 6

jam pertama postpartum, pasien sudah harus buang air kecil.

2) Defekasi

Dalam 24 jam pertama, pasien juga sudah harus buang air besar

karena semakin lama feses bertahan dalam usus maka akan

semakin sulit baginya untuk buang air besar secara lancar.


d) .Menjaga Kebersihan Diri

1) Kebersihan alat genetalia

Setalah melahirkan biasanya perieum menjadi agak

bengkak/memar dan mungkin ada luka jahitan bekas epiiotomi.

Oleh sebab itu alat genetalita harus rajin untuk dibersihkan

sehabis BAK dan BAB.

2) Pakaian

Sebaiknya pakaian tersebut dari bahan yang mudah menyerap

keringat karena produksi keringat menjadi banyak. Sebaiknya

pakaian agak longgar dibagian dada sehingga payudara tidak

tertekan dan kering, demikian pula pada pakaian dalam agar tidak

terjadi iritasi pada daerah sekitarnya karena lochea.

3) Kebersihan Rambut

Setelah melahirkan, ibu biasanya akan mengalami kerontokan

rambut akibat perubahan hormon sehingga rambut lebih tipid.

Perawatan rambut seperti kramas sangat diperlukan dan menyisir

rambut menggunakan sisir yang halus dan lembut untuk

mengurangi kerontokan.

4) Kebersihan kulit

Setelah persalinan, ekstra cairan tubuh akan dikeluarkan lewat air

seni dan keringat untuk menghilangkan pembekakan. Ibu akan

merasa jumlah keringet yang berlebihan. Oleh sebab itu usahakan

ibu untuk menjadi lebih sering agar kulit ibu tetap kering.

e) Istirahat
Ibu postpartum sangat membutuhkan istirhat yang berkualitas

untuk memulihkan kembali keadaan fisiknya. Keluarga

disarankan untuk memberikan kesempatan kepada ibu untuk

beristirahat yang cukup sebagai persiapan untuk energy

menyusui bayinya nanti.

f) Seksual

Secara fisik, aman untuk melakukan hubungan seksual begitu

darah merah berhenti dan ibu dapat memasukan satu atau dua

jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri. Banyak budaya dan

agama yang melarang untuk melakukan hubungan seksual

sampai masa waktu tertentu. Misalnya setelah 40 hari atau 6

minggu setelah kelahiran. Keputusan bergantung pada pasangan

yang bersangkutan.

1) Pemilihan pil KB

 Metode Amenorhea Laktasi (Mal)

MAL adalah kontrasepsi yang mengendalikan

pemberian ASI. MAL dapat dikatakan sebagai

kontrasepsi bla terdapat keadaan keadaan berikut :

- Menyusui secara penuh, tanpa susu formula dan

makanan pendamping

- Belum haid sejak masa nifas selesai

- Umur bayi kurang dari 6 bulan

 Pil Progestin (Mini Pil)


Metode ini cocok untuk digunakan oleh ibu

menyusui yang ingin memakai pil KB karena

sangat efektif pada masa laktasi. Efek samping

utama adalah gangguan perdarahan (perdarahan

bercak atau perdarahan tidak teratur).

- Mulai hari 1-5 siklus haid

- Diminum setai hari pada saat yang sama

- Bila ibu minum pil terhambat leboh dari 3 jam,

minumlah pil tersebut begitu diingat dan

gunakan metode pelindung selama 48 jam

- Bila ibu lupa 1-2 pil, minum segera pil yang

terlupa dan gunakan metode pelindung sampai

akhir bulan

- Bila tidak haid, mulailah paket baru sehari

setelah paket terakhir habis.

 Suntikan Progestin

Metode ini sangat efektif dan aman, dapat diapakai oleh

semua perempuan dalam usia produksi, kembalinya

keseuburan lebih lambat (rata rata 4 bulan), serta cocok

untuk masa laktasi karena tidak menekan produksi ASI.

 Kontrasepsi Implan

Kontrasepsi ini dapat dipakai oleh semua perempuan dalam

usia reproduksi dan efektif sampai pemasangan 5 tahun.


Pemasangan dan pencabutan perlu pelatihan. Kesuburan

segera kembali setelah implan dicabut.

 AKDR

- Efektifitas tinggi

- Metode jangka panjang yaitu selama 10 tahun

pemasangan

- Tidak mempengaruhi hubungan seksual dan

meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu

takut hamil

- Tidak mempengaruhi produksi ASI

- Dapat dipasang setelah melahirkan dan sesudah abortus

- Dapat digunakan sampai monopouse

- Tidak ada interaksi dengan obat obatan

- Reversible

- Dapat dipakai oleh semua perempuan usia

reproduksi

Beberapa kerugian dari pemakaian kontrasepsi ini adalah sebagai

berikut:

A. Efek umum yang sering terjadi yaitu perubahan siklus haid, haid

lebih ama dan banyak perndarahan spotting antramenstruasi saat

haid terjadi nyeri yang lebih

B. Komplikasi lain seperti merasakan sakit dan kejang selama 3-5

hari setelah pemasangan, perforasi dinding uterus, pendarahan

berat pada waktu haid yang memungkinkan penyebab anemia


C. Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS

D. Tidak bisa digunakan pada perumpuan dengan IMS atau

perempuan yang sering gonta ganti pasangan

 Senam Nifas

Ibu post partum dianjurkan untuk melakukan senam

nifas agar fungsi tubuh cepat kembali ke keadaan

sebelum hamil. Selain itu dapat mencegah tubuh ibu

dari keadaan yang tidak diinginkan seperti pendarahan

masa nifas dan tromboplebitis.

 Perawatan Payudara

Tujuan dari perawatan payudara adalah untuk merawat

payudara agar tudak terjadi pembekakan dan bendungan

ASI. Selain itu juga digunakan untuk memperlancar

produksi ASI.

 Bording Attachment

Suatu proses dimana sebagai hasil dari suatu interaksi terus

menerus antara bayi dan orang tua yang bersifat saling

mencintai, memberikan keduanya pemenuhan emosional

dan saling membutuhkan.

j. Pemeriksaan umum

Pemeriksaan umum menurut (Yuli, 2017) meliputi :

1) Keadaan umum

2) Keadaan umum biasanya lemah


3) Tingkat kesadaran Apatis

4) Tanda tanda vital

a) Tekanan darah : Normal atau menurun <120/90 mmHg

b) Nadi : Nadi meningkat >80 x/menit

c) Respirasi : Respirasi meningkat

d) Suhu : Meningkat >37,5 ℃

k. Pemeriksaan Head to toe

Pemeriksaan fisik menurut (Yuli, 2017) adalah :

1) Kepala : meliputi bentuk wajah apakah simetris atau

tidak, keadaan rambut dan kedaan kulit kepala

2) Muka : terlihat pucat dan tampak menahan sakit

3) Mata : anemis atau tidak, dengan melihat konjungtiva

merah segar atau merah pucat, sklera putih atau kuning

4) Hidung : ada polip atau tidak, bersih atau kotor

5) Gigi : bersih atau kotor, ada karies atau tidak

6) Lidah : bersih atau kotor

7) Bibir : lembab atau kering

8) Telinga : bersih atau kotor, ada benjolan kelenjar tiroid atau

tidak

9) Dada : perlu dikaji kesimetrisan dada, ada tidaknya

retraksi intercosta, pernafasan tertinggal suara wheezing

ronchi bagaimana irama dan frekuensi pernafasan, bunyi

jantung
10) Payudara : perlu dikaji simetris atau tidak, kebersihan,

Bengkak atau tidak, nyeri tekan ada atau tidak, hipegmentasi

aerola, putting susu menonjol atau tidak, pengeluaran ASI.

