Anda di halaman 1dari 5

BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah melakukan asuhan keperawatan dengan pendekatan proses


keperawatan yang dimulai dari pengkajian, diagnosa, intervensi,
implementasi dan evaluasi pada Ny. S dengan P3A0 Postpartum Aterm SC
a/i bekas SC di Ruang Nifas RSUD Al-Ihsan Provinsi Jawa Barat.
Kelompok menemukan beberapa faktor yang menjadi penghambat dan
pendukung dalam melaksanakan proses keperawatan. Adapun penjelasan
mengenai pembahasana dari pelaksanaan asuhan keperawatan pada ibu
postpartum post SC dengan tinjauan teoritis asuhan keperawatan adalah
sebagai berikut.

Pengkajian merupakan dasar dari proses keperawatan yang


bertujuan untuk mengumpulkan data tentang pasien agar dapat
mengidentifikasi masalah-masalah kebutuhan kesehatan meliputi bio,
psiko, sosio, spiritual. Pada pasien Ny. S S dengan P3A0 Postpartum
Aterm SC a/i bekas SC. Data yang diperoleh pada saat melakukan
pengkajian pada 11 Desember 2021, klien mengeluh di daerah perut bekas
operasi SC , klien mengatakan nyeri bertambah saat bergerak dan nyeri
berkurang saat diam terlentang klien mengatakan nyeri dirasakan seperti
teriris-iris dan nyeri bersifat hilang timbul dengan skala nyeri 3 (0-10)
wajah pasien tampak meringis saat merubah posisi. TTV klien TD :
116/87mmHg, N :89x/menit, S : 35.80 c, R : 19x/menit.

