Anda di halaman 1dari 56

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses Persalinan merupakan proses membuka dan menipisnya

serviks, dan janin turun kedalam jalan lahir sedangkan kelahiran

merupakan proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan

lahir (Tando, 2016:1). Pada proses persalinan terkadang janin tidak bisa

lahir secara normal, dikarenakan oleh faktor malposisi janin, plasenta

previa,panggul sempit, bayi besar, diabetes pada ibu. Sectio Caesarea

adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding

uterus melalui dinding perut dan dinding uterus dari dalam rahim

(Mochtar, 2013:85).

Salah satu indikasi medik untuk dilakukakannya pembedahan

Sectio Caesarea adalah infeksi piogenik dinding perut, janin abnormal

yang tidak dapat hidup, janin mati, partus lama, plasenta previa, pre-

eklampsia dan hipertensi. Indikasi terjadinya Sectio Caesarea yang

berulang kira-kira 48% dikarenakan distosia bahu, gawat janin, presentasi

bokong, dan komplikais lainnya (Benson, 2015:456-457).

Menurut World Health Organization (WHO,2015), angka kejadian

Sectio Caesarea meningkat di negara-negara berkembang. WHO

menetapkan indikator persalinan Sectio Caesarea 5-15% untuk setiap

negara, jika tidak sesuai indikasi operasi Sectio Caesarea dapat

1
2

meningkatkan resiko morbiditas dan mortalitas pada ibu dan bayi (WHO,

2015).

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 di Indonesia,

Sectio Caesarea hanya dilakukan atas dasar indikasi medis tertentu dan

kehamilan dengan komplikasi. Hasil Riskesdas 2013 menunjukan

kelahiran dengan Sectio Caesarea di Indonesia sebesar 9,8 % dengan

proporsi tertinggi di DKI Jakarta sebanyak 19,9 %dan terendah di

Sulawesi Tenggara 3,3 % Departemen Kesehatan RI (Depkes RI, 2013).

Data Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah Tahun 2016

cakupan persalinan ditolong Tenaga Kesehatan adalah 92,82 % dari

jumlah sasaran ibu hamil pada tahun 2016 yaitu 7,504. Jika dilihat dari

pencapaian 2015 sebesar 89,79 % mengalami peningkatan 4 %. Tahun

2017 cakupan persalinan ditolong oleh Tenaga Kesehatan adalah 94,21 %

dari sasaran ibu hamil pada tahun 2017 sebesar 7,498. Jika dilihat dari

pencapaian 2016 sebesar 92,82 % mengalami peningkatan 2,2 %. Tahun

2018 cakupan persalinan ditolong oleh Tenaga Kesehatan dari bulan

Januari hingga Agustus adalah 64,54 % dari jumlah sasaran ibu hamil pada

tahun 2018 sebesar 7,488. Jika dilihat dari pencapaian 2017 sebesar 94,21

% mengalami penuruan dikarena data yang masuk hanya sampai bulan

Agustus 2018 (Dinkes Provinsi Sulteng, 2017/2018).

Data RSU Undata Provinsi Sulawesi Tengah Kota Palu pada tahun

2016 angka Sectio Caesarea berjumlah 124 Orang, pada tahun 2017 angka

Sectio Caesarea berjumlah 128 orang, sedangkan pada tahun 2018 angka
3

Sectio Caesarea dari bulan Januari hingga September berjumlah 135

orang. Alasan melakukan penelitian di RSU Undata Palu Provinsi

Sulawesi Tengah karena lebih dekat dengan tempat tinggal, karena pasien

post Sectio Caesarea di RSU Undata Palu Provinsi Sulawesi Tengah

belum pernah diberikan tehnik relaksasi genggam jari (RSUD Undata

Palu Provinsi Sulawesi Tengah).

Pada proses operasi digunakan anastesi yang bertujuan agar

selama pembedahan berlangsung pasien tidak merasakan nyeri. Namun

setelah selesai operasi dan pasien mulai sadar, akan timbul rasa nyeri

dibagian tubuh yang dilakukan pembedahan. Rasa nyeri yang dirasakan

pada bekas sayatan membuat ibu merasa tidak nyaman. Skala nyeri pasien

pada pasca pembedahan Sectio Caesarea mengalami nyeri sedang hingga

berat. Nyeri merupakan sebuah mekanisme tubuh, nyeri akan timbul

dimana jaringan mengalami kerusakan, sehingga membuat individu

tersebut bereaksi untuk menghilangkan rasangsan nyeri (Astuti, 2017).

Salah satu terapi non-farmakologis yang dapat dilakukan adalah

teknik relaksasi genggam jari. Teknik relaksasi genggam jari merupakan

cara yang mudah untuk mengelola emosi dan mengembangkan kecerdasan

emosional karena sepanjang jari-jari tangan terdapat saluran atau meridian

energi yang terhubung dengan berbagai organ dan emosi. Titik-titik

refleksi pada tangan memberikan rangsangan secara refleks pada saat

melakukan genggaman. Rangsangan tersebut akan mengalirkan semacam

gelombang kejut atau listrik menuju otak. Rangsangan tersebut diterima


4

otak dan akan diproses dengan cepat kemudian diteruskan menuju saraf

pada organ tubuh yang mengalami gangguan, dengan memegang jari

tangan sambil menarik nafas dapat memperlancar aliran energi emosional

dan membebaskan mental, fisik dari ketegangan stres, dan meningkatkan

toleransi terhadap nyeri sehingga dapat merasa rileks. Sedangkan

Kompres air hangat dalam menurunkan skala nyeri dapat merangsang

serat saraf untuk menutup gerbang sehingga menghambat transmisi

impuls nyeri ke medulla spinalis dan otak (Pinandita, 2012:32).

Penelitian yang dilakukan oleh Astuti (2017) dengan judul

pengaruh relaksasi genggam jari terhadap penurunan nyeri pada pasien

post Sectio Caesarea di Ruang Delima RSUD Kertosono berdasarkan

hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat nyeri pada pasien post Sectio

Caesarea sebelum dilakukannya tehnik relaksasi genggam jari yang

mengalami nyeri ringan sebanyak 2 responden, nyeri sedang sebanyak 13

responden, nyeri berat sebanyak 5 responden. Setelah diberikan tehnik

relaksasi genggam jari tingkat nyeri sebagian besar dari responden

mengalami nyeri ringan sebanyak 12 responden, nyeri sedang sebanyak 3

responden, nyeri berat sebanyak 0. Dapat disimpulkan terdapat pengaruh

relaksasi genggam jari terhadap penurunan nyeri pada pasien post sectio

caesarea di ruang Delima RSUD Kertosono.

Penelitian tentang relaksasi genggam jari terhadap penurunan nyeri

pada pasien post Sectio Caesarea dilakukan untuk, mengtahui teknik

relaksasi genggam jari terhadap tingkat nyeri pada pasien post Sectio
5

Caesarea, Mengidentifikasi nyeri pada pasien post sectio caesarea di ruang

Delima RSUD Kertosono sebelum pemberian relaksasi genggam jari,

Mengidentifikasi nyeri pada pasien post sectio caesarea di ruang Delima

RSUD Kertosono setelah pemberian relaksasi genggam jari, Menganalisa

pengaruh relaksasi genggam jari terhadap penurunan nyeri pada pasien

post sectio caesarea.

A. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis merumuskan masalah

yaitu bagaimanakah pengaruh tehnik relaksasi genggam jari terhadap

penurunan nyeri pasien post Sectio Ceasarea di Rumah Sakit Undata

Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui Pengaruh Teknik Relaksasi Genggam Jari

Terhadap Penurunan Nyeri Pasien Post Sectio Caesarea di Rumah

Sakit Undata Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah

2. Tujuan Khusus

a. Untuk Mengetahui Skala intensitas nyeri sebelum diberikan teknik

relaksasi genggam jari.

b. Untuk Mengetahui Skala intensitas nyeri sesudah diberikan teknik

relaksasi genggam jari.