11) Abdomen : ada tidaknya distensi abdomen, bagaiman dengan

luka operasi adakah kemerahan, edema, eqimosis, adakah

cairan yang keluar dan bagaimana penyatuan jaringan, berapa

tinggi fundus uterinya bagaimana kontraksi uterus, adakah

distensi kandung kemih, bagaimana dengan bising usus,

adakah nyeri tekan.

12) Genetalia : ada oedema atau tidak, adakah pengeluaran lochea

dan bagaimana warnanya

13) Ekstermitas: simetris atau tidak ada oedema atau tidak, tanda

homan refleks patella

6.2. Diagnosa Keperawatan

A. (D.0077) Nyeri Akut b/d Agen pencedera fisik d/d

Gejala dan Tanda Mayor

1) Subjektif : -

2) Objektif :

- Tampak meringis

- Bersikap protektif (mis waspada posisi menghindari nyeri)

- Gelisah

- Frekuemsi nadi meningkat

- Sulit tidur
Gejala dan Tanda Minor Subjektif : -

Objektif :

- Tekanan darah meningkat

- Pola nafas berubah

- Nafsu makan berubah

- Proses berpikir terganggu

- Menarik diri

- Berfokus pada diri sendiri

- Diaforesis

B. (D.0111) Defisit Pengetahuan b/d Kurang terpapar

informasi d/d Gejala dan Tanda Mayor

1) Subjektif :

-Menanyakan masalah yang dihadapi

2) Objektif :

- Menunjukan perilaku tidak sesuai anjuran

- Menunjukan persepsi yang keliru terhadap masalah Gejala

dan Tanda Minor

Subjektif : -

Objektif :

- Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat

- Menunjukan perliaku berlebihan (mis apatis, bermusuhan,

agitasi, histeria)

C. (D.0029) Menyusui Tidak Efektif b/d Ketidakadekuatan suplai ASI

d/d
Gejala dan Tanda Mayor Subjektif :

- Kelalahan maternal

- Kecemasan maternal

Objektif :

- Bayi tidak mampu melekat pada payudara ibu

- ASI tidak menetes/memancar

- BAK bayi kurang dari 8 kali dalam 24 jam

- Nyeri dan/atau lecet terus menerus setelah minggu kedua

Gejala dan Tanda Minor

Subjektif : - Objektif :

- Intake bayi tidak adekuat

- Bayi menghisap tidak terus menerus

- Bayi menangis saat disusui

- Bayi rewel dan menangis dalam jam jam pertama setelah

menyusui

- Menolak untuk menghisap

D. (D.0028) Menyusui Efektif b/d putting menonjol d/d

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif :

Ibu merasa percaya diri selama proses menyusui

Objektif :

- Bayi melekat pada payudara ibu dengan

benar

- Ibu mampu memposisikan bayi dengan benar


- Miksi bayi lebih dari 8 kali dalam 24 jam

- Berat badan bayi meningkat

- ASI menetes dan memancar

- Suplai ASI adekuat

- Putting tidak lecet setelah minggu kedua

Gejala dan Tanda Minor

Subjektif

: Objektif

- Bayi tidur setelah menyusui

- Payudara ibu kosong setelah menyusui

- Bayi tidak rewel dan menangis setelah menyusui


i. Perencanaan

Perencanaan tindakan keperawatan berdasarakan diagnosa yang muncul menurut Tim Pokja DPP PPNI (2017), dan

Tim Pokja DPP PPNI (2018) sebagai berikut

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan


No
(SDKI) Hasil (SLKI) (SIKI)
(D.0077) Nyeri Akut b/d Tingkat Nyeri (L.08066) Intervensi Utama

Agenpencedera fisik d/d Gejala Setelah berikan asuhan keperawatan Manajemen Nyeri

dan Tanda selama (I.08238)

MayorSubjektif : - … x 24 jam diharapkan Tingakt Nyeri Observasi

Objektif : menurun dengan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,

a. Tampak meringis Kriteria Hasil : durasi,frekuensi, kualitas skala nyeri

b. Bersikap protektif (mis 1. Kemmapuan menuntaskan 2. Identifikasi skala nyeri

1. waspadaposisi menghindari aktivitasmeningkat (5) 3. Identifikasi respon nyerin non verbal

nyeri) 2. Keluhan nyeri menurun (5) 4. Identifikasi faktor yang memperberat

c. Gelisah 3. Meringis menurun (5) danmemperingan nyeri

d. Frekuemsi nadi meningkat 4. Sikap protektif menurun (5) 5. Identifikasi penegtahuan dan

e. Sulit tidur Gejala 5. Gelisah menurun (5) keyakinantentang nyeri

dan Tanda 6. Kesulitan tidur menurun (5) 6. Identifikasi pengaruh budaya

MinorSubjektif : - 7. Menarik diri menurun (5) terhadaprespon nyeri

Objektif : 8. Berfokus pada diri sendiri 7. Identifikasi pengaruh nyeri pada


a. Tekanan darah meningkat menurun (5) kualitashidup

b. Pola nafas berubah 9. Diaforesis menurun (5) 8. Monitor keberhasilan terapi

c. Nafsu makan berubah 10. Perasaan depresi menurun (5) komplementeryang sudah dikerjakan

d. Proses berpikir terganggu 11. Perasaan takut mengalami 9. Monitor efek samping

e. Menarik diri cederaberulang menrun (5) penggunaananalgetik

f. Berfokus pada diri sendiri 12. Pernierum terasa tertekan Terapeutik

g. Diaforesis menurun (5) 1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk

13. Uterus teraba membulat menuruj (5) mengurangi rasa nyeri (mis, TENS,

14. Ketegangan otot menurun (5) hipnotis, akupresure, terapi musik,

15. Frekuensi nadi membaik (5) biofeedback, terapi pijat,

16. Pola nafas membaik (5) aromaterapi,

17. Proses berpikir membaik (5) teknik imajinasi terbimbing,

kompres
18. Tekanan darah membaik (5) hangat atau dingin, terapi bermain)

2. Kontrol lingkungan yang memperberat

rasa nyeri (mis suhu ruangan,

Luaran Tambahan pencahayaan, kebisingan)

