DI SUSUN OLEH :
SILVIA MALIK
144012482
2.1 Pengertian
Sectio caesarea adalah proses pembedahan untuk melahirkan bayi
melalui penyayatan pada dinding abdomen dan uterus, sectio caesarea
dilakukan sebagai pilihan jika tidak memungkinkan melakukan
persalinan normal (Hijratun,2019). Sectio caesarea dilakuan oleh
beberapa faktor yaitu: faktor bayi, riwayat peralinan. Sebagai proses
pembedahan sectio caesarea juga mempunyai indikasi lain antara lain
disproposi pinggul( CPD), disfungsi uterus, distosia,janin besar, gawat
janin, preeklamsi,eklamsia,hipertensi,Riwayat pernah sectio caesarea
sebelumnnya (Hijratun,2019).
Pre adalah waktu tunggu sebelum oprasi dilaksanakan hingga pasien
dipindah ke kamar oprasi (Maryanani,2015). Post adalah suatu kondisi
sudah dilakukan tindakan yang meninggalkan bekas luka sayatan pada
dinding perut dan rahim untuk mengeluarkan bayi.
Post partum adalah masa setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika
kandungan kembali seperti sebelum hamil, yang berlangsung selama 6
minggu atau 42 hari.selama masa pemulihan ibu akn mengalami banyak
perubahan fisik yang bersifat fisilogis dan memberikan rasa tidak
nyaman pada awal post partum. (Yuliana& Hakim,2020)
2.2 Etiologi
Menurut falentina (2020) , penyebab sectio caesarea adalah :
a. Usia ibu
Usia pada saat kehamilan salah satu yang menetukan tingkat resiko
kehamilan dan persalinan. Usia repoduksi yang aman untuk
seorang wanita hamil dan melahirkan adalah 20-35. Wanita hamil
pada umur ( > 20 tahun) dari segi biologis perkembangan alat-alat
repoduksinnya belum sepenuhnya optimal. Dari segi psikis belum
matang dalam menghadapi tuntunan beban moril, dan emosional,
pada usia leih dari 35 tahun, elastisitas dari otot-ototpunggu dan
sekitarnnya serta alat-alat reproduksi pada umumnya mengalamin
kemunduran, kadang terdapat penyakit degenerasi seperti
hipertensi yang dapat berkembang ke arah pre eklamsi, pada wanita
usia ini besar kemungkinan akan mengalami kelelahan jika
dilakukan persalinan pre-eklamsi.
b. Riwayat Sectio caesarea
Ibu yang melahirkan dengan memunyai riwayat SC, tidak bisa
melahirkan dengan normal. Pada dasarnnya seorang ibu yang
persalin pertamannya melalui tindakan bedah caesarea maka pada
keahiran berikutnnya akan dilakukan tindakan bedah caesarea
kembali, namun hal tersebut bergantung pada indikasi
sebelumnnya, apakah indikasi tersebut bersifat sementara dan dapat
dikendalikan pada persalinan brikutnnya atau bersifat absout, hal
yang menetap dan tidak dapat dikendalikan seperti halnya puggul
sempit, riwayat SC sebelumnnya kemungkinan memiliki parut
uterus atau rahim yang dapat mengakibatkan rupture uterus saat
usia kehamilan semakin tua dan ukuran janin semakin membesar
( Andayasari ,. 2015)
c. Partus tidak maju
Partus tidak maju atau gagal maju merupakan berhentinnya
pembukaan dan penurunan sekunder. Hal tersebut bisa
mengakibatkan kelelahan pada ibu, dehidrasi bahkan dapat
mengakibatkan syok, untuk itu pilihan yang dihadapi oleh ibu
bersalin yang mengalami parus tidak maju adalah dilakukan SC.
d. Induksi gagal
Ibu yang melahirkan dengan induksi gagal tidak bisa melahirkan
dengan normal. Induksi gagal diartikan sebagi kegagalan
timbulnnya persalinan dalam suatu siklus terapi, solusi pada kasus
kegagalan induksi adalah dengan menentukan induksi atau
melakukan persalinan SC.
e. Ketuban Pecah Dini ( KPD)
Ketuban pecah dini adalah dimana ketuban pecah sebelum proses
persalinan berlangsung, yang disebabkan karena berkurangnnya
kekuatan membran atau meningkatnnya tekanan dalam rahim.