c. Untuk Mengetahui pengaruh tehnik relaksasi genggam jari

terhadap nyeri pasien post Sectio Caesarea


6

C. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan Sebagai bahan

kepustakaan dan dapat menambah informasi mengenai Pengaruh

Teknik Relaksasi Genggam Jari Terhadap Penurunan Nyeri Pasien

Post Sectio Caesarea serta dapat meningkatkan pengetahuan

mahasiswa Poltekkes Kemenkes Palu Khususnya Jurusan Kebidanan

2. Manfaat praktis

a. Untuk peneliti

Menambahkan wawasan dan pengetahuan serta pengalaman

tentang kasus kebidanan terutama kasus post Sectio Casarea tentang

Pengaruh Tehnik Relaksasi Genggam Jari terhadap Nyeri Sectio

Caesarea

b. Untuk Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumangan

pemikiran dan informasi dalam pengembangan pengetahuan mengenai

asuhan kebidanan pada ibu post sectio caesarea tentang Pengaruh

Tehnik Relaksasi Genggam Jari terhadap Nyeri Sectio Caesesarea

c. Untuk Rumah Sakit

Dari hasil informasi yang diperoleh studi kasus dapat

memberikan masukan yang berarti bagi instansi terkait, khususnya

RSUD Undata Palu Provinsi Sulawesi Tengah sebagai objek

penelitian untuk dapat semakin meningkatkan program pelayanan


7

terhadap ibu post Sectio Caesarea tentang Pengaruh tehnik relaksasi

Genggam Jari Terhadap Nyeri Sectio Caesarea


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Sectio Caesarea

1. Pengertian Sectio Caesarea

a. Sectio Caesarea adalah melahirkan janin yang sudah mampu hidup

(beserta plasenta dan selaput ketuban) secara transabdominal

melalui dinding perut (Benson, 2015:456).

b. Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan

membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut

untuk melahirkan janin dari dalam rahim ( Mochtar, 2013:85)

c. Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan

membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut

(Nurarif, 2015:108)

d. Sectio Caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin

dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding

rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin

diatas 500 gram (Prawirohardjo, 2011:135)

2. Jenis – jenis Operasi Sectio Caesarea

Menurut Rustam Mochtar (2013:86-87). Ada beberapa jenis dari

operasi sectio caesarea yaitu :

a. Abdomen (Sectio Caesarea Abdominalis)

1) Sectio Caesarea klasik atau korporal denga insisi

memanjang pada korpus uteri.

8
9

2) Sectio Caesarea ismika atau profunda atau low cervical

dengan insisi pada segmen bawah rahim.

3) Sectio Caesarea ekstraperitonealis yaitu Sectio Caesarea

tanpa membuka peritonium parietale; dengan demikian

tidak membuka kavum abdominis.

b. Sectio Caesarea Klasik (Korporal) Menurut Rustam

Mochtar (2013:86)

Sectio Caesarea Klasik (Korporal) dilakukan dengan

membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira

sepanjang 10 cm.

1) Kelebihan

a) Pengeluaran janin lebih cepat.

b) Tidak mengakibatkan komplikasi tertariknya kandung

kemih.

c) Sayatan dapat diperpanjang ke proksimal atau distal.

2) Kekurangan

a) Infeksi mudah menyebar secara intrabdominal karena

tidak ada reperitonealisasi yang baik.

b) Pada persalinan berikutnya, lebih mudah terjadi ruptur

uteri spontan.
10

c. Sectio Caesarea Ismika ( Profunda)

Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf

pada segmen bawah rahim (low cervical transversal) kira-kira

sepanjang 10 cm.

a) Kelebihan

(1) Penjahitan luka lebih mudah.

(2) Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik

(3) Tumpang tindih peritoneal flap sangat baik untuk

menahan penyebaran isi uterus ke rongga

periotoneum.

(4) Perdarahn kurang.

(5) Dibandingkan dengan cara klasik,kemungkinan

ruptur uteri spontan lebih kecil.

b) Kekurangan

(1) Luka dapat melebar ke miri, kanan dan bawah

sehingga dapat menyebabkan putusnya arteri uterina

yang mengakibatkan perdarahan dalam jumlah

banyak.

(2) Tingginya keluhan pada kandung kemih setelah

pembedahan.

3. Indikasi dilakukannya Sectio Caesarea

a. Indikasi terhadap ibu

1) Plasenta previa sentralis dan lateralis (posterior).


11

2) Panggul sempit. Holmer mengambil batas terendah untuk

melahirkan janin vias naturalis ialah CV = 8 cm, panggul

dengan CV (conjungata vera) < 8 cm dapat dipastikan tidak

dapat melahirkan janin secara normal, harus diselesaikan

dengan Sectio Caesarea. Conjungata vera anatara 8 dan 10 cm

boleh dilakukan partus percobaan,baru setelah gagal,dilakukan

Sectio Caesarea Sekunder.

3) Disproporsi sefalopelvik yaitu ketidakseimbangan antara

ukuran kepala dan ukuran panggul.

4) Ruptur uteri mengancam.

5) Partus lama (prolonged labor).

6) Partus tak maju (obstructed labor).

7) Distosia servik.

8) Pre-eklampsi dan hipertensi.

9) Malpresentasi janin

(a) Letak lintang.

(b) Letak bokong.

(c) Presentasi dahi dan muka (letak depleksi) jika reposisi dan

cara-cara lain tidak berhasil.

(d) Presentasi rangkap jika reposisi tidak berhasil.

(e) Gameli.
12

b. Indikasi janin

Menurut Nurarif & Kusuma (2015:108-109) selain indikasi

terhadap ibu ada pula indikasi terhadap janin dalam melakukan

sebuah tindakan Sectio Caesarea yang terdiri dari :

1) Gawat janin.

2) Cacat atau kematian janin sebelumnya.

3) Malpresentasi.

4) Prolapsus funiculus umbilicalis.

5) Infusiensi plasenta

6) Sepsis neonatorum

7) Infeksi virus herpes pada traktus genitalis.

4. Komplikasi

Menurut Rustam Mochtar (2013:87) terdapat beberapa

komplikasi dari tindakan Sectio Caesareaa terdiri dari :

a. Infeksi puerperal (nifas)

1) Ringan, dengan kenaikan suhu beberapa hari saja.

2) Sedang, dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai

dengan dehidrasi dan perut sedikit kembung.

3) Berat, dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Infeksi

berat sering kita jumpai pada partus terlantar, sebelum timbul

infeksi nifas, telah terjadi infeksi intrapartum karena ketuban

yang telah pecah terlalu lama.


13

4) Penangannya dengan pemberian cairan, elektrolit dan antibiotik

yang adekuat dan tepat.

b. Perdarahan

1) Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka.

2) Atonia uteri.

3) Perdarahan pada placental bed.

4) Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih

bila reperitonialisasi terlalu tinggi.

5) Kemungkinan ruptur uteri spontan pada kehamilan mendatang.

B. Konsep Dasar Nyeri

1. Pengertian Nyeri

Definisi Nyeri adalah nyeri yang bersifat sangat subjektif

karena intensitas dan responsnya pada setiap orang berbeda-beda

(Saputra, 2013:187). Intensitas nyeri adalah gambaran tentang

seberapa parah nyeri dirasakan oleh individu. Pengukuran intensitas

nyeri sangat subjektif dan individual. Nyeri dalam intensitas yang

sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda

(Andarmoyo, 2013). Nyeri sulit didefinisikan, nyeri adalah gejala

subjektif, hanya klien yang dapat mendeskripsikannya. Nyeri tidak

dapat diukur secara objektif oleh praktisi kesehatan. Seorang ahli teori

nyeri yang terkenal, Margo McCaffery, menyatakan bahwa definisi

nyeri dalam kamus medis mencakup perasaan distress, penderitaan

atau kesakitan yang disebabkan oleh stimulasi ujung saraf tertentu.


14

Penyebab mulainya respons nyeri karena stress mekanis dari

trauma,insisi bedah (Rosdahl, 2015:881).Berikut ini adalah pendapat

tentang beberapa ahli tentang pengertian nyeri.

a. Long (1996): Nyeri merupakan perasaan tidak nyaman yang snagat

subjektif dan hanya orang yang mengalaminya yang dapat

menjelaskan dan mengevaluasi perasaan tersebut.

b. Prihajo (1992): Secara umum, nyeri merupakan perasaan tidak

nyaman, baik ringan maupun berat.

c. Mc Coffery (1979): Nyeri merupakan suatu keadaan yang

mempengaruhi seseorang yang keberadaannya diketahui hanya jika

orang itu pernah mengalaminya.

d. Arthur C.Curton(1983): Nyeri merupakan suatu mekanisme bagi

tubuh, timbul ketika jaringan sedang dirusak, dan menyebabkan

individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan rangsangan nyeri.

e. International Association For Study of Pain (IASP) nyeri adalah

sensori subjektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang

didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial,

atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.

2. Fisiologi Nyeri

Cara nyeri merambat dan dipersepsikan oleh individu masih

belum sepenuhnya dimengerti. Namun, bisa tidaknya nyeri dirasakan

dan derajat nyeri tersebut mengganggu dipengaruhi oleh sistem algesia

tubuh dan transmisi sitem saraf serta interpresrasi stimulus.