Kontrol nyeri meningkat dengan 3. Fasilitasi istrihat dan tidur

Kriteria Hasil : 4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri

1. Melaporkan nyeri terkontrol dalam pemilihan strategi meredakan

meningkat (5) nyeri

2. Kemampuan mengenali onset Edukasi

nyeri meningkat (5) 1. Jelaskan penyebab periode dan pemicu

3. Kemampuan menggunakan teknik nyeri

non- farmakologis meningkat (5) 2. Jelaskan strategi meredakan nyeri

4. Dukungan orang terdekat meningkat (5) 3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri

5. Keluhan nyeri menuurn (5) 4. Anjurkan menggunakan analgetik secara

6. Penggunaan analgesik menurun (5) tepat

5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk

mengurango rasa nyeri


Kolaborasi

Kolaborasi pemberi analgetik, jika perlu

Intervensi Pendukung

Terapi Relaksasi (I.09326)

Observasi

1. Identifikasi penurunan tingkat energi,

ketidakmampuan berkonsentrasi atau

gejala yang menganggu kemampuan

kognitif

2. Identifikasi teknik relaksasi yang

pernah efektif digunakan

3. Identifikasi kesediaan, kemampuan

dan penggunaan teknik sebelumnya

4. Periksa ketagangan oto, frekuensi

nadi, tekanan darah dan suhu sebelum

dan sesudah latihan

5. Monitor respon terhadap terapi relaksasi

Terapeutik

1. Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa


gangguan dengn pencahayaan dan satu

ruang nyaman jika memungkinkan

2. Berikan informasi tertulis tentang persiapan


dan prosedur teknik relaksasi

3. Gunakan pakaian longgar

4. Gunakan nada suara lembut dengan

irama lambat dan berirama

5. Gunakan relaksasi sebagai strategi

penunjang dengan analgetik atau

tindakan media lain jika sesuai

Edukasi

1. Jelaskan tujuan, manfaat batasan dan

jenis relaksasi yang tersedia (misal

musik, meditasi, nafas dalam, relaksasi

otot progresif)

2. Jelaskan secara rinci intervensi

relaksasi yang di pilih

3. Anjurkan mengambil posisi yang nyaman

4. Anjurkan rileks dan merasakan

sensasi relaksasi

5. Anjurkan sering mengulangi atau

melatih teknik yang dipilih

6. Demontrasikan dan latih teknik relaksasi


(misa nafas dalam, peregangan, atau

imajinasi terbimbing)

(D.0111) Defisit Pengetahuan b/d Tingkat Pengetahuan (L.12111) Intervensi Utama

Kurang terpapar informasi d/d Setelah berikan asuhan keperawatan selama Edukasi Kesehatan (I.12383)

Gejala dan Tanda … x 24 jam diharapkan Tingkat Observasi

Mayor Subjektif : pengetahuan membaik dengan 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan

Menanyakan masalah yang dihadapi Kriteria Hasil : menerima informasi

Objektif : 1. Perilaku sesuai anjuran verbalisasi 2. Identifikasi faktor faktor yang dapat

2. a. Menunjukan perilaku tidak sesuai minat dalam belajar meningkat (5) meningkatkan dan menurunkan motivasi

anjuran 2. Kemampuan menjelaskan pengetahuan perilaku hidup bersih dan sehat

b. Menunjukan persepsi yang keliru tentang suatu topik meningkat (5) Terapeutik

terhadap masalah 3. Kemampuan menggambarkan 1. Sediakan materi dan media pendidikan

Gejala dan Tanda pengalaman sebelumnya yang seusai kesehatan

Minor Subjektif : - dengan topik meningkat (5) 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai

Objektif : 4. Perilaku sesuai dengan pengetahuan kesepakatan

3. Berikan kesempatan untuk bertanya


a. Menjalani pemeriksaan yang tidak meningkat (5) Edukasi

tepat 5. Pertanyaan tentang masalah yang 1. Jelaskan faktor resiko yang dapat

b. Menunjukan perliaku berlebihan dihadapi menurun (5) mempengaruhi kesehatan

(mis apatis, bermusuhan, agitasi, 6. Persepsi yang keliru terhadap masalah 2. Aharkan perlaku hidup bersih dan sehat

histeria) menrun (5) 3. Ajarkan srategi yang dapat digunakan

7. Menjalani pemeriksaan yang tidak untuk meningkatkan perilaku hidup bersih

tepat menurun (5) dan sehat

Intervensi Pendukung

Luaran Tambahan Manajemen Nyeri (I.08238)

Motivasi meningkat dengan Observasi

Kriteria Hasil : 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,

1. Pikiran fokus masa depan frekuensi, kualitas skala nyeri

meningkat (5) 2. Identifikasi skala nyeri

2. Upaya menyusun rencana tindakan 3. Identifikasi respon nyerin non verbal

meningkat (5) 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan

3. Upata mencari sumber memperingan nyeri


sesuai kebutuhan meningkat 5. Identifikasi penegtahuan dan keyakinan

(5) tentang nyeri

4. Upaya mencari dukungan 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap

sesuai kebutuhan meningkat (5) respon nyeri

5. Prilaku bertujuan meningkat (5) 7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas

6. Inisiatif meningkat (5) hidup

7. Harga diri positif meningkat (5) 8. Monitor keberhasilan terapi komplementer

8. Keyakinan positif meningkat (5) yang sudah dikerjakan

9. Berani mencari pengalaman baru 9. Monitor efek samping penggunaan

meningkat (5) analgetik

10. Penyelesaian tugas meningkat (5) Terapeutik

11. Pengambilan kesempatan 1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk

meningkat (5) mengurangi rasa nyeri (mis, TENS,

12. Bertanggung jawab meningkat (5) hipnotis, akupresure, terapi musik,

biofeedback, terapi pijat,

aromaterapi, teknik imajinasi

terbimbing, kompres

hangat atau dingin, terapi bermain)

2. Kontrol lingkungan yang memperberat


rasa nyeri (mis suhu ruangan,

pencahayaan, kebisingan)

3. Fasilitasi istrihat dan tidur

4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri

dalam pemilihan strategi meredakan

nyeri

Edukasi

1. Jelaskan penyebab periode dan pemicu

nyeri

2. Jelaskan strategi meredakan nyeri

3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri

4. Anjurkan menggunakan analgetik secara

tepat

5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk

mengurango rasa nyeri

Kolaborasi

Kolaborasi pemberi analgetik, jika perlu

(D.0029) Menyusui Tidak Efektif b/d Status Menyusui (L.03029) Intervensi Utama

Ketidakadekuatan suplai ASI d/d Setelah berikan asuhan keperawatan selama Edukasi Menyusui (I.12393)