Dapat juga disebabkan oleh kombinasi kedua faktor terseut.
Berkurangnnya membran disebabkan oleh adannya infeksi yang
dapat berasal dari vagina dan servik. Komdisi ini membuat ketuban
merembes ke luar sehingga air ketuban menjadi sedikit lalu lama
kelamaan menjadi habis. Ketika air ketuban habis maka pada
keadaan tersebut jann harus segara dilahirkan karena menyababkan
mengalami fattal distres yang dapat mengancam janin.
f. Preeklamsi Dan Eklamsia
Preeklamsi berat atau FEB merupkan suatu sindrom yang dijumpai
pada ibu dengan kehamilan di atas 20 minggu yang ditandai dengan
hipertensi,proteinura atau tanpa edema (brngkak).
Eklamsia adalah pre-eklamsia yyang disertai dengan gejala kejang-
kejang umumnya yang terjadi pda saat hamil, waktu partus, atau
dalam tujuan hari pot partum.
g. Penyakit Penyerta
Penyakit penyerta akan beresiko dilakukan tindakan SC karena
indikasi mutlak janin seperti akromegali sedangkan penyakit
hipertensi akan beresiko terjadi preeklamsi yang merupakan
indikasi dilakukan tindakan SC.
h. Gawat Janin
Normal detak jantung janin sekitar 120-160x/menit. Dikatakan
gawat janin bila ditemukan denyut jantung janin diatas 160x/menit
atau dibawah 100x/ menit. Denyut jantung tidak teratur atau
keluarnnya mekonium yang kental pada awal persalinan. Penyebab
gawat janin adalah preeklamsi/ eklamsi, partus lama, infeksi,
keadaan tesebut menyababkan janin harus segara dlahirkan. Maka
bedah caesar untuk mengakhiri kehamilan.
2.3 PATOFISIOLOGI
Persalinan sectio caesarea dilakukan karena adanya berbagi masalah
selama masa kehamilan, komplikasi-komplikasi seperti fetal distres yang
mengganggu perkembangan janin dan mengakibatkan tidak munculnya
his (kontrasi), plasenta previa, letak bayi melintang, letak bayi sungsang,
dapat timbulnya jalan lahir, disporposisefalopalevik dapat terjadi karena
ukuran pinggul ibu sempit, dan berta janin lebih dari 4.500g.
Proses sectio caesarea dapat menimbulkan bebagai dampak intoleransi
aktivitas, nyeri karena proses pembedahan, dan kurangnya terpapar
informasi tentang tindakan sectio caesarea menyebabkan masalah
ansietas pada ibu (Aspisni,2017: Nurarif&Hardhi,2015
2.4 PATHWAY
Menurut Andini (2018) terdapat beberapa macam operasi SC yaitu
a. Insisi pada segmen bawah rahim.
Dilakukan dengan dua cara yaitu melintang dan memanjang.
Kelebihan dari teknik ini tidak menyebabkan pendarahan banayak,
resiko terjadinya perionitis rendah, luka dapat sembuh lebih
sempurna
b. Insisi memanjang pada segmn atau uterus.
Pendarahan ini dilakukan jika insisi segmen bawah rahim tidak bisa
dilakukan.
c. Sectio cacaria peritoneal
Dilakukan pada pasien yang mengalami infeksi intra uterin yang
berat
d. Sectio casaria histeroctomi
Dilakukan dengan indikasi atonia uteri, plasenta accrete myoma
uteri, infeksi intra uteri berat.
