Setelah melakukan asuhan keperawatan dengan pendekatan proses
keperawatan yang dimulai dari pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi pada Ny. S dengan P3A0 Postpartum Aterm SC a/i bekas SC di Ruang Nifas RSUD Al-Ihsan Provinsi Jawa Barat. Kelompok menemukan beberapa faktor yang menjadi penghambat dan pendukung dalam melaksanakan proses keperawatan. Adapun penjelasan mengenai pembahasana dari pelaksanaan asuhan keperawatan pada ibu postpartum post SC dengan tinjauan teoritis asuhan keperawatan adalah sebagai berikut.
Pengkajian merupakan dasar dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk mengumpulkan data tentang pasien agar dapat mengidentifikasi masalah-masalah kebutuhan kesehatan meliputi bio, psiko, sosio, spiritual. Pada pasien Ny. S S dengan P3A0 Postpartum Aterm SC a/i bekas SC. Data yang diperoleh pada saat melakukan pengkajian pada 11 Desember 2021, klien mengeluh di daerah perut bekas operasi SC , klien mengatakan nyeri bertambah saat bergerak dan nyeri berkurang saat diam terlentang klien mengatakan nyeri dirasakan seperti teriris-iris dan nyeri bersifat hilang timbul dengan skala nyeri 3 (0-10) wajah pasien tampak meringis saat merubah posisi. TTV klien TD : 116/87mmHg, N :89x/menit, S : 35.80 c, R : 19x/menit.
Pengkajian status fisiologis maternal ditemukan payudara Ny. S
saat di palpasi teraba seperti ada bendungan ASI, ASI pada pasien belum keluar, putting dan areola sudah menghitam. Pada pemeriksaan uterus ditemukan uterus pada pasien masih satu jari diatas pusat, uterus teraba keras, bising usus 16x/mnt, kandung kemih pasien kosong, lokia atau darah nifas pasien lokia rubra berwarna merah kecoklatan dengan konsistensi cair, dan pembalut pasien terlihat penuh. Pada perineum pasien tidak terdapat tanda-tanda REEDA karena persalinan dengan operasi SC. Pada nilai ekstremitas bawah pasien 3. Berdasarkan data-data yang diperoleh dari pengkajian, kelompok mengambil 4 diagnosa utama. Diagnosa yang diangkat oleh kelompok adalah sebagai berikut. a. Ketidaknyamanan Pasca partum b.d involusio uterus b. Risiko infeksi b.d efek prosedur invasif c. Gangguan mobilitas fisik b.d post SC d. Menyusui tidak efektif b.d ketidakedekuatan suplai ASI Pada tahap perencanaan, kelompok membuat perencanaan asuhan keperawatan yang berorientasi pada masalah yang muncul pada saat pengkajian dan melalui analisis data yang didasarkan pada teori yang diperoleh oleh kelompok. Pada tahap perencanaan, kelompok membuat rencana asuhan keperawatan berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan (SIKI) dengan beberapa pertimbangan diantaranya kemampuan keluarga, sarana dan prasarana yang ada di ruangan serta prioritas masalah yang paling mengancam jiwa dan kecacatan organ. Intervensi yang diberikan pada diagnosa ketidaknyamanan pascapartum adalah manajemen nyeri yaitu dengan cara teknik relaksasi nafas dalam yang dapat menciptakan kenyamanan sehingga mampu meningkatkan suplai oksigen kedalam sel tubuh. Selain itu intervensi yang diberikan dengan melakukan perawatan pasca persalinan yaitu: memonitor TTV, lochea, homan sign, melakukan masase uterus sampai kontraksi, mendiskusikan tentang perubahan fisik dan psikologis pada ibu postpartum, menjelaskan tanda dan bahaya pada ibu postparum kepada pasien dan keluarga, mengajarkan cara perawatan perineum yang tepat. Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif. Intervensi yang diberikan adalah pencegahan infeksi seperti melakukan perawatan luka post SC dan mengganti balutan, mempertahankan tindakan aseptik, menganjurkan pasien untuk meningkatkan asupan nutrisi kaya protein untuk mempercepat penyembuhan luka. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan post SC. Intervensi yang diberikan adalah mengajarkan pasien untuk mobilisasi dini dan sederhana seperti miring kanan dan kiri. Dengan mobilisasi dini secara perlahan ibu akan mampu beradaptasi dengan nyeri yang dirasakannya dan akan membantu proses penyembuhan luka dengan cepat. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan suplai ASI. Intervensi yang diberikan adalah dengan melakukan pijat oksitosin untuk merangsang pengeluaran hormon oksitosin dan prolaktin yang berguna untuk memperlancar pengeluaran ASI. Proses persalinan merupakan proses yang memerlukan banyak persiapan terutama persalinan yang dilakukan dengan medode section cesarea, ibu post SC sering tidak memenuhi perannya sebagai seorang ibu yaitu mempunyai kewajiban untuk memnyusui bayinya yang disebabkan karena kondisi ibu lemah, dan nyeri post SC dan mobililisasi mempengaruhi pengeluaran ASI serta rasa cemas merupakan factor yang paling banyak dialami oleh ibu post SC dalam mempengaruhi keberhasilan inisiasi menyusui dini (Achadyah & Sestu Retno DA, 2017; Hanida & Mufdlilah, 2015), dan dari penelitian-penelitian berbagai negara menunjukan bahwa persalinan dengan metode SC mempunyai efek untuk terhadap pemberian inisiasi menyusui dini (IMD) yang akan mengakibatkan penurunan angka IMD dan mempengaruhu penurunan menyusui di tiga hari pertama kelahiran, terutama Ketika bayi masih dirawat di rumah sakit, dan akan berlanjut pada hari-hari berikutnya (Februarti, Hartono, & Kartilah, 2019). Sebagian ibu hamil bisa saja mengalami kondisi ASI Ttidak keluar, hal ini dapat disebabkan oleh gangguan pada produksi hormone prolactin yang berfungsi untuk merangsang pembentukan ASI. Ibu Post SC Sebagian besar takut untuk melakukan mobilisasi dini yang dipengaruhi rasa nyeri disekitar jahitan dan rasa takut jahitannya lepas merupakan factor yang mempengaruhi keterlambatan pengeluaran ASI (Taek, 2018), dan factor tersebut juga dipengaruhi oleh karakteristik responden yaitu dari pekerjaan ibu yang rata-rata ibu rumah tangga yang kesulitan memperoleh informasi dan Pendidikan ibu yang Sebagian besar sekolah menengah juga akan mempengaruhi seseorang dalam memberikan ASI pada bayi maka diperlukan kerjasama dari semua pihak baik dari petugas kesehatan maupun dukungan keluarga hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa dukungan suami dan petugas kesehatan mempengaruhi keberhasilan pemberian ASI secara dini pada ibu post SC (Rompis, Tumurang & Raule, 2018) Faktor-faktor yang berhubungan dengan produksi ASI yaitu factor makanan dimana kebutuhan kalori ibu perhari harus terdiri dari 60-70% karbohidrat, 10-20% protein, dan 20-30% lemak. Kalori ini didapat dari makanan yang dikonsumsi ibu dalam sehari (Nutrisi Bangsa, 2013). Factor psikis dimana masa nifas merupakan salah satu fase yang memerlukan adaptasi psikologis, perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus dijalani. Tanggung jawab bertambah dengan adanya bayi yang baru lahir. Dorongan dan perhatian anggota keluarga lainnya merupakan dorongan positif untuk ibu (Suherini, 2009). Factor isapan bayi dimana bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudarah sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Sebaiknya menyusui bayi secara non-jadwal karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Kegiatan menyusui yang dijadwalkan akan berakibat tidak baik karena isapan bayi berpengaruh pada rangsangan isapan produksi ASI selanjutnya (Jannah, 2011)