Gejala dan Tanda Mayor … x 24 jam diharapkan Status menyusui Observasi

Subjektif : membaik dengan 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan


a. Kelalahan maternal Kriteria Hasil : menerima infromasi

b. Kecemasan maternal 1. Perlekatan bayi pada payudara ibu 2. Identifikasi tujuan atau keinginan

Objektif : meningkat(5) menyusui

a. Bayi tidak mampu melekat pada 2. Kemampuan ibu memposisikan bayi Terapeutik

payudara ibu dengan benar meningkat (5) 1. Sediakan materi dan media pendidikan

b. ASI tidak menetes/memancar 3. Miksi bayi lebih dari 8 jam per 24 jam kesehatan

c. BAK bayi kurang dari 8 kali dalam menigkat (5) 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai

24 jam 4. Berat badan bayi tetesan/pancaran ASI kesepakatan

3. d. Nyeri dan/atau lecet terus menerus meningkat (5) 3. Berikan kesempatan untuk bertanya

setelah minggu kedua 5. Suplai ASI adekuat meningkat (5) 4. Dukung ibu meningkatkan kepercayaan

Gejala dan Tanda 6. Putting tidak lecet setalah 2 minggu diri dalam menyusui

Minor Subjektif : - melahirkan meningkat (5) 5. Libatkan sistem pendukung suami,

Objektif : 7. Kepecayaan diri ibu meningkat (5) keluarga, tenaga kesehatan dan masyarakat

a. Intake bayi tidak adekuat 8. Bayi tidur setelah menyusu meningkat Edukasi

b. Bayi menghisap tidak terus (5) 1. Berikan konseling menyusui

menerus 9. Payudara ibu kosong setelah menyusu 2. Jelaskan manfaat menyusui bagi ibu dan

c. Bayi menangis saat disusui meningkat (5) bayi

d. Bayi rewel dan menangis dalam 10. Intake bayi meningkat (5) 3. Jelaskan 4 posisi menyusui dan perlekatan

jam jam pertama setelah 11. Hisapan bayi meningkat (5) (Lacth on) dengan benar

menyusui 12. Lecet pada putting menurun (5) 4. Ajarkan perawatan payudara anterpartum
e. Menolak untuk menghisap
13. Kelalahan maternal menurun (5) dengan mengkompres dengan kapas yang

14. Kecemasan maternal menurun (5) telah diberikan minyak kelapa

15. Bayi rewel menurun (5) 5. Ajarkan perawatan payudara postpartum

16. Bayi menangis setelah (mis memerah ASI, pijat payudara, pijat

menyusuimenurun (5) oksitosin)

Luaran Tambahan Intervensi Pendukung

Perlekatan meningkat dengan Promosi Kesiapan Penerimaan Informasi

Kriteria Hasil : (I.12470)

1. Mempraktekan prilaku sehat Observasi

selama hamil meningkat (5) 1. Identifikasi informasi yang akan

2. Menyiapkan perlengkapan bayi di sampaikan

sebelum lahiran meningkat (5) 2. Identifikasi pemhaman tentang

3. Verbalisasi perasaan positif i kondisi kesehatan saat ini

terhadap bayi meningkat (5) 3. Identifikasi kesiapan menerima informasi

4. Mencium bayi meningkat (5) Terapeutik

5. Tersenyum kepada bayi meningkat (5) 1. Lakukan penguatan potensi pasien

6. Melakukan kontaj mata dengan dan keluarga untuk menerika

bayi meningkat (5) informasi

7. Berbicara kepada bayi meningkat (5) 2. Libatkan pengambilan keputusan dalam

keluarga untuk menerima informasi


8. Bermain dengan bayi meningkat (5) 3. Fasilitasi mengenali kondisi tubuh yang

9. Berespon sarat pada bayi meningkat (5) membutuhkan layanan keperawatan

10. Menghibur bayi meningkat (5) 4. Dahulukanm menyampaikan informasi

11. Menggoda bayi untuk menyusui baik (positif) sebelum menyampaikan

meningkat (5) informasi baik (negatif) terkait

12. Mempertahankan bayi bersih kondisi pasien

meningkat (5) 5. Berikan nomor kontak yag dapat di

13. Bayi menatap orang tua meningkat (5) hubungkan jika membutuhkan

14. Kehwatiran menjalankan peran orang bantuan

tua menurun (5) 6. Catat identtas dan nomor kontak

15. Konflik hubungan orang tua dan pasien untuk mengingatkan atau

bayi menurun (5) follow up kondisi pasien

16. Khawatir akibat hospitalisasi 7. Fasilitasi akses pelayanan pada saat

menurun (5) dibutuhkan

17. Penghalang fisik menurun (5) Edukasi

18. Penyalahgunaan zat menurun (5) 1. Berikan informasi berupa alur, leafleat

atau gambar untuk memudahkan

pasien mendapatkan informasi

kesehatan

2. Anjurkan keluarga mendampingi asien


selama fase akut progresif atau terminal

jika memungkinkan
(D.0028) Menyusui Efektif b/d putting Status Menyusui (L.03029) Intervensi Utama

menonjol d/d Setelah berikan asuhan keperawatan selama Konseling Laktasi (I.03093)

Gejala dan Tanda … x 24 jam diharapkan Status menyusui Observasi

Mayor Subjektif : membaik dengan 1. Identifikasi keadaan emosional ibu saat

Ibu merasa percaya diri selama proses Kriteria Hasil : akan dilakukan konseling menyusui

menyusui 17. Perlekatan bayi pada payudara ibu 2. Identifikasi keinginan dan tujuan menyusui

Objektif : meningkat(5) 3. Identifikasi permasalahan yang ibu alami

a. Bayi melekat pada payudara ibu 18. Kemampuan ibu memposisikan bayi selama proses menyusui

dengan benar dengan benar meningkat (5) Terapeutik

b. Ibu mampu memposisikan bayi 19. Miksi bayi lebih dari 8 jam per 24 jam 1. Gunakan teknik mendengarkan aktif (mis

dengan benar menigkat (5) duduk sama tinggi, dengarkan

c. Miksi bayi lebih dari 8 kali dalam 20. Berat badan bayi tetesan/pancaran ASI permasalahan ibu)

24 jam meningkat (5) 2. Beriakan pujian terhadap perilaku ibu yang


4.
d. Berat badan bayi meningkat 21. Suplai ASI adekuat meningkat (5) benar

e. ASI menetes dan memancar 22. Putting tidak lecet setalah 2 minggu Edukasi

f. Suplai ASI adekuat melahirkan meningkat (5) Ajarkan teknik menyusui yang tepat sesuai

g. Putting tidak lecet setelah minggu 23. Kepecayaan diri ibu meningkat (5) kebutuhan ibu
kedua 24. Bayi tidur setelah menyusu meningkat

Gejala dan Tanda (5) Intervensi Pendukung

Minor Subjektif : - 25. Payudara ibu kosong setelah menyusu Pijat Laktasi (I.03134)