2.5 Komplikasi
Komplikasi pada menurut Anandah(2021)
a. Infeksi puerferal (Nifas)
1. Ringan dengan kenaikan suhu hanya beberapa harii
2. Kenaikan suhu yang lebih tinggi , disertai dengan dehidrasi
dan perut kembung
3. Peritonitis, sepsis dan ileus paralitik
infeksi berat pada partus terlantar, sebelum timbul infeksi
telah terjadi infeksi intra partum karena ketubah pecah
terlalu lama
b. Perdarahan
Pendarahan pada SC terajdi karena adannya atonia uteri, banyak
pembuluh darah yang terputus dan terbuka, dan pendarahan pada
plasenta . pendarahan paska melahirkan biasannya didefinisikan
sebagai hilangnna darah lebi dari 500ml setelah kelahiran normal
tanpa komplikasi. Atau 100ml setelah kelahiran sesar. Pendarahan
paska melahirkan dapat berlangsung dari 24jam atau akhir 14 jam 6
minggu setelah kelahiran (joson 2014)
c. Luka kandung kemih dan keluhan kandung kemih bila
reperinialisasi terlalu tinggi
d. Ruptur uteri spontan pada kehamilan mendatang
e. Emboli paru
2.6 Penatalaksanaan
Menurut hartanti (2016) ibu post sc perlu mendapatkan perawatan
a. Pemberian cairan
Kartna 24 jm pertama puasa pasca oprasi, maka pemberian cairan
per intravena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar
tidak terjadi hipotermi,dehidrasi,atau komplikasi pada organ tubuh
lainnya, cairan yang diberikan DS 10% garam dan RL secara
bergantian, jumlah tetesan tergantung kebutuhan,bila kadar HB
rendah berikan tranfusi darah sesuai kebutuhan
b. Diet
Pemberian cairan perinfus biasannya dihentikan setelah pasien
flatus lalu dimulai pemberian minum dengan jumlah yang sedikit
sudah boleh dilakukan pada 6 jam sampai 8 jam pasca oprasi.
c. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi:
1. Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6-10 jam setelah
operasi
2. Latihan pernafasan dapat dilakukan ibu sambil tidur
telentang senyaman mungkin setelah sadar
3. Hari kedua post operasi,ibu dapat didudukan selama 5 menit
diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.
4. Posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah
duduk (semifowler)
d. Pemberian obat-obatan
Analgesik dapat diiberikan paling banyak setiap 3 jam untuk
penghilangkan nyeri seperti tramadol, antrain, ketorolac, pemberian
antibiotik seperti ceftriaxone, dan sebagainnyan
e. Perawatan luka
Luka insisi diperiksa setiap hari dan jaitan kulit, bila baluutan
basah dan berdarah harus segera dibuka dan diganti , perawatan
luka juga harus rutin dilakukan dengan mengunakan prinsip stril
untuk mencegah luka terinfeksi (Maduba,2015)
A. Pengkajian keperawatan
1. pengkajian
Pengkajan adalah tahapan awal dari proses keperawatan, data
dikumpulkan secara sistematis yang digunakan untuk menentukan
status kesehatan pasien saat ini. Pengkajian harus dilakukan secara
komprehensif terkait dengan aspek, biologis, psikologis, sosia, dan
spiritual (kozier et.al 2010)
2. Identitas klien
Meliputi nama , umur, pendidikan suku bangsa, pekerjaan agama,
alamat, status pperkawinan, ruang rawat, diagnosis medis, tanggal
masuk, tanggal pengkajian, tanggal oprasi, serta pnangung jawab.
3. Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
Biasannya klien mengeluh atau tidak nyaman dari berbagai
simber misalnnya trauma bedah/insisi, nyeri distrnsi kantung
kemih meliputi keluhan atau berhubungan dengan gangguan
atau penyakut yang dirasa saat inidan keuhan yang dirasakan
setelah oprasi Anwa. 2018).
2. Riwayat kesehatan dahulu
Dapatkan data klien pernag riwayat SC sebelumnnya, panggul
ibu sempit, serta letak bayi sungsang, meliputi penyakit ang lain
dapat mempengaruhi penyakit sekarang, apakah pasien pernah
mengalami enyakit yang sama.
3. Riwayat kesehatan keluarga
keluarga ada yang menglami riwayat sc dengan indikasi letak
sungsang, punggul sempit
4. Riwayat menstuasi
Kaji menarche, siklus haid , lama haid, ganti duk, masalah
dalam menstuasi dan tafsiran persalinan
5. Riwayat kehamilan dan persalinan sekarang
Pada saat dikaji klien melahirkan pada kehamilan ke berapa,
lama masa kehamilan dan kelainan selama hamil, kaji tanggal
persalinan, jenis persalinan, penyulit persalinan, keadaan anakm
apgar score dan lain-lain
6. Riwayat nifas
kaji fudus uteri klien
7. lochea
a. lochea ruba terdiri dari sebagian besar darah dalam jumlah
banyaak bercampur dengan jaringan sisa plasenta dan
robekan tropoblastik sehingga akan terlihat berwarna merah
seperti layaknnya darah menstuasi yang disertai juga
gumpalan-gumpalan jarinngan sisa.