15

a. Nosisepsi

Sistem saraf perifer mengandung saraf sensorik primer yang

berfungsi mendeteksi kerusakan jaringan dan membengkitkan

beberapa sensasi, salah satunya adalah nyeri. Nyeri dihantarkan

oleh reseptor yang disebut nosiseptor. Nosiseptor merupakan ujung

saraf perifer yang bebas dan tidak bermielin atau hanya memiliki

sedikit meilin. Reseptor ini terseba dikulit dan mukosa, khususnya

pada visera, persendian, dinding arteri,hati dan kandung empedu.

Reseptor nyeri tersebut dapat dirangsang oleh stimulus mekanis,

termal,listrik atau kimiawi (misalnya histamin,bradikinin, dan

prostaglandin).

Proses fisiologis yang terkait nyeri disebut nosisepsi. Proses

ini terdiri dari empat tahap, yaitu sebagai berikut.

1) Transduksi

Rangsangan (stimulus) yang membahayakan memicu

pelepasan mediator biokimia (misalnyahistamin, bradikin,

prostaglandin dan substansi P). Mediator ini kemudian

mensensitasi nosiseptor.

2) Transmisi

Tahap transmisi terdiri atas tida bagian, yaitu sebagai berikut.

a) Stimulais yang diterima oleh reseptor ditransmisikan berapa

impuls nyeri dari serabut saraf perifer ke medula spinalis.

Jenis nosiseptor yang terlibat dalam transmisi ini ada dua


16

jenis,yaitu serabut C dan Srabut A-delta. Serabut C

mentrasmisikan nyeri tumpul dan menyakitkan, sedangkan

serabut A-delta mentransmisikan nyeri yang tajam dan

terlokalisasi.

b) Nyeri transmisikan dari medula spinalis ke batang otak dan

talamus melalui jalur spinotalamikus (spi-nothalamic tract

atau STT) yang membawa informasi tentang sifat dan

lokasi stimulus ke talamus.

c) Sinyal diteruskan ke morteks sensorik somatik (tempat

nyeri dipersepsikan). Impuls yang ditransmisikan melalui

STT mengaktifkan respons otonomik dan limbik.

3) Persepsi

Individu mulai menyadari adanya nyeri dan tampaknya

persepsi nyeri tersebut terjadi di struktur korteks sehingga

memungkinkan timbulnnya berbagai strategi perilaku kognitif

untuk mengurangi komponen sensorik dan afektif nyeri.

4) Modulasi ataau sistem desenden

Neuron di batang otak mengirimkan sinyal-sinyal

kembali ke tanduk dorsal medula spinalis yang terkonduksi

dengannosiseptor impuls supresif. Serabut desenden tersebut

melepaskan substansi seperti opioid,serotonin, dan norepinefrin

yang akan menghambat impuls asenden yang membahayakan

dibagian dorsal medula spinalis.


17

b. Teori Gate Control ( Dikemukakan oleh Melzack dan Well)

Berdasarkan teori gate control, fisiologi nyeri dapat

dijelaskan sebagai berikut. Akar dorsal pada medula spinalis terdiri

atas beberapa lapisan atau laminae yang saling bertautan. Di antara

lapisan duaa tiga terdapat substansigelatinosa (Substantia

Gelatinosa atau SG) yang berperan layaknya sepertipintu gerbang

yang memungkinkan atau mengahalangi masuknya impuls nyeri

menuju otak. Substansi gelatinosa ini dilewati oleh saraf besar dan

saraf kecil yang berperan dalam penghantaran nyeri.

Pada mekanisme nyeri, rangsangan nyeri dihantarkan

melalui serabut saraf kecil. Rangsangan pada serat kecil dapat

menghambat substansi gelatinosa dan membuka pintu mekanisme

sehingga merangsang sel T yang selanjutnya akan menghantarkan

rangsangan nyeri.

Rangsangan nyeri yang dihantarkan melalui saraf kecil

dapat dihambat apabila terjadi rangsangan pada saraf besar.

Rangsangn pada saraf besar akan mengakibatkan aktivitas tertutup

dan hantaran rangsangan pun terhambat. Rangsangan yang melalui

saraf besar dapat langsung merambat ke korteks serebri agar dapat

diidentifikasi dengan cepat.

3. Stimulus Nyeri

Beberapa faktor dapat menjadi stimulus nyeri atau menyebabkan

nyeri karena menekan reseptor nyeri. Contoh faktor tersebut adalah


18

trauma atau gangguan pada jaringan tubuh, tumor,iskemia pada

jaringan, dan spasme otot.

4. Mekanisme Nyeri

Nyeri merupakan suatu bentuk peringatan akan adanya bahaya

kerusakan jaringan. Pengalaman sensoris pada nyeri akut disebabkan

oleh stimulus noksis yang diperantai oleh sistem sensorik nosiseptif.

Sistem ini berjalan mulai dari perifer melalui medula spinalis, batang

otak, thalamus dan korteks serebri. Apabila telah terjadi kerusakan

jaringan, maka sistem nosiseptif akan bergeser funggsinya dari fungsi

protektif menjadi fungsi yang membantu perbaikan jaringan yang

rusak.

Nyeri inflamasi merupakan salah satu bentuk untuk

mempercepat perbaikan kerusakan jaringan. Sensitifitas akan

meningkat, sehingga stimulus non noksius atau noksius ringan yang

mengenai bagian yang meradaang akan menyebabkan nyeri. Nyeri

inflamasi akan menurunkan derajat kerusakan dan menghilangkan

respon inflamasi.

5. Klasifikasi Nyeri

a. Jenis Nyeri

Berdasarkan jenisnya, nyeri dapat dibedakan menjadi :

1) Nyeri Perifer

Nyeri perifer dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu sebagai

berikut :
19

a) Nyeri superfisial adalah rasa nyeri muncul akibat

rangsangan pada kulit dan mukosa.

b) Nyeri viseral adalah rasa nyeri timbul akibat rangsangan

pada reseptor nyeri di rongga abdomen, kranium, dan

toraks.

c) Nyeri alihadalah rasa nyeri yang dirasakan didaerah lain

yang jauh dari jaringan penyebab nyeri.

2) Nyeri sentral

Nyeri sentral adalah nyeri yang penyebab fisiknya tidak

diketahui. Umumnya nyeri ini disebabkan oleh faktor

psikologis.

3) Nyeri psikogenik

Nyeri psikogenik adalah nyeri yang penyebab fisiknya

tidak diketahui. Umumnya nyeri ini disebabkan oleh faktor

psikologis.

Selain jenis-jenis nyeri yang telah disebutkan sebelumnya

terdapat juga beberapa jenis nyeri yang lain. Contohnya:

a) Nyeri somatik adalah nyeri yang berasal dari tendon,

tulang, saraf, dan pembuluh pembuluh darah.

b) Nyeri menjalar adalah nyeri yang terasa dibagian tubuh

yang lain, umumnya disebabkan oleh kerusakan atau cedera

pada organ viseral.


20

c) Nyeri neurologis adalah bentuk nyeri yang disebabkan oleh

spasme disepanjang atau dibeberapa jalur saraf.

d) Nyeri phantom adalah nyeri yang dirasakan pada bagian

tubuh yang hilang, misalnya pada bagian kaki yang

sebenarnya sudah diamputasi.

b. Bentuk Nyeri

Bentuk nyeri secara umum dapat dibedakan menjadi nyeri akut dan

nyeri kronis.

1) Nyeri akut

Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara

mendadak dan cepat menghilang. Umumnya nyeri ini

berlangsung tidak lebih dari enam bulan. Penyebab dan lokasi

nyeri biasanya sudah diketahui. Nyeri akut ditandai dengan

peningkatan tegangan otot dan kecemasan.

2) Nyeri kronis

Nyeri kronis merupakan nyeri yang berlangsung

berkepanjangan, berulang dan menetap selama lebih dari enam

bulan. Sumber nyeri dapat diketahui atau tidak. Umumnya

nyeri ini tidak dapat disembuhkan. Nyeri kronis dapat dibagi

menjadi beberapa kategori, antara lain nyeri terminal, sindrom

nyeri kronis dan nyeri psikosomatis.


21

6. Pengalaman Nyeri

Pengalaman nyeri seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu

sebagai berikut:

a. Arti atau Makna Nyeri

Nyeri bersifat sangat subjektif sehingga memiliki arti atau

makna yang berbeda bagi setiap orang, bahkan berbeda juga untuk

orang yang sama pada waktu yang berbeda. Sebagian arti nyeri

merupakan arti yang negatif, misalnya membahayakan,merusak,

adanya komplikasi (misalnya infeksi), menyebabkan

ketidakmampuan, dan memerlukan penyembuhan. Arti nyeri dapat

dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, lingkungan, latar belakang

sosial budaya, serta pengalaman nyeri sekarang dan masa lalu.

b. Persepsi Nyeri

Persepsi nyeri merupakan penilaian yang sangat subjektif

yang berpusat diarea korteks (pada fungsi evaluatif kognitif).