Objektif : meningkat (5) Observasi

a. Bayo tidur setelah menyusui 26. Intake bayi meningkat (5) 1. Monitor kondisi mamae dan puting

b. Payudara ibu kosong setelah 27. Hisapan bayi meningkat (5) 2. Identifikasi keinginan ibu untuk menyusui

menyusui 28. Lecet pada putting menurun (5) 3. Identifikasi pengetahuan ibu tentang

c. Bayi tidak rewel dan menangis 29. Kelalahan maternal menurun (5) menyusui

setelah menyusui 30. Kecemasan maternal menurun (5) Terapeutik

31. Bayi rewel menurun (5) 1. Posisikan ibu dengan nyaman

32. Bayi menangis setelah 2. Pijat mlai dari kepala, leher,

menyusuimenurun (5) bahu, punggung dan payudara

3. Pijat dengan lembut


Luaran Tambahan 4. Pijat secara melingkar
Status Nutri Bayi membaik dengan 5. Pijat secara rutin setiap hari
Kriteria Hasil : 6. Dukung ibu mrningkatkan kepercayaan
1. Berat badan bayi meningkat (5) diri dalam menyusui dengan memberikan
2. Panjang baik meningkat (5) pujian terhadap perilaku positif ibu
3. Kulit kuning menurun (5) 7. Libatkan suami dan keluarga
4. Membran mukosa menurun (5)
5. Bayi cengeng menurun (5) Edukasi

6. Kesulitan makan menurun (5) 1. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan

7. Alergi makanan menurun (5) 2. Jelaskan manfaat tindakan

8. Pola makan membaik (5)

9. Tebal lipatan kulit membaik (5)

10. Proses tumbuh kembang membaik (5)

11. Lapisan lemak membaik (5)

(D.0142) Resiko Infeksi dibuktikan Tingkat Infeksi (L.14137) Intervensi Utama

dengan faktor efek prosedur invasif Setelah berikan asuhan keperawatan selama Pencegahan Infeksi (I.14539)

… x 24 jam diharapkan Tingkat infeksi Observasi

dengan Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan

Kriteria Hasil : sistemik

1. Kebersihan tangan meningkat (5) Terapeutik

2. Kebersihan badan meningkat (5) 1. Batasi jumlah pengunjung

3. Nafsu makan meningkat (5) 2. Berikan perawatam kulit pada area edema

4. Demam menurun (5) 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak

5. Kemerahan menurun (5) dengan pasien dan lingkungan pasien

5. 6. Nyeri menurun (5) 4. Pertahankan teknik aseptik pada pasien

7. Bengkak menurun (5) berisiko tinggi

8. Vesikal menurun (5) Edukasi


9. Cairan berbau busuk menurun (5) 1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi

10. Kadar sel darah putih membaik (5) 2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar

11. Kultur darah membaik (5) 3. Ajarkan teknik batuk

12. Kultur area luka membaik (5) 4. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau

13. Kadar sel darah putih membaik (5) luka operasi

5. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi

Luaran Tambahan 6. Anjurkan meningkatkan asupan cairan

Integritas kulit dan jaringan meningkat Kolaborasi

dengan Kriteria Hasil : Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu

1. Elastisitas meningkat (5)

2. Hidrasi meningkat (5) Intervensi Pendukung

3. Perfusi jaringan meningkat (5) Manajemen imunisasi/vaksin

4. Kerusakan lapisan kulit menurun (5) Observasi

5. Nyeri menurun (5) 1. Identifikasi riwayat kesehatan dan

6. Pendarahan menurun (5) riwayat alergi

7. Kemerahan menurun (5) 2. Identifikasi kontraindikasi pemberian

8. Hematoma menurun (5) imunisasi (misa reaksi anafilaksis

9. Pigmentasi abnormal menurun (5) terhadao vaksin sebelumnya dan sakit

10. Abrasi kornea menurun (5) parah dengan tanpa demam)

11. Nekrosis menurun (5) 3. Identifikasi status imunisasi setiap


kunjungan ke pelayanan kesehatan
12. Suhu kulit membaik (5) Terapeutik

13. Sensasi membaik (5) 1. Berikan suntikan pada bayi dibagian

14. Tekstur membaik (5) paha anterolateral

15. Pertumbuhan rambut membaik (5) 2. Dokumentasikan informasi vaksinasi

(mis, nama produsen, tanggal kedaluarsa)

3. Jadwalkan imunisasi pada interval

waktu yang tepat

Edukasi

1. Jelaskan tujuan manfaat rekasi yang

terjadi jadwal dan efek samping

2. Informasikan imunisasi yang diwajibkan

pemerintah (misa hepatitis B, BCG,

difteri, tetanus, pertusis, H, influenza,

polio, campak measles, rubela)

3. Informasikan imunisasi melindungi

terhadap penyakit namun saat ini

tidak diwajibkan pemerintah

(influensa)

4. Informasikan penundaan pemberian

imunisasi tidak berarti mengulang


jadwal imunisasi kembali

5. Informasikan penyedia layanan pekan

imunisasi nasional yang menyediakan

vaksin gratis
4. Implementasi

Implementasi keperawatan yaitu serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh

perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan baik yang

menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Intervensi keperawatan

yang diberikan kepada klien terkait dengan dukungan, pengobatan dan

tindakan untuk memperbaiki kondisi dan mencegah masalah kesehatan

yang muncul dikemudian hari (Safitri, 2019).

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan suatu usaha untuk mengukur, memberi nilai secara

objektif pencapaian hasil yang telah direncanakan sebelumnya. Eveluasi

keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan keperawatan yang

telah ditentukan untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal

dan mengukur hasil proses keperawatan kemudian hari menggunakan

SOAPIER (Sitanggang, 2018)

2.4 Teknik Relaksasi Genggam Jari

1. Pengertian Teknik Relaksasi Genggam Jari

Terapi genggam jari merupakan cara mudah untuk mengelola emosi dan

mengembangkan keceerdasan emosional. Di sepanjang jari jari tangan kita

terdapat saluran atau energi yang terhubung dengan berbagai organ dan

emosi (Puwahang, 2011).

Terapi genggam jari dapat mengendalikan dan mengembalikan emosi yang

akan membuat tubuh menjadi rileks. Ketika tubuh dalam keadaan rileks,

maka ketegangan otot berkurang dan kemudian akan mengurangi

kecemasan atau rasa nyeri (Yuliastuti, 2015).


