Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Persalinan merupakan sebuah proses akhir dari serangkaian kehamilan.


Terdapat dua macam proses persalinan yaitu persalinan pervaginam atau
persalinan normal dan sectio caesarea (SC) atau orang awam biasa
menyebutnya operasi sesar. Sectio Caesarea (SC) merupakan tindakan medis
yang diperlukan untuk membantu persalinan apabila tidak bisa dilakukan secara
normal akibat masalah kesehatan ibu atau kondisi janin. Tindakan ini diartikan
sebagai pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan
dinding uterus untuk melahirkan janin dari dalam rahim (Kristensen et al., 2018).
Persalian dengan metode sesar umumnya dilakukan jika persalian melalui vagina
tidak memungkinkan dan beresiko pada keselamatan ibu dan janin.

Terdapat beberapa indikasi section caesarea seperti yang dipengaruhi oleh


ibu dan janin. Pengaruh dari ibu sendiri meliputi usia, persalinan menggunakan
sectio caesarea sebelumnya, sempitnya tulang punggul, adanya hambatan pada
jalan lahir, pecahnya ketuban lebih dulu, kelainan kontraksi pada Rahim, serta
hipertensi dalam kehamilan atau biasa disebut dengan pre eklamsia (Sugiarti,
2018)

Indikasi dilakukan operasi sectio caesarea salah satunya yaitu


preeklamsia. Preeklamsia adalah gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin dan
nifas dengan tekanan darah ≥140/90 mmHg, edema dan proteinuria yang terjadi
pada kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama setelah persalinan
(Sukarni & Margaretha, 2013). Preeklamsia menjadi sebab terjadinya kematian
yang paling besar pada saat seorang wanita hamil dan akan melahirkan. Hal ini
terjadi apabila orang yang sedang hamil terlambat untuk menangani dan tidak
memahami preeklamasia.(Keukeu & Mustikarani, 2020).

WHO (World Health Organization) mengamati dan memprediksi


terjadinya kasus preeklamsia yang terjadi di negara berkembang jauh lebih besar
dibandingankan negara maju. Diketahui untuk kasus yang terjadi pada negara
maju sekitar 1,3% hingga 6%, sementara yang terjadi di negara berkembang
mencapai 1,8% hingga 18%. Terhitung di Indonesia untuk kasus ini terjkadi
sekitar 3% hingga 10%, (Saraswati & Mardiana, 2016).

RISKESDAS tahun 2018 mengatakan jumlah persalinan dengan metode


section caesarea pada perempuan usia 20-54 tahun di Indonesia mencapai 17,6%
dari keseluruhan jumlah persalinan. Terdapat pula beberapa gangguan/komplikasi
persalinan pada perempuan usia 30-54 tahun di Indonesia mencapai 23,2%
dengan rincian posisi janin melintang/sunsang sebesar 3,1%, perdarahan sebesar
2,4%, kejang sebesar 0,2%, ketuban pecah dini sebesar 5,6%, partus lama sebesar
4,3%, lilitan tali pusat sebesar 2,9%, plasenta previa sebesar 0,7%, plasenta
tertinggal sebesar 0,8%, hipertensi atau preeklamsi. Sedangkan angka kejadian
persalinan sectio caesarea di Jawa Timur pada tahun 2017 sebesar 78,6%
(Direktorat Jendral Kesehatan Masyarakat, Kemenkes RI). Berdasarkan data
Riskesdas pada tahun 2018 di Jawa Timur menyatakan kecenderungan proporsi
persalinan di fasilitas kesehatan sebesar 96,3%.

Angka kejadian persalinan sectio caesarea di Malang pada tahun 2020


mencapai 50,4% (Direktorat Jendral Kesehatan Masyarakat, Kemenkes RI).
Sedangkan persalinan sectio caesarea di Rumah Sakit Wava Husada dalam 3
bulan (Januari-Maret) mencapai 78,2% setiap bulan di setiap kasus persalinan.
Jumlah pasien di Rumah Sakit Wava Husada yang menjalani sectio caesarea 87%
mengalami nyeri post sectio caesarae.

Pasien dengan operasi section caesarea akan mengalami beberapa masalah


diantaranya kecemasan, mobilitas yang terbatas dan nyeri pada luka. Nyeri merupakan
pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan
jaringan yang aktual dan potensial. Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang
tidak menyenangkan, sifatnya sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada
setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat
menejelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya (Hidayat, 2015). Keluhan
nyeri post operasi sesar ini sebenarnya wajar karena tubuh mengalami luka dan proses
penyembuhannya tidak sempurna. Nyeri setelah pembedahan merupakan hal yang biasa
terjadi, yang perlu diwaspadai jika nyeri disertai dengan komplikasi setelah
pembedahan seperti luka jahitan yang tidak menutup, infeksi pada luka operasi, dan
gejala lain berhubungan dengan jenis pembedahan (Potter & Perry, 2010).

Masalah keperawatan yang muncul pada pasien dengan post sectio


caesarea antara lain nyeri akut, gangguan mobilitas fisik, risiko infeksi Nyeri akut
merupakan masalah keperawatan yang sering muncul pada pasien post section
caesarea. Nyeri akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik atau emosional
yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset
mendadak atau lambat dan berinteraksi ringan hingga berat yang berlangsung
kurang dari 3 bulan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).