Persepsi ini dapat timbul akibat rangsangan yang dihantarkan

menuju jalur spinotalamikus dan talamiko kortikalis. Persepsi nyeri

dipengaruhi oleh faktor-faktor yang dapat memicu stimulasi

nosiseptor dan transmisi impuls nosiseptor, misalnya daya reseptif

serta interprestasi kortikal.

c. Toleransi Terhadap Nyeri (Pain Tolerance)

Toleransi terhadap nyeri berhubungan erat dengan intensitas

nyeri yang membuat seseorang sanggup menahan nyeri sebelum


22

meminta bantuan dari orang lain. Jumlah stimulasi nyeri sebelum

merasakan nyeri disebut juga ambang nyeri (pain threshold).

Faktor-faktor yang dapat meningkatkan toleransi nyeri

antara lain adalah alkohol,obat-obatan,hipnosis, kepercayaan yang

kuat, pengalihan perhatian, dan gesekan serta garukan. Faktor-

faktor yang menurunkan toleransi nyeri antara lain adalah

keletihan, rasa marah, rasa bosan, kecemasan, kondisi sakit, dan

nyeri yang tak kunjung hilang.

d. Reaksi terhadap Nyeri

Reaksi seseorang pada saat mengalami nyeri berbeda-beda,

contohnya ketakutan, gelisah, cemas, mengerang, menangis,

menjerit-jerit, berjalan mondar-mandir, tidur sembari

menggeretakkan gigi, mengeluarkan banyak keringat, dan

mengepalkan tangan.

7. Faktor yang mempengaruhi Nyeri Menurut Mubarak 2016:16-19

a. Etnik dan nilai budaya

Latar belakang etnik dan budaya merupakan faktor yang

mempengaruhi reaksi terhadap nyeri dan ekspresi nyeri. Sebagai

contoh, individu dai budaya terlalu cenderung ekspresif dalam

mengungkapkan nyeri,sedangkan individu dari budaya lain justru

lebih memilih menahan prasaan mereka dan tidak ingin

merepotkan orang lain.


23

b. Tahap perkembangan

Usia dan tahap perkembangan seseorang merupakan

variabel yang akan mempengaruhi reaksi dan ekspresi terhadap

nyeri. Dalam hal ini, anak-anak cenderung kurang mampu

mengungkapkan nyeri yang mereka rasakan dibandingkan orang

dewasa,dan kondisi ini dapat menghambat penanganan tinggi

karena penyakit akut atau kronis yang mereka derita. Walaupun

ambang batas nyeri tidak berubah karena penuaan, tetapi efek

analgesik yang diberikan menurun karenaa perubahan fisiologis

yang terjadi.

c. Lingkungan dan individu pendukung

Lingkungan yang asing, tingkat kebisingan yang

tinggi,pencahayaan, dan aktivitas yang tinggi dilungkungan

tersebut dapat memperberat nyeri. Selain itu, dukungan dari

keluarga dan orang terdekat menjadi salah satu faktor yang

sendirian, tanpa keluarga atau teman-teman yang mendukungnya,

cenderung merasakan nyeri yang lebih berat dibandingkan mereka

yang mendapat dukungan dari keluarga dan orang-orang terdekat.

d. Pengalaman nyeri sebelumnya

Pengalaman masa lalu juga berpengaruh terhadap persepsi

nyeri iindividu dan kepekaan terhadap nyeri. Individu yang pernah

mengalami nyeri atau menyaksikan penderitaan orang terdekatnya

saat mengalami nyeri cenderung merasa terancam dengan peristiwa


24

nyeri yang akan terjadi dibandingkan individu lain yang belum

pernah mengalaminya. Selain itu, keberhasilan atau kegagalan

metode penanganan nyeri sebelumnya juga berpengaruh terhadap

harapan individu terhadap penanganan nyeri saat ini.

e. Ansietas dan stres

Ansietas sering kali menyertai peristiwa nyeri yang terjadi.

Ancaman yang tidak jelas asalnya dan ketidaknyamanan

mengoontrol nyeri atau pristiwa disekelilingnya dapat

memperberat persepsi nyeri. Sebaliknya, individu yang mengalami

penurunan rasa takut dan kecemasan yang akan menurunkan

persepsi nyeri mereka.

f. Makna nyeri

Individu akan mempersepsikan nyeri berbeda-beda apabila

nyeri tersebut memberi kesan ancaman, suatu kehilangan,

hukuman, dan tantangan. Makna nyeri mempengaruhi pengalaman

nyeri dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri.

g. Gaya koping

Individu yang memiliki lokus kendali internal

mempersepsikan diri mereka sebagai individu yang dapat

mengendalikan lingkungan mereka dan hasil akhir suatu peristiwa

seperti nyeri. Sebaliknya, individu yang memiliki lokus kendali

eksternal mepersepsikan faktor lain di dalam lingkungan mereka


25

seperti perawat sebagai individu yang bertanggung jawab terhadap

hasil akhir suatu peristiwa.

8. Pengukuran Intensitas Nyeri

Intensitas nyeri dapat diukur dengan beberapa cara antara

lain dnegan menggunakan skala nyeri menurut Hayward, skala

nyeri Menurut McGill (mcGill scale), dan skala wajah atau Wong-

Baker FACES Rating Scale.

a. Skala Nyeri Menurut Hayward

Pengukuran intensitas nyeri dengan menggunakan skala

nyeri Hayward dilakukan dengan meminta penderita untuk

memilih salah satu bilangan (dari 0-10) yang menurutnya paling

menggambarkan pengalaman nyeri yang dirasakan. Skala nyeri

menurut Hayward dapat dituliskan sebagai berikut:

1) 0 = tidak nyeri

2) 1-3 = nyeri ringan

3) 4-6 = nyeri sedang

4) 7-9 = sangat nyeri, tetapi masih dapat dikendalikan dengan

aktivitas yang biasa dilakukan

5) 10 = sangat neyri dan tidka bisa dikendalikan

Gambar.2.1 Skala nyeri angka


26

b. Skala Nyeri Menurut McGill

Pengukuran intensitas nyeri dengan menggunakan skala

nyeri McGill dilakukan dengan meminta penderita untuk memilih

salah satu bilangan (dari 0-5) yang menurutnya paling

menggambarkan pengalaman nyeri yang ia rasakan. Skala nyeri

menurut McGill dapat dituliskan sebagai berikut:

1) 0 = tidak nyeri

2) 1 = nyeri ringan

3) 2 = nyeri sedang

4) 3 = nyeri berat atau parah

5) 4 = nyeri sangat berat

6) 5 = nyeri hebat

c. Skala Wajah atau Wong-Baker FACES Rating Scale

Pengukuran intensitas nyeri dengan skala wajah dilakukan

dengan cara memperhatikan mimik wajah pasien pada saat nyeri

tersebut menyerang. Cara ini diterapkan pada pasien yang tidak

dapat menyatakan intensitas nyerinya dengan skala

angka,misalnnya anak-anak dan lansia.

Skala wajah dapat digambarkan sebagai berikut:


27

Gambar.2.2 Skala nyeri wajah

d. Skala Numeric Rating Scale (NRS)

Skala nyeri pada angka 0 berarti tidak nyeri, angka 1-3

menunjukkan nyeri yang ringan, angka 4-6 termasuk dalam nyeri

sedang, sedangkaan angka 7-10 merupakan kategori nyeri berat.

Oleh karena itu, skala NRS akan digunakan sebagai instrumen

penelitian.

Menurut Skala nyeri dikategorikan sebagai berikut:

1. 0 : tidak ada keluhan nyeri, tidak nyeri.

2. 1-3 : mulai terasa dan dapat ditahan, nyeri ringan.

3. 4-6 : rasa nyeri yang menganggu dan memerlukan usaha

untuk menahan, nyeri sedang.

4. 7-10 : rasa nyeri sangat menganggu dan tidak dapat

ditahan, meringis, menjerit bahkan teriak, nyeri berat.