2. Manfaat Teknik Relaksasi Genggam Jari

Menurut Liana (2008) relaksasi genggam jari dapat memberi manfaat :

a. Mengurangi nyeri, perasaan takut dan cemas

b. Mengurangi perasaan panic dan khawati

c. Memberikan perasaan yang nyaman pada tubuh

d. Menenangkan pikiran dan dapat mengontrol emosi

e. Melancarkan aliran dalam darah

3. Mekanisme Teknik Relaksasi Genggam Jari

Tangan merupakan alat sederhana dan ampuh untuk menyelaraskan dan

membawa tubuh menjadi seimbang. Mengenggam jari sambil menarik nafas

dalam – dalam dapat mengurangi bahkan menyembuhkan ketegangan fisik atau

emosi, teknik relaksasi genggam jari ini nantinya akan dapat menghangatkan

titik – titik keluar dan masuknya energi pada meridian (jalan energi dalam

tubuh) yang terletak pada jari – jari tangan, sehingga nantinya mampu

memberikan sebuah efek rangsangan secara spontan pada saat dilakukan

genggam, kemudian dilanjutkan ke saraf pada organ tubuh yang mengalami

gangguan, sehingga diharapkan sumbatan dijalur energi menjadi lancar

(Indrawati, 2017).

Pada fase infalamasi akibat luka bekas operasi, manifestasi yang sering

dirasakan adalah nyeri. Nyeri tersebut apabila dibiarkan akan membuat pasien

post operasi sectio caesarea menjadi tidak nyaman. Teknik relaksasi genggam

jari terbukti dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik tersebut merangsang

meridian jari akan menghasilkan implus yang dikirim melalui serabut saraf
aferen nonnosiseptor. Serabut saraf nonnosiseptor mengakibatkan “pintu

gerbang” tertutup sehingga stimulus nyeri terhambat dan berkurang. Apabila

relaksasi tersebut dilaksanakan secara rutin maka hasil yang diharapkan akan

lebih baik dengan turunnya nyeri yang terjadi (Pinandita, 2012).

Relaksasi genggam jari diberikan setelah pasca operasi dan dilakukan

selama 15 menit dalam satu kali sehari dan diberikan minimal selama 3 hari.

Teknik relaksasi genggam jari mampu menurunkan nyeri pada semua klien

pasca operasi, kecuali pada klien yang mengalami luka didaerah telapak tangan

dan telapak kaki tidak diperbolehkan untuk diberikan terapi (Indriani S, 2020).

ii. Prosedur Pelaksanaan Teknik Relaksasi Genggam Jari

1. Posisi pasien dalam keadaan berbaring lurus ditempat tidur dan meminta

pasien untuk mengatur nafas dan merileksasikan otot

2. Duduk disamping pasien, relaksasi dimulai dengan mengenggam ibu jari

pasien dengan tekanan lembut, genggam hingga nadi pasien terasa

berdenyut.

3. Pasien diminta untuk mengatur nafas dengan lembut

4. Genggam ibu jari selama 2-3 menit dengan nafas secara teratur dan

kemudian seterusnya satu persatu beralih ke jari berikutnya dengan

rentang waktu yang sama

5. Setelah kurang lebih 10-15,alihkan Tindakan untuk tangan yang lainnya.


BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 PENGKAJIAN

A. Identitas klien

1. Nama : Ny. A

2. Usia : 03-09-1999 (23 Tahun)

3. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga (IRT)

4. Pendidikan Terakhir : SMA

5. Agama : Islam

6. Suku : Sunda

7. Alamat : Cilembang RT 03/04 Kel. Cilembang

Kec. Cihideng Kota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

8. Tanggal Masuk : 28 – Januari – 2023, 10.00 WIB

9. Tanggal Pengkajian : 30 – Januari – 2023, 09.00 WIB

10. Diagnosa Medis : Post SC + CPD

11. No Rekam Medik 17087492

B. Identitas penanggung jawab

1. Nama : Tn U

2. Usia : 26 September 1997 (26 Tahun)


3. Pendidikan Terakhir : SD

4. Pekerjaan : Buruh Harian Lepas

5. Alamat : Cilembang RT 03/04 Kel. Cilembang

Kec. Cihideng Kota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

6. Agama : Islam

7. Suku : Sunda

8. Hubungan dengan Klien : Suami

C. Keluhan utama

Klien mengatakan nyeri pada luka jahitan post SC

D. Riwayat kesehatan sekarang

Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 30 januari 2023 pukul 09.00

WIB. Klien mengatakan nyeri pada luka jahitan operasi, nyeri dirasakan

seperti disayat sayat. Nyeri bertambah bergerak dan berkurang bila tidur

terlentang sehingga aktivitas klien terganggu harus dibantu oleh keluarga,

nyeri tidak menyebar kebagian lain, dengan skala nyeri 5 (1-10), nyeri

dirasakan hilang timbul. Kesadaran klien compas mentis TD : 120/80

mmHg, N : 100 x/menit, R : 20 x/menit, S : 36.0 ℃.

E. Riwayat Kesehatan Dahulu

Klien mengatakan sebelumnya tidak memiliki riwayat penyakit kronis

seperti Hipertensi, Diabetes Militus, Asma, TB dan lainnya.

F. Riwayat Kesehatan Keluarga

Klien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang memiliki penyakit

menular seperti HIV, Hepatitis, DM dan lainnya.


G. Riwayat Kehamilan, Persalinan,Nifas Sekarang

Klien mengatakan ini adalah kehamilan anak pertama, belum pernah

mengalami keguguran, selama hamil klien selalu memeriksa

kandungannya ke Bidan terdekat sebanyak >5 Kali, Perkiraan usia

kehamilan 9 Bulan dan telah mengikuti Imunisasi TT dengan lengkapi

H. Riwayat Psikososial

1. Pola Konsep Diri

Identitas diri klien adalah seorang ibu ruamh tangga

Harga diri : klien mengatakan pasrah dan menerima dengan

keadaannya saat ini

Gambaran diri : klien mengatakan keadaan yang dialaminya

sekarang merupakan takdir yang seharusnya ia jalani.

2. Pola interkasi

selama interaksi klien menunjukan sikap kooperatif dan prilaku

bersahabat baik dengan perawat.

I. Riwayat Obsetri

Riwayat Menstruasi

1. Usia haid pertama 14 tahun

2. Siklus haid teratur

3. Lama haid ± 6 hari

4. Banyaknya darah haid 3 kali ganti pembalut

5. Haid pertama hari terakhir 13 April 2022


6. Tafsiran persalinan 20 Januari 2023

J. Riwayat Perkawinan

1. Perkawinan ke : 1

2. Lama perkawinan 2 Tahun

3. Usia ibu saat menikah usia 22 tahun

4. Usia suami saat menikah 25 tahun

K. Riwayat KB

Sebelumnya klien tidak memakai Kb

L. Pola aktivitas Sehari Hari

Tabel 3.1

Activiy Daily Living


No Aktivitas Sebelum Sakit Ketika Sakit

Makan

- Frekuensi
3 x sehari 3 x sehari

- Porsi
1 porsi habis 1 porsi habis

1. - Jenis makanan Nasi Nasi

Tidak ada Pedas & Asam


- Makanan pantangan

Tidak ada Tidak ada


- Gangguan

Minum

- Frekuensi
5 x sehari 4 x sehari

2. - Jumlah
± 1000 cc ± 1.200 cc

- Jenis Air mineral Air mineral

Tidak ada Tidak ada


- Gangguan

Eliminasi, BAB
M. 3.