Nyeri pada pasien post operasi tidak segera ditangani akan mengakibatkan proses
rehabilitasi pasien akan tertunda, hospitalisasi pasien menjadi lebih lama, tingkat
komplikasi yang tinggi dan membutuhkan lebih banyak biaya. Hal ini karena pasien
memfokuskan seluruh perhatiannya pada nyeri yang dirasakan (Smeltzer & Bare, 2008).
Selain itu juga nyeri dapat mengakibatkan pasien mengalami gelisah, imobilisasi,
menghindari kontak sosial, penurunan rentang perhatian stres dan ketegangan yang akan
menimbulkan respon fisik dan psikis (IASP, 2012; Potter & Perry, 2006).
Dalam layanan kesehatan penatalaksanaan nyeri pada pasien post sectio caesaea

dilakukan tindakan farmakologis dan non farmakologis. secara farmakologis dapat

diatasi dengan menggunakan obat-obatan analgesik. Sedangkan penatalaksanaan non

farmakologis terhadap nyeri dapat dilakukan dengan tindakan menajemen nyeri di

antaranya tekhnik relaksasi (Smeltzer et al, 2017). Mengkombinasikan metode non

farmakologis dengan metode farmakologis merupakan cara yang paling efektif untuk

mengontrol nyeri. Pengendalian nyeri non farmakologis menjadi lebih murah, mudah,

efektif dan tanpa efek yang merugikan (Potter&Perry, 2016). Akan tetapi pemberian

terapi analgesik bukanlah menjadi pemegang kontrol utama untuk mengatasi nyeri pada

pasien, karena memiliki beberapa efek samping yang akan menambah lama waktu
pemulihan (Novita, 2019). Peran perawat sangat penting dalam pemberian terapi

farmakologi dengan kombinasi tepari non farmakologi.

Salah satu tindakan keperawatan untuk memberikan rasa nyaman menurunkan

nyeri akut pada pasien post section caesarea adalah dengan melakukan Latihan

relaksasi Slow Deep Breathing. Slow Deep Breathing adalah metode bernafas dan

frekuensi nafasnya kurang atau sama dengan 10 kali per menit dengan fase

ekshalasinya panjang ( Breathers, 2017). Nafas lambat dan dalam dapat menurunkan

stress yang mana pada saat stress dan cemas saraf simpatis akan distimulus sehingga

meningkatkan produksi kartisol dan adrenalin yang dapat menganggu metabolisme otak

dan endokrin. Nafas dalam dan lambat merupakan jalan yang cepat untuk mangaktifkan

saraf parasimoatis yang disebut sebagai respon relaksasi sehingga dapat mengurangi

rasa nyeri (Hriyani, dkk 2012). Hal ini sejalan dengan penelitian Tarwoto (2016)

menunjukkan bahwa tehnik nafas dalam dan lambat dapat meningkatkan aktivitas saraf

parasimpatis yang disebut sebagai efek relaksasi sehingga dapat mengurangi nyeri akut

pada pasien post Sectio caesarea.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di RS Wava Husada


Kepajen didapatkan hasil bahwa Ny. L dengan kasus post sectio caesarea
dengan GCS 456 mengatakan nyeri perut di bagian bawah terasa panas dengan
skala nyeri 6, nyeri nyeri bertambah saat digerakkan. Ny. S juga mengatakan
bahwa perut bagian bawah terasa panas setelah operasi, nyeri terasa bertambah
saat digerakkan. Upaya yang dilakukan di RS Wava Husada Kepanjen dalam
mengatasi masalah keperawatan nyeri akut yaitu mengkaji nyeri, observasi
keadaan umum dan tanda-tanda vital pasien, serta kolaborasi dalam pemberian
analgesik. Berdasarkan hal tersebut, penulis akan membuat Karya Tulis Ilmiah
dengan judul “Asuhan Keperawatan Pasien Post Sectio Caesarea Indikasi Pre
Eklamsi Berat (PEB) dengan Nyeri Akut Di Instalasi Rawat Inap A RS
Wava Husada Kepanjen.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan dalam uraian latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah
“Bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien post section caesarea dengan indikasi
PEB di RS wava husada kepanjen”.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui “asuhan keperawatan
pada pasien post section caesarea dengan indikasi PEB di RS wava husada
kepanjen

1.3.2. Tujuan Khusus


1. Mengidentifikasi pengkajian data pada pasien post section caesarea dengan
indikasi PEB di RS wava husada kepanjen
2. Mengidentifikasi analisa data pada pasien post section caesarea dengan
indikasi PEB di RS wava husada kepanjen
3. Mengidentifikasi diagnosa keperawatan pada pasien post section caesarea
dengan indikasi PEB di RS wava husada kepanjen
4. Mengidentifikasi perencanaan keperawatan pada post section caesarea
dengan indikasi PEB di RS wava husada kepanjen
5. Mengidentifikasi pelaksanaan tindakan keperawatan pada pasien post
section caesarea dengan indikasi PEB di RS wava husada kepanjen
6. Mengidentifikasi evaluasi keperawatan pada pasien post section caesarea
dengan indikasi PEB di RS wava husada kepanjen.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan untuk menambah
pengetahuan, memperdalam ilmu keperawatan, serta dapat menjadi bahan
pertimbangan dalam melakukan penelitian terkait asuhan keperawatan pada
pasien post section caesarea dengan indikasi Pre Eklamsi Berat.
1.4.2. Manfaat Praktis
1.4.1. Bagi perawat
Dapat digunakan sebagai sumber informasi untuk meningkatkan ilmu
pengetahuan, keterampilan, serta mutu asuhan keperawatan sehingga
mampu mengoptimalkan pelayanan asuhan keperawatan kepada pasien
post section caesarea dengan indikasi PEB
1.4.2. Bagi Manajemen Rumah Sakit
Hasil penelitian ini diharapkan bisa digunakan untuk menjadi referensi
dalam pemberian standar asuhan keperawatan pasien dengan diagnose
prekeklamsia;
1.4.3. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat dijadikan tambahan ilmu pengetahuan serta dapat digunakan sebagai
referensi perpustakaan tentang asuhan keperawatan kepada pasien dengan
diagnose preeklamsi

Anda mungkin juga menyukai