Gambar.2.3. Skala Nyeri NRS


28

C. Konsep Dasar Tehnik Relaksasi Genggam Jari

1. Pengertian Tehnik Relaksasi

Relaksasi merupakan metode efektif untuk mengurangi rasa

nyeri pada klien yang mengalami nyeri kronis. Relaks sempurna yang

dapat mengurangi ketegangan otot, rasa jenuh, kecemasan sehingga

mencegah menghebatnya stimulus nyeri. Relaksasi adalah kegiatan

yang memadukan otak dan otot. Otak yang “lelah” dibuat tegang dan

otot yangtegang dibuat relaks. Jika seseorang melakukan

relaksasi,puncaknya adalah fisik yang segar dan otak yang siap

menyala kembali. Oleh karena itu, relaksasi melibatkan komponen-

komponen penting tubuh yang secara terus- menerus dipakai,

misalnya panca indra, aliran darah, (istem kardiovaskuler), otak dan

otot rangka (Mubarak, 2015:38).

Relaksasi merupakan suatu cara untuk menurunkan rasa nyeri

dengan merelaksasikan ketegangan otot yang mendukung rasa nyeri.

Tehnik relaksasi ini sangat mudah dipelajari oleh ibu post partum,

yaitu dengan melakukan pola pernapasan yang teratur, dan tubuh

dalam keadaan rileks atau relaksi tubuh dalam keadaan yang normal

(Tamsuri, 2014:63).

Salah satu jenis relaksasi yang digunakan dalam menurunkan

intensitas nyeri setelah operasi adalah dengan relaksasi genggam jari

yang mudah dilakukan oleh siapapun yang berhubungan dengan jari

tangan dan aliran energi di dalam tubuh kita. Teknik relaksasi


29

genggam jari adalah cara yang mudah untuk mengelola

emosi dan mengembangkan kecerdasan emosional (Cane,

2013:234).

Teknik genggam jari adalah cara yang mudah untuk mengelola

emosi dan mengembangkan kecerdasan emosional.Emosi adalah

seperti gelombang energi yang mengalir di dalam tubuh,

pikiran, dan jiwa. Saat kita merasakan perasaan yang

berlebihan, aliran energi di dalam tubuh kita menjadi tersumbat

atau tertahan, sehingga akan menghasilkan rasa nyeri. Di

sepanjang jari-jari tangan kita terdapat saluran atau meridian energi

yang terhubungkan dengan berbagai organ dan emosi, dengan

memegang setiap jari sambil bernafas dalam-dalam, kita dapat

memperlancar aliran energi emosional dan perasaan kita untuk

membantu pelepasan jasmani dan penyembuhan (Liana, 2008:237).

Teknik genggam jari ini sangat berguna untuk kehidupan

sehari-hari. Saat kita menangis, merasa marah, atau gelisah karena

situasi yang sulit, teknik ini dapat membantu kita untuk

menjadi lebih tenang dan fokus sehingga kita dapat

mengambil tindakan atau respon yang tepat dalam menghadapi

situasi tersebut. Teknik ini juga dapat dilakukan sebagai meditasi

yang diiringi oleh musik, atau dilakukan sebelum tidur untuk

melepaskan masalah-masalah yang dihadapi dan membantu tubuh,

pikiran, dan jiwa untuk mencapai relaksasi (Liana, 2008:36).


30

Menggenggam jari sambil menarik nafas dalam-dalam

(relaksasi) dapat mengurangi dan menyembuhkan ketegangan fisik

dan emosi, karena genggaman jari akan menghangatkan titik-titik

keluar dan masuknya energi pada meridian (energi channel) yang

terletak pada jari tangan kita. Tehnik relaksasi genggam jari suatu cara

yang mudah untuk mengurangi depresi gangguan kecemasan dan

dapat mengendalikan emosi. Emosi yaitu seperti gelombang energi

yang bergerak melalui badan, pikiran dan jiwa kita (Puwahang,

2011:35).

Menurut Ningrum, Mahdiyah dan Sari (2017), Tehnik

relaksasi genggam jari dapat menurunkan nyeri terhadap pasien post

sectio caesaerea. Oleh karena itu tehnik relaksasi genggam jari

merupakan intervensi non farmakologis yang sederhana serta dapat

digunakan untuk menurunkan skala nyeri terhadap pasien post sectio

caesarea.

2. Manfaat Relaksasi Genggam Jari Menurut Wong 2011:32

Beberapa manfaat dari relaksasi genggam jari ialah:

1) Memberikan rasa damai, fokus dan nyaman

2) Memperbaiki aspek emosi

3) Menurunkan kecemasan dan depresi

4) Menurunkan nyeri
31

3. Prosedur Penatalaksanaan Teknik Relaksasi Genggam Jari

ditetapkan oleh Kepala RSPAD Gatot Soebroto

Berdasarkan Standar Prosedur operasional (SPO) Waktu yang

di butuhkan untuk menjelaskan dan mempraktikkan teknik relaksasi

genggam jari yaitu ≥10 menit. Pasien di minta untuk mempraktikkan

teknik relaksasi genggam jari selama 10 menit.

Pelaksanaan Teknik Relaksasi Genggam Jari

a. Persiapkan pasien dalam posisi yang nyaman

b. Siapkan lingkungan yang tenang

c. Kontrak waktu dan jelaskan tujuan

d. Bidan meminta pasien untuk merilekskan pikiran kemudian

motivasi pasien dan perawat mencatatnya sehingga catatan

tersebut dapat digunakan

e. Jelaskan rasional dan keuntungan dari teknik relaksasi

genggam jari

f. Cuci tangan dan observasi tindakan prosedur pengendalian

infeksi lainnya yang sesuai, berikan privasi, bantu pasien

keposisi yang nyaman atau posisi bersandar dan minta pasien

untuk bersikap tenang

g. Minta pasien menarik nafas dalam dan perlahan untuk

merilekskan semua otot, sambil menutup mata

h. Peganglah jari dimulai dari ibu jari selama 3 menit, bisa

menggunakan tangan mana saja


32

i. Peganglah jari telunjuk selama 3 menit, bisa menggunakan

tangan mana saja

j. Peganglah jari tengah selama 3 menit, bisa menggunakan

tangan mana saja

k. Peganglah jari manis selama 3 menit, bisa menggunakan

tangan mana saja

l. Kemudian peganglah jari kelingking selama 3 menit, bisa

menggunakan tangan mana saja

m. Anjurkan pasien untuk menarik nafas dengan lembut

n. Minta pasien untuk menghembuskan nafas secara perlahan dan

teratur

o. Anjurkan pasien menarik nafas, hiruplah bersama perasaan

tenang, damai, dan berpikirlah untuk mendapatkan

kesembuhan.

p. Minta pasien untuk menghembuskan napas, hembuskanlah

secara perlahan sambil melepaskan perasaan dan masalah yang

mengganggu pikiran dan bayangkan emosi yang mengganggu

tersebut keluar dari pikiran dan memotivasi pasien untuk

mempraktikkan kembal iteknik relaksasi genggam jari.

D. Konsep Dasar Relaksasi Aromaterapi Lavender

1. Pengertian Tehnik Relaksasi

Relaksasi merupakan metode efektif untuk mengurangi rasa

nyeri pada klien yang mengalami nyeri kronis. Relaks sempurna yang
33

dapat mengurangi ketegangan otot, rasa jenuh, kecemasan sehingga

mencegah menghebatnya stimulus nyeri. Relaksasi adalah kegiatan

yang memadukan otak dan otot. Otak yang “lelah” dibuat tegang dan

otot yangtegang dibuat relaks. Jika seseorang melakukan

relaksasi,puncaknya adalah fisik yang segar dan otak yang siap

menyala kembali. Oleh karena itu, relaksasi melibatkan komponen-

komponen penting tubuh yang secara terus- menerus dipakai,

misalnya panca indra, aliran darah, (istem kardiovaskuler), otak dan

otot rangka (Mubarak, 2015:38).

Terapi aroma merupakan tindakan terapeutik dengan

menggunakan minyak esensial yang bermanfaat untuk meningkatkan

keadaan fisik dan psikologi. Latihan tehnik relaksasi pernapasan

menggunakan aromaterapi lavender, pada saat ibu post Sectio Caesarea

menarik napas, respon aroma yang dihasilkan aromaterapi lavender

akan merangsang kerja otak. Aromaterapi lavender memiliki efek

positif karena aromanya yang segar dan harum sehingga dapat

mempengaruhi organ tubuh dan menimbulkan efek kuat terhadap emosi

(Shinobi, 2008 :10-11).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2012)

dengan judul penurunan intensitas nyeri akibat luka post sectio

caesarea setelah dilakukan latihan relaksasi pernapasan menggunakan

aromaterapi lavender di rumah sakit AL Islam Bandung Hasil

penelitian menunjukan bahwa tingkat nyeri pasien post Sectio


34

Caesarea sebelum dilakukan intervensi yang mengalami nyeri sedang

sebanyak 13 responden, nyeri berat sebanyak 17 responden. Setelah

diberikan aromaterapi lavender tingkat nyeri sebagian besar dari

responden mengalami nyeri ringan sebanyak 13 responden, nyeri

sedang sebanyak 17 responden, nyeri berat 0 dapat disimpulkan

terdapat pengaruh aromaterapi lavender terhadap penurunan nyeri

pada pasien post Sectio Caesarea di Rumah Sakit AL Islam Bandung.