- Frekuensi
1 x sehari 1 x sehari

- Konsistensi Padat Kuning Khas Padat Kuning Khas

- Warna feses Tidak ada feses Tidak ada

- Bau
3 x sehari Tidak tentu 5 x sehari Tidak tentu
- Gangguan
Kuning jernih Tidak Kuning jernih Tidak
Eliminasi

Urine ada ada

- Frekuensi

- Jumlah

- Warna

- Gangguan

Istirahat Tidur

- Tidur siang jam, lama Tidak teratur 7-8 jam Tidak teratur 7-8 jam

Do’a Do’a
- Tidur malam jam, lama
4.
Tidak ada Tidak ada
- Pengantar tidur
Pemeriksaan Fisik Head To Toe / Persistem

Kesadaran compos mentis ( CM)

Tanda – Tanda Vital

1. Tekanan Darah : 120/80 mmHg

2. N adi : 100 x/menit

3. Respirasi : 20 x/menit

4 Suhu : 36.0 C

a. Kepala

Rambut berwarna hitam dengan distribusi baik, tidak rontok,

lurus dan berkeringat

b. Mata

Mata tampak simetris. Konjungitva merah muda, klien mampu

membaca nama perawat dengan jarak 60 cm dan tidak

menggunakan kacamata

c. Hidung

Hidung tampak simetris, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan,

tidak ada sinusitis, penciuman baik ditandai dengan klien

mampu menyebutkan bau minyak telon dengan mata

terpejam.

d. Telinga

Telinga simetris, tidak ada lesi, tidak ada benjolan. Klien

mampu mendengarkan detik jarum jam


e. Leher

Tidak ada lesi, tidak ada nyeri menelan, tidak ada pembesaran

kelenjar tiroid dan pembesaran JVP (Jugularis Venous

Pressure).

f. Dada

Bentuk dada simteris, tidak ada bunyi nafas tambahan,

frekuensi nafas R : 20 x/menit, bunyi jantung S1,S2 murni.

g. Payudara

Payudara tampak simetris, sedikit bengkak, tidak ada lesi,

putting menonjol sedikit, aerola hiperpigmentasi, tidak ada

benjolan, ASI sedikit.

h. Abdomen

Terdapat luka post op sc horizontal sepanjang ± 12 cm pada

abdomen, (REDDA) Redness : tidak ada kemerahan pada

luka, Edema : tidak ada pembekakan pada luka, Ekimosis :

tidak ada kebiru biruan seperti memar, Disharge : luka masih

sedikit basah dan Aprokimasi : penyatuan jaringan bagus

bising usus normal 18x/menit, nyeri tekan abdomen post sc

dengan skala nyeri 5 (0-10) TFU 1 jari diatas pusat. Blass

kosong, kontraksi uterus baik, diastasis rectus abdominis 3

jari, tidak ada distensi abdomen.

i. Ekstermitas Atas

Terpasang infus RL ditangan sebelah kiri, tidak ada edema


dan CRT < 3 detik

j. Ekstermitas Bawah

Tidak ada edema, tidak ada varises, hormon sign negatif

k. Genetalia

Lochea serosa warna merah muda bercampur kecoklatan

N. Data Psikososial Menurut Rubin

Klien berada pada fase taking in (ketergantungan) 1-2 hari setelah

melahirkan, pasien masih membutuhkan perawatan dari orang lain,

perlindungan dan bergantung pada orang lain

O. Data Pengetahuan Pasien Tentang Masa Nifas

Klien mengatakan ini merupakan kelahiran anak pertama, klien

mengatakan tidak tahu penanganan nyeri pada luka post SC dan tidak tahu

bagaimana cara merawat payudaranya dengan benar.

P. Pemeriksaan laboratorium

Nama : Ny A

No Rm : 17087492

Tanggal Pemeriksaan : 27 Januari 2023 pukul 12.21 wib


Jenis Nilai
Hasil Satuan Hasil
Pemeriksaan Rujukan

Hematology

Hemoglobin 12.0 12-16 g/dl Normal

Hemaktokrit 35 35-45 % Normal

Leukosite 11.900 5000-10000 /mm³ Normal

Trombosit 253.000 150000-350000 /mm³ Normal

Waktu pendarahan -
2.00 1.00-3.00 Normal
(bt)

Waktu pembekuan -
4.00 1.00-7.00 Normal
(ct)

Nama : Ny A

No Rm : 17087492

Tanggal pemeriksaan : 30 Januari 2023 pukul 06.14 wib

Jenis Nilai
Hasil Metode
Pemeriksaan Rujukan

Serologi

Anti Treponema Palidum Non Reaktif Non Reaktif Immunochromatograph

Anti HIV : Non Reaktif Non Reaktif Immunochromatograph


Anti HIV I Non Reaktif Non Reaktif Immunochromatograph

Kesimpulan Non Reaktif Non Reaktif Immunochromatograph

Hbsag Rapid Non Reaktif Non Reaktif Immunochromatograph

Q. Terapi obat yang diberikan

Nama Obat Dosis Manfaat

Ceftriaxon 2x1 Antibiotik

Metronidazol 2x1 Mengobati infeksi bakteri (Antibiotik)

Ranitidine 2x1 Menurunkan produksi asam lambung

Vitamin C 1x1 Meningkatkan kekebalan tubuh

R. Analisa Data

Tabel 3.4 Analisa Data


Masalah
No Data Interpretasi Data
Keperawatan

Data Subjektif : Op Sectio Caesarea

a. Klien mengeluh nyeri

perut (bekas operasi)

b. Nyeri di rasakan hilang Terputusnya kontinuitas

timbul jaringan

c. Nyeri seperti di sayat

sayat
Merangsang area
Data Objektif :
sensori Nyeri
a. Skala nyeri 5 (0-10)
akut
1. b. Klien tampak meringis Nyeri Akut

c. Luka post op sc (D.0077)

horizontal sepanjang ±

12 cm

d. Klien tampak protektif

e. Tanda – Tanda Vital

1) TD : 120/80

mmHg

2) N : 100 x/menit

3) R : 20

x/menit 4) S :

36.0 ℃

Data Subjektif Adaptasi post CS

a. Klien mengatakan Fisiologis

Asinya keluar (sedikit) Laktasi

b. Klien mengatakan Porlactin meningkat


Menyusui
terasa bengkak pada
Tidak Efektif
payudaranya. Ketidakadekuatan
2. (D.0029)
Data Objektif Suplai ASI
a. Asi tidak

menetes/memencar
Menyusui Tidak Efektif
b. Bayi menangis saat
A. D.0077) Nyeri Akut b/d Agen pencedera fisik (Luka Invansif)

ditandai dengan :

Data Subjektif :

