PENDAHULUAN
Nyeri pada pasien post operasi tidak segera ditangani akan mengakibatkan proses
rehabilitasi pasien akan tertunda, hospitalisasi pasien menjadi lebih lama, tingkat
komplikasi yang tinggi dan membutuhkan lebih banyak biaya. Hal ini karena pasien
memfokuskan seluruh perhatiannya pada nyeri yang dirasakan (Smeltzer & Bare, 2008).
Selain itu juga nyeri dapat mengakibatkan pasien mengalami gelisah, imobilisasi,
menghindari kontak sosial, penurunan rentang perhatian stres dan ketegangan yang akan
menimbulkan respon fisik dan psikis (IASP, 2012; Potter & Perry, 2006).
Dalam layanan kesehatan penatalaksanaan nyeri pada pasien post sectio caesaea
farmakologis dengan metode farmakologis merupakan cara yang paling efektif untuk
mengontrol nyeri. Pengendalian nyeri non farmakologis menjadi lebih murah, mudah,
efektif dan tanpa efek yang merugikan (Potter&Perry, 2016). Akan tetapi pemberian
terapi analgesik bukanlah menjadi pemegang kontrol utama untuk mengatasi nyeri pada
pasien, karena memiliki beberapa efek samping yang akan menambah lama waktu
pemulihan (Novita, 2019). Peran perawat sangat penting dalam pemberian terapi
nyeri akut pada pasien post section caesarea adalah dengan melakukan Latihan
relaksasi Slow Deep Breathing. Slow Deep Breathing adalah metode bernafas dan
frekuensi nafasnya kurang atau sama dengan 10 kali per menit dengan fase
ekshalasinya panjang ( Breathers, 2017). Nafas lambat dan dalam dapat menurunkan
stress yang mana pada saat stress dan cemas saraf simpatis akan distimulus sehingga
meningkatkan produksi kartisol dan adrenalin yang dapat menganggu metabolisme otak
dan endokrin. Nafas dalam dan lambat merupakan jalan yang cepat untuk mangaktifkan
saraf parasimoatis yang disebut sebagai respon relaksasi sehingga dapat mengurangi
rasa nyeri (Hriyani, dkk 2012). Hal ini sejalan dengan penelitian Tarwoto (2016)
menunjukkan bahwa tehnik nafas dalam dan lambat dapat meningkatkan aktivitas saraf
parasimpatis yang disebut sebagai efek relaksasi sehingga dapat mengurangi nyeri akut