E. Kerangka Konsep

Terdapat 2 variabel yang akan diteliti, variabel independent yaitu

tehnik relaksasi genggam jari kemudian dikomparasikan hubungannya

terhadap variabel dependent, yaitu penurunan nyeri pasien sectio

caesarea.

Variabel independent variabel dependent

Tehnik Relaksasi Penurunan Nyeri

Genggam Jari Pasien Post Sectio

Caesarea

2.4 Gambar Bagan Kerangka Konsep

F. Hipotesis

2. Hipotesis Alternatif (Ha)


35

Ada hubungan tehnik relaksasi genggam jari pengaruh

terhadap penurunan nyeri pasien post sectio caesarea di RSU Undata

Palu Provinsi Sulawesi Tengah

3. Hipotesis Nol (H0)

Tidak ada hubungan tehnik relaksasi genggam jari tidak

pengaruh terhadap penurunan nyeri pasien post sectio caesarea di

RSU Undata Palu Provinsi Sulawesi Tengah


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian Pre-Experimental

one-group pretest-posttest design. Dalam rancangan ini tidak ada

kelompok pembanding (kontrol), tetapi paling tidak sudah dilakukan

observasi pertama (pretest) yang memungkinkan menguji perubahan-

perubahan yang sudah terjadi setelah adanya intervensi (program). Bentuk

rancangan penelitian ini adalah sebagai berikut.

Pretest Perlakuan Postest


01 X 02

Tabel. 3.1 Rancangan Penelitian

Keterangan :

01 = Pretest pengukuran skala nyeri sebelum dilakukan tindakan


X = perlakuan tindakan pemberian teknik relaksasi genggam jari
2 = Posttest pengukuran skala nyeri setelah dilakukan tindakan

B. Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan November sampai

dengan Mei tahun 2019 di Ruang Paviliun Matahari RSUD Undata Kota

Palu Provinsi Sulawesi Tengah

C. Populasi dan Sampel

36
37

1. Populasi

Menurut Sumantri 2013 Populasi adalah seluruh individu yang

akan dikenai sasaran generalisasi dari sampel yang akan diambil dalam

suatu penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu Post

Sectio Caesarea di RSUD Undata Palu Provinsi Sulawesi Tengah

2. Sampel

Menurut Sumantri 2013 Sampel adalah sebagian populasi yang

ciri-cirinya diselidiki atau diukur. Sampel dalam penelitian ini yaitu

ibu multi gravida merupakan paritas yang paling aman bagi seorang

ibu untuk melahirkan dan masih digolongkan dalam kehamilan resiko

rendah. Meskipun demikikan tetap ada dua faktor yang menyebabkan

kemungkinan resiko atau bahaya terjadinya komplikasi persalinan

yang menyebabkan kematian atau kesakitan pada ibu dan bayinya,

dikarenakan pernah gagal kehamilan, melahirkan dengan vakum,

riwayat sesar sebelumnya. Perhintungan besar sampel dalam

penelitian ini menggunakan rumus Lemesh Show (1997), sebagai

berikut :

n =[Z2P(1-P)]

d2

Keterangan :

N = perkiraan besar Populasi


n = perkiraan besar Sampel
P = perkiraan proporsi, jika tidak diketahui dianggap (50% = 0,5)
Z = tingkat kemaknaan = 1,96 dengan tingkat kemaknaan 95%
38

d = presisi, 0,18 (variasi nilai 0,01-0,25)

Berdasarkan rumus diatas, maka besar sampel yang dibutuhkan adalah :

n = 1,962 .0,5(1-0,5)
(0,18)2
n = [(3,8416)2.0,5(0,5)]
0,0324

n = [0,9604]
0,0324

n = 29,6 = 30 ibu post Sectio Caesarea

Berdasarkan hasil perhitungan besar sampel diatas,maka

didapatkan besar sampel untuk kelompok eksperimen berjumlah 30 orang.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini mengguanakan

purposive sampling, dimana peneliti menentukan sampel dengan

pertimbangan tertentu. Peneliti juga menetapkan kriteria inklusi dan

ekslusi, sebagai berikut :

b. Kriteria inklusi :

1) Ibu post Sectio Caesarea hari pertama

2) Pasien post Sectio Caesarea yang bersedia menjadi responden

3) Pasien post Sectio Caesarea multi gravida

c. Kriteria eksklusi :

1) Pasien Sectio Caesarea dengan riwayat persalinan Sectio

Caesarea sebelumnya

D. Alat dan Metode penelitian


39

1. Alat ukur

Peneliti menggunakan alat ukur yaitu Skala penelitian numerik

(Numerical Ranting Scale,NRS)selama mengukur intensitas nyeri post

Sectio Caesarea. Tehnik relaksasi genggam jari adalah suatu cara

yang mudah untuk mengelola emosi dan mengembangkan kecerdasan

emosional karena disepanjang jari-jari tangan kita terdapat saluran

atau meridian energi yang terhubung dengan berbagai organ dan

emosi, titik-titik refleksi pada tangan memberikan rangsangan secara

refleks (spontan) pada saat digenggam, pada saat memasuki operasi

Sectio Caesarea sebelumnya peneliti telah melakukan pengukuran

skala nyeri ( pre test) dan diakhir operasi Sectio Caesarea peneliti

akan melakukan evaluasi (post test).

2. Skala ukur

Skala penilian numerik (Numerical Ranting Scale,NRS) lebih

digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini,

klien menilai nyeri dengan menggunakan skala dari 0-10. Skala paling

efektif digunakan saat mengkaji intervensi nyeri sebelum dan setelah

intervensi teknik relaksasi genggam jari.

Gambar.3.2. Skala Nyeri Numerik.

Keterangan :
40

0 = tidak nyeri

1-3 =Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik

4-6 = Nyeri sedang : secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat

menunjukan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti

perintah dengan baik

7-9 = Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti

perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menujukan lokasi

nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih

posisi nafas panjang dan distraksi

10 = Nyeri sangat berat : pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi,

memukul.

Intensitas nyeri pada skala 0 tidak terjadi nyeri, skala 1-3 nyeri

ringan, skala 4-6 nyeri sedang, nyeri berat pada skala 7-9 dan skala 10

nyeri sangat berat. cara penggunaan skala ini yaitu dengan memberi tanda

apada salah satu angka yang sesuai dengan intensitas nyeri yang dirasakan

oleh ibu post Sectio Caesarea, oleh karena itu skala ukur NRS akan

digunakan sebagai intrusmen penelitian.

E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel penelitian

Variabel penelitian merupakan gejala yang menjadi faktor

dalam penelitian. Variabel menunjukan atribut dari sekelompok orang

atau objek yang mempunyai variasi antara satu dengan yang lainnya

dalam kelompok itu.


41

a. Variabel bebas ( Independent variabel)

Variabel bebas atau independen sering disebut juga variabel

prediktor, stimulus, input, antencendent atau variabel yang

mempengaruhi. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah

relaksasi genggam jari.

b. Variabel terikat (Dependent variabel)

Variabel dependen atau terikat sering juga disebut variabel

kriteria, respon, dan output (hasil). Variabel dependen merupakan

variabel yang dipengaruhi atau yang menajdi akibat, karena

adanya variabel independen (bebas). Variabel terikat dalam

penelitian ini adalah penurunan nyeri pasien post Sectio

Caesarea.

2. Definisi operasional

Definisi operasional pada penelitian ini untuk mengarahkan

kepada pengamatan terhadap variabel yang bersangkutan.

a. Relaksasi genggam jari

Teknik Relaksasi Genggam Jari yang dilakukan oleh ibu

post Sectio Caesarea hari pertama untuk mengurangi rasa nyeri

dengan cara melakukan tehnik relaksasi genggam jari dengan

memegang setiap jari dimulai dari ibu jari, jari telunjuk, jari

tengah, jari manis, jari kelingking, sambil bernafas dalam-dalam

selama 3 menit setiap jari selama 15 menit.

b. Nyeri Sectio Caesarea


42

Pasien post Sectio Caesarea mengeluh rasa nyeri dibekas

jahitan pada hari pertama.