1. Klien mengeluh nyeri perut (bekas operasi)

2. Nyeri di rasakan hilang timbul

3. Nyeri seperti di sayat sayat

Data Objektif :

1. Skala nyeri 5 (0-10)

2. Klien tampak meringis

3. Luka post op sc horizontal sepanjang ± 12 cm

4. Klien tampak protektif

5. Tanda – Tanda Vital

a) Tekanan Darah : 120/80 mmHg

b) Nadi : 80 x/menit

c) Respirasi : 20 x/menit

d) Suhu : 36.0 ℃

B. (D.0029) Menyusui tidak efektif b/d Ketidakadekuatan suplai ASI

ditandai dengan :

Data Subjektif
1. Klien mengatakan Asinya keluar (sedikit)

2. Klien mengatakan terasa bengkak pada payudaranya.

Data Objektif

1. Asi tidak menetes/memencar

2. Bayi menangis saat di susui


No Diagnosa Tujuan & Kriteria Interensi Implementasi Paraf Evaluasi

Hasil
( SDKI) ( SIKI)

(D.0077) Nyeri Akut b/d (L.08066) Tingkat (I.08238)Manajemen 30/01/ 23 (10.00 WIB) Subjektif :
1. Agen pencedera fisik Nyeri Nyeri Observasi 1. Mengidentifikasi RESTI 1. Klien mngeluh masih
(Luka Invansif) ditandai Setelah 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, nyeri perut
dengan : lokasi, durasi, frekuensi, 2. Klien mengatakan
Data Subjektif : dilakukan tindakan 1 karakteristik, kualitas, intensitas nyeri dirasakan saat
1. Klien mengeluh nyeri x 6 jam, diharapkan durasi, nyeri bergerak
perut (bekas operasi) Tingkat nyeri frekuensi, kualitas, Hasil : Klien 3. Klien mengatakan nyeri
2. Nyeri di berkurang dengan intensitas nyeri mengeluh nyeri dirasakan hilangtimbul
rasakanhilang timbul KriteriaHasil : 2. Identifikasi skala perut.. Nyeri 4. Nyeri dirasakan 5
3. Nyeri seperti di sayat 1. Kamampuan nyeri dirasakan hilang menjadi 4
sayat menuntaskan 3. Identifiksi timbul seperti disayat Objektif :
4. Skala nyeri 5 (0-10) aktivitas faktor memperberat sayat 1. Klien masih tampak
Data Objektif : meningkat (5) dan memperingan 2. Mengidentifikasi meringis
1. Klien tampak meringis 2. Keluhan nyeri skala nyeri 2. TTV
2. Luka post op sc nyeri menurun (5) 4. Monitor Hasil : Nyeri berada - TD : 120/80 mmHg
horizontal sepanjang 3. Meringis keberhasilan terapi di skala 5 - N : 80 x/menit
±12 cm menurun (5) komplemneter yang 3. Mengidentifikasi - R : 20 x/menit
3. Klien tampak protektif sudah diberikan faktor memperberat - S : 36.0 ℃
Sikap protektif Terapeutik dan memperingan
4. Tanda – Tanda Vital
- TD : 120/80 mmHg 1. Berikan teknik nyeri Assesment :
- N : 80 x/menit menurun (5) non farmakologis Hasil : Nyeri Nyeri Akut Teratasi
- R : 20 x/menit untuk bertambah saat Sebagian
mengurangi bergerak dan Planning :
- S : 36.0 ℃ nyeri berkurang saat
(teknik istirahat Manajemen nyeri lanjutkan
4. Menjelaskan
relaksasi genggam penyebab periode dan
jari) pemicu nyeri
2. Kontrol lingkingan Hasil : pasien
yang memperberat mengerti apa yang
rasa nyeri (mis suhu dijelaskan
ruangan, 5. Menjelaskan strategi
pencahayaan, meredakan nyeri
kebisingan) Hasil : pasien ikut
berdiskusi dengan
Edukasi perawat
1. Jelaskan penyebab, 6. Mengukur TTV RESTI
periode dan pemicu pasien
nyeri Hasil :
2. Jelaskan - TD : 120/80 mmHg
stategi meredakan - N : 80 x/menit
nyeri - R : 20 x/menit
Ajarkan teknik non - S : 36.0 ℃

farmakologis (teknik 30/01/ 23 (11.00 WIB)


1. Memberikan
relaksasi genggam jari) teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
nyeri (pemberian
teknik relaksasi
genggam jari) Hasil :
pasien tampak
terbantu
RESTI
2. Mengajarkan
teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa
nyeri pada keluarga
pasien (teknik
relaksasi genggam
jari)
Hasil : keluarga
pasien mengatakan
terbantu
30/01/ 23 (12.00 WIB)
1. Momonitor
keberhasilan terapi
komplementer yang
sudah diberikan
Hasil : pasien mengatakan

sudah berkurang nyerinya

dari skala nyeri 5 menjadi

skala nyeri

(D.0029) Menyusui tidak (L.03029) (I.12393) Edukasi 30/01/ 23 (12.00 WIB) Subjektif :
2. efektif b/d Status Menyusui RESTI 1. Klien mengatakan
1. Mengidentifikasi
Ketidakadekuatan Menyusui Observasi kesiapan dan asinya masih keluar
suplaiASI ditandai dengan Setelah dilakukan kemampuan (sedikit)
: tindakan 1 x 6 jam, 1. Identifikasi kesiapan 2. Klien mengatakan
menerima informasi
Data Subjektif diharapkan status dan kemampuan payudaranya masih
1. Klien mengatakan menyusui menerima informasi Hasil : bengkak
Asinya keluar membaik 2. Identifikasi tujuan 2. Menyediakan materi Objektif :
(sedikit) dengan dan keinginan dan media pendidikan 1. Asi masih
2. Klien mengatakan KriteriaHasil : menyusui kesehatan tidak
terasa bengkak pada 1. Suplai ASI adekuat Terapeutik Hasil : pendidikan menetes/memancar
payudaranya. meningkat (1) kesehatan tentang 2. Bayi menangis saat
Data Objektif : 1. Sediakan materi dan di susui
2. Tetesan/pancaran pijat oksitosin yang di
1. Asi tidak media Assesment :
ASI meningkat rasakan oleh pasien
menetes/memancar pendidikan Menyusui Tidak Efektif
Bayi menangis saat di (1) kesehatan 3. Menjadwalkan Belum Teratasi
susui Bayi menangis 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan Planning :
setelah menyusui sesuai kesepakatan
pendidikan Edukasi Menyusui Lanjutkan
menurun (5) Hasil : pasien
kesehatan bagi ibu
dan bayi mengatakan sesudah
pijat oksitosin
3. Berikan 4. Memberikan
kesempatan untuk kesempatan untuk
bertanya bertanya
Edukasi Hasil : pasien tampak
Ajarkan perawatan
paham dan mengerti
payudara postpartum

(pijat oksitosin)

Anda mungkin juga menyukai