Pengkajian status fisiologis maternal ditemukan payudara Ny. S


saat di palpasi teraba seperti ada bendungan ASI, ASI pada pasien belum
keluar, putting dan areola sudah menghitam. Pada pemeriksaan uterus
ditemukan uterus pada pasien masih satu jari diatas pusat, uterus teraba
keras, bising usus 16x/mnt, kandung kemih pasien kosong, lokia atau
darah nifas pasien lokia rubra berwarna merah kecoklatan dengan
konsistensi cair, dan pembalut pasien terlihat penuh. Pada perineum pasien
tidak terdapat
tanda-tanda REEDA karena persalinan dengan operasi SC. Pada nilai
ekstremitas bawah pasien 3.
Berdasarkan data-data yang diperoleh dari pengkajian, kelompok
mengambil 4 diagnosa utama. Diagnosa yang diangkat oleh kelompok
adalah sebagai berikut.
a. Ketidaknyamanan Pasca partum b.d involusio uterus
b. Risiko infeksi b.d efek prosedur invasif
c. Gangguan mobilitas fisik b.d post SC
d. Menyusui tidak efektif b.d ketidakedekuatan suplai ASI
Pada tahap perencanaan, kelompok membuat perencanaan asuhan
keperawatan yang berorientasi pada masalah yang muncul pada saat
pengkajian dan melalui analisis data yang didasarkan pada teori yang
diperoleh oleh kelompok. Pada tahap perencanaan, kelompok membuat
rencana asuhan keperawatan berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan
(SIKI) dengan beberapa pertimbangan diantaranya kemampuan keluarga,
sarana dan prasarana yang ada di ruangan serta prioritas masalah yang
paling mengancam jiwa dan kecacatan organ.
Intervensi yang diberikan pada diagnosa ketidaknyamanan
pascapartum adalah manajemen nyeri yaitu dengan cara teknik relaksasi
nafas dalam yang dapat menciptakan kenyamanan sehingga mampu
meningkatkan suplai oksigen kedalam sel tubuh. Selain itu intervensi yang
diberikan dengan melakukan perawatan pasca persalinan yaitu: memonitor
TTV, lochea, homan sign, melakukan masase uterus sampai kontraksi,
mendiskusikan tentang perubahan fisik dan psikologis pada ibu
postpartum, menjelaskan tanda dan bahaya pada ibu postparum kepada
pasien dan keluarga, mengajarkan cara perawatan perineum yang tepat.
Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif. Intervensi
yang diberikan adalah pencegahan infeksi seperti melakukan perawatan
luka post SC dan mengganti balutan, mempertahankan tindakan aseptik,
menganjurkan pasien untuk meningkatkan asupan nutrisi kaya protein
untuk mempercepat penyembuhan luka.
Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan post SC. Intervensi
yang diberikan adalah mengajarkan pasien untuk mobilisasi dini dan
sederhana seperti miring kanan dan kiri. Dengan mobilisasi dini secara
perlahan ibu akan mampu beradaptasi dengan nyeri yang dirasakannya dan
akan membantu proses penyembuhan luka dengan cepat.
Menyusui tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan
suplai ASI. Intervensi yang diberikan adalah dengan melakukan pijat
oksitosin untuk merangsang pengeluaran hormon oksitosin dan prolaktin
yang berguna untuk memperlancar pengeluaran ASI.
Proses persalinan merupakan proses yang memerlukan banyak
persiapan terutama persalinan yang dilakukan dengan medode section
cesarea, ibu post SC sering tidak memenuhi perannya sebagai seorang ibu
yaitu mempunyai kewajiban untuk memnyusui bayinya yang disebabkan
karena kondisi ibu lemah, dan nyeri post SC dan mobililisasi
mempengaruhi pengeluaran ASI serta rasa cemas merupakan factor yang
paling banyak dialami oleh ibu post SC dalam mempengaruhi keberhasilan
inisiasi menyusui dini (Achadyah & Sestu Retno DA, 2017; Hanida &
Mufdlilah, 2015), dan dari penelitian-penelitian berbagai negara
menunjukan bahwa persalinan dengan metode SC mempunyai efek untuk
terhadap pemberian inisiasi menyusui dini (IMD) yang akan
mengakibatkan penurunan angka IMD dan mempengaruhu penurunan
menyusui di tiga hari pertama kelahiran, terutama Ketika bayi masih
dirawat di rumah sakit, dan akan berlanjut pada hari-hari berikutnya
(Februarti, Hartono, & Kartilah, 2019).
Sebagian ibu hamil bisa saja mengalami kondisi ASI Ttidak keluar,
hal ini dapat disebabkan oleh gangguan pada produksi hormone prolactin
yang berfungsi untuk merangsang pembentukan ASI.
Ibu Post SC Sebagian besar takut untuk melakukan mobilisasi dini
yang dipengaruhi rasa nyeri disekitar jahitan dan rasa takut jahitannya
lepas merupakan factor yang mempengaruhi keterlambatan pengeluaran
ASI (Taek, 2018), dan factor tersebut juga dipengaruhi oleh karakteristik
responden yaitu dari pekerjaan ibu yang rata-rata ibu rumah tangga yang
kesulitan memperoleh informasi dan Pendidikan ibu yang Sebagian besar
sekolah menengah juga akan mempengaruhi seseorang dalam memberikan
ASI pada bayi maka diperlukan kerjasama dari semua pihak baik dari
petugas kesehatan maupun dukungan keluarga hal ini sesuai dengan hasil
penelitian bahwa dukungan suami dan petugas kesehatan mempengaruhi
keberhasilan pemberian ASI secara dini pada ibu post SC (Rompis,
Tumurang & Raule, 2018)
Faktor-faktor yang berhubungan dengan produksi ASI yaitu factor
makanan dimana kebutuhan kalori ibu perhari harus terdiri dari 60-70%
karbohidrat, 10-20% protein, dan 20-30% lemak. Kalori ini didapat dari
makanan yang dikonsumsi ibu dalam sehari (Nutrisi Bangsa, 2013).
Factor psikis dimana masa nifas merupakan salah satu fase yang
memerlukan adaptasi psikologis, perubahan peran seorang ibu
memerlukan adaptasi yang harus dijalani. Tanggung jawab bertambah
dengan adanya bayi yang baru lahir. Dorongan dan perhatian anggota
keluarga lainnya merupakan dorongan positif untuk ibu (Suherini, 2009).
Factor isapan bayi dimana bayi yang sehat dapat mengosongkan
satu payudarah sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan
kosong dalam waktu 2 jam. Sebaiknya menyusui bayi secara non-jadwal
karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Kegiatan menyusui
yang dijadwalkan akan berakibat tidak baik karena isapan bayi
berpengaruh pada rangsangan isapan produksi ASI selanjutnya (Jannah,
2011)

Anda mungkin juga menyukai