Alat ukur : lembar observasi

Cara ukur : Pengisian Lembar Observasi

Skala ukur : Ordinal

Hasil ukur : 0 = Tidak nyeri


1-3 = Nyeri ringan
4-6 = Nyeri sedang
7-9 = Nyeri berat
10 = Nyeri sangat berat
F. Teknik Pengumpulan Data

1. Jenis Data

Untuk mendapatkan data yang diingkan, maka digunakan

pengumpulan data sebagai berikut :

a. Data primer

Data primer penelitian ini yaitu dengan observasi melakukan

pengamatan terhadap responden mengenai nyeri yang dirasakan oleh

responden sebelum dan sesudah diberikan Tehnik Relaksasi Genggam

Jari, karakteristik responden yang meliputi usia, dan paritas.

b. Data Sekunder

Data sekunder dikumpulkan melalui surat permohonan

pengambilan data awal yang diajukan kepada Dinas Kesehatan

Provinsi Sulawesi Tengah yaitu data dari Dinas Kesehatan Kota Palu

data yang diperoleh yaitu data tertinggi cakupan persalinan, dan


43

RSUD Undata Palu Provinsi Sulawesi Tengah yaitu data Sectio

Caesarea dari tahun 2016 hingga 2018 pada bulan september.

2. Jalannya penelitian

a. Sebelum melakukan penelitian, dilakukan pertemuan antara

peneliti dengan pihak RSU Undata Palu Provinsi Sulawesi

Tengah, untuk menetapkan waktu dan tempat pelaksanaan.

b. Peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan penelitian meliputi,

tujuan, hak dan kewajiban responden serta manfaat penelitian bagi

responden (pasien post Sectio Caesarea)

c. Setelah responden mengerti minta untuk menandatangani lembar

persetujuan untuk menjadi responden dan informed consent

d. Kemudian mengobservasi intensitas skala nyeri pasien post Sectio

Caesarea hari pertama

e. Setelah itu melakukan tehnik relaksasi genggam jari bedasarkan

standar operasional prosedur yang telah di siapkan

f. Kemudian minta ibu untuk menggenggam jari tangan mulai dari

ibu jari, jari telunjuk, jari tengah, jari manis dan jari kelingking

dengan waktu masing-masing jari selama 3 menit dalam kurun

waktu 15 menit

g. Setelah itu evaluasi skala nyeri pasien post Sectio Caesarea hari

pertama menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan

h. Setelah itu berpamitan kepada ibu, dan mengucapkan terima kasih

3. Teknik Pengumpulan Data


44

a. Penelitian menjelaskan meliputi tujuan penelitian, hak dan

kewajiban responden serta manfaat penelitian pada responden,

kemudian responden yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian

akan di berikan informed consent untuk di tanda tangani.

b.

c.

d. Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti

e. Peneliti memilih responden post Sectio Caesarea di RSUD Undata

Palu Provinsi Sulawei Tengah dengan memperhatikan kriteria

inklusi dan eksklusi

a) Tahap Persiapan

(1) Sebelum melakukan penelitian, dilakukan pengambilan

surat data awal

(2) Sebelum melakukan penelitian, peneliti memilih tempat

untuk melakukan penelitian

(3) Peneliti memilih responden post Sectio Caesarea di RSU

Undata Palu Provinsi Sulawesi Tengah dengan

memperhatikan kriteria pengambilan sampel

(4) Sebelum melakukan penelitian, dilakukan pertemuan

antara peneliti dan responden untuk menyamakan persepsi

dan memberikan penjelasan tentang penelitian yang

dilakukan
45

(5) Peneliti memberikan informed consent untk ditandatangani

oleh responden jika responden bersedia berpartisipasi

dalam penelitian

(6) Peneliti melakukan pretest untuk menilai tingkat nyeri

pada ibu post Sectio Caesarea dan mengisi lembar

observasi

b) Tahap Pelaksanaan

(1) Persiapkan pasien dalam posisi yang nyaman

(2) Siapkan lingkungan yang tenang

(3) Kontrak waktu dan jelaskan tujuan

(4) Bidan meminta pasien untuk merilekskan pikiran

kemudian motivasi pasien dan perawat mencatatnya

sehingga catatan tersebut dapat digunakan

(5) Jelaskan rasional dan keuntungan dari teknik relaksasi

genggam jari

(6) Cuci tangan dan observasi tindakan prosedur pengendalian

infeksi lainnya yang sesuai, berikan privasi, bantu pasien

keposisi yang nyaman atau posisi bersandar dan minta

pasien untuk bersikap tenang

(7) Minta pasien menarik nafas dalam dan perlahan untuk

merilekskan semua otot, sambil menutup mata

(8) Peganglah jari dimulai dari ibu jari selama 3 menit, bisa

menggunakan tangan mana saja


46

(9) Peganglah jari telunjuk selama 3 menit, bisa menggunakan

tangan mana saja

(10) Peganglah jari tengah selama 3 menit, bisa menggunakan

tangan mana saja


47

(11) Peganglah jari manis selama 3 menit, bisa menggunakan

tangan mana saja.

(12) Kemudian peganglah jari kelingking selama 3 menit, bisa

menggunakan tangan mana saja

(13) Anjurkan pasien untuk menarik nafas dengan lembut

(14) Minta pasien untuk menghembuskan nafas secara

perlahan dan teratur

(15) Anjurkan pasien menarik nafas, hiruplah bersama

perasaan tenang, damai, dan berpikirlah untuk

mendapatkan kesembuhan.

(16) Minta pasien untuk menghembuskan napas,

hembuskanlah secara perlahan sambil melepaskan

perasaan dan masalah yang mengganggu pikiran dan

bayangkan emosi yang mengganggu tersebut keluar dari


48

pikiran. Motivasi pasien untuk mempraktikkan kembali

teknik relaksasi genggam jari

c) Tahap Hasil

(1) Setelah melakukan intervensi, peneliti melakukan posttest

untuk menilai penurunan nyeri pada pasien post Sectio

Caesarea dan mengisi lembar observasi

(2) Memberikan kode pada lembar observasi

(3) Setelah sampel mencapai 30 orang, kemudian dilakukan

pengolahan data

4. Peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan intervensi penelitian

dan yang akan dilakukan seperti tujuan penelitian, manfaat penelitian

dan hak kewajiban responden

5. Responden diberikan informend consent untuk menandatangani jika

bersedia diberikan tindakan dan mau berpartisipasi dalam penelitian.

6. Peneliti melakukan anamnesa terkait data identitas responden

7. Peneliti menjelaskan cara melakukan relaksasi genggam jari kepada

ibu dan kelompok relaksasi genggam jari post Sectio Caesarea

8. Peneliti melakukan intervensi teknik relaksasi genggam jari pada

kelompok relaksasi genggam jari post Sectio Caesarea

9. Peneliti melakukan observasi untuk melihat tingkat intensitas nyeri

pada kelompok intervensi.

10. Data yang diperoleh didokumentasikan ada lembar observasi.

G. Pengolahan Data
49

Menurut Sumantri 2013 Pengolahan data dalam penelitian ini

dilakukan dengan cara :

1. Editing (Pengeditan data)

Melakukan pemeriksaan pada lembar observasi untuk

mengetahui kelengkapan data penelitian seperti identitas responden,

karakteristik responden dan penutunan intensitas nyeri post Sectio

Caesarea.

2. Coding (Pengkodean data)

Pemberian kode terhadap hasil observasi untuk setiap responden

pada masing-masing kelompok, dimana yang dilakukan teknik

relaksasi genggam jari. Adapun tingkat tidak nyeri diberi kode 1, nyeri

ringan diberi kode 2, nyeri sedang diberi kode 3, nyeri berat diberi

kode 4 dan nyeri sangat berat diberi kode 5.

3. Tabulating (tabulasi data)

Mengelompokan responden berdasarkan karakteristik serta

menghitung, mengelompokkan dan mengidentifikasi penurunan

intensitas nyeri.

4. Cleaning (pembersihan data)

Pada tahap ini setelah semua data dari setiap variabel

dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan adanya

kesalahan-kesalahan kkode, kelengkapan, dan sebagainya, kemudian

dilakukan pembetulan atau koreksi.

5. Entry
50

Setelah selesai memberikan kode-kode pada masing-maisng

variabel, selanjutnya peneliti memasukkan kode kedalam sistem

komputer/spss.

H. Analisa Data

1. Analisis Univariat

Analisa univariat digunakan untuk menjabarkan secara

deskriptif mengenai distribusi frekuensinya yaitu Pengaruh Tehnik

Relaksasi Genggam Jari Terhadap Penurunan Nyeri Pasien Post

Sectio Caesarea. Analisisa data dilakukan dengan cara melihat

presentase data yang terkumpul dan disajikan dalam bentuk tabel

distribusi frekuensi, kemudian dicari jumlah presentase yang terbesar.