b. Lochea sanuelenta pada tahap berikutnnya jumlah secret
atau cairan tersebut akan sedikit berkurang, berwarna merah
kehitaman dan berlendir biasannya tahapan ini akan
berlangsung sekitar 1-2 minggu.
c. Lochea serosa terdiri dari darah yang sudah tua
(coklat),banyak serum jaringan sampai kuning cair
biasannya tahapan ini berlangsung pada 2minggu hingga
satu bulan setelah melahirkan.
d. Lochea alba terus ada hingga kira-kira 2-6 minggu setelah
persalinan, kekuningan birisi selaput lendir dan kuman yang
telah mati. Jumlah lochea digambarkan seperti sangat sedit,
moderat dan berat.
4. Pola kesehatan fusngsional
a. Pola nutrisi dan metabolisme
Pada pasien nifas biasannya terjadi peningkatan nafsu makan
karena dari keinginan untuk asupan banyi di dalam kandungan
b. Pola aktivitas.
Pada pasien SC aktivitasnnya masih terbatas, ambulasi
dilakukan secara bertahap, setelah 6 jam pertama dapat
dilakukan miring kanan dan kiri, kemudian ibu dapat posisikan
duduk atau semi fowler, selanjutkand a ibu dianjurkkan untuk
belajar duduk selanna sehari, belajar berjjalan dan kemudian
berjalan sendri pada hari ke tiga sampai hari ke lima pasca
oprasi.
c. Pola eliminasi
Ada pasien SC sering terjadi adannya konsipasi sehingga pasien
takut malakukan bab.
d. Pola tidur
Pada pasien SC sering terjadi perubahan pola istirahat dan tidur
karena adannya kehadiran bayi
5. Pemeriksaan fisik
1. Keluhan umum dan kesadaran pasien
2. TTV ( TD, suhu, nadi, pernafasan dan pemeriksaan head to
toes
3. Kepala
Pemeriksaan kepala meliputi bentuk kepala, kebersiihan
kepala, apakah ada benjolan atau lesi dan biasannya pada ibu
post partum terdapat ketombe
4. Mata
Pemeriksaan mata meliputi keksimetrisan dan kelengkapan mata,
kelopak mata,konjungtiiva anemis atau tidak, ketajaman
pengelihatan, biasannya ada keadaan dimana konjungtiva anemis
karena proses persalinan yaang mengalami pendarahan.
5. Mulut
Apakah pucat, sianosis , dehidrasi pada mukosa bibir, keadaan
gusi, kebersihan gigi dan mulut, kemampuan berbicara.
6. Dada
a. Jantung
Bunyi jantung 1 dan 2 reguler tau ireguler , tinggal atau
tidak, intensitas kuat atau tidak , apakah ada bunyi
tambahan seperti murmur dan galop.
b. Paru- paru , apakah ada suara tambahanseperti ronchi dan
wheezing, pergerkan dada simetris , pernafasan reguler
frekuensi nafas 20x/menit.
c. Bunyi pernafasan vasikuler atau tidak
7. Payudara
Pemeriksaan melputi inspeksi warna kemerahan atau tidak, ada
edema atau tidak pada hari ke-3 poast partum, payudara
membesar karena vaskularisasi dan engorement (bengkak atau
karena peningkatan prolatin pada hari 1-3) keras dan nyeri
adannya hiperpigmentasi areola mamae serta penonjolan dari
papila mamae ini menandai permukaan sekresi air susu dan
apabila aerol mamae dipijat, keluarlah air kolostrum pada
payudara yang tidk disusi , bengkak akan berkurang dalam 2-3
hari putting mudah erektil bila dirangsang. Pada ibu yang tidak
menyusi akan mengecil 1-2 hari, palpasi yang dilakukan untuk
menilai pakah adannya benjolan serta mengkaji adannya nyeri
tekan.
8. Abdomen
Pemeriksaan meliputi inspeksi untuk melihat apakah luka
bekas oprasi ada tanda-tanda infeksi adan tanda pendarahan,
apakah terdapat striae dan linea infeksi dan tanda pendarahan ,
apakah ada terjadinnya diastatis rectus abdomenalis yaitu
pemisahan otot rectus abdomenalis lebih dari 2,5 cm ada
tempat tertinggi umbilikus sebagai akibat pengaruh hormon
terdapat linea alba serta akibat perengagan meknis dinding
abdomen, cara pemriskaannya melakukan dua jari , jari di
tekuk dan jari tengah di bagian dari diafragma dari perut ibu,
jika ari masuk dua jari berarti diastatis rective ibu normal. Jika
lebih dari 2 jari abnormal . auskultasi dilakukan untuk
mendengan peristaltik usus yang normal 5-35 kali/menit,
palpasi untuk mengetahui kontraksi uterus baik atau tidak .
intensitas kontraksi uterus meningkat segera setelah bayi lahir
kemudian terjadi respon uterus terhadap penurunn volume
intra uterine kelenjar hipofisis yang mengeluarkan hormone
oksitsin, bergua untuk memperkuat dan mengatur kontraksi
uterus dan mengkrompesi pembuluh darah pada 1-2 jam
pertama intensitas kntraksi uterus berkurang jumlahnnya dan
menjadi tidak teratur karena pemberian oksitosin ispan bayi.
9. Ginetalia
Pemeriksaan ginetalia untuk melihat apakah terdapat
hematoma edema, tanda-tanda infeksi, pemeriksaan pada
lokhea meliputi warna, bau, jumlah dan konsistennya.
10. Anus
Pada pemeriksaan anus apakah terdapat hemoroid atau tidak.
11. Integumen
Pemeriksaan integumen meliputi warna, tugor, kelembapan,
suhu tubuh, tekstur, penurunan melanin umum setelah
melahirkan menyebabkkan kurangnnya hiperpigentasi kulit.
12. Ekstemitas
Pada pemeriksaan kaki apakah varises, edema, reflek patella,
nyeri tekan atau pans pada betis, adannya tanda homan, caraya
dengan mlakukn 1 tangan pada lutut ibu dan lakukan tekanan
ringan agar lutut tetap luruus, bila ibu merasakan nyeri betis
dengan tindakan tersebut , tanda homan (+)
NoNO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN & KRITERIA HASIL INTERVENSI
1 11 Nyeri akut berhubungan dengan agen Setelah dilakukan keperawatan 3x24 jam Manajemen nyeri
cedera fisik luka sc (D.0077) diharapkan nyeri berkurang dengan kriteria 1. Identifikasi lokasi,
hasil : karakteristik, durasi
1. Mampu menontrol nyeri , ( tahu frekuensi, kualitas, intens
penyebab nyeri , mampu nyeri
menggunakan teeknik 2. Indentifikasi respon
nonfarmakologis untuk nonverbal
mengurangi nyeri (5) 3. Kaji jenis dan sumber
2. Meringis menurun(5) nyeri
3. Gelisah menurun (5) 4. Berikan teknik
4. Uterus teraba membulat menurun nonfarmakologi
(5) Terapeutik
5. Pola nafas membaik (5) 5. Berikan teknik non
6. Nafsu makan membaik (5) farmakoologis untuk
7. Pola tidur membaik(5) mengurangi rasa nyeri
8. Tekanan darah dalam batas 6. Kontril lingkungan yang
normal (5) memperberat nyeri
7. Fasilitasi istirahat dan
tidyr
8. Pertimbangkan sumber
nyeri dalam memelihara
stratrgi meredakan nyeri
Edukasi
9. Jelaskan penyebab,
priode dan pemicu nyeri
10. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
11. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
12. Anjurkan menggunakan
analgetik secara spontan
14. Anjurkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangkan rasa nyeri
Kolabrasi
15. Kolaborasi pemberian
analgetik,jika perlu
2 2 Gangguan moblitas fisik berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Dukungan Ambulasi
dengan nyeri 3x 24 jam diiharapkan klien meningkat 1. Identifikasi adannya
(D. 0054) dalam aktvitas fisik dengan krimobilitas nyeri atau keluhan lain
kteria hasil : 2. Identifikasi kemampuan
1. Mengerti tujuan dari mobilitas
meningkatkan(5) 3. Ajarkan mobilisasi
2. Klien meningkat dalam aktifitas sederhana
fisik(5) 4. Fasilitasi kemandirian ,
3. Mengerti tujuan dari peningkatan bantu jika tidak mampu
mobilitas(5) melakukan mibilisasi
4. Vital sign dalam batas normal(5) sendri
Terapeutik
5. Fasilitasi aktivitas
ambulasi dengan alat
bantu (tongkat,krik)
6. Fasilitasi melakukan
mobilitas fisik,jika perlu
7. Libatkan pasien untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan ambulasi
Edukasi
8. Jelaskan tjuan dan
prosedur ambulasi
9. Anjurkan melakukan
ambulasi dini
10. Anjurkan ambulasi
sederhana yang harus
dilakukan (mis: berjalan
dari tempat tidur kekursi,
berjalan dari tempat tidur
ke kamar mmandi,
berjalan sesuai toleransi)
3 3 Gangguan pola tidur berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Dukungan tidur
dengan kurangnnya kontrol tidur 3x24 di diharapkan bisa mengontrol tidur 1. Identifikasi faktor
(D0055) dengan kriteria hasil : penganggu tidur (mis,
1. Keluhan sulit tidur fisik)
2. Keluhan tidak puas tidur menurun 2. Identifikasi makanan
3. Keluhan sering terbangun dan miuman yang
menurun menggangu tidur (mis:
makan mendekati
waktu tidur)
Terapeutik
3. Lakukan prosedur
untuk meningkatkan
kenyamanan (mis:
pengaturan posisi)
Edukasi
4. Jelaskan pentingnnya
tidur
5. Anjurkan relaksasi
teknik nonfarmakologi
4 3 Resiko infeksi berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pencegahan infeksi
luka insisi(D.0142) 3x24 jam diharapkan tidak ada tanda 1. Monitor tanda gejala
infeeksi dengan kriteria hasil : infeksi
1. Pasien terbebas dari tanda gejala 2. Monitor keadaan lochea
infeksi(5) (warna,jumlah,bau)
2. Menunjukan kemapuan untuk 3. Cuci tangan sebelum dan
mencegah timbulnnya infeksi(5) sesudah kontrak pasien
3. Jumlah leukosit dalam batas dan lingkungan pasien
normal(5) 4. Jelaskan tandadan gejala
4. Menunjukan prilaku hidup infeksi
sehat(5) 5. Kaji suhu,nadi dan
jumlah sel darah putih
6. Inspeksi balutan luka
terhadap perdarahan
berlebihan
7. Kolaborasi pemberian
antibiotik
Terapeutik
8. Siapkan materi, media
tentang faktor-faktor
penyebab, cara
identifikasi dan
pencegahan resiko
infeksi dirumah sakit
maupun dirumah
9. Jadwalkan waktu yang
tepat untuk memberikan
pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan
dengan pasien dan
keluarga
10. Berikan kesempatan
untuk bertanya
Edukasi
2. Observasi
Penulisan melakukan pengamatan dan observasi untuk mengumulkan data
pada ibu pre-post sectio caesarea
3. Studi dokumentasi
Penulisan harus melaukan studi dokumenasi dengan cara mempelajari
catatan medis, hasil pengkajian,hasil laboratarium pasien untuk
melengkapi dan mengetahui asuhan keperawatan yang akan dilakkan
pada ibu pre post sectio caesarea.
3.6 Etika penelitian penelitian
Prinsip dasar etik merupakan landasan untuk mengukur kegiatan suatu
penilaian pengaturan ini dilakukan untuk mencapai kesepakatan sesuai
kaidah penelitian antara peneliti dan subjek peneliti. Subjek pada penelitian
kualitatif adalah manusia dan peneliti wajib mengikuti seluruh prinsip etik
penelitian selama melakukan penelitian.
1. Informed consent (persetujuan menjadi subjek peneliti) adalah suatu
persetujuan antara peneliti dengan subjek penelitian dengan
memberikan lembar peneliti persetujuan informed consent diberikan
sebelum penelitian dilakukan setelah peneliti menjelaskan penelitiannya
kepada calon subjek maka berhak untuk memilih setuju untuk menjadi
subjek penelitian atau setuju.
2. Anonimty (tanpa nama) adalah peneliti menjamin tidak memberikan
atau mencantumkan nama subjek penelitian, hanya menuliskan inisial
nama pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang diisikan
jika subjek penelitian tidak menghendaki
3. Confidentiality (kerahasiaan) adalah penjelasan bahwa semua informasi
atau data subjek penelitian hanya akan digunakan untuk kepentingan
peneliti saja dan dijamin kerahasiaanyaa.