Pada umumnya analisa ini diperoleh hasil dalam bentuk

presentase. Dengan rumus sebagai berikut:

P = f x 100 %
n

keterangan :
P : Presentase
f : Jumlah subjek yang ada pada kategori tertentu
n : Jumlah atau keseluruhan responden

2. Analisis Bivariate

Analisis bivariat terhadap dua variabel yang di duga

berhubungan atau berkolerasi. Analisis ini diguanakn untuk menguji

hipotesis dengan menentukan hubungan variabel bebas atau variabel

terikat. Dalam penelitian ini analisis bivariat yang digunakan adalah uji

Wilcoxon rant test digunakan untuk menguji perbedaan rank skor pada
51

dua kelompok sampel yang berpasangan sehingga skalanya ordinal

untuk Dependen variabel.

Keputusan untuk menguji kemaknaan digunakan batas

kemaknaan 5% (α = 0,05). Melalui perhitungan uji Wilcoxon

selanjutnya ditarik kesimpulan: bila ρ value < 0,05 artinya Ho ditolak

dan Ha diterima, yang menunjukan ada hubungan bermakna antara

variable independent dan variable dependent. Bila ρ value < 0,05

artinya Ho diterima Ha ditolak, yang menunjukan tidak ada hubungan

bermakna anatara variable independent dengan variable dependent.

I. Penyajian Data

Data dalam penelitian ini disajiakan dalam bentuk tabel yang

kemudian dijelaskan dalaam bentuk narasi untuk mengggambarkan

data dan penjelasan variabel Independen dan variabel Dependen.

J. Etika Penelitian

Selama melakukan penelitian, peneliti akan memperhatikan

serta menjunjung tinggi etika penelitian dengan menggunakan prinsip-

prinsip etika penelitian. Adapun etika menurut Sumantri (2013)

sebagai berikut :

a. Menghormati harkat dan martabat manusia (Respect For Human

dignity)

Peneliti mempertimbangkan hak-hak subjektif untuk

mendapatkan informasi yang terbuka berkaitan dengan jalan

penelitian serta memperbaiki kebebasan menentukan pilihan dan


52

bebas dari paksaan untuk berpartisipasi dalam kegiatan penelitian

(autonomy). Beberapa tindakan yang berkaitan dengan prinsip

menghormati harkat dan martabat manusia yaitu peneliti

mempersiapkan formulir persetujuan responden (infomend consent)

yang terdiri dari penjelasan manfaat peneliti, penjelasan kemungkinan

resiko dan ketidaknyamanan yang ditimbulkan, penjelasan manfaat

yang akan didapatkan, persetujuan penelii dapat menjawab setiap

pertanyaan yang diajukan responden berkaitan dengan prosedur

penelitian, persetujuan bahwa reponden dapat mengundurkan diri

kapan saja dan jaminan anonimitas dan kerahasiaan atas privasi

resonden.

b. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (Respect For

prifacy and confidentality)

Setiap manusia memiliki hak-hak dasar termaksud privasi dan

kebebasan. Pada dasarnya, peneliti akan memberikan akibat

terbukanya informasi responden bermaksud informasi yang bersifat

pribadi. Tidak semua orang menginginkan informasinya diketahui oleh

orang lain, sebagai peneliti perlu memperhatikan hak-hak dasar

responden tersebut. Dalam aplikaisnya, peneliti tidak boleh

menampilakan informasi mengenai identitas baik nama ataupun alamat

asal responden dalam kuesioner dan alat ukur apapun untuk menjaga

anonimitas dan kerahasiaan identitas responden. Peneliti dapat


53

menggunakan koding (inisial atau identification) sebagai pengganti

identitas responden

c. Keadilan dan inklusivitas (Respect for justice and inclusiveness)

Prinsip keadilan memiliki konotasi keterbukaan dan adil. Untuk

memenuhi prinsip keterbukaan, penelitian dilakukan secara jujur, hati-

hati, profesional, berperikemanusiaan, dan memperhatikan faktor-

faktor ketepatan, kesaksamaan, kecermatan, intimitas, psikologi serta

perasaaan religius subjektif penelitian. Lingkungan penelitian

dikondisikan agar memenuhi prinsip keterbukaan, yaitu kejelasan

prosedur penelitian. Keadilan memiliki bermacam-macam terori,

namun yang terpenting adalah bagaimanakah keuntungan dan beban

harus didistribusikan diantara anggota kelompok masyarakat. Prinsip

keadilan menenkankan sejauh mana kebijakan penelitian membagikan

keuntungan dan beban secara merata atau menurut kebutuhan,

kemampuan, kontribusi, peneliti mempertimbangkan aspek keadilan

gender dan hak responden untuk mendapatkan perlakuan yang sama

baik sebelum, selama, maupun setelah berpartisipasi dalam penelitian.

d. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (Balancing

harms and benefits)

Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dnegan prosedur

penelitian gguna mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal

mungkin bagi subjek penelitian dan dapat digeneralisasikan ditingkat

populasi (beneficience). Peneliti meminimalisasi dampak yang


54

merugikan bagi subjek (nonmalefience). Apabila intervensi penelitian

berpotensi mengakibatkan cedera atau stres tambahan, maka subjek

dikeluarkan dari kegiatan penelitian untuk mencegah terjadinya

cedera, kesakitan, stres, maupun kematian subjek penelitian.

Kesimpulan dan sarann


DAFTAR PUSTAKA

Astuti P & Kurlinawati E. 2019. Pengaruh Relaksasi Genggam Jari Terhadap


Penurunan Nyeri Pada Pasien Post Sectio Caesarea Di Ruang Delima
RSUD Kertosono. STRADA Jurnal Ilmiah Kesehatan, 6 (2) : 30-37.
Diakses tanggal 01 Desember 2018, pukul 11.05 wita

Badan Penelitian Dan Pengembangan Departemen Kesehatan RI. 2013. Riset


Kesehatan Dasar. RISKESDAS 2013. Kementrian Kesehatan Jakarta

Dinkes Provinsi Sulteng. 2018. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah


Tahun 2017. Palu.

Mochtar. 2013. Sinopsis Obstetri,Obstetri Operatif,Obstetri Soaial: EGC.Jakarta.

Mubarak, WI & Chayatin, N. 2016. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia: EGC.
Jakarta.

Mubarak,WI & Indrawati,L & Susanto,J. 2015. Buku Ajar Keperawatan


Dasar:Salemba Medika. Jakarta.

Ma’rifah AR, Handayani NR dan Dewi P. 2015. Efektifitas Relaksasi Genggam


Jari Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada Pasien Post Operasi Sectio
Caesarea Di Rsud Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto. Jurnal
Keperawatan ‘Aisyiyah, 2 : (1) : 63-67. Diakses tanggal 01 Desember
2018, pukul 11.05 wita

Nurarif AH & Kusuma H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc:Mediaction. Jogjakarta.

Ningrum NW, Mahdiyah D & Sari DP . Effectiveness Of Relaxation Techniques


To Decrease Handheld Finger Pain Intensity Post Cesarean Section At Dr.
H. Moch. Ansari Saleh Hospital In Banjarmasin. Advances in Health
Science Research, volume, 6 : (2) : 1-8. Diakses tanggal 07 Februari 2019,
pukul 21:38 wita.

Prawirohardjo S. 2010. Ilmu Bedah Kebidanan:Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo. Jakarta.

Pratiwi R & Widiasih ER. 2012. Penurunan Intensitas Nyeri Akibat Luka Post
Sectio Caesarea Setelah Dilakukan Latihan Tehnik Relaksasi Pernapasan
Menggunakan Aromaterapi Lavender Di Rumah Sakit AL Islam Bandung.
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjajaran. Diakses tanggal 25
februari 2019, pukul 16.09 wita.

54
55

Rosdahl,CB & Kowalski, MT. 2015. Buku Ajar Keperawatan Dasar: Vol 3. EGC.
Jakarta.

RSU Undata Palu Provinsi Sulawesi Tengah. 2016-2019. Rekam Medik.

Saputra. 2013.Kebutuhan Dasar Manusia: BinaRupa Aksara. Tangerang Selatan.

Sumantri A. 2013. Metedologi Penelitian Kesehatan. Kencana. Jakarta.

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif,kualitatif, dan R & D. Alfabeta:


Bandung.

Setiawan,A & Saryono. 2011. Metodologi Penelitian Kebidanan DIII,DIV,SI,


Dan S2: Nuha Medika. Yogyakarta.

Tando, MN. 2016. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. In Media.
Jakarta.

Tamsuri,A. 2014. Konsep Dan Penatalaksanaan Nyeri: EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai